Anda di halaman 1dari 4

Adika Setiawan

1403619032
Sejarah A 2019
Sejarah Asia Selatan

SEJARAH BHUTAN

A. Sejarah Bhutan Masa Kuno (lalu)


Bhutan adalah sebuah negara kecil di Asia Selatan yang berbentuk Kerajaan dan dikenal
dengan Negeri Naga Guntur.. Nama lokal negara ini adalah Druk Yul, artinya "Negara
Naga". Gambar naga pun didapati di benderanya dan lambang negaranya.
Tentang kondisi daerah ini tenang dan berawan yang sejuk, dan pemandangannya yang
menawan, kini Bhutan kadang-kadang disebut Shangri La terakhir. Secara historis, Bhutan
dikenal dengan banyak nama, seperti 'Lho Mon' (Negeri Kegelapan dari Selatan), 'Lho
Tsendenjong' (Negeri Cendana dari Selatan), 'Lhomen Khazhi' (Negeri Empat Tujuan dari
Selatan), dan 'Lho Men Jong' (Negeri Obat Tumbuhan dari Selatan). Bentuk wilayahnya
terhimpit antara India dan Republik Rakyat Tiongkok.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang tentang kondisi sejarah kunonya dapat dilihat dari
segi peralatan, senjata, dan sisa dari batu membuktikan bahwa Bhutan telah dihuni sejak awal
2000 SM. Para sejarawan telah berteori bahwa negara Lhomon (harfiah, "kegelapan dari
selatan"), atau Monyul ("Tanah Gelap", Referensi pada Monpa, penduduk asli Bhutan) sudah
ada antara 500 SM dan 600 M. Nama Lhomon Tsendenjong (Negeri Cendana), dan Lhomon
Khashi, atau Mon Selatan (negeri 4 tujuan) telah ditemukan dalam kronik Bhutan dan Tibet
kuno.
B. Sejarah Bhutan Masa Madya
Peristiwa tertulis paling awal di Bhutan adalah lewatnya tokoh suci Buddha
Padmasambhava (juga disebut Guru Rinpoche) pada abad ke-8. Sejarah awal Bhutan tidak
jelas, karena sebagian besar catatan telah musnah setelah kebakaran di Punakha, ibu kota
kuno pada 1827. Dari abad ke-10, perkembangan politik Bhutan amat dipengaruhi oleh
sejarah religiusnya. Berbagai anak sekte Buddha muncul yang dilindungi oleh berbagai
maharaja Mongol dan Tibet. Setelah runtuhnya bangsa Mongol pada abad ke-14, anak-anak
sekte itu bersaing satu sama lain demi supremasi dalam bentang politik dan agama, akhirnya
menimbulkan naiknya anak sekte Drukpa di akhir abad ke-16.
Hingga abad ke-17, Bhutan ada sebagai fiefdom yang saling berperang hingga
dipersatukan oleh lama Tibet dan pemimpin militer Shabdrung Ngawang Namgyal. Untuk
mempertahankan negerinya dari penggarongan yang sebentar-sebentar dilakukan bangsa
Tibet, Namgyal membangun sebuah jaringan dzong (benteng) tak terkalahkan, dan
mengumumkan kode hukum yang membantu membawa raja-raja setempat di bawah kendali
terpusat. Banyak dari dzong itu yang masih ada. Setelah kematian Namgyal pada 1651,
Bhutan jatuh dalam suasana anarkis. Mengambil keuntungan dari kekacauan itu, orang Tibet
menyerang Bhutan pada 1710, dan kembali pada 1730 dengan bantuan orang Mongol. Kedua
serang itu berhasil digagalkan, dan gencatan senjata ditandatangani pada 1759.
ada abad ke-18, Bhutan menyerang dan menduduki Kerajaan Cooch Behar di selatan.
Pada 1772, Cooch Behar meminta British East India Company yang membantu mereka
dalam mengusir orang Bhutan, dan kemudian dalam menyerang Bhutan sendiri pada 1774.
Sebuah perjanjian damai ditandatangani di mana Bhutan setuju mundur dari perbatasannya
sebelum 1730. Namun, perdamaian itu renggang, dan pertempuran perbatasan dengan Inggris
berlangsung hingga ratusan tahun berikutnya. Akhirnya pertempuran itu menimbulkan
Perang Duar (1864–1865), konfrontasi atas mereka yang akan mengendalikan orang Duar
dari Benggala. Setelah Bhutan kalah perang, Perjanjian Sinchula ditandatangani antara India
Britania dan Bhutan. Sebagai bagian pemulihan perang, bangsa Duar diserahkan kepada
Kerajaan Bersatu Britania Raya dan Irlandia dalam pertukaran sewa Rs. 50,000. Perjanjian
itu mengakhiri semua permusuhan antara India Britania dan Bhutan.
Selama 1870-an, perjuangan kekuatan antara lembah saingan Paro dan Trongsa
menimbulkan perang saudara di Bhutan, akhirnya menimbulkan naik tahtanya Ugyen
Wangchuck, ponlop (gubernur) Tongsa. Dari basis kekuataanya di Bhutan tengah, Ugyen
Wangchuck mengalahkan para musuh politiknya dan mempersatukan negeri ini menyusul
beberapa perang saudara dan pemberontakan antara 1882–1885.
Pada 1907, tahun penting di negri ini, Ugyen Wangchuck dipilih dengan suara bulat
sebagai raja pusaka negeri ini oleh majelis rahib Buddha, pejabat pemerintahan, dan kepala
keluarga penting yang menonjol. Pemerintah Britania menyetujui dengan cepat monarki baru
ini, dan pada 1910 Bhutan menandatangani perjanjian yang membuat Britania Raya
‘memandu’ urusan luar negeri Bhutan.
C. Sejarah Bhutan Masa Kini
Setelah India mendapatkan kemerdekaan dari Britania Raya pada 15 Agustus 1947,
Bhutan menjadi salah satu negara pertama yang mengakui kemerdekaan India. Setelah
Britania meninggalkan kawasan ini, sebuah perjanjian yang mirip dengan yang pada tahun
1910 diandatangani pada 8 Agustus 1949 dengan India yang baru merdeka.
Setelah Pasukan Pembebasan Rakyat RRT memasuki Tibet pada 1951, Bhutan menyekat
perbatasan utaranya dan mengembangkan hubungan bilateral dengan India. Untuk
mengurangi risiko gangguan RRT, Bhutan memulai program modernisasi yang didukung
sepenuhnya oleh India. Pada 1953, Raja Jigme Dorji Wangchuck mendirikan badan pembuat
UU di negeri itu– Majelis Nasional beranggotakan 130 orang– untuk meningkatkan bentuk
pemerintahan yang lebih demokratis. Pada 1965, ia mendirikan Dewan Penasihat Kerajaan,
dan pada 1968 ia membentuk kabinet. Pada 1971, Bhutan memasuki PBB, setelah memegang
kedudukan pengamat selama 3 tahun. Pada Juli 1972, Jigme Singye Wangchuck naik tahta
pada usia 16 setelah kematian ayahandanya Dorji Wangchuck.
Sejak 1988, para imigran Nepal begitupun imigran gelap telah mendakwa Bhutan
melanggar HAM. Mereka mengatakan bahwa pemerintah Bhutan bertanggung jawab atas
kejahatan perang dan kejahatan terhadap penduduk minoritas penutur bahasa Nepalnya.
Dugaan itu tetap tak terbukti dan dengan suara keras disangkal pihak Bhutan. Sebagian besar
para pengungsi itu tinggal di kamp pengungsian yang dibuat PBB di Nepal tenggara di mana
mereka tetap di sana selama 15 tahun.
Pada 1998, Raja Jigme Singye Wangchuck memperkenalkan reformasi politik signifikan,
memindakan sebagian besar kekuasaannya kepada PM dan mengizinkan panggilan
pertanggungjawaban pada raja oleh dua pertiga mayoritas Majelis Nasional. Di akhir 2003,
tentara Bhutan berhasil meluncurkan operasi skal besar untuk meredam para pengacau anti-
India yang menjalankan kamp pelatihan di Bhutan selatan.
Pada 1999, sang Raja juga mencabut larangan TV dan Internet, membuat Bhutan salah
satu dari negara terakhir yang memperkenalkan TV. Dalam pidatonya, ia berkata bahwa TV
adalah langkah penting buat modernisasi Bhutan seperti sumbangan utama pada Kebahagiaan
Nasional Bruto negeri ini (Bhutan ialah satu-satunya negara yang mengukur kebahagiaan)
namun memperingatkan penyalahgunaan TV yang bisa menggerus nilai-nilai tradisional
Bhutan.
Sebuah konstitusi baru telah diperkenalkan pada awal 2005[3] yang akan diratifikasi oleh
referendum sebelum diterapkan. Pada Desember 2005, Raja Jigme Singye Wangchuck
mengumumkan bahwa ia akan turun tahta pada 2008. Sang Raja akan digantikan
puterandanya, putra mahkota Jigme Khesar Namgyel Wangchuck. Namun sebelum tahun itu
tiba (2006), ia telah turun tahta.

Anda mungkin juga menyukai