Anda di halaman 1dari 8

TUGAS KOMUNIKASI DAN MULTIKULTURALISME TENTANG GOA

ARUNG PALAKA DI TANAH BUTON

Di susun oleh :
ERDIN : (151801010) (A)
SYAFRUL MUHAMMAD : (151801005) (A)
MARDIN LA AMBO : (151801039) (B)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FALKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON
BAUBAU
2019/2020
Arung Palakka adalah tokoh sejarah dan
pejuang kemanusiaan dari tanah bugis yang
hidup di abad ke-16. Arung Palaka juga
adalah Raja Bone ke-16 bernama lengkap
Arung Palakka La Tenritatta To Ureng To-ri
SompaE Petta MalampeE Gemme’na Daeng
Serang To’ Appatunru Paduka Sultan
Sa’adduddin Matinroe ri Bontoala (1672-
1696).
Arung Palakka melakukan perjalanan panjang
dalam misi mencari bantuan untuk
membebaskan kerajaan Bone dan kerajaan-
kerajaan bugis lainnya, salah satu tempat
yang dituju pada awalnya justeru tanah
Buton (Kesultanan Buton). Arung Palakka
pada Desember 1660, bersama pengikutnya
meninggalkan pantai Palette menuju Pulau
Buton
Kedatangan Arung Palakka di Buton bersama para
pengikutnya diterima dengan senang hati oleh Sultan Buton
La Awu, hal ini terjadi oleh karena kedua bangsa ini (Bugis
dan Buton) ketika itu telah terjalin hubungan persahabatan
yang harmonis dan tidak pernah terlibat dalam
persengketaan atau peperangan, yang ada hanyalah
kerjasama melalui musyawarah dan mufakat diantara
keduanya. Kalau menghadapi masalah-masalah yang
membahayakan mereka menyelesaikan dengan baik. Oleh
karena eratnya hubungan kedua kerajaan ini dimasa lampau,
maka Bone dan Buton disebut kerajaan kembar, bagi
masyarakat bugis Bone mengistilahkannya dengan “Bone
rilau, Butung riaja” yang berarti “Buton adalah Bone di
Timur, dan Bone adalah Buton di Barat”
Suatu ketika, datanglah utusan kerajaan
Gowa ke Buton untuk melakukan investigasi
keberadaan Arung Palakka dan rombongan,
namun Arung Palakka bersembunyi di sebuah
gua yang berada di ujung bawah benteng
kesultanan Buton Kota Baubau saat ini. Gua
tersebut kemudian diberi nama “Liana La
Toondu” nama samaran Arung Palakka semasa
di Buton atau lebih dikenal dengan sebutan
“Gua Arung Palakka”.
Selama tinggal menetap di Buton dan sembari
mempersiapkan segala kebutuhannya dan
menunggu musim barat untuk melakukan
pelayaran ke Batavia, Arung Palakka oleh
syara Kesultanan Buton di angkat sebagai
Lakina Holimombo sebuah Kadie kesultanan
Buton di wilayah Pasarwajo sekarang ini.
Arung Palakka kemudian diberi jabatan sebagai
Lakina Holimombo, jabatan yang setingkat dengan
Arung di kerajaan Bone, yaitu kepala pemerintahan
Kadie. Arung Palakka selama di Buton tinggal
menetap di rumah La Ode Arafani yang saat itu
menjabat Lakina Holimombo sebelum menjadi
Sapati Buton. Setelah menikahkan Arung Palakka
dan Daeng Talele maka Syarat Buton mengangkat
Arung Palakka menjadi Lakina Holimombo
menggantikan La Ode Arafani yang selanjutnya
menjabat Sapati kesultanan Buton.

Anda mungkin juga menyukai