Disusun oleh:
Ufi Hani
1306406991
1.3. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menyelasaikan tugas akhir yang
diberikan oleh dosen mata kuliah Sejarah Maritim Indonesia dan mampu memberikan
informasi mengenai peran Buton dalam pelayaran dan perdagangan Nusantara pada abad
ke-17 hingga ke-18.
BAB 2
ALAM BUTON
2.1. Keadaan Geografi
Buton adalah salah satu pulau terbesar di antara pulau yang berada di selatan atau
tenggara Sulawesi. Sejak awal abad 14, nama Buton telah terkenal di Nusantara sebagai
daerah yang berada dalam batas pengawasan Majapahit. Pulau-pulau lain yang berada di
sekitarnya adalah pulau Muna, pulau Kaba Ena, pulau Wowoni, dan kepulauan Tukang
Besi atau Wakatobi. Ternyata pulau-pulau tersebut kemudian diketahui berada di bawah
kekuasaan dan pengaruh Buton sebagai suatu pemerintahan. Menurut Ligtvoet wilayah
pengaruh Buton atau wilayah Kesultanan Buton meliputi: pulau-pulau Buton, Muna,
Kabaena, pulau-pulau kecil di sekitar Buton dan Muna, yaitu p.Tikola, p.Tobeya,
p.Kadatowang, p.Makasar, p.Bata Oga, p.Masiring, p.Siompu, dan Talaga.2
Wilayah Buton terletak pada 121 40’ Bujur Timur dan 124 50’ Bujur Timur serta 4 2’
Lintang Selatan dan 6 20’ Lintang Selatan. Wilyah Buton berhubungan langsung dengan
laut Flores, laut Banda, dan laut Seram sehingga keadaan lautnya dipengaruhi oleh laut-
laut tersebut. Perairan Buton dipengaruhi oleh teluk Bone dan teluk Tolo. Wilayahnya
terdiri dari pulau-pulau sehingga terdapat banyak selat. Di dekat garis pantai terdapat
3 Ibid, hlm. 6
3.3. Pelabuhan
Buton memiliki letak geografis yang sangat strategis sebagai tempat persinggahan
para pedagang yang mengarungi Nusantara dan juga Buton memiliki sarana pelabuhan
yang memadai terlindung dari ombak bahkan sampai masuk ke dalam kali Bau-Bau
untuk berlabuh. Ramainya kapal-kapal dan perahu-perahu para pedagang Nusantara yang
singgah di Buton karena di perairan Sulawesi Tenggara dan pesisir Timur jauh telah
terkenal sebelum kedatangan VOC sebagai jalur pelayaran ke timur melalui Buton.
Meskipun ramainya para pedagang Nusantara berkunjung dan singgah di Buton
bukan faktor letak saja yang membuat para pedagang untuk singgah tetapi masih ada
faktor lain yang menarik para saudagar Nusantara untuk singgahi pelabuhan Buton, yaitu
tersedianya sejumlah fasilitas di pelabuhan Buton. Diantaranya di muara sungai di kota
Bau-Bau dapat disinggahi perahu untuk mengambil perbekalan khususnya air.8 Karena
faktor tersebut Buton menjadi daerah terbuka yang dapat mengancam wilayah
sekitarnya. Seperti sering mendapat penyerangan dari bajak laut Tobelo, dan Kerajaan
Gowa melakukan politik ekspansi ke wilayah Buton.
Pelabuhan Bau-Bau dapat dimasukkan sebagai kategori pusat pengumpul yang
memperoleh komoditas tertentu dari pelabuhan-pelabuhan kecil.9 Ciri-ciri pusat
pengumpul adalah memiliki pelabuhan alam yang baik, sebagai tempat persinggahan
yang dilengkapi dengan bahan pangan sebagai pasar lokal, tempat yang baik dan
memiliki “pedalaman” yang kaya, juga menjadi emporia besar di kawasannya dan
merupakan tempat perakitan barang-barang yang berasal dari pelabuhan kecil.