Anda di halaman 1dari 2

SEJARAH ASAL-USUL KERAJAAN dan PENINGGALANNYA

Kartika Saras (XII : IPA 1)


Kesultanan Buton berada di Provinsi Sulawesi Tenggara. Kerajaan Buton atau
Kesultanan Buton berdiri sejak tahun 1332 hingga 1960 Masehi. Kerajaan ini menjadi
kerajaan islam karena adanya pengaruh dari Sayid Jamaluddin Al Kubra yang saat itu sampai
di Buton. Simak Sejarah Kesultanan Buton mulai dari asal usul hingga peninggalannya disini.
Awal Mula Kerajaan Buton
Kerajaan Buton pada awalnya dibentuk karena datangnya sekelompk orang melayu
yang singgah ke Pulau Buton sekitar adab ke 13. Dari sekelompok orang yang datang,
dikenal lah 4 tokoh melayu yaitu Simalui, Sutamanajo, Sipanjongan, dan Sijawangkati.
Mereka datang ke Pulau Buton bersama pengikutnya masing masing.
Sesampainya mereka di Pulau Buton, mereka membangun sebuah desa dengan system
pemerintahannya masing masing. Desa yang mayoritas diisi oleh orang melayu akhirnya
melebur menjadi satu yaitu menjadi Kerajaan Buton. Seorang raja diangkat untuk mengisi
pemerintahan dan raja pertamanya adalah seorang perempuan yang bergelar Rajaputri Wa
Kaa Kaa.
Pada awalnya, sebelum menjadi kerajaan islam, Kerajaan Buton adalah kerajaan yang
bercorak Hindu Budha. Setelah kedatangan Syeikh Abdul Wahid, Sultan Timbang
Timbangan atau yang dikenal dengan nama Halu Oleo memeluk islam. Halu Oleo
(Lakilaponto) secara tidak langusng menjadi pemimpin tahta Kesultanan Buton pertama.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kerajaan atau Kesultanan Buton berada di
Pulau Buton yang saat ini masuk dalam sistem administrasi Sulawesi Tenggara. Lokasi ini
berbentuk sebuah pulau sehingga sekitarnya dikelilingi lautan. Tak heran jika tempat ini
menjadi tempat singgah para pendatang yang mampir ke wilayah nusantara.
Raja Raja dan Masa Kejayaan
Kesultanan Buton dipimpin oleh Lakilaponto sebagai sultan pertama. Setelah beliau
memeluk islam, seluruh Raja Buton juga beragama islam. Nama lain Lakilaponto setelah
memeluk islam adalah Sultan Mahrum (1491-1537 M). Sultan lain yang sempat memerintah
adalah Sultan La Tumparasi (1545-1552), dan masih banyak lagi.
Masa Kejayaan Kerajaan Buton Terjadi pada abad ke 17. Pada masa ini seluruh
system pemerintahan Buton sangat berkembang pesat. Pada waktu itu dibentuk system
perpajakan yang membuat Kerajaan Buton lebih maju di bandingkan dengan kerajaan lain di
Pulau Sulawesi. Dalam Sejarah Kesultanan Buton juga dikabarkan saat abad ke 17 uang
sudah digunakan.
Tak hanya adanya sistem perpajakan, di abad ke 17 Kesultanan Buton memiliki
hubungan diplomatik yang baik dengan kerajaan sekitar. Hubungan yang baik antara
Kerajaan Buton dan kerajaan sekitar membuat perekonomian Buton semakin meningkat.
Tampaknya tak hanya hubungan diplomatik antar kerajaan di Sulawesi, Kesultanan Buton
juga membangun hubungan dengan Kerajaan Jawa.
Dalam segi Hukum juga Kesultanan Buton memiliki sistem yang sangat adil dan
bijaksana. Hukum berlaku untuk semua rakyat Buton sehingga siapapun yang bersalah akan
mendapat hukuman yang setimpal. Aturan ini membuat para pejabat tinggi pemerintahan
menjadi tertib dan menjalankan tugasnya sebaik mungkin.
Adilnya sistem hukum di Kerajaan Buton sungguh tidak main main, dikabarkan
bahwa dalam Sejarah Kesultanan Buton terdapat 12 sultan yang sempat dijatuhi hukuman
karena melanggar aturan yang berlaku dalam sistem Hukum saat itu. Sultan yang terakhir
memerintah Kerajaan Buton adalah Sultan Muh. Falihi (1937 -1960 M).
Awal Mula Keruntuhan Kerajaan atau Kesultanan Buton
Serangan sari VOC yang ingin merebut wilayah buton karena rempah rempahnya
membuat munculnya peperangan yang menewaskan rakyat buton. Namun semua serangan
VOC selalu bisa digagalkan oleh Sultan yang memimpin Buton. Namun masalah konflik
internal kerajaan membuat kesultanan ini melemah. Saat Indonesia merdeka, kerajaan buton
masuk dalam NKRI.
Peninggalan dan Saksi Pemerintahan Kerajaan Buton
1. Benteng Keraton Kerajaan atau Kesultanan Buton
Dalam Sejarah Kesultanan Buton, kesultanan yang satu ini dikenal dengan sebutan
negeri seribu benteng karena banyak benteng yang berdiri untuk menghalau serangan
penjajah. Salah satu benteng yang terkenal adalah Benteng Keraton Buton yang dibangun
pada masa Kesultanan La Buke. Benteng ini berada di atas bukit dan lokasi ini menjadi ibu
kota Kerajaan Buton di masa lampau.
2. Batu Popaua atau Batu Pelantikan Raja
Batu Popaua atau batu pelantikan sultan merupakan salah stau bukti peninggalan
Kerajaan Buton yang berbetuk sebuah bati memanjang. Tak hanya sembarang batu, di bagian
tengah batu tersebut terdapat sebuah lubang yang menyerupai telapak kaki manusia. Dulu
saat pelantikan sultan, batu ini menjadi saksi Sejarah Kesultanan Buton diiringi dengan
pemutaran payung kesultanan.
Pelantikan sultan menjadi agenda yang sangat penting sehingga adat yang digunakan
juga turun temurun. Para raja yang pernah memerintah pernah melakukan proses penyerahan
tahta yang sama. Setelah upacara dilaksanakan barulah secara resmi para sultan menjadi
pemimpin Kesultanan Buton.
Demikianlah penjelasan tentang Kesultanan Buton. Lokasinya yang sangat strategis
membuatnya menjadi salah satu pusat perdagangan. Raja yang memimpin semuanya
beragama islam sehingga tak heran jika kerajaan ini memperoleh julukan sebagai salah satu
kerajaan islam di Pulau Buton.

Anda mungkin juga menyukai