Anda di halaman 1dari 13

1.

Latar Belakang Masalah


Musyarakah adalah akad kerja sama antara para pemilik modal yang
mencampurkan modal mereka untuk tujuan mencari keuntungan. Dalam
musyarakah, mitra dan bank sama-sama menyediakan modal untuk membiayai suatu
usaha tertentu, baik yang sudah berjalan maupun yang baru. selanjutnya mitra dapat
mengembalikan modal tersebut berikut bagi hasil atau keuntungan yang telah
disepakati secara bertahap atau sekaligus kepada bank.
Dalam proses bisnis yang mendatangkan keuntungan dalam hal ini pihak
yang melakukan akad musyarakah dapat membagi keuntungan sesuai dengan porsi
yang diberikan yang terwujud dalam proporsi modal yang disertorkan oleh masing-
masing pihak.
Dari penjelasan di atas maka dengan ini kami mencoba untuk membahas
mengenai materi musayarakah untuk membagi ilmu dari hasil membaca dan diskusi
kelompok kami.

2. Rumusan Masalah
A. Bagaimana karakteristik Akuntansi Musyarakah?
B. Bagaimana pengakuan dan pengukuran Akuntansi Musyarakah?
C. Bagaimana akuntansi untuk Mitra Aktif dalam Akuntansi Musyarakah?
D. Bagaimana akuntansi untuk Mitra Pasif dalam Akuntansi Musyarakah?
E. Bagaimana Penyajian Akuntansi Musyarakah dalam laporan keuangan?
F. Apa Perbedaan Akuntansi Musyarakah dengan Akuntansi Mudharabah?

3. Tujuan Pembahasan
A. Untuk mengetahui karakteristik Akuntansi Musyarakah.
B. Untuk mengetahui pengakuan dan pengukuran Akuntansi Musyarakah.
C. Untuk mengetahui akuntansi untuk Mitra Aktif dalam Akuntansi Musyarakah.
D. Untuk mengetahui untuk Mitra Pasif dalam Akuntansi Musyarakah.
E. Untuk mengetahui Penyajian Akuntansi Musyarakah dalam laporan keuangan.
F. Untuk mengetahui Perbedaan Akuntansi Musyarakah dengan Akuntansi
Mudharabah.
BAB II

A. PENGAKUAN & PENGUKURAN MUSYARAKAH


Pengakuan dan pengukuran musyarakah telah diatur oleh PSAK 106 (2007)
sebagai penyempurna PSAK 59 (2002). Berikut ini penjelasan selengkapnya.
Untuk pertanggungjawaban pengelolaan usaha musyarakah dan sebagai
dasar penentuan bagi hasil, maka mitra aktif atau pihak yang mengelola usaha
musyarakah harus membuat catatan akuntansi yang terpisah untuk usaha
musyarakah tersebut. (paragraf 13 PSAK 106, 2007). Untuk memperjelas ketentuan
ini, dimisalkan sebagai berikut :
 PT ABC akan membuka usaha baru yaitu jasa air isi ulang. Untuk pendirian
unit usaha baru ini perusahaan ini meminta pembiayaan ke Bank Syariah
dengan akad musyarakah. Modal pendirian usaha air isi ulang misalnya, Rp
100.000.000, perusahaan ini menyertakan modal Rp 30.000.000, dan modal
dari Bank Syariah Rp 70.000.000, kesepakatan pembagian hasil usaha
berdasarkan nisbah misalnya, mitra : bank = 40 : 60. Dan bila rugi,
pembagian rugi berdasarkan porsi modal masing-masing, yaitu 30 : 70.
Catatan akuntansi yang harus dibuat oleh PT ABC tersebut adalah hanya
yang berasal dari usaha air isi ulang saja, tidak termasuk hasil dari usaha
sembako tersebut. Dengan demikian, laporan laba rugi yang akan
digunakan dasar bagi hasil adalah laba rugi dari usaha air isi ulang saja,
tidak termasuk dari laba rugi usaha sembako.

B. AKUNTANSI UNTUK MITRA AKTIF


Mitra Aktif adalah mitra yang mengelola usaha musyarakah, baik
mengelola sendiri atau menunjuk pihak lain atas nama mitra tersebut.
1. Pada saat akad
Akuntansi musyarakah untuk mitra aktif pada saat akad telah diatur dalam
PSAK 106 (2007). Berikut penjelasan selengkapnya dan bagaimana mitra aktif
mencatat dalam pembukuannya.
a) Investasi musyarakah diakui pada saat penyerahan kas atau aset nonkas
untuk usaha musyarakah.
b) Pengukuran investasi musyarakah adalah sebagai berikut :
1) Dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang diserahkan.
2) Dalam bentuk aset nonkas dinilai sebesar nilai wajar, dan jika terdapat
selisih antara nilai wajar dan nilai buku aset nonkas, maka selisih
tersebut diakui sebagai selisih penilaian aset musyarakah dalam ekuitas.
Selisih penilaian aset musyarakah tersebut diamortisasi selama masa
akad musyarakah. (Paragraf 14-15 PSAK 106, 2007).
c) Aset nonkas musyarakah yang telah dinilai sebesar nilai wajar disusutkan
dengan jumlah penyusutan yang mencerminkan :
1) Penyusutan yang dihitung dengan model biaya historis, ditambah
dengan
2) Penyusutan atas kenaikan nilai aset karena penilaian kembali saat
penyerahan nonkas untuk usaha musayarakah.
d) Jika proses penilaian pada nilai wajar menghasilkan penurunan nilai aset,
maka penurunan nilai ini langsung diakui sebagai kerugian. Aset nonkas
musyarakah yang telah dinilai sebesar nilai wajar disusutkan berdasarkan
nilai wajar yang baru.
e) Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya, biaya studi
kelayakan tidak dapat diakui sebagai bagian investasi musyarakah kecuali
ada persetujuan dari seluruh mitra musyarakah).
f) Penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif (misalnya, Bank
Syariah) diakui sebagai investasi musyarakah dan di sisi lain sebagai dana
syirkah temporer sebesar :
1) Dana dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang diterima, dan
2) Dana dalam bentuk aset nonkas dinilai sebesar nilai wajar dan disusutkan
selama masa akad atau selama umur ekonomis jika aset tersebut tidak
akan dikembalikan kepada mitra pasif.
Contoh :
 1 Maret 2011, Bank Syariah menandatangani akad musyarakah
dengan PT. Maju untuk mencampurkan modalnya dalam usaha
garmen. Bank Syariah menyerahkan kas Rp 20.000.000 dan mesin
produksi sebanyak 10 unit. Nilai buku mesin Rp 9.000.000 per unit,
sedangkan menurut penilaian yang wajar mesin tersebut dinilai
sebesar Rp 10.000.000. PT. Maju menyerah keahlian dan dana kas
Rp 200.000.000. Pembagian hasil didasarkan pada perbandingan/
nisbah Bank dan PT. Maju 40 : 60 atas dasar laba kotor. Sedangkan
untuk kerugian berdasarkan setoran modal. Mitra Aktif PT. Maju
akan mengakui dan mengukur investasi musyarakah sebagai berikut :
Jurnal untuk Mitra Aktif :

1 Maret Investasi musyarakah- Kas 400.000.000


2009 Investasi musyarakah-Aset nonkas 100.000.000
Dana Syirkah Temporer 300.000.000
Kas 200.000.000
2. Selama akad
a. Bagian mitra aktif atas investasi musyarakah dengan pengambilan dana
mitra pasif di akhir akad dinilai sebesar :
a) Jumlah kas yang diserahkan untuk usaha musyarakah pada awal akad
dikurangi dengan kerugian (jika ada); atau
b) Nilai ajar asset musyarakah nonkas pada saat penyerahan untuk usaha
musyarakah setelah dikurangi penyusutan dan kerugian (jika ada).
b. Bagian mitra aktif atas investasi musyarakah menurun (dengan
pengembalian dana mitra pasif secara bertahap) di nilai sebesar jumlah
kas atau nilai wajar asset nonkas yang diserahkan untuk usaha
musyarakah pada awal akad ditambah dengan jumlah dana syirkah
temporer yang tidak dikembalikan kepada mitra pasif dan dikurangi
kerugian (jika ada).

3. Akhir akad
Pada saat akhir akad diakhiri, investasi musyarakah yang belum dikembalikan
kepada mitra pasif diakui sebagai kewajiban.
Jurnal yang dibuat :
Debit : Dana syirkah temporer xxx
Kredit : Utang kepada mitra pasif (bank syariah) xxx
4. Pengakuan Hasil Usaha
Pengakuan hasil usaha musyarakah baik yang menguntungkan maupun yang
merugikan telah diatur PSAK 106 (2007) sebagai berikut :
a. Pendapatan usaha musyarakah yang menjadi hak mitra aktif diakui
sebesar haknya sesuai dengan kesepakatan atas pendapatan usaha
musyarakah. Sedangkan pendapatan usaha untuk mitra pasif diakui sebagai
hak pihak mitra pasif atas bagi hasil dan kewajiban.
b. Kerugian investasi musyarakah diakui sesuai dengan porsi dana masing-
masing mitra dan mengurangi nilai asset musyarakah.
c. Jika kerugian akibat kelalaian atau kesalahan mitra aktif atau pengelola
usaha, maka kerugian tersebut ditanggung oleh mitra pasif atau pengelola
usaha musyarakah.
d. Pengakuan pendapatan usaha musyarakah dalam praktek dapat diketahui
berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi pendapatan usaha dari catatan
akuntansi mitra aktif atau pengelola usaha yang dilakukan secara terpisah.
Berikut ini diberikan ilustrasi bagi hasil usaha.
Dibawah ini laporan laba rugi mitra aktif PT MAJU pada tahun 2011.
Penjualan Rp.500jt
Harga pokok penjualan Rp.200jt
Laba kotor Rp.300jt
Biaya operasi Rp.150jt
Laba operasi Rp.150jt
Laba dibagi berdasar nisbah Bank : PT MAJU = 40 : 60 atas dasar laba kotor.
Perhitungan bagi hasil :
Bank Syariah : 40% x Rp 300jt = Rp 120jt
PT MAJU : 60% x Rp 300jt = Rp180jt
Misalnya rugi Rp 20jt ,maka rugi dibagi berdasarkan setoran modal, missal
60 : 40, maka pembagian rugi adalah :
Bank Syariah : 60% x Rp 20jt = Rp 12jt
PT MAJU : 40% x Rp 20jt = Rp 8jt
Jurnal yang harus dibuat oleh mitra aktif PT MAJU :
BILA LABA :
Debit : Bagi hasil musyarakah Rp 120jt
Kredit : Utang bagi hasil musyarakah Rp 120jt
BILA RUGI :
Untuk Bank Syariah :
Debit : Kerugian musyarakah Rp 12jt
Kredit : Investasi musayarakah Rp 12jt
Untuk Mitra Aktif :
Debit : Dana Syariah dan Temporer Rp 8jt
Kredit : Transaksi Musyarakah Rp 8jt

C. AKUNTANSI UNTUK MITRA PASIF


Mitra pasif adalah mitra yang tidak ikut mengelola usaha musyarakah.
1. Pada Saat Akad
PSAK 106 (2007) telah mengatur perlakuan akuntansi musyarakah untuk
mitra pasif, misalnya bank syariah, sebagai berikut :
a) Investasi musyarakah diakui pada saat pembayaran kas atau penyerahan
asset non kas kepada mitra aktif.
b) Pengukuran investasi Musyarakah :
1) Dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang dibayarkan ; dan
2) Dalam bentuk asset non kas dinilai sebesar nilai wajar dan jika terdapat
selisih antara nilai wajar dan nilai tercatat asset non kas, maka selisih
tersebut diakui sebagai :
i) Keuntungan tangguhan dan diamortisasi selama masa akad
atau
ii) Kerugian pada saat terjadinya.
c) Investasi musyarakah non kas yang diukur dengan nilai wajar asset yang
diserahkan akan berkurang nilainya sebesar baban penyusutan atas asset
yang diserahkan ,dikurangi dengan amortisasi keuntungan tangguhan (jika
ada).
d) Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya, biaya studi
kelayakan) tidak dapat diakui sebagai bagian investasi musyarakah kecuali
ada persetujuan dari seluruh mitra.
Contoh:
 1 Maret 2011,bank syariah menandatangani akad musyarakah dengan
PT. Maju untuk mencampurkan modalnya dalam usaha garmen.Bank
syariah menyerahkan kas Rp 200.000.000,00 dan mesin produksi
sebanyak 10 unit. Nilai buku mesin Rp 900.000,00 per unit,sedangkan
menurut penilaian yang wajar mesin tersebut dinilai sebesar Rp
10.000.000,00 PT Maju menyerahkan keahlian dan dana kas Rp
200.000.000,00,- pembagian hasil didasarkan pada perbandingan nisbah
: bank dan PT Maju = 40 : 60 atas dasar laba kotor sedangkan untuk
kerugian berdasarkan setoran modal. Mitra pasif bank syariah akan
mengakui dan mengukur investasi musyarakah sebagai berikut.
Jurnal untuk Mitra Pasif:

1 Maret Investasi musyarakah- Kas 200.000.000


2009 Investasi musyarakah-aset nonkas 100.000.000
mesin
Keuntungan tangguhan-Selisih penilaian
asset nonkas musyarakah 10.000.000
Aset nonkas-Mesin 90.000.000
Kas 200.000.000
2. Selama Akad
Selama akad investasi musyarokah menurun diukur dan dinilai sesuai
dengan PSAK 106(2007) sebagai berikut:
a) Bagian Mitra pasif atas investasi musyarakah dengan pengembalian dana
mitra pasif diakhir akad di nilai sebesar :
1) Jumlah kas yang dibayarkan untuk usaha musyarakah pada awal akad
dikurangi dengan kerugian (jika ada) atau
2) Nilai wajar asset musyarakah non kas pada saat penyerahan untuk
usaha musyarakah setelah dikurangi penyusutan dan kerugian (jika
ada).
b) Bagian mitra pasif atas investasi musyarakah menurun (dengan
pengembalian dana mitra pasif secara bertahap) dinilai sebesar jumlah kas
yang dibayarkan untuk usaha musayarakah pada awal akad dikurangi jumlah
pengembalian dari mitra aktif dan kerugian(jika ada).
Contoh:
Bila selama tahun 2011 PT MAJU membayar angsuran dana mitra pasif
bank syariah secara tunai Rp 50 juta,- dan bank syariah telah menyusutkan
asset nonkas di investasi musyarakah Rp 20 juta setahun,maka pencatatan
dan penilaiaannya sebagai berikut: BANK SYARIAH

31 Des Kas 50.000.000


2011 Penyusutan-Investasi Musyarakah Aset non kas 20.000.000
Investasi musyarakah - kas 50.000.000
Akumulasi penyusutan-Investasi musyarakah
asset non kas 20.000.000

Penilaian dan penyajian dineraca per 31 Desember 2011 bank syariah sebagai
berikut:
BANK SYARIAH ABC
NERACA
PER 31 DESEMBER 2011

Investasi musyarakah-kas Rp 150.000.000


Investasi musyarakah-aset non
kas Rp 100.000.000
Keuntungan Tangguhan (Rp 8.000.000)
Akumulasi penyusutan (Rp 20.000.000)
Nilai Buku Rp 72.000.000

3. Akhir Akad
Pada akhir akad, investasi musyarakah diakui sesuai dengan PSAK
106(2007) sebagai berikut:
Pada saat akad diakhiri, Investasi musyarakah yang belum dikembalikan oleh
mitra aktif diakui sebagai piutang.

Jurnal yang dibuat oleh mitra pasif bank syariah adalah:

Debit : Piutang-PT MAJU Rp xxx


Debit : Akumulasi penyusutan –Investasi Musyarakah
asset nonkas Rp xxx
Kredit : Investasi musyrakah-aset non kas Rp xxx

4. Pengakuan Hasil usaha


Pendapatan usaha investasi musyarakah diakui sebesar bagian mitra pasif sesuai
kesepakatan. Sedangkan kerugian investasi musyarakah diakui sesuai dengan
porsi dana.
Berikut ini diberikan ilustasi bagi hasil usaha.
Dibawah ini laporan laba rugi mitra aktif PT MAJU pada tahun 2011.
Penjualan Rp 500 Juta
Harga Pokok penjualan Rp 200 Juta
Laba Kotor Rp 300 Juta
Biay Operasi Rp 150 Juta
Laba Operasi Rp 150 Juta
Laba dibagi bardasarkan nisbah Bank : PT Maju = 40 : 60 atas dasar laba kotor.
Perhitungan bagi hasil:
Bank Syariah : 40% x Rp 300 juta, = Rp 120 Juta
PT MAJU : 60% x Rp 300 Juta = Rp 180 Juta
Misalnya Rugi Rp 20 Juta- maka rugi dibagi berdasarkan setoran modal, misal
60 : 40 maka pembagian rugi adalah:
Bank Syariah : 60% x Rp 20 juta, = Rp 12 Juta
PT MAJU : 40% x Rp 20 Juta = Rp 8 Juta
Jurnal yang harus dibuat oleh mitra pasif BANK SYARIAH :
BILA LABA : Adjustment per 31 Desember 2008:
Debit : Piutang bagi hasil musyarakah Rp 120jt
Kredit: Pendapatan bagi hasil musyarakah Rp 120jt
BILA RUGI:
Debit : Kerugian Musyarakah Rp 12jt
Kredit : Investasi Musyarakah Rp 12jt

D. PENYAJIAN
Pada akhir periode, investasi musyarakah disajikan dalam laporan keuangan sesuai
yang diatur oleh PSAK 106 (2007) sebagai berikut:
1. Mitra Aktif menyajikan hal-hal sebagi berikut yang terkait dengan usaha
musyarakah dalam laporan keuangan:
a) Kas atau ase t nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif dan yang diterima dari
mitra pasif disajikan sebagai investasi musyarakah.
b) Asset musyarakah yang diterima dari mitra pasif disajikan sebagai unsure
dana syirkah temporer untuk;
c) Selisih penilaian asset musyarakah, bila ada, disajikan dalam unsur
ekuitas.
Berikut format Investasi musyarakah dineraca pengelola aktif per 31
Desember:

PT MAJU
NERACA
PER 31 DESEMBER 20xx
---- Dana Syirkah Temporer Rp xxxx
Investasi musyarakah-kas Rp xxxxx Ekuitas :
Investasi musyarakah-aset nonkas Rp xxxxx Modal disetor Rp xxxx
Akumulasi penyusutan (Rp xxxxx) Saldo laba Rp xxxx
Nilai Buku Rp xxxxxx Selisih penilaian
Aset non kas musyarakah Rp xxxx

2. Mitra pasif menyajikan hal-hal sebagai berikut yang terkait dengan usaha
musyarakah dalam laporan keuangan.
a) Kas atau asset non kas yang diserahkan kepada mitra aktif disajikan sebagai
investasi musyarakah.
b) Keuntungan tangguhan dari selisih penilaian asset non kas yang diserahkan
pada nilai wajar yang disajikan sebagai pos lawan (contra account) dari
investasi musyarakah.

Berikut format Investasi musyarakah di neraca pengelola pasif


per 31 Desember 20xx
BANK SYARIAH ABC
NERACA
PER 31 DESEMBER 2011

Investasi musyarakah-kas Rp xxxx


Investasi musyarakah-aset
non kas Rp xxxx
Keuntungan Tangguhan (Rp xxxx)
Akumulasi penyusutan (Rp xxxx)
Nilai Buku Rp xxxxx

E. PERBEDAAN AKUNTANSI MUSYARAKAH DAN MUDHARABAH

NO Perbedaan Musyarakah Mudharabah


1. Modal Untuk pembiayaan musyarakah, Pada pembiayaan mudharabah,
baik pengelola dana dan pemilik pihak bank sebagai pemilik dana
dana sama-sama dapat yang hanya dapat berkontribusi
berkontribusi dalam dalam menyediakan dana,
menyediakan modal. sedangkan pihak pengelola dana
dalam hal ini dapat menyediakan
skill dalam proses bisnisnya.
2. Pembagian Pada pembiayaan musyarakah, Pada pembiayaan mudharabah,
Kerugian kerugian harus dibagi antara para penyedia dana menanggung
mitra secara proporsional semua kerugian, dan pengelola
menurut dana masing-masing tidak boleh menanggung
dalam modal. kerugian apapun kecuali
diakibatkan dari kesalahan
disengaja, kelalaian, atau
pelanggaran kesepakatan
3. Kegiatan Partisipasi para mitra dalam Dalam pembiayaan
Usaha pekerjaan merupakan dasar mudharabah, kegiatan usaha
pelaksanaan musyarakah, akan adalah hak ekslusif pengelola
tetapi kesamaan porsi kerja dana, tanpa campur tangan
bukanlah merupakan syarat. penyedia dana, tetapi ia
Seorang mitra dapat mempunyai hak untuk
melaksanakan kerja lebih melakukan pengawasan,
banyak dari yang lainnya, dan penyedia dana juga tidak boleh
dalam hal ini ia boleh menuntut mempersempit tindakan
bagian keuntungan tambahan pengelola sedemikian rupa yang
bagi dirinya dapat menghalangi tercapainya
tujuan mudharabah, yaitu
keuntungan.
Jadi, pada intinya Akad Musyarakah adalah akad kerjasama yang didasarkan
atas bagi hasil. Berbeda dengan Akad Mudharabah di mana pemilik dana menyerahkan
modal sebesar 100%, dan pengelola dana berkontribusi dalam kerja.
Dalam Akad Musyarakah, para mitra berkontribusi dalam modal maupun
kerja. Keuntungan dari usaha syariah akan dibagikan kepada para mitra sesuai dengan
nisbah yang disepakati para mitra ketika akad, sedangkan kerugian akan ditanggung
para mitra sesuai dengan proporsi modal. Para mitra melakukan akad musyarakah
dilandasi dengan keinginan kuat untuk meningkatkan harta kekayaan yang dimilikinya
melalui kerjasama diantara mereka.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Musyarakah adalah akad kerja sama yang terjadi antara para pemilik
modal (mitra musyarakah) untuk menggabungkan modal dan melakukan usaha
secara bersama dalam suatu kemitraan, dengan nisbah bagi hasil sesuai dengan
kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung secara proporsional sesuai dengan
kontribusi modal.
Musyarakah dapat berupa musyarakah permanen maupun menurun.
Musyarakah permanen modalnya tetap sampai akhir masa musyarakah,
musyarakah menurun modalnya secara beransur-ansur menurun karena dibeli oleh
mitra musyarakah. Keuntungan atau pendapatan musyarakah dibagi berdasarkan
kesepakatan awal, sedangkan kerugian musyarakah dibagi secara proporsional
berdasarkan modal yang disetor. Setiap mitra dapat meminta mitra lainnya untuk
menyediakan jaminan. Kelalaian atau kesalahan pengelola dana, antara lain,
ditunjukkan oleh : tidak terpenuhinya persyaratan yang ditentukan dalam akad,
tidak terdapat kondisi di luar kemampuan yang lazim dan yang telah ditentukan
dalam akad, atau hasil putusan dari pengadilan.

B. Saran
Potensi masalah yang timbul dalam pelaksanaan Musyarakah agar dapat
mengatasi kelemahan dalam melakukan akad musyarakah dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu :
1. Peningkatan kualitas usaha dalam menerima amanah dari mitra pasif.
2. Peningkatan kualitas transparansi dalam kesepakatan antara mitra aktif dan
mitra pasif.
3. Penerapan standar akuntansi yang memadai.

DAFTAR PUSTAKA

Wiyono, Drs. Slamet dan Taufan Maulamin. 2013. MEMAHAMI AKUNTANSI SYARIAH
DI INDONESIA. Jakarta : Mitra Wacana media
http://obrolanmanusia.blogspot.com/2010/12/musyarakah-akuntansi.html
https://andinurhasanah.wordpress.com/2012/12/26/akad-musyarakah/

Anda mungkin juga menyukai