1. Investasi musyarakah diakui pada saat menyisihkan kas atau aset non kas untuk usaha
musyarakah
2. Pengukuran investasi musyarakah
a. Dalam bentuk kas di nilai sebesar jumlah yang di sisihkan ;dan
b. Dalam bentuk aset non kas di nilai sebesar nilai wajar dan jika terdapat selisih antara
nilai wajar dan nilai buku aset non kas,maka selisih tersebut di akui sebagai selisih
penilaian aset musyarakah dalam ekuitas
c. Selisih kenaikan aset musyarakah diamortisasi selama masa akad musyarakah
3. Aset tetap musyarakah yang telah di nilai sebesar nilai wajar yang di susutkan dengan jumlah
penyusutan yang mencerminkan:
Penyusutan yang di hitung dengan historical cost models di tambah dengan
Penyusutan atas kenaikan nilai aset karena penilaian kembali saat penyisihan aset non kas
untuk usaha musyarakah
4. Apabila proses penilaian pada nilai wajar menghasilkan penurunan nilai aset, maka
penurunan nilai ini langsung diakui sebagai kerugaian
5. Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah tidak dapat diakui sebagai investasi musyarakah
kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra musyarakah
6. Penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif diakui sebagai investasi musyarakah dan
disisi lain sebagai dana syirkah temporer sebesar :
a. dana dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang di terima
b. dana dalam bentuk asset non kas di nilai sebesarnilai wajar dan di susutkan selama
masa akad apabila aset tersebut tidak akan di kembalikan kepada mitra pasif
Selama Akad
1. Bagian entitas atas investasi musyarakah dengan pengembalian dana mitra diakhir akad
dinilai sebesar jumlah kas yang disisihkan dan nilai tercatat aset musyarakah non kas
Jumlah kas yang di sisihkan untuk usaha musyarakah pada awal akad di kurangi dengan
kerugian
Di nilai tercatat aset musyarakah non kas pada saat penyisihan untuk usaha musyarakah
setelah di kurangi penyusutan dan kerugian
2. Bagian entitas atas investasi musyarakah menurun dinilai sebesar jumlah kas yang
disisihkan untuk usaha musyarakah pada awal akad di tambah dengan jumlah dana syirkah
temporer yang telah di kembalikan kepada mitra pasif dan di kurangi kerugian.
Akhir akad
1. Pada asat akad diakhiri, investasi musyarakah yang belum dibayarkan kepada mitra pasif
diakui sebagai kewajiban.
1. Pendapatan usaha musyarakah yang menjadi hak mitra aktif diakui sebesar haknya sesuai
dengan kesepakatan atas pendapatan usaha musyarakah. Sedangkan pendapatan usaha
untuk mitra pasif diakui sebagai hak pihak mitra pasif atas bagi hasil dan kewajiban.
2. Kerugian investasi musyarakah diakui sesuai dengan porsi dana masing-masing mitra dan
mengurangi nilai aset musyarakah.
3. Jika kerugian akibat kelalaian atau kesalahan mitra aktif atau pengelola usaha, kerugian
tersebut ditanggung oleh mitra aktif atau pengelola usaha musyarakah.
1. Pembiayaan musyarakah dalam bentuk kas dimulai sebesar jumlah yang dibayarkan
2. Pembiayaan musyarakah yang diberikan da;lam bentuk aktiva non kas dinilai sebesar nilai
wajar aktiva non kas, selisih antara nilai wajar dan nilai buku aktiva non kas di akui sebagai
keuntungan atau kerugian bank pada saat penyerahan.
3. Biaya-biaya yang timbul aibat akad musyarakah tidak dapat diakui sebagai bagian
pembiayaan musyarakah kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra musyarakah
4. Pengakuan keuntungan/pendapatan dan kerugian musyarakah
Dalam pembiayaan musyarakah yang di mulai dan berakhir pada periode pelaporan yang
sama, keuntungan atau pendapatan diakui pada saat terjadinya pembayaran apabila dalam
pembiayaan musyarakah menggunakan metode bagi laba (profit sharing) di mana masa
sebelumya terjadi keuntungan, maka keuntungan yang di peroleh pada masa tersebut harus di
alokasikan terlebih dahulu untuk memulihkan pengurangan modal akibat kerugian pada masa
sebelunyanya.
Hanafiah, rasio pembagian laba berbeda dengan rasio investasi, yaitu sesuai
kesepakatan para pihak. Pandangan Imam Abu Hanifah, biasanya pembagian
laba mungkin berbeda dengan rasio investasi.
hal itu melemahkan musyarakah dan melanggar prinsip keadilan. Seorang mitra
boleh mengusulkan bahwa jika keuntungan melebihi jumlah tertentu,
kelebihan atau persentase itu diberikan. Contohnya, bila seorang dari
mereka (mitra) mengatakan, “Saya akanmendapat sepuluh jika kita
mendapatkan lebih dari itu”, dan mitra lainnya menyepakati, kontrak tersebut
sah.Syarat-syarat tersebut pun bersifat mengikat.
Abdullah Saeed, Menyoal Bank Syariah, (Jakarta : Paramadina, 2004), hlm. 101- 102
Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, (Bogor: Penerbit Ghalia