Anda di halaman 1dari 6

Nama : Fitria Gosal

NIM :1814201266

Kelas : A3/Sem V

Tugas : UTS

MK : keperawatan kegawatdaruratan kelautan

Soal UTS Gadar Kelautan :

1. Gangguan dalam pelayaran sesuai dengan situasi dikelompokkan menjadi keadaan darurat,

sebutkan & jelaskan ?

2. Bagaimana SPO Penyelamatan Kebakaran diatas Kapal ?

3. Bagaimana Pertolongan Ketika Korban Berada dalam Air?

4. Jelaskan penyebab Tubrukan kapal ?

5. Jelaskan Bagaimana Penatalaksanaan Algoritma Drowning ?

Jawaban :

1. A. Tubrukan
Tubrukan kapal dengan kapal atau kapal dengan dermaga maupun dengan benda lain yang
dapat menimbulkan kerusakan pada kapal, korban manuasia, tumpahan minyak ke laut (bagi
kapal tangki), pencemaran & kebakaran.

B. Kebakaran
Dapat terjadi dikamar mesin, ruang muatan, gudang penyimpanan perlengkapan kapal,
instalasi listrik & tempat akomodasi Nahkoda dan ABK. Ledakan dapat terjadi karena
kebakaran ataupun sebaliknya kebakaran terjadi karena ledakan.

C. Kandas
Didahului dengan tanda putaran baling-baling terasa berat, asap dicerobong mendadak
menghitam, badan kapal bergerak dan kecepatan kapal berubah dan kemudian berhenti
mendadak. Saat kondisi kapal kandas, posisi kapal sangat bergantung pada permukaan dasar
laut atau sungai, sedangkan situasi didalam kapal sangat bergantung pada keadaan kapal dan
kapal bocor dan pencemaran, bahaya tenggelam dan kebakaran terjadi apabila bahan bakar
terkontaminasi dengan jaringan listrik yang rusak.

D. Kebocoran/tenggelam
Tejadi akibat tubrukan atau kulit kapal terkena korasi.

E. Orang jatuh kelaut


Bentuk kecelakaan yang membuat situasi yang membuat situasi menjadi darurat yaitu
pertolongan tergantung pada cuacacuaca, kemampuan penolong dan fasilitas yang ada.

F. Pencemaran
Pembuangan sampah dan tumpahan minyak buang limbah kapal muatan tangki, buangan
limbah kamar mesin yang menyebabkan kecelakaan kapal kebakaran dan tenggelam.

2. SPO Penyelamatan Kapal Kebakaran


Tindakan awal Cara Pemadam Kebakaran Di Atas Kapal harus dilakukan dengan
cepat dan tepat, karena keterlambatan atau kesalahan bertindak dapat mengakibatkan
kegagalan fatal. Untuk dapat bertindak dengan cepat dan tepat diperlukan pengetahuan
tentang cara-cara pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran yang memadai.

-Sijil Kebakaran Diatas Kapal


Sijil kebakaran adalah suatu daftar yang berisi tugas masingmasing individu dikapal,
apabila terjadi kebakaran. Pemadaman kebakaran dikapal harus dilaksanakan secara kerja
sama (Team work), maka untuk dapat dilaksanakan dengan baik harus dilakukan latihan
kebakaran secara rutin. membiasakan dan membuat awak kapal menjadi profesional, tangguh
dan sigap dalam melaksanakan tugasnya masing masing diatas kapal dalam mengatasi situasi
kebakaran.

-Jenis Dan Macam Alat Pemadam Kebakaran


Berdasarkan bahan yang terbakar maka api dapat dibedakan menjadi beberapa jenis
antara lain :
1. Api kelas A, yang terbakar bahan padat
2. Api kelas B, yang terbakar bahan cair/gas
3. Api kelas C, yang terbakar melibatkan arus listrik
4. Api kelas D, bahan yang terbakar logam
Klasifikasi jenis kebakaran tersebut diatas terbentuk sesudah tahun 1970, sebelumnya hanya
kelas A, B, C.
-3 Cara Pemadam Kebakaran Di Atas Kapal
Terdapat 3 (tiga) cara untuk mengatasi/memadamkan kebakaran :
1. Cara penguraian yaitu cara memadamkan dengan memisahkan atau menjauhkan bahan /
benda-benda yang dapat terbakar
2. Cara pendinginan yaitu cara memadamkan kebakaran dengan menurunkan panas atau suhu.
Bahan airlah yang paling dominan digunakan dalam menurunkan panas dengan jalan
menyemprotkan atau menyiramkan air ketitik api.
3. Cara Isolasi / lokalisasi yaitu cara pemadaman kebakaran dengan mengurangi kadar /
prosentase O2 pada bendabenda yang terbakar.

-Bahan Pemadam Kebakaran


Bahan peadam kebakaran yang banyak dijumpai dan dipakai pada saat ini antara lain :
1. Bahan pemadam Air
2. Bahan pemadam Busa (Foam)
3. Bahan pemadam Gas CO2
4. Bahan pemadam powder kering (Dry chemical)
5. Bahan pemadam Gas Halon (BCF)

-Alat Alat Pemadam Kebakaran Diatas Kapal


Agar penggunaan bahan-bahan pemadam kebakaran benarbenar mencapai sasaran dengan
tepat, cepat, aman dan ekonomis, maka perlu diciptakan berbagai macam-macam peralatan
pemadam kebakaran baik yang berupa instalasi maupun tabung-tabung dalam berbagai
ukuran.
1. Instalasi Pemadam Kebakaran
Instalasi ini dipasang pada bangunan atau ruangan-ruangan tertentu seperti di Hotel-hotel
besar, perkantoran, gudang, pabrik juga pada kapal - kapal.
2. Instalasi pompa pemadam kebakaran tetap
Bahan pemadam yang digunakan adalah air yang diisap dengan pompa dari laut, sungai,
sumur, kolam maupun tangki air, dialirkan melalui pipa serta menyemprotkan melalui
selang dan pipa penyemprot (Nozzle)
3. Pipa Penyemprot ( Nozzle )
Pipa penyemprot pada saat ini ada 2 macam yaitu yang pertama disebut nozzle tunggal,
sedangkan macam yang lain disebut nozzle serba guna (all purpose nozzle) dapat
berfungsi untuk memancarkan dan mengabutkan air serta dapa menahan keluarnya air.
4. Instalasi CO2
Bahan pemadam kebakaran gas CO2 adalah bahan pemadam yang sangat efektif untuk
memadamkan api kelas C, namun dapat juga digunakan untuk kelas A maupun kelas B.
5. Portable Fire Extinguisher
6. Botol pemadam Kebakaran Acid
Alat ini dinamakan pemadam kebakaran basah, karena pada saat disemprotkan yang
keluar adalah air, dengan demikian cocok digunakan untuk memadamkan kebakaran type
C.
7. Botol pemadam Kebakaran Busa ( foam)
Alat Botol pemadam kebakaran ini dapat menghasilkan busa pemadam sebanyak kurang
lebih 10 x dari isi botol api tersebut dan disertai gas dengan tekanan, sehingga busa dapat
dipancarkan keluar melalui nozzle pada waktu memadamkan kebakaran. Lihat gambar isi
dari botol kabakaran busa (foam) dibawah ini.
8. Botol Pemadam Kebakaran Gas Asam Arang
Alat ini terdiri dari botol baja yang kuat tahan tekanan, berisi zat asam arang (CO2)
dengan tekanan tinggi (kurang lebih 150 atm). Jika gas asam arang keluar dari tabung
melalui corong sebagian dari zat asam arang membeku (salju) dengan cepat sekali
sehingga suhunya akan turun sampai – 700C. Berat zat asam arang (CO2) pada alat ini +
7 kg. Biasanya pada botol tercantum ketentuan berat pada saat kosong dan berat pada saat
isi penuh.
9. Botol Pemadam Kebakaran B.C.F BCF
(Bromocloro Difluormethane) adalah salah satu jenis dari gas Halon (Halon 1211).
Prinsip pemadamannya adalah sama dengan gas CO2 atau dry chemical, yaitu dengan
cara mengisolasi kebakaran. Dan paling baik untuk memadamkan kebakaran dialat-alat
permesinan/lstrik Bahan BCF adalah gas Halon yang tidak berbahaya, tidak merupakan
peralatan dan tidak mengalirkan listrik.
10. Fireman’s outfit (perlengkapan juru pemadam kebakaran)
Terdiri dari :
• Helm
• Breathing apparatus
• Baju tahan api
• Sarung tangan

3. Pertolongan pertama yang di lakukan ketika korban berada di dalam air :


1) Segera Minta Bantuan.
2) Keluarkan Korban dari Air.
3) Menolong Korban yang Sudah Tenggelam
4) Periksa Pernapasan Korban.
5) Melakukan CPR.

4. Salah satunya adalah Kondisi Cuaca, Tidak bisa dipungkiri, ini menjadi momok yang kerap
muncul sebagai penyebab dari suatu kecelakaan di berbagai sektor moda transportasi – tidak
terkecuali moda laut. Hempasan ombak dan gelombang tinggi menjadi dua faktor yang kerap
menghambat perjalanan moda laut sampai-sampai membat celaka.

5. PENATALAKSANAAN

Prinsip pertolongan di air :


1) Raih ( dengan atau tanpa alat ).
2) Lempar ( alat apung ).
3) Dayung ( atau menggunakan perahu mendekati penderita ).
4) Renang ( upaya terakhir harus terlatih dan menggunakan alat apung ).
Penanganan pada korban tenggelam dibagi dalam tiga tahap, yaitu:
1. Bantuan Hidup Dasar
Penanganan ABC merupakan hal utama yang harus dilakukan, dengan fokus utama
pada perbaikan jalan napas dan oksigenasi buatan, terutama pada korban yang mengalami
penurunan kesadaran. Bantuan hidup dasar pada korban tenggelam dapat dilakukan pada saat
korban masih berada di dalam air. Prinsip utama dari setiap penyelamatan adalah
mengamankan diri penyelamat lalu korban, karena itu, sebisa mungkin penyelamat tidak perlu
terjun ke dalam air untuk menyelamatkan korban. Namun, jika tidak bisa, penyelamat harus
terjun dengan alat bantu apung, seperti ban penyelamat, untuk membawa korban ke daratan
sambil melakukan penyelamatan. Cedera servikal biasanya jarang pada korban tenggelam,
namun imobilisasi servikal perlu dipertimbangkan pada korban dengan luka yang berat.
2. Penilaian pernapasan 
Penanganan pertama pada korban yang tidak sadar dan tidak bernapas dengan normal
setelah pembersihan jalan napas yaitu kompresi dada lalu pemberian napas buatan dengan
rasio 30:2. Terdapat tiga cara pemberian napas buatan, yaitu mouth to mouth, mouth to nose,
mouth to mask, dan mouth to neck stoma.
Penanganan utama untuk korban tenggelam adalah pemberian napas bantuan untuk
mengurangi hipoksemia. Pemberian napas buatan inisial yaitu sebanyak 5 kali. Melakukan
pernapasan buatan dari mulut ke hidung lebih disarankan karena sulit untuk menutup hidung
korban pada pemberian napas mulut ke mulut. Pemberian napas buatan dilanjutkan hingga 10
– 15 kali selama sekitar 1 menit. Jika korban tidak sadar dan tenggelam selama <5 menit,
pernapasan buatan dilanjutkan sambil menarik korban ke daratan. Namun, bila korban
tenggelam lebih dari 5 menit, pemberian napas buatan dilanjutkan selama 1 menit, kemudian
bawa korban langsung ke daratan tanpa diberikan napas buatan.
Kompresi dada diindikasikan pada korban yang tidak sadar dan tidak bernapas
dengan normal, karena kebanyakan korban tenggelam mengalami henti jantung akibat dari
hipoksia. Pemberian kompresi ini dilakukan di atas tempat yang datar dan rata dengan rasio
30:2. Namun, pemberian kompresi intrinsik untuk mengeluarkan cairan tidak disarankan,
karena tidak terbukti dapat mengeluarkan cairan dan dapat berisiko muntah dan aspirasi.
Selama proses pemberian napas, regurgitasi dapat terjadi, baik regurgitasi air dari
paru maupun isi lambung. Hal ini normal terjadi, namun jangan sampai menghalangi tindakan
ventilasi buatan. Korban dapat dimiringkan dan cairan regurgitasinya dikeluarkan.
3. Bantuan hidup lanjut
Tersedianya sarana bantuan hidup dasar dan lanjutan ditempat kejadian merupakan
hal yang sangat penting karena beratnya cedera pada sistem saraf pusat tidak dapat dikaji
dengan cermat pada saat pertolongan diberikan. 4
Pastikan keadekuatan jalan napas, pernapasan dan Sirkulasi. Cedera lain juga harus
dipertimbangkan dan perlu tidaknya hospitalisasi ditentukan berdasarkan keparahan kejadian
dan evaluasi klinis. Pasien dengan gejala respiratori, penurunan saturasi oksigen dan
perubahan tingkat kesadaran perlu untuk dihospitalisasi. perhatian harus difokuskan pada
oksigenasi, ventilasi, dan fungsi jantung. Melindungi sistem saraf pusat dan mengurangi
edema serebri merupakan hal yang sangat penting dan berhubungan langsung dengan hasil
akhir.
Bantuan hidup lanjut pada korban tenggelam yaitu pemberian oksigen dengan
tekanan lebih tinggi, yang dapat dilakukan dengan BVM (Bag Valve Mask) atau tabung
Oksigen. Oksigen yang diberikan memiliki saturasi 100%. Jika setelah pemberian oksigen ini,
keadaan korban belum membaik, dapat dilakukan intubasi trakeal.

Anda mungkin juga menyukai