Anda di halaman 1dari 37

“1.

Latar Belakang Kemajuan teknologi dan perkembangan industri yang pesat sean dubutuhkannya
sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional di bidangnya Hal ini dapat diperoleh dari
lembaga-lembaga pendidikan formal maupun non formal melaha peningkatan kualitas pendidikan
sesuai dengan kurikulum yang telah ditentukan Peran serta dari dunia industri dapat memberikan
dukungan sarana dan prasarana yang

menunjang ke arah tersebut.

Dalam era globalisasi dan kemajuan teknologi diperlukan adanya indusui yang maju dengan tenaga
kerja yang profesional dalam bidangnya. Keahlian tenaga kerja harus ditunjang oleh beberapa hal,
antara lain pengetahuan dasar, pengetahuan keahlan keahlian dasar nalar (analisis dan sintesis),
manajemen industri, meupun kepemimpinan di lapangan industri.

Kerja praktek adalah salah satu mata kuliah wajib yang harus ditempuh oleh mahasiswa Jurusan
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakart. Kerja praktek ini bertujuan untuk
membuka wawasan mahasiswa terhadap pengalaman dalam bidang industri secara nyata, hubungan
personal antara pekerja dan keterkaitan setiap disiplin ilmu dengan disiplin ilmu yang lainnya. Salah
satu lembaga atau instansi yang mempunyai keterkaitan dengan bidang teknik kimia adalah
Pusdiklat Migas Cepu. Pusdiklat Migas Cepu merupakan salah satu lembaga kedinasan yang
mendidik dan melatih seluruh pegawai industri migas di Indonesia serta memberikan sertifikasi yang
bertaraf nasional.

Pusdiklat Migas Cepu merupakan salah satu lembaga yang berada di bawah Badan Diklat Kementrian
Energi dan Sumber Daya Mineral. Pusdiklat Migas Cepu mempunyai tugas melaksanakan pendidikan,
latihan-latihan, dan kursus-kursus dalam bidang perminyakan dan gas. Sarana pendidikan dan
pengolahan minyak bumi yang ada di Pusdiklat Migas Cepu terdiri dari beberapa unit seperti :

I. Bagsam Tata Usaha (BDMU)

Bagian tata usaha bertugas untuk mengatur urusan dan kepegawaian, rumah tangga, ketatausahaan,
serta keuangan Pusdiklat Migas Cepu. Berdasarkan Peraturan Merseri No. 18 Tahun 2010 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementrian ESDM Pasal 810, Bidang Tata Usaha memiliki fungsi :

a) Pelaksanaan urusan ketatausahaan, kearsipan, perlengkapan, rumah tangga, kepegawaian,


organisasi, tata laksana, hukum, hubungan masyarakat, serta keprotokolan.

b) Pelaksanaan urusan keuangan dan administrasi barang milik negara.


Berdasrkan pasal 812 dan 813 menyebutkan bahwa Bidang Tata Usaha terdiri atas :

a. Sub Bagian Kepegawaian dan Umum Sub Bidang Kepegawaian dan Umum mempunyai tugas
melakukan urusan ketatausahaan, kearsipan, perlengkapan, rumah tangga, kepegawaian, organisasi,
tat laksana, hukum, hubungan masyarakat, serta keprotokolan.

b. Sub Bagian Keuangan Sub Bidang Keuangan dan Rumah Tangga : :yai tugas melakukan urusan
keuangan dan administrasi « .: « H negara

2. Bidang Program dan Kerjasama (BDMP)

Bidang Program dan Kerjasama bertugas melaksanakan penyiapan penyusunan kebijakan teknis,
rencana, program, anggaran, kerja sama dan pelaporan di bidang pendidikan dan pelatihan minyak
dan gas bumi. Berdasarkan Peraturan Menteri No.18 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementrian ESDM Pasal 814, Bidang Program dan Kerjasama memiliki fungsi :

a) Penyiapan bahan penyusunan pedoman, standar, prosedur, kriteria, rencana, program dan
anggaran, serta penyusunan laporan di bidang pendidikan dan pelatihan minyak dan gas bumi.

b) Penyiapan kerja sama dan pengolahan informasi di bidang pendidikan dan minyak dan gas bumi.

Perdasarkan pasal 816 dan 817 Bidang Program dan Kerjasama terdiri atas :

Sub Bidang Rencana dan Program

Sub Bidang Rencana dan Program mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan ponyusunan
pedoman, standar, prosedur, kriteria, rencana, program, dan anggaran, serta penyusunan laporan di
bidang pendidikan dan pelatihan minyak dan gas bumi.

b. Sub Bidang Kerjasama dan Informasi

Sub Bidang Kerjasama dan Informasi mempunyai tugas melakukan penyiapem kerja ssama dan
pengolahan informasi di bidang pendidikan dan pelatihan minyak dan gas bumi, serta pelayanan
sertifikasi kompetensi tenaga minyak dan gas bum.
.

. Bidang Penyelenggaraan dan Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan (BDM D) Bidang Penyelenggaraan
dan Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan bertugas

melaksanakan penyelenggaraan, pemantauan, dan evaluasi di bidang pendidikan dan

pelatihan minyak dan gas bumi. Menurut Peraturan Menteri No. 18 Tahun 2010

tentang Tata Kerja Kementrian ESDM Pasal 818, Bidang Penyelenggaran dan

Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan berfungsi untuk :

a) Penyiapan penyelenggaraan dan pelayanan jasa di bidang pendidikan dan

pelatihan minyak dan gas bumi b) Penyiapan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang
pendidikan dan

pelatihan minyak dan gas bumi. Berdasarkan pasal 820 dan 821 Bidang Penyelenggaraan dan
Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan terdiri atas :

a Sub Bidang Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Sub Bidang Penyelenggaraan Pendidikan
dan Pelatihan mempunyai tugas melakukan penyiapan penyelenggaraan dan pelayanan jasa di
dibang pendidikan dan pelatihan minyak bumi.

b. Sub Bidang Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan 4

5.

Hub Isidang Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan mempunyai tugas melakukan penyiapan
penyelenyyaraan dan pelayanan jasa di bidang pendidikan dan pelatihan minyak bumi,

Bidang Sarana dan Prasarana Teknis (BDM S)


Bidang Sarana dan Prasarana Teknis memiliki tugas untuk melaksanakan pengelolaan sarana dan
prasarana teknis di bidang pendidikan dan pelatihan minyak dan gas bumi. Menurut Peraturan
Menteri No.18 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kememrian ESDM Pasal 822, Bidang
Sarana dan Prasarana Teknis memiliki fungsi untuk :

A Pengelolaan dan pelayanan jasa serta tempat uji kompetensi sarana dan prasarana b Pengelolaan
dan pelayanan jasa serta tempat uji kompetensi sarana dan prasarana Berdasarkan Pasal 824 dan
825 bidang Sarana dam Prasarana Teknis terdiri atas : a. Sub Bidang Kilang dan Utilitas Subbidang
Kilang dan Utilitas mempunyai tugas melakukan pengelolaan dan pelayanan jasa serta tempat uji
kompetensi sarana dan prasarana teknis kilang dan mlntas. B. Sab Bidang Laboratorium dan Bengkd
Subbidang laboratorium dang bengkel mempunyai tugas melakukan pengelolaan dam pelayanan
jasa serta tempat uji kompetensi sarana dan prasarana teknis

Laboratorium dan bengkel.

Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok Jabatan Fungsional berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada

Seksetaris Badan man Kepala Pusat yang bersangkutan. Kelompok Jabatan Fangsondi di lingkungan
Badan Pendidikan dan Sumber Daya Mineral bertugas

Tugas lainnya yang berdasarkan pada keahlian atau keterampilan tertentu sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang memiliki 3 Sub Bidang, yaitu :

a) Widyaiswara Bidang Pendidikan

b) Widyaiswara Bidang Teknologi Industri

c) Widyaisara Bidang Manajemen/Umum

4 Ketenagakerjaan 1. Jumlah Karyawan

Karyawan merupakan salah satu aset utama yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Karyawan memiliki
peran yang sangat penting, bahkan sukses tidaknya suatu perusahaan sangat tergantung dari
karyawan. Sistem kerja yang berlaku di Pusdiklat Migas Cepu adalah sistem Pegawai Negeri Sipil
(PNS), dimana sehabis masa kerjanya akan mendapat pensiun. Saat ini karyawan yang ada di
Pusdiklat Migas Cepu sebanyak 548 karyawan yang terdiri dari :

Karyawan di Pusdiklat Migas Cepu terbagi menjadi dua kelompok yaitu karyawan non shift dan
karyawan shift. a. Karyawan non shift terdiri dari karyawan tetap dan honorer. Hari dan jam kerrja
karyawan yang ada di Pusdiklat Migas Cepu adalah :

Tabel 2. Hari dan Jam Kerja Karyawan Non Shift Pusdiklat Migas Cepu

Pimpinan tertinggi di Pusdiklat Migas Cepu dipegang oleh seorang kepala yang

Bertanggung jawab kepada Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral.

. Kesejahteraan Karyawan

Pusdiklat Migas Cepu mempunyai berbagai fasilitas yang disediakan untuk

Kesejahteraan karyawan-karyawan antara lain :

a) Fasilitas Pendidikan Sarana-sarana yang terdapat di fasilitas pendidikan meliputi :


laboratorium dasar, bengkel, ruang peraga dan perpustakaan dengan tujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan karyawan.

b) Fasilitas Perumahan

c) Fasilitas Olahraga Sarana yang tersedian berupa GOR, lapangan tembak, lapangan sepak
bola, lapangan atletik, tenis, golf dan kolam renang.

d) Fasilitas Kesenian dan Hiburan Sarana yang tersedia berupa peralatan band, kulintang,
karawitan dan sanggar tari.
e) Fasilitas lain meliputi : cuti selama 12 hari dalam 1 tahun, koperasi, dana pensiun dan dana
gotong royong.

“ BABII DESKRIPSI PROSES

.1. Proses Utama

2.1.1. Bahan Baku dan Produk

Proses produksi di Pusdiklat Migas Cepu terdapat di unit kilang dengan bahan baku berupa minyak
mentah (crude oil). Pengolahan minyak dilakukan

Dengan proses distilasi atmosferis yaitu pemisahan minyak berdasarkan titik didihnya dengan
tekanan 1 atm.

Unit destilasi atmosferis atau Crude Destilation Unit (CDU) yang berada di kilang Pusdiklat Migas
Cepu mengolah minyak mentah yang bersal dari sumursumur minyak yang terdapat di Kawengan,
Ledok, Ngoblo dan Semanggi yang bernaung dibawah PT Pertamina EP Region Jawa Area Cepu serta
sumur minyak

Di Wonocolo yang merupakan pertambangan rakyat dibawah pengawasan PT Pertamina EP Region


Jawa Area Cepu.

Umpan unit destilasi di Pusdiklat Migas Cepu adalah minyak mentah jenis HPPO (High Pour Point Oil)
yang merupakan campuran antara minyak mentah

Dari sumur Kawengan yang berjenis LPPO (Light Pour Point Oil) dan bersifat naftanis.

Produk-produk yang dihasilkan dari unit destilasi Pusdiklat Migas Cepu adalah :

# Pertasol CA, CB, CC

# Kerosin (minyak tanah) @ Solar


# PH Solar

E Residu

2.1.2, Kapasitas Pabrik

Kapasitas operasi di kilang Pusdiklat Migas Cepu adalah 308 m//hari, sedangkan kapasitas maksimal
furnace mencapai 330-500 kL/hari dengan

Minyak mentah (crude oil) dan kontrak dagang dengan Pertamina,

Unit kilang Pusdiklat Migas Cepu megolah crude oil menjadi Petrasol CA, CB, CC, Kerosin, Solar, PH
Solar dan Residu.

2.1.3. Uraian Proses Produksi

Minyak mentah (crude oil) yang akan diolah oleh unit kilang Pusdiklat Migas Cepu terlebih dahulu
dihilangkan ampuritasnya oleh Pertamina

(treatment), kemudian diproses dengan tahap-tahap pengolahan selanjutnya seperti berikut ini :
2.1.3.1. Pemanasan awal di Heat Exchanger

Minyak mentah dari tangki penyimpanan T.101/102 yang bersuhu & 46,9”C dialirkan dengan pompa
P-3/4/5 menuju ke HE-4,5 kemudian ke HE-1 dan HE-2,3 untuk pemanasan hingga mencapai

Suhu & 127,7”C. Media pemanas yang digunakan pada HE-4,5 adalah residu, sedangkan pada HE-1
menggunakan nafta dan HE-2,3

Menggunakan solar. Pemanasan awal dilakukan untuk memperingan

Kerja furnace sehingga menghemat bahan bakar.


2.1.3.2. Pembakaran di Furnace

Proses berikutnya setelah pemanasan di HE, crude oil

Dimasukkan ke stabilizer V-3 kemudian dipanaskan ke furnace F-$

Hingga mencapai suhu & 330”C. Bahan bakar yang digunakan

Merupakan campuran udara, fuel gas, fuel oil (residu), dan steam.

Steam digunakan untuk proses atomizing (pengkabutan) fuel oil agar pembakaran berlangsung lebih
cepat dan sempurna. Suhu pada furnace dijaga agar tidak melebihi 370”C karena pada suhu terscbut

Crude oil akan mengalami cracking dan menghambat perpindahan

Panas sehingga menurunkan efisiensi furnace.

Api dalam furnace tidak mati seluruhnya jika furrnace tidak sedang bekerja karena masih terdapat
api yang berasal dari fuel gas. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya flash back (penyalaan api
yang mendadak dari furnace sehingga terjadi perbedaan tekanan antara

Bagian dalam dan luar furnace yang terlalu besar).

Hasil pembakaran dari furnace berupa gas CO», O2 excess, Nzinert, CO dan uap air yang dialirkan
melalui cerobong yang dilengkapi dengan stack dumper untuk mengatur keluarnya gas buang (fuel
gas).

2.1.3.3. Penguapan dalam Evaporator

Crude oil yang keluar dari furnace, sekitar 60Y5 berubah menjadi uap kemudian masuk ke
evaporator V-1 untuk memisahkan fase cair dan fase uap. Fase uap (fraksi ringan) yang berupa fraksi
produk campuran pertasol, nafta, kerosin, solar dan PH solar akan keluar dari puncak V-1 pada suhu
& 290,4”C dan dialirkan menuju ke kolom fraksinasi C-1, sedangkan fase cair (fraksi berat) berupa
residu keluar dari dasar V-1 pada suhu & 281,8”C dan dimurnikan ke residue stripper
C-5 dengan bantuan steam injection (steam stripping).

Injeksi steam menggunakan steam kering yang bertujuan untuk memperkecil tekanan persial
hidrokarbon. Hal ini dikarenakan jika tekanan parsial hidrokarbon turun maka penguapan
hidrokarbon menjadi lebih besar sehingga pemisahan uap hidrokarbon dari liguid menjadi lebih
sempurna. Apabila steam mengandung air, sedangkan suhu evaporator lebih tinggi dari suhu steam
maka air yang masuk akan menguap dalam evaporator dam memperbesar tekanan total. Steam
kering diperoleh dari steam yang dilewatkan akumulator terlebih dahulu sehingga steam yang gnasih
mengandung air akan dipisahkan

Menjadi steam kering dan kondensat.

2.1.3.4. Pemisahan pada Residu Stripper C-5

Fraksi produk di bagian bawah C-5 yang berupa residu siap pakai diolah lebih lanjut dan didestilasi
(pengolahan residu cracking). Residu tersebut digunakan sebagai pamanas pada HE-4,$ kemudian
didinginkan dalam Box Cooler BC.02 sampai suhu & 75”C dan ditampung ke tangki T.104, 122, 123.
Fraksi ringan akan keluar dari

Puncak residu stripper C-5 kemudian masuk ke kolom fraksinasi C-1.

2.1.3.5. Pemisahan pada Kolom Fraksinasi C-1

Fraksi ringan di kolom C-1 akan naik ke atas kolom dan terjadi perpindahan panas dan massa melalui
tray-tray yang bertipe bubble cup tray (pemisahan fraksi ringan berupa campuran pertasol CA, CB
dan

Nafta).

Dari side stream terdapat produk pertasol CC langsung bisa dipakai sebagai pelarut (tinner). Di
bawah produk kerosin terdapat fraksi solar yang selanjutnya dimurnikan di solar stripper C-4. Produk

Bahwa C-1 berupa PH solar yang keluar pada suhu #&100-120”C. 2.1.3.5. Pemisahan pada Kolom
Fraksinasi C-2
Produk atas dari kolom C-1 dipisahkan ke kolom C-2. Produk atas yang keluar dari C-2 merupakan
uap yaitu pertasol CA. Dari side stream C-2 dihasilkan produk nafta yang keluar pada suhu &
100120”C.

2.1.3.7. Pendinginan dan Pengembunan pada Cooler dan Kondensor

Produk dari kolom fraksinasi dan kolom stripper didinginkan pada cooler atau diembunkan dengan
kondensor sebelum ditampung di

Tangki penampungan.

# Produk atas kolom fraksinasi C-2 yang berupa pertasol CA masuk ke kondensor CN-1,2,3,4 dan CN-
5,6,7,8,9,10,12 sehingga terjadi pengembunan dan keluar pada suhu & 48-50’C,

Fraksi yang melalui kondensor CN-5,6,7,8,9,10,12 didinginkan pada cooler CL.3,4 sedangkan fraksi
yang melalui kondensor CN-1,2,3,4 didinginkan di box cooler BC.03,04,05,06.

E Pertasol CB dari side stream C-2 masuk ke dalam cooler CL.$

Dan CL.9 pada suhu & 98”C dan keluar pada suhu dan keluar pada suhu & 58/C.

E Produk bawah dari kolom C-2 berupa nafta yang keluar pada suhu & 117”C didinginkan ke cooler
CL.13,14 dan keluar pada suhu & 48C.

E Pertasol CC dari side stream kolom C-1 didinginkan ke cooler CL.1,2.

E Kerosin pada kerosine stripper C-3 didinginkan dalam cooler CL.7,8,12.

E Solar yang merupakan produksi dari C-4, setelah masuk ke HE2,3 didinginkan ke cooler
CL.6,10,11. .

E PH solar yang merupakan produk bawah kolom C-l


Didinginkan dengan box cooler BC.01.

E Residu yang keluar dari HE-4,5 didinginkan dengan box cooler BC.02.

2.1.3.8. Pemisahan dalam Separator dan Penampungan

Produk yang telah dihasilkan, dipisahkan terlebih dahulu dari uap air dengan menggunakan
separator sebelum disimpan dalam tangki

Penampungan.

# Pertasol CA dipisahkan dengan separator S-1 dan S-2 kemudian disimpan di tangki T.114/116/117.

# Pertasol CB menggunakan separator S-4 dan ditampung di tangki T.110. e Nafta menggunakan
separator S-2 dan disimpan di tangki T.109

# Pertasol CC menggunakan separator S-8 dan disimpan di tangki 1.112,103.

Kerosin menggunakan separator S-5 dan ditampung di tangki T.106,124,125,126.

Solar menggunakan separator S-6 dan ditampung di tangki T.111,120,127.

PH Solar menggunakan separator S-7 dan ditampung di tangki T.108,118,119.

E Residu ditampung di tangki T.104,122,123.

Selain destilasi atmosferik terdapat proses pengolahan lainnya yaitu proses treating dan proses
blending.

a. Proses Treating
Proses ini merupakan proses pengurangan atau penghilangan impuritas yang terdapat dalam minyak
bumi di unit pengolahan kilang Pusdiklat Migas Cepu. Proses ini dilakukan dengan penambahan
NaOH terhadap pertasol untuk mengurangi kadar H)S

Dan RSH. Impuritas dalam produk perlu dihilangkan karena dapat mengakibatkan :

» Menurunkan stabilitas

Timbulnya dau yang tidak enak dari pembakaran

» Korosif terhadap peralatan

S Turunnya mutu cat

Proses treating hanya dilakukan pada produk pertasol CA, nafta dan pertasol CC yaitu dengan cara
injeksi NH3 pada puncak

Kolom dan proses pencucian menggunakan NaOH. Reaksi yang

Terjadi sebagai berikut : RSH # N2OH RSNa # HO... (1) H»S #2Na20H Na9S #2H2D. Alir rare semena
(2)

b. Proses Blending

Proses blending dilakukan dengan mencampur dua zat atau lebih yang mempunyai komposisi
berbeda untuk memperoleh hasil yang telah ditentukan. Fungsi dari proses ini adalah:

» Meningkatkan mutu produk 8» Membuat produk baru

» Menekan biaya Proses blending dilakukan untuk menghasilkan minyak BOD yang merupakan
campuran AFO dengan solar. Kegunaannya
Adalah untuk meredam goni supaya tahan lama dan R30 yang merupakan campuran antara solar
dengan residu sebagai bahan Bakar industri.

2.2. Utilitas Utilitas merupakan bagian dari suatu pabrik yang berfungsi untuk menyediakan bahan
-bahan pembantu proses sebagai sarana untuk memperlancar proses operasi di

Kilang dan keperluan lainnya. Sebagai proses kegiatan ini meliputi :

Penyedia air industri

Penyedia air minum

Penyedia steam atau uap bertekanan Pengedia tenaga listrik

Penyedia bahan bakar

KS Un

2.2.1. Unit Boiler

Boiler merupakan suatu unit yang memproduksi uap bertekanan (steam), air pendingin kilang dan air
lunak. Pada unit boiler terdapat 3 boiler merk Wanson

Buatan Prancis, dimana 2 boiler beroprasi sedangkan 1 boiler untuk cadangan.

Gambar 2. Unit Boiler di Pusdiklat Migas Cepu

Uap yang dihasilkan merupakan boiler tekanan rendah dengan jenis boiler
Pipa api (fire tube) dan satu sumbu api (single burner). Bahan bakar yang digunakan untuk penyalaan
pertama berupa gas LPG dengan ignitor pada busi

(nyala busi) dan diikuti terbukanya control valve bahan bakar solar. Unit boiler

Memiliki beberapa fungsi sebagai berikut :

1. Penyedia uap bertekanan

Proses penyediaan uap bertekanan (steam) yaitu air umpan yang masuk ke dalam drum dan
dipanaskan dari hasil pembakaran bahan bakar menjadi uap bertekanan (steam) dengan tekanan 6
kg/cm?.

Kebutuhan uap air (steam) digunakan untuk berbagai keperluan antara lain : proses kilang, pemanas
dan media penggerak pompa torak serta turbin uap. Pada unit boiler tersedia tiga unit ketel uap pipa
api Wanson dengan tekanan

Kerja normal 7 kg/cm? Dengan suhu operasi superhead steam 110’C. Setelah boiler dapat
menghasilkan uap bertekanan, maka tangki bahan bakar residu dipanaskan sampai temperatur
100”C, kemudian bahan bakar solar

Diganti residu dengan tekanan supply (pasok) 16 kg/cm?, sedangkan udara

Pembakaran dihasilkan dari blower yang dugerakkan oleh motor listrik. 2. Penyedia udara
bertekanan

Dalam penyediaan udara bertekanan diperoleh dari udara atmosfer yang

Dimasukkan ke dalam kompresor. Udara bertekanan digunakan sebagai:

S Penggerak alat-alat kontrol (instrumentasi) yang ada di unit kilang.

8 Untuk back wash pada bak penyaringan air di unit water treatment.

Untuk pengadukan dan pembersih filter.


Pada unit boiler terdapat 4 buah kompresor yaitu 2 buah jenis screw (ulir) yang berkapasitas 174
Nm’/jam dan 2 buah jenis reciprocatting (torak) yang berkapasitas 250 Nm”/jam. Untuk
memperbaiki mutu udara bertekanan

Agar sesuai dengan spesifikasi yang digunakan, maka udara bertekanan harus

Melewati beberapa alat proses antara lain :

a) Air Filter/penyaring udara Alat untuk menyaring udara agar terbebas dari kotoran dan debu.
Alat ini

Dipasang sebelum kompresor. B) After Cooler

Alat ini berfungsi untuk mendinginkan udara dari kompresor dengan media pendingin air. C)
Separator

Alat untuk membuang tetesan embun (air). D4) Air dryer

Alat untuk menyerap air, sehingga udara kering. Air dryer terdiri dari 2 jenis yaitu : 1)
Adsorber/Chemis

Udara dilewatkan pada zat higroskopis yaitu alumina yel (A03) untuk menyerap bintik-bintik air. Saat
alumina gel atau silika gel telah jenuh selanjutnya dilakukan regenerasi dengan menyemprotkan
udara bertekanan dengan tekanan 4 kg/cm? Dari atas ke bawah hingga bintik-bintik air yang
menempel pada alumina gel atau silika gel tersebut terkelupas.

2) Refrigerator

Udara didinginkan dengan media freon sampai mencapai suhu 4”C sehingga bintik air mengembun
kemudian dipisahkan dengan air trap. Udara bertekanan digunakan untuk : a. Media istrumentasi
pneumatic b. Media kerja lain, misalnya pada unit wax plant sebagai daya dorong yang dihembus
cairan c. Back wash filter 3. Penyedia Air Lunak
Air industri yang berasal dari unit water treatment dimasukkan ke dalam softener agar kesadahan air
turun. Air lunak digunakan untuk umpan air ketel dan air pendingin mesin. Air yang digunakan untuk
umpan ketel harus memenuhi beberapa syarat yang telah ditetapkan diantaranya pH air sekitar
8,59,5 dengan kesadahan total mendekati nol. Persyaratan tersebut dibuat oleh organisasi pembuat
boiler di Amerika yaitu ABMA (American Boiler Manufacturing Association). Hal ini dimaksudkan
agar dalam ketel atau boiler tidak cepat terbentuk kerak atau scale sehingga tidak menurunkan
efisiensi ketel uap. Kerak dapat menjadi isolasi sehingga permukaan perpindahan panas dapat
terhalang serta dapat menimbulkan kerusakan pada pipa.

Peralatan-peralatan yang akan digunakan untuk proses penyediaan air uap ketel adalah :

a. Saringan Pasir (Sand Filter)

Air industri memiliki turbidity & 10 ppm (mgL) SiO, dilewatkan ke dalam sand filter untuk
mengurangi atau memperkecil tubidity sehingga ukuran (dalam mesh) dari lumpur-lumpur di dalm
air menjadi lebh kecil.

Pasir yang digunakan sebagi filter merupakan pasir silika memiliki kekerasan yang lebih baik bila
dibandingkan dengan pasirpasir dari daerah sekitar Cepu. Pasir Cepu biasanya hanya digunakan
sebagai pasir industri sehingga apabila digunakan sebagai filter maka terlalu halus dan dapat
mempersulit proses penyaringan.

Pasir-pasir silika tersebut akan tersusun dengan sendirinya sesuai ukuran meshnya karena adanya
perbedaan berat jenis,kemudian proses penyaringan dapat berlangsung selama 2 hari. Setelah 2 hari
maka pasir silika berada dalam keadaan jenuh dan tidak mampu lagi untuk menyaring. Hal ini
disebabkan adanya

kotoran-kotoran atau lumpur-lumpur yang menempel pada pasir

sehingga perlu dilakukan back wash

Proses back wash atau pencucian balik dilakukan dengan menggunakan airyang didorong oleh udara
beretekanan yang berasal dari kompresor dan dilakukan dengan gerakan balik yaitu: dari bagian
bawah sand filter sehingga lumpur-lumpurnya akan keluar dari bagian atas dan lumpur tersebut
dapat digunakan lagi untuk

menyaring.
b. Softener

Proses pengolahan air dari sand filter selanjutnya dialirkan untuk menghilangkan garam-garam yang
dapat menyebabkan terjadinya kesadahan air seperti garam-garam Ca dan Mg dan juga untuk
mengolah air industri supaya menjadi lunak.

Sistem penghilangan garam-garam tersebut dilakukan dengan sistem kation exchange berbentuk
bejana silinder tegak yang didalamnya berisi bahan penukar ion yaitu : Na»R yang biasa disebut resin
atau zeolit

Resin yang digunakan adalah jenis resin JR 200 dikarenakan lebih tahan panas sehingga dapat
diregenerasi dengan air panas pada suhu 80”C dan dapat digunakan sebanyak 4000 liter.

Mekanisme reaksi yang terjadi sebagai berikut : CaCO3 # NapR CaR # Na2Cog3..e..ooooo.o (3)
MgCO3 # Na?R MgR #Na?Cog3......oooWoWom. (4)

Air yang keluar dari softener mempunyai kesadahan nol dan jika semakin lama diuji di laboratorium
maka ada kecenderungan kesadahan mengalami kenaikan sehingga pelunakan harus dihentikan dan
dipindahkan ke softener lain. Setelah 7 hari, resin berada dalam keadaan jenuh yang berarti bahwa
resin tidak mampu mengikat ion-ion Ca” dan Mg” sehingga resin perlu diregenerasi (pengaktifan
kembali) dengan menambahkan NaCl yang diaduk dengan udara bertekanan sampai larut dan
direndam salama 2jam. Untuk sekali proses regenerasi diperlukan NaCl sebanyak 600 Kg. Ion Na”
dari NaCl dapat menggantikan ion Ca dan Mg yang dapat terikat dengan resin. Mekanisme reaksi
yang terjadi sebagai berikut :

CaR # 2NaC1 NapR # CaClp........oo.Wo#W”Wm mm. (5) MgR # 2NaC1 NapR #


MgClp.......W.#Wm..omnmm (6)

CaCl» dan MgCl) yang terbentuk selanjutnya dibuang. Selama proses regenerasi aliran air dari WTP
dihentikan, sedangkan untuk kebutuhan air di ketel uap atau boiler diambil dari tangki

Penampung air lunak yang berkapasitas 500 m’ sehingga cukup untuk waktu 3 atau 4 jam selama
proses regenerasi. Setelah regenerasi selesai, softener dioperasikan kembali secara normal.

Tahap berikutnya setelah regenerasi adalah melakukan


Pencucian resin dan sisa garam-garam dapur dengan cara mengalirkan air menggunakan kecepatan
tinggi dari bagian bawah softener. Pada bagian atas softener dilengkapi dengan saringan

Untuk menyaring agar resin tidak keluar. Air yang keluar dari

Softener disebut air lunak, kemudian dialirkan ke tangki penampung air lunak.

Gambar 4. Softener

c. Daerator

Air dari tangki penampung air lunak dipompa menggunakan

Pompa booster menuju ke daerator untuk menghilangkan adanya gas-gas CO» dan O». Gas CO»
akan mengakibatkan terjadinya pembusaan (foaming) akibat produksi uap yang berlebihan sehingga
dapat mengotori dan merusak peralatan-peralatan seperti : pompa

Dan turbin, sedangkan O» dapat menimbulkan karat atau korosi di dalam ketel uap.

Proses daerasi dapat dilakukan dengan 2 sistem yaitu :

1. Sistem Fisis

Sistem ini dilakukan dengan cara memberi panas yaitu dengan memanaskan air umpan sampai suhu
80”C sehingga gas-gas terlarut di dalam air terlepas.

Hal ini dilakukan dengan mengalirkan steam dari bagian bawah daerator sehingga terjadi kontak
langsung dan transfer panas sehingga suhu air meningkat dari 30”C menjadi 80”C dan mengurangi
tekanan sampai 0,001 Kg/cm?.

2. Sistem Chemis

Sistem ini dilakukan dengan penambahan bahan-bahan kimia, seperti: Na»SO: sebanyak 0.5 Kg
setiap 8 jam untuk menyerap atau mengikat O» sehingga tidak masuk ke dalam
Boiler karena dapat menimbulkan korosi. Mekanisme reaksi yang terjadi adalah:

Na)SO3 4 -02 AN NP 0 7 MANA (7) Penambahan ini dilakukan setelah air keluar dari dalam daerator
demikian juga halnya dengan penambahan bahan-bahan kimia yang lain, yaitu:

Penambahan NaOH (soda api) NaOH ditambahkan sebanyak 0,5 Kg setiap waktu operasi selama 8
jam untuk meningkatkan pH air dari

Netral menjadi 8,5-9,5 agar sesuai untuk air umpan ketel.

Penambahan Na:3PO4

Ditambahkan sebanyak 15 Kg untuk setiap

Jam yang digunakan untuk

Na3Pos waktu operasi 8

Engembunkan lumpur yang masih terikat di dalam air m

Yang masih mengandung Ca. Cara ini digunakan agar Ca

Tidak masuk ke boiler. Mekanisme reaksi yang terjadi: 2Na:Poi t 3CaCO3 Ca3(PO4)2 # NazCO3....(8)

Air yang dialirkan dalam pipa yang didalamnya terdapat screw atau berbentuk ulir (aliran air dari
laminer diubah menjadi turbulen) kemudian dipotong oleh medan magnet 24 V yang mengelilingi
aliran air tersebut. Tujuan dari cara tersebut supaya garam-garam Ca dan Mg lemah dan tidak
bereaksi dengan ion OH atau CO3 untuk membentuk scale.

3. Penyediaan Air Pendingin


Sistem pendingin di Pusdiklat Migas Cepu menggunakan sistem semi open circuit. Keadaan normal
air pendingin mempunyai pH antara 6-7. Proses penyediaan air pendingin dengan melewatkan air
bekas pemanas dari cooler dan kondensor pada cooling tower sehingga dapat menghasilkan air
pendingin. Kegunaan dari air pendingin adalah untuk mendinginkan minyak-minyak panas di dalam
cooler maupun di dalam kondensor.

Kebutuhan air pendingin di unit kilang dapat diperoleh dari bak YAP yang telah mengalami proses
penjernihan atau diambil dari bak segaran yang telah mengalami proses penjernihan di unit CPI
(Corrogated Plate Interceptor). Air dari bak segaran yang telah diberi PAC dimasukkan ke unit CPI
yang terdiri dari flokulator PAC yang dilengkapi dengan 1 buah pengaduk agar terjadi pencampuran
secara homogen sehingga membentuk flok-flok dan mengendap di bagian bawah, kemudian air yang
jernih berada di bagian atas dan dialirkan ke tangki flokulator II demikian seterusnya sampai pada
tangki flokulator Ill.

Endapan lumpur atau flok-flok di bagian bawah flokulator III dialirkan Ke dalam clarifier yang terdiri
dari 8 kamar/sel yang disusun secara paralel. Pada clarifier dilengkapi dengan plate-plate yang
dipasang dengan kemiringan 60” C yang berfungsi untuk menyaring atau memisahkan flok-flok yang
terdapat di dalam air sehingga flok-flok tersebut akan menempel pada plate-plate dan ada yang
sebagian mengendap di bagian bawah dan dibuang dengan cara didrainase. Air yang jemih berada
pada bagian paling atas, kemudian dialirkan ke tangki gravitasi dan dimasukkan ke bak
penampungan secara overflow

Dan BPA I air dapat mengalami pengendapan secara overflow kemudian air didistribusikan sebagai
air industri untuk dipompa ke cooling tower secara gravitasi. Air dari cooling tower ditampung dalam
bak air pendingin kemudian disirkulasi kembali ke unit kilang yaitu untuk kondensor, cooler dan box
cooler. Sistem pendingin yang digunakan adalah sistem semi open circuit dimana air yang telah
digunakan sebagai pendingin dikembalikan ke menara pendingin untuk digunakan lagi sebagai
pendingin.

Penyediaan Air Umpan Boiler

Air umpan boiler adalah air yang dimasukkan kedalam boiler untuk mengganti kehilangan air karena
penguapan atau blow down (pembuangan air boiler) selama operasi berjalan. Jika air umpan boiler
bermutu rendah maka dapat menimbulkan kerak pada permukaan pipa atau seluruh sistem boiler.

Air umpan boiler berasal dari bak segaran yang sebagian dipompa dengan pompa centrifugal single
stage menujuke unit CPI (Corrugated Plate Interceptor). Air yang akan masuk ke CPI ditambahkan
atau diinjeksi tawas dan
Kaporit terlebih dahulu. Dari unit CPI air masuk ke bak air industri (BAIT) yang berkapasitas 100 m’.
Dari BAI, air dialirkan menuju ke pressure sand filter untuk menurunkan turbiditas air menjadi 10
ppm SiO». Oleh karena kesadahan air masih tinggi maka air haris dilunakkan dalam siftener untuk
menghilangkan

Atau mengurangi kandungan ion Ca” dan M ot

Proses pelunakan air dilakukan dengan cara menukar ion dikarenakan selama proses pelunakan, ion
Ca” dan Mg” dihilangkan dari air sadah dan

Diganti dengan ion-ion Na” yang berasal dari resin NaR.

2NaR 4 Ca(HCO3p CaR2 # 2NaHCOJ...oo.ooo.i..... (2)

2NaR MgCl MgRz # 2NaCL.......oooooooo (10) Jika resin telah hampir semuanya mengganti ion Ca””
dan Mg’” maka daya serap ionnya akan turun. Oleh karena itu, resin harus diaktifkan kembali atau
diregenerasi dengan larutan NaCl, dimana ion Na” dari garam akan menggantikan ion Ca?” dan Mg”
yang terikut dalam resin. Reaksi yang terjadi:

CaR» t 2NaCl 2NaR # CaClpb.....ccoooooooooooo 1)

MgR» # 2NaC1 2NaR # MgClp....ooooooooooooooo-o 2) CaCl dan MgCl) yang terbentuk selanjutnya
dibuang kemudian dilakukan pencucian resin dengan cara menghembuskan air dari atas softener.
Selama terjadi regenerasi, kebutuhan air di boiler diambil dari tangki penampungan air lunak.

Air yang telah lunak dimasukkan ke tangki penampungan air lunak kemudian dipompa dengan
booster pump menuju ke daerator untuk menghilangkan gas-gas atau udara yang terlarut dalam air
terutama O» dan CO». Proses untuk menghilangkan Ca dan Mg yang telah terbentuk dalam boiler
berupa kerak yaitu dengan menambahkan HCI sebanyak 300 mL. Air yang keluar dari daerator
dipompa menuju alat yang disebut elektromagnetik yang berfungsi untuk melemahkan ion-ion Ca”
dan Mg”.

Elektromagnetik terdiri dari kumparan-kumparan yang dialiri oleh arus listrik DC 24 volt, 15 ampere.
Hal ini didasarkan atas teori Lorenz yang menyatakan bahwa kandungan ion Ca” dan Mg” akan
lemah apabila terdapat tolakan antara air dengan medan magnet yang timbul dari arus listrik
sehingga Ca dan Mg tidak dapat bereaksi lagi dengan ion-ion OH dan CO:”.
. Penyediaan Air Pemadam Kebakaran

Air dari sungai Bengawan Solo yang telah melalui proses screening dipompa ke bak segaran sehingga
terjadi pengendapan secara gravitasi.

Air dari bak segaran dipompa dengan pompa sentrifugal menuju ke unit safety and fire sebagai air
pemadam kebakaran untuk didistribusikan ke hydrant

Hydrant yang ada di pabrik dan perkantoran.

UNIT POWER PLANT

Unit penyediaan listrik di Pusdiklat Migas Cepu diperoleh dari generator pembangkit tenaga listrik
yang ada di lokasi pabrik. Pembangkit listrik di Pusdiklat Migas Cepu menggunakan generator set
dengan penggerak mcsin diesel. Pemilihan

Mesin diesel sebagai penggerak generator ini dikarenakan beberapa faktor yaitu:

Perawatannya mudah Suku cadangnya mudah didapat Bahan bakarnya dapat dipenuhi sendiri yaitu
solar

Mudah dipindahkan.

AA pp « »

Fungsi PLTD yang ada di Pusdiklat Migas Cepu adalah untuk melayani kebutuhan listrik di unit kilang.
PLTD di Pusdiklat Migas Cepu didirikan pada

Tahun 1972. Unit power plant memilki 8 buah generator sebagai mesin untuk pembangkit listrik
yang terdiri dari: a. 3 buah generator dengan kapasitas 820 KVA

c. 2 buah generator dengan kapasitas 400 KVA c. 3 buah generator dengan kapasitas 1000 KVA

9000-9500 liter/hari
Kebutuhan bahan bakar solar Kebutuhan pelumas 100-125 liter/hari sebagai makeup Kebutuhan air
pendingin 15m

Tenaga listrik yang dihasilkan akan didistribusikan menggunakan transformator station yang
dipasang di daerah yang memerlukan tenaga listrik.

Pusdiklat Migas Cepu menggunakan 13 transformator jenis step down untuk

Melayani motor-motor listrik dan lampu penerangan.

Generator yang ada di Pusdiklat Migas Cepu dilengkapi dengan:

a. Control Panel Control panel berfungsi untuk mengontrol operasi generator. Pengontrolan ini

Dilakukan terhadap arus, tegangan, frekuensi dan daya yang dikeluarkan oleh

Generator.

b. Riil Daya

Riil daya berfungsi untuk menampung daya yang berasal dari generator. 11 c. Oil Circuit Breaker
(OCB)

OCB berfungsi untuk menyambung dan melepas tenaga listrik.

c. Baterai Raterai berfungsi sebagai sumber emergency lamp bila listrik mati, indikator

Dan control relay. Sistem operasi secara kontinyu (24 jam) dijaga oleh 3 shift

Dengan masing-masing shift terdapat 3 orang karyawan. Adapun pembagian

Shiftnya yaitu : Shift 1 : 08.00 Shift 2 : 16.00-24.00


Shift 3 : 24.00-08.00

2.2.3. Unit Water Treatment

Water treatment merupakan unit pengolahan air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
manusia dan untuk menunjang kebutuhan operasi dan pabrik. Oleh karena itu, untuk memenuhi
kebutuhan tersebut diperlukan air yang bersih, jernih dan bebas dari kuman penyakit. Air mudah
didapat dari permukaan bumi, tetapi air dengan mutu yang sesuai dengan penggunaannya masih
sulit untuk diperoleh. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka Pusdiklat Migas Cepu

Mengambil air dari sungai Bengawan Solo untuk diolah lebih lanjut sehingga dapat Memenuhi
berbagai kebutuhan.

Hasil proses pengolahan air di unit water treatment Pusdiklat Migas Cepu

Digunakan untuk :

a. Air minum b. Air industri

b. Air untuk pemadam kebakaran

Unit water treatment di Pusdiklat Migas Cepu memiliki beberapa unit penunjang

Yaitu :

1) Unit Water Pump Stasion Unit ini berfungsi untuk menghisap air baku sungai Bengawan Solo
dengan menggunakan pompa sentrifugal menuju kedua tempat, yaitu : a. Bak YAP (Kali Solo
II) untuk diolah menjadi produk air industri atau air bersih.

c. Bak segaran digunakan sebagai feed pada unit CPI (Corrogated Plated Interceptor) dan
keperluan air pemadam kebakaran. 2) Unit Pengolahan Air Industri (Air Bersih) Unit ini
berfungsi untuk mengolah air baku dari Bengawan Solo yang diambil dengan pompa
terpasang 12 m dibawah permukaan air dalam RPKS I dan menghasilkan air industri. Pompa
terletak 12 m di bawah permukaan air untuk menghemat tenaga, karena dengan demikian
hanya dibutuhkan tenaga untuk mendorong air saja. Meskipun berada pada kedalaman 12
m, saringan ini tidak akan tertimbun pasir, karena pompa akan menghisapnya secara
kontinyu sehingga akan terkumpul di bak segaran. Proses-proses yang digunakan antara lain:
a. Proses Screening Proses ini untuk memisahkan air dari partikel-partikel padat yang

Terhisap oleh air baku seperti kerikil dan benda-benda asing yang

Terapung. Adapun tujuan dari proses screening adalah:

Mencegah terikatnya partikel-partikel besar yang mana jika tidak

Disaring akar: mengakibatkan kebuntuan pada sistem perpipaan.

» Mencegah kerusakan pada pompa-pompa.

c. Proses Sedimentasi Proses sedimentasi yaitu proses pengendapan partikel-partikel

Padat didalam air yang menyebabkan kekeruhan berupa lumpur atau zat padat berat lainnya.
Berikut ini merupakan tujuan dari proses sedimentasi, yaitu:

8» Menghilangkan kekeruhan (turbidity)

» Mengurangi kesadahan (Hardness)

» Menghemat bahan bakar

Beberapa hhal yang mempengaruhi proses pengendapan antara lain :

8 Waktu pengendapan: pemberian waktu yang cukup sehingga partikelpartikel padat dapat memisah
secara sempurna. Perbedaan berat jenis pertikel atau lumpur dengan air.

Semakin berat jenis partikel, maka waktu pengendapan akan semakin

Lama. » Adanya gaya gravitasi, partikel-partikel yang mempunyai berat akan


Turun karena gaya gravitasi. S Kecepatan aliran, semakin lambat aliran, maka akan semakin baik hasil

Yang diperoleh.

d. Proses Koagulasi dan Flokulasi Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel koloid karena

Penambahan zat kimia (koagulan). Faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasi adalah:

“ Jenis dan dosis bahan koagulan yang ditambahkan

» Suhu

‘ PH

“ Waktu pencampuran

8 Pengadukan

Jenis bahan koagulan yang dapat digunakan dalam proses penjernihan air adalah: Alumunium Sulfat
(Al(SO4)3.18 H2O), Sodium Aluminat (Na? A-O4), Ferri Chlorida (FeC13), Ferri Sulfat (Fe»(SO4)3) dan
Chlorinated Copperas.

Flokulasi adalah proses penggabungan partikel-partikel kecil menjadi besar dengan memanfaatkan
tenaga hidrodinamik. Untuk mendapatkan flokulasi yang baik dilakukan pengadukan cepat selama
beberapa menit diikuti pengadukan cepat selama #5 (lima) menit. Gumpalan yang terbentuk akan
turun karena gaya beratnya sendiri. Agar flok bertambah berat sehingga dapat turun dengan cepat,
diperlukan penambahan bahan flokulasi (flocculating agent) misalnya: Silika aktif, Bentonit Barit,
Clay (lumpur) dan zat-zat organik (algae, pati).

Faktor faktor yang mempengaruhi flokulasi adalah:

» Penambahan bahan kimia s Pengadukan yang sempurna » Kontak yang baik


e. Settling dan Sedimentasi

Settling dan sedimentasi merupakan proses pemberian waktu dan penenangan terhadap air agar
flok yang telah menjadi besar mampu mengendap sesuai dengan waktu yang disediakan dalam bak
pengendap secara gravitasi.

Gumpalan yang terbentuk pada proses koagulasi masih berukuran kecil. Setelah proses flokulasi
terjadi benturan sehingga gumpalan menjadi besar dan mengendap di bak sedimentasi. Endapan
yang terjadi sebaiknya dibuang secara periodik agar kemampuan pengendapan tidak terpengaruh
oleh perubahan kecepatan yang terjadi dengan adanya endapan di dasar bak pengendap. Aliran air
dalam bak sedimentasi harus bersifat teratur, lambat dan tidak mengaduk.

f. Flotasi

Proses flotasi yaitu proses pemisahan partikel-partikel yang lebih Ringan dengan jalan penampungan
berdasarkan perbedaan berat jenis.

Partikel yang ringan akan naik keatas dan bisa dibuang dengan overflow

Faktor-faktor yang mempengaruhi flotasi adalah:

Waktu Perbedaan jenis partikel dengan air

Suhu Macam-macam flotasi, yaitu: Flotasi alami

Flotasi alami adalah partikel yang memisah dengan sendirinya.

Flotasi dibantu Flotasi dibantu adalah partikel memisah dengan bantuan dari luar.

Adapun cara untuk mempercepat flotasi, yaitu:

Menaikkan Suhu Dengan diberikannya pemanasan pada sistem, zat yang lebih ringan akan
bertambah ringan dan akan cepat memisah ke atas.
Memberikan hembusan udara Dengan jalan menyemprotkan udara bertekanan dari bagian dasar,

Sehingga partikel ringan terikut ke permukaan.

g. Klasifikasi Klasifikasi merupakan proses penjernihan atau pengendapan lumpur di dalam bak-
bak pengendapan atau bak CPI yang

Berisi fiber glass dengan penambahan koagulan berupa tawas berbentuk

Proses

Kristal. Proses ini merupakan gabungan antara proses sedimentasi, koagulasi dan flokulasi yang
dapat dilakukan dengan cara:

Memperbesar konsentrasi flok dengan cara memberikan kontak yang

Baik antar partikel menggunakan pengadukan atau sirkulasi.

Recycle sludge g. Filtrasi Filtrasi adalah proses pemisahan berdasarkan perbedaan diameter

Partikel dengan cara penyaringan. Tujuan filtrasi adalah untuk

Menghilangkan bakteri, warna, rasa, bau dan membuat air menjadi lebih jernih. Pada umumnya
filtrasi yang dipakai untuk pengolahan air adalah

Filtrasi yang menggunakan pasir sebagai media penyaring.

Pasir yang digunakan untuk proses filtrasi harus memiliki sifat-sifat:

A Berasal dari batuan keras seperti batuan padat (basalt), batuan perangkap (trap) dan batuan
baiduri (guartz).
S» Bebas dari lempung (clay), kapur, zat-zat organik dan sebagainya.

8» Ukuran seragam dan alami » “Tahan terhadap benturan dan keras

» Jika direndam dalam larutan asam klorida (HCI) selama 24 jam,

Beratnya tidak berkurang 54.

Ukuran pasir yang efektif adalah 10” berat pasir yang lolos. Apabila pasir yang digunakan terlalu
halus maka akan sering terjadi penyumbatan filter dan kapasitas filtrasi menurun. Ukuran pasir yang
terlalu besar dapat mengakibatkan lolosnya partikel dan bakteri yang ada

Dalam air sehingga proses filtrasi tidak memberikan hasil yang baik.

Proses pengolahan air minum di Pusdiklat Migas Cepu disaring dengan pasir silika (proses Sand
Filter). Dipilihnya pasir silika karena pasir jenis ini paling tahan terhadap benturan sehingga lebih
ekonomis dan efisien. Dalam proses klasifikasi masih ada partikel-partikel yang belum mengendap,
sehingga untuk mendapatkan hasil air yang lebih baik maka dilakukan proses penyaringan. Partikel-
partikel yang memiliki diameter

Lebih besar akan tidak dapat melewati media penyaring tersebut.

Bak filtrasi beroperasi secara kontinyu menggunakan media berupa pasir silika pada bagian atas dan
bagian bawah berupa nozzle-nozzle. Air akan kehilangan sebagian energi gerakanya saat masuk ke
bak filtrasi. Hal

Ini disebabkan air menumbuk pasir silika.

Partikel atau pengotor akan mengendap tertahan oleh pasir silika tersebut. Air yang sudah bersih
kemudian melewati nozzle-nozzle, ini

Bertujuan untuk menahan pasir silika agar tidak turun bersama air yang disaring.
3) Unit Pengolahan Air Minum dengan cara diolah sebagai air industri digunakan untuk air minum
deng

melalui proses berikut:

a. Desinfektan

an Proses desinfektan merupakan proses pembunuhan kuman yang bersifat patogen (menyebabkan
penyakit). Jenis desinfektan yang

digunakan: Klorin (Cl»), kalsiun hipoklorit. Ozon (O3)

Pasteurisasi : mendidihkan air selama 10 menit

Penyinaran : sinar ultraviolet dan sinar uap mercury.

Desinfektan yang digunakan di Pusdiklat Migas Cepu yaitu gas chlor hal ini bertujuan agar gas chlor
bereaksi secara langsung dengan air sehingga bakteri atau kuman yang terkandung di dalam air
dapat mati Sehingga air dapat terbebas dari bakteri yang membahayakan. Di dalam air gas chlor
bereaksi dengan air akan membentuk hipoklorida (HOCI) dan

asam klorida (HCI1). CI (g) # H2O HOCI (1) # HCI (Wronreneennen noona. (43) 2 (0101 K 1D Kanal »
Iis al OL 0) HAYANANAYANAN AAN (14)

b. Proses Penimbunan dan Pengumpulan Pengumpulan air dalam jumlah banyak bertujuan untuk :

Menjaga kelangsungan produksi

Membantu pengendapan

Sebagai persediaan atau cadangan Air yang ditimbun merupakan :

Airbaku Air setengah baku Air produk


Distribusi

Distribusi merupakan pembagian atau penyaluran air setelah

Proses dari penimbunan ke tempat air yang digunakan. Ada beberapa

Faktor yang perlu diperhatikan yaitu :

Ketinggian tempat Kebutuhan air

Perkembangan kebutuhan yang akan digunakan Macam keperluan

Tekanan air

d. Aerasi

Proses ini merupakan proses penyemprotan air yang menuju ke

Unit air minum sebelum ke bak dengan menggunakan O» yang berfungsi

Untuk menghilangkan bau sehingga menjadi segar.

2.3. Laboratorium

Laboratorium merupakan salah satu unit penunjang yang penting, terutama untuk

Menganalisa hasil maupun feed dari pengolahan kilang, air minum, dan wax palnt secara

Rutin. Di Pusdiklat Migas Cepu terdapat 2 laboratorium kontrol kualitas, yaitu:

1. Laboratorium analisa minyak


2. Laboratorium analisa air

Laboratorium ini berfungsi untuk menguji karakteristrik bahan baku dab kualitas

Produk yang dihasilkan di Pusdiklat Migas Cepu, apakah sesuai dengan standart dan

Spesifikasi bahan yang telah ditetapkan.

2.3.1. Laboratorium Analisa Minyak Dalam laboratorium ini menganalisa crude oil dan produk yang
dihasilkan

Dari kilang dan wax plant, untuk mengendalikan mutu bahan baku dan

Produknya. Metode analisa yang digunakan berdasarkan standar ASTM

(American Society for Testing). Metode-metode analisa yang digunakan adalah:

a. Spesifikasi Gravity (ASTM D-1298)

Merupakan suatu perbandingan antara massa cairan tertentu air pada

Volume yang sama dan suhu tertentu. Tujuannya untuk menentukan

Spesifikasi gravity (SG) dengan menggunakan alat hidrometer. Hasil ini dikoreksi dengan menambah
faktor koreksi sehingga menjadi standard pada temperatur 60/60”F.

Metode : sampel dengan volume tertentu dituangkan ke bidrometer silinder dengan termometer
didalamnya, Setelah hidrometer terpung beban dan termometer menunjukkan temperatur konstun
muka pembacaan puda hidrometer sebagai specific gravity observation.

b. Penentuan Warna (ASTM D-1500)


Tujuannya untuk mengetahui warna secara visual dari produk minyak.

Metode : sampel dimasukkan ke dalam tabung gelas dan aguades diisikan pada tabung lain.
Keduanya cahaya pada kalorimeter, kemudian dibandingkan hasilnya dan dicatat skalanya saat
kedua warnanya sama.

c. Flash Poin

Flash poin merupakan suhu terendah dimana campuran uap minyak dan udara akan menyala apabila
terkena api pada kondisi tertentu. Tujuannya untuk menentukan flash poin dari produk minyak
bumi. Mctode yang digunakan adalah ASTM D-56 untuk kerosin dan aftur, ASTM D-92 untuk
pelumas, residu, dan pH solar sedangkan ASTM D-93 untuk Guel Oil dan Gas Oil.

Metode : sampel dimasukkan dalam cup sabanyak jumlah tertentu yang dilengkapi dengan
termometer dan dipanaskan. Pada temperatur tertentu, api pengujian diarahkan pada permukaan
sampel karena sampel menguap maka uap sampel akan menyala. Flash point dicatat sebagai titik
terendah dimana uap menyala.

d. Viscosity Redwood

Tujuannya menentukan viskositas dari produk minyak dan crude oil. Metode : sampel dengan
volume tertentu damasukkan ke dalam oil tube kemudian dipanaskan sampai pada temperataur
pemeriksaan. Setelah itu,

dialirkan dan dicatat waktu pengalirannya.

€e. Viskositas Kinematik (ASTM D-445)

Tujuannya untuk menentukan harga viskositas dari beberapa produk

Minyak.

Metode : viscometer kemudian dipanaskan sampai pada temperatur pemeriksaan.


Setelah itu, dialirkan melalui pipa kapiler dan dicatat waktu pengalirannya.

Distilasi (ASTM D-86) Tujuannya untuk mengetahui trayek titik didih dari beberapa produk

Sampel dengan volume tertentu dimasukkan ke dalam gelas

Minyak. Metode : sampel dengan volume 100 mL dimasukkan ke labu kemudian

Didistilasi. Temperatur dimana untuk pertama kali terjadi tetesan kondensat dicatat sebagai Initial
Boiling Point (IBP). Selanjutnya setiap kenaikan 10Y6

Volume kondensat dicatat temperaturnya. Final Boiling Point (FBP) diperoleh

Pada temperatur maksimum yang dapat dicapai.

Pour Point (ASTM D-97) Tujuannya untuk mengetahui temperatur terendah dimana minyak

Masih dapat mengalir apabila didinginkan pada kondisi tertentu.

Metode : sampel dengan volume tertentu dipanaskan kemudian didinginkan da dalam refrigerator.
Sampel diperiksa setiap periode penurunan tertentu

Sampai temperatur dimana sampel tidak dapat dituang, ditambah S’F

Dilaporkan sebagai pour point.

Aniline Point (ASTM D-611) Aniline point merupakan temperatur terendah dimana sampel minyak

Dan aniline bercampur secara homogen. Tujuannya menentukan temperatur

Terendah terpisahnya aniline dengan sampel yang diperiksa. Metode : campuran aniline dan sampel
dimasukkan ke dalam test tube sambil
Diaduk dan dipanaskan sampai tercampur secara homogen, kemudian

Didinginkan secara teratur sampai memisah kembali. Temperatur yang terbaca

Adalah harga titik aniline. Uji Lempeng Tembaga (ASTM D-130) Tujuan untuk mengetahui tingkat
korosivitas dari produk minyak.

Metode : kepingan tembaga digosok dengan kertas amplas dan dibersihkan

Dengan iso-oktana kemudian dimasukkan ke dalam sampel dan dipanaskan dalam water bath
selama waktu tertentu. Setelah itu, kepingan tembaga diambil dan dicuci dengan aseton kemudian
dibandingkan warnanya dengan ASTM D-130 Copperstrip Corrotion Standart. J. Water Content
(ASTM D-95) Untuk menentukan besarnya kandungan air dalam crude oil dan

Produk minyak. Metode : sampel dengan volume 100 mL ditambahkan solven 100 mL kemudian
didestilasi secara refluks. Solven dan air akan terkondensasi dalam kondensor sehingga air akan
memisah dan berada pada bagian bawah kondensor, sedangkan pelarut dan sampel akan kembali ke
dalam labu destilasi. Jumlah kandungan air dibaca pada skala yang ada. 2.3.2. Laboratorium Analisa
Air Laboratorium ini untuk menganalisa kualitas air baku (air kali Solo) dan air olahan dari unit water
treatment berupa air utilitas (air minum, air filter dan air CPR), dari Boiler Plant berupa air boiler (air
softener, air elektromagnetik dan air blow down) dan air pendingin (pada kilang, Wax Plant dan
Power Plant). Analisa-analisa yang dilakukan adalah : a. Pemeriksaan PH Tujuannya untuk
mengetahui tingkat keasaman air. Metode : sampel dengan volume tertentu dimasukkan ke dalam
pH-meter dan dibaca skalanya secara elektronik. Sebelum digunakan pH-meter dikalibrasi

Terlebih dahulu dengan larutan buffer pada pH 4 dan 7. B. Total Alkalinity

Tujuannya adalah untuk mengetahui kadar anion karbonat. Metode : 100 mL sampel dimasukkan ke
dalam erlenmeyer dan ditambahkan indikator MO kemudian dititrasi dengan larutan HCI standart
0,1 N sampai terjadi perubahan warna menjadi merah lembayung. C. Total Hardness

Tujuannya untuk mengetahui tingkat kesadahan air yang disebabkan

Oleh adanya ion-ion Ca dan Mg.


Metode : 100 mL sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan larutan buffer dan
indikator EDTA sampai terjadi perubahan warna menjadi biru.

. Total Solid

Tujuannya untuk mengetahui jumlah solid yang terkandung dalam air.

Metode : sampel dengan volume tertentu dipanaskan dalam oven hingga kering kemudian
didinginkan dan dihitung secara gravimetry.

. Turbidity Tujuannya untuk mengetahui tingkat kekeruhan air yang dinyatakan

Dalam NTU SiO:. Metode : sampel dimasukkan ke dalam tabung gelas dan ditutup kemudian

Diukur dengan alat Nephelometer.

Klor Aktif Tujuannya untuk mengetahui kadar klor bebas dalam air.

Metode : 100 mL sampel ditambahkan dengan indikator Ortholuidine kemudian dibandingkan


dengan sampel lain tanpa ditambah larutan

Ortholuidine dan dimasukkan ke dalam alat Lofibond Komparator untuk

Diukur kandungan klornya.

. Bilangan KmnOy, Tujuannya untuk mengetahui kandunganzat organik yang terdapat

Dalam air. Metode :

1) Pembebasan zat organik 100 mL sampel ditambahkan 5 mL H)SO4 4 N dan dipanaskan


sampai
Temperatur 80”C kemudian ditambahkan KmnOg 0,01 N.

2) 100 mL sampel ditambahkan 5 mL H)Soy, 4 N kemudian ditambah 100 mL KmnOy. Sampel


dididihkan selama 10 menit lalu ditambahkan asam oksalat sebanyak 10 mL dan dititrasi
dengan KmnOy 0,01 N sampai berwarna ungu muda. Titrasi dilakukan karena adanya zat
organik yang menyebabkan asam oksalat berlebih.

3) Mencari faktor koreksi dengan menambahkan sampel 2 dengan asam

Oksalat 10 mL sambil dididihkan kemudian dengan KmnOy, 0,01 N

Sampai terbentuk warna ungu muda. Perhitungan kandungan zat organik adalah:

1000 TEKMNO, Too xX ((10 #v)xf10) x 0,316

Dimana : v volume larutan KmnO4, 0,01 N

Ffaktor larutan KmnO, 0,01 N terhadap larutan H»C?04 0.01N

Anda mungkin juga menyukai