Askep Dispepsia
Askep Dispepsia
NURLAELA FAIZA
A2R16039
“DISPEPSIA”
A. DEFINISI
Kata ‘dispepsia’ berasal dari bahasa Yunani, yaitu ‘dys’ (poor) dan ‘pepse’ (digestion) yang
berarti gangguan percernaan. Awalnya gangguan ini dianggap sebagai bagian dari gangguan
cemas, hipokondria, dan histeria.British Society of Gastroenterology (BSG) menyatakan bahwa
istilah ‘dispepsia’ bukan diagnosis, melainkan kumpulan gejala yang mengarah pada
penyakit/gangguan saluran pencernaan atas.Dispepsia adalah kumpulan gejala saluran
pencernaan atas meliputi rasa nyeri atau tidak nyaman di area gastro-duodenum
(epigastrium/uluhati), rasa terbakar, penuh, cepat kenyang, mual atau muntah.(Purnamasari,
2017)
Dispepsia merupakan istilah yang digunakan untuk suatu sindrom atau kumpulan
gejala/keluhan yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di ulu hati, kembung, mual,
muntah, sendawa, rasa cepat kenyang, perut rasa penuh/begah.Keluhan tersebut dapat secara
bergantian dirasakan pasien atau bervariasi baik dari segi jenis keluhan maupun kualitasnya.
(Putri, Arnelis, & Asterina, 2016)
B. ETIOLOGI
Penyebab dispepsia diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
DISPEPSIA
Nyeri Akut
Defisit Pengetahuan
Hipovolemia
F. PENATALAKSANAAN
Salah satu penyebab dispepsia yang paling sering adalah infeksi yang disebabkan oleh
Helicobacter pylori. Tes diagnosis infeksi Helicobacter pylori dapat dilakukan secara langsung
melalui endoskopi (rapid urease test, histologi, kultur, dan PCR) dan secara tidak langsung tanpa
endoskopi (urea breath test, stool test, urine test, dan serologi).
Berdasarkan Konsensus Nasional Penanggulangan Helicobacter pylori, ditetapkan skema
penatalaksanaan dispepsia, yang dibedakan bagi sentra kesehatan dengan tenaga ahli
(gastroenterolog atau internis) yang disertai fasilitas endoskopi dengan penatalaksanaan
dispepsia di masyarakat. Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu:
1. Antasida 20-150 ml/hari
Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasida akan generalisir sekresi asam
lambung. Antasida biasanya mengandung Na bikarbonat, Al(OH) 3, Mg(OH)2, dan Mg
triksilat. Pemberian antasid jangan terus menerus, sifatnya hanya simtomatis, untuk
mengurangi rasa nyeri. Mg triksilat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat
sebagai absorben sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosis besar akan menyebabkan
diare karena terbentuk senyawa MgCl2.
2. Antikolinergik
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak selektif yaitu
pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat menekan seksresi asama
lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek sitoprotektif.
3. Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau
esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis respetor H2 antara
lain simetidin, roksatidin, ranitidin, dan famotidin.
4. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)
Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari proses
sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah omeperazol,
lansoprazol, dan pantoprazol.
5. Sitoprotektif
Prostoglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2). Selain
bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal. Sukralfat
berfungsi meningkatkan sekresi prostoglandin endogen, yang selanjutnya memperbaiki
mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mukus dan meningkatkan sekresi bikarbonat
mukosa, serta membentuklapisan protektif (site protective), yang bersenyawa dengan protein
sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas (SCBA).
6. Golongan prokinetik
Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan
metoklopramid.Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional dan refluks
esofagitis dengan mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam lambung (acid
clearance).
Pardiansyah, R., & Yusran, M. (2016). Upaya Pengelolaan Dispepsia dengan Pendekatan
Pelayanan Dokter Keluarga.
Putri, C. Y., Arnelis, & Asterina. (2016). Gambaran Klinis dan Endoskopi Saluran Cerna
Bagian Atas. Jurnal Kesehatan Andalas.
RESUME KEPERAWATAN
DI IGD RSUD dr. ISKAK TULUNGAGUNG
CATATAN PERKEMBANGAN
S : px mengatakan sesak mulai jam 05.00, batuk (+)
O : - airway : paten
- breathing : pola nafas teratur, suara nafas vesikuler, whezzing (+)
penggunaan otot bantu nafas : retraksi dada
- circulation : nadi (+), sianosis (-), CRT < 2 detik, perdarahan (-)
- disability : GCS 4-5-6, pupil isokor
- TTV : TD : 130/80 mmhg, N : 82x/menit, S : 36,6°C, RR : 30x/menit
A : Bersihan jalan napas tidak efektif
P : 1. BHSP
2. Kaji keluhan pasien
3. Observasi TTV
4. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
6. Ajarkan batuk efektif
I : 1. Membina hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien dengan menyapa
dan menanyakan kondisi pasien
2. Mengkaji keluhan pasien → sesak
3. Mengobservasi TTV
TD : 130/90 mmhg, N : 84x/menit, S : 36,°C, RR : 30x/menit
4. Memposisikan px untuk memaksimalkan ventilasi → semi fowler
5. Berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
Diphenhydramine 10 mg IV
Nebulizer combiven II
6. Mengajarkan batuk efektif
E : S : px mengatakan sesak
O : k/u cukup
GCS 4-5-6
TTV : TD : 130/70 mmhg, N : 83x/menit, S : 36°C, RR : 24x/menit
Batuk (-) Whezzing (-)
A : Masalah teratasi
P : Px KRS → Rutin kontrol sesuai anjuran dokter
RESUME KEPERAWATAN
No RM : 12010617
Nama : Ny. F
Umur : 51 tahun
Agama : islam
Bahasa : jawa
Alamat : Panjerejo
Catatan Perkembangan
O : k/u lemas
GCS : 4-5-6
S : 36,2 c
RR : 20x/menit
M 5 5 :
5 5
Airway : paten
Cianosis (-)
Turgor : normal
GCS : 4-5-6
Exposure : -
P : 1. BHSP
4. observasi TTV
I : 1. Membina hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien dengan menyapa
menanyakan kondisi pasien
4. mengobservasi TTV
TD : 110/50 mmHg
N : 75x/menit
RR : 21x/menit
S : 36 c
RL 20 tpm
Inj ranitidine 50 mg
O : k/u lemas
GCS 4-5-6
N : 75x/menit
RR : 21x/menit
S : 36 c
M: 5 5
5 5
CATATAN PERKEMBANGAN
S : Ibu px mengatakan An. A diare sejak ± 3 hari
O : - airway : paten
- breathing : pola nafas teratur, suara nafas vesikuler
- circulation : nadi (+), sianosis (-), CRT ≥ 2 detik
- disability : GCS alert
- TTV : N : 98x/menit, S : 38°C, RR : 18x/menit
- BB : 12 kg
A : Diare
P : 1. Kaji keluhan pasien
2. Observasi TTV
3. Pertahankan intake cairan
4. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
I : 1. Mengkaji keluhan pasien
2. Mengobservasi TTV
N : 96x/menit, S : 37,8°C, RR : 19x/menit
3. Mempertahankan intake cairan → ASI
4. Berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
D5 ½ NS 7 tpm IV
Ranitidine 20 mg IV
L.Bio 1x1 sac
Pamol 1 sdt P.O
Zync Syr 1 sdt P.O
E : S : Ibu px mengatakan diare (-), demam (-), mual (-), muntah (-)
O : TTV : N : 94x/menit, S : 36,8°C, RR : 20x/menit
CRT ≤ 2 detik
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan → px KRS
RESUME KEPERAWATAN
DI IGD RSUD dr. ISKAK TULUNGAGUNG
CATATAN PERKEMBANGAN
S : px mengatakan nyeri perut sejak jam14.00, mual (+) muntah (+), riwayat gastritis ± 3
bulan yang lalu.
O : - px tampak meringis, ADL dibantu
- airway : paten
- breathing :pola nafas teratur, suara nafas vesikuler
- circulation : nadi (+), sianosis (-), CRT < 2 detik, perdarahan (-)
- disability : GCS 4-5-6, pupil isokor
- exposure : nyeri (+), skala nyeri 7 (nyeri berat terkontrol)
- TTV : TD : 110/60 mmhg, N : 98x/menit, S : 36,8°C, RR : 21x/menit
-m 5 5
5 5
A : Nyeri Akut
P : 1. BHSP
2. Kaji keluhan pasien
3. Ajari pasien teknik distraksi dan relaksasi
4. Observasi TTV
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
I : 1. Membina hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien dengan menyapa
dan menanyakan kondisi pasien
2. Mengkaji keluhan pasien
Pasien mengatakan masih nyeri perut, mual (+), muntah (-)
3. Mengajari pasien teknik distraksi dan relaksasi (nafas dalam)
4. Mengobservasi TTV
TD : 110/70 mmhg, N : 88x/menit, S : 36,4°C, RR : 19x/menit
5. Berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
RL 20 tpm IV
OMZ 40 mg IV
Metoclopramide 10 mg IV
Ranitidine 50 mg IV
Sucralfate 1 sdm P.O
O : k/u cukup
GCS 4-5-6
TTV : TD : 110/70 mmhg, N : 80x/menit, S : 36°C, RR : 20x/menit
Skala nyeri 4 (nyeri sedang)
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan → px MRS
RESUME KEPERAWATAN
DI IGD RSUD dr. ISKAK TULUNGAGUNG
CATATAN PERKEMBANGAN
S : px mengatakan sesak, batuk, ngos-ngosan untuk jalan sejak ± 5 hari dan dada terasa
ampek, riwayat hipertensi ±5 tahun yang lalu.
O : - airway : paten
- breathing :pola nafas dispneu, suara nafas vesikuler,
penggunaan otot bantu nafas : retraksi dada
- circulation : nadi (+), sianosis (-), CRT < 2 detik, perdarahan (-)
- disability : GCS 4-5-6, pupil isokor
- exposure : nyeri (+), skala nyeri 7 (nyeri berat terkontrol)
- TTV : TD : 150/100 mmhg, N : 100x/menit, S : 36,7°C, RR : 29x/menit
-m 5 5
5 5
A : Pola nafas tidak efektif
P : 1. BHSP
2. Kaji keluhan pasien
3. Observasi TTV
4. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
I : 1. Membina hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien dengan menyapa
dan menanyakan kondisi pasien
2. Mengkaji keluhan pasien
Pasien mengatakan sesak (+), nyeri dada (-)
3. Mengobservasi TTV
TD :150/100 mmhg, N : 100x/menit, S : 36,7°C, RR : 28x/menit
4. Memposisikan pasien semi fowler
5. Berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
NRBM 10 lpm
RL 10 tpm IV
Ranitidine 50 mg IV
Amloipine 10 mg P.O
Ambroxol 3x1 tab P.O
E : S : px mengatakan sesak
O : k/u cukup
GCS 4-5-6
TTV :TD : 130/80 mmhg, N : 89x/menit, S : 36,3°C, RR : 20x/menit
Terpasang O2 nasal canule 3 lpm
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan → px MRS
RESUME KEPERAWATAN
DI IGD RSUD dr. ISKAK TULUNGAGUNG
CATATAN PERKEMBANGAN
S : px mengatakan post digigit ular pada tumit kaki kanan ± 50 menit yang lalu, pusing (-),
gusi berdarah (-) bengkak (-)
O : - airway : paten
- breathing : pola nafas teratur, suara nafas vesikuler,
penggunaan otot bantu nafas : retraksi dada
- circulation : nadi (+), sianosis (-), perdarahan (-)
- disability : GCS 4-5-6, pupil isokor
- exposure : nyeri (+) pada tumit kanan kiri,frekuensi terus-menerus, skala nyeri 4
(nyeri sedang)
- TTV : TD : 120/80 mmhg, N : 80x/menit, S : 37°C, RR : 19x/menit
A : Nyeri Akut
P : 1. BHSP
2. Observasi TTV
3. Kaji karakteristik nyeri
4. Imobilisasi daerah gigitan
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
I : 1. Membina hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien dengan menyapa
dan menanyakan kondisi pasien
2. Mengobservasi TTV
TD : 120/60 mmhg, N : 79x/menit, S : 37°C, RR : 19x/menit
3. Mengkaji karakteristik nyeri
P : post digigit ular
Q : nyeri sedang, terus-menerus
R : tumit kaki kiri
S:4
T : ± 50 menit sebelum MRS
4. Mengimobilisasi daerah gigitan → dibalut
5. Berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
RL 20 tpm IV → drip SABU (serum anti bisa ular) 2 vial
Ketorolac 30 mg IV
E : S : px mengatakan nyeri
O : k/u cukup
GCS 4-5-6
TTV : TD : 110/70 mmhg, N : 79x/menit, S : 36,8°C, RR : 20x/menit
Skala nyeri 2 (nyeri ringan)
A : Masalah teratasi
P : Px diobservasi 4 jam → KRS
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
Waktu : 25 menit
1. Pengertian dispepsia
2. Tanda dan gejala dispepsia
3. Penyebab dispepsia
4. Proses terjadinya/pathofisiologi dyspepsia
5. Perawatan pencegahan dyspepsia
6. Pengobatan dyspepsia
IV. Metode
Ceramah
Tanya jawab
V. Kegiatan Pembelajaran
No. Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan Peserta Kegiatan Evaluator
VI. Media
Leaflet
VII. Evaluasi
1. Jelaskan pengertian dyspepsia?
2. Sebutkan tanda dan gejala yang muncul pada penderita dyspepsia?
(minimal 5)
3. Sebutkan penyebab penyakit dyspepsia? (minimal 3)
4. Sebutkan hal-hal yang dapat dilakukan pasien maupun keluarga dalam
mencegah kekambuhan dyspepsia?
5. Jelaskan tindk lanjut pengobatan bagi penderita dyspepsia?
LAMPIRAN MATERI
A. PENGERTIAN
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak
enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan
refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi
asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia
B. TANDA GEJALA
Beberapa tanda dan gejala yang muncul pada pasien dengan dyspepsia antara lain;
6. Perut kembung
C. PENYEBAB
Beberapa penyebab dyspepsia antara lain;
E. PERAWATAN PENCEGAHAN
Dalam mencegah kekambuhan dyspepsia, perlu adanya kerjasama dengan keluarga
untuk merawat pasien dengan dispesia. Untuk menghindari gangguan dispepsia berikut
komplikasinya, keluarga dapat melakukan hal sederhana berikut;
1. Menjaga pola makan pasien agar normal dan teratur, pilihkan makanan yang
seimbang dengan kebutuhan dan jadwal makan yang teratur.
2. Menghindarkan pasien dari makananan yang dapat meningkatkan asam lambung
3. Bersama penderita melakukan kegiatan yang bermanfaat agar dapat terhindar
dari stress.
4. Menghindarikan dan mengawasi penderita agar tidak terpapar dengan faktor
resiko seperti alkohol, makanan yang pedas, obat-obatan yang berlebihan,
nikotin rokok, dan stress
5. Bila harus makan obat karena sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala, bantu
penderita memilih obat dan mengggunakan obat secara wajar dan tidak
mengganggu fungsi lambung.
F. PENGOBATAN
Test Diagnostik Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama,
seperti halnya pada sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan
kumpulan gejala dan penyakit disaluran pencernaan, maka perlu dipastikan
penyakitnya. Untuk memastikan penyakitnya, maka perlu dilakukan beberapa
pemeriksaan, selain pengamatan jasmani, juga perlu diperiksa : laboratorium,
radiologis, endoskopi, USG, dan lain-lain. Oleh karena itu agar mendapatkan
pengobatan yang sesuai, maka pesien dianjurkan untuk memeriksakan lebih lanjut
penyakitnya ke RS.
Bagaiaman cara
Apa itu Tanda dan gejala dispepsia
pencegahan DISPEPSIA?
antara lain:
DISPEPSIA?? Rasa cepat kenyang saat -Makan sedikit tapi sering
makan
Kembung dan begah -Menghindari pemicu
NAMA
NAMA :: NURLAELA
NURLAELA FAIZA
FAIZA setelah makan
dyspepsia
NIM
NIM :: A2R16039
A2R16039 Timbulnya rasa tidak
nyaman dibagian ulu hati -Berhenti/tidak merokok
Rasa terbakar atau panas di
ulu hati -Olahraga secara teratur
Mual dan muntah
PENGERTIAN
DISPEPSIA adalah
kumpulan gejala
klinis yang terdiri
dari rasa tidak
enak/sakit di perut PENYEBAB
bagian atas yang DISPEPSIA
menetap atau -Makan terlalu banyak
mengalami atau makan terlalu cepat
kekambuhan -Konsumsi makanan
yang terlalu berlemak,
berminyak, dan pedas.
-Konsumsi terlalu banyak
kafein, alkohol, cokelat,
dan minuman bersoda
-Merokok
-Cemas terlalu berlebihan
PENCEGAHAN VIRUS CORONA (COVID-19)
Virus corona COVID-19 menyebar dengan cepat dari orang ke orang melalui
tetesan bersin atau batuk yang keluar dari orang dengan infeksi COVID-19. Karena cepatnya
penyebaran virus ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan untuk melakukan
lima 5 ini demi mencegah penyebaran virus corona.
1. Secara teratur dan menyeluruh bersihkan tangan Anda dengan sabun dan air atau cairan
berbasis alkohol. Mencuci tangan dengan sabun dan air atau menggunakan cairan berbasis
alkohol membunuh virus yang mungkin ada di tangan Anda.
2. Pertahankan jarak fisik atau physical distancing setidaknya 1 meter (3 kaki) antara Anda
dan siapa saja yang batuk atau bersin. Ketika seseorang batuk atau bersin, mereka
menyemprotkan tetesan cairan kecil dari hidung atau mulut mereka yang mungkin
mengandung virus. Jika Anda terlalu dekat, Anda bisa menghirup tetesan air, termasuk virus
COVID-19 jika orang tersebut menderita batuk.
3. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut. Tangan menyentuh banyak permukaan dan
virus dapat menempel. Setelah terkontaminasi, tangan dapat memindahkan virus ke mata,
hidung, atau mulut Anda. Dari sana, virus bisa masuk ke tubuh Anda dan bisa membuat
Anda sakit.
4. Pastikan Anda, dan orang-orang di sekitar Anda, menjaga kebersihan pernapasan. Ini
berarti menutupi mulut dan hidung Anda dengan siku atau anggota badan yang tertekuk saat
Anda batuk atau bersin. Kemudian segera buang tisu bekas yang digunakan untuk menutupi
bersih atau batuk. Tetesan yang keluar saat Anda bersin atau batuk menyebarkan virus.
Dengan mengikuti saran ini, Anda melindungi orang-orang di sekitar Anda dari virus.
5. Tetap di rumah jika Anda merasa tidak sehat. Jika Anda mengalami demam, batuk dan
kesulitan bernapas, cari bantuan medis dan hubungi mereka terlebih dahulu. Ikuti arahan
otoritas kesehatan setempat Anda. Otoritas nasional dan lokal akan memiliki informasi
terbaru tentang situasi di daerah Anda.