Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan

Volume 13, Nomor 1, April 2012, hlm.72-82


 
KEBIJAKAN FISKAL INDONESIA DALAM PERSPEKTIF EKONOMI
ISLAM: STUDI KASUS DALAM MENGENTASKAN KEMISKINAN

Ayief Fathurrahman
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta
E-mail: ayief_ospp@yahoo.com

Abstract: Poverty reduction efforts can be encapsulated in one sentence, namely "give oppor-
tunities to the poor families and communities to overcome their problems independently." This
means the government has to reposition their roles, from its role as agent of empowerment
become facilitator of empowerment. Islam considers that poverty is a very complex phenome-
non, poverty is not only related to cultural problems, but also structural problems which
concern how state makes fiscal policy-oriented poverty reduction. Culturally, Islam has
recommended to foster the role of each individual in improving the quality of life and foster
social cohesion through zakat, infaq, and Sadaqah. Structurally, Islam has laid down a central
role of state in creating the distribution of income and wealth in a fair and equitable and
maintaining the stability and sustainability of economic development in the process of
progress and equality as well as a facilitator of community in finding solutions toward a more
decent standard of living.
Keywords: fiscal policy, poverty reduction, infaq, sadaqah, zakat

Abstrak: Upaya pengentasan kemiskinan dapat dirumuskan dalam satu kalimat, yaitu
'memberikan kesempatan kepada keluarga miskin dan masyarakat untuk mengatasi masalah-
masalah mereka secara mandiri. Ini berarti pemerintah harus menata kembali peran mereka,
dari perannya sebagai agen pemberdayaan menjadi fasilitator pemberdayaan. Islam mengang-
gap bahwa kemiskinan merupakan fenomena yang sangat kompleks, kemiskinan tidak hanya
terkait dengan masalah budaya, tetapi juga masalah struktural yang menyangkut upaya
negara membuat kebijakan fiskal yang berorientasi mengurangi kemiskinan. Dari sudut pan-
dang budaya, Islam telah merekomendasikan untuk mendorong peran setiap individu dalam
meningkatkan kualitas hidup dan mendorong kohesi sosial melalui zakat, infaq dan shadaqah.
Secara struktural, Islam telah meletakkan peran sentral dari negara dalam menciptakan dis-
tribusi pendapatan dan kekayaan dengan cara yang adil dan merata dan menjaga stabilitas
dan kerberlanjutan dari pembangunan ekonomi dalam proses kemajuan dan kesetaraan serta
fasilitor masyarakat dalam mencari solusi ke arah standar hidup yang lebih layak
Kata kunci: kebijakan fiskal, pengurangan kemiskinan, infaq, sadaqah, zakat

PENDAHULUAN mengatur kegiatan ekonomi agar tetap terjaga


stabilitas dan kesejahteraan rakyatnya, sehing-
ga dapat membantu untuk mengatasi dari
Negara adalah pemegang otoritas tertinggi
persoalan fundamental kemiskinan dan
dalam merumuskan suatu kebijakan. Kebijakan
pengangguran. Paling tidak, fungsi Pemerintah
pemerintah yang kerapkali bersinggungan
dalam perekonomian nasional yaitu melakukan
langsung dan mempengaruhi iklim aktivitas
upaya untuk meningkatkan efisiensi perekono-
masyarakat adalah kebijakan di bidang
mian nasional, meningkatkan keadilan berke-
ekonomi. Salah satu kebijakan penting yang
naan dengan distribusi pendapatan antara
berada di dalam otoritas pemerintah adalah
kelompok-kelompok dalam masyarakat, meng-
kebijakan fiskal, dimana negara berperan dalam
usahakan stabilitas ekonomi serta mengatur penerimaan negara.1 Dengan demikian kebijak-
perpajakan dan pengeluaran negara. an fiskal adalah kebijakan pemerintah dalam
Di dalam catatan sejarah peradaban Islam, mengelola keuangan negara sedemikian rupa
negara juga difungsikan sebagai pemegang sehingga dapat menunjang perekonomian
peran vital dalam mengatur kebijakan ekonomi nasional: produksi, konsumsi, investasi, kesem-
yang dibangun di atas prinsip kemaslahatan patan kerja, dan kestabilan harga. Artinya
dan kesejahteraan rakyat. Bentuk peran negara keuangan negara tidak hanya penting untuk
dalam sejarah Islam atas masalah ini diatur membiayai tugas rutin pemerintah saja, tetapi
melalui institusi Baitul Mal (Karim, 2004: 59). juga sebagai “sarana” untuk mewujudkan
Harta yang dikumpulkan di dalam Baitul Mal sasaran pembangunan: pertumbuhan ekonomi,
ini dialokasikan kepada orang-orang yang kestabilan dan pemerataan pendapatan
berhak dan dibelanjakan untuk membayar jasa (Gilarso, 2004: 148).
yang diberikan individu kepada negara, Jika pengeluaran pemerintah lebih besar
mengatasi kemiskinan dan kelaparan, tunjang- dari penerimaan pajak pada periode waktu
an dan penyediaan lapangan kerja, modal tertentu, umumnya satu tahun, maka pemerin-
usaha bagi masyarakat, pembangunan infra- tah mengalami defisit anggaran. Sebaliknya jika
struktur dan pelayan publik, dan lain-lainnya. penerimaan pajak lebih tinggi dibanding
Di Indonesia, melalui Perpres Nomor 18 pengeluaran pemerintah, maka pemerintah
tahun 2007, sasaran pembangunan ekonomi mengalami surplus anggaran. Pemerintah
tahunan Indonesia diarahkan untuk men- membiayai defisit anggaran dengan meminjam,
dorong pertumbuhan ekonomi dalam rangka sedangkan ketika terjadi surplus anggaran,
memperluas lapangan pekerjaan dan mengu- beban hutang pemerintah relatif lebih ringan
rangi tingkat kemiskinan. Sasaran pertum- (Mishkin, 2008: 15-16).
buhan ekonomi yang diharapkan adalah Dengan demikian, kebijakan fiskal meru-
pertumbuhan yang berkualitas yaitu pertum- pakan pengelolaan keuangan negara dan terba-
buhan yang dapat mendistribusikan pendapat- tas pada sumber-sumber penerimaan serta
an dan lapangan pekerjaan. Sedangkan alokasi pengeluaran negara yang tercantum
percepatan perluasan lapangan pekerjaan dalam APBN (Parcoyo dan Antyo Parcoyo,
diarahkan kepada peningkatan pertumbuhan 2004: 22). Di antara pendapatan negara seperti:
sektor yang banyak menyerap tenaga kerja. bea dan cukai, devisa negara, pariwisata, pajak
Mengenai penanggulangan kemiskinan, fokus penghasilan, pajak bumi dan bangunan, impor,
sasaran adalah bagaimana meningkatkan dan lain-lain. Sedangkan untuk pengeluaran
pendapatan secara merata dan memberikan negara misalnya: belanja persenjataan, pesawat,
akses yang lebih luas bagi rakyat untuk proyek pemerintah, pembangunan sarana dan
mendapatkan pendidikan, kesehatan, air bersih, prasarana umum, atau program lain yang
dan kebutuhan dasar lainnya (Departemen berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat.
Keuangan RI Ditjen Anggaran, 2012). Kebijakan fiskal merupakan salah satu sub
bidang pengelolaan keuangan Negara yang
PEMBAHASAN demikian luas, di samping subbidang pengelo-
laan moneter, dan sub bidang pengelolaan
kekayaan negara. Subbidang pengelolaan fiskal
Seputar Kebijakan Fiskal
meliputi enam fungsi, yaitu: (Suminto, 2004)
Kebijakan fiskal pada dasarnya merupakan ke-
bijakan yang mengatur tentang penerimaan dan
1 Pinjaman luar negeri akan dimasukkan ke dalam APBN
pengeluaran negara. Penerimaan dari negara
sifatnya hanya in and out, artinya penerimaan dari sumber
bersumber dari pajak, penerimaan bukan pajak ini akan tercantum sebagai penerimaan negara dalam
dan bahkan penerimaan yang berasal pinjam- tahun anggaran yang sama, merupakan sumber penge-
an/bantuan luar negeri dari luar negeri sebe- luaran pembangunan untuk membiayai berbagai proyek
pembangunan dalam jumlah yang sama. Baca lebih lanjut
lum masa reformasi dikatagorikan sebagai Hadi Soesastro dkk (penyunting), Pemikiran dan Permasa-
lahan Ekonomi di Indonesia dalam Setengah Abad Terakhir,
(Yogyakarta : Kanisius, 2005), hlm 335

Kebijakan Fiskal Indonesia (Ayief Fathurrahman) 73


(1) Fungsi pengelolaan kebijakan ekonomi pertumbuhan ekonomi yang cukup memadai
makro dan fiskal. Fungsi pengelolaan kebijakan (Supriyanto, 2005).
ekonomi makro dan fiskal ini meliputi penyu- Dalam sejarah Islam, kebijakan fiskal
sunan Nota Keuangan dan RAPBN, serta menempati posisi strategis dalam rangka
perkembangan dan perubahannya, analisis membangun tata kelola keuangan negara
kebijakan, evaluasi dan perkiraan perkembang- dengan terencana dan terarah. Adiwarman
an ekonomi makro, pendapatan negara, belanja Karim dalam bukunya Sejarah Pemikiran
negara, pembiayaan, analisis kebijakan, evalua- Ekonomi Islam, menyebutkan bahwa paling
si dan perkiraan perkembangan fiskal dalam tidak instrumen kebijakan fiskal yang terekam
rangka kerjasama internasional dan regional, di awal pemerintahan Islam sebagai berikut:
penyusunan rencana pendapatan negara. (Amalia, 2005:19-20)
(2) Fungsi penganggaran. Fungsi ini meliputi (1) Peningkatan Pendapatan nasional dan
penyiapan, perumusan, dan pelaksanaan Tingkat Partisipasi Kerja. Sebagai pemimpin,
kebijakan, serta perumusan standar, norma, Rasulullah telah mengantongi langkah-langkah
pedoman, kriteria, prosedur dan pemberian perencanaan untuk memulai intensifikasi
bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pembangunan masyakarakat. Ukhuwwah islami-
APBN.2 yah, persaudaraan sesama muslim, antara
(3) Fungsi administrasi perpajakan. golongan Muhajirin dan golongan Anshor dija-
(4) Fungsi administrasi kepabeanan. dikan kunci oleh Rasulullah untuk meningkat-
(5) Fungsi perbendaharaan. Fungsi perbendaha- kan penpatan nasional. Hal ini menyebabkan
raan meliputi perumusan kebijakan, standard, terjadinya distribusi pendapatan yang berimpli-
sistem dan prosedur di bidang pelaksanaan kasi pada peningkatan permintaan total di
penerimaan dan pengeluaran negara, pengada- Madinah. Selain itu, persaudaraan ini berdam-
an barang dan jasa instansi pemerintah serta pak positif terhadap tersedianya lapangan
akuntansi pemerintah pusat dan daerah, kerja, terutama bagi kaum Muhajirin. Dalam
pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran aplikasinya, menggunakan akad muzara’ah
negara, pengelolaan kas negara dan perencana- musaqat, dan mudharabah.
an penerimaan dan pengeluaran, pengelolaan (2) Kebijakan Pajak. Penerapan kebijakan pa-
utang dalam negeri dan luar negeri, penge- jak yang dilakukan Rasulullah seperti kharaj,
lolaan piutang, pengelolaan barang milik/ jizyah, khumus, dan zakat menyebabkan tercip-
kekayaan negara (BM/KN). tanya kestabilan harga dan mengurangi tingkat
(6) Fungsi pengawasan keuangan. inflasi. Pajak ini, khususnya khums, mendorong
Menurut Boediono, terdapat tiga fungsi pokok stabilitas pendapatan dan produksi total pada
kebijakan fiskal, yaitu: Pertama, fungsi alokasi saat terjadi stagnasi dan penurunan permintaan
yaitu untuk mengalokasikan faktor-faktor dan penawaran agregat. Kebijakan ini juga
produksi yang tersedia dalam masyarakat tidak menyebabkan penurunan harga ataupun
sedemikian rupa sehingga kebutuhan masyara- jumlah produksi (Karim, 2004: 153)
kat akan barang dan jasa dapat terpenuhi.. (3) Anggaran. Dalam menyusun anggaran,
Kedua, fungsi distribusi, yang pada pokoknya selalu diprioritaskan untuk pembelanjaan yang
mempunyai tujuan berupa terselenggaranya mengarah pada kepentingan umum, seperti
pembagian pendapatan nasional yang adil. pembangunan infrastruktur. Sehingga pada
Ketiga, fungsi stabilisasi, yaitu terjaminnya gilirannya, menciptakan pertumbuhan dan
stabilisasi dalam pemerintahan suatu negara, pemerataan ekonomi masyarakat. Dengan
terrnasuk dalam fungsi ini adalah terpeliha- demikian, nampak pada zaman Rasulullah,
ranya tingkat kesempatan kerja yang tinggi, pengaturan APBN dilakukan secara cermat,
tingkat harga yang relatif stabil dan tingkat efektif, dan efisien, menyebabkan jarang
terjadinya defisit anggaran meskipun sering
2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah terjadi peperangan (Karim, 2004: 153).
rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. (Pasal 1 angka 7,
(4) Kebijakan Fiskal Khusus. Dalam mene-
UU No. 17/2003). Merujuk Pasal 12 UU No. 1/2004 tentang rapkan kebijakan fiskal secara khusus, Rasulu-
Perbendaharaan Negara.

74 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, April 2012: 72-82
llah melakukannya dengan berlandaskan fiskal di Indonesia. Ketiga isu yang dimaksud
dengan persaudaraan. Adapun instrumen adalah:
kebijakan yang diterapkan yaitu: pertama, (1) Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM).
memberikan bantuan secara sukarela untuk Persoalan utama subsidi BBM saat ini adalah
memenuhi kebutuhan kaum muslimin yang menyangkut soal besarnya jumlah subsidi dan
kekuarangan. Kedua, meminjam peralatan dari ketidaksesuian dengan prinsip keadilan. Data
kaum non-muslim secara cuma-cuma dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
jaminan pengembalian dan ganti rugi bila (ESDM) menyebutkan subsidi BBM pada 2010
terjadi kerusakan. Ketiga, meminjam uang sebesar 181 persen terhadap subsidi BBM 2009.
tertentu dan diberikan kepada mua’allaf. Volume BBM bersubsidi 2010 mencapai 38,2
Keempat, menerapkan kebijakan insentif untuk juta kiloliter (kl) atau melampaui kuota APBN
menjaga pengeluaran dan meningkatkan yang sebesar 36,5 juta kl. Premium merupakan
partisipasi kerja dan produksi kaum muslimin. jenis BBM terbanyak, yaitu sebesar 60 persen
(Karim, 2004: 154). atau 23,1 juta kl. Adapun realisasi BBM bersub-
sidi 2009 sebesar 37,7 kl. Pengguna terbesar dari
Kebijakan Fiskal Indonesia dari Masa ke subsidi itu adalah transportasi darat, yakni 89
Masa persen atau 32,48 juta kl. Konsumsi premium
pada sektor transportasi darat didominasi
Dalam catatan sejarah, memang tak bisa
mobil pribadi, yakni 53 persen atau 13,3 juta kl
dipungkiri bahwa pertumbuhan ekonomi
dari total konsumsi premium untuk transpor-
Indonesia dari masa ke masa memang sudah
tasi darat. Dominannya konsumsi premium
melaju pesat. Namun jika ditelusuri dalam
pada sektor transportasi darat oleh kendaraan
lembaran sejarah perekonomian Indonesia,
pribadi dinilai kebanyakan pihak, termasuk
terutama pada masa orde lama, pembangunan
pemerintah, merupakan kenyataan yang tidak
ekonomi Indonesia relatif statis. Berbagai
mencerminkan keadilan (Buana, 2012). Padahal
ketidakstabilan politik dan kendala keterbatas-
yang membeli BBM adalah seluruh masyarakat
an sumber daya manusia telah menyebabkan
tanpa kecuali apa dia kaya atau miskin
selama waktu 20 tahun setelah kemerdekaan itu
(Supriyanto, 2005). Ketidakadilan inilah yang
tak banyak sumberdaya yang tergarap (Hamid,
telah mengakibatkan semakin melebarnya
2000: 5). Tak jauh berbeda dengan pertumbuh-
ketimpangan ekonomi antarpenduduk di
an ekonomi yang ditorehkan oleh renzim Orde
Indonesia.
Baru. Indikator ini antara lain bisa dilihat pada
(2) Utang Luar Negeri. Sejak tahun 1997
kondisi utang luar negeri, inflasi, pertimbuhan
Indonesia sebagai anggota IMF menggunakan
ekonomi, kemiskinan, defisit, dan anggaran.3
haknya untuk mernperoleh bantuan. Namun
Di era reformasi, bukan berarti dengan
yang terjadi, baik sebelum dan sesudah krisis
beralihnya pemegang kebijakan beralih pula
ini, justru semakin membenamkan Indonesia
kondisi perekonomian Indonesia, dari keterpu-
dalam jebakan utang yang semakin besar.
rukan menjadi kesejahteraan. Akan tetapi
Implikasi dari beban utang ini akan berdampak
persoalan-persoalan ekonomi tak akan bosan
meningkatnya beban rakyat, dan fasilitas pu-
menyapa bumi pertiwi ini. Paling tidak,
blik yang seharusnya bisa disediakan menjadi
terdapat tiga isu hangat yang seringkali
berkurang karena dana harus dialokasikan
dperbincangkan kaitannya dengan kebijakan
untuk mencicil utang dan membayar bunganya.
Semakin besar utang, maka semakin besar pula
3 Kemerosotan ini dapat dilihat dari laju pertumbuhan bunganya, dan hal ini akan memaksa peme-
ekonomi dan pendapatan per kapita masyarakat. Dalam rintah menarik pajak kebih besar lagi untuk
kaitan ini, Orde Lama mewariskan pertumbuhan ekonomi
yang lamban, dan mengalami pertumbuhan nol persen di
memenuhi kewajiban fiskalnya.4 Kenaikan
tahun 1966. Namun laju pertumbuhan ekonomi yang
ditinggalkan Orde Baru jauh lebih parah diperkirakan 4 Memang sumber pembayaran utang ini tidak semata-mata
pada tahun 1998 negatif sekitar 15%. Untuk lebih dari pajak saja, pemerintah juga memperoleh penerimaan
mendalam baca Edy Suandi Hamid, Perekonomian dari sumber penjualan minyak bumi atau bagi hasil migas
Indonesia: Masalah Kebijakan Kontemporer, (Yogyakarta: UII yang dijual di pasar dunia. Namun nampaknya semua itu
Press, 2000), hlm 15-16 akan sulit diandalkan dalam jangka panjang. Baca lebih

Kebijakan Fiskal Indonesia (Ayief Fathurrahman) 75


pajak, jelas akan berdampak pada naiknya yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia
harga-harga barang produksi, sehingga yang dan seluruh tumpah darah Indonesia, memaju-
lagi-lagi terpojokan adalah kaum miskin yang kan kesejahteraan umum, mencerdaskan
terbatas pendapatannya. Kementerian Keuang- kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
an mencatat total utang pemerintah per 31 ketertiban dunia yang berdasarkan kemerde-
Desember 2010 mencapai Rp1.676 triliun. Mes- kaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
kipun laporan perkembangan utang Negara Kesejahteraan rakyat dapat ditingkatkan kalau
Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kemen- kemiskinan dapat dikurangi, sehingga untuk
terian Keuangan edisi Januari 2011 mencatat meningkatkan kesejahteraan rakyat dapat
angka tersebut merupakan angka sangat dilakukan melalui upaya penanggulangan
sementara menggunakan patokan kurs Rp8.991 kemiskinan.
per dollar Amerika Serikat.5 Upaya penanggulangan kemiskinan yang
(3) Prediksi Besaran Anggaran. Gejolak dilakukan pemerintah secara terpogram dimu-
nilai kurs rupiah terhadap dolar AS, telah lai sejak Orde Baru dengan meluncurkan pro-
menggoyahkan sendi-sendi dasar ekonomi gram Pelita I- pelita V. Repelita VI diluncurkan
makro yang telah dibangun selama ini. Gejolak sebagai program khusus, yaitu program Inpres
harga minyak dunia yang harganya mencapai Desa Tertinggal (IDT). Inpres ini, yaitu Inpres
angka tertinggi selama dasawarsa ini menjadi- No.5/1993 tentang peningkatan penanggu-
kan krisis BBM diberbagai wilayah di Indone- langan kemiskinan, dimaksudkan untuk
sia. Semua gejolak besaran makro ekonomi ini meningkatkan penanganan masalah kemisikin-
tak jarang akan memporakporandakan prediksi an secara berkelanjutan di desa-desa miskin.
angka yang telah ditetapkau dalam awal pelak- Selain itu, berbagai program secara spesifik
sanaan APBN tahunan. Itu semua menunjuk- dapat diketahui dengan menyibak pos-pos
kan betapa rentannya kondisi perekonomian anggaran yang disediakan melalui Anggaran
Indonesia saat ini (Supriyanto, 2005). Pendapatan dan Belanja Negara. Program-
Sebagai konsekuensi dari uraian di atas program tersebut antara lain: (Dumairy, 1995:
menunjukkan sulitnya untik membuat angka- 78-81).
angka prediksi atas APBN saat ini. Yang (1) Program Bantuan Pembangunan Daerah; (2)
penting dilakukan untuk meminimalkan Inpres Pembangunan Desa; (3) Inpres Pemba-
gejolak adalah memperkokoh kondisi makro ngunan Daerah tingkat dua; (4) Inpres Pemba-
ekonomi Indonesia saat ini dan masa yang akan ngunan Daerah tingkat satu; (5) Inpres
datang (Supriyanto, 2005) Kesehatan.
Sementara itu, pendanaan untuk penang-
Kebijakan Fiskal Indonesia Mengentaskan gulangan kemisikinan selalu meningkat dari
Kemiskinan tahun ke tahun (Gambar 1).
Namun demikian, mekanisme penyaluran
Kebijakan anggaran pemerintah menempati
dana tersebut masih tersebar di berbagai depar-
posisi sangat penting dalam mengubah wajah
temen/lembaga pemerintah non-departemen.
kemiskinan dan kesenjangan. Tingginya tingkat
Implikasinya adalah dalam pelaksanaan sering-
kemisikinan dan lebarnya kesenjangan merupa-
kali keterkaitan antarprogram penanggulangan
kan indikator kegagalan suatu negara dalam
kemiskinan di pusat maupun daerah belum
proses pembangunan. Karena pembangunan
optimal. Selain itu, berdasarkan porsi anggaran
yang dilaksanakan pada prinsipnya ditujukan
penanggulangan kemiskinan yang disediakan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
pada APBD secara umum masih belum mema-
dan taraf hidup masyarakat. Hal ini sesuai
dai, yaitu rata-rata berkisar 8-12 persen dari
dengan tujuan negara Indonesia, sebagaimana
total APBD provinsi (TKPK, 2006). Dengan
diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945,
demikian masalah pendanaan menjadi salah
lanjut Edy Suandi Hamid, Sistem Ekonomi Utang Luar satu kendala dalam program penanggulangan
Negeri dan Isu-isu Ekonomi Politik Indonesia, (Yogyakarta : kemiskinan di daerah (Royat, 2008:43)
UII Press, 2004), hlm 207-208.

76 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, April 2012: 72-82
61
(4) Program pemerintah lain yang bertujuan
meningkatkan akses masyarakat miskin kepada
42 sumber permodalan usaha mikro dan kecil,
listrik perdesaan, sertifikasi tanah, kredit mikro
23
16 16 18 dan lain-lain.
Pada tahun 2008 lalu, sebagaimana yang
0 telah digariskan dalam Rencana kerja Pemerin-
2002 2003 2004 2005  2006 2007
tah 2008 (RKP 2008) melalui Perpres Nomor 18
Sumber : TKPK dan Bapennas tahun 2007, sasaran pembangunan ekonomi
Catatan : angka dalam satuan Triliyun Rupiah
diarahkan untuk mendorong pertumbuhan
Gambar 1. Perkembangan Jumlah Anggaran
ekonomi dalam rangka memperluas lapangan
Penanggulan Kemiskinan di APBN
pekerjaan dan mengurangi tingkat kemiskinan.
Sasaran pertumbuhan ekonomi yang diharap-
Di samping itu, berbagai upaya pemerin-
kan adalah pertumbuhan yang berkualitas
tah dalam pelaksanaan kebijakan untuk
yaitu pertumbuhan yang dapat mendistri-
penanggulangan kemiskinan dan penganggur-
busikan pendapatan dan lapangan pekerjaan.
an, saat ini dilakukan dengan berbagai upaya-
Sedangkan percepatan perluasan lapangan
upaya di antaranya : (Royat, 2008: 44)
pekerjaan diarahkan kepada peningkatan
(1) Menaikkan anggaran untuk program-
pertumbuhan sektor yang banyak menyerap
program yang berkaitan langsung maupun
tenaga kerja. Mengenai penanggulangan kemis-
tidak langsung dengan penanggulangan kemis-
kinan, fokus sasaran adalah bagaimana
kinan dan pengangguran, dilaksanakan dengan
meningkatkan pendapatan secara merata dan
pemberdayaan berbasis komunitas dan
memberikan akses yang lebih luas bagi rakyat
kegiatan padat karya
untuk mendapatkan pendidikan, kesehatan, air
(2) Mendorong APBD Provinsi, Kabupaten dan
bersih dan kebutuhan dasar lainnya (Dirjen
Kota pada tahun-tahun selanjutnya untuk
Anggaran Depkeu, 2008) (Lihat Gambar 2).
meningkatkan anggaran bagi penanggulangan
Pada tahun 2009, dirumuskan 7 fokus dari
kemiskinan dan perluasan lapangan kerja;
alokasi anggaran negara mendukung pelaksa-
(3) Tetap mempertahankan program lama
naan tema pembangunan 2009 yaitu: pening-
seperti Raskin, BOS, Asuransi Miskin, dan
katan kesejahteraan rakyat dan pengurangan
sebagainya;
kemiskinan. mendukung sasaran pembangun-
(4) Akselerasi pertumbuhan ekonomi dan
an tahun 2009, yaitu: mencapai pertumbuhan
stabilitas harga, khususnya harga beras.
ekonomi sebesar 6 persen, menurunkan tingkat
Adapun langkah konkrit pemerintah
kemiskinan menjadi 12 persen–14 persen,
dalam mengatasi kemisikinan dan pengang-
menurunkan tingkat pengangguran menjadi 7,0
guran, dijabarkan dalam berbagai program
persen - 8,0 persen, mendukung Prioritas RKP
yang diharapkan menjadi instrumen utama
2009: Peningkatan pelayanan dasar dan pemba-
kegiatan tersebut. Berbagai program yang
ngunan perdesaan. Percepatan pertumbuhan
dilaksankan di antaranya: (Royat, 2008: 45).
yang berkualitas dengan memperkuat daya
(1) Program Nasional Pemberdayaan Masyara-
tahan ekonomi yang didukung oleh pemba-
kat Mandiri (PNPM-MANDIRI) merupakan
ngunan pertanian, infrastruktur, dan energi.
ekspansi dan integrasi program-program
Peningkatan upaya anti korupsi, reformasi biro-
penanggulangan kemiskinan.
krasi, serta pemantapan demokrasi, pertahanan
(2) Program Pengembangan Bahan Bakar Nabati
dan keamanan dalam negeri (Dirjen Anggaran,
(EBN). Program ini dimaksudkan untuk men-
2009).
dorong kemandirian penyediaan energi terba-
Sedangkan arah kebijakan belanja negara
rukan dengan menumbuhkan “Desa Mandiri
pada tahun 2010-2014 yaitu: mendukung pem-
Energi”.
biayaan prioritas pembangunan 2010-2014 guna
(3) Program Keluarga Harapan (PKH), berupa
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mengu-
bantuan khusus untuk pendidikan dan kese-
rangi pengangguran, dan mengurangi kemis-
hatan.

Kebijakan Fiskal Indonesia (Ayief Fathurrahman) 77


Gambar 2. Pembangunaan Ekonomi Nasional 20008

k
kinan.6 Selain itu, men ndukung 111 program Pada clu
uster pertamaa yakni cluster Bantuan dan
p
prioritas pem mbangunan nasional jan ngka mene- Perlindu
ungan Sosiall Kelompok Sasaran, Pe eme-
n
ngah antara lain: reform masi birokra asi dan tata rintah telah mem mberikan ba antuan mellalui
k
kelola; pendiidikan; keseh hatan; penannggulangan penyediaaan beras untuk Rakyat R Miiskin
k
kemiskinan; ketahanan pangan; in nfrastruktur; (Raskin), Program Keluarga Harapan
H (PK
KH),
ikklim investa asi dan usaha; energi; lingkungan Jaminann Kesehataan Masyarrakat, Banttuan
h
hidup dan pengelolaan bencana;
b pemmbangunan Operasioonal Sekolaah (BOS), Bantuan bagi
d
daerah tertiinggal, terd depan, terlluar, pasca Lanjut Usia
U dan Caccat Ganda terlantar, Banttuan
k
konflik; keb budayaan; kreativitas
k dan
d inovasi Bencanaa alam, B Bantuan La angsung Tu unai
teeknologi.7 sebagai kompensasii kenaikan harga
h BBM, dan
Selain itu,
i Menterii Perencanaaan Pemba- Beasiswaa untuk aanak dari rumah tan ngga
n
ngunan Na asional (PPPN)/Kepala Bappenas, sasaran. Pada clu uster kedua yakni clu uster
A
Armida S. Alisjahbana
A mengatakann, anggaran Pemberd dayaan Masy yarakat yang berfokus pada
p
u
untuk pena anggulangann kemiskin nan dalam Programm Nasional Pemberdaya aan Masyarakat
k
kurun waktu u 2010-2014 adalah seb besar Rp270 Mandiri (PNPM), P Pemerintah telah melaku ukan
trriliun. Men nurutnya, pemerintah
p juga telah upaya pendampingaan dan pemb berdayaan desa-
d
m
membuat keebijakan dan n program penanggu- desa.
laangan kemisskinan yang g terdiri dari tiga cluster. Pad
da cluster keetiga yakni cluster Pem mber-
dayaan Usaha
U Mikrro dan Kecil serta perbaikan
6 Untuk lebih h memfokuskan n pelaksanaan pembangunan iklim beerusaha dan n penyediaan Kredit Ussaha
yang berkeadilan dan untu uk kesinambung gan serta pena- Rakyat (KUR),
( Pemmerintah telah
h meningkattkan
jaman priorittas pembanguna an nasional sebagaimana yang
pemberd dayaan usah ha mikro, kecil
k dan mene-
m
termuat dalaam Inpres No. 1 tahun 2010, maka telah diter-
bitkan Inpres No. 3 Tahun 2010 tentang Prrogram Pemba- ngah (U UMKM) teermasuk perbaikan ik klim
ngunan yang g Berkeadilan. Dalam
D Inpres in
ni, pelaksanaan berusahaa dan penyeediaan Kredit Usaha Rak kyat
program-pro ogram pro raky yat difokuskan pada program
(KUR). Kemiskinan
K adalah multtisektor probblem
penanggulan ngan kemiskinan berbasis kelu uarga, program
penanggulan ngan kemiskin nan berbasis pemberdayaan yang meembutuhkan n upaya pennanganan liintas
masyarakat, dan program penanggulanga an kemiskinan sektoral sehingga kooordinasi perrlu ditingkattkan
berbasis pemmberdayaan usah ha mikro dan kecil.
k Untuk itu, (Habibuullah, 2010)
Pemerintah telah
t menerbitk
kan Perpres No. 15 Tahun 2010
tentang Perccepatan Penanggulangan Kem miskinan yang
merupakan penyempurnaan n dari Perpres No. 13 tahun Konsep Dasar Kebbijakan Fisk
kal Indonesiia
2009 tentang g Koordinasi Penanggulangan
P n Kemiskinan. Perspek
ktif Ekonom
mi Islam
Baca lebih la
anjut dalam Sammbutan Deputi Sekretaris
S Wakil
Presiden Biddang Kesejahtera aan Rakyat Pad da Acara Rapat Salah saatu urusan u
umat yang wajib
w dilaksana-
Koordinasi Teknis
T Nasionaal Tim Koordin nasi Penanggu-
kan oleeh negara aadalah men ngatur ekonnomi
langan Kemiiskinan Provinssi Tahun 2010 Jakarta,
J 14 Juni
2010 dengan tujuan meningkatkan n kesejahterraan
7 Menteri Keuangan RI, Arah Kebijakan Fiska al, dan Recource rakyat. Kewajiban
K n
negara atas raakyatnya adalah
Envelope Jang
gka Menengah dalam
d penyusun nan RPJM 2010- melayanni dan meng gurusi urusa an umat. Haal ini
2014. Musre enbangnas RPJMN 2010-2014,, dikutip dari
http://docs.google.com/
ditegask
kan Nabi SAW W dalam sab bdanya:
viewer?a=v& &q=cache:2_vzW W3i3sVEJ:musren nbangnas.bapp “Seorangg imam (khaalifah) adalah
h pemelihara dan
enas.go.id/ , diakses tanggall 15 Nopember 2012
2

778 Jurnal Ekonom


mi dan Studi Pembangun
nan Volume 113, Nomor 1, April 2012: 72-82
7
pengatur urusan (rakyat), dan dia akan diminta struktural, politis, dan lain sebagainya. Kemis-
pertanggungjawabannya terhadap rakyatnya.” (HR kinan adalah suatu fenomena yang amat
Bukhari dan Muslim). kompleks. Hal tersebut bukan hanya menun-
Baqir Ash- Shadr melihat bahwa intervensi jukkan penghasilan rendah, kekurangan
negara dalam lapangan kehidupan ekonomi pangan, kondisi kesehatan yang buruk, dan
sangat diperlukan untuk menjamin kesela- lingkungan yang kumuh, tetapi juga ketidak-
rasannya dengan norma-norma Islam tersebut berdayaan dan ketergantungan pada pihak lain.
(Chapra, M. Umer, 2001: 63). Karena itu peme- Efektivitas dari suatu program penanggulangan
rintah berperan menyediakan berbagai barang kemiskinan yang diluncurkan harus dilihat dari
publik untuk mendorong pembangunan dan kemampuan program tersebut dalam meng-
kesejahteraan bersama melalui kebijakan publik ubah kondisi-kondisi tersebut.
dan fiskalnya. Dari penjelasan terdahulu dapat diketahui
Indonesia adalah negara yang sampai detik bahwa instrumen utama kebijakan penanggu-
ini, selalu berupaya mengatasi persoalan langan kemiskinan pemerintah Indonesia masih
rakyatnya. Salah satu persoalan yang funda- sedikit berkutat pada bantuan-bantuan yang
mental yang tengah dihadapi adalah persoalan bersifat charity (amal). Katakanlah seperti
kemiskinan dan pengangguran. Berbagai upaya Jaringan Pengaman Sosial (JPS), Inpres Desa
pembangunan ekonomi 230 juta manusia Tertinggal (IDT), dan Bantuan Langsung Tunai
Indonesia dan ekonomi tanah air seluas 8 juta (BLT). Pertanyaannya adalah seberapa efektif-
km persegi yang dilakukan Pemerintah telah kah program-program ini. Namun demikian,
berdampak pada penurunan angka kemiskinan dalam rangka membantu rakyat miskin yang
dari 16,7 persen pada tahun 2004 menjadi 14,1 terkena dampak krisis ekonomi, agaknya bisa
persen pada Nopember 2009. Angka kemiskin- dipertimbangkan. Akan tetapi jika kebijakan ini
an tahun 2009 tersebut yang sebesar 3,53 juta bersifat parmanen, hal ini hanya akan mening-
jiwa ini turun 2,43 juta jiwa dibandingkan katkan ketidakberdayaan dan ketergantungan
angka kemiskinan tahun 2008. Begitu juga rakyat miskin, sehingga pada gilirannya
dengan tingkat pengangguran yang menurun kemandirian akan hilang.
dari 9,9 persen pada tahun 2004 menjadi 8,1 Mengacu kepada prinsip ekonomi Islam,
persen pada Februari 2009 (Dirjen Perbenda- perumusan kebijakan yang menyangkut
haraan, 2009: 10). Jika kita melihat angka di persoalan kebijakan pengentasan kemiskinan
atas, terlihat bahwa kemiskinan berdasarkan mengandung beberapa ciri. Pertama, menum-
ukuran pengeluaran mengalami penurunan buhkan peranan setiap individu dalam mening-
yang cukup signifikan. Berdasarkan data ini, katkan kualitas hidupnya sesuai dengan
pemerintah saat ini terlihat sudah bekerja keras martabat manusia yang dimuliakan oleh
mengentaskan warga miskin. Tuhan. Kedua, menumbuhkan proses kebersa-
Namun demikian, tidak etis rasanya dan maan yang memberi peluang bagi berkembang-
terkesan egoistis jika semua penurunan angka nya kreativitas, inovasi dan kerja keras untuk
kemiskinan dianggap kerja keras pemerintah mencapai kesejahteraan umum. Ketiga, men-
sendiri, karena hal itu menafikan usaha ciptakan distribusi pendapatan dan kekayaan
kelompok miskin sendiri untuk keluar dari masyarakat secara adil dan merata. Keempat,
jebakan kemiskinan dan peran-serta masyara- menjaga stabilitas dan keberlangsungan per-
kat sipil. kembangan ekonomi dalam proses kemajuan
Artinya, program pengentasan kemiskin- (Rais, 2002).
an perlu dilihat seberapa besar mampu menja- Berdasarkan prinsip di atas, Islam mengan-
wab masalah-masalah yang dihadapi oleh jurkan setiap individu untuk proaktif dalam
kelompok miskin dan kendala-kendala yang rangka mencapai taraf hidup yang lebih baik.
dihadapi program itu. Seperti diketahui, Sehingga dengan demikian, kiranya pemerintah
kemiskinan sebagai suatu fenomena sosial tidak Indonesia untuk berpijak pada dasar kebijakan
hanya memiliki dimensi ekonomi tetapi berdi- yang melibatkan masyarakat baik secara
mensi banyak termasuk dimensi psikologis, langsung maupun tidak langsung. Upaya

Kebijakan Fiskal Indonesia (Ayief Fathurrahman) 79


penanggulangan kemiskinan yang paling stra- masyarakat dan mengentaskan kemiskinan
tegis dapat dirumuskan dalam satu kalimat yang melanda kaum muslimin (Fathurrahman,
yaitu “berikan peluang kepada keluarga miskin 2010: 7-8). Pandangan ini sudah barang tentu
dan komunitasnya untuk mengatasi masalah berangkat dari nilai-nilai qur’ani yang meng-
mereka secara mandiri”(Sulekale, 2003) Ini hormati sesama manusia dan menekankan
berarti pemerintah harus mereposisi peran masalah ukhuwah/ persaudaraan (Qs. Al-
mereka, dari agen pemberdayaan menjadi fasi- Hujarat: 10), ta’awun/tolong menolong/ keber-
litator pemberdayaan. samaan (Qs. Al-Maidah: 3).
Dalam lembaran sejarah Islam, Umar bin Di sinilah pentingnya zakat, infaq, shada-
Khattab pernah dikritik oleh salah seorang qah yang telah digariskan dalam ajaran Islam.
sahabat yang bernama Hakim bin Hizam, Pemerintah dalam hal ini menjadi pendorong
mengenai pendistribusian kas Baitul Mal seba- masyarakat membayar kepada Badan Amil
gai tunjangan sosial kepada kerabat Rasulullah Zakat, Infaq dan Shadaqah (BAZIS), yang telah
dan orang-orang yang berjasa dalam membela didirikan di seluruh propinsi, kabupaten dan
Islam.8 Menurutnya, hal demikian akan kecamatan. Kemudian mendistribusikanya
mendongkrak mereka dengan sifat malas, dan kepada yang miskin, agar bisa keluar dari
akan menjadi fatal ketika pemerintah sudah beban kesusahan dan kemiskinan. Dengan
tidak lagi menerapkan kebijakan tersebut demikian, ZIS berusaha meningkatkan taraf
(Karim, 2004: 64). Khalifah menyadari bahwa hidup fakir miskin ke tingkatan hidup yang
kebijakan tersebut mengandung kekeliruan dan layak. ZIS juga merupakan sarana untuk
berimbas negatif terhadap strata sosial masya- mendekatkan jurang pemisah antara orang
rakat dan berniat untuk memperbaikinya. kaya dengan fakir miskin (Qardhawi, 1996:
Namun Umar wafat sebelum terealisasikan 174).
rencananya (Afzalurrahman, 1995: 165). Sebagaimana diketahui, salah satu langkah
Di samping itu, program penanggulangan kongkrit pemerintah dalam mengatasi
kemiskinan tidak cukup kiranya jika hanya kemiskinan yaitu berupa Program Nasional
dilakukan dengan pendekatan yang develop- Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-
mentalistik saja. Akan tetapi penanggulangan MANDIRI). Dalam tinjauan ekonomi Islam,
kemiskinan perlu disertai dengan pendekatan menumbuhkan peranan setiap individu dalam
yang mengandalkan “modal sosial” yang ada meningkatkan kualitas hidupnya termasuk
di masyarakat itu sendiri, berupa kebersamaan, mengatasi persoalan kemiskinan yang melanda
gotong-royong, saling bantu dan saling diriya merupakan jalan utama yang dianjurkan,
percaya. Fakta di atas sudah membuktikan baik itu dengan berusaha maupun bekerja dan
bahwa betapa pemerintah tak akan mampu lain sebagainya. Masyarakat didorong pada
berbuat banyak dalam proses penurunan angka arah yang lebih progresif, aktif, dan produktif,
kemiskinan tanpa menggandengkan tangannya sehingga mentalitas yang terbentuk mencer-
dengan tangan-tangan usaha kelompok miskin minkan kecenderungan yang positif. Ini berarti
untuk keluar dari jebakan kemiskinan serta pemerintah harus mereposisi peran mereka,
merangkul peran-serta masyarakat sipil. dari agen pemberdayaan menjadi fasilitator
Pada masa Rasulullah, ukhuwwah islami- pemberdayaan. Input yang berasal dari luar
yah, persaudaraan sesama muslim, antara yang masuk dalam proses pemberdayaan harus
golongan Muhajirin dan golongan Anshor mengacu sepenuhnya pada kebutuhan dan
sangat ditekankan. Rasulullah sangat menya- desain aksi yang dibuat oleh keluarga miskin
dari bahwa asas kebersamaan, kekeluargaan itu sendiri bersama komunitasnya melalui
dan persaudaraan merupakan program yang proses dialog yang produktif agar sesuai
dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi dengan konteks setempat.
Hal ini mengandung arti bahwa tidak
selamanya ketergantungan pada pemerintah
8 Para Sejarawan meyakini bahwa tindakan Umar demikian
adalah tidak lain dan tidak bukan sebagai pemberian tan-
akan membawa lari dari jeratan kemiskinan,
da jasa kepada relawan yang telah gigih berjuang membela akan tetapi kemandirianlah merupakan tong-
dan meneggakan agama Islam di awal kehadirannya.

80 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, April 2012: 72-82
gak awal untuk keluar dari lingkarannya. tinggi, dan apabila terjadi sedikit 'gejolak',
Sehingga, ketika program kebijakan dari peme- maka dengan sangat mudah mereka akan
rintah tersebut berakhir, pola pikir masyarakat kembali menjadi miskin.
dalam memandang persoalan kemiskinan ada- Kemiskinan merupakan suatu fenomena
lah persoalan “individual”, sehingga kemandi- yang amat kompleks. Sehingga dengan demi-
rian merupakan jalan pilihan yang tepat. kian, kemiskinan tidak saja menyangkut pro-
Walaupun demikian, masalah fundamental blem kultural, tetapi juga problem struktural
yang bernama kemiskinan tetap menjadi yang menyangkut bagaimana negara membuat
tanggungjawab negara. Menurut Islam, dalam kebijakan fiskal yang berorientasi pada penang-
pemberantasan kemiskinan dan kepincangan gulangan kemiskinan Secara kultural, Islam
pendapatan masyarakat, negara harus melaku- menganjurkan untuk menumbuhkan peranan
kan intervensi dalam masalah ini. Dalam Al- setiap individu dalam meningkatkan kualitas
Qur’an diajarkan prinsif al-ma’un atau tang- hidupnya dan menumbuhkan proses kebersa-
gungjawab sosial dapat diwujudkan ke dalam maan sosial melalui zakat, infaq, dan shadaqah.
lembaga-lembaga negara, sebab kalau tidak Secara struktural, Islam meletakkan peran
maka seluruh masyarakat dapat terkena predi- sentral negara dalam menciptakan distribusi
kat “mendustakan agama”. Negara sebenarnya pendapatan dan kekayaan masyarakat secara
hanya bertugas menjamin terlaksananya ajaran adil dan merata dan menjaga stabilitas dan
ini, apakah dengan tindakan yang lebih lang- keberlangsungan perkembangan ekonomi da-
sung atau mendorong swasta dan masyarakat lam proses kemajuan dan pemerataan serta
sendiri untuk melaksanakan doktrin itu. sebagai fasilitator pemberdayaan masyarakat
Para pemikir Islam pada umumnya cende- dalam mencari solusi ke taraf hidup yang lebih
rung untuk menempatkan peranan negara yang layak.
aktif, baik dalam mengendalikan perekonomian
ke arah perkembangan yang lebih stabil, DAFTAR PUSTAKA
terutama untuk mencegah pengangguran,
mengarahkan alokasi sumberdaya sehingga Afzalurrahman. 1995. Doktrin Ekonomi Islam.
dapat dicapai keseimbangan antara efisiensi Jilid 1. Yogyakarta: PT Dhana Bakti
dan partisipasi masyarakat yang luas dalam Wakaf.
kegiatan usaha serta melakukan redistribusi Amalia, Euis. 2005. Sejarah Pemikiran Ekonomi
pendapatan dan kekayaan masyarakat sehingga
Islam: dari Masa Klasik hingga Kontem-
tidak timbul kepincangan dan ketidakadilan
porer. Jakarta: Pustaka Asatruss.
sosial.
Buana, Hadi. 2012. BBM, Keadilan Sosial, Pajak
Sehingga dengan demikian, kebijakan
pemerintah menjadi hal yang sangat perlu (Subsidi), dan Harga, dikutip dari http://
dalam hal ini (Waidl, 2008). Ini sesuai dengan www.mediaindonesia.com/read/2011/02
amanat UUD 1945 mengatakan bahwa, "Fakir /18/204025/68/11/BBM-Keadilan-Sosial-
miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Pajak-Subsidi-dan-Harga, diakses tanggal
negara" (Pasal 34 ayat 1). 26 Nopember.
Chapra, M. Umer. 2001. Masa Depan Ilmu Eko-
SIMPULAN nomi: Sebuah Tinjauan Islam. Jakarta: Gema
Insani Press.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, beragam Departemen Keuangan Republik Indonesia
program yang diluncurkan pemerintah Indone- Direktorat Jenderal Anggaran. 2012. “Ke-
sia untuk menanggulangi kemiskinan. Memang rangka Ekonomi Makro Dan Pokok-
terdapat indikasi kuat bahwasanya meskipun
Pokok Kebijakan Fiskal 2008”, dikutip
terdapat kecenderungan positif dalam penang-
dari http://www.anggaran.depkeu.go.id
gulangan kemiskinan, tetapi ternyata implikasi-
nya belum seperti yang diharapkan. Proporsi /web-print-list.asp?ContentId=177, di ak-
penduduk yang hampir miskin masih cukup ses tanggal 10 Nopember.
Departemen Keuangan Republik Indonesia

Kebijakan Fiskal Indonesia (Ayief Fathurrahman) 81


Direktorat Jenderal Anggaran. 2012. Ke- 2014. Musrenbangnas RPJMN 2010-2014,
rangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok dikuitp dari http://docs.google.com/
Kebijakan Fiskal 2008, dikutip dari http: viewer?a=v&q=cache:2_
//www.anggaran.depkeu.go.id/web- vzW3i3sVEJ:musrenbangnas.bappenas.go
print-list.asp?ContentId=177, di akses .id/ , diakses tanggal 15 Nopember
tanggal 15 Nopember. Mishkin, Frederic. S. 2008. Ekonomi Uang, Per-
Direktorat Jenderal Angggaran. 2012. “Kebijak- bankan dan Pasar Keuangan. Jakarta: Salem-
an Fiskal dalam Rangka Mendorong Sek- ba Empat.
tor Riil”, 2009. dikutip dari http:// Parcoyo, Tri Kunawangih dan Antyo Parcoyo.
www.wiziq.com/tutorial/39767-Kebijak- 2004. Aspek Dasar Ekonomi Makro di Indone-
an-Fiskal, di akses tanggal 15 Nopember. sia. Jakarta: Cikal Sakti.
Dumairy. 1995. Evaluasi Kebijakan Pemerintah Qardhawi, Muhammad Yusuf. 1996. Konsepsi
Menanggulangi Masalah Kemiskinan dan Islam dalam Mengentaskan Kemiskinan,
Kesenjangan”, dalam Kemiskinan dan Ke- Surabaya: PT Bina Ilmu.
senjangan di Indonesia. Yogyakarta: Aditya Rais, Sasli. 2002. Kebijakan Publik dalam Tin-
Media. jauan Ekonomi Islam. Makalah Mata Kuliah
Fathurrahman, Ayief. 2010. Strategi Rasulullah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Magister
Membangun Perekonomian Madinah. Universitas Indonesia, Kekhususan Eko-
Makalah dipresentasikan. Magister Studi nomi dan Keuangan Syariah, PSKTI, UI.
Islam Universitas Islam Indonesia. Royat, Sujana Royat, 2008. Kebijakan Pemerintah
Gilarso, T. 2004. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. dalam Penanggulangan Kemiskinan, http://
Yogyakarta: Kanisius. hlm 148. digilib.litbang.deptan. go.id /index.php
Habibullah. 2010. Bappenas: Anggaran Penang- Soesastro, Hadi dkk (penyunting). 2005. Pemi-
gulangan Kemiskinan Rp270 Triliun, di- kiran dan Permasalahan Ekonomi di
kutip dari http://kebijakan sosial. Indonesia dalam Setengah Abad Terakhir.
wordpress.com/ 2010/02/02/bappenas- Yogyakarta: Kanisius.
anggaran-penanggulangan-kemiskinan- Sulekale, DD. 2003. Pemberdayaan Masyarakat
rp270-triliun/, diakses tanggal 15 Nopem- Miskin di Era Otonomi Daerah. Jurnal
ber 2011. Ekonomi Rakyat, Artikel Th. II No. 2, April
Hamid, Edy Suandi dan M.B Hendrie Anto. 2003. www.ekonomirakyat.org.
2000. Ekonomi Indonesia Memasuki Mile- Suminto. 2004. Pengelolaan APBN dalam Sis-
nium III. Yogyakarta: UII Press. tem Manajemen Keuangan Negara. Maka-
Hamid, Edy Suandi. 2000. Perekonomian Indo- lah Sebagai Bahan Penyusunan Budget in
nesia: Masalah Kebijakan Kontemporer. Brief 2004. Jakarta: Ditjen Anggaran, Dep-
Yogyakarta: UII Press. keu.
Hamid, Edy Suandi. 2004. Sistem Ekonomi Supriyanto. 2005. Analisis tentang Persoalan
Utang Luar Negeri dan Isu-isu Ekonomi Kebijakan Fiskal Indonesia di Era Refor-
Politik Indonesia. Yogyakarta: UII Press. masi. Jurnal Aplikasi Manajemen, Volume 3,
Karim, Adiwarman Azwar. 2004. Sejarah Pemi- Nomor 3, Desember.
kiran Ekonomi Islam, edisi ketiga. Jakarta: Waid Abdul, dkk. 2008. Mendahulukan Si Mis-
PT Raja Grafindo Persada. kin: Buku Sumber bagi Anggaran Pro Rakyat.
Mentri Keuangan RI. 2012. Arah Kebijakan Yogyakarta: LKIS.
Fiskal, dan Recource Envelope Jangka Me-
nengah dalam penyusunan RPJM 2010-

82 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, April 2012: 72-82

Anda mungkin juga menyukai