Anda di halaman 1dari 23

Bahan 1

Analisis Kadar Lemak

LEMAK DAN MINYAK

Pengertian Lemak dan Minyak

Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid. Secara umum, lemak
diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang berada dalam keadaan padat. Sedangkan
minyak adalah trigliserida yang dalam suhu ruang berbentuk cair. Lemak dan minyak pun merupakan
senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik
non-polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), kloroform(CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya.
Lemak dan minyak dapat larut dalam pelarut yang disebutkan di atas karena lemak dan minyak
mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut tersebut.

Hasil hidrolisis lemak dan minyak adalah asam karboksilat dan gliserol. Asam karboksilat ini juga disebut
asam lemak yang mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang dan tidak bercabang.

Pembentukan Lemak dan Minyak

Dalam proses pembentukannya, trigliserida merupakan hasil proses kondensasi satu molekul gliserol
dengan tiga molekul asam-asam lemak (umumnya ketiga asam lemak berbeda-beda) yang membentuk
satu molekul trigliserida dan tiga molekul air.

Sumber : Pasaribu, Nurhida (2004)


Apabila R1=R2=R3 maka trigliserida yang terbentuk disebut trigliserida sederhana. Sebaliknya, apabila
berbeda-beda disebut trigliserida campuran.

Apabila satu molekul gliserol hanya mengikat satu molekul asam lemak maka hasilnya disebut
monogliserida dan apabila dua asam lemak disebut digliserida. Mono dan digliserida ini di alam hanya
terdapat sangat sedikit dalam dunia tanaman.

Penamaan Lemak dan Minyak

Lemak dan minyak sering kali diberi nama derivat asam-asam lemaknya, yaitu dengan cara
menggantikan akhiran at pada asam lemak dengan akhiran in, misalnya :

Tristearat dari gliserol diberi nama tristearin

Tripalmitat dari gliserol diberi nama tripalmitin

Selain itu, lemak dan minyak juga diberi nama dengan cara yang biasa dipakai untuk penamaan suatu
ester, misalnya:

Triestearat dari gliserol disebut gliseril tristearat

Tripalmitat dari gliserol disebut gliseril tripalmitat

Klasifikasi Lemak dan Minyak

Lemak dan minyak dapat dibedakan berdasarkan beberapa penggolongan, yaitu:

4.1 Berdasarkan sumbernya

Tabel 4.1 Pengklasifikasian lemak dan minyak berdasarkan sumbernya


Sumber

Keterangan

Berasal dari tanaman (Minyak Nabati)

Biji-biji palawija

Contoh: minyak jagung, minyak biji kapas

Kulit buah tanaman tahunan

Contoh: minyak zaitun, minyak kelapa sawit

Biji-biji tanaman tahunan

Contoh : minyak kelapa, minyak coklat, minyak inti sawit

Berasal dari hewan

(lemak hewani)

Susu hewan peliharaan,

Contoh: lemak susu sapi

Daging hewan peliharaan


Contoh: lemak sapi,oleosterin

Hasil laut

Contoh: minyak ikan sardin, minyak ikan paus.

4.2 Berdasarkan Kejenuhannya

4.2.1 Asam lemak jenuh ( Tidak memiliki ikatan rangkap)

Tabel 1. Contoh-contoh dari asam lemak jenuh

Nama asam

Struktur

Sumber

Butirat

Palmitat

Stearat

CH3(CH2)2CO2OH

CH3(CH2)14CO2H
CH3 (CH2)16CO2H

Lemak susu

Lemak hewan

Lemak hewan

4.2.2 Asam lemak tak jenuh (Memiliki ikatan rangkap)

Tabel 2. Contoh-contoh dari asam lemak tak jenuh

Nama asam

Struktur

Sumber

Palmitoleat

Oleat
Linoleat

Linolenat

CH3(CH2)5CH=CH(CH2)7CO2H

CH3(CH2)7CH=CH(CH2)7CO2H

CH3(CH2)4CH=CHCH2CH=CH(CH2)7CO2H
CH3CH2CH=CHCH2CH=CHCH2=CH(CH2)7CO2H

Lemak hewani dan nabati

Lemak hewani dan nabati

Minyak nabati

Minyak biji rami

4.3 Berdasarkan kegunaannya

Tabel 5. Pengklasifikasian lemak dan minyak berdasarkan kegunaannya

Nama Kegunaan

Minyak mineral (minyak bumi) Sebagai bahan bakar


Minyak nabati/hewani (minyak lemak) Bahan makan bagi manusia

Minyak atsiri(essential oil)

Untuk obat-obatan minyak ini mudah menguap pada temperatur kamar, sehingga disebut juga minyak
terbang

Ekstraksi Lemak dan Minyak

5.1 Metode Soxhlet

Prinsip Analisis :

Ekstraksi lemak dengan pelarut lemak seperti petroleum eter, petroleum benzena, dietileter, aseton,
methanol, dll.

Bobot lemak diperoleh dengan cara memisahkan lemak dengan pelarutnya.

Gambar Peralatan Metode Soxhlet

Prosedur Kerja Metode Soxhlet.


Lakukan pemanasan kembali kedalam oven selama 1 jam, apabila selisih penimbangan hasil ekstraksi
terakhir dengan penimbangan sebelumnya belum mencapai 0,0002 gram

% kadar lemak dihitung dengan rumus:

Keterangan :

W1 = Bobot sampel (g)

W2 = Bobot labu lemak kosong (g)

W3 = Bobot labu lemak + lemak hasil ekstraksi (g)

Sampel yang digunakan adalah sampel yang sudah melalui proses kadar air (sampel kering).
Penghalusan sampel dilakukan menggunakan mortar. Penghalusan sampel bertujuan untuk memperluas
permukaan sampel agar pelarut mudah berpenetrasi kedalam sampel. Kemudian sampel ditimbang dan
dimasukkan kedalam selongsong yang dibungkus dari kertas saring menjadi bentuk selongsong dengan
penyumbat kapas di kedua ujung selongsong tersebut.

Pelarut yang digunakan mencukupi 1½- 2 siklus. Pemanasan sebaiknya menggunakan penangas air
untuk menghindari bahaya kebakaran atau bila terpaksa menggunakan kompor listrik harus dilengkapi
dengan pembungkus labu dari asbes. Lemak akan terekstraksi dan melalui sifon terkumpul ke dalam
labu lemak. Labu lemak yang sudah diekstraksi selama ± 5 jam, kemudian dipisahkan oleh alat rotary
evaporator dengan cara diuapkan antara heksan dan lemak yang berada dalam labu lemak tersebut
hingga heksan tidak menetes lagi pada labu heksan.

Tahapan selanjutnya dilakukan pemanasan dalam oven selama 1 jam pada suhu 105°C agar sisa heksan
teruapkan. Labu yang berisi ekstrak ditimbang menggunakan neraca analitik. Lakukan pemanasan
kembali kedalam oven selama 1 jam, apabila selisih penimbangan hasil ekstraksi terakhir dengan
penimbangan sebelumnya belum mencapai 0,0002 gram.

5.2 Metode Babcock

Prinsip analisis:

Penentuan volume lemak sampel cair dengan proses pelarutan sampel pada pelarut organik.

Gambar Alat Metode Babcock

Sumber : Maligan, Jaya (2014)

Prosedur Kerja Metode Babcock

Botol babcock diletakkan pada penangas air T= 55-60°C selama 5 menit sampai batas skala terbatas
terendam sehingga lemak dapat mengapung ke atas dan dapat diukur volumenya.

% kadar lemak dihitung dengan rumus:


Keterangan :

Va = Volume susu

Vb= Volume lemak yang terbaca pada botol babcock

Penentuan lemak dengan botol babcock sangatlah sederhana. Sampel yang telah ditimbang dimasukkan
ke dalam botol Babcock. Pada leher botol babcock ini telah dilengkapi dengan skala ukuran volume.
Sampel yang dianalisa ditambah dengan asam sulfat pekat (95%) untuk merusak emulsi lemak. Dengan
rusaknya protein (denaturasi ataupun koagulasi) maka memungkinkan globula lemak lain mengumpul
menjadi lemak yang lebih besar dan akan mengapung di atas cairan. Setelah disentrifugasi, lemak akan
semakin jelas terpisah dengan komponen yang lain. Agar dapat dibaca banyaknya lemak, maka ke dalam
botol ditambahkan aquades panas sampai lemak tepat pada tanda skala bagian atas, dengan demikian
banyaknya lemak dapat secara langsung dibaca atau diketahui.

Asam sulfat yang berfungsi untuk merusak emulsi lemak dapat diganti dengan senyawa lain misalnya
detergent yang bersifat anion seperti dioktil sodiumfosfat atau memakai detergent yang tidak mengion
tetapi bersifat hidrofil seperti poloxiethilen sorbitan monolaurat.

5.3 Metode Mojonnier

Prinsip analisis:

Sampel yang dimasukkan kedalam tabung mojonnier dilarutkan dengan etanol dan dihidrolisis dengan
ammonium hidroksida membentuk asam lemak bebas yang selanjutnya diekstrak dengan menggunakan
pelarut organik dietil eter dan petroleum eter.

Gambar Alat Metode Mojonnier


Sumber : Nielsen (1998)

Prosedur kerja metode mojonnier

Ø Ekstraksi 1

Ø Ekstraksi 2

Ø Ekstraksi 3

% lemak dihitung dengan rumus:

Penentuan kadar lemak dengan Mojonnier, sampel dimasukkan ke dalam tabung mojonnier dan
ditambahkan ethanol, ammonium hidroksida, kemudian diekstraksi menggunakan campuran ethil-ether
dan petroleum ether (1:1). Ammonium hidroksida akan menetralkan asam-asam dan menghilangkan
mantol/lapisan film, sekeliling globula lemak sehingga lemak mudah terekstraksi. Ethanol merupakan
medium yang menyebabkan ether dapat mudah mengadakan kontak dengan lemak secara lebih baik.
Dengan demikian adanya ethanol menyebabkan esktraksi lebih cepat. Petroleum ether mempunyai
kemampuan mengurangi kelarutan air dalam ethil-ether, dengan demikian adanya petroleum ether ini
akan memperkecil adanya zat-zat yang dapat larut dalam air terikut dalam minyak. Dengan kata lain
akan diperoleh lemak/minyak yang mencerminkan jumlah sebenarnya.
Hasil ekstraksi kemudian diuapkan pelarutnya dan dikeringkan dalam oven pada suhu 100°C sampai
diperoleh bobot konstan. Bobot residu dinyatakan sebagai bobot lemak/minyak dalam bahan.

DAFTAR PUSTAKA

Herlina, dkk. 2002. Lemak dan Minyak. Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara : Suamtera Utara

Khoerunnisa. 2017. Pengembangan Laboratorium Virtual Sebagai Media Pembelajaran Mata Kuliah
Analisis Pangan. [Skripsi]. Universitas Pendidikan Indonesia : Bandung

Maligan, Jaya. 2014. Analisis Lemak dan Minyak. Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Brawijaya:
Malang

Nielsen. 1998. Food Analysis. Purdue University West Lafayette. Indiana

Pasaribu, Nurhida. 2004. Minyak Buah Kelapa Sawit. Universitas Sumatera Utara : Sumatera Utara.

Sudarmadji, dkk. 2007. Analisa bahan makanan dan pertanian. Liberty Yogyakarta : Yogyakarta

Bahan 2
UJI KADAR LEMAK DALAM BAHAN PANGAN DENGAN METODE SOXHLET

ABSTRAK

Lemak merupakan salah satu kandungan utama dalam makanan, dan penting dalam diet karena
beberapa alasan. Lemak merupakan salah satu sumber utama energi dan mengandung lemak esensial.
Namun konsumsi lemak berlebihan dapat merugikan kesehatan, misalnya kolesterol dan lemak jenuh.
Dalam berbagai makanan, komponen lemak memegang peranan penting yang menentukan karakteristik
fisik keseluruhan, seperti aroma, tekstur, rasa dan penampilan.

Alat yang paling sering digunakan dalam metode ini adalah soxhlet, dimana efisiensi ekstraksi lebih baik
dari pada metode Batch Solvent Extraction. Sampel dikeringkan, dihaluskan dan diletakkan dalam
thimble berpori. Thimble diletakkan dalam alat soxhlet yang dihubungkan dengan kondensor. Labu
soxhlet dipanaskan, solven menguap, terkondensasi dan masuk ke bejana ekstraksi yang berisi sampel,
dan mengesktraksi sampel. Lemak tertinggal di labu karena perbedaan titik didih. Pada akhir ekstraksi,
solven diupakan dan massa lemak yang tersisa ditimbang.

Kata kunci : kadar lemak ,soxhlet,pengeringan

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Lemak

Lemak merupakan sekelompok besar molekul-molekul alam yang terdiri atas unsur-unsur karbon,
hidrogen, dan oksigen meliputi asam lemak, malam, sterol, vitamin-vitamin yang larut di dalam lemak
(contohnya A, D, E, dan K), monogliserida, digliserida, fosfolipid, glikolipid, terpenoid (termasuk di
dalamnya getah dan steroid) dan lain-lain. Lemak secara khusus menjadi sebutan bagi minyak hewani
pada suhu ruang, lepas dari wujudnya yang padat maupun cair, yang terdapat pada jaringan tubuh yang
disebut adiposa(Anonim 2010).
Mengekstraksi lemak secara murni sangat sulit dilakukan, sebab pada waktu mengekstraksi lemak, akan
terekstraksi pula zat-zat yang larut dalam lemak seperti sterol, phospholipid, asam lemak bebas, pigmen
karotenoid, khlorofil, dan lain-lain. Pelarut yang digunakan harus bebas dari air agar bahan-bahan yang
larut dalam air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak dan keaktifan pelarut tersebut menjadi
berkurang. Pelarut ini seperti dietil eter, hexana, benzena, dan lain-lain.

Ada dua kelompok umum untuk mengekstraksi lemak yaitu metode ekstraksi kering dan metode
ekstraksi basah. Metode kering pada ekstraksi lemak mempunyai prinsip bahwa mengeluarkan lemak
dan zat yang terlarut dalam lemak tersebut dari sampel yang telah kering benar dengan menggunakan
pelarut anyhidrous. Keuntungan dari dari metode kering ini, praktikum menjadi amat sederhana,
bersifat universal, dan mempunyai ketepatan yang baik. Kelemahannya metode ini membutuhkan
waktu yang cukup lama, pelarut yang digunakan mudah terbakar dan adanya zat lain yang ikut
terekstrak sebagai lemak.

Prinsip soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya sehingga terjadi
ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik. Metode soxhlet ini
dipilih karena pelarut yang digunakan lebih sedikit (efesiensi bahan) dan larutan sari yang dialirkan
melalui sifon tetap tinggal dalam labu, sehingga pelarut yang digunakan untuk mengekstrak sampel
selalu baru dan meningkatkan laju ekstraksi. Waktu yang digunakan lebih cepat. Kerugian metode ini
ialah pelarut yang digunakan harus mudah menguap dan hanya digunakan untuk ekstraksi senyawa yang
tahan panas.

Tujuan

1. Menentukan kadar lemak bahan pangan

Mengetahui cara melakukan uji kadar lemak dengan metode soxlet

TINJAUAN PUSTAKA

Kadar Air dalam Bahan Makanan

Kadar air adalah perbedaan antara berat bahan sebelum dan sesudah dilakukan pemanasan. Setiap
bahan bila diletakkan dalam udara terbuka kadar airnya akan mencapai keseimbangan dengan
kelembaban udara disekitarnya. Kadar air ini disebut dengan kadar air seimbang. Setiap kelembaban
relatif tertentu dapat menghasilkan kadar air seimbang tertentu pula. Dengan demikian dapat dibuat
hubungan antara kadar air seimbang dengan kelembaban relatif.
Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan kesegaran dan daya tahan bahan itu sendiri.
Sebagian besar dari perubahan-perubahan bahan makanan terjadi dalam media air yang ditambahkan
atau berasal dari bahan itu sendiri. Air dalam suatu bahan makanan terdapat dalam berbagai bentuk :

1. Air bebas, air ini terdapat dalam ruang-ruang antar sel dan inter-granular dan pori-pori yang terdapat
pada bahan.

Air yang terikat secara lemah, air ini teradsorbsi pada pemukaan kolloid makromolekuler seperti protein,
pektin pati, sellulosa. Selain itu air juga terdispersi diantara kolloid tersebut dan merupakan pelarut zat-
zat yang ada dalam sel. Air yang ada dalam bentuk ini masih tetap mempunyai sifat air bebas dan dapat
dikristalkan pada proses pembekuan. Ikatan antara air bebas dengan kolloid tersebut merupakan ikatan
hidrogen.

Air dalam keadaan terikat kuat, air ini membentuk hidrat. Ikatannya bersifat ionik sehingga relatif sukar
dihilangkan atau diuapkan. Air ini tidak membeku meskipun pada 0º (Sudarmadji 2003).

Kadar Lemak dalam Makanan

Penentuan kadar minyak atau lemak suatu bahan dapat dilakukan dengan alat ekstraktor Soxhlet.
Ekstraksi dengan alat Soxhlet merupakan cara ekstraksi yang efisien, karena pelarut yang digunakan
dapat diperoleh kembali. Dalam penentuan kadar minyak atau lemak, bahan yang diuji harus cukup
kering, karena jika masih basah selain memperlambat proses ekstraksi, air dapat turun ke dalam labu
dan akan mempengaruhi dalam perhitungan (Ketaren, 1986:36).

Analisis kadar lemak menggunakan metode ekstraksi Soxhlet (Apriyantono et al, 1989). Peralatan yang
digunakan adalah timbangan digital dengan tingkat ketelitian 2 desimal, labu Soxhlet, oven, desikator,
botol timbang. Bahan kimia yang digunakan untuk analisis kadar lemak adalah kertas saring, dan ether.

Penentuan kadar minyak atau lemak suatu bahan dapat dilakukan dengan alat ekstraktor Soxhlet.
Ekstraksi dengan alat Soxhlet merupakan cara ekstraksi yang efisien, karena pelarut yang digunakan
dapat diperoleh kembali. Dalam penentuan kadar minyak atau lemak, bahan yang diuji harus cukup
kering, karena jika masih basah selain memperlambat proses ekstraksi, air dapat turun ke dalam labu
dan akan mempengaruhi dalam perhitungan (Ketaren, 1986:36).

Proses ekstraksi selesai apabila pelarutnya sudah jernih. Pelarut yang jernih menandakan bahwa lemak
yang terdapat dalam soxhlet telah masuk semua kedalam labu didih, pelarut dan minyak dapat
dipisahkan dengan cara dipanaskan karena titik didih lemak lebih tinggi dari pelarut, sehingga kita bisa
mengukur berat lemak hasil ekstraksinya.

Kesalahan yang sering terjadi pada saat ekstraksi kadar lemak ini adalah praktikan tidak mengetahui
apakah pelarut tersebut sudah bening atau belum, kesalahan ini akan sangat fatal karena jika praktikan
menghentikan proses ekstraksi sedangkan kandungan lemak dlam bahan masih banyak maka
perhitungan kadar lemak bahan akan berkurang sihingga hasil yang didapatkan tidak maksimal.

Penentuan Kadar Lemak

Metode Soxlet

Metode Soxhlet termasuk jenis ekstraksi menggunakan pelarut semikontinu. Ekstraksi dengan pelarut
semikontinu memenuhi ruang ekstraksi selama 5 sampai dengan 10 menit dan secara menyeluruh
memenuhi sampel kemudian kembali ke tabung pendidihan. Kandungan lemak diukur melalui berat
yang hilang dari contoh atau berat lemak yang dipindahkan. Metode ini menggunakan efek perendaman
contoh dan tidak menyebabkan penyaluran. Walaupun begiru, metode ini memerlukan waktu yang lebih
lama daripada metode kontinu (Nielsen 1998).Prinsip Soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang
selalu baru yang umumnya sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan
adanya pendingin balik. Soxhlet terdiri dari pengaduk atau granul anti-bumping, stillpot
(wadahpenyuling, bypasssidearm, thimble selulosa,extraction liquid, syphon arm inlet, syphon arm
outlet, expansion adapter, condenser (pendingin),coolingwaterin, dan cooling water out (Darmasih
1997).

METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Praktikum Uji Kadar lemak ini dilaksanakan pada hari Selasa 29 April 2014 pukul 08.00 s.d selesai dan
Praktikum kadar air pada hari Kamis,24 April 2014 pukul sd selesai di Laboratorium Kimia Lantai 4
Gedung Baru Pendidikan Teknologi Agroindustri,Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas
Pendidikan Indonesia

Alat dan bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kadar air dan kadar abu yaitu alat : Soxhlet beserta
kondensor. Labu didih, penjepit labu, desikator, oven, kertas saring, Mortar, timbangan analitik.dan
bahan : ikan nila ,jagung.kacang tanah , biji alpukat , biji wijen , kelapa , kemiri dan kacang kedelai .

Prosedur Kerja

Prosedur Kadar Lemak

PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

Kelompok Sampel Sampel setelah kadar air

(gr)

Sampel lemak

(gr)
Kadar Lemak

(%)

1 Ikan nila 0,7934 gr 0,0423 gr

2 Biji wijen 4,8707 gr 0,6205 gr

3 Kelapa 2,3 gr 1,3765gr

4 Jagung 1,2458 gr 0,1455 gr

5 Kacang tanah 5,0052 gr 2,22024 gr

6 Kacang kedelai 4,5526 gr 0,6728 gr

7 Biji Alpukat 1,654 gr 0,2884 gr

8 Kemiri 5,0006 gr 3,5298 gr

Pembahasan

Penentuan kadar minyak atau lemak suatu bahan dapat dilakukan dengan alat ekstraktor Soxhlet.
Ekstraksi dengan alat Soxhlet merupakan cara ekstraksi yang efisien, karena pelarut yang digunakan
dapat diperoleh kembali. Dalam penentuan kadar minyak atau lemak, bahan yang diuji harus cukup
kering, karena jika masih basah selain memperlambat proses ekstraksi, air dapat turun ke dalam labu
dan akan mempengaruhi dalam perhitungan (Ketaren, 1986:36).Analisis kadar lemak menggunakan
metode ekstraksi Soxhlet (Apriyantono et al, 1989). Peralatan yang digunakan adalah timbangan digital
dengan tingkat ketelitian 2 desimal, labu Soxhlet, oven, desikator, botol timbang. Bahan kimia yang
digunakan untuk analisis kadar lemak adalah kertas saring, dan ether.

Pada umumnya metode Soxhlet merupakan metode ekstraksi yang bersifat kontinu. Metode ini
merupakan peralatan labu lemak yang disambungkan dengan alat destilasi Soxhlet dan Kondensor.
Lemak dapat diisolasi dengan mengekstraksinya menggunakan pelarut non polar, sedangkan sampel
kering yang akan diisolasi lemaknya dibungkus dengan kertas saring. Prinsip penetapan kadar lemak
kasar yaitu lemak diekstrak dengan pelarut non polar, seperti heksana dan dietil eter. Setelah pelarutnya
diuapkan, lemaknya dapat ditimbang dan dihitung persentasenya.
Pada praktikum Uji kadar lemak ini kami memiliki sampel yang diujikan untuk mengetahui kandungan
kadar lemak pada beberapa bahan pangan diantaramya : a. Ikan nila b. Biji wijen c. Kelapa d.jagung
e.kacang tanah f. Kacang kedelai g. Biji alpukat h. kemiri

Kelompok Sampel Sampel setelah kadar air

(gr)

Sampel lemak

(gr)

Kadar Lemak

(%)

1 Ikan nila 0,7934 gr 0,0423 gr

2 Biji wijen 4,8707 gr 0,6205 gr

3 Kelapa 2,3 gr 1,3765gr

4 Jagung 1,2458 gr 0,1455 gr

5 Kacang tanah 5,0052 gr 2,22024 gr

6 Kacang kedelai 4,5526 gr 0,6728

7 Biji Alpukat 3,3472 gr 0,2884 gr

8 Kemiri 5,0066 gr 3,5298 gr

Pada praktikum kadar lemak ini kelompok kami melakukan praktikum uji kadar lemak pada sampel ikan
nila dengan menggunakan metode soxhlet , sedangkan kelompok lain menghitung jumlah kadar lemak
bahan pangan lainnya yang diujikan dengan proses dan perlakuan yang sama,akan tetapi kami disini
membahas data hasil pengamatan dari semua kelompok.
Dari hasil pengamatan uji kadar lemak diatas didapatkan berat sampel setelah mengalami proses kadar
air dan berat sampel setelah melakukan proses kadar lemak. Pada praktikum uji kadar lemak ini sampel
harus melalui dulu uji kadar air , sehingga sampel dilakukan proses pengeringan . Dilihat dari tabel diatas
kadar lemak dari setiap bahan berbeda-beda :

Ikan nila, Pada saat melakukan praktikum kadar lemak kami melakukan penghitungan kadar air terlebih
dahulu dari bahan , hal ini bertujuan agar pada proses penentuan kadar lemak dapat sesuai dengan
literatur yang ada. Pada proses praktikum labu lemak yang akan digunakan, sebelumnya harus di oven
terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan kadar air atau lemak yang menempel pada labu.
Setelah di oven, labu lemak disimpan didalam desikator yang berisi silika gel. Silika gel berfungsi sebagai
penyerap air dan menyeimbangkan suhu labu lemak agar dingin ketika penimbangan.Setelah proses
soxhletasi selesai, maka labu lemak harus dikeringkan didalam oven 1050C selama 60 menit hingga
aroma hexana tidak tercium. Pada sampel ikan nila, lemak yang terbentuk adalah lemak cair dan
memiliki aroma khas lemak. Berdasarkan perhitungan, diketahui bahwa kadar lemak dari ikan nila
adalah 5,331 % ,sedangkan menurut literatur Nutrition Fact and Analysis for Fish Ikan nila mengandung
lemak tak jenuh yang relatif rendah (sekitar 1,3 gr dalam 4 ons ikan nila) sehingga baik untuk kesehatan
jantung. Namun ikan nila juga memiliki sejumlah kandungan lemak jenuh, yakni 0,6 gr dalam setiap 4
ons ikan nila lebih kecil dibandingkan dengan proses ketika praktikum. Menurut Direktorat Gizi
Departemen Kesehatan RI, 1996 kandungan lemak dalam ikan nila adalah 0,5-3,1 %.

Melihat perbandingan data dari sebuah literatur penelitian dengan data hasil praktikum yang telah kami
lakukan terdapat perbedaan yang terlalu signifikan, sehingga dapat dikatakan bahwa kadar lemak ikan
nila ini lebih kecil dari lemak pada saat praktikum. Ikan nila memiliki kadar lemak yang rendah karena
lemak yag terdapat dalam ikan nila menurut sumber yang telah diteliti lemak ikan nila ini berbentuk
cair .akan tetapi perbedaannya tidak terlalu signifikan .Perbedaan ini mungkin karena ada kesalahan
pada saat melakukan praktikan pada saat prosese pemanasan mungkin suhunya yang terlalu tinggi atau
rendah sehingga proses pemanasan tidak stabil .Pada proses penentuan kadar lemak juga diperoleh
kadar lemak ikan nila ini sangat rendah dibandingkan dengan bahan pangan yang lain, Hal ini
kemungkinan karena proses ekstraksi yang kurang maksimal, banyaknya sirkulasi 3 kali. Faktor-faktor
yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah tipe persiapan sampel, waktu ekstraksi, kuantitas pelarut,
suhu pelarut, dan tipe pelarut.

Biji wijen, Menurut Departemen Kesehatan ,RI (1981)kadar lemak Biji wijen adalah 17,41 gram atau
17,41 %

Pada praktikum ini sampel yang digunakan adalah biji wijen kering dengan cara menghaluskan sampel
terlebih dahulu sebelum dilakukan analisis kadar air . Dapat dibandingkan dengan data tabel hasil
pengamatan diatas bahwa kadar lemak yang dihasilkan dari praktikum adalah 12,73 %, sehingga dapat
disimpulkan bahwa

kadar lemak biji wijen mendekati dengan kadar lemak yang terdaat pada literatur . Hal ini dikarenakan
mungkin pada saat praktikum proses pemnasannya sangat tepat dan suhu ynag digunakan stabil dan
proses ekstrksinya yang tepat .

analisis kadar air . Dapat dibandingkan dengan data tabel hasil pengamatan diatas bahwa kadar lemak
yang dihasilkan dari praktikum adalah 12,73 %, sehingga dapat disimpulkan bahwa kadar lemak biji
wijen mendekati dengan kadar lemak yang terdaat pada literatur . Hal ini dikarenakan mungkin pada
saat praktikum proses pemnasannya sangat tepat dan suhu ynag digunakan stabil dan proses
ekstrksinya yang tepat.

Kelapa , menurut literatur Direktorat Gizi Departemen Kesehatan ,RI (1981) menjelaskan bahwa
kandungan lemak pada kelapa berkisar antara 6,6 – 7,1 %,

dari hasil data praktikum yang telah dilakukan kadar lemak yang didapatkan dari kelapa 59,84 % , hal ini
menunjukan bahwa data yang dihasilkan dari praktikum kurang kandungan kadar lemak dari literatur,
namun perbedaan nya tidak terlalu signifikan Pengukuran kadar Lemak Pada bahan Pangan dipengaruhi
oleh perlakuan saat praktikan .

Jagung , menurut literatur Direktorat Gizi Departemen Kesehatan ,RI (1981) menjelaskan bahwa
kandungan lemak pada jagung berkisar antara 1,3 %,

dari hasil data praktikum yang telah dilakukan kadar lemak yang didapatkan dari jagung 11,3 % , hal ini
menunjukan bahwa data yang dihasilkan dari praktikum melebihi kandungan kadar lemak dari literatur,
namun perbedaan nya tidak terlalu signifikan Pengukuran kadar Lemak Pada bahan Pangan dipengaruhi
oleh perlakuan saat praktikan .

Kacang kedelai , menurut literatur Direktorat Gizi Departemen Kesehatan ,RI (1981) menjelaskan bahwa
kandungan lemak pada jagung berkisar antara 15,1 %,
dari hasil data praktikum yang telah dilakukan kadar lemak yang didapatkan dari kacang 14,7 % , hal ini
menunjukan bahwa data yang dihasilkan dari praktikum sangat mendekati kandungan kadar lemak dari
literatur, namun perbedaan nya tidak terlalu signifikan Pengukuran kadar Lemak Pada bahan Pangan
dipengaruhi oleh perlakuan saat praktikan yang sesuai dan tepat

Kacang tanah , menurut literatur Direktorat Gizi Departemen Kesehatan ,RI (1981) menjelaskan bahwa
kandungan lemak pada kacang tanah berkisar antara 46-52 %, dari hasil data praktikum yang telah
dilakukan kadar lemak yang didapatkan dari kacang tanah 43,99 % , hal ini menunjukan bahwa data yang
dihasilkan dari praktikum sangat mendekati kandungan kadar lemak dari literatur, namun perbedaan
nya tidak terlalu signifikan Pengukuran kadar Lemak Pada bahan Pangan dipengaruhi oleh perlakuan
saat praktikan yang sesuai dan tepat pada saat melakukan praktikan .

Biji Alpukat, menurut literatur Direktorat Gizi Departemen Kesehatan ,RI (1981) menjelaskan bahwa
kandungan lemak pada Biji alpukat berkisar antara 6,5 gram dari hasil data praktikum yang telah
dilakukan kadar lemak yang didapatkan dari biji alpukat 17,4% , hal ini menunjukan bahwa data yang
dihasilkan dari praktikum masih sedikit kurang kandungan kadar lemak dari literatur, namun perbedaan
nya tidak terlalu signifikan Pengukuran kadar Lemak Pada bahan Pangan dipengaruhi oleh perlakuan
saat praktikan yang sesuai dan tepat pada saat melakukan praktikan .

Kemiri , menurut literatur Direktorat Gizi Departemen Kesehatan ,RI (1981) menjelaskan bahwa
kandungan lemak pada kemiri berkisar 63 gram dari hasil data praktikum yang telah dilakukan kadar
lemak yang didapatkan dari kemiri 70,5 % , hal ini menunjukan bahwa data yang dihasilkan dari
praktikum masih sedikit kurang kandungan kadar lemak dari literatur, namun perbedaan nya tidak
terlalu signifikan Pengukuran kadar Lemak Pada praktikum kadar lemak Pada bahan Pangan dipengaruhi
oleh perlakuan saat praktikan yang sesuai dan tepat pada saat melakukan praktikan . Proses ekstraksi
selesai apabila pelarutnya sudah jernih. Pelarut yang jernih menandakan bahwa lemak yang terdapat
dalam soxhlet telah masuk semua kedalam labu didih, pelarut dan minyak dapat dipisahkan dengan cara
dipanaskan karena titik didih lemak lebih tinggi dari pelarut, sehingga kita bisa mengukur berat lemak
hasil ekstraksinya. Kesalahan yang sering terjadi pada saat ekstraksi kadar lemak ini adalah praktikan
tidak mengetahui apakah pelarut tersebut sudah bening atau belum, kesalahan ini akan sangat fatal
karena jika praktikan menghentikan proses ekstraksi sedangkan kandungan lemak dlam bahan masih
banyak maka perhitungan kadar lemak bahan akan berkurang sihingga has

Anda mungkin juga menyukai