Anda di halaman 1dari 204

UNIVERSITAS INDONESIA

GERAKAN LANSIA SADARI HIPERTENSI DENGAN MANAJEMEN


DIRI (GESIT MANDIRI) DI KELURAHAN SRENGSENG SAWAH
KECAMATAN JAGAKARSA, KOTA JAKARTA SELATAN

KARYA ILMIAH AKHIR

SUKMAH FITRIANI
NPM. 1306346310

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA


PROGRAM STUDI SPESIALIS ILMU KEPERAWATAN
PEMINATAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
DEPOK
JUNI 2016

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


UNIVERSITAS INDONESIA

GERAKAN LANSIA SADARI HIPERTENSI DENGAN MANAJEMEN


DIRI (GESIT MANDIRI) DI KELURAHAN SRENGSENG SAWAH
KECAMATAN JAGAKARSA, KOTA JAKARTA SELATAN

KARYA ILMIAH AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ners Spesialis
Keperawatan Komunitas

SUKMAH FITRIANI
NPM. 1306346310

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA


PROGRAM STUDI SPESIALIS ILMU KEPERAWATAN
PEMINATAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
DEPOK
JUNI 2016

ii

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


iii

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


iv

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-
Nya, penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ini. Penulisan karya ilmiah
akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Spesialis Keperawatan Komunitas pada Fakutas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah akhir ini masih jauh dari sempurna dan tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah sulit bagi penulis untuk
menyelesaikan karya ilmiah akhir ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada:

1. Dra. Junaiti Sahar, S.Kp., M.App.Sc., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia.
2. DR. Etty Rekawati, SKp, MKM selaku supervisor utama yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan
arahan dalam penyusunan karya ilmiah akhir ini.
3. DR. Astuti Yuni Nursasi, SKp, MN selaku supervisor yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan
arahan dalam penyusunan karya ilmiah akhir ini.
4. Dwi Nurviyandari., S.Kp., MN selaku penguji II yang telah memberikan
masukan.
5. Dr. Ni Made Riasmini., M.Kep., Sp.Kom selaku penguji III yang telah
memberikan masukan.
6. drg. SriAnggraini., M.KM selaku penguji IV yang telah memberikan
masukan.
7. Pembimbing akademik, Poppy Fitriyani, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Kep.Kom yang
selalu memotivasi.
8. Segenap Tim Dosen Keperawatan Komunitas dan dosen fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia.
9. Segenap karyawan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
10. Drg. Dewi Isnawati Q.I Selaku Kepala Puskesmas Kecamatan Jagakarsa.
beserta jajarannya.
v

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


11. Tubagus Masruri MZ S.SOS selaku Lurah Srengseng Sawah beserta
jajarannya.
12. Ketua RW Srengseng Sawah selaku pemberian izin dan tempat dalam
pelaksanaan implementasi.
13. Kader-Kader Kelurahan Srengseng Sawah yang telah membantu dalam
melaksanakan kegiatan.
14. Lansia di Kelurahan Srengseng Sawah yang berpartisipasi sebagai peserta
dalam pelaksanaan implementasi.
15. Kedua orang tuaku Matwir Manaf dan Lailah serta adikku yang telah
memberikan dukungan moral, material dan do’a dalam menyelesaikan
perkuliahan dan penyusunan karya ilmiah akhir ini.
16. Rekan-rekan mahasiswa residensi dan aplikasi Keperawatan Komunitas

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang telah meluangkan

waktu, pikiran, materi, dan tenaga dalam membantu pelaksanaan kegiatan

praktik residensi.

Harapan penulis, karya ilmiah akhir ini dapat memberikan manfaat dan dijadikan
tindak lanjut dalam mengatasi masalah kesehatan pada lansia dengan hipertensi
yang ada di Kelurahan Srengseng Sawah. Penulisan ini jauh dari kata sempurna,
penulis mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan kaya ilmiah akhir ini.

Depok, Juni 2016


Penulis

Sukmah Fitriani

vi

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


vii

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


ABSTRAK

Nama : Sukmah Fitriani


Program Studi : Program Spesialis Keperawatan Komunitas Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Judul : Gerakan Lansia Sadari Hipertensi Dengan Manajemen
Diri (Gesit Mandiri) Di Kelurahan Srengseng Sawah
Kecamatan Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan

Penyakit hipertensi merupakan sillent killer sebagian yang meningkat pada usia 60
tahun ke atas. Peningkatan prevalensi hipertensi memerlukan perawatan jangka
panjang berupa manajemen diri yang mengacu pada kemampuan lansia untuk
mempertahankan perilaku positif secara efektif dan mandiri. Intervensi
keperawatan Gerakan Lansia Sadari Hipertensi dengan Manajemen Diri (GESIT
MANDIRI) diberikan pada 57 lansia dengan hipertensi. Intervensi meliputi
pendidikan kesehatan, aktifitas fisik, diet, interaksi dengan tenaga kesehatan,
monitoring tekanan darah dan kepatuhan terhadap regimen pengobatan. Hasil pre
dan post menunjukkan terjadinya peningkatan rata-rata nilai pengetahuan 3.84,
sikap 7.78, keterampilan 9.86 (terjadinya peningkatan 2SD), manajemen diri
terjadinya peningkatan 5.54 dan terjadinya penurunan tekanan darah sistolik 13
mmHg dan diastolik 8,6 mmHg. Manajemen diri disarankan untuk dilakukan
karena memberikan dampak pada peningkatan kesadaran status kesehatan dalam
menjalani gaya hidup sehat.

Kata Kunci : Lansia, Hipertensi, Manajemen diri.

viii

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


ABSTRACT

Name : Sukmah Fitriani


Study Program : Community Nursing Spesialist
Title : Gesit Mandiri a Self Management of Older with
Hypertension In Srengseng Sawah, Jagakarsa, South Jakarta

Hypertension as a silent killer has increased on insidence at 60 years old.


Hypertension requiries a long term treatment by having self management. It refers
to the older ability to maintain daily positive behavior effectively and
independently. GESIT MANDIRI a provided to 57 olders with hypertension. As a
nursing intervention includes health education, physical activity, diet, interactions
with health professionals, blood pressure monitoring and adherence to treatment
regimen. The results showed that there was an increased of knowledge, attitude and
skill. Scores before and after intervention 3,84; 7,78 and 9,86. Self managements
score also increased 5,54. Sistolics and diastolics pressures mean decreased 13
mmHg;8,6 mmHg. Therefore, self management is suggested to be done becase ts
impact to awareness of applying healthy life style.

Key Words : Older, Hypertension, Self management.

ix

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
HALAMAN JUDUL........................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ...............................................iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... ....v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................. ....vi
ABSTRAK .......................................................................................................viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ....x
DAFTAR TABEL ...........................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv
DAFTAR SKEMA ..................................................................................... ....xvi

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 11
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 12
1.3.1 Tujun Umum ..................................................................................... 13
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................. 13
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 13
1.4.1 Kebijakan dan Pelayanan Kesehatan ............................................. 13
1.4.2 Perkembangan Ilmu Keperawatan Komunitas ................................ 15

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelompok Lansia Hipertensi sebagai Populasi Rentan (vulnerable) ......... 16
2.2 Status Kesehatan Lansia dengan Hipertensi .............................................. 18
2.2.1 Hipertensi pada Lansia ...................................................................... 18
2.3 Keperawatan Komunitas ........................................................................... 20
2.3.1 Teori fungsi Manajemen Keperawatan ............................................. 20
2.3.1.1 Perencanaan ........................................................................... 21
2.3.1.2 Pengorganisasian .................................................................... 24
2.3.1.3 Ketenagaan ............................................................................ 26
2.3.1.4 Pengarahan ............................................................................ 27
2.3.1.5 Pengawasan dan Pengendalian .............................................. 29
2.4 Model community as partner ..................................................................... 30
2.4.1 Inti Komunitas (The Community Core) ............................................ 30
2.4.2 Sub sistem ......................................................................................... 32
2.4.3 Presepsi ............................................................................................. 34
2.4.4 Nursing Process ................................................................................. 35
2.4.5 Implementasi ..................................................................................... 36
2.4.6 Evaluasi ............................................................................................. 37
2.5 Family Centered Nursing ........................................................................... 37
2.6 Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas Self Help Group ................... 40
2.7 Manajemen Diri pada Lansia dengan Hipertensi ........................................ 41
x

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


2.8 Inovasi Gesit Mandiri.................................................................................. 43
2.8.1 Integrasi Diri ...................................................................................... 43
2.8.2 Regulasi Diri ..................................................................................... 51
2.8.3 Interaksi dengan Tenaga Kesehatan dan Sosial ................................ 51
2.8.4 Monitoring Diri ................................................................................. 52
2.8.5 Pemantauan Diri dan Kepatuhan terhadap Regimen Pengobatan ...... 53

3. KERANGKA KERJA DAN PROFIL WILAYAH


3.1 Kerangka Kerja .......................................................................................... 54
3.2 Profil Wilayah Srengseng Sawah ................................................................ 58
3.3 Inovasi GESIT MANDIRI ........................................................................ 60
3.4 Kerangka Pelaksanaan GESIT MANDIRI ................................................. 63

4. PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN AGGREGATE LANSIA


DENGAN HIPERTENSI
4.1 Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas ....................................... 64
4.1.1 Analisis Situasi Manajemen Pelayanan Keperawatan ..................... 64
4.1.1.1 Perencanaan ......................................................................... 64
4.1.1.2 Pengorgansisasian ................................................................ 68
4.1.1.3 Kepresonaliaan .................................................................... 70
4.1.1.4 Pengarahan ......................................................................... 71
4.1.1.5 Pengawasan ......................................................................... 72
4.1.2 Fishbone Analisis Manajemen Program Layanan Kesehatan
Lansia dengan Hipertensi .................................................................. 73
4.1.3 Rumusan Diagnosa Manajemen Pelayanan Keperawatan ................ 75
4.1.4 Rencana Tindakan Manajemen Pelayanan Keperawatan ................. 75
4.1.5 Implementasi .................................................................................... 77
4.1.6 Evaluasi ........................................................................................... 78
4.1.7 Rencana Tindak Lanjut ..................................................................... 79
4.2 Asuhan keperawatan komunitas ................................................................. 69
4.2.1 Inti Komunitas (The Community Core) ............................................ 79
4.2.2 Data Subsistem ................................................................................. 84
4.2.3 Presepsi ........................................................................................... 92
4.2.4 Analisa Data ..................................................................................... 94
4.2.5 Web of Causation ............................................................................. 99
4.2.6 Daftar Prioritas Masalah ................................................................ 100
4.2.7 Rencana Intervensi, Implementasi, Evaluasi dan Rencana
Tindak Lanjut Keperawatan Komunitas ................................................. 100
4.3 Asuhan Keperawatan Keluarga ................................................................ 105
4.3.1 Hasil Pengkajian dan Analisis pada Keluarga Lansia dengan
Hipertensi ........................................................................................ 105
4.3.2 Web oc Causation/ Pohon Masalah dan Prioritas Masalah ............ 108
4.3.3 Diagnosa Keperawatan ................................................................... 108
4.3.4 Rencana Intervensi, Implementasi dan Evaluasi ............................ 108

xi

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


5. PEMBAHASAN
5.1 Pengelolaan Pelayanan Keperawatan ................................................... 116
5.1.1 Manajemen Pelayanan ................................................................ 116
5.1.2 Asuhan Keperawata Komunitas ................................................. 119
5.1.2.1 Implementasi Self Help Group ....................................... 119
5.1.2.2 Integrasi Diri ................................................................... 120
5.1.2.3 Regulasi Diri ................................................................... 125
5.1.2.4 Interaksi Pelayanan Kesehatan, Monitoring Diri dan
Kepatuhan Terhadap Pola Hidup Sehat
yang di Rekomensasikan ................................................. 126
5.1.3 Asuhan Keperawatan Keluarga ................................................. 130
5.1.2.5 Implementasi Self Help Group ....................................... 119
5.2 Keterbatasan ........................................................................................ 133
5.3 Implikasi Pelayanan dan Penelitian .................................................... 134
5.3.1 Implikasi Pelayanan .................................................................. 134
5.3.2 Implikasi Penelitian .................................................................. 134

6. KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan ........................................................................................... 136
6.2 Saran ..................................................................................................... 136

DAFTAR REFERENSI ............................................................................... 138

xii

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori Tekanan darah menurut The Joint National Committe of The National
High Blood Pressure Education Program VIII dan Kemenkes RI ............. 20
Tabel 2.2 Tingkat Kemandirian Keluarga Menurut Kemenkes RI No. 279 ................ 39
Tabel 4.1 Distribusi Data Demografi LansiaDi Kelurahan Srengseng Sawah
Tahun 2015 (n=57) ............................................................................................. 81
Tabel 4.2 Distribusi Pelaku Rawat Lansia lansia di Kelurahan Srengseng Sawah
Tahun 2015 (n=57) ............................................................................................. 81
Tabel 4.3 Distribusi Keluhan Fisik 3 Bulan Terakhir di Kelurahan Srengseng Sawah
Tahun 2015 (n=57) ............................................................................................. 82
Tabel 4.4 Distribusi Riwayat Penyakit Keluarga di Kelurahan Srengseng Sawah
Tahun 2015 (n=57) ............................................................................................. 83
Tabel 4.5 Distribusi Lama Kejadian Hipertensi di Kelurahan Srengseng Sawah
Tahun 2015 (n=57) ............................................................................................. 83
Tabel 4.6 Distribusi Ukuran Tekanan Darah di Kelurahan Srengseng Sawah
Tahun 2015 (n=57) ............................................................................................. 84
Tabel 4.7 Distribusi lansia memanfaatkan lapangan untuk olahraga
di Kelurahan Srengseng Sawah Tahun 2015 (n=57) ..................................... 86
Tabel 4.8 Distribusi Pelayanan Kesehatan di Kelurahan Srengseng Sawah
Tahun 2015 (n=57) ............................................................................................. 86
Tabel 4.9 Distribusi Lansia Berdasarkan Pekerjaan dan Penghasilan di Kelurahan
Srengseng Sawah Tahun 2015 (n=57) .......................................................... 87
Tabel 4.10 Distribusi Lansia Berdasarkan transportasi yang digunakan
ke tempat yankes di Kelurahan Srengseng Sawah Tahun 2015 (n=57) ...... 88
Tabel 4.11 Distribusi Lansia Berdasarkan informasi kesehatan yang pernah diperoleh di
Kelurahan Srengseng Sawah Tahun 2015 (n=57) ......................................... 88
ke tempat yankes di Kelurahan Srengseng Sawah Tahun 2015 (n=57) ...... 90
Tabel 4.12 Distribusi Lansia Berdasarkan tingkat pendidikan di Kelurahan Srengseng
Sawah Tahun 2015 (n=57) ............................................................................... 91
Tabel 4.13 Distribusi Lansia Berdasarkan pemanfaatan sarana rekreasi di Kelurahan
Srengseng Sawah Tahun 2015 (n=57) ............................................................ 91
Tabel 4.14 Distribusi Lansia Berdasarkan pengetahuan di Kelurahan Srengseng Sawah
Tahun 2015 (n=57) ............................................................................................ 92
Tabel 4.15 Distribusi Lansia Berdasarkan sikap di Kelurahan Srengseng Sawah
Tahun 2015 (n=57) ........................................................................................... 93
Tabel 4.16 Distribusi Lansia Berdasarkan keterampilan di Kelurahan Srengseng Sawah
Tahun 2015 (n=57) ........................................................................................... 93
Tabel 4.17 Distribusi Lansia Berdasarkan Manajemen Diri di Kelurahan
Srengseng Sawah Tahun 2015 (n=57) ........................................................... 93
Tabel 4.18 Distribusi Lansia berdasarkan Pengetahuan, Sikap, Keterampilan dan
Manajemen diri di Kelurahan Srengseng Sawah Tahun 2015 (n=57)......... 94
Tabel 4.19 Analisis Masalah Kesehatan Pada Lansia di Kelurahan Srengseng Sawah
xiii

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


Tahun 2015.......................................................................................................... 94
Tabel 4.20 Distribusi Pengetahuan, Sikap, Keterampilan, Manajemen diri dan tekanan
darah Sebelum dan Sesudah Pemberian Gesit Mandiri di Kelurahan
Srengseng Sawah Tahun 2015 (n=57) ........................................................... 102
Tabel 4.21 Tingkat Kemandirian Keluarga pada keluarga lansia dengan hipertensi .... 114

xiv

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Community as Partner .................................................................................. 35

xv

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Model integrasi Teori Manajemen Pelayanan, Community as Partner, Family
Centered Nursing, Konsekuensi Fungsional dan Manajemen Diri ............................. 53
Skema 3.1 Kerangka Konsep Integrasi Teori Manajemen Keperawatan, Community as
Partner, Family Centered Nursing, Konsekuensi Fungsional dan Manajemen Diri..... 53
Skema 3.1 Fishbone Analisis Manajemen Program Layanan Kesehatan Lansia dengan
Hipertensi................................................................................................................................ 74
Skema 4.1 Web Of Causation Lansia dengan Hipertensi ................................................ 99
Skema 4.3 Web Of Causation/ Pohon Masalah dan Prioritas Masalah ......................... 108

xvi

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


1

BAB I
PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan dan menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan
dan manfaat melalui pendekatan intervensi keperawatan pada pelayanan
kesehatan dan asuhan keperawatan komunitas berupa GESIT MANDIRI (Gerakan
Lansia Sadari Hipertensi dengan Manajemen Diri). Latar belakang menjelaskan
permasalahan, karakteristik, fenomena yang terjadi pada lansia dengan hipertensi,
strategi tahapan program GESIT MANDIRI serta menjelaskan tujuan yang ingin
dicapai, baik secara umum maupun khusus. Manfaat karya ilmiah akhir berupa
manfaat bagi kebijakan pelayanan keperawatan dan ilmu keperawatan.

1.1. Latar Belakang


Populasi global yang mengalami proses penuaan merupakan salah satu perubahan
yang paling khas pada profil demografis. Populasi lanjut usia merupakan sumber
daya yang langka yang memiliki potensi menjadi masalah besar yang akan
meningkat dua sampai tiga dekade berikutnya di seluruh dunia berjumlah 600 juta
orang di atas usia 60 tahun (World Health Organization, 2013). Populasi lansia di
dunia pada tahun 1950 berjumlah 131 juta jiwa dan pada tahun 1995 meningkat
sebesar 371 juta jiwa dan pada tahun 2013 berjumlah 763,6 juta jiwa dan tahun
2050 diperkirakan akan mengalami kenaikan menjadi 2 miliar jiwa (Allender,
Rector & Warner, 2014: WHO, 2013).

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang menduduki peringkat


keempat dengan jumlah populasi lansia terbanyak setelah Cina, India dan
Amerika dengan jumlah populasi lansia pada tahun 2013 sebanyak 19,3 juta jiwa
(8%) dan pada tahun 2020 diperkirakan berjumlah 28,8 juta jiwa (11,34%) (Badan
Pusat Statistik, 2013, Kemenkes RI, 2013). Populasi lansia wilayah Jakarta
Selatan tahun 2014 berjumlah 144.590 jiwa atau 6,68% dari total populasi
penduduk (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut profil laporan tahunan
Kelurahan Srengseng Sawah tahun 2014 Jumlah lansia berjumlah 6.607 jiwa.

1 Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


2

Populasi lansia di dunia baik negara maju maupun negara berkembang


diperkirakan akan meningkat dalam kurun waktu lima tahun ke depan daripada
populasi anak balita (WHO, 2014). Populasi lansia dalam kurun waktu tertentu
mengalami peningkatan hal ini disebabkan pencapaian keberhasilan pembangunan
di bidang ilmu biotekhnologi terutama dibidang kesehatan. Indikator keberhasilan
pembangunan diikuti dengan peningkatan usia harapan hidup (UHH) penduduk
(Kemenkes, 2014).

Menurut World Health Organization Statistic (2014) usia harapan hidup tahun
2012 laki-laki di negara Islandia mencapai 81,2 tahun, usia harapan hidup
perempuan tahun 2012 tertinggi di negara Jepang mencapai 87 tahun. Usia
harapan hidup penduduk Indonesia pada tahun 1990 adalah 59,5 tahun, tahun
2010 mencapai 69,4 tahun, tahun 2014 mencapai 72 tahun dan pada tahun 2025
diperkirakan mencapai 73,7 tahun (Kemenkes, 2013; Bapenas, 2014). Usia
harapan hidup penduduk Jakarta tahun 2011 mencapai 76,3 tahun (Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil, 2016). Usia harapan hidup yang meningkat
berdampak pada peningkatan proporsi lansia dengan berbagai masalah di bidang
kesehatan (Kemenkes, 2010). Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia
mengalami peningkatan usia harapan hidup yang tidak terlepas dari proses
penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk
lansia.

Lansia secara alamiah akan mengalami proses penuaan yang pada hakikatnya
akan mengalami suatu perubahan yang berdampak pada kesehatan lansia. Proses
Penuaan penduduk membawa berbagai implikasi baik dari aspek ekonomi,
psikososial, hukum, politik dan terutama kesehatan. Lansia akan mengalami
proses penuaan dan perubahan yang terjadi sebagai akibat dari konsekuensi
fungsional seperti perubahan fungsi biologis, psikologis, sosial dan spritual
(Miller, 2012). Perubahan fungsi biologis yaitu terjadinya proses degeneratif
fungsi pada sistem pembuluh darah yang mengalami penebalan pada miokardial
dan kekakuan serta menurunya elastisitas pada dinding pembuluh darah arteri
menjadi berkurang sehingga pengembangan pembuluh darah menjadi terganggu

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


3

dan tahanan vaskuler periver meningkat sehingga menyebabkan lansia mengalami


masalah kesehatan (Potter & Perry, 2005; Tyso, 1999; Miller, 2012). Menurut
Kemenkes RI (2010) bahwa keluarga yang memiliki anggota berusia lanjut
merupakan kelompok rentan dipandang dari segi kesehatan karena sensibilitas dan
kerentanannya yang tinggi terhadap gangguan kesehatan dan ancaman kematian.
Lansia yang mengalami masalah kesehatan seperti penyakit pada fungsi sistem
kardiovaskuler seperti penyakit hipertensi yang paling banyak diderita oleh lansia
masuk dalam kategori kelompok rentan (allender, Rector & Warner, 2012;
Stanhope & Lancaster, 2016).

Populasi rentan (vulnerable populations) merupakan populasi yang memiliki


risiko tinggi masalah kesehatan. Karakteristik yang mempengaruhi kerentanan
pada lansia dengan hipertensi yaitu mencakup faktor biologi dan usia seperti
proses degeneratif dan menurunnya elastisitas pada dinding pembuluh darah,
ketersediaan sumber, risiko relatif dan status kesehatan (Flaskerud & Winslow
1998 dalam Allender, Rector & Warner, 2012). Kondisi yang berkaitan dengan
sumber mencakup sosioekonomi : lansia mengalami penurunan pendapatan
disebabkan sebagian besar lansia tidak bekerja, usia lansia masuk dalam kategori
pensiun, terjadinya perubahan peran dari orang tua menjadi lansia, kurangnya
dukungan keluarga terhadap kesehatan lansia, lingkungan berupa jarak ke fasilitas
kesehatan sulit dijangkau, kualitas pelayanan kesehatan tidak memadai dan tidak
memiliki jaminan kesehatan serta keterbatasan pelayanan kesehatan seperti
pelayanan tingkat dasar di masyarakat yaitu berupa posbindu penyakit tidak
menular (PTM). Karakterisik risiko relatif dan status kesehatan yang merupakan
faktor risiko muncul masalah kesehatan seperti gaya hidup, perilaku seperti
merokok, kurang olahraga, aktivitas fisik menurun, kegemukan, diet yang tidak
seimbang, kurangnya menggunakan pelayanan kesehatan dan stress (Allender,
Rector & Warner 2012; Hitchcock, Schubert Thomas, 1999).

Hipertensi sering disebut penyakit silent killer karena terjadi tanpa adanya tanda
dan gejala sehingga lansia tidak mengetahui jika dirinya terkena hipertensi salah
satu penyebab tingginya angka kematian lansia yang meninggal secara tiba-tiba

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


4

setelah melakukan aktivitas. Menurut World Health Organization Statistic (2010)


bahwa jumlah penderita hipertensi di dunia sebesar satu milyar orang dan dua
pertiga berada di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Prevalensi
hipertensi di India pada Lansia 60 tahun ke atas menderita hipertensi sekitar 60%
dan umur 70 tahun sekitar 65% dari laki-laki dan 75 % dari wanita (Mehta, 2013).
Menurut Departemen Kesehatan Taiwan sebanyak 33.540 (27,5%) jiwa
meninggal dunia akibat penyakit hipertensi (Kuei Lu, 2005). Menurut Kemenkes
RI (2013) bahwa peningkatan angka morbiditas hipertensi meningkat 50% pada
umur diatas 50 tahun. Kelompok usia 55-64 tahun 4 kali lebih tinggi
dibandingkan usia 18-24 tahun, sementara satu dari 2 orang dalam kelompok usia
55-64 tahun yang memiliki hipertensi. Prevalensi hipertensi diprediksi akan terus
meningkat dengan perkiraan tahun 2025 di Indonesia akan mencapai 31,7%
(Kemenkes RI, 2013). Data Riskesdas 2013 bahwa 25,8% terjadinya prevalensi
hipertensi dan pengontrolan hipertensi belum adekuat.

Indonesia mempunyai kasus hipertensi primer yang melakukan rawat inap


sebanyak 19.874 jiwa dan meninggal sebanyak 955 jiwa dan kasus baru tahun
2010 yang melakukan rawat jalan sebanyak 80.615 jiwa (Kemenkes, 2011).
Prevalensi hipertensi pada lansia di Indonesia sebanyak 32,2% dari total penduduk
berdasarkan hasil screening tekanan darah dan riwayat penyakit pada lansia
(Rahejang & Ekowati, 2009 dalam Kemenkes 2014). Menurut Tantriyani dan
Harmilah (2012) bahwa jumlah kasus lansia yang mengalami hipertensi di
Indonesia sebanyak 83 lansia per 1000 anggota rumah tangga. Menurut laporan
Pusat Data dan Informasi Kesehatan (2014) bahwa jumlah penderita hipertensi di
DKI Jakarta 20% dari jumlah penduduk atau 2.027.006 jiwa. Menurut data
statistik Riset Kesehatan Dasar (2013) menunjukan angka prevalensi hipertensi di
Kota DKI Jakarta sebesar 31,7% dari total lansia di DKI Jakarta. Berdasarkan data
di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa 10 penyakit terbanyak yaitu hipertensi
menduduki posisi kedua sebanyak 7.654 penderita. Berdasarkan data observasi
dan pengkajian langsung di masyarakat pada lansia yang mengalamai hipertensi di
Kelurahan Srengseng Sawah terdapat 147 lansia yang mengalami hipertensi
(Mahasiswa FIK UI, 2015).

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


5

Tekanan darah tinggi yang tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi yang
fatal, seperti serangan jantung, stroke, dan gagal ginjal. Hipertensi juga
menyebabkan kebutaan, irama jantung tidak beraturan dan gagal jantung
(Kemenkes, 2013; Mehta, 2013 ; WHO, 2013; Krakoff et al., 2014). Hipertensi
merupakan ancaman serius untuk pembangunan kesehatan Indonesia disamping
mengakibatkan mortalitas dan morbiditas yang tinggi serta mahalnya pengobatan
yang harus diberikan sepanjang hidup, sehingga menyebabkan beban pada
perekonomian pemerintah sehingga perlunya pencegahan dan pengendalian
hipertensi (Kemenkes RI, 2013).

Dampak dari masalah hipertensi memerlukan perhatian besar dari berbagai


kalangan seperti pemerintah, masyarakat, keluarga, dan petugas atau pelayanan
kesehatan. Petugas kesehatan salah satunya adalah perawat. Perawat perlu
memberikan asuhan keperawatan secara holistik dan komprehensif terhadap
masalah kerentanan yang terjadi pada kelompok lansia (Rogers dalam Ruof,
2004). Ilmu keperawatan saat ini mengalami perkembangan meliputi berbagai
bidang spesialis salah satunya spesialis keperawatan komunitas. Perawat
Komunitas berperan dalam pemberian asuhan keperawatan (Allender, Rector &
Warner, 2016). Populasi lansia yang meningkat secara pesat tidak hanya sangat
mempengaruhi perkembangan ekonomi sosial, tetapi juga menimbulkan tantangan
yang signifikan untuk kesehatan di Indonesia. Manajemen kesehatan telah
dipandang sebagai cara untuk menghadapi tantangan pertambahan populasi lansia
(Chao et al., 2012).

Program Kemenkes terkait dengan penyakit hipertensi dengan pedoman teknis


penemuan dan tatalaksana penyakit hipertensi. Kemenkes melakukan
pengembangan pedoman tentang survailans penyakit hipertensi mulai dari pusat,
provinsi, kabupaten/kota, rumah sakit dan puskesmas dengan melibatkan semua
organisasi profesi dalam pengendalian dan pengontrolan penyakit hipertensi.
Program pemerintah dalam pengendalian penyakit hipertensi melalui pendekatan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Program pemerintah melalui promosi
kesehatan bertujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan. Program preventif

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


6

dengan cara larangan merokok pada lansia, peningkatan gizi seimbang dan
aktivitas fisik seperti olahraga jalan di pagi hari untuk penderita hipertensi untuk
mencegah timbulnya faktor risiko. Program kuratif dengan pengobatan
farmakologis seperti tersedianya obat antihipertensi di Puskesmas dan tindakan
yang diperlukan dengan manajemen kasus dan penanganan kegawatdaruratan.
Program rehabilitatif yaitu kontrol teratur dan pelaksana pelayanan mulai dari
pelayanan tingkat dasar (Kemenkes, 2016).

Fokus utama dalam upaya pengendalian PTM di Indonesia yaitu surveilans


epidemiologi faktor risiko PTM, deteksi dini faktor risiko PTM, penanggulangan
faktor risiko PTM, dan pencegahan serta penanggulangan faktor risiko PTM
berbasis masyarakat melalui poskesdes/posyandu/posbindu/pos PTM di masing-
masing wilayah kerja puskesmas (Kemenkes RI, 2012). Kegiatan Posbindu PTM
dengan melibatkan peran masayarakat seperti kegiatan risiko deteksi dini dan
monitoring secara terpadu dan terintegrasi dengan kegiatan rutin di masyarakat
maupun di kelompok khusus (Kemenkes RI, 2015). Posbindu PTM pada
pelaksanaan belum merata di seluruh wilayah dan posbindu tidak dibina oleh
pembina yang kompeten (Kemenkes RI, 2015). Program pengendalian dan
monitoring tekanan darah dan PTM lainnya yang berbasis masyarakat melalui
posbindu hendaknya melibatkan pelatihan pada kader posbindu (Kemenkes RI,
2015).

Tekanan darah bisa dicegah sejak dini namun pada lansia yang terkena hipertensi
tekanan darah bisa dikontrol. Tekanan darah yang tinggi dapat dicegah dan
dikendalikan melalui perilaku hidup sehat seperti diet seimbang, mengurangi
asupan garam dan melakukan aktivitas fisik yang dapat menurunkan risiko
terjadinya penyakit hipertensi. Peran perawat dalam membantu mengubah sikap
dan perilaku serta membangun kemitraan secara bersama-sama dalam mencegah
dan mengontrol serta mengendalikan penyakit hipertensi (Kemenkes RI, 2013).
Partisipasi semua pihak, pemerintah, petugas kesehatan, swasta dan masyarakat
diperlukan supaya hipertensi dapat dikendalikan.

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


7

Fokus utama asuhan keperawatan komunitas yaitu populasi pada aggregate lansia
dengan hipertensi dan pada keluarga. Keluarga merupakan sumber daya dalam
memberikan motivasi kepada lansia dengan hipertensi dalam pemberian
pelayanan individu dan keluarga yang terbukti efektif dalam meningkatkan
perawatan yang dapat mempengaruhi anggota keluarga dan peran keluarga sangat
penting dalam perawatan kesehatan individu dan anggota keluarga (Allender,
Rector & Warner, 2012; Friedman, Bowden & Jones, 2003).

Perawat mempunyai peran dan tanggung jawab dengan anggota masyarakat lain
untuk mendukung tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan kesehatan di
masyarakat. Perawat perlu mengidentifikasi kebutuhan lansia dalam rangka
mempengaruhi kebijakan pemerintah dalam kesehatan lansia, mengevaluasi
standar praktek keperawatan gerontik, dan memberikan kualitas keperawatan yang
baik bagi lansia, serta membuat perencanaan penyediaan pelayanan kesehatan
yang lebih baik dimasa yang akan datang (Stanley & Beare, 2006).

Strategi keperawatan yang dilakukan di komunitas untuk meningkatkan kesehatan


lansia dengan hipertensi yaitu dengan membuat kelompok self help group (SHG).
Self help group atau kelompok swabantu merupakan kelompok yang menekankan
pada pendekatan terhadap masalah kesehatan yang sama. Pendekatan SHG efektif
dalam membantu lansia dengan hipertensi dalam mengatasi masalah kesehatan
dengan cara berbagi pengalaman menangani penyakit hipertensi, anggota SHG
satu sama lain dapat memberikan motivasi dan dukungan dalam meningkatkan
status kesehatan (Ivarsson, Ekmehag, & Sjoberg, 2016). SHG sangat penting
untuk merubah perilaku dengan memodifikasi penyakit kronis dalam manajemen
diri dalam jangka panjang untuk pengetahuan sikap dan keterampilan kesehatan
(Gomez et al., 2016; Ivarsson, Ekmehag, & Sjoberg, 2016).

Secara global, tantangan untuk pemerintah adalah menemukan solusi kesehatan


yang efektif untuk mengelolah meningkatnya beban kondisi kronis. Di Inggris
(UK), ada pendorong yaitu pemerintah untuk mengelolah perawatan lebih efektif
pada individu dengan kondisi jangka panjang dalam perawatan primer. Perawatan

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


8

primer yang menekankan pada perawatan diri dengan pasien sehingga lansia dapat
dalam mengelola kondisi mereka sendiri (McHugh, Horne, Chalmers, & Luker,
2009). Prevalensi hipertensi yang meningkat memerlukan perawatan kondisi
jangka panjang (LTCS: long term conditions), sebagian besar disebabkan oleh
meningkatnya populasi lansia dan perilaku gaya hidup, merupakan masalah utama
kesehatan masyarakat.

Perawat komunitas dalam mengelolah pelayanan dan asuhan keperawatan


menggunakan berbagai teori dan model. Perawat dalam hal ini menggunakan
kerangka konsep berdasarkan asuhan keperawatan yang dimulai dengan tahap
pengkajian dengan menggunakan manajemen keperawatan yaitu untuk melihat
program yang sudah dilakukan oleh pemerintah terkait permasalah yang ada di
masyarakat dalam hal ini lansia dengan hipertensi, teori yang kedua yang diambil
yaitu community as partner untuk melihat sistem dan subsistem yang ada di
komunitas, teori ketiga menggunakan family center nursing dalam hal ini
memfokuskan yang telah dilakukan keluarga terhadap lansia dengan hipertensi
dan teori ke empat menggunakan gabungan konsekuensi fungsional dimana lansia
yang mengalami penyakit hipertensi degeneratif, teori kelima menggunakan
manajemen diri dilakukan untuk mempertahankan atau mengkoping kesadaran
diri sendiri akibat penyakit hipertensi.

Manajemen diri mengacu pada kemampuan individu untuk mempertahankan


perilaku individu secara efektif meliputi penggunaan obat yang diresepkan,
mengikuti diet dan olahraga, pemantauan secara mandiri dan koping emosional
dengan penyakit yang diderita (Lorig & Holman, 2003 dalam Zhong
Tanagasugarni, et all, 2011). Menurut Ekskridge (2010) manajemen diri penderita
hipertensi sangat tergantung pada kemampuan pasien sendiri untuk mengatur dan
merubah atau mempertahankan perilaku yang sehat. Pengendalian berat badan,
pembatasan natrium, pembatasan cairan, latihan, pembatasan asupan alkohol
memberikan manfaat besar dalam mengurangi tingkat kejadian hipertensi.

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


9

Dukungan manajemen diri memiki lima komponen yaitu integrasi diri, regulasi
diri, interaksi dengan tenaga kesehatan dan dukungan sosial, monitoring diri dan
pemantauan diri serta kepatuhan terhadap regimen pengobatan (Akhter, 2010).
Integrasi diri yaitu perawatan kesehatan dalam mempengaruhi pola gaya hidup
sehari-hari seperti diet yang tepat, olahraga, 30-60 menit, dan penurunan berat
badan, mendengarkan musik, mengurangi garam, berbicara dengan keluarga.
Regulasi diri meliputi perilaku memonitor bila terjadi perubahan pada tubuh yang
diikuti tanda dan gejala, dapat mengidentifikasi penyebab terjadinya perubahan
tekanan darah, penyebab tingginya tekanan darah, reaksi tubuh dan efek bila
terjadinya peningkatan tekanan darah. Interaksi dengan tenaga kesehatan seperti
melakukan kolaborasi dengan petugas kesehatan, serta berdiskusi mengenai
perawatan dengan kenyamanan selama perawatan diri, serta kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain dalam pengobatan yang tepat. Monitor diri berupa konseling
dengan petugas kesehatan. Monitor diri berupa mengontrol tekanan darah secara
rutin , mengukur tekana darah bila merasa sakit. Pemantauan diri dan kepatuhan
terhadap regimen pengobatan seperti konsumsi obat antihipertensi, petunjuk
pengobatan dan mengunjungi petugas kesehatan sesuai jadwal. Program inovasi
yang akan dilakukan yaitu GESIT MANDIRI yang mencakup aspek dari lansia itu
sendiri, dukungan keluarga, masyarakat, komunitas dan termasuk dukungan dari
Puskesmas Kecamatan Jagakarsa dan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan.

Menurut hasil penelitian Chao et al (2012) bahwa manajemen diri pada kelompok
kontrol dan perlakuan dengan intervensi keperawatan yaitu pendidikan kesehatan,
pengaturan diet, aktivitas fisik perminggu, pemantauan tekanan darah selama 6
bulan. Hasilnya terjadi perubahan signifikan dengan p value 0,01. Menuru hasil
penelitian hubungan antara dukungan sosial dan interaksi petugas kesehatan yaitu
perawatan di Inggris selama 3-6 bulan didapatkan terjadinya peningkatan
manajemen diri dan kualitas hidup (Kennedy et al., 2014).

Menurut hasil penelitian yang dilakukan bahwa untuk menekan biaya pengobatan
penderita hipertensi yaitu dilakukan screening pada lansia untuk menentukkan
faktor risiko dini dan prevalensi penderita hipertensi. Screening yang diikuti oleh

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


10

14.915 tahun 1997 dengan diberikan program pendidikan kesehatan untuk


pengobatan dini dan mengurangi kejadian stroke pada penderita hipertensi
hasilnya bahwa terjadinya penurunan beban biaya medis sebesar $ 34,570-34,890
(Deng, Liu, Pan, Mau, & Chiu, 2007). Pendidikan kesehatan berbasis komunitas
terhadap manajemen diri pada lansia dengan hipertensi di Puskesmas Gombong
dengan 60 sampel dalam 4 minggu dengan subvariabel manajemen diri tentang
diet, merokok, aktifitas fisik, manajemen stress, pengendalian berat badan,
alkohol, monitoring tekanan darah, dan pengobatan mengalami peningkatan
(Pvalue = 0,000) (Saraswati, Ropi & Sari, 2015; ).

Pola hidup sehat merupakan pencegahan utama dalam mengontrol dan


mengendalikan tekanan darah seperti mengurangi asupan garam, rajin konsumsi
sayur dan buahan, melakukan aktivitas sehari-hari dan olahraga secara rutin untuk
menghindari terjadinya obesitas dan timbunan lemak (Dasgupsta et al., 2014).
Latihan berbasis kelompok mampu memberikan tingkat kepatuhan jangka panjang
hampir 70% (Farrance, Tsofliou, & Clark, 2016). Latihan fisik berupa napas yang
dikombinasikan dengan musik dapat menurunkan tekanan darah tinggi (Schein et
al., 2001). Hasil penelitian dengan menggunakan terapi shiatsu dapat mengurangi
sakit kepala, kaku leher dan bahu, sakit punggung dan memperlancar peredaran
darah (Robinson, Lorenc & Liao, 2011) . Hasil penelitian yang menggunakan
tekhnik relaksasi otot progresif memberikan dampak pada penurunan tekanan
darah (Hamarno, Nurachmah & Widyatuti, 2010).

Manajemen diri dilakukan dengan pendidikan kesehatan selama 12 minggu,


motivasi dan konseling, dukungan sosial selama 3 bulan dan dukungan sosial
yang dilakukan di Afrika sebanyak 250 selama 12 bulan lansia dengan hipertensi
untuk mengevaluasi efek dari intervensi perubahan gaya hidup terjadinya
perubahan tekanan darah, tingkat aktifitas fisik, indeks masa tubuh, dan jumlah
porsi harian buah dan sayuran (Ogedegbe et al., 2013). Dukungan sosial yang
tinggi pada lansia perempuan dengan hipertensi di Korea dengan tingkat
pendapatan rendah dapat meningkatkan self efficacy dalam perawatan diri dengan
hipertensi ((Gorman & Sivaganesan, 2007; Yang, Jeong, Kim, & Lee, 2014).

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


11

Manajemen diri berupa monitoring diri dan pemantauan pengobatan dapat


mengendalikan dan mengontrol tekanan darah (Akhter, 2010). Canadian
Recommendations for Management of Hypertension (2011) bahwa pengendalian
tekanan darah dan pemantauan pengobatan diperlukan pada penderita hipertensi.
Penderita hipertensi memerlukan pemantauan dan pengobatan sesuai dengan nilai
tekanan darah dan konsumsi obat yang sesuai dosis.

Manajemen diri yang dintegrasikan dalam intervensi program GESIT MANDIRI


yaitu dengan melakukan screening, integrasi diri berupa pendidikan kesehatan
mengenai hipertensi, stress dan diet gizi seimbang untuk lansia dengan hipertensi,
pengukuran IMT, kebutuhan kalori, latihan Shiatsu Progresif Relaksasi (SPR)
dimana akan ada latihan pemanasan gerakan latihan shiatsu, gerakan kegel atau
pelvic dan pendingan menggunakan relaksasi otot progresif. Regulasi diri berupa
sharing dan monitor tanda dan gejala yang terjadi pada lansia. Interaksi dengan
tenaga kesehatan dan sosial berupa konseling antara lansia dengan hipertensi dan
bantuan keluarga dalam mengatasi maslah kesehatan lansia. Monitoring diri
seperti kunjungan lansia mengecek tekanan darah secara rutin di posbindu PTM
dan pemantauan diri dan kepatuhan terhadap regimen pengobatan yaitu pengisian
form konsumsi obat yang dianjurkan oleh petugas kesehatan. Penulis akan
menganalisa program pelaksanaan pengendalian masalah hipertensi yang ada di
keluarga dan komunitas di Kelurahan Srengseng Sawah.

Strategi yang digunakan oleh spesialis keperawatan komunitas dalam perawatan


primer dalam pencegahan, perawatan dan pengelolaan individu dengan kondisi
jangka panjang khususnya pada lansia dengan hipertensi untuk
mendokumentasikan efektivitas peran spesialis keperawatan komunitas dalam
meningkatkan manajemen diri pada lansia dengan hipertensi.

1.2 Rumusan Masalah


Indikator keberhasilan pembangunan nasional di bidang kesehatan berdampak
pada peningkatan kualitas hidup yaitu usia harapan hidup semakin meningkat dari
tahun ketahun. Usia harapan hidup meningkat berdampak pada jumlah populasi

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


12

lansia yang mengalami proses penuaan. Penuaan memiliki dampak pada masalah
kesehatan sehubungan dengan penurunan fungsi fisik, psikologis, biologis,
spritual dan sosial. Dampak kesehatan yang sering terjadi pada lansia yaitu
timbulnya penyakit kronis yaitu penyakit hipertensi.

Peningkatan prevalensi penyakit kronis seperti hipertensi pada lansia


membutuhkan kondisi dan perawatan jangka panjang yang disebabkan oleh
perilaku gaya hidup. Program yang sudah dilakukan di Indonesia untuk
mengurangi faktor risiko dan mengendalikan hipertensi yaitu dengan program
CERDIK. Negara inggris dan Cina menggunakan konsep perawatan primer yaitu
dengan pendekatan manajemen diri yang lebih efektif dan efisien dalam
perawatan hipertensi pada lansia dengan hipertensi yang bertujuan meningkatkan
kualitas hidup lansia dan lebih menyadari kesehatan.

Manajemen diri merupakan perawatan yang diambil oleh individu terhadap


kesehatan dan kesejahteraan diri mereka sendiri: itu terdiri dari tindakan yang
mereka ambil untuk menjalani gaya hidup sehat; untuk memenuhi kebutuhan
sosial, emosional dan psikologis mereka; untuk merawat kondisi jangka panjang
mereka; dan untuk mencegah penyakit lebih lanjut atau kecelakaan. Namun pada
kenyataanya lansia sebagian besar tidak melakukan manajemen diri. Manajemen
diri merupakan perubahan perilaku yang membutuhkan waktu yang panjang.
Manajemen diri yaitu seperti pemberian pendidikan kesehatan mengenai penyakit
hipertensi, keterampilan dalam mengendalikan tanda dan gejala penyakit,
mengontrol tekanan darah secara rutin dan konsultasi dengan petugas kesehatan
mengenai kesehatan dan pengobatan, dukungan keluarga dan sosial serta harapan
dapat melakukan pola hidup sehat. Manajemen diri sangat penting bagi lansia
yang mengalami hipertensi dengan perawatan jangka panjang. Berdasarkan
fenomena di atas maka dirumuskan pertanyaan penelitian yaitu “Bagaimana
pengaruh GESIT MANDIRI terhadap manajemen pelayanan kesehatan,
komunitas dan keluarga dengan lansia hipertensi di Kelurahan Srengseng Sawah
Kecamatan Jagakarsa Kota Jakarta Selatan?”

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


13

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Memberikan gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan di tatanan
manajemen pelayanan kesehatan, komunitas, keluarga melalui penerapan
GESIT MANDIRI pada lansia dengan hipertensi di Kelurahan Srengseng
Sawah, Kecamatan Jagakarsa Kota Jakarta Selatan.

1.3.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus dalam penulisan karya tulis ilmiah adalah terdientifikasinya :
1.3.2.1 Pelaksanaan intervensi GESIT MANDIRI pada manajemen
pelayanan kesehatan komunitas di Kelurahan Srengseng Sawah.
1.3.2.2 Tergambarnya strategi kelompok SHG GESIT MANDIRI dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas.
1.3.2.3 Pelaksanaan intervensi GESIT MANDIRI pada asuhan
keperawatan komunitas di Kelurahan Srengseng Sawah meliputi
tekanan darah, pengetahuan, sikap dan keterampilan manajemen
diri pada lansia dengan hipertensi di Kelurahan Srengseng Sawah.
1.3.2.4 Pelaksanaan intervensi GESIT MANDIRI pada asuhan
keperawatan keluarga lansia dengan hipertensi di Kelurahan
Srengseng Sawah meliputi tekanan darah, pengetahuan, sikap,
keterampilan dan manajemen diri.

1.4 Manfaat
Manfaat penulisan karya ilmiah akhir adalah :
1.4.1 Kebijakan dan Pelayanan Kesehatan
1.4.1.1 Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan
Diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar dalam memberikan
pembinaan, pengembangan program dan memberikan motivasi
pada perawat komunitas untuk melaksanakan kegiatan dalam
meningkatkan manajemen diri pada asuhan keperawatan pada
lansia, keluarga, masyarakat untuk mandiri dalam rangka

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


14

menurunkan angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh


hipertensi.
1.4.1.2 Puskesmas
Pengembangan program dengan mengintegrasikan intervensi
manajemen diri sebagai strategi efektif dan efisien sebagai upaya
pencegahan, pengontrolan, dan pengendalian faktor risiko penyakit
tidak menular di pelayanan tingkat dasar posbindu PTM pada
aggregate lansia dengan hipertensi.
1.4.1.3 Perawat Komunitas
Tenaga kesehatan yang berada dan bekerja di wilayah Puskesmas
dan Suku Dinas Kesehatan sebagai perawat komunitas dapat
melaksanakan dan mengembangkan intervensi yang efektif
“GESIT MANDIRI” di lingkungan masyarakat, keluarga
khususnya pada lansia yang mengalami hipertensi.
1.4.1.4 Kader
Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan partisipasi aktif
masyarakat dengan menunjuk anggota kesehatan seperti kader
dalam rangka membantu memfasilitasi dan memotivasi masyarakat
untuk aktif serta dalam kegiatan “GESIT MANDIRI” dan
melanjutkan keberlangsungan kegiatan dan intervensi dalam jangka
panjang dimana kader yang dipilih dari masyarakat dan untuk
masyarakat dalam meningkatkan status kesehatan lansia dengan
hipertensi di pelayanan tingkat dasar.
1.4.1.5 Lansia, Keluarga dan Masyarakat
Peningkatan pengetahuan, sikap dan manajemen diri lansia,
keluarga dan masyarakat dalam kemandirian dalam perawatan
hipertensi melalui manajemen diri yang telah dimodifikasi seperti
pendidikan kesehatan hipertensi, tanda dan gejala yang dirasakan
dan tindakan untuk mengatasi seperti latihan fisik, pola hidup yang
dijaga serta monitor tekanan darah dalam meningkatkan kualitas
hidup.

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


15

1.4.2 Perkembangan Ilmu Keperawatan Komunitas


Pengembangan program intervensi manajemen diri yang sudah
dimodifikasi dari jurnal evidance based sebagai startegi dalam
memberikan asuhan keperawatan untuk meningkatkan kualitas hidup
lansia dengan hipertensi.

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


16

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka ini akan menguraikan teori konsep serta sumber buku, jurnal
sebagai landasan dalam menulis karya ilmiah akhir. Adapun tinjauan teori dalam
karya ilmiah akhir ini meliputi konsep lanjut usia sebagai populasi rentan, lansia
dengan hipertensi, peran dan fungsi perawat spesialis komunitas, teori dan model
praktik keperawatan komunitas meliputi konsep manajemen keperawatan,
community as partner, family centered nursing, teori konsekuensi fungsional, dan
teori serta strategi intervensi manajemen diri pada lansia dengan hipertensi.

2.1 Kelompok Lansia dengan Hipertensi Sebagai Populasi Rentan (Vulnerable


Population)
Populasi rentan adalah kelompok yang mempunyai kumpulan dari berbagai risiko
yang mengalami berbagai masalah, terutama sangat sensitif terhadap berbagai
risiko (Stahnope & Lancaster, 2016). Populasi rentan atau vulnerable population
adalah kelompok sosial yang mengalami keterbatasan sumber dan berakibat risiko
relatif tinggi terhadap angka morbiditas dan mortalitas (Flaskerud, Jacquelyn dan
Winslow dalam Allender, Rector & Warner, 2012). Populasi rentan merupakan
kelompok sosial yang mengalami risiko lebih besar terhadap angka kesakitan,
kelemahan, keterbatasan fisik, psikologis dan kesehatan sosial (Pender, Murdaugh
& Person, 2002). Karakteristik populasi rentan mencakup sumber daya lingkungan,
sumber daya diri dan biopsikososial (Aday, 2001). Populasi rentan menurut
Stanhofe dan Lancaster (2016) yaitu terdiri dari rendahnya status kesehatan dan
kurangnya penggunaan fasilitas kesehatan. Populasi rentan adalah kelompok yang
mempunyai karakteristik lebih memungkinkan berkembangnya masalah kesehatan,
lebih mengalami kesulitan dalam mengakses pelayanan kesehatan, kemungkinan
besar penghasilannya kurang atau masa hidup lebih singkat akibat kondisi
kesehatan (Maurer & Smith, 2005).

Karakteristik lansia yang menyebabkan lansia mengalami rentan disebabkan oleh


faktor sosial ekonomi, lingkungan dan faktor relatif. Faktor sosial ekonomi seperti

16 Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
17

ketidakadekuatan sosial, pendidikan atau ilmu pengetahuan dan ekonomi


menyebabkan lansia tersebut rentan. Lansia akan mengalami perubahan yang
terjadi dalam kehidupan seperti pensiun, kurangnya pendapatan, kurangnya
dukungan antara sosial seperti keluarga dan masyarakat, hal ini menyebabkan lansia
menjadi rentan untuk mengalami masalah kesehatan (Allender, Rector & Warner,
2012). Faktor lingkungan seperti kurangnya akses kepelayanan kesehatan, tidak
adanya asuransi kesehatan dan transportasi kesehatan. Faktor relatif atau umum
seperti gaya hidup dan perilaku. Gaya hidup seperti kebiasaan kesehatan individu
secara personal yang secara terus menerus dilakukan berkontribusi terhadap
kesakitan dan kematian. Gaya hidup seperti kurangnya olahraga, jarang melakukan
aktivitas, konsumsi rokok, alkohol, kurangnya konsumsi sayur dan buahan kurang
akan menyebabkan berbagai penyakit (Kim, Sagar, Adams, & Whellan, 2009:
Stanhope & Lancaster, 2016). Adapun pengaruh perilaku seperti tidak melakukan
pemeriksaan awal kesehatan, terjadi kekerasan dan penyalahgunaan obat Flaskerud
dan winslow (1998 dalam Stanhope & Lancaster, 2016).

Menurut hasil penelitian Thomas et al., (2011) melakukan penelitian dengan


menggunakan metode quasi exsperiment pada 457 lansia selama enam bulan.
Hasilnya lansia memiliki faktor risiko untuk masuk dalam kategori populasi rentan
bukan hanya disebabkan karena faktor penuaan akan tetapi kondisi sosial ekonomi
serta perawatan primer. Bahwa lansia melakukan perawatan dan pengobatan,
namun sebaliknya banyak sekali lansia yang mengalami putus dalam
pengobatannya sehingga lansia mengalami rentan terhadap suatu penyakit.
Perlunya akses pelayanan kesehatan primer dan pecegahan penyakit kronis serta
manajemen penyakit kronis pada lansia. Domain untuk mendapatkan fasilitas
kesehatan pada lansia yaitu mulai dari faktor predisposisi tingkat pendidikan, nilai-
nilai dan keyakinan. Faktor pemungkin seperti tempat tinggal perumahan, asuransi
kesehatan, sarana dan pelayanan kesehatan dan faktor penguat yaitu dukungan
keluarga dan sosial. Namun bila ketiga faktor tersebut tidak dipenuhi makan lansia
dikategorikan dalam kelompok rentan (vulnerable).

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
18

2.2 Status Kesehatan Lansia dengan Hipertensi


2.2.1 Hipertensi pada Lansia
Menurut American Society of Hypertension (ASH)/ International Societ of
Hypertension (ISH) (2014) bahwa lansia berumur 60 tahun keatas mengalami
hipertensi diatas 140/90 mmHg tanpa mengalami penyakit kronik atau
penyakit penyerta lainnya. Menurut Joint National Committee Eight (JNC) 8
(2013) bahwa lansia yang berumur 60 tahun keatas mengalami hipertensi
dengan tekanan darah diatas 150/90 mmHg. Menurut American Diabetes
Association (ADA) (2013) lansia dikatakan hipertensi bila mengalami
tekanan darah tinggi diatas 140/80 mmHg tanpa penyakit kronik lainnya.
Menurut American Heart Association AHA/ American College of Cardiology
(ACC) Go et l, (2013) menyebutkan individu yang berumur 60 tahun keatas
mengalami hipertensi diatas 140/90 mmHg (Krakoff et al., 2014). Menurut
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia bahwa individu dikatakan
mengalami hipertensi bila tekanan darah 140/90 mmHg. Maka dapat
disimpulkan bahwa lansia berumur 60 tahun keatas yang mengalami
hipertensi tanpa penyakit penyerta ataupun disebabkan oleh komplikasi lain
yaitu tekanan darah diatas 140 mmHg/ 90 mmHg.

Sistem kardiovaskuler pada lansia secara umum mengalami perubahan yang


disebabkan pengaruh usia, penyakit dan proses penuaan yang normal pada
lansia berupa perubahan anatomi dan fungsional pada sistem kardiovaskular.
Perubahan sistem kardiovaskular yang berkaitan dengan usia terhadap kerja
sistem kardiovaskular berupa miokardium, cardiac, vaskular dan mekanisme
barorefleks (Miller, 2012). Perubahan anatomi miokardium pada jantung
lansia menurut Klausner dan Schwart (1995 dan Wei (1988) dalam Miller,
2012) berupa hipertrofi ventrikel sinistra. Hipertrofi ventrikel sinistra ditandai
oleh dilatasi aorta dan meningkatknya tekanan darah sistolik. Perubahan yang
berkaitan dengan usia pada fisiologi jantung tersebut menyebabkan
konsekuensi fungsional meliputi elektrofisiologi atau sistem konduksi
jantung. Sistem konduksi jantung mengalami perubahan karena
berkurangnya sel pacmaker dan bentuknya membesar serta tidak beraturan

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
19

(Miller, 2012). Menurut Kitzman dan Edward (1990 dalam Miller, 2012)
bahwa jumlah sel pacemaker pada nodus sinus berkurang hingga 90% antara
usia 20-75 tahun dan akan disertai dengan berkurangnya jumlah sel konduksi
pada nodus atrioventrikular, bundle of his, dan serabut kiri dan kanan
(Klausner dan Schwart 1985 dalam Miller, 2012). Sistem konduksi pada
nodus sinus juga dipengaruhi oleh peningkatan jumlah lemak pada
miokardium, kolagen dan serabut elastis (Miller,2012).

Perubahan lebih lanjut berkaitan dengan usia, pada pembuluh darah terutama
pada lapisan tengah atau tunika media. Lapisan tengah mengalami
peningkatan kolagen, penipisan, klasifikasi serabut elastin yang
mengakibatkan kekakuan pada pembuluh darah. Lapisan tengah juga
mengalami hipertrofi yang mengakibatkan terbatasnya lumen pembuluh
darah yang berdampak pada endotelium tidak mampu melakukan vasodilatasi
(Tabloski, 2006; Miller, 2012). Menurut Adelman dalam Miller (2012)
konsekuensi yang terjadi akibat perubahan yang terjadi pada lapisan tengah
yaitu peningkatan tekanan perifer, gangguan fungsi baroreseptor, dan
berkurangnya aliran darah ke organ. Perubahan pada lapisan tengah
mempengaruhi peningkatan tekanan darah karena lapisan tengah mempunyai
struktur pada arteri untuk berdilatasi dan berkontraksi terhadap tekanan darah
dan aspek lain dari kerja kardiovaskuler. Tekanan darah diatur oleh
mekanisme barorefleks yang juga dapat meningkatkan detak jantung (heart
rate) dan tekanan pembuluh darah perifer. Penurunan mekanisme barorefleks
dapat berdampak pada meningkatnya tekanan darah atau terjadi hipertensi
(Miller, 1995).

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
20

Tabel 2.1 Kategori Tekanan darah menurut The Joint National


Committe of The National High Blood Pressure Education Program
VIII dan Kemenkes RI
Tekanan darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal ≤ 120 < 80
Prehipertensi >120-139 80-89
Hipertensi derajat I 140-159 90-99
Hipertensi derajat II ≥160 ≥100
Hipertensi derajat III ≥ 180 >110
Hipertensi sistolik ≥ 140 <90
terisolasi

Lansia perlu melakukan pengontrolan terhadap terhadap tekanan darah


karena tekanan darah dapat menjadi faktor risiko dan juga mengakibatkan
masalah kesehatan serius seperti penyakit jantung dan stroke sehingga perlu
dilakukan pengelolaan dan perawatan terhadap masalah hipertensi pada
lansia baik individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat (Allender,
Rector & Warner, 2012; Miller, 2012).

2.3 Keperawatan Komunitas


Praktik keperawatan komunitas di Wilayah Kelurahan Srengseng Sawah
merupakan sintesis teori keperawatan dengan mengintegralkan model fungsi
manajemen, community as partner, family centered nursing, konsekuensi fungsonal
dan manajemen diri.

2.3.1 Teori Fungsi Manajemen Keperawatan

Gambaran pembinaan kesehatan lansia dengan hipertensi dilakukan dengan


cara mengidentifikasi lima fungsi manajemen mulai dari program Sukudinas
Kesehatan Jakarta Selatan, Puskesmas Kecamatan Jagakarsa dan Kelurahan
Srengseng Sawah yaitu perencanaan, pengorganisasian, personalia,
pengarahan, dan pengawasan.

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
21

2.3.1.1 Perencanaan
Perencanaan didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan dilakukan
secara rinci untuk menyelesaikan masalah yang membutuhkan solusi
melalui intervensi yang terstruktur (Ervin, 2002). Perencanaan sebuah
organisasi juga merupakan bentuk pembuatan keputusan manajerial
yang meliputi penelitian lingkungan, gambaran sistem organisasi
secara menyeluruh serta seluruh bagian-bagian sistem, memberikan
kejelasan filosofi dan misi organisasi, prediksi sumber-sumber dan
kemampuan organisasi, identifikasi langkah-langkah yang dapat
dilakukan, prediksi efektifitas dari berbagai alternatif tindakan yang
ditentukan, pilihan tindakan yang akan dilakukan, dan menyiapkan
staf atau karyawan untuk melaksanakan berbagai tindakan yang perlu
dilakukan (Gillies, 1994). Perencanaan merupakan fungsi manajemen
yang penting dalam mengurangi risiko yang terjadi saat pembuatan
keputusan, pemecahan masalah dan perubahan efektif yang
direncanakan. Perencanaan adalah penentuan masa depan tentang hal-
hal yang akan dilakukan, orang yang melakukan, metode /cara, waktu
dan tempat pelaksanaan (Marquis& Huston, 2012). Elemen dalam
perencanaan terdiri dari visi dan misi, penetapan tujuan, rencana
operasional, biaya, SDM dan SDA, metode dan kegiatan, penentuan
strategi dan kebijakan program (Marquis & Huston, 2012). Dari
penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah
suatu rangkaian yang menggambarkan ciri khas sebuah organisasi
kegiatan yang mencakup penentuan mengenai langkah-langkah apa
yang akan dilakukan secara berkelanjutan meliputi tempat, waktu,
cara dan siapa yang akan melakukan kegiatan tersebut untuk mencapai
tujuan yang diinginkan secara terstruktur atau menggunakan langkah-
langkah yang sistematis.

Perencanaan yang dilakukan Sukudinas Kesehatan Jakarta Selatan


untuk visi misi. Perencanaan dimulai dari visi misi untuk mencapai
tujuan. Perencanaan program Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
22

adalah menjadikan unit yang profesional dalam mendorong


terwujudnya kota administrasi Jakarta Selatan. Sedangkan misi suku
dinas kesehatan Jakarta Selatan ada 6 (enam) yaitu mengendalikan
penyakit dan mencegah terjadinya kejadian luar biasa (KLB),
memberdayakan dan meningkatkan kemampuan SDM kesehatan,
meningkatkan saran dan prasarana kesehatan, meningkatkan mutu
sistem pemasaran sosial kesehatan yang inovatif, menggalang
kemitraan dengan berbagai sektor dan seluruh potensi yang ada di
masyarakat, mengembangkan sistem informasi kesehatan (SIK)
sesuai dengan kemajuan teknologi.

Visi misi Puskesmas Jagakarsa sesuai dengan visi misi Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Selatan, dimana telah mencakup untuk program
kesehatan pada lansia. Perencanaan program lansia di tingkat suku
dinas kesehatan Jakarta selatan telah tertuang dalam renstra 2013-
2017. Rencana Strategis Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan
mengacu pada Rencana Strategis Dinas Kesehatan DKI Jakarta.
Rencana strategis ini telah disesuaikan dengan RPJMD Provinsi DKI
Jakarta.

Tujuan dari pembinaan kesehatan lanjut usia yaitu meningkatkan


derajat kesehatan dan mutu kehidupan lanjut usia untuk mencapai
masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga
dan masyarakat sesuai dengan keberadaanya. Adapun tujuan khusus
dari pembinaan kesehatan lansia yaitu meningkatkan kesadaran para
lansia untuk membina sendiri kesehatannya, meningkatkan
kemampuan dan peran serta keluarga dan masyarakat dalam
menghayati dan mengatasi kesehatan lansia, meningkatkan jenis dan
jangkauan pelayanan kesehatan lanjut usia, meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan lansia. (Direktorat Bina Kesehatan Komunitas
Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat Kementrian Kesehatan RI., 2010).

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
23

Sasaran pembinaan kesehatan lansia meliputi sasaran langsung yaitu


kelompok pra lansia 45-49 tahun, kelompok lansia 50-69 tahun,
kelompok lansia risiko tinggi yaitu usia lebih dari 70 tahun atau lansia
berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan. Sasaran tidak
langsung yaitu keluarga dimana lansia berada, masyarakat di
lingkungan lansia berada, organisasi sosial yang bergerak di dalam
pembinaan kesehatan lansia dan petugas kesehatan yang melayani
kesehatan lansia di masyarakat luas (Direktorat Bina Kesehatan
Komunitas Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat Kementrian Kesehatan
RI., 2010).

Dasar hukum dalam upaya pengembangan program Pembinaan


Kesehatan Lanjut Usia adalah Peraturan Menteri Kesehatan
(Permeknes) Republik Indonesia 75 tahun 2014 yaitu mengenai pusat
kesehatan masyarakat bahwa pusat kesehatan masyarakat sebagai
salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama
memiliki peranan penting dalam sistem kesehatan nasional khususnya
subsistem upaya kesehatan dan penyelenggaraan pusat kesehatan
masyarakat perlu ditata ulang untuk meningkatkan aksesibilitas,
keterjangkauan, dan kualitas pelayanan dalam rangka meningkatkan
derajat masyarakat serta menyukseskan program jaminan sosial
nasional (Permeknes, 2014).

Perencanaan anggaran juga membutuhkan visi, kreativitas, dan


seluruh pengetahuan politik, sosial, dan ekonomi untuk meningkatkan
kesejahteraan bagi masyarakat (Marquis & Huston, 2012).
Kesejahteraan suatu instansi tergantung pada pengelolaan keuangan
yang efektif. Pengelolaan keuangan yang efektif tersebut dapat
memberikan pengaruh yang positif bagi pengembangan suatu instansi
apalagi didukung oleh pelaksanaan prosedur anggaran yang memadai.
Prosedur dalam anggaran mencakup fungsi perencanaan dan
pengawasan anggaran. Fungsi perencanaan dan pengawasan

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
24

pengeluaran keuangan merupakan suatu kegiatan yang tidak kalah


pentingnya untuk mengurangi penggunaan keuangan yang tidak
adekuat. Cara mengurangi penggunaan keuangan yang tidak adekuat
maka diperlukan penyusunan anggaran secara terstruktur.
Penyusunan anggaran merupakan suatu kegiatan yang kompleks
karena berkaitan juga dengan fungsi perencanaan dan pengawasan
(Gillies, 1994).

Pengelolaan anggaran keuangan melalui bagian kesehatan masyarakat


kemudian kesehatan keluarga mencakup pembiayaan RB, KIA, UKS,
lansia dan CHN. Pembiayaan program lansia terintegrasi dengan
program pembinaan upaya kesehatan dengan realisasi anggaran.
Program lansia di Sudinkes meliputi forum komunikasi lanjut usia
(FKLU), hari lanjut usia nasional (HLUN), peningkatan wawasan,
pemeriksaan kesehatan, supervise dan rapat koordinasi. Program
Lansia di Puskesmas meliputi: senam aerobik/ SKJ, pendidikan
kesehatan, pelayanan kesehatan, pembinaan mental, rekreasi dan
peningkatan wawasan (pengetahuan dan keterampilan). Anggaran
program dengan memanfaatkan sumber dana dari APBN, APBD,
swadaya masyarakat dan sumber lain yang tidak mengikat (Direktorat
Bina Kesehatan Komunitas Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat
Kementrian Kesehatan RI, 2010). Anggaran Sukudinas Kesehatan
Kota Administrasi Jakarta Selatan untuk pembinaan upaya kesehatan
1.716.907.435 dana anggaran pengendalian penyakit dan penyehatan
lingkungan yaitu 2.634.685.331 (Sudinkes Jakarta Selatan, 2014).

2.3.1.2 Pengorganisasian
Fungsi pengorganisasian suatu program berupa pembentukan struktur
sebagai pelaksana rencana program, menentukan program pelayanan
yang sesuai, pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan masing-
masing unit, bekerja dalam struktur organisasi, memahami,
menggunakan kekuatan dan kekuasaan yang sesuai (Marquis &

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
25

Huston, 2012). Struktur organisasi formal direncanakan dan


disebarluaskan serta merupakan peraturan jabatan yang resmi dalam
suatu pola hubungan kerja yang mengatur pembagian divisi kerja,
menyediakan prosedur kerja sebagai garis komando, mengatur
tanggung jawab dan tanggung gugat, mengatur peran dan fungsi
secara jelas dan sistematis. Setiap orang mempunyai perannya
masing-masing, serta mempunyai pangkat atau jabatan dan hirarki dan
garis komunikasi yang jelas, sedangkan struktur organisasi informal
umumnya sosial yang terdiri dari hubungan perseorangan yang tidak
resmi di antara staf karyawan, tidak harus memiliki garis komando
yang jelas, tidak terlalu dituntut tanggung jawab dan tanggung
gugatnya, serta tidak secara resmi diakui namun hubungan tersebut
memberikan dampak positif atau mempengaruhi efektifitas pekerjaan
(Gillies, 1994; Marquis & Huston, 2012). Struktur organisasi yang
formal dan informal saling melengkapi satu sama lain sebagai suatu
cara untuk memberikan dukungan terhadap kekurangan yang terdapat
pada struktur formal oleh struktur informal (Gillies, 1994). Dari
penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian
merupakan prosedur pelaksanaan sebuah organisasi yang mempunyai
struktur baik formal maupun informal yang saling melengkapi satu
sama lain.

Struktur organisasi yang berkaitan dengan program kesehatan lanjut


usia di Sukudinas Kesehatan Jakarta Selatan mencakup Seksi
Pelayanan Kesehatan Masyarakat membawahi Seksi Kesehatan
Keluarga dan Gizi. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi membawahi
tiga program dan salah satunya adalah Program Kesehatan Lanjut
Usia. Lansia dengan hipertensi berada dalam program penyakit tidak
menular (PTM) dibawah seksi urusan pengendalian masalah
kesehatan (Sudinkes Jakarta Selatan, 2014).

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
26

Dasar hukum UU Nomor 23 tahun 2014 sebagai pengganti UU Nomor


32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Provinsi selain berstatus
sebagai daerah juga merupakan wilayah administratif yang menjadi
wilayah kerja bagi gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat. Standar
Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan yang telah diatur oleh
Menteri Kesehatan, maka UU Nomor 23 tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah yang baru ini telah memberikan peran yang
cukup kuat bagi provinsi untuk mengendalikan daerah-daerah
kabupaten dan kota di wilayahnya. Pengawasan pelaksanaan SPM
bidang Kesehatan dapat diserahkan sepenuhnya kepada provinsi oleh
Kementerian Kesehatan, karena Provinsi telah diberi kewenangan
untuk memberikan sanksi bagi Kabupaten/Kota berkaitan dengan
pelaksanaan SPM (Resntra Kemenkes, 2015).

Terjalin kerjasama lintas program dan lintas sektoral yang melibatkan


peran serta dari pemerintah, swasta dan masyarakat. Upaya
peningkatan kesejahteraan lansia, khususnya dalam bidang kesehatan
tentu melibatkan peran serta dari pemerintah, swasta, dan masyarakat
(Kemenkes RI, 2015). Pembinaan kesehatan lansia akan lebih berhasil
apabila lembaga swadaya masyarakat, tokoh masyarakat ataupun
sektor terkait lainnya ikut berperan serta dalam upaya yang dilakukan
(Direktorat Bina Kesehatan Komunitas Ditjen Bina Kesehatan
Masyarakat Kementrian Kesehatan RI, 2010).

2.3.1.3 Ketenagaan
Ketenagaan (staffing) adalah fase ketiga dalam proses manajemen.
Personalia juga merupakan fase penting diproses manajemen dalam
sebuah organisasi perawatan kesehatan karena bersifat labor intensive
(membutuhkan banyak pekerja untuk mencapai tujuan). Elemen dari
personalia terdiri dari merekrut, memberikan orientasi dan
meningkatkan perkembangan individu dalam mencapai tujuan
organisasi (Marquis dan Huston, 2012).

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
27

Penanggung jawab program lansia di Sudinkes ditunjuk oleh


Kasudinkes. Terdapat koordinator program lansia di setiap Puskesmas
Jakarta Selatan, dimana program lansia di setiap puskesmas dipegang
oleh satu dokter dan satu perawat yang ditunjuk langsung oleh Kepala
PKM kecamatan selanjutnya dibimbing dan diorientasikan selama
beberapa minggu oleh pemegang program sebelumnya atau oleh
senior dan diperkenalkan dalam rapat.

Kegiatan petugas puskesmas yaitu


2.3.1.3.1 Melaksanakan penyuluhan secara teratur dan
berkesinambungan sesuai kebutuhan melalui berbagai media
mengenai kesehatan lansia. Upaya ini dilakukan terhadap
berbagai kelompok sasaran yaitu lansia sendiri, keluarga dan
masyarakat dilingkungan lansia.
2.3.1.3.2 Melaksanakan penjaringan lansia risiko tinggi, pemeriksaan
berkala lansia dan memberi petunjuk upaya pencegahan
penyakit, gangguan psikososial dan bahaya kecelakaan yang
dapat terjadi pada lansia.
2.3.1.3.3 Melaksanakan diagnosa dini, pengobatan, perawatan dan
pelayanan rehabilitatif kepada lansia yang membutuhkan dan
memberi petunjuk mengenai tindakan kuratif atau
rehabilitatf yang harus dijalani, baik kepada lansia maupun
keluarga.
2.3.1.3.4 Melaksanakan rujukan medik ke fasilitas rumah sakit untuk
pengobatan, perawatan atau rehabilitatif bagi lansia yang
membutuhkan termasuk mengusahakan kemudahan-
kemudahan.

2.3.1.4 Pengarahan
Pengarahan adalah tindakan fisik dari manajemen keperawatan yaitu
proses interpersonal yang ditunjukan dengan staf pegawai atau
karyawan mencapai objektifitas dan merupakan proses penerapan

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
28

rencana manajemen untuk mencapai visi dan misi (Swanburg, 2000).


Fayol dalam Handoko (2001) menjelaskan bahwa pengarahan adalah
bagaimana membuat atau mendapatkan para karyawan melakukan apa
yang diinginkan dan harus mereka lakukan. Menurut Marquis dan
Huston (2012) pengarahan meliputi menciptakan suasana yang dapat
memberikan motivasi, membina komunikasi dalam sebuah organisasi,
supervisi, pendelegasian dan manajemen konflik. Dari pernyataan
diatas dapat disimpulkan bahwa pengarahan adalah sebuah proses
yang ada dalam suatu organisasi yang meliputi pemberian motivasi,
pendelagasian dan supervisi dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.

Pengelolaan dan penyelenggaraan kegiatan kelompok lansia sebagai


suatu bentuk pemberdayaan masyarakat, sangat tergantung dari peran
masyarakat atau kelompok lansia itu sendiri. Pelaksanaan pada peran
petugas kesehatan/ petugas lain masih dibutuhkan khususnya dalam
pembinaan, untuk kelangsungan dan kesinambungan kegiatan
tersebut tetap dipelihara. Pembinaan yang dilakukan berupa asistensi
kepada masyarakat dan kelompok lansia dengan menggunakan prinsip
kemitraan ; artinya posisi kelompok lansia sebagai mitra petugas yang
secara bersama-sama menganalisis dan memecahkan masalah dengan
memanfaatkan potensi yang dimiliki kelompok. Namun berdasarkan
pengalaman di lapangan salah satu model yang bisa diterapkan,
khususnya dalam melakukan pembinaan yang berkaitan dengan
pemberdayaan masyarakat adalah manajemen ARRIF merupakan
salah satu manajemen peran serta masyarakat dan telah dilaksanakan
di berbagai daerah untuk melakukan pembinaan terhadap berbagai
daerah untuk melakukan pembinaan terhadap berbagai bentuk upaya
kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) misalnya posyandu.
Analisis yang dilakukan adalah 1) Analisis situasi misal ada tidaknya
kelompok lansia sudah terbentu di wilayah tersebut dan bila kelompok
lansia sudah terbentuk apakah sudah berjalan sesuai dengan rencana,

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
29

2) Analisis tingkat perkembangan (pratama, madya, purnama dan


mandiri), 3) Analisis kasus (kepemimpinan, pengorganisasian,
anggota kelompok, kader dan pendanaan), 4) Analisis sumber daya
(sumber daya manusia, sumber dana dan peralatan) yang ada di
kelompok tersebut. Kemudian langkah selanjutnya adalah dilakukan
rumusan-rumusan masalah dalam hal ini masalah yang ada dilihat dari
keterjangakuan, tingkat perkembangan, rumusan tujuan dan rumusan
langkah penyelesaian yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah
(Direktorat Bina Kesehatan Komunitas Ditjen Bina Kesehatan
Masyarakat Kementrian Kesehatan RI, 2010).

2.3.1.5 Pengawasan dan Pengendalian


Pengawasan dan pengendalian merupakan suatu bentuk koordinasi
dalam mengidentifikasi berbagai kegiatan organisasi mulai dari
perencanaan sampai dengan pengarahan berupa catatan, pelaporan,
penggunaan berbagai sumber-sumber yang digunakan untuk
mengamati tercapainya visi atau misi sebuah instansi (Swanburg,
2000). Fungsi pengendalian manajemen mencakup evaluasi secara
periodik filosofi, misi, tujuan umum, tujuan khusus dari organisasi
atau program tersebut; pengukuran kinerja secara individu dan
kelompok menggunakan standar yang telah ditentukan sebelumnya;
pemantauan biaya yang dikeluarkan dan penggunaan persediaan; dan
memeriksa tujuan serta hasil akhir (Marquis & Huston, 2012). Fungsi
pengendalian membandingkan hasil pekerjaan dengan standar
penampilan kerja serta melakukan perbaikan terhadap tindakan.
Aspek manajerial pengawasan adalah pengawasan keuangan,
kepatuhan, kualitas dan manajemen risiko, mekanisme umpan balik,
penelitian dan analisis terbaru (Huber, 2010). Kegiatan yang
dilakukan dalam pengawasan adalah monitoring dan evaluasi
(Marquis &Huston, 2012).

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
30

Kegiatan di kelompok lansia perlu dilaksanakan dan dilakukan di


masyarkat. Hal-hal yang dicatat adalah pelaksanaan dan hasil kegiatan
yang dilakukan oleh kelompok lansia termasuk alat penunjang, serta
hal-hal lainnya sesuai kebutuhan. Pencatatan juga dilakukan oleh
Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan
pencatatan di tingkat provinsi disesuaikan dengan kebutuhan
(Direktorat Bina Kesehatan Komunitas Ditjen Bina Kesehatan
Masyarakat Kementrian Kesehatan RI, 2010).

2.4 Model Community as Partner


Pada pengkajian yang akan diterapkan penulis adalah aplikasi model dari
community as partner yang dikembangkan oleh Anderson dan Mc Farlan dari teori
Betty Neuman (Anderson & Mc Farlan, 2011). Model ini lebih berfokus pada
keperawatan kesehatan masyarakat (perkesmas) adalah praktek, keilmuan, dan
metodenya melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi penuh dalam meningkatkan
kesehatannya. Community as partner adalah perawat menjadikan masyarakat
sebagai mitra dengan tujuan untuk mewujudkan keseimbangan sistem, sebuah
komunitas sehat, dan termasuk di dalamnya pemeliharaan serta promosi kesehatan
komunitas (Anderson & McFarlane, 2011). Pada pengkajian model ini mempunyai
dua komponen utama yaitu core, subsistem dan presepsi. Pada model community
as partner terdapat dua faktor utama yaitu fokus pada komunitas sebagai mitra dan
proses keperawatan (Anderson & McFarlane, 2011). Pada pengkajian komunitas
terdapat core dan 8 (delapan) subsistem dan presespsi dari masyarakat. Core yang
terdiri dari riwayat terbentuknya aggregat, demografi, suku, nilai, dan kepercayaan.
Sedangkan pada subsistem terdapat lingkungan fisik, pelayanan kesehatan dan
sosial, ekonomi, transportasi dan keamanan, politik dan pemerintahan, komunikasi,
pendidikan, dan rekreasi. Presepsi di masyarakat meliputi cara pandang masyarakat
mengenai kesehatan.

2.4.1 Inti Komunitas (The Community Core)


Inti Komunitas terdiri dari pengkajian sejarah, data demografi, suku dan
kebudayaan, serta nilai dan keyakinan.

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
31

2.4.1.1 Sejarah
Bagaimana terbentuknya wilayah Srengseng Sawah dan
perkembangan serta perubahan wilayah dan yang mempengaruhi
lansia mengalami hipertensi.
2.4.1.2 Demografi
Merupakan karakteristik penduduk lansia di wilayah tersebut
meliputi usia mempengaruhi penyakit hipertensi disebabkan
karena penuaan dan berapa banyak lansia yang mengalami
hipertensi, jenis kelamin adalah hal yang membedakan adalah
aktifitas keduanya yang masih melakukan aktifitas, dimana laki -
laki biasanya lebih aktif dari wanita. Ini diperlukan dalam
pengkajian karena aktifitas seorang penderita hipertensi dapat
mempengaruhi tekanan darah, Tipe keluarga yang dihuni oleh
lansia yang mengalami hipertensi, Pendidikan juga mampu
mempengaruhi lansia dalam menerima informasi tentang penyakit
hipertensi. Alamat menentukan lokasi tempat tinggal lansia yang
mengalami penyakit hipertensi dan suku yang paling banyak
tinggal di daerah tersebut mengikuti budaya dan mempengaruhi
terjadinya penyakit hipertensi dan asal suku yang paling banyak
mengalami penyakit hipertensi.
2.4.1.3 Vital Statistik
Merupakan data mortalitas pada lansia akan memberikan
gambaran tingkat angka kematian lansia yang terkena hipertensi di
wilayah Srengseng Sawah, morbiditas pada lansia akan
memberikan gambaran tentang tingkat angka kesakitan lansia,
khususnya lansia dengan hipertensi. Ini bisa menjadi gambaran
tentang bagaimana penyakit hipertensi di suatu wilayah usia
harapan hidup mempengaruhi kualitas hidup yang dijalani lansia
dengan hipertensi, kebiasaan hidup seperti pola makan, pola
istirahat/tidur serta pola aktivitas mempengaruhi terjadinya
hipertensi atau penyakit hipertensi dapat menggangu pola istirahat
tidur lansia, nilai dan keyakinan Semua kelompok etnik

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
32

mempunyai nilai dan keyakinan yang berinteraksi dengan setiap


sistem komunitas untuk mempengaruhi kesehatan warganya. Ini
sangat membantu untuk dalam pengkajian dan mencari pemecahan
masalah yang dialami oleh lansia. Semua kelompok etnik
mempunyai nilai dan keyakinan yang berinteraksi dengan setiap
sistem komunitas untuk mempengaruhi kesehatan (Anderson &
Mc Farlane, 2011). Hal ini sangat membantu dalam pengkajian dan
mencari pemecahan masalah yang dialami oleh lansia. Agama
mempengaruhi keyakinan lansia tentang status kesehatan. Hal yang
perlu dikaji meliputi nilai yang diterapkan terkait dengan masalah
kesehatan, adanya mitos yang diyakini keluarga, kebiasaan makan,
olahraga, aktivitas sehari-hari.

2.4.2 Sub Sistem


Komponen sub sistem komunitas meliputi lingkungan fisik dan psikososial,
pelayanan kesehatan dan sosial, ekonomi, transportasi dan keamanan, politik
dan pemerintahan, komunikasi, pendidikan dan rekreasi.
2.4.2.1 Lingkungan fisik dan psikososial
Meliputi iklim, kondisi geografis ; luas daerah, batas wilayah,
dataran tinggi/rendah, rawa-rawa, daerah pantai, Lahan hijau, kebun
dan hutan, Perumahan, kepadatan, penduduk, pengolahan limbah
dan sampah, kualitas sumber air minum, kualitas udara, sanitasi,
fasilitas - fasilitas umum, fasilitas ibadah, pabrik, kawasan
pertanian/perkebunan/dan peternakan. Lingkungan fisik tersebut
dapat memberi dampak positif atau negative terhadap kesehatan
lansia. Misalnya kondisi rumah yang gaduh dapat menjadi stressor
bagi lansia, stress merupakan hal yang harus dihindari oleh pendertia
hipertensi karena stress sangat cepat meningkatkan tekanan darah.
2.4.2.2 Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Pelayanan sosial meliputi rumah penampungan, panti, yayasan
sosial, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), perkumpulan orang.
Pelayanan kesehatan meliputi praktek klinik, Home Health Care,

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
33

Pelayanan jangka panjang (nursing center, nursing home),


Puskesmas, Pelayanan gawat darurat, Pelayanan khusus
(penyakit/lanjut usia), pelayanan tradisional (pijat, akupunktur,
herbal, dan lain lain). Lansia yang sering memeriksakan kesehatan
pada pelayanan kesehatan atau pelayanan sosial, mengurangi risiko
masalah kesehatan pada lansia dengan hipertensi. Jaminan
kesehatan dimana lansia tetap mendapatkan pelayanan kesehatan
yang diadakan oleh pemerintah dan mendapatkan kualitas pelayanan
kesehatan.
2.4.2.3 Ekonomi
Ekonomi yang perlu dikaji adalah apakah lansia tinggal bersama
keluarga atau tidak?, penghasilan atau pengeluaran ditanggung
bersama?, lansia yang mempunyai penghasilan sendiri? mencukupi
kebutuhan sendiri atau tidak?. Di dalam pengkajian lansia terkait
ekonomi, apakah ada penghasilan keluarga yang disisihkan untuk
keperluan kesehatan lansia, misalnya biaya pemeliharaan kesehatan
dan lain sebagainya.
2.4.2.4 Keamanan dan Transportasi
Keamanan dan transportasi yang perlu dikaji adalah dukungan dan
pemanfaatan serta akses mereka dalam pemanfaatan pelayanan
kesehatan yang dijangkau lansia dalam mengecek tekanan darah.
2.4.2.5 Politik dan pemerintah
Politik dan pemerintah dalam membuat kebijakan yang dapat
menunjang sehingga memudahkan komunitas lansia mendapat
pelayanan diberbagai bidang termasuk kesehatan.
2.4.2.6 Komunikasi
Komunikasi bisa formal atau informal. Komponen penting dalam
komunikasi formal yaitu koran, radio dan televisi, pelayanan pos dan
status telepon dimana lansia mendapatkan informasi mengenai
penyakit hipertensi serta komunikasi antara petugas kesehatan dan
masyarakat serta kader dalam penyampaian informasi.

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
34

2.4.2.7 Pendidikan
Pendidikan yang perlu dikaji adalah tingkat pendidikan lansia atau
pendidikan terakhir, latar belakang pendidikan dapat berpengaruh
terhadap pengetahuan lansia dalam membantu proses penyampaian
informasi.
2.4.2.8 Rekreasi
Tersedia sarana rekreasi yang terjangkau dengan lokasi dan biaya
murah dapat mengurangi stress pada lansia dengan hipertensi. Hal
yang perlu dikaji meliputi jenis dan jumlah tempat rekreasi (taman,
danau, lapangan, pantai, gunung, mata air dan lain-lain), bentuk
rekreasi (nonton TV, bermain, memancing, berkebun dan lain-lain),
frekuaensi rekreasi, serta pemanfaatan waktu luang untuk lansia
(Anderson & McFarlane, 2011).

2.4.3 Persepsi
Persepsi disini adalah bagaimana pandangan lansia, keluarga dan masyarakat
terhadap masalah kesehatan lansia dengan hipertensi. Bagaimana
pengetahuan mereka tentang hipertensi, keterampilan meraka merawat
penderita hipertensi dan terutama sekali adalah bagaimana sikap mereka
tentang penderita hipertensi.

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
35

Gambar 2.1. Model Communty As Partner

Sumber: Anderson McFarlan, Community as Partner, 2011

2.4.4 Nursing Process


2.4.4.1 Analisa data dilakukan untuk setiap subsistem serta mengidentifkasi
kesenjangan data. Pada tahap ini, konfirmasi data dan keterlibatan
rekan kerja profesional dan warga masyarakat akan sangat
membantu. Di sini juga dilakukan telaah terhadap jenis stressor dan
bagaimana reaksi komunitas dalam menghadapi stressor tersebut.
Setelah itu baru ditarik kesimpulan logis dari bukti yang ada untuk
mengarah pada perumusan diagnosa keperawatan.
2.4.4.2 Diagnosa adalah suatu pernyataan hasil sisntesis pengkajian data.
Diagnosa keperawatan keluarga dan diagnosa komunitas berfokus
pada suatu komunitas yang biasanya didefinikan sebagai suatu
kelompok, populasi atau kumpulan dengan suatu karakterisitik
tertentu. Diagnosa keperawatan mengacu pada diagnosa The North
American Nursing Diagnosis Association (NANDA) 2015-2017.
2.4.4.3 Perencanaan Intervensi. Tujuan pemberian intervensi didasarkan
pada stressor yang menyerang dengan mempertimbangkan
karakteristik normal dari tiga garis pertahanan inti komunitas
(fleksibel, normal dan resisten). Sebelum merencanakan intervensi
dilakukan validasi data dan persamaan persepsi dengan komunitas

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
36

tentang masalah yang akan diselesaikan. Langkah pembuatan


perencanaan program kesehatan komunitas mengacu pada Nursing
Outcome Classification (NOC) dan Nursing Intervention
classification (NIC).
2.4.4.4 Perencanaan program kesehatan komunitas pada aggregate lansia
dengan hipertensi berdasarkan Community as Partner Model
difokuskan pada tiga tingkat pencegahan yaitu primer, sekunder, dan
tersier (Anderson McFarlan, 2004). Aktivitas dari program
kesehatan komunitas yang direncanakan difokuskan untuk
memperkuat tiga garis pertahanan pada komunitas yaitu garis
pertahanan normal, fleksibel, dan resisten melalui tiga tingkat
pencegahan. Aktivitas dalam perencanaan tersebut dapat dijalankan
melalui strategi intervensi program yaitu pendidikan kesehatan,
proses kelompok, empowering, dan partnership.

2.4.5 Implementasi
Implementasi keperawatan yang dilakukan yaitu
2.4.5.1 Pencegahan primer, yaitu tindakan keperawatan yang berupa
pencegahan primer dapat berupa: pendidikan kesehatan pada lansia
tentang pola hidup, aktivitas yang untuk penderita lansia dengan
hipertensi dan promosi kesehatan berupa penggunaan pelayanan
kesehatan untuk pengukuran cek tekanan darah
2.4.5.2 Pencegahan sekunder adalah tindakan intervensi yang dilakukan
ketika stressor sudah menyerang klien dan bertujuan untuk
mencegah terjadinya efek yang lebih merusak. Tindakan
implementasi ini dapat berupa cek rutin tekanan darah dan
pemeriksaan fisik serta perancangan aktifitas sehari – hari seperti
asupan nutrisi, olah raga.
2.4.5.3 Pencegahan tersier fokus pada tindakan rehabilitasi. Pencegahan
tersier yaitu kegiatan yang menekanka pengembalian indibidu pada
tingkat berfungsinya secara optimal dari ketidakmampuan keluarga,

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
37

seperti membantu keluarga yang mempunyai lansia dengan


hipertensi untuk melakukan pemeriksaan secara teratur ke posbindu.

2.4.6 Evaluasi
Evaluasi meliputi kegiatan yang dilakukan untuk melihat keberhasilan klien
mengatasi stressor. Model community as partner masyarakat dikelilingi oleh
tiga garis pertahanan, yaitu; garis pertahanan fleksibel, normal, resisten. Garis
pertahanan fleksibel adalah kesehatan yang dinamis hasil dari respon
terhadap stressor yang tidak menetap seperti mobilisasi tetangga dan stressor
lingkungan. Garis pertahanan normal adalah angka kematian, tingkat
ekonomi masyarakat. Sedangkan garis pertahanan resisten adalah mekanisme
internal terhadap stressor (Anderson dan Mc Farlan, 2004).

2.5 Family Center Nursing


Dalam proses pelaksanaan program, keterlibatan keluarga sangat dibutuhkan untuk
mengawal perubahan perilaku yang diharapkan. pendekatan keperawatan keluarga
dilakukan melalui teori family center nursing yang meliputi pengkajian dan
pendekatan keluarga. Praktek keluarga sebagai pusat keperawatan (family center
nursing) didasarkan pada perspektif bahwa keluarga adalah unit dasar untuk
perawatan individu dari anggota keluarga dan dari unit yang lebih luas. Keluarga
adalah unit dasar dari sebuah komunitas dan masyarakat, mempresentasikan
perbedaan budaya, rasial, etnik, dan sosioekonomi. Aplikasi dari teori ini termasuk
mempertimbangkan faktor sosial, ekonomi, politik dan budaya ketika melakukan
pengkajian dan perencanaan, implementasi, dan evaluasi perawatan pada anak dan
keluarga (Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999).

Penerapan asuhan keperawatan keluarga dengan pendekatan family center nursing


salah satunya menggunakan Friedman Model. Pengkajian dengan model ini melihat
keluarga sebagai subsistem dari masyarakat (Allender & Spradley, 2001). Proses
keperawatan keluarga meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi, dan evaluasi. Proses keperawatan keluarga akan berbeda tergantung
pada siapa yang menjadi fokus perawatan. Perbedaan tersebut tergantung pada

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
38

perawat dalam mengkonseptualisasi keluarga dalam prakteknya. Perawat yang


memandang keluarga sebagai latar belakang atau konteks individual pasien,
kemudian individu anggota keluarga menjadi fokus dan proses keperawatan adalah
berorientasi pada individu sebagai cara yang tradisional. Perawat yang
mengkonseptalisasi keluarga sebagai unit perawatan, kemudian keluarga sebagai
unit atau sistem adalah fokus yang diinginkan dan ini jarang dilakukan (Friedman,
Bowden, & Jones, 2010).

Perawat keluarga dalam prakteknya harus menstimulasi individu dan keluarga dan
sistem keluarga. Hal ini berarti perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan
keluarga harus menerapkan dua jalan yaitu perawatan pada individu dan keluarga
serta keluarga sebagai sistemnya. Sehingga dalam melakukan pengkajian,
merumuskan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi
keperawatan akan lebih komplek dan mendalam (Friedman, Bowden, & Jones,
2010). Asuhan keperawatan keluarga menerapkan langkah-langkah terkait dengan
lima langkah dalam proses keperawatan keluarga. Asuhan keperawatan keluarga
dimulai dengan pengkajian keperawatan sampai dengan evaluasi keperawatan
keluarga. Dalam pengkajian ditekankan pada struktur dan fungsi keluarga secara
menyeluruh dan terintegrasi.

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
39

Tabel 2.2 Tingkat Kemandirian Keluarga Menurut Kemenkes RI No 279


Tahun 2006

No Kriteria Tingkat Kemandirian


I II III IV
1 Menerima petugas perkesmas √ √ √ √
2 Menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana √ √ √ √
keperawatan
3 Tahu dan dapat mengungkapkan masalah √ √ √
kesehatan secara benar
4 Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan √ √ √
sesuai anjuran
5 Melakukan tindakan keperawatan sederhana √ √
sesuai anjuran
6 Melakukan tindakan pencegahan secara aktif √ √
7 Melakukan tindakan promotif secara aktif √

Tingkat kemandirian keluarga I : keluarga mempunyai kriterian 1 sampai 2.


Tingkat kemandirian keluarga II : keluarga mempunyai kriterian 1 sampai 4.
Tingkat kemandirian keluarga III : keluarga mempunyai kriterian 1 sampai 6.
Tingkat kemandirian keluarga IV : keluarga mempunyai kriterian 1 sampai 7.

Teori ini berfokus pada lansia, penuaan dan keperawatan yang holistik. Teori ini
mengobservasi aspek faktor risiko dan perubahan terkait usia yang mempengaruhi
kualitas hidup atau aktivitas hidup sehari-hari lansia. Konsekuensi fungsional
negatif terjadi ketika mengalami penurunan level kualitas hidup atau peningkatan
ketergantungan lansia (Miller, 2012). Lansia dengan hipertensi membutuhkan
perawatan dalam jangka panjang maka dari itu perlunya manajemen dri pada lansia
dengan melaukan perubahan gaya hidup dan pola hidup.

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
40

2.6 Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas Self Help Group


Self help group merupakan kelompok pendukung dimana anggota kelompok satu
sama lain memberikan pengalaman mengenai masalah kesehatan, fasilitas
kesehatan dan memberikan dukungan praktis, motivasi dan dukungan emosional
untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan kesehatan (Gomez et al.,
2016). Fokus SHG yaitu menangani masalah penyakit secara bersama-sama, tujuan
yang hendak dicapai, perubahan pribadi atau sosial, kerjasama berdasarkan
kesetaraan dan bersama-sama saling membantu dengan melibatkan bantuan
profesional seperti petugas kesehatan (Ivarsson, Ekmehag, & Sjoberg, 2016).
Dukungan dari anggota kelompok lainnya mengumpulkan informasi dan
menemukan orang untuk berbicara dan sharing bersama-sama untuk mengatasi
kegiatan dan masalah penyakit bersama anggota kelompok. Sasaran SHG dapat
merubah perilaku dalam jangka menengah dan jangka panjang dengan
memodifikasi penyakit kronis dalam manajemen diri dalam jangka panjang (Gomez
et al., 2016; Ivarsson, Ekmehag, & Sjoberg, 2016). Tujuan dari SHG adalah
perubahan sikap dan perilaku untuk mengembangkan empathy diantara sesama
anggota kelompok dimana sesama anggota kelompok saling memberikan
penguatan untuk membentuk koping yang adaptif (Mohr, 2006).

Karakteristik dari SHG adalah kelompok kecil, homogen, berpartisipasi penuh,


mempunyai otonomi, kepemimpinan kolektif, keanggotaan sukarela, non politik,
saling membantu. Kekuatan dari kelompok cohesiveness dan fullness sehingga
seseorang dapat berperan dalam tingkat kemampuan yang tertinggi. Hal yang harus
dipenuhi adalah mengembangkan rasa menyatu dan berbagi dalam kelompok,
meningkatkan kemampuan memahami masalah antar anggota kelompok,
meningkatkan kemampuan komunikasi dalam kelompok, saling membantu untuk
meningkatkan status kesehatan (Forschner, 2003).

Menurut Nottingham (2005) prinsip yang terdapat dalam pembentukkan SHG yaitu
bersifat mutually dan reciproity. Mutually adalah dimana anggota kelompok
masing-masing akan saling menceritakan pengalaman tentang apa yang dirasakan,
dilakukan dalam mengatasi suatu permasalahan dimana pengambilan keputusan

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
41

dilakukan oleh kelompok. SHG mutually understanding merupakan dukungan


antara sesama anggota dengan berbagi pengetahuan dan harapan terhadap
pemecahan masalah serta menemukan solusi melalui diskusi kelompok. Informasi
dari anggota kelompok dan solusi yang dapat dilakukan merupakan bagian dari
anggota kelompok SHG. Reciprocity merupakan anggota kelompok berperan serta
saling memberikan respon timbal balik, karena masing-masing anggota akan
memberikan informasi cara mengendalikan dan mengontrol tekanan darah
berdasarkan pengalamn anggota lain yang telah survive.

2.7 Manajemen Diri pada Lansia dengan Hipertensi


Manajemen diri telah didefinisikan sebagai perawatan yang diambil oleh individu
terhadap kesehatan dan kesejahteraan diri lansia sendiri yang terdiri dari tindakan
yang lansia ambil untuk menjalani gaya hidup sehat untuk memenuhi kebutuhan
sosial, emosional dan psikologis lansia untuk merawat kondisi jangka panjang
mereka dan untuk mencegah penyakit lebih lanjut atau kecelakaan. Dukungan
manajemen diri mengulurkan tawaran lebih berpusat pada pasien, pendekatan sosial
dan psikologis. Banyak sekali studi tentang efektivitas dari keterampilan diri,
pelatihan diserahkan kepada pasien dan faktor berhubungan untuk penerimaan dan
penyerapan oleh pasien pada saat pelatihan (Kennedy et al, 2014).

Peningkatan prevalensi kondisi jangka panjang (LTCS: long term conditions),


sebagian besar disebabkan oleh meningkatnya lansia populasi dan perilaku gaya
hidup, merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Secara global, tantangan
untuk pemerintah adalah menemukan solusi kesehatan yang efektif untuk
mengelola meningkatnya beban kondisi kronis. Di Inggris (UK), ada pendorong
yaitu pemerintah untuk mengelola lebih efektif individu dengan kondisi jangka
panjang dalam perawatan primer. Perawatan primer yang menekankan pada
perawatan diri dengan pasien menjadi ahli dalam mengelolah kondisi mereka
sendiri (McHugh, Horne, Chalmers, & Luker, 2009).

Pelayanan kesehatan nasional untuk rencana perbaikan menetapkan strategi


pemerintah National Health Service (NHS) Rencana Perbaikan menetapkan

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
42

strategi pemerintah untuk meningkatkan perawatan lansia dengan kondisi jangka


panjang dengan bergerak menuju pendekatan berpusat pada pasien. Disarankan
bahwa perawatan harus difokuskan dalam pengaturan perawatan primer tetapi
dengan peningkatan kemitraan dan komunikasi di seluruh lembaga kesehatan dan
sosial. Beban pada perawatan kesehatan UK sistem di perawatan sekunder yang
tinggi dan yang kedua perawatan primer. Diperkirakan bahwa 30% dari individu
yang melaporkan memiliki kondisi jangka panjang (LTC), menyumbang 52%, 65%
dari semua pasien rawat jalan dan 72% sering menyebabkan rawat inap individu
sehingga memiliki implikasi pada beban ekonomi untuk NHS. Tuntunan pada
peningkatan pelayanan kesehatan, pelayanan kesehatan nasional telah
meningkatkan peran bahwa seorang perawat memainkan fungsi dalam mengelolah
dan merawat individu dengan kondisi jangka panjang (McHugh, Horne, Chalmers,
& Luker, 2009)

Perawat secara teratur memberikan asuhan keperawatan pada individu dengan


masalah penyakit kronis dengan melakukan kunjungan rumah. Lansia yang
memerlukan perawatan jangka panjang membutuhkan pearawatan yang lebih
kompleks, dorongan, dan motivasi untuk mengurangi kejadian rawat inap. Perawat
yang bekerja dan praktek di masyarakat dengan pengetahuan lebih mampu
memainkan peran kunci dalam mengelolah orang-orang dengan kebutuhan asuhan
keperawatan yang kompleks. Peran perawat sebagai manajer kasus di masyarakat
telah memiliki keterampilan praktek advance (di tingkat Master), menetapkan hak
dan pengetahuan tentang manajemen penyakit kronis untuk meningkatkan kualitas
perawatan pada lansia dengan penyakit kronis. Perawat berada di garis depan
pelayanan masyarakat (termasuk pengunjung kesehatan dan perawat kesehatan
masyarakat) dapat memainkan peran dalam promosi kesehatan dan pencegahan
penyakit. Agenda kesehatan masyarakat di Inggris difokuskan pada peningkatan
kesehatan dan kesejahteraan dalam populasi, dengan melakukan promosi kesehatan
berdasarkan bukti, pengobatan dan perawatan layanan berkualitas tinggi. Peran
perawat komunitas merupakan bagian integral tujuan ini (McHugh, Horne,
Chalmers, & Luker, 2009).

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
43

Rekomendasi pemerintah dan pengembangan yang lebih spesialis dalam


keperawatan komunitas, tampaknya ada sedikit bukti keterlibatan perawat dalam
pengelolaan individu dengan kondisi jangka panjang. Keterlibatan perawat
komunitas dan perawat spesialis sangat minim dalam studi tentang manajemen
perawatan diri dengan stadium akhir sangat rendah. Dokumentasi intervensi atau
pendekatan spesialis perawat komunitas digunakan dalam praktek sehari-hari pada
lansia dengan hipertensi yang merupakan strategi efektif dalam meningkatkan
manajemen diri pada lansia. Perawat komunitas terlibat dalam meningkatkan
aktifitas fisik di komunitas (McHugh, Horne, Chalmers, & Luker, 2009).

Peran aktif dan efektif dalam perawatan dan pengelolaan individu dengan beberapa
kondisi jangka panjang. Wilson et al (2006) menemukan bahwa selain dari perawat
spesialis, mayoritas perawat termasuk perawat komunitas masih terbatas dalam
memfasilitasi pasien pada manajemen diri lainnya telah terbukti efektif pada
beberapa populasi pasien (McHugh, Horne, Chalmers, & Luker, 2009). Perawat
yang melakukan kunjungan rumah mengembangkan pemahaman yang lebih luas
dari keluarga lansia dan lingkungan rumah untuk melakukan perubahan gaya hidup
(Chan et al, 2013)

2.8 Inovasi GESIT MANDIRI


Manajemen diri mengacu pada kemampuan individu untuk mempertahankan
perilaku lansia secara efektif meliputi penggunaan obat yang diresepkan, mengikuti
diet dan olaharaga, pemantauan secara mandiri dan koping emosional dengan
penyakit yang diderita (Lorig & Holman, 2003 dalam Zhong, Tanagasugarni,
Fisher, Krudsood dan Nityasuddhi, 2011). Tahapan manajemen diri menurut Akher
(2010) terdiri dari lima yaitu integrasi diri, regulasi diri, interaksi dengan tenaga
kesehatan dan sosial, monitoring diri dan interaksi dengan tenaga kesehatan dan
sosial.

2.8.1 Integrasi Diri


Integrasi diri berupa pola hidup yang sering dilakukan lansia penderita
hipertensi sehari-hari yang mempengaruhi kesehatan. Kegiatan yang sering

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
44

dilakukan dalam kehidupan sehari-hari seperti konsumsi makanan, aktifitas


fisik. Lansia dengan hipertensi hal yang perlu dilakukan pada pola gaya
hidup berupa, porsi makanan dan jenis makanan, konsumsi sayuran dan
buah, menghindari makanan yang dapat memberikan efek pada tekanan
darah, mengurangi konsumsi garam, penurunan berat badan, aktivitas fisik
untuk mengontrol tekanan darah dan berat badan seperti jalan kaki, jogging
30-60 permenit, menyesuaikan rutinitas kegiatan untuk lansia dengan
hipertensi dan stop rokok dan kontrol stress. Pencegahan primer adalah
kegiatan-kegiatan dilakukan untuk pencegahan penyakit, kecacatan,cedera
dan pencegahan penyakit. Strategi utama dalam upaya melaksanakan
pencegahan primer yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan
(Hitchcock, Schubert & Thomas, 2002).

Pendidikan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan


mengurangi disabilitas serta mengaktualisasikan potensi kesehatan yang
dimiliki oleh individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Swanson &
Nies, 2011). Pendidikan kesehatan dikatakan efektif apabila dapat
menghasilkan perubahan pengetahuan, menyempurnakan sikap,
meningkatkan ketrampilan dan bahkan mempengaruhi perubahan didalam
perilaku atau gaya hidup individu, keluarga dan kelompok. Promosi
kesehatan adalah perilaku yang dimotivasi oleh keinginan untuk
meingkatkan kesejahteraan dan mewujudkan potensi kesehatan individu
(Pender, Murdaugh & Parson, 2002; Hitchcock, Schubert & Thomas, 1999).
Pendidikan kesehatan merupakan suatu proses yang memfasilitasi
pembelajaran yang mendukung perilaku sehat dan mengubah perilaku tidak
sehat (Friedman, Bowden & Jones, 2010). Pendidikan kesehatan diperlukan
dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan lansia dengan
hipertensi.

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
45

Pendidikan kesehatan yang dapat dimodifikasi dan dikontrol yaitu sebagai


berikut :
2.8.1.1 Asupan sodium
Asupan sodium tergolong faktor risiko terjadinya hipertensi.
Penderita hipertensi sebanyak 40% adalah sensitif terhadap garam
dan kelebihan konsumsi garam sehingga menyebabkan terjadinya
hipertensi (Black dan Hawak, 2009). Sodium menyebabkan
penumpukan cairan diluar sel yang tidak dikeluarkan, sehingga
akan meningkatkan volume dan tekanan darah (Kemenkes, 2014).

Kira-kira 40% orang dengan hipertensi peka terhadap sodium. Diet


garam < 100 mmol/hari (2,4 gr atau 5 gr) dapat menurunkan
tekanan darah sistolik 2-8 mmHg. Pembatasan sedang pemasukan
sodium (6 gram perhari) dapat digunakan untuk menurunkan
tekanan darah (Krafkoft et al, 2014). Penelitian yang dilakukan
Padiyar (2009) pada lansia dengan hipertensi yang berumur 60-80
tahun menunjukkan terdapatnya penurunan tekanan darah sistolik
rata-rata 4,3 mmHg dan diastolik 2 mmHg (p < 0,001). Padiyar
memberikan intervensi berupa diet garam selama 3 bulan tanpa
pengobatan antihipertensi. Responden adalah 681 lansia dengan
pengobatan antihipertensi yang memiliki tekanan darah < 145/85
mmHg.
2.8.1.2 Konsumsi buah dan sayuran
Konsumsi buah dan sayuran dapat menurunkan lemak jenuh dan
meningkatkan lemak tak jenuh yang memiliki pengaruh dalam
penurunan tekanan darah (Black &Hakws, 2009 ; Peters et al.,
2007; WHO., 2013; Zheng, Li, & Cai, 2014). Rasio yang tinggi
dari natrium dan kalium dapat menjadi dasar terjadinya
perkembangan hipertensi. Mengkonsumsi makanan yang
mengandung kalium, kalsium, magnesium, serat dan vitamin C
dapat membantu dalam menurunkan tekanan darah. Pola makanan

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
46

sehat dapat menurunkan tekanan darah sistolik 8-14 mmHg (Black


& Hawks, 2009).
2.8.1.3 Modifikasi diet lemak
Modifikasi masukan diet lemak dapat menurunkan lemak jenuh
dan meningkatkan lemak tak jenuh sehingga memberikan dampak
penurunan tekanan darah tetapi juga menurunkan tingkat kolestrol.
Ditambah lagi rekomendasi DASH (Dietary Approach to stop
Hypertension) diet yang dianjurkan adalah kaya buah-buahan,
sayur sayuran, kacang-kacangan dan makanan rendah lemak.
Modifikasi DASH dapat mengurangi tekanan darah sistolik 11,4
mmHg dan diastolik 5,5 mmHg pada pasien hipertensi setelah 8
minggu modifikasi diet (Padiyar, 2009).
2.8.1.4 Alkohol, rokok dan kafein
Konsumsi lebih dari 1 ons alkohol perhari dan konsumsi kafein
dalam waktu lama berhubungan dengan prevalensi terjadinya
hipertensi. Penggunaan alkohol yang dibatasi maka dapat
mencegah terjadinya hipertensi dan menurunkan tekanan darah
sistolik 2-4 mmHg. Nikotin rokok dapat menyebabkan
penyempitan pembuluh daran dan peningkatan detak jantung
sehingga jantung bekerja lebih keras untuk mengalirkan darah ke
seluruh tubuh (Black & Hawks, 2009).

Konsusmsi lebih dari 30 cc alkohol perhari meningkatkan kejadian


hipertensi, kadang-kadang sulit disembuhkan dan terapi
antihipertensi yang jelek. Menghindari alkohol bisa menurunkan
takanan darah sistolik 2-4 mmHg. (Black & Hawks, 2009; Padiyar,
2009). Merokok tidak berhubungan statistik terhadap
perkembangan hipertensi, nikotin dapat meningkatkan jumlah nadi
dan menghasilkan vasokonstriksi perifer yang mana tekanan darah
dapat meningkat dalam waktu pendek atau setelah merokok (Black
& Hawks, 2009). Meskipun minum kafein dapat meningkatkan
tekanan darah, minum yang terus menerus tidak memberikan efek

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
47

terhadap peningkatan tekanan darah. bagaimanapun juga


pembatasan kafein tidak begitu penting kecuali memberikan
respon yang berlebihan kepada jantung (Black & Hawks, 2009).
2.8.1.5 Aktivitas fisik
Kurang gerak menurunkan kapasitas fisik seseorang, denyut nadi
istirahat cenderung meningkat, serta isi sekuncup dan output
jantung menurun, sehingga pasokan oksigen keseluruh tubuh
menurun yang memberi efek seseorang mudah merasa lelah atau
tidak bugar (Black & Hawks, 2009; Kemenkes, 2014).
2.8.1.6 Olahraga Napas Dalam, Shiatsu dan Relaksasi Otot Progresif
(SPR)
Kegiatan yang dilakukan secara rutin dan teratur. Olahraga yang
teratur dapat menurunkan resiko peningkatan tekanan darah dan
menurunkan berat badan (Peters et al., 2007). Olahraga yang
dilakukan yaitu menggabungkan antara napas dalam, shiatsu dan
tekhnik relaksasi otot progresif.

Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan


keperawatan yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien
bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat (menahan
inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas
secara perlahan. Teknik relaksasi nafas dalam juga dapat
meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenisasi darah,
menurunkan frekuensi pernapasan, frekuensi jantung, ketegangan
otot dan mengurangi stress fisik maupun emosional (Smeltzer &
Bare, 2002; McCaffery, 1998).

Penelitian yang dilakukan Lee et al., (2003) membuktikan bahwa


penggunaan teknik relaksasi pernapasan diafragma signifikan
menurunkan tekanan darah sistolik (p< 0,001) dan diastolik (P <
0,005). Teknik pernafasan tersebut dilakukan selama 3 minggu
dengan teknik napas dalam sebanyak tiga kali dalam 5 menit.

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
48

Namun Pandic (2008) menemukan bahwa pemberian teknik


relaksasi pernapasan pada penderita hipertensi tidak menunjukkan
adanya perubahan yang signifikan terhadap penurunan tekanan
darah sistolik 3,9 mmHg dan diastolik 1,5 mmHg. Oleh karena itu
maka dapat disimpulkan bahwa teknik relaksasi yang dilakukan
secara rutin memiliki efek langsung dalam menigkatkan
sensitivitas baroreflek dan memiliki keberhasilan dalam jangka
pendek. Teknik relaksasi napas dalam memiliki keterbatasan bila
kurangnya kontrol dan efisien pada kedalaman pernapasan maka
tidak mempengaruhi sensitifitas barorefleks (Cernes &
Zimlichman, 2015).

Terapi masase shiatsu merupakan bentuk terapi komplemeneter


dikembangkan di negara Jepang yang berasal dari negara Cina.
Masase seperti Shiatsu merupakan pandangan dari kedokteran
timur dan kesehatan (Levine & Levine, 1999). Shiatsu sudah
digunakan oleh beberapa negara dengan nama Zen Shiatsu,
Makrobiotik Shiatsu, Healing shiatsu. (Robinson, Lorenc, & Liao,
2011). Shiatsu secara harfiah terdiri dari kata .Shi : jari dan Atsu :
tekanan (Wernicke, et al 2005), berarti tekanan jari dengan
menggunakan manipulasi lembut, peregangan dan tekanan
menggunakan jari, jempol, siku, lutut dan kaki. Shiatsu
menggabungkan akupresur yang hampir sama pada titik-titik
tekanan tertentu pada meridian (Robinson, Lorenc, & Liao, 2011).

Senam shiatsu yang digunakan yaitu gerakan dengan melakukan


penekanan pada bagian titik tertentu pada saat dilakukan olahraga
seperti senam. Terapi shiatsu sering digunakan untuk sakit kepala,
kaku leher dan bahu, sakit punggung, insomnia, ketegangan,
kecemasan, depresi dan masalah pada peredaran darah. Shiatsu
juga digunakan pada pendekatan holistik seperti meningkatkan

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
49

kesejahteraan, gaya hidup, pola makan, dan pikiran (Robinson,


Lorenc & Liao, 2011).

Relaksasi otot progresif merupakan suatu kegiatan menegangkan


dan merilekskan kelompok otot secara bertahap (Synder &
Lindquist, 2010). Relaksasi otot progresid melibatkan 16
kelompok otot mencakup otot wajah, leher, pundak, dada,
abdomen, seluruh bagian tangan kiri dan kanan, lengan bawah dan
tangan kiri dan kanan, seluruh kaki kiri dan kanan, kaki dan tungkai
kaki kiri dan kanan (Bernstein, Borkovec & Hazlett, 2000).
Relaksasi otot progresif secara fisiologi dapat menurunkan
konsumsi oksigen, metabolisme, pernapasan, ketegangan otot,
kontraksi ventrikular yang prematur dan tekanan darah sistol dan
diastolik dan meningkatkan gelombang alfa otak (Jacobson dalam
Synder & Lindquist, 2010). Menurut hasil penelitian Thomas tahun
(2013) bahwa tekhnik relaksasi otot progresid dapat menurunkan
tekanan darah. . Hasil penelitian yang menggunakan tekhnik
relaksasi otot progresif memberikan dampak pada penurunan
tekanan darah (Hamarno, Nurachmah & Widyatuti, 2010).

2.8.1.7 Obesitas
Kelebihan berat badan lebih dari indeks masa tubuh (IMT) lebih
besar dari 30 kg/m2 menyebabkan terjadinya hipertensi dimana
semakin besar massa tubuh makan semakin banyak darah yang
dibutuhkan untuk menyuplai oksigen dan nutrisi keotot dan
jaringan lain (Black & Hawks, 2009). Turunkan berat badan ke
normal (IMT 18,5-24,9 kg/m2), menurunkan berat badan bisa
merendahkan tekanan darah sistolik 5-20 mmHg per 10 kg
penurunan berat badan. Kelebihan berat badan, yang ditunjukkan
dengan IMT bila melebihi 27 kg/m2. (Krafkoft et al, 2014).

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
50

2.8.1.8 Faktor sosial


Faktor sosial pada lansia yaitu hilangnya pekerjaan, pendapatan
yang menurun sehingga mempengaruhi kondisi psikis dan
menyebabkan strss. Kondisi sosial ekonomi juga mempengaruhi
seseorang untuk berobat ke pelayanan kesehatan (Meiner, 2011).

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang berkumpul bersama


oleh suatu ikatan yang saling berbagi dan mempunyai kedekatan
emosional dan yang mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian
dari keluarga (Friedman, Bowden & Jones, 2010). Keluarga adalah
unit dasar dalam mengembangkan, mengatur, dan menjalankan
perilaku kesehatan yang meliputi nilai kesehatan, kebiasaan hidup
sehat dan persepsi terhadap kesehatan (Stanhope & Lancaster,
2012). Penelitian menunjukkan, dukungan keluarga berhubungan
dengan perilaku kesehatan (Pender, Murdaugh & Parson, 2002).

Kesehatan keluarga dapat tergambar dari kemampuan keluarga


memberikan bantuan kepada anggota keluarga untuk memenuhi
kebutuhan perawatan diri dan kemampuan keluarga memenuhi
fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri dan
kemampuan keluarga memenuhi fungsi keluarga serta mencapai
tugas perkembangan yang sesuai dengan tingkat perkembangan
keluarga (Friedman, Bowden & Jones, 2003). Penelitian yang
dilakukan Zulfitri (2006) bahwa adanya perhatian keluarga pada
lansia dengan hipertensi dalam mengontrol kesehatannya. Bentuk
perhatian keluarga berupa membantu dan merawat lansia dengan
penuh kasih sayang, menunjukkan wajah yang menyenangkan saat
membantu dan melayani lansia, keluarga membantu lansia dalam
pemeriksaan kesehatan lansia dan mengetahui obat yang
dikonsumsi lansia.

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
51

2.8.1.9 Psikologi.
Gangguan stres, kecemasan, depresi atau ketegangan jiwa (rasa
tertekan, murung, marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah dan
khawatir) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan
hormon adrenalin dan memacu kerja jantung berdenyut lebih cepat
serta lebih kuat, sehingga tekanan darah meningkat sehingga
menggangu pola tidur (Kozier, 2004).

2.8.2 Regulasi diri.


Regulasi diri yaitu dengan perilaku monitor diri terhadap tanda dan gejala
berupa identifikasi situasi yang dapat menyebabkan tekanan darah,
mengapa darah tinggi berubah, akibat yang dapat disebabkan gejala,
membuat keputusan terhadap pengalaman terdahulu yang menyebabkan
tekanan darah tinggi dan target yang ingin dicapat pada nilai tekanan darah.

2.8.3 Interaksi dengan tenaga kesehatan dan sosial.


Penderita hipertensi melakukan interaksi kesehatan dengan tenaga
kesehatan pengobatan yang dilakukan, pengobatan yang sesuai dengan
penderita hipertensi. Interaksi sosial seperti masyarakat dan keluarga dalam
membantu lansia dalam mengontrol tekanan darah tinggi. Kekuatan
keluarga yaitu kemampuan untuk menyediakan kebutuhan fisik, emosi dan
spritual keluarga dan peka terhadap kebutuhan anggota keluarga serta
memberikan dukungan, keamanan, dorongan dan serta serta membantu
disaat yang tepat (otto 1963 dalam Hitchcock, Schubert & Thomas, 2002).
Motivasi untuk latihan dipengaruhi oleh lingkungan sosial individu.
Interaksi sosial dapat menjadi positif atau negatif. Dukungan sosial untuk
kegiatan fisik didefinisikan dalam literatur sebagai pengaruh antar pribadi
yang merupakan dukungan dari orang lain untuk perilaku seseorang
(Jackson, 2003). Dukungan sosial juga didefinisikan sebagai hubungan
interpersonal yang memberikan bantuan dan perlindugan kepada orang lain
baik anggota keluarga, teman dan tenaga kesehatan (Mc. Auley,et all 2003).

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
52

2.8.4 Monitoring Diri


Monitoring diri yaitu dengan mengontrol tekanan darah tinggi ketika merasa
sakit dan mengontrol darah tinggi dengan dibantu oleh saudara dan teman
yang pernah mengalami tekanan darah tinggi (Akhter, Nargis, 2010).
Menurut hasil penelotian Irwan, et all (2016) di wilayah Sulawesi Utara
terhadap 140 responden Lansia tidak teratur mengunjungi layanan
kesehatan di puskesmas dianggap fasilitas kesehatan pertama untuk
memperoleh pelayanan kesehatan dasar bagi lansia di masyarakat. Lansia
dengan jenis kelamin perempuan jarang sekali memeriksa dan mengotnrol
kesehatan hal ini disebabkan akses ke pelayanan kesehatan seperti
puskesmas jauh dan lansia memiliki kegiatan di rumah seperti mengasuh
cucu sehingga jarang sekali mengontrol kesehatan. Lansia cenderung untuk
mengakses layanan kesehatan hanya ketika mereka memiliki masalah
kesehatan yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk melakukan
kegiatan sehari-hari. Dengan demikian, ketika tidak ada keluhan kesehatan,
mereka tidak berpikir mereka perlu mengunjungi posindu dan puskesmas
atau untuk mengubah gaya hidup mereka. Melakukan penilaian kesehatan,
seperti melakukan check-up fisik dan mengukur tekanan darah, dan kadar
kolesterol pada lansia ketika mengunjungi pelayanan kesehatan. Oleh
karena itu, akses untuk memperoleh informasi kesehatan tidak dianggap
sebagai alasan utama untuk pergi secara teratur.

2.8.5 Pemantauan Diri dan Kepatuhan terhadap Regimen pengobatan.


Pengobatan yang dianjurkan sesuai dengan dosis, keteraturan minum obat
dan jadwal yang disarankan untuk melakukan kontrol ulang. Lansia yang
memiliki hipertensi mengkonsumsi obat seumur hidup dan perlunya
pemantauan dosis yang disesuaikan dengan kondisi lansia dan nilai tekanan
darah. Faktor pokok dalam mengevaluasi pilihan benar dari pengobatan
adalah keinginan kuat dalam mengontrol tekanan darah, pilihan obat sesuai
toleransi dan keamanan dan ada kemauan klien untuk konsisten dalam
pengobatan jangka panjang (Black & Hawk, 2009; Le Mone & Burke,
2008).

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
53

2.1 Skema Model Integrasi Teori manajemen pelayanan, community as partner,


Family Centered Nursing, konsekuensi fungsional dan manajemen diri
Manajemen Community as Family Center Nursing Teori Manajemen Diri (Akhter,
Pelayanan Partner (Friedman, 2010) konsekuensi 2010)
Kesehatan (Marquis (Anderson & Fungsional Integrasi diri (pengetahuan),
Mc.Farlane, 2011) Fungsi keluarga, struktur (Miller, Regulasi diri (Tanda dan
& Haston, 2012)
kekuatan keluarga, peran 2012) gejala hipertensi,
Manajemen Demografi, suku, keluarga, struktur keterampilan dalam
pelayanan kesehatan : nilai/keyakinan, kekuatan keluarga, stress mengontrol dan mencegah ,
lingkungan, yankes dan koping keluarga. Mental, Interaksi dengan petugas
perencanaan, fisik,
dan yansos, ekonomi, kesehatan dan sosial,
kepersonaliaan, emosional,
komunikasi, edukasi, monitoring diri tekanan darah
pengorganisasian, sosial &
rekreasian presespi spiritual, dan pemantauan diri serta
pengarahan dan
pengawasan.
c regimen terapeutik

Diagnosis keperawatan

Identifikasi masalah-masalah
menajemen pelayanan, komunitas,
keluarga & individu
Susun prioritas masalah

Rencana Keperawatan
Menyusun tujuan, identifikasi sumber-sumber, definisikan
pendekatan alternatif, pilih intervensi keperawatan,

Intervensi
Manajemen pelayanan : menjalin kemitraan, pemberdayaan masyarakat pembentukkan
posbindu, pembentukan kelompok SHG.

Komunitas : pendidikan kesehata dikomunitas. Sharing, konseling, monitor tekanan darah


dan pemantauan regimen pengobatan.

Keluarga : pendidikan kesehatan, sikap, keterampilan dan manajemen diri

Evaluasi keperawatan

Tekanan darah, Pengetahuan, sikap,


keterampilan dalam manajemen diri

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
54

BAB 3
KERANGKA KERJA DAN PROFIL WILAYAH

Kerangka kerja menjelaskan dan menguraikan keterkaitan antara manajemen


pelayanan kesehatan, asuhan keperawatan komunitas dan asuhan keperawatan
keluarga pada aggregate lansia dengan hipertensi di Kelurahan Srengseng Sawah.
Kerangka kerja yang digunakan dalam pengelolaan aggregate lansia dengan
hipertensi menggunakan integrasi teori manajemen keperawatan, Community As
Partner, Family Center Nursing, konsekuensi fungsional dan manajemen diri.

3.1 Kerangka Kerja


Wilayah praktik manajemen pelayanan kesehatan dilakukan di Wilayah Sukudinas
Kesehatan Jakarta Selatan yang mana lansia dengan hipertensi termasuk dalam
program pengendalian penyakit tidak menular (Kemenkes, 2016). Puskesmas
Kecamatan Jagakarsa merupakan faktor pendukung dalam supervisi kegiatan di
komunitas dengan integrasi wilayah praktik keperawatan komunitas dan keluarga
di Kelurahan Srengseng Sawah dalam implementasi kegiatan untuk meningkatkan
status kesehatan di masyarakat yang berfokus pada aggregate lansia yang
mengalami hipertensi. Kerangka kerja yang digunakan dengan mengintegrasikan
teori manajemen pelayanan kesehatan, asuhan keperawatan komunitas serta asuhan
keperawatan keluarga dengan menggunakan model manajemen pelayanan
kesehatan, community as partner, family center nursing, konsekuensi fungsional
dan manajemen diri.

Manajemen pelayanan kesehatan digunakan untuk mencapai tujuan spesifik dari


program yang dibuat dalam jangka waktu yang ditentukan secara bersama dan tidak
terlepas dari perencanaan, pengorganisasian, kepersonaliaan, pengarahan dan
pengawasan (Ervin, 2002; Marquis Houston, 2010). Asuhan keperawatan
komunitas yang digunakan dengan model pengkajian community as partner yang
meliputi pengkajian inti, subsistem dan persepsi (Anderson & McFarlane, 2011).
Asuhan keperawatan keluarga menggunakan teori family center nursing
(Friedman, Bowden & Jones, 2010) dan pada lansia dengan hipertensi

Universitas Indonesia
54
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
55

menggunakan konsekuensi fungsional (Miller, 2012) dan manajemen diri (Akhter,


2012).

Kerangka kerja praktik keperawatan komunitas di Wilayah Srengseng Sawah pada


aggregate lansia dengan hipertensi tergambar dalam skema 3.1 berikut ini :

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


KERANGKA KONSEP INTEGRASI TEORI MANAJEMEN KEPERAWATAN, CAP, FCN, KONSEKUENSI FUNGSIONAL DAN MANAJEMEN DIRI

INPUT PROSES OUTPUT


1. Sejarah : riwayat kesehatan lansia dengan hipertensi Masalah Manajemen Pelayanan Kesehatan
2. Demografi : total penduduk lansia di Jakarta, Jaksel Keperawatan
usia rata-rata lansia yang ada di kelurahan srengseng terkait hipertensi : 1. Perencanaan
sawa, karakterstik lansia. 1. Manajemen Kemitraan
3. Statistik vital : usia harapan hidup lansia, mortalitas & 2. Komunitas a. Menjalin kerjasama Menjalin kerjasama dengan Sudinkes terkait
morbiditas lansia dengan hipertensi yang masih 3. Keluarga kebijakan program melalui diseminasi
melakukan kontrol kesehatan terkait program GESIT b.Menjalin kerjasama dengan Puskesmas terkait pelaksanaan program
MANDIRI. melalui diseminasi Indikator Pelayanan Kesehatan
4. Etnisitas : gaya hidup, kebiasaan lansia yang c. Menjalin kerjasama dengan kelurahan terkait pelaksanaan program
menyebabkan hipertensi. Inovasi GESIT melalui lokakarya mini 1. Terlaksananya sistem GESIT MANDIRI
5. Nilai dan kepercayaan : nilai dan kepercayaan MANDIRI Bina Suasana 2. Tersosialisasinya kelompok kader
masyarakat terkit pencegahan, kontrol hipertensi a. Membina hubungan saling percaya dengan sudinkes, puskesmas, GESIT MANDIRI
Tujuan :
dipelayanan kesehatan dan budaya. kelurahan, kader dan masyarakat. 3. Terbentukknya kelompok GESIT
Lansia mampu
6. Lingkungan fisik psikososial : lapangan olahraga, b.Perencanaan kegiatan dan pembentukkan program MANDIRI
sarana olahraga, ruang pelayanan untuk kegiatan di RW menyadari akibat, 4. Peningkatan peran serta kader terhadap
c. Pembuatan modul manajemen diri hipertensi dan modul pendidikan
untuk mengadakan pelayanan kesehatan, stressor lansia tanda gejala diri bagi tenaga keseatan penanganan hipertensi
yang menyebabkan tekanan darah. hipertensi, d.Menjalin kerjasama pembentukkan kelompok lansia sadari 5. Peningkatan anggota GESIT MANDIRI
7. Pelayanan Kesehatan mengelola dampak hipertensi (GESIT MANDIRI), rekruitmen pembentukkan dalam melakukan supervisi dan umpan
 Perencanaan : visi misi tujuan yang ingin dicapai dari hipertensi posbindu. balik
terkait program PTM hipertensi/ lansia dari dengan e. Perencanaan SDM, dana, sarana prasarana serta tempat
Kemenkes, Dinkes Jakarta Sukudinas Jaksel, dan pengalaman yang 2. Pengorganisasian
puskesmas jagakarsa, pusling cipedak dan pernah dirasakan a. Pembentukkan GESIT MANDIRI, struktur GESIT MANDIRI
masyarakat. untuk tetap sehat, b.Pelatihan petugas puskesmas, pelatihan kader
 Pengorganisasian : struktur organisasi staf antara mandiri di usia 3. Pengarahan
Kemenkes, Dikes Jaksel, Sukudinas, dan terkait lanjut. a. Motivasi, pembinaan kader.
program hipertensi : promkes, olahraga, obat b.Sharing tentang kader yang mempunyai keluarga, teman yang
tradisional terkait program GESIT MANDIRI. mempunyai penyakit hipertensi.
 Pengarahan: pelatihan program terkait inovasi GESIT c. Pemberian materi hipertensi, supervisi kader penyuluhan hipertensi,
MANDIRI, pendampingan kader home care.
 Pengontrolan : instruksi pelaksanaan terkait program 4. Pengendalian
GESIT MANDIRI mulai dari tingkat Kemenkes, a. Supervisi kader
Sudin Jaksel, Puskesmas dan masyarakat. b.Monitoring GESIT MANDIRI
 Pengawasan : monev program terkait program GESIT c. Evaluasi program
MANDIRI.
8. Politik dan pemerintahan : program kebijakan
kesehatan terkait GESIT MANDIRI : promkes,
olahraga, terapi komplementer dan obat tradisional.

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


57
INPUT PROSES OUTPUT

9. Transportasi dan keamanan: transportasi lansia menuju


kepelayanan kesehatan baik tingkat RS, Puskesmas, Indikator Askep Komunitas
Askep Komunitas
Posbindu.
10. Ekonomi : ketergantungan lansia terhadap keluarga 1. Melakukan skrining pengukuran tekanan darah. 1. Pengontrolan risiko komunitas penyakit
dalam mendapatkan pelayanan kesehatan seperti 2. Pendidikan kesehatan mengenai hipertensi, diet hipertensi, hipertensi.
pendaftaran BPJS, pendapatan atau pengeluaran lansia pengukuran IMT, kebutuhan kalori, olahraga senam SPR (napas 2. Penurunan faktor risiko penyakit
dalam memenuhi kebutuhan hidup, makanan yang dalam, shiatsu dan relaksasi otot progresif). 3. Peningkatan pengetahuan, sikap dan
dikonsumsi untuk mengontrol tekanan darah, dana 3. Sharing tentang pengalaman terkait hipertensi yang dialamai, ketrampilan dan manajemen diri dengan
simpanan untuk kesehatan. dirasakan, pencegahan dan pengobatan yang pernah dilakukan. GESIT MANDIRI
11. Komunikasi : sumber informasi kesehatan terkait 4. Melakukan konseling dengan petugas kesehatan. 4. Peningkatan perilaku positif lansia dalam
program GESIT MANDIRI : promkes baik media Model intervensi
5. Pemantauan kesehatan lansia melalui GESIT MANDIRI dengan mengontrol tekanan darah
leaflet, perkumpulan. Komunikasi antar keluarga pada GESIT 5. Terjadinya penurunan tekanan darah
pemberian buku monitoring diri.
lansia yang menderita hipertensi. MANDIRI: 6. Pemantauan regimen pengobatan. 6. Terjadinya peningkatan aktifitas fisik
12. Edukasi : pendidikan mengenai pencegahan,
penanganan dan pengontrolan hipertensi melalui 1. Proses kelompok
program GESIT MANDIRI. 2. Pendidikan
13. Rekreasi : akses sarana rekreasi yang sering dilakukan kesehatan
untuk menghilangkan stress. 3. Pemberdayaan
Indikator Askep Keluarga
14. Presepsi keluarga/ lansia terhadap penyakit hipertensi. 4. Kemitraan
13. Komposisi keluarga (anggota keluarga, usia, jenis Askep Keluarga 1. Peningkatan kemandirian keluarga pada
kelamin, pendidikan, dan pekerjaan anggota keluarga level III dan level IV.
1. Pendidikan kesehatan dan pemberdayaan keluarga
sebagai pendukung manajemen diri lansia) 2. Peningkatan pengetahuan, keterampilan
2. Terapi GESIT MANDIRI
14. Fungsi perawatan keluarga lansia dengan hipertensi : dan sikap keluarga pada lansia dengan
3. Pengukuran tekanan darah pada lansia dengan hipertensi
 Integrasi diri (praktik diet, aktivitas fisik, aktivitas hipertensi.
harian, istirahat) 3. Penurunan tekanan darah
 Regulasi diri (status kesehatan yang dirasakan,
tindakan perawatan diri, terapi komplementer yang
digunakan, faktor penghambat perawatan diri)
 Interaksi dengan profesional kesehatan
(konseling,dukungan keluarga dan sosial)
 Monitoring diri (pemeriksaan rutin pengontrolan
tekanan darah di pelayanan kesehatan)
 Pemantauan diri dan regimen terapeutik (jadwal
pengoabatan, konsumsi obat dan dosis yang tepat)
19 Struktur kekuatan keluarga (peran lansia dalam
keluarga, pengambil keputusan untuk melakukan
manajemen diri)
20 Stress dan koping keluarga lansia dengan hipertensi
(perubahan yang terjadi karena hipertensi, jenis stresor
dari manajemen hipertensi, manajemen koping
terhadap stressor, tindakan terhadap perubahan pada
lansia)

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


58

Indikator keberhasilan manajemen diri pada aggregate lansia dengan hipertensi


yaitu dengan hasil angket dan wawancara pada saat melakukan praktik keperawatan
komunitas dari bulan September 2015 – April 2016. Indikator keberhasilan diukur
melalui hasil angket berupa angket pengetahuan, sikap, tindakan dan manajemen
diri pada aggregate lansia dengan hipertensi.

3.2 Profil Wilayah Srengseng Sawah


Praktik asuhan keperawatan komunitas di wilayah Kelurahan Srengseng Sawah
yang mana memiliki luas wilayah 674,70 Ha dengan batas wilayah sebelah utara
berbatasan dengan Kelurahan Lenteng Agung, sebelah timur berbatasan Kali
Ciliwung, sebelah selatan berbatasan Kota Depok dan sebelah barat berbatasan
dengan Kelurahan Ciganjur dan Kelurahan Cipedak. Kelurahan Srengseng Sawah
terdiri dari 19 RW dan 156 RT dengan total populasi penduduk sebanyak 80.960
jiwa. Jumlah lansia berumur 60-74 tahun berjumlah 6.607 Jiwa dimana proporsi
lansia 8,16% pada wilayah Srengseng sawah. (Kelurahan Srengseng Sawah, 2016).

Pelayanan Kesehatan yang terdapat di Srengseng Sawah yaitu terdapat 1 Puskesmas


Jagakarsa yang merupakan pelayanan kesehatan masyarakat dan terdapat 1 Pusling
khusus untuk penyakit PTM (Puskesmas Kecamatan Jagakarsa, 2016). Puskesmas
Srengseng Sawah mengalami peralihan pada tahun 2015 menjadi Puskesmas
Jagakarsa sehingga daya tampung gedung dan bangunan tidak mencukupi untuk
melayani pasien yang berobat sehingga pelayanan terhadap lansia dilakukan di
Pusling untuk pelayanan PTM termasuk lansia. Kelurahan Srengseng Sawah
memiliki 169 orang kader, 19 buah posbindu lansia (3 yang aktif).

Hasil observasi bahwa kegiatan yang dilakukan oleh posbindu lansia yaitu yang
sering dilakukan pencatatan, pengukuran, penimbangan berat badan dan mengukur
tekanan darah satu bulan sekali. Kegiatan dilakukan biasanya oleh anggota forum
kesehatan lanjut usia (FKLU). Alat-alat kesehatan dari Kelurahan telah
memberikan namun cara penggunaan banyak dari kader tidak tahu dan adanya stick
tes yang sudah kadarluarsa. Setiap bulan posbindu lansia melaporkan di kelurahan
dan kecamatan. Namun untuk kegiatan tidak adanya pendampingan yang dilakukan

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


59

baik oleh kelurahan, kecamatan dan puskesmas. Hasil observasi di atas


menunjukkan bahwa belum optimalnya posbindu lansia di Kelurahan Srengseng
Sawah. Jarak antara rumah warga ke Puskesmas Jagakarsa > 1 KM hal ini
menyebabkan akses ke sana susah. Angkot menuju ke puskesmas Jagakrasa 2 kali.
Sebagian besar penduduk Srengseng Sawah berobat di puskesmas Kecamatan
Jagakarsa dan sebagian kecil berobat di Pusling. Banyak klinik swasta yang berdiri
di Wilayah Srengseng Sawah.

Hasil wawancara dengan terkait kegiatan kesehatan dan posbindu PTM Suku Dinas
kesehatan Jakarta Selatan bahwa sukudinas kesehatan bertanggung jawab sebagai
badan pengawas, sedangkan untuk kegiatan sendiri bahwa puskesmas yang
mempunyai program dan kegiatan. Hasil wawancara dengan Puskesmas program
lansia bahwa lansia yang memiliki penyakit hipertensi masuk ke dalam kategori
program PTM. Belum optimalnya pemberian informasi kesehatan di wilayah
Srengseng Sawah disebabkan karena kurangnya pegawai sehingga hanya melayani
di Puskesmas. Warga sering melakukan pengobatan dan pelayanan kesehatan di
Klinik Swasta yang tidak jauh dari rumah hal ini disebabkan karena antrian yang
panjang dan penuh di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa. Hasil wawancara dengan
kader bahwa kegiatan posbindu lansia dilakukan pada lansia yang ikut dalam
anggota FKLU. Kader mengatakan bahwa penyuluhan kesehatan tentang lansia
dengan hipertensi belum pernah dilakukan, namun mengenai pendidikan kesehatan
dapat informasi dari kelurahan yang tiap bulan mengadakan raker. Namun di
masyarakat sendiri belum ada. Informasi kesehatan mengenai tekanan darah tinggi
dan kegiatan posbindu lansia belum terlaksana sepenuhnya sehingga berdampak
pada kurangnya pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat mengenai tekanan
darah tinggi serta akses pelayanan kesehatan untuk monitor tekanan darah setiap
bulan tidak terkontrol secara rutin.

Hasil winshley survey mendapatkan bahwa akses jalan menuju ke Puskesmas


kecamatan Jagakarsa minimal 2 kali naik angkutan umum. Lapangan untuk
kegiatan di RW masing-masing kecil, adapun RW yang tidak memiliki lapangan
untuk olahraga bersama. Lansia cenderung diam dirumah dan hanya mengikuti

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


60

acara pengajian yang diadakan RW setempat. Rata-rata jarak rumah dengan jalan
1-2 meter. Hal ini menyebabkan kebisingan lansia sehingga menyebabkan salah
satu faktor penyebab peningkatan tekanan darah pada lansia.

3.3.Inovasi GESIT MANDIRI


Program kesehatan dan mengendalikan hipertensi dilakukan dengan menggunakan
berbagai evidence based. Tahapan yang dilakukan dalam gerakan lansia sadari
hipertensi dengan manajemen diri (GESIT MANDIRI) dengan melakukan :
3.3.1 Pengkajian
Melakukan pengkajian dengan menggunakan kuesioner (terlampir)
Pengkajian yang dilakukan yaitu pada bulan September 2015 yaitu dengan
melakukan skreening pengukuran tekanan darah pada lansia dengan
hipertensi dengan nilai tekanan darah ≥ 140/90 mmHg pada Wilayah
Srengseng Sawah dan dilakukan pertanyaan mengenai riwayat penyakit 3
bulan yang lalu. Setelah dilakukan skreening maka dilakukan penyebaran
angket berupa data demografi, pengetahuan, sikap, ketrampilan dan
manajemen diri pada lansia dengan hipertensi sebanyak 57 lansia.
3.3.2 Pembentukkan Kelompok Self help Group GESIT MANDIRI
3.3.2.1 Pelaksanaan
Langkah awal sebelum memulai aktifitas kelompok adalah
menjelaskan tentang konsep self help group mengorganisasikan
kelompok pada lansia dengan hipertensi pada pertemuan awal/
pertama. Menetapkan tenaga kesehatan sebagai fasilitator dalam hal
ini residen keperawatan komunitas dan petugas puskesmas. Menjaga
kerahasiaan hasil dari angket, menentukan waktu pertemuan pada
dengan masyarakat didapatkan hasil setiap hari Senin, Rabu dan
Sabtu. Kegiatan pembentukkan SHG dimulai hari Senin, 19 Oktober
2016 pelaksanaan dilaksanakan pada Pagi hari setiap pukul 07.30
Wib dan menjelaskan kegiatan yang dilakukan. Empat langkah
kegiatan SHG dalam meningkatkan manajemen diri dengan
mengintegrasikan manajemen diri dalam tahapa langkah I sampa
Langkah IV:

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


61

1. Langkah I : Memahami masalah


Kegiatan ini dilakukan pada pertemuan ke pertama yang
dilakukan fasilitator menjelaskan dan memperagakan cara
mengidentifikasi masalah dan peserta dimotivasi untuk
mengungkapkan masalah kesehatan hipertensi yang pernah
dialami lansia untuk memiliki daftar masalah dan memilih
pendidikan kesehatan dan pembuatan modul pembelajaran
mengenai hipertensi.
2. Langkah II : cara untuk menyelesaikan masalah
Kelompok menyusun daftar cara penyelesaian masalah dan
ditulis di buku monitoring diri. Mendiskusikan cara
menyelesaikan masalah yang sudah dipilih. Kelompok
menyusun daftar cara penyelesaian masalah dan ditulis di buku
kerja.
3. Langkah III : memilih cara penyelesaian masalah
Mendiskusikan tiap-tiap cara penyelesaian masalah yang ada
dalam daftar penyelesaian masalah dam memilih cara
penyelesaian masalah.
4. Langkah IV : melakukan cara penyelesaian masalah. Lansia
akan mencoba koping adaftif untuk mengatasi koping maladaptif
yang dimilikinya dalam mengatasi tanda dan gejala dalam
mengontrol tekanan darah.

3.3.3 Manajemen Diri (Intervensi GESIT MANDIRI)


3.3.3.1 Integrasi diri
Pendidikan Kesehatan mengenai darah tinggi , kontrol Tekanan
Darah, makanan (DASH, JNC-8), garam yang dikonsumsi pada saat
masak bila lansia tinggal bersama keluarga, keluarga yang mengisi,
buah dan sayur, berhenti merokok, latihan SPR dimana akan ada
latihan pemanasan gerakan latihan shiatsu, gerakan kegel atau pelvic
dan pendingan menggunakan relaksasi otot progresif dan masase

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


62

shiatsu pada bagian kepala bila mengalami gejala hipertensi.


Kegiatan pendidikan kesehatan dilakukan mulai pada tanggal 26
Oktober – 14 Desember 2015 setiap hari Senin jam 8.00 wib
sebanyak 8 kali pendidikan kesehatan. Setiap hari Rabu dimulai
tanggal 4 November - 9 Desember 2015 dilakukan senam bersama
SPR sebanyak 6 kali.
3.3.3.2 Regulasi Diri
Lansia mengisi formulir tanda dan gejala yang dirasakan ketika
terjadi hipertensi berupa kolom checklist pada buku monitoring diri.
Regulasi diri dilakukan setiap kali pertemuan di hari Senin.
3.3.3.3 Interaksi dengan tenaga kesehatan
Interaksi dengan tenaga kesehatan berupa konseling tentang
hipertensi yang dialami, bagaimana lansia mampu berbicara dengan
keluarga saat mengalami gejala sakit kepala dan intervensi
keperawatan yang dirasakan tidak nyaman dan akan diganti.
3.3.3.4 Monitor Diri
Monitoring diri berupa Pembentukkan posbindu di RW dan Kontrol
tekanan darah secara rutin di Posbindu setiap bulan. Pembentukkan
posbindu Pada bulan Maret 2016 diharapkan lansia dapat
memonitor tekanan darah secara berkala.
3.3.3.5 Pemantauan diri dan kepatuhan terhadap regimen pengobatan
Keteraturan minum obat, konsumsi obat sesuai dengan jadwal yang
diberikan, dan konsumsi obat sesuai dengan dosis. Pemantauan
dilakukan selama 3 bulan mulai dari bulan Februari, Maret sampai
April 2016.

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


63

3.4 Kerangka Pelaksanaan GESIT MANDIRI

Integrasi Diri
Pendidikan kesehatan

Regulasi diri : sharing tanda dan


gejala serta menyadari kesehatan.
Pengetahuan, sikap,
Interaksi sosial dan tenaga kesehatan : Keterampilan
konseling lansia hipertensi dalam
mengendalikan tekanan
Monitoring tekanan darah dengan darah.
pembentukkan posbindu.

Pemantauan diri dan kepatuhan


terhadap regimen pengobatan

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


64

BAB 4
PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA
AGGREGATE LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI KELURAHAN
SRENGSENG SAWAH KECAMATAN JAKARTA SELATAN
KOTA JAGAKARSA

Bab ini menjelaskan dan menguraikan analisa situasi manajemen pelayanan


keperwatan komunitas khususnya upaya pengelolaan kesehatan pada aggregate
lansia dengan hipertensi di Kelurahan Srsengseng Sawah.

4.1 Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas


Uraian berikut menjelaskan analisa situasi penerapan manajemen pelayanan
keperawatan komunitas khususya upaya pengelolaan kesehatan pada aggregate
lansia dengan hipertensi. Analisis manajemen pelayanan dengan menggunakan
pendekatan teori fungsi manajemen menurut Marquis dan Huston (2012) yang
terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, personalia, pengarahan, dan
pengawasan pada program lansia dengan hipertensi di Suku Dinas Kesehatan Kota
Adminisrasi Jakarta Selatan dan Puskesmas Kecamatan Jagakarsa.

4.1.1 Analisis Situasi Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas


4.1.1.1 Perencanaan.
Perencanaan dimulai dari visi misi untuk mencapai tujuan.
Perencanaan program Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan adalah
menjadikan unit yang profesional dalam mendorong terwujudnya
kota administrasi Jakarta Selatan. Sedangkan misi suku dinas
kesehatan Jakarta Selatan ada 6 (enam) yaitu mengendalikan
penyakit dan mencegah terjadinya kejadian luar biasa (KLB),
memberdayakan dan meningkatkan kemampuan SDM kesehatan,
meningkatkan saran dan prasarana kesehatan, meningkatkan mutu
sistem pemasaran sosial kesehatan yang inovatif, menggalang
kemitraan dengan berbagai sektor dan seluruh potensi yang ada di
masyarakat, mengembangkan sistem informasi kesehatan (SIK)
sesuai dengan kemajuan teknologi. Dapat disimpulkan bahwa isi

64 Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


65

pada Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan yaitu peningkatan


sumber daya manusia dalam rangka pemerataan pelayanan
kesehatan serta pencegahan masalah kesehatan termasuk lansia
dengan hipertensi.

Visi dan misi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan mengacu pada
visi dan misi Dinas Kesehatan DKI Jakarta, namun misi Dinas
Kesehatan ketiga (penguatan bidang kesehatan masyarakat melalui
upaya promotif dan preventif sampai dengan tingkat kelurahan) dan
misi Dinas Kesehatan keenam (meningkatkan pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan) tidak tertuang dalam misi Suku
Dinas Kesehatan Jakarta Selatan. Visi misi Puskesmas Jagakarsa
sesuai dengan visi misi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan,
dimana telah mencakup untuk program kesehatan pada lansia.
Perencanaan program lansia di tingkat suku dinas kesehatan Jakarta
selatan telah tertuang dalam renstra 2013-2017. Rencana Strategis
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan mengacu pada Rencana
Strategis Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Rencana strategis ini telah
disesuaikan dengan RPJMD Provinsi DKI Jakarta. Terdapat rencana
tahunan program lansia di Suku Dinas Kesehatan sebagai banwaslu
dalam memnatau pelaksanaan program program kerja dari Sudinkes
Jakarta Selatan.

Perencanaan anggaran juga membutuhkan visi, kreativitas, dan


seluruh pengetahuan politik, sosial, dan ekonomi untuk
meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat (Marquis & Huston,
2012). Kesejahteraan suatu instansi tergantung pada pengelolaan
keuangan yang efektif. Pengelolaan keuangan yang efektif tersebut
dapat memberikan pengaruh yang positif bagi pengembangan suatu
instansi apalagi didukung oleh pelaksanaan prosedur anggaran yang
memadai. Prosedur dalam anggaran mencakup fungsi perencanaan
dan pengawasan anggaran. Fungsi perencanaan dan pengawasan

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


66

pengeluaran keuangan merupakan suatu kegiatan yang tidak kalah


pentingnya untuk mengurangi penggunaan keuangan yang tidak
adekuat. Cara mengurangi penggunaan keuangan yang tidak adekuat
maka diperlukan penyusunan anggaran secara terstruktur.
Penyusunan anggaran merupakan suatu kegiatan yang kompleks
karena berkaitan juga dengan fungsi perencanaan dan pengawasan
(Gillies, 1994).

Pengelolaan anggaran keuangan melalui bagian kesehatan


masyarakat kemudian kesehatan keluarga mencakup pembiayaan
RB, KIA, UKS, lansia dan CHN. Pembiayaan program lansia
terintegrasi dengan program pembinaan upaya kesehatan dengan
realisasi anggaran. Program lansia di Sudinkes meliputi forum
komunikasi lanjut usia (FKLU), hari lanjut usia nasional (HLUN),
peningkatan wawasan, pemeriksaan kesehatan, supervise dan rapat
koordinasi. Sedangkan Program Lansia di Puskesmas meliputi:
senam aerobik/ SKJ, penyuluhan, pelayanan kesehatan, pembinaan
mental, rekreasi dan peningkatan wawasan (pengetahuan dan
keterampilan).

Puskesmas Kecamatan Jagakarsa sudah memiliki program lansia


yaitu santun lansia namun untuk pelaksanaannya belum optimal,
dimana belum ada ruangan khusus untuk pelayanan lansia dan
pelayanan lansia masih tergabung pada pelayanan umum serta PTM,
hal ini karena kurangnya SDM dan sarana prasarana. Upaya
Kesehatan Masyarakat merupakan salah satu tugas pokok
Puskesmas Jagakarsa dengan asas pertanggungjawaban wilayah,
peran serta masyarakat, dan keterpaduan. Salah satu strategi
unggulan puskesmas Jagakarsa yaitu program promosi kesehatan
terpadu dengan mengembangkan metode promkes. Perencanaan
program Perkesmas pada lansia sudah ada yaitu kegiatan kunjungan
rumah untuk keluarga rawan kesehatan. Pembinaan terhadap

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


67

keluarga rawan kesehatan sudah dilakukan namun belum terstruktur


karena belum ada format pembinaan, hanya sebagai laporan lisan
dan hanya dilakukan jika petugas memiliki waktu untuk kunjungan.
Upaya promotif dan preventif sudah tertuang dalam misi dinas
kesehatan, namun pelaksanaannya masih lebih berfokus pada upaya
kuratif.

Program Perkesmas dilakukan pada program PTM, tetapi tidak


diperinci pada penyakit dan kelompok umur serta bersifat insidental
sesuai dengan laporan dari kader atau warga, dimana hanya
melakukan kunjungan rumah bagi klien dengan masalah kejiwaan
dan klien yang tidak mampu datang ke PKM. Penanggung jawab
program Perkesmas baru mengikuti pelatihan. Hasil pelatihan
Perkesmas belum disosialisasikan di Puskesmas Kecamatan
Jagakarsa. Belum ada indikator keluarga rawan kesehatan yang
tersedia di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa. Sudah ada buku
panduan kesehatan lansia, modul dan pedoman pembinaan
kesehatan lansia bagi petugas kesehatan namun belum
disosialisasikan dan belum ada pelatihan terkait program pembinaan
lansia.

Renstra selalu diperbaharui setiap 5 tahun. Perencanaan dibuat


berdasarkan situasi atau laporan tahun sebelumnya. Sudah terdapat
perencanaan program kesehatan terkait lansia. Terdapat perencanaan
standar pencapaian program pada program lansia. Ada perencanaan
pembentukan Posbindu di Kelurahan srengseng Sawah pada bulan
November 2015, pada pelaksanaan 1 RW yang mendapatkan
pembentukkan posbindu. Sudah ada program perencanaan untuk
surveilans lansia. Terdapat rencana kebijakan program lansia.
Program lansia belum menjadi program prioritas baik di Sudinkes
maupun Puskesmas, dan kegiatannya masih secara umum. Program
puskesmas santun lansia belum 100%. Pembiayaan program dari

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


68

APBN dan APBD, namun terkadang turunnya dana tersebut setelah


jadwal pelaksanaan program. Perencanaan di masyarakat Kelurahan
Srengseng Sawah belum adanya rancangan pembentukkan kader
posbindu terutama posbindu lansia dengan hipertensi.

4.1.1.2 Pengorganisasian
Struktur organisasi yang berkaitan dengan program kesehatan lanjut
usia di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan mencakup seksi
Pelayanan Kesehatan Masyarakat membawahi Seksi Kesehatan
Keluarga dan Gizi. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi membawahi
tiga program dan salah satunya adalah Program Kesehatan Lanjut
Usia. Penanggung jawab program lansia di Suku Dinas Kesehatan
melaksanakan program sesuai dengan tupoksi yang sudah dibuat.
Program penyakit tidak menular (PTM) di Sukudinas Kesehatan
pada lansia berbeda. Dimana Program PTM pada lansia dibawah
seksi urusan pengendalian maslah kesehatan. Sehingga program
lansia untuk lansia sehat sedangkan lansia mengalami penyakit
hipertensi masuk kedalam program penyakit tidak menular (PTM).
Belum ada uraian tugas yang jelas untuk penanggung jawab program
lansia di PKM.

Terjalin kerjasama lintas program dan lintas sektoral, misalnya


kerjasama antara Penanggung jawab lansia di PKM dengan pihak
kecamatan dan kelurahan dalam hal koordinasi kegiatan serta
kerjasama dengan program lain terkait kegiatan. Terdapat proses
koordinasi antarsub seksi kesehatan keluarga. Rapat petugas lansia
2 kali setahun antara semua penanggung jawab PKM baik kelurahan
maupun kecamatan yang membahas pelaksanaan kegiatan lansia.
Terdapat forum komunikasi lanjut usia (FKLU) yang difasilitasi oleh
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan kepada 10 Puskesmas
Kecamatan yang dilakukan setiap 2 bulan sekali.

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


69

Struktur organisasi yang terdapat di suku Dinas Kesehatan Jakarta


Selatan dan Puskesmas merupakan bentuk struktur organisasi
formal. Pemegang program di Puskesmas masih merangkap dengan
program yang lain (over lapping). Puskesmas sudah beberapa kali
melakukan penyuluhan kesehatan minimal 4 kali/ tahun pada pasien
yang berkunjung ke Puskesmas Jagakarsa. Baru ada 2 posbindu
PTM kecamatan Jagakarsa (Cipedak dan Ciganjur), 3 posyandu
Lansia di Kelurahan Srengseng Sawah. Program posyandu lansia
dan kelompok lansia belum 100% aktif.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa kader bahwa untuk


alat seperti timbangan, microtoise, tensimeter digital sudah ada di
setiap RW yang dibagikan oleh kelurahan. Namun, pada penggunaan
alat banyak kader yang tidak tahu dan tidak pernah mendapatkan
pelatihan. Kader hanya mendapatkan alat untuk kegiatan posyandu
lansia. Jumlah kader posbindu yang kurang disertai dengan
kurangnya pemahaman kader tentang penatalaksanaan masalah
hipertensi pada lansia dirumah dan kelompok masyarakat
berdampak kurang optimalnya fungsi pelayanan ditingkat
masyarakat termasuk kurangnya optimalnya pelaksanaan posbindu
dalam membina kesehatan lansia terutama komunitas lansia dengan
hipertensi. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kader sebagai
salah satu petugas kesehatan yang dekat dengan masyarakat belum
optimal menjalankan fungsinya sebagai seorang kader kesehatan
dalam pelayanan kesehatan dasar pada lansia sehingga alat yang
didapat dari kelurahan tidak dapat digunakan dalam menjalankan
fungsi kader untuk lansia dengan hipertensi di masyarakat. Sehingga
pelayanan baik di tingkat Suku Dinas Kesehatan, puskesmas dan
pemberdayaan kader belum optimal dilaksanakan sepenuhnya.

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


70

4.1.1.3 Kepersonaliaan
Sukudinas Kesehatan Jakarta Selatan saat ini memiliki 58 orang
staff. Analisis jabatan pada Sukudinas Kesehatan tergantung pada
beban kerja. Berdasarkan analisa perhitungan kebutuhan staff
seharusnya berjumlah 67 orang. Masih ada staff yang overlafing di
dua program secara bersamaan. Berdasarkan jenis pekerjaan dan
jabatan masih adanya program yang dipegang tidak sesuai dengan
pendidikan terakhir. Setiap staf yang baru bekerja di dinas kesehatan
dilaksanakan orientasi dan pengawasan oleh kepala Bidang atau
kepala seksi selama 3 bulan. Hal yang diorientasi dan dilakukan
pengawasan yaitu tupoksi kerja. Manfaat dari orientasi yaitu staf
akan semakin paham akan fungsi dan tupoksinya sebagai staf. Sudah
terdapat dua fasilitator pelatihan kader di Sudinkes Jaksel. Sehingga
terjadinya leterbatasan jumlah dan kualifikasi SDM sesuai dengan
tugas yang diemban.

Penanggung jawab program lansia di Sudinkes ditunjuk oleh


Kasudinkes. Terdapat koordinator program lansia di setiap
Puskesmas Jakarta Selatan, dimana program lansia di setiap
puskesmas dipegang oleh satu dokter dan satu perawat yang ditunjuk
langsung oleh Kepala PKM kecamatan selanjutnya dibimbing dan
diorientasikan selama beberapa minggu oleh pemegang program
sebelumnya atau oleh senior dan diperkenalkan dalam rapat. Satu
staf lansia di PKM Jagakarsa sudah mendapatkan pelatihan konselor.
Staf di program lansia merangkap untuk memberikan pelayanan
kesehatan dalam gedung. Setiap puskesmas kelurahan memiliki
penanggungjawab program lansia seorang perawat dan seorang
dokter yang ditunjuk langsung oleh Kepala PKM kelurahan.
Rekrutmen staf di PKM dan Sudinkes langsung oleh BKD DKI
Jakarta.

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


71

4.1.1.4 Pengarahan
Suku Dinas Kesehatan memberikan motivasi secara rutin dari Ka.
Sie/ Pemegang program kepada staf secara lisan. Namun, motivasi
yang diberikan dari pimpinan ke staf belum optimal, hanya
dilakukan secara insidental. Supervisi lapangan dilaksanakan secara
bersamaan dan belum optimalnya umpan balik hasil supervisi.
Reward berdasarkan penilaian e-kinerja berupa tunjangan kinerja
sesuai dengan grade kinerja yang dicapai. Punishment hanya
diberikan apabila ada pelanggaran kedisiplinan kinerja.
Pendelegasian tugas sudah sesuai dengan bidang atau pemegang
program. Sudah ada tim building untuk peningkatan kinerja dan
kekompakan staff.

Setiap tahun dilakukan supervisi program lansia pada 10 Puskesmas


Kecamatan setiap tahun dan dua Puskesmas Kelurahan oleh PJ
program lansia Sudinkes Jakarta Selatan. PJ lansia di PKM
kecamatan melakukan supervisi program lansia PKM kelurahan
melalui rapat koordinasi di PKM kecamatan dengan mengundang
semua PJ program lansia sebanyak 2x/tahun. Umpan balik langsung
disampaikan ketika supervisi. Hasil supervisi oleh PJ lansia Suku
Dinas Kesehatan ditindaklanjuti pada rapat pimpinan. Pelaporan
yang terlambat akan diberikan sanksi teguran. Terdapat motivasi
dari pimpinan seksi kesehatan masyarakat kepada seluruh staf seksi
kesehatan masyarakat termasuk PJ lansia. Reward biasanya
diberikan pada keder untuk mengikuti kegiatan rekreasi. Reward
yang diberikan pada kader di Srengseng Sawah yang rajin dan
melaksanakan kegiatan yaitu diberikan jalan-jalan seluruh kader
setiap tahun yang terpilih antara kader disetiap kelurahan kurang dari
5 orang. Namun, untuk pelaksanaan kader lansia belum ada.

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


72

4.1.1.5 Pengawasan
Adanya audit internal dan eksternal yang dilakukan setahun dua kali
di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan. Adanya audit internal dan
eksternal yang dilakukan setahun dua kali di Puskesmas Jagakarsa
oleh tim audit internal puskesmas. Adanya audit eksternal oleh ISO
9001:2008 di Puskesmas Jagakarsa yang dikonsultasikan
sebelumnya pada lembaga konsultan Sucofindo International
Certification Service. Adanya rapat tinjauan manajemen yang
dilakukan setiap dua tahun sekali setelah dilaksanakan audit, dan
membahas temuan audit dan rencana tindak lanjut.

Sistem pelaporan program lansia di 10 Puskesmas Kecamatan


Jakarta Selatan menggunakan sistem laporan pembinaan kesehatan
lanjut usia dari Kemenkes. Pemegang program membuat check list
yang digunakan untuk mencatat ketepatan pengumpulan laporan.
Pencapaian program sudah sesuai dengan rencana program. Laporan
monev dikumpulkan sebulan sekali maksimal tanggal 10 dari setiap
Puskesmas kecamatan ke PJ lansia di Sudinkes. Belum ada pelatihan
kader lansia di Jagakarsa dan akan diusulkan ke sudinkes. Belum ada
program khusus untuk lansia dengan masalah kesehatan hipertensi
dimana lansia dengan masalah PTM dikelolah oleh program PTM.
Masih terbatasnya cakupan pembinaan kelompok lansia, posyandu
lansia, kader, dan keluarga dengan lansia di wilayah Jagakarsa.

Wilayah Srengseng Sawah sudah diberikan alat seperti timbangan


badan, microtoise, tensimeter digital namun untuk pengawasaan
serta pemantauan kegiatan dan penggunaan alat belum ada.
Sehingga belum optimalnya penggunaan alat dan pemantauan.
Namun di RW 17 sudah ada pengukuran tensimeter digital satu
bulan sekali namun untuk pencatatan namun untuk pemantauan
pelaksanaan dari puskesmas dan kelurahan langsung kelapangan
belum ada.

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


73

4.1.2 Fishbone Analisis dan Prioritas Masalah Manajemen Pelayanan


Keperawatan Komunitas
Data pengkajian terhadap fungi manajemen pelayanan keperawatan
komunitas pada lansia dengan hipertensi berupa perencanaan,
pengorganisasian, kepersonaliaan, pengarahan dan pengawasan di
gambarkan dalam bentuk fishbone.

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


74

Fishbone Analisis Manajemen Program Layanan Kesehatan Lansia dengan Hipertensi

Planning Organizing

Belum ada perencanaan untuk Kelompok lansia Kurang koordinasi Kurang terintegrasinya program
program peatalaksanaan dengan hipertensi tidak antara PJ lansia kesehatan lansia dengan masalah
hipertensi secara terfasiitasi secara dan PTM kesehatan
berkelompok pada lansia optimal dalam Belum
pelayanan kesehatan Pola komunikasi Tidak ada umpan balik yang optimalnya wadah
berdasarkan struktur efektif dari staf ke atasan pembinaan lansia
Pelaksanaan program santun top to down dengan hipertensi
Pembinaan terhadap
lansia belum optimal. kesehatan lansia kurang
optimal Organisasi seperti FKLU Kurang optimalnya
Masalah kesehatan lansia kemasyarakatan belum pembinaan dan kegiatan Belum optimalnya
belum merupakan program Angka kejadian hipertensi diberdayakan secara kelompok lansia perencanaan
prioritas pada lansia meningkat maksimal terhadap masalah
Defisiensi kesehatan pada
Pelaksanaan kegiatan Belum adanya kesehatan : kelompok lansia
Anggran APBD untuk Baru ada 3 posyandu lansia wadah yang dengan hipertensi
kegiatan program lansia santun lansia, FKLU dan belum terdapat posbindu belum
belum optimal menaungi kelompok optimalnya
masih dalam kondisi kurang di kelurahan Srengseng Sawah
lansia pada Belum
manajemen optimalnya
pelayanan pemberian dan
Tidak ada uraian tugas Kurang Belum ada Kinerja Belum ada Tidak adanya kesehatan pelatihan
yang jelas untuk kader optimalnya supervisi kader mekanisme evaluasi atau pada lansia
kesehatan lansia
kesehatan dari
pembinaan kader kurang penilaian kader pengawasan hipertensi. Sukudinas
kelompok lansia kesehatan terpantau lansia dari Puskesmas
Kesehatan ke
lansia kepada kader
Tidak ada pelatihan puskesmas dalam
Kurang Belum ada pelayanan
bagi kader mengenai Kinerja
optimalnya reward Belum adanya Belum adanya kesehatan
kesehatan lansia kader
pelaksanaan untuk kader evaluasi pencatatan dan
dengan hipertensi kurang
program pelaksanaan pelaporan mengenai
kesehatan lansia optimal posyandu lansia posyandu Belum efektifnya
di masyarakat supervisi dan
Petugas atau SDM yang
memegang program lansia (luar gedung) Belum ada mekanisme
Kurang Kondisi lansia tidak terpantau
hanya 1 orang dan pemantauan kasus penilaian kinerja
optimalnya secara efektif terkait
merangkap dengan program hipertensi dalam kader
lain pelaksanaan perubahan tekanan darah dan
program dalam
tindakan yang diperlukan
kesehatan lansia pelaksanaan
Staffing di masyarakat Actuating Controling pencegahan dan
pemantauan
tekanan darah
Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


75

4.1.3 Rumusan Diagnosa Manajemen Pelayanan Keperawatan


Hasil analisis fungsi manajemen pelayanan kesehatan komunitas pada lansia
dengan hipertensi yaitu : Defisiensi kesehatan : belum optimalnya pada
manajemen pelayanan kesehatan pada lansia hipertensi.

4.1.4 Rencana Tindakan Manajemen Pelayanan Keperawatan


4.1.4.1 Defisiensi kesehatan : belum optimalnya pada manajemen pelayanan
kesehatan pada lansia hipertensi.
4.1.4.2 Tujuan Khusus
Terbentukknya kelompok GESIT MANDIRI, terbentuknya struktur
organsiasi pengurusan kader GESIT MANDIRI, tersusunya
program promosi kesehatan, peningkatan pengetahuan anggota SHG
GESIT MANDIRI, peningkatan sikap anggota SHG GESIT
MANDIRI, prevalensi hipertensi menurun, tersusunnya program
promosi kesehatan, peningkatan partisipasi masyarakat dalam upaya
preventif meningkat, terlaksananya keberlanjutan dari program
berupa supervisi dan evaluasi.
4.1.4.3 Rencana Intervensi
Pengembangan program melakukan skrening kesehatan, melakukan
kerjasama antara Kemenkes, Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan,
Puskesmas, Kecamatan dan Kelurahan, rekrutemen kader dan
pelatihan kader, pembentukkan posbindu dan struktur organisasi,
pembuatan program-program posbindu, peresmian posbindu,
pembentukkan kelompok SHG GESIT MANDIRI, masyarakat ikut
monitor kesehatan, pencatatan dan pelaporan dari Kader, Pak RW,
Puskesmas dan Keluarahan, serta peran serta petugas kesehatan
dalam memberikan konseling.

4.1.5 Implementasi
4.1.5.1 Pembentukkan Kelompok GESIT MANDIRI
1. RW 1 tanggal 3 Oktober 2015 pukul 07.30 – 09.00 wib dihadiri
oleh lansia dan 3 orang kader.

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


76

2. RW 17 tanggal 5 Oktober 2015 pukul 07.30 – 09.00 wib dihadiri


oleh lansia, FKLU dan kader sebanyak 4 orang. Tersusun
kelompok GESIT MANDIRI diawali dengan pertemuan antara
tokoh masyarakat, Pak RW, RT, warga baik pada lansia yang
mengalami hipertensi maupun yang tidak memiliki hipertensi.
Pelaksanaan perekrutan dilakukan dengan mendiskusikan terlebih
dahulu kelompok GESIT MANDIRI, tujuan dibentuk kelompok
GESIT MANDIRI dan kegiatan yang dilakukan oleh GESIT
MANDIRI. Langkah berikutnya menentukan keanggotaan GESIT
MANDIRI, membuat struktur GESIT MANDIRI. Struktur
keanggotaan di RW 1 dan RW 17 mengikuti struktur posbindu yang
terdapat dimasing-masing RW.
4.1.5.2 Kerjasama lintas sektoral
Kerjasama lintas sektoral dalam membentuk kader, pelatihan kader
dan pembentukkan posbindu dilakukan kerjasama antara Kemenkes
dalam hal ini memfasilitasi monitoring kit dan buku panduan
posbindu, puskesmas memberikan buku monitor kesehatan peserta,
Kelurahan meminjamkan Aula fasilitas kegiatan dan Forum
Kesehatan Lansia.
4.1.5.3 Terbentuknya struktur organsiasi pengurusan kader dan Pelatihan
Kader
Terbentuknya struktur organsiasi pengurusan kader yaitu dilakukan
di TK PAUD RW 17 disusun ketua, wakil ketua beserta anggota dan
terdapat 9 anggota kader. Kader yang sudah sukarelawan dilakukan
pelatihan untuk pembentukkan posbindu. Pelatihan kader dilakukan
di Keluraha Srengseng Sawah yaitu pada tanggal 16-17 Desember
2015 dengan peserta dari kader kesehatan RW 2, RW 5, RW 11, RW
17 dan RW 19. 6-7 April 2016 yaitu peserta kader kesehatan RW 3,
RW 4, RW 6, RW 7, RW 9, dan RW 15. Pelatihan kader pada tanggal
13-14 April 2016 yaitu peserta dari kader kesehatan RW 8, RW 10,
RW 12, RW 14, RW 16, dan RW 18. Kader RW 1 telah dilakukan

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


77

pembinaan sebelumnya di Suku Dinas Kesehatan mengenai


posbindu.
4.1.5.4 Pembentukkan posbindu
1. Pembentukkan posbindu di RW 1
Kegiatan dilaksanakan pada hari Kamis, 14 Apri 2016 pukul
09.00 wib – 13.00 wib. Pembentukkan posbindu RW 1 dilakukan
di rumah pak RW 1. Kegiatan dihadiri petugas puskesmas, Pak
camat, Pak Lurah, RW, tokoh masyarakat, RT, kader dan
masyarakat. Kader melakukan kegiatan fungsi 5 meja.
2. Pembentukkan posbindu di RW 17
Kegiatan dilaksanakan pada Hari senin, 7 Maret 2016 pukul
09.00 wib 0 14.00 wib. Pembentukkan posbindu dilakukan di
RW 17, Pembentukkan posbindu dilaksanakan oleh Pak RW, RT
kader dan masyarakat. Kader yang sudah dilatih melakukan
kegiatan fungsi 5 meja. Pelaksanaan kegiatan dilakukan di
lapangan RW 17 yang dihadiri oleh lintas sektroral dari pihak
kelurahan, kecamatan, puskesmas, koramil.
4.1.5.5 Masyarakat monitoring kesehatan
Kegiatan posbindu dilaksanakan setiap satu bulan sekali di RW 17
setiap minggu kedua di hari Kamis. Kegiatan ini sudah berlangsung
selama 3 kali. Posbindu di RW 1 dilakukan setiap bulan pada minggu
pertama setiap hari Kamis.
4.1.5.6 Pencatatan dan pelaporan dari Kader, Pak RW, Puskesmas dan
Keluarahan.
Pihak kelurahan selalu mengadakan musrembang kelurahan dan
dilakukan pelaporan terhadap kegiatan posbindu sebagai supervisi
dan berkesinambungan pelaksanaan posbindu. Puskesmas
mendapatkan pencatatan dan perwakilan puskesmas hadir untuk
pelaksanaan kegiatan.

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


78

4.1.5.7 Petugas Kesehatan


Petugas kesehatan aktif melakukan kunjungan posbindu setiap bulan
dalam memantau dan memberikan konseling pada lansia dengan
hipertensi.

4.1.6 Evaluasi
4.1.6.1 Terbentuknya kelompok lansia GESIT MANDIRI
4.1.6.2 Terbinanya kerjasama antara pihak Puskesmas, Kecamatan dan
Kelurahan serta Danramil.
4.1.6.3 Terbentuknya kader dengan 9 orang yang melaksanakan kegiatan
posbindu setiap bulan dan pelatihan kader di Kelurahan Srengseng
Sawah.
4.1.6.4 Peresmian posbindu Hari Senin, 7 Maret 2016 dilaksanakan oleh
masyarkat dan diikuti oleh 64 peserta yang hadir.
4.1.6.5 Kunjungan posbindu sudah dilakukan sudah 3 kali, setiap bulan dari
bulan Maret, April, dan Mei.
4.1.6.6 Nilai supervisi pada tahap awal dilakukan mahasiswa yaitu dengan
skore 78 dikarenakan pada konseling yang belum pasih, pengecekan
kolestrol dan pengukuran IMT. PAda posbindu ke dua sudah aktif
dengan nilai supervisi 85 dan berlangsung lancar. Setiap bulan
dilakukan pelaporan pada Kelurahan dan Kecamatan.

4.1.7 Rencana Tindak Lanjut


4.1.7.1 Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan
Suku Dinas Kesehatan melakukan peninjauan, koordinasi, dan
supervisi dengan pihak puskesmas dalam penyelenggaraan posbindu
dan pelatihan dalam meingkatkan kualitas kader serta memberikan
pelatihan dan informasi mengenai pendidikan kesehatan hippertensi
dan manajemen diri dalam meningkatkan kesadaran masyarakat.
4.1.7.2 Puskesmas Jagakarsa
Puskesmas melakukan pembinaan dan supervisi setiap bulan dalam
rangka meningkatkan kemampuan kader dalam melaksanakan

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


79

posbindu, serta memberikan pembinaan pada kader dan masyarakat


secara lansgung dalam meningkatkan manajemen diri terhadap
kesadaran akan pentingnya kesehatan.
4.1.7.3 Kelurahan Srengseng Sawah
Kelurahan sebagai wadah untuk memfasilitasi kegiatan di
masyarakat dengan memberikan delegasi kepada pak RW untuk
melakukan kegiatan posbindu dan melakukan supervisi berupa
pencatatan dan pelaporan kepada seksi kesmas keluarahan.
4.1.7.4 Pak RW dan Kader Kesehatan
Pak RW memberikan motivasi masyarakat dalam meningkatkan
kesadaran masyarakat untuk mengunjungi posbindu dan kader
kesehatan dapat meningkatkan keterampilan dan monitor tekanan
darah pada lansia dengan hipertensi.

4.2 Asuhan Keperawatan Komunitas


Asuhan keperawatan komunitas menggunakan model pengkajian community as
partner.
4.2.1 Inti Komunitas (The Community Core)
4.2.1.1 Demografi
Kelurahan Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa, Kota Jakarta
Selatan memiliki 19 RW dimana RW 1 dan RW 2 dibatasi dengan
jalan besar dan stasiun rel kereta api.
Demografi
Wilayah : Kelurahan Srengseng Sawah
Luas : 674,70 Ha
Jumlah RW : 19 RW
Jumlah RT : 156 RT
Jumlah penduduk : 81.960 jiwa
Laki-laki : 31.380 jiwa Perempuan : 50.583 jiwa
Jumlah lansia (60-74 tahun) : 6607 jiwa
Laki-laki : 2.594 jiwa Perempuan : 2.600 jiwa

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


80

Batas wilayah:
Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Lenteng Agung
Sebelah timur berbatasan dengan Kali Ciliwung
Sebelah selatan berbatasan dengan Kota Depok
Sebelah barat berbatasan Kelurahan Ciganjur dan Kelurahan
Cipedak

Tabel 4.1 Distribusi Data Demografi Lansia


Di Kelurahan Srengseng Sawah Tahun 2015 (n=57)

Variabel Frekuensi Persentase


Jenis kelamin 13 22,8%
 Laki-laki 44 77,2%
 Perempuan
Usia
 Lanjut usia (elderly) 57 100%
 Lanjut usia tua (old) 0 0
Suku bangsa
 Jawa 28 50,9%
 Betawi 16 28,1%
 Sunda 4 7,0%
 Lainnya 8 14,0%
Status Pernikahan
 Kawin 49 86%
 Janda 8 14%
Jumlah 57 100%
Sumber : Survey Mahasiswa FIK UI Tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa responden terbanyak


berjenis kelamin perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa
kesesuaian data dengan distribusi penduduk di Kelurahan wilayah
Srengseng Sawah yang didominasi oleh perempuan. Jumlah lansia
pada saat dilakukan skrining yaitu rata-rata berumur 60-74 tahun.
Rata-rata menurut hasil observasi lansia yang sering mengikuti
pengajian dan olahraga berdasarkan absensi dan pencatatan yaitu
usia 60-74 tahun. Responden lebih banyak bersuku Jawa disebabkan
banyak penduduk pensiunan yang menetap di area Jakarta,
penduduk betawi merupakan penduduk asli Jakarta serta suku Sunda

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


81

dan lainnya yang bermukim di daerah Jakarta. Hasil instrumen


Survey terdapat 49 Lansia (86%) yang berstatus menikah dan
memiliki suami dan 8 lansia (5,8%) yang hidup janda.

Tabel 4.2 Distribusi Pelaku Rawat Lansia lansia di Kelurahan


Srengseng Sawah Tahun 2015 (n=57)
Variabel Frekuensi Persentase
Pelaku rawat 21 36,8%
 Anak 36 63,2%
 Pasangan
Jumlah 57 100%
Sumber : Survey Mahasiswa FIK UI Tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas bahwa sebagian besar lansia masih


mempunyai pasangan hidup. Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara lansia berpasangan lebih banyak tinggal di rumah
dengan kepemilikan sendiri dan anaknya baik yang belum menikah
maupun yang sudah menikah. Hasil observasi lainnya sebagian kecil
Lansia memiliki rumah yang berdekatan dengan rumah anaknya
namun dalam satu lingkungan pekarangan.

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


82

4.2.1.2 Statistik Vital


1. Keluhan Fisik 3 Bulan Terakhir

Tabel 4.3 Distribusi Keluhan Fisik 3 Bulan Terakhir di Kelurahan


Srengseng Sawah Tahun 2015 (n=57)

Variabel Frekuensi Persentase


Keluhan Fisik 3 bulan terakhir 21 36,8%
 Sakit kepala 32 56,1%
 Leher bagian belakang/tengkuk 28 49,2%
terasa berat
 Penglihatan kabur 4 7%
 Cepat lelah 18 31,6%
 Dada berdebar-debar 4 7%
 Mual muntah - -
 Frekuensi BAK malam hari > 27 47,4%
3x sehari
 Perdarahan dihidung - -
 Pernah mengalami stroke - -
Keluhan psikologis 3 bulan terakhir
 Sering lupa 8 14,03%
 Cemas/khawatir 9 15,8%
 Stress 4 7%
 Sulit tidur 18 31,6%
 Merasa sedih, kesepian 7 12,3%
Jumlah 57 100%
Sumber : Survey Mahasiswa FIK UI Tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas ditemukan bahwa keluhan fisik terbanyak


3 bulan terakhir adalah sakit kepala, leher bagian belakang/ tengkuk
terasa berat serta frekuensi BAK pada malam hari lebih dari 3 kali
sehari. Masalah fisik tersebut sering terjadi pada lansia yang
memiliki tekanan darah tinggi. Keluhan psikologis 3 bulan terakhir
yaitu paling besar terjadi pada lansia yaitu sering lupa, cemas dan
sulit tidur. Hasil wawancara dengan lansia, sebagian besar lansia
mengatakan bahwa bila sulit tidur biasanya lansia sering memikirkan
sesuatu sehingga kurang tidur pada malam hari sehingga
menyebabkan keesokkan harinya sakit kepala dan tengkuk leher
terasa berat. Lansia mengatakan kalau sudah terbangun dimalam hari
untuk BAK pada malam hari lansia sulit tidur kembali.

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


83

2. Riwayat Penyakit Keluarga

Tabel 4.4 Distribusi Riwayat Penyakit Keluarga di Kelurahan


Srengseng Sawah Tahun 2015 (n=57)

Variabel Frekuensi Persentase


Riwayat Penyakit Keluarga
 Hipertensi/Tekanan darah tinggi 18 31,5%
 Tidak mengalami hipertensi 39 68,5%
Jumlah 57 100%
Sumber : Survey Mahasiswa FIK UI Tahun 2015

Berdasarkan tabel bahwa lansia yang memiliki riwayat hipertensi


dari orang tua lebih kecil. Hasil wawancara bahwa lansia
mengatakan bahwa penyakit darah tinggi sering terjadi pada lansia
karena faktor usia.

3. Lama Kejadian Hipertensi


Tabel 4.5 Distribusi Lama Kejadian Hipertensi di Kelurahan
Srengseng Sawah Tahun 2015 (n=57)

Variabel Frekuensi Persentase


Lama Kejadian Hipertensi
 < 1 tahun - -
 1-3 tahun 7 12,3%
 > 3 tahun 50 87,7%
Jumlah 57 100%
Sumber : Survey Mahasiswa FIK UI Tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas bahwa lansia yang mengalami hipertensi


sebagian besar lebih dari 3 tahun yang lalu. Hasil wawancara lansia
mengatakan mengalami hipertensi di atas umur 45 tahun ketas.

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


84

4. Ukuran tekanan Darah


Tabel 4.6 Distribusi Ukuran Tekanan Darah di Kelurahan
Srengseng Sawah Tahun 2015 (n=57)

Variabel Frekuensi Persentase


Derajat Tekanan Darah
 Pre hipertensi (120 – 139 mmHg) 20 35,1%
 Hipertensi Tahap 1 (140-159 mmHg) 33 57,9%
 Hipertensi Tahap 2 (> 160 mmHg) 4 7%
Jumlah 57 100%
Sumber : Survey Mahasiswa FIK UI Tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas bahwa sebagian besar lansia mengalami


hipertensi tahap 1 atau hipertensi ringan. Hasil wawancara lansia
mengatakan bahwa lansia jarang memeriksakan diri untuk mengontrol
tekanan darah, lansia minum obat antihipertensi jika sakit kepala dan
tengkuk terasa berat. Lansia mengatakan bahwa terjadinya penyakit
hipertensi disebabkan karena faktor penuaan dan pola makan. Hasil
observasi dan wawancara dengan kader bahwa sudah ada alat
monitoring tensimeter digital untuk mengukur tekanan darah namun
belum optimal pemanfaatanya.

4.2.1.3 Nilai dan Keyakinan


Semua lansia dengan hipertensi beragama islam 57 orang (100%).
Berdasarkan data sekunder dari Kelurahan Srengseng Sawah Islam
54.024 orang (65,9%). Hasil Winsiheld Survey dan Literatur Review di
Srengseng Sawah terdapat tempat peribadatan seperti masjid : 24 Buah,
Muhsolla : 42 buah, Gereja : 3 buah, dan Pure : 1 buah.

4.2.2 Data Subsistem


4.2.2.1 Lingkungan Fisik
Lingkungan di Kelurahan Srengseng Sawah adalah lingkungan yang
padat, dimana tiap rumah saling berdempetan/menyambung dan dan
transportasi lewat seperti angkutan umum. Rata-rata perumahan
penduduk terbuat dari beton dengan tipe permanen. Lingkungan di

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


85

wilayah Srengseng sebagian kecil RW tidak memiliki lapangan untuk


olahraga bersama. Kelurahan megadakan senam bersama setiap rabu di
lapangan kantor kelurahan untuk senam bersama.

Tabel 4.7 Distribusi lansia memanfaatkan lapangan untuk olahraga di


Kelurahan Srengseng Sawah Tahun 2015 (n=57)

Variabel Frekuensi Persentase


Pemanfaatan Lapangan
 Ya 15 26,3%
 Tidak 42 73,7%
Jumlah 57 100%
Sumber : Survey Mahasiswa FIK UI Tahun 2015

Hasil observasi dan winsley survey rata-rata rumah penduduk antara


rumah satu dengan rumah lain berdekatan tidak ada jarak halaman
untuk perkarangan rumah, jarak antara jalan umum dengan rumah rata-
rata 2 meter, pada posisi belakang rumah tidak ada lahan kosong yang
bisa digunakan untuk menanam tanaman. Hasil wawancara sebagian
kecil lansia mengatakan bahwa lingkungan sekitar rumah sangat bising
karena dilalui oleh jalan mobil dan angkutan umum.

4.2.2.2 Pelayanan Kesehatan dan Sosial


Kelurahan Srengseng Sawah terdapat fasilitas kesehatan dan pelayanan
sosial. Sarana kesehatan dan upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat (UKBM):
Puskesmas : 1 buah
Poliklinik : 3 buah
Kader kesehatan : 169 orang
Posbindu : 19 buah (3 yang aktif)
Posyandu : 33 buah
Puskesmas Srengseng Sawah mengalami peralihan pada tahun 2015
menjadi Puskesmas Jagakarsa sehingga daya tampung gedung dan
bangunan tidak mencukupi untuk melayani pasien yang berobat

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


86

sehingga pelayanan terhadap lansia dilakukan di kelurahan Cipedak


untuk pelayanan PTM termasuk lansia.

Tabel 4.8 Distribusi Pelayanan Kesehatan di Kelurahan Srengseng


Sawah Tahun 2015 (n=57)

Variabel Frekuensi Persentase


Pemanfaatan Lapangan
 Rumah Sakit 18 31,6%
 Puskesmas 24 42,1%
 Klinik Swasta 8 14,0%
 Pengobatan alternatif 7 11,4%
 Lainnya - -
Jaminan Kesehatan
 KJS 18 31,6%
 BPJS 35 61,4%
 Lainnya 4 7%
Jumlah 57 100%
Sumber : Survey Mahasiswa FIK UI Tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas bahwa lansia lebih banyak menggunakan


puskesmas untuk berobat dan sebagiannya menggunakan rumah sakit
seperti lansia yang mendapatkan rujukkan ke fasilitas kesehatan lanjut
seperti rumah sakit. Puskesmas adalah kesatuan organisasi fungsional
yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh,
terpadu, merata, dapat diterima dan dijangkau oleh masyarakat dengan
peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat
dipikul oleh pemerintah dan masyarakat luas guna mencapai derajat
kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada
perorangan (Depkes, 2004). Puskesmas memberikan pelayanan
preventif, promotif, kuratif sampai dengan rehabilitatif baik melalui
upaya kesehatan perorangan (UKP) atau upaya kesehatan masyarakat
(UKM).

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


87

Asuransi yang dipakai saat ini yaitu BPJS yang mulai digalakkan oleh
pemerintah sejak tahun 2013. Berdasarkan tabel di atas, lansia
menggunakan KJS sebagai jaminan kesehatan. Hal ini merupakan
kebijakan pemerintah Kota Jakarta di bidang kesehatan untuk warganya
menggunakan kartu Jakarta Sehat (KJS), namun dalam bulan
November ini mulai dibagikan Kartu Indonesia Sehat (KIS) kepada
warga. Kebijakan kesehatan sangat mempengaruhi jaminan kesehatan
yang digunakan oleh masyarakat.

4.2.2.3 Ekonomi
Tabel 4.9 Distribusi Lansia Berdasarkan Pekerjaan dan Penghasilan
di Kelurahan Srengseng Sawah Tahun 2015 (n=57)

Variabel Frekuensi Persentase


Penghasilan Lansia
 < Rp.2.700.000 50 87,7%
 ≥ Rp.2.700.000 7 12,3%
Pekerjaan KK
 Bekerja 27 47,4%
 Tidak bekerja 30 52,6%
Penghasilan Lansia yang disisihkan
 Ya 20 35,1%
 Tidak 37 64,9%
Jumlah 57 100%
Sumber : Survey Mahasiswa FIK UI Tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas, lebih banyak lansia yang berpenghasilan <


Rp.2.700.000. Hasil wawancara bahwa lansia tidak bekerja lagi dan
mengandalkan dari gaji pensiunan. Adapun lansia yang memiliki
penghasilan di atas UMP DKI yaitu mereka yang memiliki gaji
pensiunan dan masih aktif berdagang serta memiliki usaha kos-kosan
yang lokasinya berdekatan dengan Universitas Pancasila. Berdasarkan
data Kelurahan Srengseng Sawah bahwa jumlah penduduk yang
pensiun terdapat 1.054 jiwa (Laporan Kelurahan Srengseng Sawah,
2015). Banyak kepala keluarga yang tidak bekerja yaitu lansia yang

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


88

tinggal bersama pasangannya. Kepala keluarga yang masih bekerja


umumnya lansia yang tinggal bersama anaknya.

Berdasarkan tabel di atas, bahwa keluarga tidak menyisihkan


penghasilan khusus untuk kebutuhan lansia. Hasil wawancara dengan
keluarga bahwa lansia tidak memiliki dana khusus untuk pengobatan
karena sudah ada asuransi kesehatan dan dana kelurga tetap menafkahi
lahir batin. Berdasarkan hasil observasi rata-rata lansia hidup bersama
anak dan cucu. Rumah yang dihuni kepemilikan lansia sejak tinggal di
wilayah Srengseng Sawah. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga masih
menghormati lansia sebagai anggota keluarga yang utuh tanpa
memikirkan biaya beban dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

4.2.2.4 Transportasi
Jarak terjauh ke puskesmas adalah 3 KM. Rata-rata waktu tempuh
adalah 10-15 menit. Transportasi umum seperti angkot warna biru dan
ojek tersedia dari lingkungan rumah warga menuju puskesmas. Lansia
biasanya berobat menggunakan trasnportasi angkutan umum dan
kadang diantar keluarga menggunakan motor. Wilayah Srengseng
Sawah wilayah yang padat akan trasnportasi umum.

Tabel 4.10 Distribusi Lansia Berdasarkan transportasi yang


digunakan ke tempat yankes di Kelurahan Kelurahan Srengseng
Sawah Tahun 2015 (n=57)

Variabel Frekuensi Persentase


Transportasi yang di gunakan
 Kendaraan Pribadi 19 33,3%
 Angkutan Umum 38 66,7%
Jumlah 57 100%
Sumber : Survey Mahasiswa FIK UI Tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas, lebih banyak lansia yang menggunakan kendaraan


angkutan umum karena dekat ke pelayanan kesehatan. Lansia jarang diantar
keluarga karena anggota keluarga masih aktif bekerja. Lansia biasanya

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


89

menggunakan angkutan umum dari puskesmas atau fasilitas pelayanan


kesehatan seperti rumah sakit, cilandak, mitra keluarga dan rumah sakit
fatmawati Jakarta. Hasil wawancara lansia jarang memeriksakan diri
kepuskesmas. Lansia sering berobat di klinik dokter yang lebih dekat
prakteknya dengan rumah. Kondisi yang jauh dan keterbatasan lansia dalam
berobat ke Puskesmas Srengseng Sawah membuat lansia kadang
membiarkan penyakitnya dan dianggap biasa.

4.2.2.5 Politik dan Pemerintahan


Program Kementrian Kesehatan saat ini yaitu Gerakan Nusantara CERDIK
atas risiko penyakit tidak menular melalui deteksi dini (GENCAR) dalam
program ini akan dibentuk posbindu PTM mulai umur 15 tahun keatas
termasuk lansia dengan hipertensi. Puskesmas Srengseng Sawah pada tahun
Desember 2015 baru membentuk posbindu di satu RW untuk pelaksanaan
nya sendiri baru akan dilakukan pada Tahun 2016. PKK Kelurahan sudah
memberikan alat seperti timbangan, pengukuran tinggi badan, tensimeter
digital dan alat glukocheck. Hasil observasi bahwa sebagian besar RW tidak
memanfaatkan alat tersebut dikarenakan tidak paham cara penggunaan.
Hasil waawancara dengan Peanggung Jawab PTM bahwa berdasarkan
inisiatif sendiri mengadakan konseling da olahraga untuk lansia termasuk
pengukuran tekanan darah.

4.2.2.6 Komunikasi
Media komunikasi yang sering dijumpai adalah koran, TV yang dimiliki
oleh hampir semua warga. Ada juga telepon umum dan telepon pribadi
berupa handphone. Media komunikasi saat ini dalam rangka menyampaikan
informasi yaitu lewat TV, KRL, bioskop mengenai PTM .

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


90

Tabel 4.11 Distribusi Lansia Berdasarkan informasi kesehatan yang


pernah diperoleh di Kelurahan Srengseng Sawah Tahun 2015 (n=57)

Variabel Frekuensi Persentase


Pernah memperoleh
informasi kesehatan
 Ya 48 84,2%
 Tidak pernah 9 15,8%
Sumber informasi tentang
kesehatan
 TV 34 59,7%
 Radio 4 7%
 Koran / Majalah 6 10,5%
 Tenaga kesehatan 13 22,8%
Jumlah 57 100%
Sumber : Survey Mahasiswa FIK UI Tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas, hampir sebagian besar lansia memperoleh


informasi kesehatan baik secara langsung ketika berobat, pendidikan
kesehatan, informasi seperti TV. Dampak dari tekhnologi yaitu informasi
kesehatan saat ini tidak hanya melalui pelayanan kesehatan, brosur, leaflet,
televisi namun saat ini sudah ada di iklan yang ada di kereta api dan bioskop
bentuk penyampaian informasi kesehatan.Lansia lebih banyak mendapatkan
informasi mengenai kesehatan dari media elektronik khususnya TV. Media
elektronik seperti TV yang memiliki siaran mengenai kesehatan mempunyai
manfaat besar dalam penyampaian informasi. Tenaga kesehatan merupakan
informasi langsung yang didapat lansia ketika mengunjungi pelayanan
kesehatan.

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


91

4.2.2.7 Pendidikan
Tabel 4.12 Distribusi Lansia Berdasarkan tingkat pendidikan di
Kelurahan Srengseng Sawah Tahun 2015 (n=57)

Variabel Frekuensi Persentase


Tingkat Pendidikan
 Tidak sekolah 14 24,6%
 SD 25 43,9%
 SMP 6 10,5%
 SMA 9 15,8%
 Perguruan tinggi 3 5,2%
Jumlah 57 100%
Sumber : Survey Mahasiswa FIK UI Tahun 2015
Berdasarkan tabel di atas, lebih banyak lansia yang berpendidikan SD.
Akses pendidikan pada zaman dahulu masih belum optimal sehingga
banyak lansia menamatkan pendidikan sampai SD dan sebagiannya
lansia tidak bersekolah.

4.2.2.8 Rekreasi
Wilayah Srengseng Sawah terdapat tempat rekreasi seperti setu
babakan, kolam renang dan pemancingan.
Tabel 4.13 Distribusi Lansia Berdasarkan pemanfaatan sarana
rekreasi di Kelurahan Kelurahan Kelurahan Kelurahan Srengseng
Sawah Tahun 2015 (n=57)
Variabel Frekuensi Persentase
Pemanfaatan Sarana Rekreasi
 Tidak pernah 34 59,7%
 Jarang 18 31,6%
 sering(>1x dalam 1 bulan) 5 87,7%
Kegiatan yang diikuti diligkungan
 Hanya berdiam dirumah 31 54,4%
 Kerumah keluarga 9 15,8%
 Berkumpul dengan teman 17 29,8%
(pengajian, acara arisan)
Kegiatan Senam yang diikuti
 Tidak pernah 48 84,2%
 1 - 2 kali seminggu 9 15,8%
 lebih 3x/minggu - -
Jumlah 57 100%

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


92

Berdasarkan data di atas, sebagian besar lansia jarang menggunakan


fasilitas rekreasi. Lansia lebih memilih tinggal dirumah bersama anak
dan cucunya dan sesekali berkunjung kerumah kerabat dan ngumpul
bersama di pengajian. Sebagian besar lansia hanya tinggal dirumah
saja dan jarang berkumpul. Kegiatan yang ada dilingkungan yaitu
pengajian dan arisan biasanya lansia baru keluar rumah untuk
berkumpul. Hasil observasi terdapat pengajian dsan arisan rutin.
Partisipasi lansia untuk mengikuti kegiatan olahraga seperti senam
sangat kurang. Hasil observasi lansia yang mengikuti senam kurang
dari 10 orang, peserta yang hadir usia dewasa.

4.2.3 Persepsi
1. Pengetahuan Lansia
Tabel 4.14 Distribusi Lansia Berdasarkan pengetahuan di Kelurahan
Srengseng Sawah Tahun 2015 (n=57)

Variabel Frekuensi Persentase


Pengetahuan
 Kurang 20 35,1%
 Baik 37 64,9%
Jumlah 57 100%
Sumber : Survey Mahasiswa FIK UI Tahun 2015

Berdasarkan data di atas sebagian besar pengetahuan lansia mengenai


hipertensi sudah baik. Hasil wawancara lansia pernah mendapatkan
informasi tentang darah tinggi di fasilitas kesehatan dimana darah tinggi
merupakan kenaikan darah di atas 120 /80 mmHg namun untuk faktor
penyebab sebagian besar lansia hanya mengetahui bahwa rokok dan
kurang olahraga yang dapat menyebabkan darah tinggi namun untuk
faktor penyebab lain lansia tidak mengetahui.seperti konsumsi garam
berlebihan dan faktor stress lansia.

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


93

2. Sikap Lansia
Tabel 4.15 Distribusi Lansia Berdasarkan sikap di di Kelurahan
Srengseng Sawah Tahun 2015 (n=57)

Variabel Frekuensi Persentase


Sikap
 Kurang 30 52,6%
 Baik 27 47,4%
Jumlah 57 100%
Sumber : Survey Mahasiswa FIK UI Tahun 2015

Berdasarkan data di atas masih banyak lansia yang sikapnya kurang


mengenai penyakit hipertensi.

3. Keterampilan Lansia
Tabel 4.16 Distribusi Lansia Berdasarkan keterampilan di Kelurahan
Srengseng Sawah Tahun 2015 (n=57)

Variabel Frekuensi Persentase


Keterampilan lansia
 Kurang 33 58,4%
 Baik 24 41,6%
Jumlah 57 100%
Sumber : Survey Mahasiswa FIK UI Tahun 2015
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahw kurangnya keterampilan
lansia mengenai darah tinggi.

4. Manajemen Diri
Tabel 4.17 Distribusi Lansia Berdasarkan Manajemen Diri di
Kelurahan Srengseng Sawah Tahun 2015 (n=57)

Variabel Frekuensi Persentase


Manajemen diri
 Kurang 32 68,5%
 Baik 25 31,5%
Jumlah 57 100%
Sumber : Survey Mahasiswa FIK UI Tahun 2015

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


94

Tabel 4.18 Distribusi Lansia berdasarkan Pengetahuan, Sikap, Keterampilan dan


Manajemen diri di Kelurahan Srengseng Sawah Taun 2015 (n=57)
No Perilaku Lansia Pre
mean SD
Pengetahuan 10.052 1.89
Sikap 26.62 3.71
Tindakan 39.65 7.67
Manajemen Diri 60.67 13.34
 Integrasi diri 19.07 3.36
 Regulasi diri 10.58 2.32
 Interaksi dengan petugas kesehatan 14.17 4.45
 Monitoring diri 3.1 1.39
 Pemantauan pengobatan 5.45 2.00
Tekanan Darah sistolik 148.6 13.01
Tekanan Darah diastolik 100.35 11.17

4.2.4 Analisa Data

Tabel 4.19 ANALISIS MASALAH KESEHATAN PADA LANSIA DI


KELURAHAN SRENGSENG SAWAH TAHUN 2015

No Data Indikator Masalah

1 Data Primer :  Posyandu/posb Ketidakefektifan


indu PTM manajemen
Wawancara
dilaksanakan kesehatan pada
 8 dari 10 keluarga menyatakan 1x/bulan lansia dengan
bahwa darah tinggi hal yang biasa  Posyandu/ hipertensi di
terjadi pada lansia dan biasanya posbindu PTM Kelurahan
lansia berobat sendiri kefasilitas lansia di setiap
Srengseng
pelayanan kesehatan tanpa RW
Sawah.
didampingi keluarga saat menjalani  Pelaksanaan
pengobatan. posyandu/posb
 6 dari 10 keluarga mengatakan bila indu PTM
obat darah tinggi dari puskesmas dengan system
habis keluarga biasanya membeli 5 meja
obat di apotik tanpa dikontrol ulang
dipelayanan kesehatan

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


95

 5 dari 10 orang lansia yang  Cakupan


diwawancarai mengatakan belum pelayanan
pernah melakukan pemeriksaan lansia 70%
kesehatan (tekanan darah,  100 lansia
kolesterol) secara rutin memiliki BPJS
 8 dari 10 orang lansia yang  UMR
diwawancarai menyatakan belum 2.700.000
pernah dilakukan penyuluhan  Kota
tentang tekanan darah tinggi pada mengembangk
kelompok lansia an program
 8 dari 10 orang lansia yang kesehatan
diwawancarai menganggap tekanan lanjut usia
darah tinggi hal yang biasa terjadi  puskesmas
karena sakit tua dan tidak perlu melaksanakan
dikontrol setiap bulan. program
 7 dari 10 orang lansia mengatakan kesehatan
jarang berolahraga secara rutin dan lanjut usia
jalan ke warung sudah dianggap  Desa/keluraha
berolahraga. n memiliki
 1 dari 10 lansia mengatakan kelompok
Sebagian besar lansia tidak lagi lanjut usia
bekerja/ pensiun dan kebutuhan minimal 1
sehari-hari dapat dari dana pensiun.  50% lansia
9 Lansia yang tinggal bersama melakukan
anaknya mengatakan bahwa senam lansia
kebutuhan hidup ditanggung oleh  Skrining
anak. kesehatan pada
 8 dari 10 lansia mengatakan bahwa 70% lansia
hipertensi merupakan penyakit  Deteksi dini
disebabkan dengan bertambahnya dan monitoring
umur dan merupakan hal yang kesehatan
biasa bahwa darah tinggi sering 1x/sebulan
terjadi pada lansia dan tidak mesti  Tekanan darah
mendapatkan penanganan sesegera ≤ 140/90
mungkin. mmHg
 6 dari 10 lansia mengatakan sering
memikirkan sesuatu seperti
kebutuhan hidup. Lansia sering
memendam perasaannya dan tidak
mengutarakan apa yang diinginkan
dan diharapkan. Lansia mengatakan
kalau sering kepikiran dan stress
lansia sering tidur larut malam di
atas jam 23.00 wib.
 8 dari 10 lansia mengatakan jarang
mengkonsumsi buah-buahan karena
harga buah mahal. Lansia tidak

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


96

mengetahui bahwa pisang baik


untuk kesehatan jantung.
 7 dari 10 lansia mengatakan bahwa
k sering suka masakan santan
karena enak.
 7 dari 10 lansia mengatakan
mereka sering makan ikan asin dan
tidak mengetahui bahwa ikan asin
menyebabkan darah tinggi. Adapun
lansia mengetahui bahwa tidak
boleh makan-makanan yang
berasin tapi untuk takaran dan
komposisi diit garam 1 sendok teh
dalam sehari lansia tidak
mengetahui dan cara memasak
sebelum makanan matang sudah
dikasih garam terlebih dahulu
sehingga masakan sebelum matang
sudah terserap kandungan garam
berlebih.

Data Sekunder
Angket :
 Lansia yang memiliki pengetahuan
yang kurang mengenai penyakit
hipertensi sebanyak 20 orang
(35,1%)
 Lansia yang memiliki sikap kurang
baik terhadap hipertensi sebanyak
30 orang (52,6%)
 Lansia yang melakukan tindakan
yang kurang baik terhadap
hipertensi sebanyak 33 orang
(58,4%)
 Lansia manajemen diri yang kurang
baik terhadap penyakit hipertensi
sebanyak 30 orang
(52,6%)Sebanyak 50,9% lansia
jarang olahraga.
 Sebanyak 42,1%lansia yang masih
konsumsi makanan berasin.
 Lansia memiliki suku jawa
sebanyak 50,9%.
 Lansia yang jarang mengkonsumsi
sayur 24 orang (42,1%)

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


97

 Lansia yang jarang konsumsi buah-


buahan 28 orang (49,1%)
 Lansia yang masih mengkonsumsi
asinan 24 orang (42,1%)
 Lansia yang jarang olahraga 29
orang (50,9%)
 Tekanan darah tinggi tidak perlu
dikontrol secara rutin 21 orang
(36,8%
 Bahwa penderita tekanan darah
tinggi tidak mesti menghindari
makanan berlemak sebanyak 25
orang (43,9%)
 Manajemen diri lansia sebagian
besar kurang baik yaitu sebanyak
39 orang (68,5%)

Winshield survey:
 Belum adanya papan pengumuman
di masyarakat sebagai media
pemberian informasi kesehatan.
 Sebagian RW memiliki lapangan
untuk olahraga.

Observasi :
 Lansia pergi sendiri tanpa di
dampingi keluarga ke pelayanan
kesehatan.
 Sebagaian kecil lansia mengikuti
senam, lebih banyak usia dewasa.
2 Data Primer : Posyandu Defisiensi
Wawancara dimasing-masing Kesehatan
 8 lansia mengatakan bahwa tekanan rw. Komunitas
darah kadang mengalami kenaikan dan Deteksi dini dan dalam
penurunan. monitoring mengontrol
 10 lansia mengatakan belum adanya kesehatan tekanan darah
posbindu PTM. program Belum 1x/sebulan pada lansia
optimalnya program lansia di dengan masalah
Tekanan darah ≤
Puskesmas seperti belum terbentuknya hipertensi di
140/90 mmHg
posbindu.. Kelurahan
 5 kader dari 9 kader yang di Srengseng
Senam bersama
wawancarai (kader dasawisma, kader
dari program
posyandu balita, kader Jumantik)
santun lansia.

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


98

menyatakan baru ada 1 kader khusus


lansia.

Data Sekunder :
Hasil Survey:
 Hasil screening dari 57 lansia sebanyak
58% lansia mengalamai hipertensi
sedang, 35% mengalami hipertensi
ringan,dan berat 7%

Data objektif :
Observasi :
 Belum optimalnya pelayanan 5 meja
pada posyandu lansia, kader hanya
melakukan pengukuran tekanan darah
dengan tensimeter digital.

Hasil winsley survey :


 Sukudinas Kesehatan Jakarta Selatan
yaitu sebagai binwasdal berkaitan
dengan peningkatan pelayanan lansia
yaitu melakukan pelatihan kader dan
peningkatan wawasan namun untuk
pelaksanaan program dilakukan
Puskesmas Kecamatan Jagakarsa berupa
program Santun Lansia.

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


99

WOC Tabel 4.2

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


100

4.2.6 Daftar Prioritas Masalah


4.2.6.1 Ketidakefektifan manajemen kesehatan dalam mengontrol tekanan
darah pada lansia dengan masalah hipertensi di Kelurahan Srengseng
4.2.6.2 Defisiensi Kesehatan Komunitas dalam mengontrol tekanan darah
pada lansia dengan masalah hipertensi di Kelurahan Srengseng

4.2.7 Rencana Intervensi, Implementasi, Evaluasi, dan Rencana Tindak


Lanjut Keperawatan Komunitas
4.2.7.1 Ketidakefektifan manajemen kesehatan dalam mengontrol tekanan
darah pada lansia dengan masalah hipertensi di Kelurahan Srengseng
1. TujuanUmum
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 6 bulan terjadi
peningkatan pemeliharaan manajemen kesehatan lansia di Kelurahan
Srengseng Sawah.
2. Tujuan Khusus vensi keperawatan selama 6 bulan diharapkan :
1) Peningkatan pengetahuan kelompok lansia dengan hipertensi
sebesar 2SD dari 10,05 menjadi 13,83 (SD=1,89).
2) Peningkatan sikap kelompok lansia dengan hipertensi sebesar
2SD dari 26,62 menjadi 34,04 (SD=3,71).
3) Peningkatan keterampilan lansia dengan hipertensi sebesar
2SD dari 36,93 menjadi 44,86 (SD=3,97)
4) Peningkatan manajemen diri lansia dengan hipertensi sebesar
2SD dari 60,97 menjadi 87,35 (SD=13,34)
5) Penurunan tekanan darah tinggi pada lansia dengan hipertensi
setelah melakukan GESIT MANDIRI.
6) Kelompok lansia secara mandiri melakukan GESIT MANDIRI
setiap bulan.

3. Rencana Keperawatan
Rencana intervensi keperawatan mencakup; 1) pendidikan
kesehatan pendidikan kesehatan mengenai hipertensi, stress dan
diet hipertensi pembatasan sodium dan natrium untuk lansia

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


101

dengan hipertensi, pengukuran IMT, kebutuhan kalori, kompres


air hangat pada area tengkuk; 2) pelaksanaan olahraga bersama
latihan Shiatsu Progresif Relaksasi (SPR) dimana akan ada
latihan pemanasan gerakan latihan shiatsu, gerakan kegel atau
pelvic dan pendingan menggunakan relaksasi otot progresif; 3)
Evaluasi perilaku kelompok lansia terhadap perawatan hipertensi
berupa sharing bersama mengenai tanda dan gejala hipertensi
yang dirasakan; 4) Interaksi dengan petugas kesehatan dengan
konseling; 5) Pemeriksaan tekanan darah secara rutin; 6)
pemantauan pengobatan antihipertensi secara berkala.

4. Implementasi
1) Melakukan pendidikan kesehatan tentang hipertensi pada
kelompok lansia yaitu dimulai pada hari Senin, 26 Oktober –
14 Desember 2015 dengan materi pendidikan kesehatan
mengenai 1) penyakit hipertensi :pengertian hipertensi,
klasifikasi hipertensi, penyebab dan faktor risiko hipertensi,
tanda dan gejala hipertensi,akibat jika tidak diatasi, cara
pencegaha dan pengobatan hipertensi. 2) diet hipertensi
meliputi diet garam. 3) Gizi seimbang penderita hipertensi 4)
Simulasi gizi seimbang dan pemakaian garam pada masakan
5) Pengukuran IMT dan kalori 6) Kompres air hangat 7)
Masase shiatsu 8) Pentingnya aktifitas fisik dan olahraga lama
pendidikan kesehatan dilakukan selama 45 menit.
2) Melakukan aktifitas fisik dan olahraga. Latihan fisik dan
olahraga dilakukan sejak hari Rabu, 4 November – 9
Desember 2015 melakukan senam SPR bersama lama kegiatan
45 menit.
3) Melakukan sharing mengenai tanda dan gejala hipertensi yang
dirasakan setiap kali pertemuan di hari Senin, 2. Senin, 26
Oktober – 14 Desember 2015 lamanya kegiatan 45 menit.

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


102

4) Melakukan interaksi dengan tenaga kesehatan dalam hal ini


residensi keperawatan komunitas dan petugas kesehatan dari
puskesmas. Kegiatan ini dilakukan pada saat dilakukan
Posbindu setiap bulan lamanya kegiatan dilaksanakan sesuai
jadwal kunjungan lansia 3-4 jam setiap kali pertemuan.
5) Melakukan pemeriksaan tekanan darah di posbindu di mulai
sejak Hari Senin, 7 Maret 2016.
6) Melakukan pemantauan diri dan kepatuhan terhadap regimen
pengobatan dengan memantau melalui lembar observasi
checklist. kegiatan ini berlangsung dari bulan Februari – April
2016.

5. Evaluasi
1) Terjadi peningkatan pada pengetahuan kelompok lansia
dengan hipertensi sebesar 13,89.
2) Terjadinya peningkatan pada sikap kelompok lansia dengan
hipertensi sebesar 34,4.
3) Terjadinya peningkatan keterampilan kelompok lansia
dengan hipertensi sebesar 46,79.
4) Terjadinya peningkatan manajemen diri kelompok lansia
dengan hipertensi sebesar 66,21.

Tabel 4.20 Distribusi Pengetahuan, Sikap, Keterampilan,


Manajemen diri dan tekanan darah Sebelum dan Sesudah
Pemberian Gesit Mandiri Di Wilayah Srengseng Swah (n=57)
Perilaku Lansia Pre Post
mean SD Mean
Manajemen Diri 60.67 13.34 66.21
 Integrasi diri 19.07 3.36 26.19
 Regulasi diri 10.58 2.32 15.07
 Interaksi dengan petugas kesehatan 14.17 4.45 16.22
 Monitoring diri 3.1 1.39 4.40
 Pemantauan pengobatan 5.45 2.00 6.98
Tekanan Darah sistolik 148.6 13.01 135.8
Tekanan Darah diastolik 100.35 11.17 91.75

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


103

5) Terjadinya penurunan tekanan darah sistolik kelompok


lansia dengan hipertensi sebesar 135,8.
6) Terjadinya penurunan tekanan darah diastolik kelompok
lansia dengan hipertensi sebesar 91,75.
7) Kelompok lansia secara mandiri melakukan GESIT
MANDIRI dalam merubah pola hidup sehat.
8) 85% kelompok lansia melakukan GESIT MANDIRI di
rumah.
9) 85% lansia mengontrol tekanan darah melalui pengurangan
konsumsi makanan, makanan yang mengandung tinggi
lemak.

6. Rencana Tindak Lanjut


1) Pendidikan kesehatan sebaiknya dilakukan rutin di kegiatan
posbindu dengan petugas kesehatan dari puskesmas dan
pemberian konseling sampai dilakukannya pengukuran
tekanan darah setiap bulan untuk mecegah komplikasi.
2) Sosialisasi kegiatan posbindu PTM kepada semua warga
melalui kader dan RT untuk meningkatkan status kesehatan
komunitas.

4.2.7.2 Defisiensi kesehatan komunitas pada lansia dengan hipertensi di Kelurahan


Srengseng Sawah
1. Tujuan Umum
Stelah intervensi keperawatan selama 6 bulan terjadi peningkatan
kesehatan komunitas pada lansia dengan hipertensi.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 6 bulan diharapkan :
1) Terlaksana kegiatan GESIT MANDIRI pada kelompok lansia dengan
hipertensi sebulan sekali.
2) Terlaksana kegiatan posbindu sebulan sekali.

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


104

3) Menurunya angka kejadian hipertensi pada kelompok lansia di


Wilayah Srengseng Sawah.

3. Rencana Keperawatan
Rencana intervensi keperawatan mencakup 1) Pengadaan program
kegiatan GESIT MANDIRI pada kelompok lansia dengan hipertensi;
2) pengadaan program kegiatan posbindu; 3) Pemeriksaan tekanan
darah pada kelompok lansia dengan hipertensi di posbindu; 4)
Identifikasi lansia yang mengalami tekanan darah tinggi pada saat
pelaksanaan posbindu.

4. Implementasi
Implementasi keperawatan yang dilakukan mencakup 1) Mengadakan
program kegiatan GESIT MANDIRI mulai hari Senin, 26 Oktober – 14
Desember 2015 dengan penatalaksanaan kegiatan menggunakan modul
GESIT MANDIRI yang telah dibuat. 2)Mengadakan program kegiatan
posbindu yaitu sejak hari Senin 7 Maret 2016 yang dihadiri oleh 64
lansia. 3) Melakukan pemeriksaan tekanan darah pada kelompok lansia
dengan hipertensi di Posbindu dan memonitoring buku lansia dan
pemantauan tekanan darah secara berkala. 4) mengidentifikasi lansia
yang mengalami tekanan darah tinggi pada saat pelaksanaan posbindu.

5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan mencakup 1) Pelaksanaan program kegiatan
dengan menggunakan buku modul GESIT MANDIRI di dua RW
yang dihadiri oleh kader dan kelompok lansia dengan hipertensi
sebanyak 52 lansia, 2) Program posbindu dan pemeriksaan tekanan
drah setiap bulan dilakukan di masing-masing RW dan telah
terbentuk posbindu di RW 1 pada 14 April 2016 kehadiran peserta
sebanyak 58 orang dan RW 17 pada tanggal 7 Maret 2016,
Pelaksanaan posbindu setiap minggu pertama hari kamis setiap
bulan Kunjungan pertama : sebanyak 67 orang, kunjungan ke dua :

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


105

54, kunjungan ke tiga sebanyak 46 orang, 3) Teridentifikasi


kelompok lansia dengan hipertensi, 4) terjadinya penurunan tekanan
darah lansia dengan hipertensi
6. Rencana Tindak Lanjut
1) Supervisi dilakukan petugas kesehatan secara berkala setiap
bulan dan adanya hasil pencatatan dan pelaporan yang dilakukan
kader kepada pihak puskesmas dan kelurahan, 2) Lakukan
screening tekanan darah tinggi pada kelompok lansia dengan
hipertensi setiap enam bulan sekali, 3) Pelaksanaan kegiatan
GESIT MANDIRI perlu didampingi oleh petugas kesehatan dan
fasilitator kader dan FKLU dalam mendukung kelompok
hipertensi.

4.3 Asuhan Keperawatan Keluarga


Asuhan keperawatan keluarga pada lansia dengan hipertensi sebanyak 10 keluarga
yang dilakukan mulai dari tahun 2015 sampai 2016 di Wilayah Kelurahan
Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa. Adapun asuhan keperawatan keluarga
pada 5 keluarga yang dilakukan pada bulan Oktober 2015 – April 2016 dan 5
keluarga dilakukan asuhan keperawatan keluarga mulai dari bulan Februari 2016 –
April 2016.

4.3.1 Hasil Pengkajian dan Analisis pada Keluarga Lansia dengan Hipertensi.
Pengkajian klien pada Keluarga Bapak S merupakan tipe keluarga extended family.
Kelurga Bapak S (71 thn) tinggal bersama Ibu S (62 thn). Mantu An, S (38 tahun),
An E (37tahun) dan Cu. E (10 tahun). Tahap perkembangan keluarga saat ini yaitu
keluarga dengan lansia. Keluarga Bapak S merupakan pensiunan PNS Sipil ABRI
dan ibu S merupakan ibu rumah tangga. Keluarga Bapak S mampu mencukupi
kebutuhan sehari-hari. Hasil pengkajian fungsi perawatan kesehatan keluarga
tanggal 29 Oktober 2015 pada saat di ukur tekanan darah ibu S yaitu 160/90 mmhg,
nadi : 78 kali/menit, pernapasan : 22 kali/ menit, berat badan 63 kg, tinggi badan
154 cm, maka indeks massa tubuh (IMT) 26,56 masuk dalam kategori obesitas.
Pengkajian tanggal 5 Oktober 2015 pada Bapak S diukur tekanan darah 140/90

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


106

mmHg, nadi : 82 kali/ menit, pernapasan : 22 kali/ menit, berat badan 67 kg, tinggi
badan 160 cm, maka indeks massa tubuh (IMT) 26,17 masuk dalam kategori
obesitas. Riwayat penyakit terdahulu Bapak S mengalami stroke sekitar umur 55
tahun dan di opname selama 1 minggu dan 3 bulan mengalami paralisis sebelah
kanan dan pelo. Riwayat terdahulu ibu S menderita darah tinggi sejak umur 40
tahun dan memiliki keturunan darah tinggi dari orang tua. Ibu S mengatakan bahwa
penyebab darah tinggi karena faktor keturunan dari kedua orang tua. Bapak S
mengatakan bahwa masih mampu berjalan sejauh 2 km. Dan Ibu S mengatakan
sudah susah jalan jauh sehingga jarang mengikuti kegiatan di lingkungannya.

Bapak S sejak mengalami pensiun sering menetap dirumah. Bapak S mempunyai


banyak waktu luang untuk mengikuti kegiatan di lingkungan RW dan RT, Bapak S
setiap mengikuti kegiatan di masyarakat dan tidak sesuai dengan pendapatnya
Bapak S sering marah dan kesal, Bapak S tidak mampu menahan emosi kemarahan
yang ditimbulkan karena tidak sependapat, sehingga sering menjadi konflik diri dan
masalah tersebut di bawa kerumah. Bapak S sering meluapkan perasaan pada Ibu S
dan anak-anaknya dengan nada tinggi dan marah. Bapak S tidak bisa terima bila
pendapatnya tidak diterima dimasyarakat, Bapak S sudah terbiasa didengarkan dan
dipatuhi ketika di tempat kerja sebelum pensiun. Ibu S selalu mengatakan pada
Bapak S banyak-banyak istifar dan harus sabar hidup di masyarakat. an. E dan
mantunya an.S hanya mendengarkan emosi nada marah Bapak S dan sering
mengabaikan karena sudah terbiasa dengan Bapak S tanpa adanya solusi dalam
membantu mengurahi dan menahan emosi marah Bapak S. Ibu S jarang berkumpul
di acara kegiatan sosial dimasyarakat, Ibu S hanya mengikuti pengajian dan
mengasuh cucu dirumah.

Bapak S mengatakan ketika belum pensiun rajin jalan dan olahraga bersama namun
sejak pensiun Bapak S jarak melakukan jalan pagi dan olahraga. Ibu S mengatakan
bahwa sebelum mempunyai cucu Ibu S sering ikut senam bersama ibu-ibu namun
sejak ada cucu tidak punya waktu untuk olahraga dan kumpul bersama. Hasil
observasi bahwa Bapak S tidak bisa duduk lama-lama dilantai dan ketika bangun
dari duduk butuh waktu 5 menit untuk berdiri. Bapak S tidak pernah melakukan

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


107

pemeriksaan lanjut terhadap kondisi yang dialami. Bapak S dan Ibu S


mengkonsumsi obat bila tanda dan gejala hipertensi sudah kambuh. Bapak S dan
Ibu S mengatakan bosan mengkonsumsi obat-obatan dan anak-anaknya kurang
perhatian. Anak dan mantu yang tinggal satu rumah hanya membatasi kegiatan
berat dan aktifitas diluar rumah untuk mencegah kekambuhan stroke yang dialami
Bapak S.

Keluarga Bapak S jarang mengikuti penyuluhan kesehatan dan belum pernah


keluarga menerima atau mendapatkan kesempatan tenaga kesehatan datang
kerumah. Bapak S dan Ibu S mengunjungi fasilitas kesehatan bila tanda dan gejala
hipertensi sudah mengganggu aktifitas fisik. Bapak S dan Ibu S mengunjungi
fasilitas kesehatan berdua tanpa di dampingi oleh anggota keluarga lainnya. Bapak
S dan Ibu S menggunakan transportasi kendaraan umum sebanyak 2 kali untuk
mengunjungi rumah sakit Zahira sehingga jarang melakukan pemeriksaan tekanan
darah. Bapak S mengatakan bahwa ingin sekali diantar oleh anaknya berobat namun
anak sibuk bekerja sehingga tidak bisa mengantarkan ke fasilitas kesehatan.

Hasil pengkajian kesehatan mengenai penyakit hipertensi bahwa lansia tahu


penyakit hipertensi yaitu tekanan darah diatas ≥ 140/90 mmHg, tanda dan gejala
hipertensi dan komplikasi hipertensi namun untuk diet hipertensi, pola pengaturan
hipertensi, cara mencegah kenaikan tekanan darah keluarga Bapak S tidak tahu.
Bapak S dan Ibu S mengatakan bahwa masakan dirumah tidak dipisah pada saat
pemberian garam sehingga Bapak S dan Ibu S tidak mampu mengontrol asupan
sodium dan natrium. An. E mengatakan bahwa tidak mengetahui penyabab dari
hipertensi dan cenderung menganggap bahwa hipertensi merupakan penyakit pada
lansia dan tidak perlu dikontrol dengan pola makanan. Keluarga Bapak S dan Ibu S
tidak pernah melakukan rekreasi 3 tahun terakhir. Bapak S dan Ibu S cenderung
berdiam dirumah menonton bersama anak dan cucu. Bapak S dan Ibu S sering
makan-makanan cemilian gorengan yang dibeli cucu nya. Bapak S dan Ibu S tidak
melakukan kontrol tekanan darah.

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


108

4.3.2 Web of Causation/Pohon Masalah dan Prioritas Masalah

Gangguan perfusi jaringan Kurangnya pengetahuan


mengenai hipertensi, pencegahan
dalam mengendalikan tekanan
darah
Risiko ketidakstabilan tekanan
darah

Kurangnya dukungan keluarga


dalam regimen terapeutik
Defisiensi kesehatan lansia dalam
mengontrol tekanan darah
Ketidakefektifan koping

Ketidakefektifan manajemen
kesehatan

Skema 4.3 Web of Causation Lansia dengan Hipertensi

4.3.3 Diagnosa Keperawatan


4.3.3.1 Ketidakefektifan manajemen kesehatan
4.3.3.2 Kurangnya dukungan keluarga dalam regimen terapeutik
4.3.3.3 Defisensi kesehatan lansia mengontrol tekanan darah

4.3.4 Rencan Intervensi, Implementasi dan Evaluasi


4.3.4.1 Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri
1. Tujuan umum
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 6 bulan,
diharapkan manajemen kesehatan Keluarga Bapak S
meningkat.
2. Tujuan Khusus
1) Keluarga Mampu Mengenal masalah hipertensi dengan
menjelaskan pengertian, menjelaskan faktor yang
menyebabkan hipertensi, tanda dan gejala hipertensi,
komplikasi akibat hipertensi tidak ditangani.

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


109

2) Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan


pencegahan terjadinya hipertensi pada anggota keluarga
dengan menjelaskan akibat yang terjadi bila keluarga
tidak mencegah terjadinya hipertensi dan mengambil
keputusan yang tepat untuk mengatasi hipertensi.
3) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang
menderita hipetensi dirumah dengan cara menjelaskan
cara mencegah dan merawat hipertensi lebih lanjut
dirumah dan mendemostrasikan cara melakukan GESIT
MANDIRI.
4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang aman
bagi keluarga dengan hipertensi.
5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan untuk mencegah kenaikan tekanan darah
dengan menyebutkan fasilitas kesehatan yang tersedia,
menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan dan mau
menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia.

3. Rencana Intervensi
Rencana intervensi keperawatan mencakup
1) Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit hipertensi
:pengertian hipertensi, klasifikasi hipertensi, penyebab
dan faktor risiko hipertensi, tanda dan gejala
hipertensi,akibat jika tidak diatasi, cara pencegaha dan
pengobatan hipertensi; diet hipertensi meliputi diet
garam; gizi seimbang penderita hipertensi; simulasi gizi
seimbang dan pemakaian garam pada masakan ;
pengukuran IMT dan kalori ; Kompres air hangat ; Masase
shiatsu; pentingnya aktifitas fisik dan olahraga lama
pendidikan kesehatan dilakukan selama 45 menit.
2) Dorong keluarga untuk mendukung lansia dalam
melakukan aktifitas fisik dan olahraga SPR.

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


110

3) Kaji mengenai tanda dan gejala hipertensi yang dirasakan.


4) Minta keluarga untuk melakukan GESIT MANDIRI.
5) Beri motivasi keluarga dalam memanfaatkan fasilitas
kesehatan.
6) Diskusikan manfaat fasilitas kesehatan.

4. Implementasi
Implementasi keperawatan yaitu
1) Mendiskusikan mengenai hipertensi terkait penyakit
hipertensi sebanyak 8 kali pertemuan selama 45 menit
setiap sesi mengenai :pengertian hipertensi, klasifikasi
hipertensi, penyebab dan faktor risiko hipertensi, tanda
dan gejala hipertensi,akibat jika tidak diatasi, cara
pencegaha dan pengobatan hipertensi; diet hipertensi
meliputi diet garam; gizi seimbang penderita hipertensi;
simulasi gizi seimbang dan pemakaian garam pada
masakan ; pengukuran IMT dan kalori.
2) Memberikan kesempatan pada keluarga dan lansia untuk
mengulang kembali materi yang dijelaskan dan
didiskusikan bersama perawat.
3) Memberika pujian positif pada keluarga dan partisipasi
keluarga yang aktif dalam mendiskusikan masalah
hipertensi.
4) Memberikan konseling pada lansia dengan hipertensi
selama 45 menit selama 2 kali pertemuan.
5) Memberikan keterampilan cara mencegah dan mengontrol
tekanan darah dengan menggunakan kompres air hangat
selama 1 kali sesi pertemuan dan SPR sebanyak 6 kali
pertemuan.
6) Menganjurkan pada keluarga untuk mengurangi
lingkungan bising pada penderita hipertensi.

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


111

7) Menganjurkan keluarga untuk membawah anggota lansia


dengan hipertensi ke fasilitas kesehatan yang dapat
dijangkau oleh lansia dengan hipertensi.

5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan keluarga mencakup :
1) Peningkatan pengetahuan keluarga sebesar 38% dan
berada pada tingkat kemandirian 4.
2) Keluarga mengenal tentang hipertensi, tanda hipertensi,
penyebab dan faktor risiko hipertensi, tanda dan gejala
hipertensi,akibat jika tidak diatasi, cara pencegaha dan
pengobatan hipertensi dan diet hipertensi.
3) Mengambil keputusan untuk melakukan perawatan
terhadap masalah hipertensi.
4) Melakukan perawatan hipertensi dengan menggunakan
GESIT MANDIRI dengan menggunakan kompres air
hangat.
5) Mengambil keputusan untuk melakukan perawatan di
rumah dengan manajemen diri : Keluarga mengatakan
meningkatkan status kesehatan dengan melakukan diet
hipertensi dan melakukan aktifitas fisik.
6) Melakukan perawatan lansia dengan hipertensi dengan
diet hipertensi dan aktifitas SPR setiap 1 kali seminggu.
7) Memodifikasi lingkungan untuk menjaga ketenangan
Bapak S dan Ibu S saat beristirahat agar kondusif sehingga
tidak membuat kenaikan tekanan darah.
8) Menggunakan fasilitsas kesehatan yang tersedian di
masyarakat yaitu melakukan pengukuran tekanan darah
setiap bulan di posbindu.

6. Rencana tindak lanjut


Rencana tindak lanjut keluarga harus

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


112

1) Keluarga tetap melakukan program GESIT MANDIRI


dalam meningkatkan status kesehatan
2) Keluarga membuat keputusan untuk melakukan
pemeriksaan tekanan darah secara rutin di posbindu.
3) Mendelegasikan kepada kader untuk melakukan supervisi
dan pemantauan pelaksanaan GESIT MANDIRI di rumah.

4.3.4.1 Kurangnya dukungan keluarga dalam regimen terapeutik


1. Tujuan umum
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 6 bulan,
diharapkan meningkatnya dukungan keluarga terhadap regimen
terapeutik
2. Tujuan Khusus
1) Keluarga Mampu Mengenal masalah hipertensi yang terjadi
pada lansia dan akibat hipertensi yang tidak dikendalikan.
2) Keluarga mampu mengambil keputusan dalam membantu
memberikan dukungan dan semangat pada lansia dengan
hipertensi.
3) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan untuk mencegah kenaikan tekanan darah dengan
mengantarkan lasnai ke pelayanan tingkat dasar posbindu.
4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yaitu
mengajarkan keluarga untuk menciptakan suasana tenang
dirumah.
5) Keluarga mampu menyebutkan fasilitas kesehatan yang
tersedia dilingkungan sekitar rumah dan mampu
menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan dan mau
menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia.

3. Rencana Intervensi
1) Berikan pendidikan kesehatan mengenai dampak
hipertensi.

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


113

2) Berikan pendidikan kesehatan mengenai peran


3) Lakukan Sharing mengenai kebutuhan lansia
4) Berikan motivasi dan dukungan pada lansia dengan
hipertensi.
5) Lakukan konseling pada keluarga mengenai anggota
keluarga yang mengalami hipertensi
6) Lakukan manajemen lingkungan dalam meningkatkan
kebutuhan rasa nyaman
7) Anjurkan keluarga untuk membawa lansia untuk kefasilitas
kesehatan

4. Implementasi
1) Mendiskusikan dengan anggotak keluarga dampak dari
tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan komplikasi lanjut seperti stroke.
2) Menjelaskan tahap perkembangan keluarga dengan anggota
keluarga yang memiliki lansia dengan hipertensi.
3) Mendiskusikan kepada anggota keluarga peran yang
dilakukan keluarga dalam meningkatkan status kesehatan
lansia.
4) Mendiskusikan kepada keluarga untuk meningkatkan
motivasi dan dorongan dalam memelihara kesehatan lansia.
5) Menciptakan lingkungan kondusif dirumah untuk
menghidari kebisingan yang dapat berdampak pada
peningkatan tekanan darah.
6) Mendorong keluarga untuk mengajak lansia untuk
melakukan pengontrolan tekanan adarah secara rutin.

5. Evaluasi
1) Keluarga mengetahui dampak yang terjadi pada lansia
dengan hipertensi.

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


114

2) Keluarga memberikan perhatian dan dukungan pada lansia


dengan hipertensi.
3) Keluarga mampu melakukan kompres ketika lansia
mengalami keluhan.
4) Keluarga menciptakan suasana yang tenang.
5) Keluarga dan lansia saling keterbukaan dalam komunikasi.
6) Keluarga mengantarkan lansia setiap bulan untuk
mengukur tekanan darah.

6. Rencana tindak lanjut


Melakukan motivasi dan dukungan pada anggota keluarga
dengan hipertensi, mendiskusikan kebutuhan lansia dengan
hipertensi. Melakukan pendampingan dalam meningkatkan
keterampilan keluarga dalam merawat lansia dengan hipertensi.

Evaluasi akhir untuk pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga terhadap 10


keluarga binaan pada lansia dengan hipertensi dilihat dari tingkat kemandirian
keluarga adalaha sebagai berikut :
Tabel 4.21 Tingkat Kemandirian Keluarga pada keluarga lansia dengan
hipertensi
Keluarga Lama Tingkat Kemandirian
Binaan Intervensi Sebelum Intervensi Setelah Intervensi
1 6 bulan II IV
2 6 bulan II IV
3 6 bulan I IV
4 6 bulan II IV
5 6 bulan I IV
6 3 bulan II IV
7 3 bulan II IV
8 3 bulan I IV
9 3 bulan I III
10 3 bulan II IV

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


115

Tabel di atas menunjukkan bahwa permasalah yang dihadapi keluarga dapat


diselesaikan dengan pemberian asuhan keperawatan keluarga. Pembinaan dan
intervensi yang dilakukan lebih kurang 3-6 bulan dengan kunjungan minimal 14
kali – 32 kali kunjungan. Dari data tersebut dapat dianalisis bahwa ada sebagian
keluarga sebelumnya sudah memiliki pengetahuan mengenai penyakit hipertensi
dan berobat dipelayanan kesehatan sehingga untuk meningkatkan kesehatan dan
adanya keluarga dengan tingkat kemandirian I dimana rata-rata lansia yang tingkat
kemandirian I tahu mengenai penyakit hipertensi namun tidak mampu mengontrol
dan mencegah dan berobat ketika dirasa gejala penyakit sudah mempengaruhi
aktivitas kegiatan sehari-hari. Keluarga mampu menerima promosi kesehatan dan
mampu mencegah kekambuhan penyakit sehingga setelah dilakukan intervensi
masuk dalam tingkat kemandirian IV. Namun ada satu keluarga dari hasil
pemberian GESIT MANDIRI terdapat 1 keluarga yang tingkat kemandirian III
yaitu dikarenakan keyakinan lansia mengenai hipertensi pada pencegahan yang
dilakukan belum optimal. Lansia lebih berfokus pada pengobatan tanpa pencegahan
yang dapat dimodifikasi dari faktor risiko sehingga membutuhkan perubahan
pola dalam meningkatkan manajemen diri perlu intervensi yang lebih lama.

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


116

Universitas Indonesia

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


116

BAB 5
PEMBAHASAN

Bab ini mengjelaskan dan menguraikan analisis pencapaian dan kesenjangan


pengelolaan manajemen keperawatan, asuhan keperawatan keluarga dan komunitas
serta kesenjangan data yang ditemukan selama melakukan praktek keperawatan
komunitas.

5.1 Pengelolaan Pelayanan Keperawatan


5.1.1 Manajemen Pelayanan
5.1.1.1 Masalah manajemen yaitu Defisiensi kesehatan komunitas :
manajemen pelayanan kesehatan komunitas lansia dengan
hipertensi.
Hasil evaluasi terhadap perencanaan dan program lansia dengan
hipertensi di sukudinas kesehatan Jakarta Selatan yaitu terbentuknya
kerjasama lintas sektoral dalam meningkatkan status kesehatan
lansia dengan dibentuknya posbindu PTM. Pembentukkan posbindu
PTM merupakan kerjasama lintas sektoral yang dilakukan dengan
pihak Kementrian Kesehatan, Sukudinas Kesehatan, puskesmas,
tokoh masyarakat, Forum Kesehatan Lanjut Usia Kecamatan
Jagakarasa, RW, RT, kader dan lansia dengan hipertensi. Posbindu
PTM dibentuk dalam rangka meningkatkan status kesehatan lansia
dengan hipertensi dalam mengontrol dan mengendalikan tekanan
darah setiap bulan.

Kemitraan, menjadi kunci keberhasilan dalam upaya penanganan


masalah hipertensi. Oleh karenanya, diperlukan upaya untuk
mendapatkan komitmen antara pemerintah pusat, pemerintah
daerah, organisasi kemasyarakatan, swasta, organisasi internasional
dalam mengatasi masalah hipertensi di Indonesia (Kemenkes RI,
2013) Sasaran kemitraan dari Kemenkes RI untuk program
hipertensi tahun 2013 Stakeholder : lintas program di Kementerian

116 Universitas Indonesia


Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
117

Kesehatan dan Kementerian lain terkait. Lintas sektor, pemerintah


pusat dan daerah sebagai pembuat Kebijakan. Organisasi profesi,
organisasi kemasyarakatan dan kelompok media sebagai agent of
change yang dapat mempengaruhi lingkungan agar mendukung
program pemerintah dalam mencegah dan mengendalikan
hipertensi. Sektor swasta – yang dengan berbagai sumber dayanya
dapat mendukung program pencegahan dan pengendalian hipertensi.
Lembaga Swadaya Masyarakat dan kelompok masyarakat lainnya.

Untuk memberikan peran perawat komunitas yaitu menjalin


kemitraan dengan orang lain untuk menegaska peran dalam
mempromosikan manajemen diri dengan pasien dengan perawatan
jangka panjang di masyarakat dan mendukung posisi ini dengan
pengetahuan, keterampilan dan bukti efektivitas. (McHugh, Horne,
Chalmers, & Luker, 2009)

Menurut hasil penelitian Ji Y.L., 2012 Dalam Ye et al,


2016menjelajahi personalisasi keperawatan lanjutan dalam
meningkatkan kualitas hidup pasien dengan darah tinggi yang
dilakukan pada group k intervensi berjumlah 97 orang dan group
kontrol berjumlah 83 yang dilakukan oleh spesialis perawatn untuk
mengembangan personalisasi dan pengaturan jadwal yang dilakukan
selama 12 minggu dalam jadwal kehidupan selama 24 jam secara
kontinue untuk mengukur tekanan darah melalui telpon dan
kunjungan rumah. Terjadi perubahan pada kualitas hidup namun
pada tekanan darah tidak terjadi perubahan.

Berdasarkan masalah data pada manajemen pelayanan keperawatan


yang kedua yaitu perlunya pembentukkan kelompok pembentukan
kelompok-kelompok masyarakat dalam program pencegahan,
pemantauan tekanan darah tinggi pada lansia dengan hipertensi.
Hasilnya telah dilakukan pembentukan GESIT MANDIRI yang

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
118

dilakukan dengan berkumpul setiap hari senin dan rabu, pentingnya


dukungan antar sesama anggota lansia dengan hipertensi dalam
meingkatkan kesadaran mengenai penyakit hipertensi bila tidak
dikontrol. Hal ini sejalan menurut hasil penelitian yang dilakukan
Thomas (2012) yaitu bahwa dengan dibentukknya kelompok ansia
dengan hipertensi dapat memberikan dampak pada perubahan yang
cukup baik terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilan lansia
dalam menangani penyakit hipertensi.

Kegiatan supervisi dilakukan di Srengseng Sawah yaitu dengan


pencatatan dan pelaporan serta adanya pihak dari puskesmas yang
datang untuk melakukan supervisi. Adanya pelaporan terkait jumlah
yang hadir saat dilakukan posbindu PTM setiap bulan. Supervisi ini
bermanfaat dan dilakukan secara berkesinambungan untuk
pelaksanaan posbindu PTM. Hasil evaluasi terhadap pelaksanaan
supervisi pada kader terutama anggota GESIT MANDIRI
menunjukkan bahwa kader atau anggota GESIT MANDIRI dapat
mempersiapkan diri dengan baik untuk melakukan kunjungan
keluarga dalam melakukan GESIT MANDIRI pada kelompok lansia
dengan hipertensi. Kader dilakukan pembinaan setiap bulan sebelum
dilakukan kegiatan posbindu untuk meningkatkan kualitas
pelaksanaan kegiatan.

Supervisi merupakan salah satu elemen dalam fungsi manajemen


pengarahan yang ditujukan untuk melakukan pengawasan pekerjaan
atau kinerja orang lain secara langsung yang disertai adanya
hubungan kolaborasi termasuk konsultasi dan memberikan masukan
jika diperlukan yang dapat dilakukan secara langsung maupun tidak
langsung (Whitehead Weiss, Tappen, 2010)

Pemetaan proses perawatan diri dukungan panduan berupa 1)


Sumber informasi: web informasi dan buku. 2) Pelatihan dan

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
119

dukungan kelompok : pasien ahli program khusus, group pendidikan


dan group lahitan. 3) ektor sukarelawan dan dukungan lokal :
kelompok dukungan pasien, pelatih kesehatan. Aspek dukungan
manajemen diri ini bersifat kolaboratif yaitu kemitraan dan
pendidikan (Elwyn et al, 2008;. Mei et al, 2011. Dalam Kennedy et
al, 2014 ).

5.1.2 Asuhan Keperawatan Komunitas


5.1.2.1 Implementasi Self Help Group
self help group adalah grup komunitas baru dan supportif yang
berhubungan satu sama lain dalam jaringan social, memuaskan
oranglain yang membutuhkan yang berada dalam suatu lingkaran
dan mereka belajar bagaimana menghadapi pengalaman baru
(Silverman, 1980 dalam Hunt, 2004).

Tujuan self help group dalam kelompok adalah memberikan support


terhadap sesama anggota dan membuat penyelesaian masalah secara
lebih baik dengan cara berbagi perasaan dan pengalaman, belajar
tentang penyakit dan memberikan asuhan, memberikan kesempatan
caregiver untuk berbicara tentang permasalahan dan memilih apa
yang akan dilakukan, saling mendengarkan satu sama lain,
membantu sesama anggota kelompok untuk berbagi ide-ide dan
informasi serta memberikan support, meningkatkan kepedulian antar
sesama anggota sehingga tercapainya perasaan aman dan sejahtera,
mengetahui bahwa mereka tidak sendiri.

Pembentukkan SHG GESIT MANDIRI merupakan awal dari


kegiatan dalam rangka meningkatkan manajemen diri lansia
penderita hipertensi. Pembentukkan SHG GESIT MANDIRI yaitu
dilaksanakan pada Minggu ke tiga Oktober. Pembentukkan SHG
yang dilakukan pada lansia dengan hipertensi yaitu untuk
mendukung dan memotivasi lansia satu sama lain cara

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
120

mengendalikan hipertensi berdasarkan pengalaman. Hal ini sejalan


dengan penelitian yang dilakukan oleh Ivarsson, Ekmehag, &
Sjoberg (2016) bahwa pembentukkan support group dan peer group
membantu lansia dalam mengatasi masalah hipertensi dimana lansia
berbagi pengalaman terhadap apa yang dirasakan. Pembentukkan
SHG dimodifikasi dengan manajemen kesehatan sangat penting
untuk merubah perilaku lansia dengan hipertensi sehingga lansia
memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengendalikan dan
mengatasi lansia dengan hipertensi (Gomez et al., 2016; Ivarsson,
Ekmehag, & Sjoberg, 2016).

5.1.2.2 Integrasi Diri


Impelementasi primer yang dilakukan berupa pendidikan kesehatan.
integrasi diri berupa kehidupan sehari-hari penderita hipertensi
seperti porsi makanan dan pilihan makanan, makanan buat, sayuran
,makanan lemak jenuh, makanan yang dipilih dapat memberikan
efek pada tekanan darah, konsumsi alkohol, peggunaan garam,
penurunan berat badan, mengelola makanan untuk mengontrol
tekanan darah, aktivitas fisik untuk mengontrol tekanan darah dan
berat badan seperti jalan kaki, jogging 30-60 permenit,
menggabungkan penyakit hipertensi dalam kehidupan sehari-hari,
menyesuaikan rutinitas hipertensi agar sesuai situasion baru dan
stop rokok dan kontrol stress.

Berdasarkan hasil pengkajian komunitas pada pertemuan di


lokakarya mini I di Kelurahan Srengseng Sawah yag diadakan
tanggal 10 November 2015 tentang program kesehatan pada
aggregate lansia, salah satu masalah kesehatan menjadi prioritas
adalah hipertensi. Berdasarkan hasil pendataan angket dilakukan
pada bulan November 2015 yang lalu, yang didapat dari 57
responden. Lansia yang memiliki pengetahuan yang baik tentang
hipertensi sebesar 64,9%, kurang baik sebesar 35,1%. Data tersebut

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
121

didapat dari angket pertanyaan yang menanyakan Pengetahuan


lansia tentang pengertian darah tinggi. Pengetahuan lansia tentang
tanda dan gejala hipertensi seperti sakit kepala dan kaku tengkuk
yang baik sebesar 68,7% dan yang kurang baik 31,3%. Pengetahuan
lansia tentang stress mempengaruhi darah tinggi yang baik sebanyak
57,9% yang kurang baik sebanyak 42,1%.

Berdasarkan data diatas dilakukan kesepakatan pada tanggal 26 pada


saat arisan dilakukan kesepakatan untuk mengadakan pendidikan
kesehatan pada Kamis, 3 Desember 2015 mengenai hipertensi
berupa pengertian hipertens, penyebab hipertensi, tanda dan gejala
hipertensi, akibat dari hipertensi bila tidak dilakukan. Kamis, 10
Desember 2015 diadakan pendidikan kesehatan mengenai stress,
faktor peyebab stress, akibat yang ditimbulkan dari stress, pengaruh
stress pada tekanan darah. Rabu, 16 Desember 2015 dilakukan
coaching gizi seimbang lansia dengan hipertensi, peghitungan IMT
dan kebutuhan kalori dalam sehari.

Program edukasi berbasis komunitas tentang self-management pada


kelompok pasien hipertensi dapat dilakukan oleh kader sebagai
bagian dari masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat Camphell
(2014) yang menyatakan bahwa upaya intervensi harus berfokus
pada pemberdayaan masyarakat, yang mana dalam hal ini
melibatkan kader untuk dapat mempengaruhi gaya hidup pada
pasien hipertensi terutama pada kelompok rentan. Penelitian lain
yang mendukung yaitu penelitian Fulton, Schelffler, Sparkes, Auh,
Vujicic & Soucat (2011) menyatakan bahwa efektivitas peran kader
dapat menjadi alternatif kebijakan dalam meningkatkan pelayanan
kesehatan. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Kilic,
Unzuncakmak & Ede (2015) pada 485 sampel bahwa efek dari
pendidikan kesehatan dengan 15 item pertanyaan pada karakteristik

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
122

responden tidak signifikan pada perubahan tekanan darah namun


barhubungan positif dengan rasio subjek.

Program yang ada di Indonesia untuk lansia dengan hipertensi yaitu


kartu sehat mandiri (KMS) dan Cerdik PTM Posbindu cara yang
pemeriksaan kesehatan rutin, menyingkirkan asap rokok, aktivitas
fisik rajin, diet seimbang, istirahat yang cukup dan mengelola stres
(Departemen Kesehatan, 2014). Modifikasi gaya hidup penderita
hipertensi memerlukan pengetahuan dan perilaku yang sesuai untuk
penderita hipertensi sehingga penderita dapat menjaga agar tekanan
darahnya tetap dalam batas normal (Cappucino Fp, Gomez GB,
2005; Kuswardhani RA, 2006; Fagard RH, Cornelissen VA, 2005).

Pasien hipertensi yang melakukan modifikasi gaya hidup untuk


mengontrol tekanan darahnya hanya sekitar 30% dari semua
penderita hipertensi (Ragot, Sosner, Bouche, Guillemain & Herpin,
2005). Salah satu upaya untuk melakukan pencegahan komplikasi
hipertensi perlu adanya peningkatan pencegahan tentang hipertensi.
Individu dengan penyakit jantung disarankan untuk melaksanakan
self-management sebagai salah satu managemen penyakit dalam
kehidupan sehari – hari (Richard & Sea, 2011). Penelitian yang
dilakukan Padiyar (2009) pada lansia dengan hipertensi yang
berumur 60-80 tahun menunjukkan terdapatnya penurunan tekanan
darah sistolik rata-rata 4,3 mmHg dan diastolik 2 mmHg (p < 0,001).
Padiyar memberikan intervensi berupa diet garam selama 3 bulan
tanpa pengobatan antihipertensi. Responden adalah 681 lansia
dengan pengobatan antihipertensi yang memiliki tekanan darah <
145/85 mmHg. Rekomendasi DASH (Dietary Approach to stop
Hypertension) diet yang dianjurkan adalah kaya buah-buahan, sayur
sayuran, kacang-kacangan dan makanan rendah lemak. Modifikasi
DASH dapat mengurangi tekanan darah sistolik 11,4 mmHg dan

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
123

diastolik 5,5 mmHg pada pasien hipertensi setelah 8 minggu


modifikasi diet (Padiyar, 2009).

Hasil penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan manajemen


diri pada integrasi diri lansia dengan hipertensi. Integrasi diri berupa
intervensi dilakukan pendidikan kesehatan selama 8 kali mengenai
hipertensi, tanda-dan gejala, diet hipertensi dan aktifitas fisik,
keterampilan kompres air hangat, masase shiatsu dan 6 kali aktifitas
fisik berupa senam shiatsu dan relaksasi otot progresif (SPR).
Olahraga sebaiknya dilakukan 30-60 menit 4-7 kali per minggu pada
penderita hipertensi untuk mengontrol tekanan darah (Dasgupta, K.,
et all 2014). Aktifitas sehari-hari merupakan semua kegiatan yang
dilakukan oleh lanjut usia setiap hari. aktifitas ini dilakukan seperti
mandi, berpakaian, makan atau melakukan mobilisasi. Agar tetap
dapat menjaga kebugaran dan dapat melakukan aktifitas dasar maka
lanjut usia perlu melakukan latihan fisik seperti oleharga. Latihan
aktifitas fisik sangat penting bagi orang lanjut usia menjaga
kesehatan, mempertahankan kemampuan untuk melakukan ADL
dan meningkatkan kualitas kehidupan (Lueckenotte, 2000)

Kegiatan ini dilakukan selama 3 bulan dapat meningkatkan


pengetahuan lansia dan aktifitas fisik. Penelitian yang dilakukan Lee
et al., (2003) membuktikan bahwa penggunaan teknik relaksasi
pernapasan diafragma signifikan menurunkan tekanan darah sistolik
(p< 0,001) dan diastolik (P < 0,005). Teknik pernafasan tersebut
dilakukan selama 3 minggu dengan teknik napas dalam sebanyak
tiga kali dalam 5 menit. Relaksasi otot progresif merupakan suatu
kegiatan menegangkan dan merilekskan kelompok otot secara
bertahap (Synder & Lindquist, 2010). Shiatsu bertujuan untuk
menyeimbangkan, memulihkan dan mempertahankan keseimbangan
energi tubuh, kesehatan fisik, emosi, mental dan spritual (Levine &
Levine, 1999: Wernicke, et al 2005: Robinson, Lorenc, & Liao, 2011)

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
124

Dari sumber penelitian diatas bahwa pendidikan kesehatan yang


dilakukan selama 8 kali, kegiatan senam selama 6 kali yang
dilakukan selama 3 bulan memiliki pengaruh pada perubahan pola
perilaku lansia hal ini terlihat pada nilai integrasi dir mengalami
peningkatan 2SD sebelum dan sesudah. Pemberian intervensi secara
bertahap dapat meningkatkan kesehatan dan kesinambungan lansia
dengan hipertensi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa total nilai self management


hipertensi pada kelompok perlakuan secara signifikan lebih tinggi
setelah menerima program edukasi berbasis komunitas
dibandingkan total nilai sebelum perlakuan (p=0,000). Selain itu,
total nilai self-management dari kelompok perlakuan secara
signifikan lebih tinggi daripada kelompok kontrol pada minggu
keempat (p=0,000). Subvariabel self-management tentang diet,
merokok, aktifitas fisik, manajemen stress, pengendalian berat
badan, alkohol, monitoring tekanan darah dan pengobatan
mengalami peningkatan setelah diberikan program edukasi berbasis
komunitas (Akhter, 2010).

Pelaksanaan promosi kesehatan dan pendidikan sebagai elemen


kunci dalam manajemen kesehatan dapat meningkatkan kualitas
hidup dan kepuasan pasien. Oleh karena itu, penerapan manajemen
kesehatan untuk lansia memiliki dampak yang signifikan potensial
pada penerapan sumber daya kesehatan, termasuk penurunan biaya
medis dan perbaikan dalam kesehatan lansia (Chao et al., 2012).
Pengaturan gaya hidup merupakan pencegahan utama dalam
mengontrol tekanan darah seperti mengurangi asupan natrium, rajin
konsumsi sayur dan buahan, melakukan aktivitas sehari-hari dan
olahraga secara rutin untuk menghindari terjadinya obesitas dan
timbunan lemak (Dasgupsta et al., 2014).

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
125

5.1.2.3 Regulasi Diri


Regulasi diri yaitu dengan perilaku monitor diri terhadap tanda dan
gejala berupa identifikasi situasi yang dapat menyebabkan tekanan
darah, mengapa darah tinggi berubah, akibat yang dapat disebabkan
gejala, membuat keputusan terhadap pengalaman terdahulu yang
menyebabkan tekanan darah tinggi dan target yang ingin dicapat
pada nilai tekanan darah.

Berdasarkan data bahwa lansia jarang melakukan kegiatan latihan


fisik. Lansia sering dirumah. Lansia sering mengalami buang air
kecil pada malam hari lebih dari 3 kali sehingga lansia tidak dapat
tidur kembali. Pelaksanaan dilakukan pada lansia dengan hipertensi
setiap hari Senin dilakukan dengan latihan fisik selama 6 kali setiap
hari senin pagi 30 November – April 2016 dimulai pada tanggal
yang terdiri dari pemanasan, inti dan pendingin. Pada saat
pemanasan diambil dari latihan ringan gerakkan yang diadop dari
shiatsu dan latihan untuk jantung, pada gerakkan inti diambil dari
latihan otot panggul dan pada saat pendinginan yaitu menggunakan
tekhnik relaksasi otot progresif. Setelah dilakukan latihan fisik
lansia diukur tekanan darah sebagian besar mengalami penurunan
untuk lansia 140/90 mmhg setelah dilakukan 4 kali 120/80 mmhg
namun pada kasus lansia yang memilki tekanan darah tinggai
160/100 rata-rata penurunan 140/90 mmhg. Efek dari latihan fisik
dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik dan dapat
mengurangi kecemasan dan depresi (Pender, Murdaugh dan Parson,
2002).

5.1.2.4 Interaksi Pelayanan Kesehatan, monitoring diri dan kepatuhan


terhadap pola hidup sehat yang direkomenasikan.
Kementerian Kesehatan RI telah mengembangkan program
pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) sejak tahun 2005
termasuk di dalamnya adalah pengendalian hipertensi (Kemenkes

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
126

RI, 2015). Sasaran utama dalam upaya pengendalian PTM di


Indonesia yaitu surveilans epidemiologi faktor risiko PTM, deteksi
dini faktor risiko PTM, penanggulangan faktor risiko PTM, dan
pencegahan serta penanggulangan faktor risiko PTM berbasis
masyarakat melalui poskesdes/posyandu/posbindu/pos PTM di
masing-masing wilayah kerja puskesmas (Kemenkes RI, 2015).
Upaya pengendalian faktor risiko PTM yang telah dilakukan berupa
promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), serta perilaku
CERDIK / GENCAR (cek faktor risiko secara rutin dan teratur,
enyahkan asap rokok dan polusi udara, rangsang aktivitas dengan
gerak olahraga dan seni, diet yang sehat dengan kalori seimbang,
istirahat yang cukup, dan kuatkan iman dalam menghadapi stres)
(Kemenkes RI, 2015).

Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2011 mulai mengembangkan


program Posbindu PTM untuk mengendalikan penyakit tidak
menular (Kemenkes RI, 2015). Kegiatan Posbindu PTM merupakan
salah satu wujud peran serta masyarakat dalam kegiatan deteksi
dini, monitoring dan tindak lanjut dini terhadap faktor risiko PTM
secara terpadu dan terintegrasi dengan kegiatan rutin di masyarakat
maupun di kelompok khusus (Kemenkes RI, 2015). Namun
demikian Posbindu belum merata di seluruh wilayah dan posbindu
tidak dibina oleh pembina yang kompeten (Kemenkes RI, 2014).
Program pengendalian hipertensi dan PTM lainnya yang berbasis
masyarakat melalui posbindu hendaknya melibatkan pelatihan pada
kader posbindu. Namun menurut hasil wawancara dengan kader
belum adanya pelatihan kader dan belum terbentuknya posbindu
yang ada hanya posyandu lansia yang melakukan pengukuran
tekanan darah dengan menggunakan tensimeter digital.

Program peningkatan upaya pengendalian PTM di puskesmas


dengan penetapan bahwa pada tahun 2013 semua provinsi

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
127

melaksanakan program PTM dan setiap kabupaten/kota minimal


memiliki satu puskesmas dengan program unggulan pelayanan PTM
yang dilengkapi dengan sumber daya manusia yang terlatih PTM,
fasilitas, dan peralatan untuk penatalaksanaan kasus PTM
(Kemenkes RI, 2014). Namun demikian pada tahun 2013 masih
90,9% provinsi yang melaksanakan program pengendalian PTM
dari target 100% dan hanya 55,06% peningkatan perilaku hidup
bersih di tatanan rumah tangga dari target 65% (Kemenkes RI,
2014). Pencapaian indikator fasilitas kesehatan yang mempunyai
sumber daya manusia (SDM) kesehatan yang sesuai standar
sebanyak 8.409 dari 10.347 fasilitas pelayanan kesehatan atau
sekitar 81,27 % dari target 75 % (Kemenkes RI, 2014). Hal ini
mengindikasikan bahwa masih tingginya prevalensi hipertensi di
Indonesia dapat diakibatkan oleh belum menyeluruhnya SDM yang
sesuai standar di fasilitas pelayanan kesehatan dan belum meratanya
program pengendalian PTM di seluruh wilayah.

Implemetasi yang dilakukan dengan pembentukkan kader pada


tanggal 16 dan 17 selama dua hari dengan koordinasi lintas sektoral
yaitu kementrian kesehatan, puskesmas dan kelurahan. Pendidikan
kesehatan, coaching dan pelatihan fungsi 5 meja dan cara
pengukuran faktor risiko. Tanggal 15 sehari sebelumnya kader
diberikan simulasi tentang gizi seimbang, cara mengukur IMT,
kalori dan simulasi gizi seimbang hipertensi dengan modifikasi pola
makan sehari-hari. Terbentuknya struktur kader memberikan
manfaat bagi penangana hipertensi di lingkungannya. Pembentukan
dan pelatihan sangat membantu pelayanan kesehatan bagi lansia
yang mengalami hipertensi dengan melakukan pemberdayaan
anggota masyarakat itu sendiri.

Penderita hipertensi melakukan interaksi kesehatan dengan tenaga


kesehatan pengobatan yang dilakukan, pengobatan yang sesuai

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
128

dengan penderita hipertensi(Akher, 2010). Interaksi tenaga


kesehatan pada lansia dengan hipertensi sebatas lansia datang ke
petugas kesehatan. Hasil wawancara sebagian lansia hanya berobat
namun untuk konsultasi mengenai tindakan, obat yang diberikan,
gejala yang dirasakan mengenai hipertensi lansia tidak menanyakan
dan tidak konsultasi. Lansia lebih kearah tindakan pengobatan
seperti datang, kemudian keluhan dirasakan dan pulang. Tanpa
adanya informasi yang ingin diperoleh. Dengan adanya
pembentukkan posbindu PTM dan dibentukkan support group dan
suppot help group lansia dapat menanyakan informasi kepada kader
atau teman sebaya yang sehat dan mengalami hipertensi.

Laporan pasien dukungan manajemen diri bertujuan untuk


mempromosikan keterikatan pasien dalam konsultasi dan memintah
petunjuk. Pasien mengidentifikasi apa yang penting bagi mereka dan
menggunakan ini sebagai dasar untuk melakukan diskusi secara
terbuka untuk mendukung manajemen diri. Bentuk laporan diri
didorong untuk pasien untuk merefleksikan kebutuhan dukungan
mereka melalui mempertimbangkan bagaimana mereka mengelola
dan yang gejala dan hal-hal yang berhubungan dengan penyakit
diperlukan perhatian dalam kehidupan sehari-hari mereka. Ini
dirancang untuk menyoroti prioritas pasien sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan dinegosiasikan dan dapat mengakses
informasi atau sumber. (Kennedy et al, 2014)

Buku panduan dikembangkan dengan pasien dan informasi


berdasarkan pengalaman dan bukti medis tentang pilihan
pengobatan (Kennedy et al., 2003; Kennedy dan Rogers, 2002).
Buku panduan dimaksudkan untuk mendorong pasien untuk
mempertimbangkan perubahan yang mereka bisa buat untuk
mengelola kondisi mereka.

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
129

Pada penelitian Liu X-H., 2011 Untuk menjelajahi pengaruh


intervensi keperawatan dilanjutkan pada pasien kepatuhan terhadap
pengobatan hipertensi. Intervensi keperawatan yang diberikan yaitu
48 Bulanan keluarga follow-up, termasuk saran diet, pelatihan
kesehatan, kepatuhan terhadap obat-obatan medis, dan pencegahan
komplikasi. Dibandingkan dengan mereka pada kelompok kontrol,
pasien dalam kelompok eksperimen menunjukkan tekanan sistolik
lebih rendah (t ¼ 4,84, P <0,01), tekanan diastolik lebih rendah (t ¼
3.21, P <0,01), lebih rendah insiden komplikasi (X2 ¼ 5.83 , P
<0,05), dan tingkat kepatuhan yang lebih tinggi (X2 ¼ 12.91, P
<0,01).

Pelayanan kesehatan primer (PHC) telah diidentifikasi optimal


untuk pengaturan mengatasi faktor-faktor risiko perilaku. Ini
berkaitan dengan aksesibilitas dan kapasitas untuk kontak berulang
dengan klien, yang memberikan kesempatan untuk menilai faktor
risiko gaya hidup, memantau kemajuan dan merujuk untuk
profesional kesehatan lainnya. Bukti menunjukkan pelayanan
kesehatan primer untuk mengontrol gaya hidup secara singkat
dengan intervensi seperti yang telah ditunjukkan untuk
meningkakan seseorang untuk berhenti merokok, mengkonsumsi
alkohol. Sedangkan intrvensi yang diberikan dalam durasi panjang
mealui puskesmas sepert penghitungan berat badan, diet, aktifitas
fisik bagi lansia yang berisiko tingg atau mempunyai penyakit kronis
(Chan et al, 2013)

Efek menguntungkan dari manajemen faktor risiko, intervensi gaya


hidup singkat jarang diterapkan dan PHC. Tampaknya bahwa
penilaian faktor risiko gaya hidup tidak terjadi secara rutin dan
hanya minoritas klien menerima intervensi apapun dalam PHC yang
berkaitan dengan pencegahan atau manajemen penyakit kronis.
Selanjutnya, intervensi gaya hidup cenderung terbatas meminta dan

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
130

memberi nasihat tentang risiko perilaku dari memberikan bantuan,


rujukan dan tindak (Chan et al, 2013).

Bahwa sarana dan prasarana untuk mendeteksi dan mengelolah


penyakit hipertensi telah tersedia puluhan tahun dan biaya-efektif
dengan menggunakan alat sphygnomanometer untuk didiagnosis,
obat murah dan efektif untuk pengobatan. Pasien hipertensi
melaporkan didiagnosis setelah mengunjungi fasilitas kesehatan
dengan geja dan walaupun dari pasien tidak memenduga bahwa
gejala yang dialami merupakan penyakit hipertensi. Pasien dengan
hipertensi melaporkan bahwa memiliki diagnosis setelah
mengunjungi klinik dengan gejala, hampir sebagian besar saat yang
diwawancarai menduga bahwa gejala yang muncul mungkin saja
menunjukkan penyakit hipertensi. Tekanan darah yang tidak
dikontrol secara rutin selama mengunjungi perawatan primer untuk
masalah lain, bertentangan dengan pedoman nasional namun
beberapa dokter melakukan pengukuran tekanan darah pasa semua
pasien saat mengunjungi klinik. Beberapa klinik memiliki alat
sphygnomanometer digital untuk mendorong atau memberdayakan
masyarakat untuk menjaga diri mereka sendiri. Sangat sedikit pasien
mengukur tekanan darah tanpa adanya tanda dan gejala (Risso-gill,
I et al., 2015).

5.1.3 Asuhan Keperawatan Keluarga


Asuhan keperawatan pada keluarga Bp S dan Ibu S membutuhkan intervensi
keperawatan secara langsung yang memilki masalah kesehatan yaitu
hipertensi dan pernah mengalami stroke. Intervensi yang dilakukan yaitu
dengan memberikan pendidikan kesehatan mengenai hipertensi, tanda dan
gejala, komplikasi, pengaturan diet DASH, diet gizi seimbang dan diet rendah
garam. Intervensi dilakukan yang kedua yaitu berbentuk share tanda dan
gejala yang dirasakan, tindakan yang dilakukan oleh keluarga saat terjadi
serangan seperti sakit kepala, kaku area pundak. Perawat memberikan
intervensi berupa tekhnik relaksasi otot progresif, akupresur, pengaturan pola

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
131

makan, takaran garam. Perawat memberikan konseling terkait dengan yang


telah diajarkan perawat dengan keterampilan yang diberikan mampu
menurunkan tanda dan gejala yang dirasakan lansia. Perawat melakukan
pengontrolan tekanan darah seminggu sekali untuk melihat terjadinya
perubahan atau pengaruh terhadap intervensi yang diberikan dan pada
pertemuan akhir diharapkan lansia mampu mengontrol dan lebih menyadari
kesehatan diri dan apa yang mesti dilakukan dan mencegah terjadinya
kenaikan tekanan darah serta mampu menggunakan fasilitas kesehatan
tingkat dasar yaitu posbindu PTM untuk kesinambungan dalam
mengendalikan dan mengontrol tekanan darah.

Penelitian yang dilakukan oleh Thomas,2013 yaitu bahwa intervensi salam


aktif berupa pendidikan kesehatan megenai hipertensi, diet rendah garam,
serta keterampilan seperti tekhnik relaksas otot progresif dengan
menggunakan program “SALAM AKTIF” mampu menurunkan kecemasan
serta mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia di masyarakat.
Menuru hasil penelitian yang dilakukan Amigo, Sahar dan Sukihananto tahun
2012 di Kecamatan Jetis Yogyakarta bahwa ada hubungan pelaksanaan tugas
perawatan kesehatan keluarga dengan status kesehatan lansia dengan
hipertensi dengan nilai p= 0,009. Hasil penelitian menurut Suhadi, Wiarsih
dan Wiyatuti tahun 2011 di Puskesmas Srondol Kecamatan Semarang
menunjukkan bahwa ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan
lansia dalam perawatan hipertensi. Kesehatan anggota keluarga seperti lansia
sangat dipengaruhi oleh kemampuan keluarga dalam melaksanaka tugas
perawatan kesehatan keluarga yang mencakup lima tugas yaitu keluarga
mengenal masalah kesehatan, keluarga mengambil keputusan yang tepat,
keluarga merawat anggota keluarga, keluarga mampu memodifikasi
lingkungan dan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan (Maglaya et al,
2009). Keluarga memberikan motivasi, kebebasan, serta perlindungan dan
keamanan untuk mencapai potensi diri bagi anggota keluarga (Friedman,
Bowden & Jones, 2010).

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
132

Latihan berbasis kelompok mampu memberikan tingkat kepatuhan jangka


panjang hampir 70% (Farrance, Tsofliou, & Clark, 2016). Latihan fisik
berupa napas yang dikombinasikan dengan musik dapat menurunkan tekanan
darah tinggi (Schein et al., 2001). Hasil penelitian dengan menggunakan
terapi shiatsu dapat mengurangi sakit kepala, kaku leher dan bahu, sakit
punggung dan memperlancar peredaran darah (Robinson, Lorenc & Liao,
2011) . Hasil penelitian yang menggunakan tekhnik relaksasi otot progresif
memberikan dampak pada penurunan tekanan darah (Hamarno, Nurachmah
& Widyatuti, 2010).

Kira-kira 40% orang dengan hipertensi peka terhadap sodium. Diet garam <
100 mmol/hari (2,4 gr atau 5 gr) dapat menurunkan tekanan darah sistolik 2-
8 mmHg. Pembatasan sedang pemasukan sodium (6 gram perhari) dapat
digunakan untuk menurunkan tekanan darah (Krafkoft et al, 2014). Penelitian
yang dilakukan Padiyar (2009) pada lansia dengan hipertensi yang berumur
60-80 tahun menunjukkan terdapatnya penurunan tekanan darah sistolik rata-
rata 4,3 mmHg dan diastolik 2 mmHg (p < 0,001). Padiyar memberikan
intervensi berupa diet garam selama 3 bulan tanpa pengobatan antihipertensi.
Responden adalah 681 lansia dengan pengobatan antihipertensi yang
memiliki tekanan darah < 145/85 mmHg.

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang berkumpul bersama oleh suatu
ikatan yang saling berbagi dan mempunyai kedekatan emosional dan yang
mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman,
Bowden & Jones, 2010). Keluarga adalah unit dasar dalam mengembangkan,
mengatur, dan menjalankan perilaku kesehatan yang meliputi nilai kesehatan,
kebiasaan hidup sehat dan persepsi terhadap kesehatan (Stanhope &
Lancaster, 2012). Penelitian menunjukkan, dukungan keluarga berhubungan
dengan perilaku kesehatan (Pender, Murdaugh & Parson, 2002).

Kesehatan keluarga dapat tergambar dari kemampuan keluarga memberikan


bantuan kepada anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
133

dan kemampuan keluarga memenuhi fungsi keluarga untuk memenuhi


kebutuhan perawatan diri dan kemampuan keluarga memenuhi fungsi
keluarga serta mencapai tugas perkembangan yang sesuai dengan tingkat
perkembangan keluarga (Friedman, Bowden & Jones, 2003). Penelitian yang
dilakukan Zulfitri (2006) bahwa adanya perhatian keluarga pada lansia
dengan hipertensi dalam mengontrol kesehatannya. Bentuk perhatian
keluarga berupa membantu dan merawat lansia dengan penuh kasih sayang,
menunjukkan wajah yang menyenangkan saat membantu dan melayani
lansia, keluarga membantu lansia dalam pemeriksaan kesehatan lansia dan
mengetahui obat yang dikonsumsi lansia.

Hasil evaluasi tingkat kemandirian pada 10 keluarga binaan yaitu bahwa


terdapat 1 keluarga binaan mencapai tingkat kemandirian keluarga level III
dan 9 keluarga mencapai tingkat kemandirian level IV. Hal ini perubahan
perilaku pada satu keluarga yang sudah terbiasa pada pengobatan tanpa
adanya perubahan perilaku pada perubahan gaya hidup sehingga perlu
perubahan pola perilaku yang cukup lama. Perubahan gaya hidup merupakan
hal utama dalam pencegahan dan pengontrolan tekanan darah dalam
meningkatkan status kesehatan (Dasgupsta et al., 2014).

5.2 Keterbatasan
Keterbatasan pada pelaksanaan kegiatan GESIT MANDIRI yaituSumber daya di
masyarkat yaitu petugas kesehatan masih minim sehingga untuk memberikan
konseling dan pendidikan kesehatan masih belum optimal. Kader kesehatan yang
baru dibentuk memerlukan pelatihan dan supervisi untuk keberlangsungan
kegiatan. Fasilitas yang kurang memadai untuk pelaksanaan posbindu dan adanya
pengaturan jadwal untuk kegiatan rutin di posbindu setiap hari kamis sehingga yang
kontrol ulang sebagian besar lansia yang tidak bekerja dan untuk pengendalian
faktor risiko pada masyarakat lain belum optimal.

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
134

5.3 Implikasi Pelayanan dan Penelitian


5.3.1 Implikasi Pelayanan
Manajemen pelayanan kesehatan memiliki berperan penting dalam
pengaturan kebijakan dan pelaksanaan program. Program posbindu lansia
yang sudah dicanangkan dapat meningkatkan kualitas hidup lansia.
Posbindu PTM yang dilaksanakan di komunitas dengan mengikutsertakan
peran serta masyarakat dalam meningkatkan status kesehatan.
Pembentukkan posbindu disetiap RW memudahkan lansia untuk mengakses
kepelayanan ksehatan dan memonitor tekanan drah setiap bulan. Supervisi
berupa pelaporan dan pencatatan yang dilakukan kader merupakan kegiatan
yang berkesinambungan antara pelaksanaan di komunitas dengan pemegang
program lansia dengan melakukan pemeriksan faktor risiko dan monitoring
tekanan darah.

Inovasi GESIT MANDIRI berdampak bagi lansia dengan dibentukknya


SHG lansia memiliki wadah dalam saling berbagi pengalaman mengenai
masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia dengan hipertensi.
Pemberian edukasi kesehatan dan aktifitas fisik secara rutin memberikan
dampak pada lansia secara positif dengan peningkatan kunjungan lansia
setiap kali pertemuan. Lansia memiliki pengetahuan dan keterampilan
dalam mengendalikan tekanan darah. Lansia yang memiliki riwayat
hipertensi mampu memberikan informasi dan menanyakan tanda dan gejala
yang dirasakan merupakan kenaikan tekanan darah. Lansia dapat menyadari
tanda dan gejala bila terjadi kenaikan tekanan darah. Dampak dari intervensi
GESIT MANDIRI dapat mengubah perilaku lansia kearah positif dalam
mengubah gaya hidup.
.
5.3.2 Implikasi Penelitian
Praktik komuitas yang dilakukan di Wilayah Srengseng Sawah pada lansia
dengan hipertensi dengan intervensi GESIT MANDIRI yang dilakukan
selama 7 bulan didapatkan bahwa manajemen diri dilakukan dalam kurun
waktu minimal 3 bulan untuk melihat perubahan. Intervensi GESIT

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
135

MANDIRI memberikan kesadaran pada lansia untuk meningkatkan status


kesehatan lansia secara mandiri mulai dari perubahan perilaku sampai pada
pelayanan kesehatan. Intervensi GESIT MANDIRI memperkaya khasana
intervensi keperawata secara nyata pada lansia yang memiliki kondisi
kronik dan membutuhkan perawatan jangka panjang dengan meningkatkan
manajemen diri.

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
136

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
6.1.1 Setelah dilakukan manajemen pelayanan kesehatan maka
terbentukknya posbindu, kader posbindu dan kegiatan posbindu setiap
bulan.
6.1.2 Setelah dilakukan kerjasama antara puskesmas dan kelurahan maka
adanya supervisi dari puskesmas dan kelurahan berupa pencatatan dan
pelaporan yang dilakukan oleh kader.
6.1.3 Terbentukknya wadah SHG GESIT MANDIRI di wilayah Srengseng
Sawah.
6.1.4 Peningkatan perilaku GESIT MANDIRI yang mencakup pengetahuan
dengan nilai mean 3,84; sikap 7,8; keterampilan 9,86 ; manajemen diri
5,54 . Petugas kesehatan dan kelurahan aktif dalam rangka melakukan
kegiatan supervisi berupa pencatatan dan pelaporan setiap bulan.
6.1.5 Terjadinya selisih penurunan tekanan darah sistolik 13 dan diastolik
8,6 setelah dilakukan GESIT MANDIRI di wilayah kelurahan
Srengseng Sawah.
6.1.6 Peningkatan kemandirian keluarga di tahap III dan IV dalam
melakukan perawatan pada lansia dengan hipertensi di Kelurahan
Srengseng Sawah.

6.2. Saran
6.2.1 Pelayanan Kesehatan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan
6.2.1.1 Diharapkan program penanganan PTM disusun lebih spesifik terkait
penyakit-penyakit yang berdampak pada penurunan kualitas hidup lansia.
Perlu adanya pencegahan secara dini melalui intervensi promotif dan
preventif sehingga insiden penyakit hipertensi pada lansia dapat dicegah dan
diturunkan lansia tidak menjadi beban bagi pemerintah, masyarakat, dan
keluarga.
6.2.1.2 Diharapkan ada penyediaan leaflet, poster, lembar balik terhadap penyakit
hipertensi di puskesmas maupun di posbindu.

136 Universitas Indoensia


Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
137

6.2.2 Puskesmas Kecamatan Jagakarsa


6.2.2.1 Diharapkan adanya pengembangan intervensi keperawatan dalam
meningkatkan manajemen diri dan kualitas hidup lansia dengan
hipertensi.
6.2.2.2 Diharapkan adanya pelaksanaan PERKESMAS pada lansia dengan
hipertensi dengan melakukan kunjungan rumah.
6.2.2.3 Diharapkan adanya jadwal rutin supervisi pelaksanaan posbindu
setiap bulan.

6.2.3 Kader
Sebagai bahan untuk melakukan pelayanan kesehatan lansia khususnya
lansia dengan hipertensi.

6.2.4 Keluarga dan Lansia


Keluarga dapat melanjutkan program GESIT MANDIRI dan menjadikan
program dalam pengaturan gaya hidup sebagai satu standar untuk
meningkatkan kualitas hidup.

6.2.5 Perkembangan Ilmu Pengetahuan


6.2.5.1 Peneliti
Sebagai bahan masukkan untuk memperkaya ilmu pengetahuan penulis dan
meningkatkan ketrampilan penulis dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan lansia.
6.2.5.2 Penelitian Selanjutnya
Dapat mengembangkan teori perubahan perilaku pada GESIT MANDIRI
untuk penelitian selanjutnya.

Universitas Indoensia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
138

DAFTAR REFERENSI

Akhter, N. (2010). Self-management Among Patients with Hyoertension in


Bangladesh.

Allender, J.A., Rector, C. & Warner, K.D. (2014). Community & Public Health
Nursing Promoting The Public’s Health, 8th ed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins

Anderson & Mc Farlane (2011).Community As Partner Theory And Practice In


Nursing. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. (2013).


Riset kesehatan dasar: Riskesdas 2013. Jakarta: Kemenkes RI

Badan Pusat Statistik. (2013). Proyeksi Penduduk Indonesia Indonesia Population


Projection (pp. 978–979).

Badan Pusat statistik. (2013). Analisis Hasil Survei Kebutuhan Data. Jakarta : BPS

Birren, J.E & Schaie,K. W. (2006). Handbook of psychology of aging (6thEd).


Associate editors: Ronald P. Abeles, Margaret Gatz, Timothy A. Salthouse.
MA: Elseiver Academic Press. Inc.

Bapenas. (2015). RPJMN 2015-2019 dan Strategi Pembangunan Kesehatan dan Gizi
Masyarakat. 24 Februari, 2015.
http://www.depkes.go.id/resources/download/rakerkesnas-2015/bappenas.pdf

Black, J.M., &Hawk,J.H. (2009). Medical Surgical Nursing Clinical Management


for Positive Outcome. 8th Ed. Philadelphia. Mosby.

Cernes, R., & Zimlichman, R. (2015). Resperate: the role of paced breathing in
hypertension treatment. Journal of the American Society of Hypertension, 9(1),
38–47. doi:10.1016/j.jash.2014.10.002

Chan, B. C., Jayasinghe, U. W., Christl, B., Laws, R. A., Orr, N., Williams, A.,
Harris, M. F. (2013). The impact of a team-based intervention on the lifestyle
risk factor management practices of community nurses: outcomes of the
community nursing SNAP trial. BMC Health Services Research, 13, 54.
doi:10.1186/1472-6963-13-54

Chang, A. K., Fritschi, C., & Kim, M. J. (2013). Sedentary behavior, physical
activity, and psychological health of Korean older adults with hypertension:
effect of an empowerment intervention. Research in Gerontological Nursing,
6(2), 81–8. doi:10.3928/19404921-20121219-01

Chao, J., Wang, Y., Xu, H., Yu, Q., Jiang, L., Tian, L., Liu, P. (2012). The effect of
community-based health management on the health of the elderly : a

138 Universitas Indonesia


Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
139

randomized controlled trial from China. BMC Health Services Research.


doi:1472-6963/12/449

Choi, S. W., Kim, M. K., Han, S. W., Kim, S. H., Kim, H. J., Kang, S. M., Ryu, K.
H. (2014). Characteristics of hypertension subtypes and treatment outcome
among elderly Korean hypertensives. Journal of the American Society of
Hypertension, 8(4), 246–253. doi:10.1016/j.jash.2014.01.004

Dasgupta, K., Quinn, R. R., Zarnke, K. B., Rabi, D. M., Ravani, P., Daskalopoulou,
S. S., & Poirier, L. (2014). The 2014 Canadian Hypertension Education
Program recommendations for blood pressure measurement, diagnosis,
assessment of risk, prevention, and treatment of hypertension. The Canadian
Journal of Cardiology, 30, 485–501. doi:10.1016/j.cjca.2014.02.002

Ervin, N. E. (2002). Advanced Community Health Nursing Practice: Population -


Focused Care. New Jersey: Pearson Education.

Dasgupta, K., Quinn, R. R., Zarnke, K. B., Rabi, D. M., Ravani, P., Daskalopoulou,
S. S., & Poirier, L. (2014). The 2014 Canadian Hypertension Education
Program recommendations for blood pressure measurement, diagnosis,
assessment of risk, prevention, and treatment of hypertension. The Canadian
Journal of Cardiology, 30, 485–501. doi:10.1016/j.cjca.2014.02.002

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. (2016). Data Angka kelahiran dan
Kematian dan Harapan Hidup DKI Jakarta. Diakses : 18 mei 2016 :
http://data.jakarta.go.id/.

Hitchcock,J.E., Schubert, P.E., Thomas, S.A. (2002). Community Health Nursing :


Caring in Action. New York : Delmar Publishers.

Fletcher AE, Price GM, Ng ES, Stirling SL, Bulpitt CJ, Breeze E, Nunes M, Jones
DA, Latif A, Fasey NM, Vickers MR, Tulloch AJ: Population-based
multidimensional assessment of older people in UK general practice: a
cluster-randomized factorial trial. Lancet 2004, 364:1667–77.

Kelurahan Srengseng Sawah. (2016). Profil Kelurahan Srengseng Sawah 2015.


Jakarta

Kemenkes.RI. (2014). Pusdatin Hipertensi. Infodatin, (Hipertensi), 1 – 7.

Kementrian Kesehatan RI. (2013). Daftar Isi “ Waspadai Hipertensi “. Panduan


PEringatan Hari Kesehatan Sedunia 2013 “Waspadai Hipertensi
KEndalikan Tekanan Darah,” (April).

Kementrian Kesehatan RI (2013). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia.


Jakarta

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
140

Kementrian Kesehatan RI. (2013). Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta:


Kementrian Kesehatan RI.

Kementrian Kesehatan RI. (2013). Profil Kesehatan Dasar 2013. Jakarta. Kementrian
Kesehatan RI.

Kementrian Kesehatan RI ,(2014). Penyakit Tidak Menular. Jakarta. Kementrian


Kesehatan RI.

Kennedy, A., Rogers, A., Bowen, R., Lee, V., Blakeman, T., Gardner, C., … Chew-
Graham, C. (2014). Implementing, embedding and integrating self-
management support tools for people with long-term conditions in primary
care nursing: A qualitative study. International Journal of Nursing Studies,
51(8), 1103–1113. doi:10.1016/j.ijnurstu.2013.11.008

Kilic, M., Uzunçakmak, T., & Ede, H. (2016). The effect of knowledge about
hypertension on the control of high blood pressure. International Journal of the
Cardiovascular Academy, 2(1), 27–32. doi:10.1016/j.ijcac.2016.01.003

Kithas, P. A., & Supiano, M. A. (2015). Hypertension in the Geriatric Population.


Medical Clinics of North America, 99(182), 379–389.
doi:10.1016/j.mcna.2014.11.009

Leung, A. A., Nerenberg, K., Daskalopoulou, S. S., McBrien, K., Zarnke, K. B.,
Dasgupta, K., … CHEP Guidelines Task Force. (2016). Hypertension
Canada’s 2016 Canadian Hypertension Education Program Guidelines for
Blood Pressure Measurement, Diagnosis, Assessment of Risk, Prevention, and
Treatment of Hypertension. The Canadian Journal of Cardiology, 32(5), 569–
88. doi:10.1016/j.cjca.2016.02.066

Marquis, B.L. & Huston, C., J. (2010). Kepemimpinan dan manajemen


keperawatan: teori & aplikasi. (Ed 5). alih Bahasa, Widyawati dkk, Editor
edisi bahasa Indonesia Egi komara yuda dkk, Jakarta: EGC

Mauk, K.L. (2013). Gerontological nursing : Competencies for care. London: Jones
and Bartlett Publishers International

Mehta, A. R. (2013). Hypertension in elderly. Clinical Queries Nephrology, 2(3),


96–102. doi:10.1016/j.cqn.2013.07.006

Meiner. (2011). Gerontologic Nursing Fourth Edition. Elseiver: Mosby.

Miller, C. A. (2012). Nursing for wellness in older adult: theory and practice (6th
ed.). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins

McHugh, G. A., Horne, M., Chalmers, K. I., & Luker, K. A. (2009). Specialist
community nurses: A critical analysis of their role in the management of
long-term conditions. International Journal of Environmental Research and

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
141

Public Health, 6(10), 2550–2567. doi:10.3390/ijerph6102550

Puskesmas Kecamatan Jagakarsa. (2016). Profil Puskesmas Kecamatan Jagakarsa


2016. Jakarta

Risso-gill, I., Balabanova, D., Majid, F., Ng, K. K., Yusoff, K., Mustapha, F., …
Mckee, M. (2015). Understanding the modifiable health systems barriers to
hypertension management in Malaysia : a multi-method health systems
appraisal approach, 15–17. doi:10.1186/s12913-015-0916-y

Sargent, P. (2008). Nt clinical. Implementing The Role Of The Community MAtron,


104(4), 23–24.

Stanhope, M. & Lancaster, J. (2016). Public Health Nursing Population Centered


Health Care in The Community, 9th ed. Missouri: Elsevier

Satterfield, G., Anderson, J., & Moore, C. (2012). Evidence supporting the
incorporation of the dietary approaches to stop hypertension (DASH) eating
pattern into stroke self-management programs: a review. The Journal of
Neuroscience Nursing : Journal of the American Association of Neuroscience
Nurses, 44(5), 244–50; quiz 251–2. doi:10.1097/JNN.0b013e3182666248

World Health Organization. (2002). Active Ageing: A Police Framework, 1–60.


doi:10.1080/713604647

World Health Organization. (2013). World Health Day 2013. A Global Brief on
Hypertension, 9.

World Health Organization. (2013). World health statistics 2013. Geneva: who press

World Health Organization (2014). Health statistics and information system:


Definition of an older or elderly person. Januari 3, 2015.
http://www.who.int/healthinfo/survey/ageingdefnolder/en/

Ye, Z.-J., Liu, M.-L., Cai, R.-Q., Zhong, M.-X., Huang, H., Liang, M.-Z., & Quan,
X.-M. (2016). Development of the Transitional Care Model for nursing care
in Mainland China: A literature review. International Journal of Nursing
Sciences. doi:10.1016/j.ijnss.2016.01.003

Zheng, Z., Li, Y., & Cai, Y. (2014). Estimation of hypertension risk from lifestyle
factors and health profile: a case study. TheScientificWorldJournal, 2014,
761486. doi:10.1155/2014/761486

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
NO :

PENGKAJIAN KOMUNITAS PADA LANSIA


DI KELURAHAN SRENGSENG SAWAH
KECAMATAN JAGAKARSA

Fakultas Ilmu Keperawatan Peminatan Keperawatan Komunitas


Universitas Indonesia

Petunjukpengisian :
1. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti
2. Berilah tanda checklist pada jawaban yang Bapak/Ibu pilih dan beri tanda (V) pada
pilihan yang tersedia.
3. Isilah titik-titik yang tersedia pada pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas.

DATA LANSIA

1. Nama : …………………
2. Usia : ………………… tahun
3. Jeniskelamin : Laki-laki/Perempuan
4. Berat badan lansia : …………….. kg
5. Panjang badan lansia : …………….. cm

Masalah Hipertensi
1. Pengetahuan tentang Tekanan DarahTinggi
Isilah kolom berikut dengan memberikan tanda checklist (√) pada jawaban yang Saudara
pilih!
No Pertanyaan Benar Salah
1 Batasan tekanan darah normal untuk lanjut usia adalah diatas
120/80 mmHg
2 Sakit kepala disebabkan migren bukan darah tinggi pada lansia
hipertensi.
3 Darah tinggi ditandai dengan pandangan kabur.
4 Darah tinggi ditandai dengan keluhan kaku pada tengkuk.
5 Darah tinggi ditandai dengan keluarnya darah dari hidung atau
mimisan.
6 Darah tinggi dapat disebabkan karena penuaan
7 Faktor penyebab terjadinya hipertensi seperti kegemukan
8 Kebiasaan merokok dapat menyebabkan tekanan darah tinggi
9 Tekanan darah tinggi disebabkan oleh faktor umur bukan jenis
kelamin
10 Stres/ banyak pikiran dapat menyebabkan tekanan darah tinggi
11 Kurang olahraga atau aktifitas dapat menyebabkan darah tinggi
12 Darah tinggi tidak perlu dikontrol setiap bulan, hanya perlu
dikontrol waktu terjadi sakit saja.
13 Darah tinggi diatasi dengan mengurangi mengurangi garam.
14 Penderita darah tinggi dapat mengalami stroke/ kelumpuhan.

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


No Pertanyaan Benar Salah
15 Penderita darah tinggi dapat mengalami penyakit jantung.

II. Sikap Penderita terhadap Tekanan Darah Tinggi


Angket dibawah ini bertujuan untuk mengetahui pendapat dan keyakinan Bpk/ibu
mengenai perilaku yang sehat dalam keluarga. Bacalah pernyataan secara teliti dan isilah
dengan menggunakan tanda checklist (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan yang
bpk/ibu yakini.
- Sangat Setuju = jika anda merasa pernyataan tersebut benar-benar sangat sesuai
dengan yang bpk/ibu pikirkan dan yakini.
- Setuju = jika anda merasa pernyataan tersebut cukup sesuai dengan yang bpk/ibu
pikirkan dan yakini.
- Tidak Setuju = jika anda merasa pernyataan tersebut tidak sesuai dengan yang bpk/ibu
pikirkan dan yakini.
- Sangat Tidak Setuju = jika anda merasa pernyataan tersebut benar-benar sangat tidak
sesuai dengan yang bpk/ibu pikirkan dan yakini.

Tidak Sangat
Sangat Setuj
No Pertanyaan Setuj Tidak
Setuju u
u Setuju
1 Penderita tekanan darah tinggi tidak perlu kontrol
tekanan darah secara rutin
2 Saya telah memikirkan bahwa hipertensi merupakan
bagian dari kehidupan.
3 Kenaikan tekanan darah diatas 140/90 mmhg adalah
kondisi normal.
4 Pederita darah tinggi harus banyak makan buah serta
sayur dan minum air putih
5 Penderita darah tinggi tidak mesti menghindari
makanan berlemak.
6 Kebiasaan berolah raga sangat baik untuk penderita
tekanan darah tinggi
7 Penderita darah tinggi tidak harus kuatir akan stress.
8 Penderita tekanan darah tinggi ( hipertensi ) harus
rajin memeriksakan kesehatannya di pelayanan
kesehatan
9 Jika merasa ada masalah dengan kesehatan maka
harus segera ke pelayana kesehatan ( RS, Puskesmas,
Poswidu dll )
10 Penderita darah tinggi ( hipertensi) boleh konsumsi
kopi.

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


III. Tindakan
Isilah kolom berikut dengan memberikan tanda checklist (√) pada jawaban yang Bapak/ Ibu
pilih atau yang dilakukan!
- Selalu = jika bpk/ibu merasa pernyataan tersebut benar-benar menjadi kebiasaan yang
rutin dilakukan (setiap hari dilakukan).
- Sering = jika bpk/ibu merasa pernyataan tersebut merupakan kebiasaan yang dilakukan
lebih dari 2 kali seminggu.
- Jarang = jika bpk/ibu merasa pernyataan tersebut merupakan kebiasaan yang tidak rutin
dilakukan (jika hanya 1 kali dalam seminggu dilakukan).
- Tidak pernah = jika bpk/ibu merasa pernyataan tersebut merupakan kebiasaan yang tidak
pernah sama sekali dilakukan (tidak pernah dilakukan).
Tidak
No Pertanyaan Selalu Sering Jarang
pernah
1 Merokok
2 Makan sayuran
3 Makan buah-buahan
4 Makan makanan berlemak (bersantan, mentega,
minyak goreng)
5 Makan makanan yang asin/ mengandung garam
6 Makan makanan yang diawetkan (seperti
sarden, sayur asin)
7 Minum kopi
8 Minum air putih
9 Minum minuman bersoda (Cocacola, sprite,
fanta)
10 Minum alkohol
11 Merokok
12 Berolah raga
12 Marah-marah saat stress/ banyak pikiran
13 Bercerita pada keluarga atau teman saat stress/
banyak pikiran
14 Tidur dibawah 8 jam
15 Selalu memeriksakan diri ke pelayanan
kesehatan untuk mengecek tekanan darah

IV. Pengkajian untuk Masalah Hipertensi (Tekanan DarahTinggi)


1. Sejak kapan bapak/ibu merasakan mengalami tekanan darah tinggi?
a. < 1 tahun yang lalu
b. 1 – 3 tahun yang lalu
c. < 3 tahun yang lalu
2. Penyebab tekanan darah tinggi yang bapak/ibu alami:
a. Riwayat penyakit keluarga/keturunan
b. Kegemukan
c. Stress/ banyak masalah
d. Makanan
e. Kurang aktivitas/ Olah raga
f. Merokok
g. Minum minuman beralkohol

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


3. Keluhan/Riwayat Penyakit Darah Tinggi

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah bapak/ibu merasakan sakit kepala atau pusing ketika
tekanan darah tinggi
2 Apakah bapak/ibu merasakan sulit tidur ketika tekanan darah
tinggi
3 Apakah bapak/ibu merasakan telinga menjadi berdengung
ketika tekanan darahnya tinggi
4 Apakah bapak/ibu merasakan leher bagian belakang/tengkuk
terasa berat dan kaku
5 Apakah penglihatan bapak/ibu menjadi kabur ketika tekanan
darahnya tinggi
6 Apakah bapak/ibu merasa cepat lelah ketika tekanan
darahnya tinggi
7 Apakah bapak/ibu merasakan dada berdebar-debar ketika
tekanan darahnya tinggi
10 Apakah bapak/ibu pernah mengalami perdarahan hidung
atau mimisan saat tekanan darah tinggi
11 Apakah bapak/ibu mengalami mual atau muntah saat
tekanan darah tinggi
12 Apakah bapak/ibu mengalami gangguan penyakit ginjal
seperti ada keluhan saat buang air kecil (BAK) karena
tekanan darah tinggi
13 Apakah bapak/ibu mengalami penyakit jantung karena darah
tinggi
14 Apakah bapak/ibu pernah mengalami penyakit stroke
15 Apakah ada riwayat anggota keluarga yang meninggal dunia
karena tekanan darah tinggi

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
MODUL
GERAKAN LANSIA SADARI HIPERTENSI
DENGAN MANAJEMEN DIRI (GESIT MANDIRI)

Disusun Oleh :
Ns.Sukmah Fitriani, M.Kep

MAHASISWA PROGRAM SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2015
Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat-Nya, modul ini dapat tersusun. Modul ini bagian pelengkap dalam intervensi
keperawatan keluarga, komunitas dan manajemen keperawatan pada lansia dengan
hipertensi.

Modul KELARSI sebagai informasi mengenai hipertensi terkait cara pencegahan dan
pengontrolan tekanan darah tinggi pada lansia yang mengalami hipertensi. Penulis
menyadari, bahwa modul ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan,
sehingga masukkan dari semua pihak sangat penulis harapkan.

Penulis berharap modul ini berguna untuk lansia, keluarga dan masyarakat.

Jakarta Selatan, Desember 2015

Penulis

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
MATERI 1
HIPERTENSI

A. Apa itu hipertensi ?

Kondisi terjadi peningkatan takanan darah diatas


batas normal dengan nilai batas atasnya lebih atau
sama dengan 140 mmHg dan nilai batas bawahnya
lebih atau sama dengan 90 mmHg.

B. Klasifikasi Hipertensi
Tekanan darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi derajat I 140-159 90-99
Hipertensi derajat II ≥160 ≥100
Hipertensi derajat III ≥ 180 >110
Hipertensi sistolik terisolasi ≥ 140 <90

C. Penyebab dan Faktor Risiko


Menurut para ahli kesehatan, hipertensi dapat disebabkan oleh dua faktor,
yaitu :
1. Faktor yang tidak dapat dikontrol, terdiri dari :
a. Keturunan
Faktor keturunan jika kedua orang tua menderita hipertensi
kemungkinan akan terkena penyakit ini sebesar 60 % karena ada
faktor gen keturunan yang berperan.
b. Ciri Perseorangan
Ciri perseorangan seperti umur, jenis kelamin, dan ras.

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
2. Faktor yang dapat dikontrol, terdiri dari :
1) Stress

Perasaan tertekan, cemas, dan tegang


terhadap suatu keadaan

2) Makanan yang tinggi garam dan lemak

Konsumsi garam tidak boleh lebih dari 1 Lemak hewani mengandung lemak
sendok teh. jenuh

3) kurang olahraga dan Berat badan yang berlebihan dan kurang olahraga

Orang gemuk, jantungnya bekerja


lebih keras dalam memompa darah

4) Merokok

Rokok mengandung zat kimia


berbahaya korbonmonoksida dan
memompa darah ke jantung lebih
kuat

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
5) Kurang olah raga

Kurang gerak akan menyebabkan


resiko penyempitan dan
penyumbatan pembuluh darah

6) Minum teh dan kopi yang berlebihan

Mengandung kafein

7) Minum alkohol (minuman keras) dan minuman bersoda yang berlebihan

Kandungan alkohol meningkatkan


keasaman darah dan menyebabakan
tekanan darah tinggi

8) Makanan yang diawetkan

mengandung bahan pengawet


natrium sebaiknya dihindari

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
D. Tanda dan gejala
Pada sebagian besar, tekanan darah tinggi tidak menimbulkan gejala.
Adapun jika tanda dan gejala yang dirasakan pada penderita tekanan darah
tinggi adalah sebagai berikut:

1. Kaku atau terasa berat pada tengkuk


2. Pusing/sakit kepala
3. Pandangan kabur
4. Telinga berdenging
5. Sulit tidur
6. Jantung berdebar-debar
7. Mudah marah /tersinggung
8. Mudah lelah dan lemas
9. Perdarahan dari hidung

E. Akibat jika tidak diatasi


Penyakit hipertensi yang tidak diatasi dengan cepat, akan menimbulkan
berbagai penyakit lainnya, seperti :

3. Penyakit jantung 2. Serangan otak/ 1. Kerusakan/ gagal ginjal


stroke

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
F. 5. Gangguan
Cara Pencegahan 4. Kematian
penglihatan/Kebutaan

Dengan Perilaku CERDIK, yaitu:


1. C ek atau kontrol rutin tekanan darah setiap bulan.
2. E nyahlah/tidak merokok dan menghindari asap rokok.
3. R utin melakukan aktifitas fisik teratur
4. D iet sehat dengan kalori seimbang.
5. I stirahatlah yang cukup
6. K elola stress dengan keadaan rileks dengan cara melakukan tehnik
nafas dalam, mengalihkan perhatian dengan membaca, bercerita,
mendengarkan musik akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.

G. Pengobatan hipertensi
Jika Anda sudah terkena hipertensi, pengobatan hipertensi dapat
dilakukan di Puskesmas, sebagai penanganan awal dan kontrol.
Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan
seumur hidup. Anda harus minum obat secara teratur seperti yang
dianjurkan oleh dokter meskipun tidak ada gejalanya.

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
MATERI 2
DIET HIPERTENSI

A. Diet hipertensi
Diet hipertensi dilakukan untuk membantu
menurunkan nilai tekanan darah dan
mempertahankan tekanan darah menuju
normal. Penderita hipertensi melakukan
pengurangan pengunaan garam : natrium
klorida (nacl), monosodium glutamat (msg)
serta sodium karbonat.
Contoh :

Natrium klorida Monosodium glutamat Sodium karbonat

B. Tujuan Diet
Tujuan diet rendah garam yaitu :
1. Membantu menurunkan tekanan darah
2. Mempertahankan tekanan darah menuju normal.
3. Membantu menghilangkan kadar garam atau air dalam jaringan
tubuh.

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
C. Kriteria Diet
Kriteria penggunaan garam sesuai dengan kondisi tekanan darah :

Kriteria Diet Tekanan Darah Anjuran penggunaan


Sistolik Diastolik garam
Diet rendah garam I >180 > 110 ¼ sendok teh perhari
Diet rendah garam II 160-179 100-110 ½ sendok teh perhari
Diet rendah garam III 140-159 90-99 1 sendok teh perhari

D. Syarat Diet
1. Makanan beraneka ragam
mengikuti pola gizi seimbang
2. Jenis dan komposisi makanan
disesuaikan dengan kondisi
penderita
3. Jumlah garam disesuaikan
dengan berat ringannya
penyakit dan obat yang
diberikan

E. Cara Mengatur Diet


1. Rasa tawar
2. Makanan lebih enak ditumis, digoreng, dipanggang walaupun tanpa
garam
3. Bubuhkan garam diatas meja makan
4. Dapat menggunakan garam yang mengandung rendah natrium.

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
F. Pengaturan Makanan
1. Bahan makanan yang dianjurkan
2. Makanan yang segar
3. Makanan diolah tanpa sedikit menggunakan garam
4. Sumber protein hewani
5. Susu segar

G. Makanan yang dianjurkan untuk Penderita Darah Tinggi

Potasium / Kalium Kentang, bayam, kol, brokoli, tomat, wortel,


pisang ambon, jeruk, anggur, mangga, melon,
stroberi, semangka, alpukat, buah pare, labu
siam, bligo, labu parang, mentimun, lidah buaya,
nanas, susu
Kalsium Tempe, tahu, sardin, bandeng presto, ikan teri,
kacang-kacangan, susu, yogurt dan keju rendah
lemak

Magnesium Beras (terutama beras merah), kentang, tomat,


wortel, sayuran berwarna hijau tua, jeruk,
lemon, ikan (selain udang, kerang, cumi, kepiting
dan sejenisnya) dan daging ayam tanpa kulit
Serat Beras merah, kacang-kacangan, sayuran,
kentang, tomat, apel, jeruk, dan belimbing
Protein Tempe, tahu, kacang-kacangan, ikan, daging
ayam tanpa kulit, susu dan keju rendah lemak
Lainnya Bawang putih, Bawang Merah, Seledri, Lalapan
hijau

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
H. Makanan yang Hihindari

Makanan siap saji, makanan kalengan, makanan beku


(sosis, nugget, ayam goreng), sayuran yang diawetkan
(acar, asinan), dan cemilan (asin) yang mengandung
banyak garam, bumbu instan, dan pengawet. Garam
meja, ikan asin, telur asin, kecap, terasi, petis, soda kue,
ikan asin, ikan pindang, pisang susu, pisang raja, mie
instant, kaldu instant, saus tomat, saus sambal
Gula Sirup, soft drink, dan permen
Lemak Jenuh Gajih, daging berlemak, mentega, margarin, santan
kental, gulai, gorengan dari minyak bekas,makanan yang
digoreng berulang kali, dan makanan yang digoreng
dengan suhu tinggi
Kolesterol Otak, kuning telur, jeroan, gajih, dan daging berlemak,
daging kambing, babi, udang, kerang, kepiting, cumi

Lainnya Kopi, minuman beralkohol

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
MATERI 3
GIZI SEIMBANG

A. Gizi Seimbang
Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung
berbagai zat gizi dalam jumlah dan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan
tubuh lansia dengan hipertensi dalam meningkatkan kesehatan individu dan
masyarakat.

B. Tujuan Menyusun Menu Sehat Hipertensi


Menghindari atau menurunkan kadar kolesterol darah serta menurunkan
tekanan darah, sehingga penderita tidak mengalami stroke atau serangan
jantung.

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
MATERI 4
KOMPRES AIR HANGAT

A. Definisi
Kompres air hangat merupakan salah satu penatalaksanaan nyeri dengan
memberikan energi panas melalui konduksi, dimana panas tersebut dapat
menyebabkan vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) meningkatkan
relaksasi otot sehingga meningkatkan sirkulasi dan menambah pemasukan
oksigen, serta nutrisi ke jaringan untuk mengurangi nyeri pada area
tertentu (mengurangi nyeri kepala, belakang leher/tengkuk) pada penderita
hipertensi.

B. Tujuan
1. Memberikan rasa nyaman atau hangat dan tenang
2. Mengurangi sakit atau nyeri
3. Memperlancar peredaran darah

C. Alat dan bahan

3. Waslap/handuk 2. Perlak/alas 1. Air hangat


kecil

5. Baskom 4. Handuk kering

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
D. Cara kompres air hangat
1. Periksa suhu air di baskom (kira-kira
seperti suam-suam kuku)
2. Pasang alas di bawah tempat yang akan
di kompres
3. Celupkan waslap ke dalam air hangat
dan peras
4. Letakkan waslap dibagian tempat yang
akan di kompres (dibelakang
leher/tengkuk)
5. Lakukan hinggal pegal area tengkuk
leher berkuarang atau nyeri kepala
berkurang.

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
MATERI 5
MASASE SHIATSU

A. Pengertian Masase Shiatsu


Shiatsu dikembangkan di negara Jepang yang berasal dari negara cina yaitu
masase menggunakan tekanan jari seperti jempol dengan menekan pada
titik-titik tertentu.

B. Manfaat Shiatsu
1. Meningkatkan sirkulasi darah 6. Insomnia (susah tidur)
2. Menurunkan tekanan darah 7. Nyeri leher dan bahu
3. Relaksasi 8. Stress
4. Sakit kepala 9. kelelahan
5. Perasaan cemas

C. Prosedur Masase
1. Kepala
Tempatkan kedua ibu jari pada bagian
puncak kepala dan lakukan ibu jari kiri
bersilangan dengan ibu jari kanan sampai
ke dahi.
2. Alis
Tangan kiri memegang dahi. Ibu jari atau
jempol menekan dari arah dalam ke arah
luar alis.
3. Wajah
Posisi tangan menempatkan kedua ibu jari
menyebrang satu sama lain pada garis
dahi menuju rambut.
Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
4. Leher
Lakukan sepanjang tulang belakang leher
dengan pegang tangan kanan dan letakkan
pada otot-otot leher.
5. Bahu
6. Menggunakan kedua tangan-tangan
kanan – memengang daerah leher bahu,
tangan kiri memegang daerah kiri bahu
lalu dorong.
7. Tangan
Menekan dengan menggunakan jari
jempol.
8. Kaki
Remas jari tengah kiri ke sisi kanan titik.
Kemudian beralih ke sisi lain atau
memeras kedua titik secara bersamaan.

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
MATERI 6
SENAM HIPERTENSI
Cara Perawatan Hipertensi Dengan Senam Hipertensi

A. Tujuan senam hipertensi


Untuk meningkatkan jumlah interaksi oksigen yang diproses di dalam tubuh
dalam waktu tertentu.

B. Manfaat senam hipertensi


1. Untuk meningkatkan daya tahan jantung dan paru-paru serta membakar
lemak yang berlebihan di tubuh karena aktifitas gerak untuk menguatkan
dan membentuk otot dan beberapa bagian tubuh lainnya, seperti:
Pinggang, Paha, Pinggul, Perut dan lain-lain.
2. Meningkatkan kelenturan, keseimbangan koordinasi, kelincahan, daya
tahan dan sanggup melakukan kegiatan-kegiatan atau olah raga lainnya.
Bila seseorang mempunyai motivasi untuk berlatih rutin dapat merupakan
suatu program penurunan berat badan.

C. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan senam:


1. Latihannya harus bertahap dan tidak boleh memaksakan diri.
2. Gerakan dengan intensitas ringan dapat dilakukan perlahan sesuai
kemampuan.

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
D. Cara senam hipertensi
1. Lari ditempat hitungan 1 x 8

2. Melakukan tepuk tangan hitungan 4 x 8

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
3. Melakukan tepuk jari hitungan 4 x 8

4. Melakukan jalin tangan hitungan 4 x 8

5. Melakukan silang ibu jari hitungan 4 x 8

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
6. Melakukan adu sisi kelingking hitungan 2 x 8

7. Melakukan adu sisi telunjuk 2 x 8

8. Melakukan ketok pergelangan hitungan 2 x 8 (kiri dan kanan)

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
9. Melakukan ketok dan dihitungan 2 x 8 (kiri dan kanan)

10. Melakukan tekanan pada jari-jari tangan hitungan 2 x 8

11. Melakukan gerakan mengepal dan membuka jari hitungan 2 x 8

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
12. Melakukan tepukan pada area punggung tangan 4 x 8 (kiri dan kanan)

13. Melakukan gerakan menepuk lengan dan menepuk bahu hitungan 4x8
(kiri dan kanan)

Melakukan gerakan tepukan pada area pinggang hitungan 2 x 8

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
14. Melakukan gerakan menepuk paha hitungan 4 x 8

15. Melakukan gerakan menepuk betis hitungan 2 x 8

16. Melakukan gerakan jongkok dan berdiri hitungan 2 x 8

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
17. Melakukan gerakan menepuk perut hitungan 2 x 8

18. Melakukan gerakan kaki jinjit hitungan 2 x 8

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
MATERI 7
LATIHAN AKTIFITAS FISIK SHIATSU, OTOT PANGGUL DAN RELAKSASI OTOT
PROGRESIF (SPR)

A. LATIHAN FISIK RINGAN


1. PENGERTIAN LATIHAN FISIK
Aktifitas yang dilakukan secara terencana, teratur dan berulang-ulang
dalam intensitas tertentu dan berulang-ulang dalam intensitas tertetntu
dan berkesinambungan dengan melakukan pergerakkan otot tubuh.

2. TUJUAN
Untuk memperlambat proses dan penyakit akibat penuaan.

3. MANFAAT
Menurunkan kadar lemak, menurunkan tekanan darah tinggi dan
meningkatkan sistem kekebalan tubuh lansia.

4. GERAKKAN LATIHAN FISIK RINGAN SHIATSU


a. Berdiri tarik napas : teknik napas dalam dengan
cara tarik napas melalui hidung dan keluarkan
melalui mulut dengan perlahan.
b. Lansia memikirkan sesuatu yang menyenangkan
selama 10 menit.
c. Gerakan memgang bahu sambil di pijat

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
d. Menekan jari sebelah kanan di mulai
dari jempol sampai kelingking dengan
menggunakan jempol kiri dan telunjuk
kiri dan lakukan pada berikutnya
secara bergantian.

e. Kepal kedua tangan mengarah ke


dada dan lakukan di area perut secara
bergantian dengan posisi kepala
tangan kiri dan kanan ke atas dan
kebawah.

f. Lakukan gerakan menjepit perut,


lakukan gerakan menarik mulai dari
area betis dan paha.

g. Lakukan gerakan baris berbaris di


tempat dengan kaki kanan naik
dengan derajat 90o dan tangan kiri
dinaikkan 900 dan lakukan pada
gerakkan berikutnya.

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
B. LATIHAN OTOT PANGGUL
1. LATIHAN OTOT PANGGUL
Adalah latihan yang menggunakan otot panggul untuk memperkuat otot
panggul.

2. TUJUAN
Tujuan mencegah kebocoran bagi lansia yang tidak mampu mengontrol
buang air kecil disebabkan faktor stress.

3. GERAKAN OTOT PANGGUL


Lansia bernapas secara normal saat gerakkan otot panggul (jangan
menahan napas saat mengkontraksikan otot), kontraksi otot-otot
pantat/bokong dan otot-otot perut harus dihindari saat melakukan
latihan otot panggul.
Cara : Kencangkan atau kontraksikan otot seperti menahan kencing,
pertahankan selama 5 detik, kemudian relaksasikan (kendurkan).
Lakukan secara bertahap tingkatkan lama menahan 10-15 detik.
s
Posisi Salah Posisi benar
Membungkuk, Duduk lurus dengan
bersandar pada berat badan
tumpuhan beat badan mengarah ke depan
dan tulang ekor teselip. dan tulang ekor
terkena bagian dasar
kursi.

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
Latihan otot panggul posisi duduk

Latihan otot panggul posisi berdiri

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
C. LATIHAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF
1. LATIHAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF
Teknik relaksasi otot progresif adalah suatu
keadaan relaksasi dengan cara latihan secara
bertahap pada otot tubuh dengan cara
menegakkan dan melemaskan otot sehingga
otot menjadi rileks.

2. MANFAAT
a. Menurunkan tekanan darah.
b. Menurunkan rasa mual, dan muntah.
c. Mengurangi keluhan seperti stres, sulit tidur, sakit kepala, nyeri, asma.

3. PETUNJUK PELAKSANAAN
a. Latihan teknik relaksasi otot dapat dilakukan sambil berbaring, duduk
menyandarkan punggung di sofa, atau kursi keras dengan bantuan
bantal pada punggung. Yang harus diperhatikan adalah anda merasakan
nyaman dengan posisi tubuh anda.
b. Katakan pada seluruh anggota keluarga untuk tidak mengganggu anda
pada saat melakukan latihan teknik relaksasi otot.

E. Persiapan
a. Lakukan teknik relaksasi otot di kamar atau ruangan yang bebas dari
gangguan orang lain atau keributan.
b. Pakailah baju yang longgar, lepaskan ikat pinggang, kaca mata.
c. Yakinkan anda berbaring dengan posisi yang nyaman dan tutuplah
mata anda.
Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
d. Mulailah dengan latihan nafas dalam dengan cara tarik nafas panjang,
tahan sebanyak 3 hitungan lalu keluarkan nafas perlahan lahan sambil
mengatakan dalam hati ” badan menjadi lemas dan nyaman”.
e. Ulangi latihan nafas dalam sebanyak 3 kali sehingga anda merasa tubuh
anda menjadi semakin lemas.
f. Sekarang mulailah melakukan teknik relaksasi otot. Selama melakukan
teknik relaksasi otot bernafaslah dengan perlahan lahan.

F. Gerakan Teknik Relaksasi


1. Lansia duduk atau tidur dengan nyaman.
2. Lansia melakukan tekhnik napas dalam dengan cara tarik napas
melalui hidung dan keluarkan melalui mulut dengan perlahan sambil
3. Lansia memikirkan sesuatu yang menyenangkan selama 10 menit.

INSPIRASI

EKSPIRASI

1. Latihan Relaksasi Otot Duduk di Kursi


a. Duduk atau berbaring telentang stidur dan menutup mata.
b. Mengambil tiga atau lima napas dalam melalui hidup dan keluarkan
melalui mulut
c. Mulai santai dan hilangkan kecemasan.

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
2. Kelompok otot wajah
a. Kerutkan dahi anda ke atas, rasakan ketegangan pada dahi anda sambil
menghitung mundur dalam hati dimulai dari 5...4...3...2...1...
b. Lemaskan otot dahi anda, rasakan semua ketegangan pada dahi anda
hilang.
Ulangi gerakan menegangkan dan melemaskan otot wajah sekali lagi,
rasakan perbedaan antara tegang dan lemas serta rasakan dahi anda
menjadi semakin lemas.
c. Tutup mata anda sekuat kuatnya, rasakan ketegangan pada mata dan
kelopak mata anda sambil menghitung mundur dalam hati dimulai dari
5...4...3...2...1...
d. Lemaskan otot mata anda, rasakan semua ketegangan pada mata anda
hilang.
Ulangi gerakan menegangkan dan melemaskan otot mata anda sekali
lagi, rasakan perbedaan antara tegang dan lemas serta rasakan otot
mata anda menjadi semakin lemas.

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
e. Katupkan rahang dan gigi anda sekuat kuatnya, rasakan ketegangan
pada pipi dan mulut anda sambil menghitung mundur dalam hati
dimulai dari 5...4...3...2...1...
f. Lemaskan otot rahang anda, rasakan semua ketegangan pada pipi dan
mulut anda hilang.
Ulangi gerakan menegangkan dan melemaskan otot rahang anda sekali
lagi, rasakan perbedaan antara tegang dan lemas serta rasakan otot pipi
dan mulut anda menjadi semakin lemas.
g. Kuncupkan bibir anda kedepan sekuat kuatnya, rasakan ketegangan
pada bibir anda sambil menghitung mundur dalam hati dimulai dari
5...4...3...2...1...
h. Lemaskan otot bibir anda, rasakan semua ketegangan pada bibir anda
hilang.
Ulangi gerakan menegangkan dan melemaskan otot bibir anda sekali
lagi, rasakan perbedaan antara tegang dan lemas serta rasakan otot
bibir anda menjadi semakin lemas.

3. Kelompok otot lengan


a. Angkat kedua lengan, dan kepalkan kedua pergelangan tangan
sekuatTekuk telapak tangan anda ke atas dengan jari jari terbuka sekuat
yang anda bisa, dan rasakan ketegangan pada lengan bawah anda
sambil menghitung mundur dalam hati dimulai dari 5...4...3...2...1...

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
b. Lemaskan dan luruskan telapak tangan anda, rasakan lengan bawah
anda dan telapak tangan anda menjadi lemas dan semua ketegangan
pada lengan bawah dan telapak tangan anda hilang.

4. Kelompok otot bahu


a. Angkat kedua bahu anda ke atas seolah olah akan menyentuh telinga,
rasakan ketegangan pada bahu anda sambil menghitung mundur dalam
hati dimulai dari 5...4...3...2...1...
b. Lemaskan bahu anda, rasakan semua ketegangan pada bahu anda
hilang.
c. Ulangi gerakan menegangkan dan melemaskan otot bahu anda sekali
lagi, rasakan perbedaan antara tegang dan lemas serta rasakan bahu
anda menjadi semakin lemas

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
5. Kelompok otot perut
a. Tarik nafas dalam dan tarik perut anda ke dalam lalu keluarkan nafas
perlahan lahan dan rasakan ketegangan pada otot perut anda sambil
menghitung mundur dalam hati dimulai dari 5...4...3...2...1...
b. Lemaskan otot perut anda, rasakan semua ketegangan di perut anda
hilang.
c. Ulangi gerakan menegangkan dan melemaskan otot perut anda dengan
nafas dalam sekali lagi, rasakan perbedaan antara tegang dan lemas
serta rasakan perut anda menjadi semakin lemas Lengkungkan
punggung anda ke belakang, rasakan ketegangan pada punggung anda
sambil menghitung mundur dalam hati dimulai dari 5...4...3...2...1...

6. Kelompok otot kepala dan leher


a. Tekuk pergelangan kaki anda ke atas ke arah lutut, rasakan ketegangan
pada betis dan paha anda sambil menghitung mundur dalam hati
dimulai dari 5...4...3...2...1...
b. Lemaskan pergelangan kaki anda, rasakan semua ketegangan pada
betis dan paha anda hilang.
c. Ulangi gerakan menegangkan dan melemaskan otot kaki anda ke atas
sekali lagi, rasakan perbedaan antara tegang dan lemas serta rasakan
betis dan paha anda menjadi semakin lemas

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
Relaksasi mental (penutup)
1. Lansia duduk atau tidur dengan nyaman.
2. Lansia melakukan tekhnik napas dalam dengan cara tarik napas melalui
hidung dan keluarkan melalui mulut dengan perlahan sambil
3. Lansia memikirkan sesuatu yang menyenangkan selama 10 menit.

INSPIRASI

EKSPIRASI

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
MATERI 8
PENGUKURAN TEKANAN DARAH

A. PENGERTIAN PENGUKURAN TEKANAN DARAH


Pemeriksaan tekanan darah merupakan indikator dalam menilai fungsi
kardiovaskuler.

B. PERSIAPAN TEKANAN DARAH


1. Alat dan Bahan:
a. Tensimeter Digital
b. Mancet besar
c. Baterai

2. Pemasangan baterai
a. Balikkan alat, hingga bagian
bawah menghadap keatas.
b. Buka tutup baterai, sesuai tanda
panah
c. Masukkan baterai yang sesuai
dengan arah yang benar
d. Pasang kembali penutup baterai.

3. Cara pemasangan manset


a. Masukkan ujung pipa manset pada bagian alat.
b. Perhatikan arah masuknya perekat manset.
c. Pakai manset, perhatikan arah selang.

2 3

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
C. PROSEDUR PENGUKURAN TEKANAN DARAH
Cara Pengukuran menggunakan Tensi Meter Digital:
1. Tekan tombol “START/STOP” untuk mengaktifkan alat.

2. Sebelum melakukan pengukuran


tekanan darah, lansia sebaiknya
menghindar kegiatan aktivitas fisik
seperti olahraga, merokok dan
makan, minimal 30 menkit sebelum
pengukuran dan juga duduk
beristirahat 5-15 menit sebelum
pengukuran.

3. Hindari pengukuran dalam kondisi stress. Pengukuran sebaiknya


dilakukan dalam ruangan yang tenang dan dalam kondisi tenang dan
posisi duduk.

4. Pastikan lansia duduk dengan posisi kaki tidak menyilang tetapi kedua
telapak tangan kaki datar pemnyentuk lantai. Letakkan lengan kanan
lansia diatas meja sehingga mancet yang sudah terpasang sejajar dengan
jantung responden.

5. Singsingkan lengan baju pada lengan kanan responden dan memintanya


untuk tetap duduk tanpa banyak gerak dan tidak berbicara pada saat
pengukuran. Apabila lansia menggunakan baju berlengan panjang,
sisingkan lengan baju ke atas tetapi pastikan lipatan baju tidak terlalu
ketat sehingga tidak menghambat aliran darah dilengan.

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
4.2.4 Web of Causation dan Prioritas Masalah
99

Riwayat Usia Gaya hidup Aktifitas fisik Psikologis sosial


Keluarga /ekonomi

Mengkonsumsi Kurangnya Konsumsi Kurangnya Cemas Tidak Tingkat


Terjadinya
makanan tinggi konsumsi garam Sarana bekerja Pendidikan
perubahan dan
kolestrol Sayur dan berlebih olahraga rendah
penurunan
struktur dan fungsi buah
dari pembuluh Kurang tidur Tidak Kurangnya
darah Penumpukkan pengetahuan
monitoring TD
lemak n
Ketidakmampuan
menunda berkemih Pelayanan
kesehatan
Ketidak efektifan dalam
mengontrol tekanan darah
Posy
Tidak ada andu/ Dukungan
Perilaku lansia dukungan kader keluarga
cenderung beresiko teman sebaya
Risiko gangguan fungsi
kadrdioaskuler Ketidakefektifan manajemen
kesehatan Defsiti komunitas

Universitas Indonesia
Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016
KUESIONER MANAJEMEN DIRI

Petunjuk
kuesioner ini bertujuan untuk menilai seberapa sering Anda telah melakukan hal-hal yang
berkaitan dengan pengendalian hipertensi pada bulan-bulan terakhir. tidak ada jawaban
yang benar atau salah.
Oleh karena itu beri tanda X di kolom yang menjadi pilihan anda dengan enggunakan 5
pilihan berikut :
1. Tidak pernah (saya tidak pernah melakukannya perilaku tersebut)
2. Jarang (saya jarang melakukan perilaku tersebut)
3. Kadang-kadang (saya kadang-kadang melakukan perilaku tersebut)
4. Selalu (saya selalu melakukan perilaku tersebut)
5. N/A : tidak berlaku (perilaku ini tidak berlaku dalam kehidupan saya)

sekarang, silakan menanggapi pernyataan berikut sesuai dengan situasi kehidupan


nyata Anda:
No Hipertensi – Perilaku manajemen diri 1 2 3 4 N/A
Integrasi diri
1 Saya telah mempertimbangkan tentang porsi
makanan dan pilihan setiap kali saya harus makan
makanan
2 Saya telah mengurangi makanan yang mengandung
lemak jenuh tinggi (contoh:minyak kelapa, lemak
daging kambing sejak didiagnosa)
3 Saya telah memikirkan NILAI tekanan darah saya
ketika membuat pilihan makanan.
4 Saya telah mengurangi jumlah porsi makanan untuk
mengurangi berat badan saya
5 Saya telah memilih makanan yang kurang
mengandung garam.
6 Saya telah mengurangi latihan untuk mengurangi
berat badan (seperti jalak, jogging (lari), dan
bersepeda selama 30-60 menit/ sesi.
7 Saya telah memikirkan bahwa hipertensi merupakan
bagian dari kehidupan.
8 Saya telah membuat rutinitas untuk menyesuaikan
dengan hal-hal yang harus saya lakukan untuk
penyakit hipertensi yang saya alami (seperti bekerja
dan kerumah sakit/ mengunjungi dokter)
9 Saya telah berhenti merokok/ saya telah mencoba
untuk berhenti merokok.
10 Saya telah mencoba mengontrol stress dengan
mendengarkan musik, beristirahat, berbicara
dengan keluarga atau teman saya.

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


Regulasi diri
11 Saya telah menyadari mengapa tekanan darah saya
berubah.
12 Saya telah menyadari tanda dan gejala tekanan
darah tinggi.
13 Saya mampu mengatasi tanda dan gejala penyakit
hipertensi.
14 Saya telah membuat rencana kegiatan aktivitas
sehari-hari untuk mencapai tujuan saya terhadap
kontrol tekanan darah.
15 Saya telah membandingkan tingkat tekanan darah
saya saat ini dengan target yang diinginkan dan
dikontrol.
16 Saya telah berhasil mengontrol situasi yang dapat
menyebabkan tekanan darah saya meningkat.
Interaksi dengan profesional kesehatan
17 Saya telah berdiskusi mengenai penyesuaian
rencana pengobatan dengan dokter atau perawat.
18 Saya telah menyarankan dokter untuk mengubah
rencana pengobatan jika saya tidak nyaman atau
mampu dengan rencana yang diberikan dokter.
19 Saya telah bertanya kepada dokter atau perawat
ketika ada sesuatu yang tidak saya mengerti.
20 Saya telah meminta bantuan kepada dokter atau
perawat untuk menemukan masalah mengapa
tekanan darah tidak mampu dikontrol
21 Saya telah berdiskusi dengan dokter atau perawat
mengapa tekanan darah bisa tinggi atau rendah.
22 Saya telah bertanya kepada dokter atau perawat
dimana saya dapat mengetahui informasi lebih
mengenai penyakit hipertensi
23 Saya telah bertanya mengenai penyakit hipertensi
(seperti teman, tetangga atau pasien lain) dimana
mereka dapat membantu saya yang memiliki
tekanan darah tinggi.
24 Saya telah bertanya mengenai penyakit hipertensi
(seperti teman, tetangga atau pasien lain)
bagaimana mereka berhasil mengontrol tekanan
darah atau tekhnik yang mereka gunakan dalam
mengontrol tekanan darah tinggi.
Monitoring diri
25 Saya telag memeriksa atau mengunjungi dokter
untuk memeriksa tekanan darah ketika saya pernah
mengalami tanda dan gejala tekanan darah tinggi
26 Saya telah memeriksa tekanan darah di posbindu/
puskesmas untuk mengukur tekanan darah secara
rutin untuk membantu saya mengambil keputusan
dalam manajemen diri.

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016


Pemantauan Diri dan Kepatuhan terhadap Regimen pengobatan yang Direkomendasiskan
27 Saya telah melakukan tata cara menjalankan
pengobatan antihipertensi dengan benar sesuai
anjuran.
28 Saya mengunjungi dokter sesuai jadwal.
29 Saya telah mengikuti anjuran dokter atau perawat
menyarankan mengenai kontrol tekanan darah saya.

Gerakan lansia ..., Sukmah Fitriani, FIK UI, 2016

Anda mungkin juga menyukai