Anda di halaman 1dari 97

KONSENTRASI INDUSTRI DAN FAKTOR – FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PADA INDUSTRI PERDAGANGAN MOBIL BEKAS


(SHOWROOM) DI KOTA BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

Nama : M. Arya Yudha

NPM : 1651021004

Konsentrasi : Ekonomi Perencanaan

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
ABSTRAK

Konsentrasi Industri Dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pada


Industri Perdagangan Mobil Bekas (Showroom) Di Kota Bandar Lampung

Oleh

M. Arya Yudha

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat konsentrasi dan
faktor – faktor yang mempengaruhi pada industri perdagangan mobil bekas
(showroom) di Kota Bandar Lampung tahun 2020. Model analisis yang
digunakan adalah analisis korelasi parsial. Sedangkan untuk mengukur tingkat
konsentrasi digunakan Indeks Market Share, Indeks Konsentrasi dan Indeks
Herfindahl. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh negatif antara
efisiensi usaha dengan tingkat konsentrasi dalam industri perdagangan mobil
bekas (showroom) di Kota Bandar Lampung dan berdasarkan perhitungan
dengan menggunakan Indeks Herfindahl didapat hasil sebesar 0,0069. Sesuai
dengan batasannya maka pasar dikategorikan ke dalam pasar persaingan
monopolistik. Hasil pengujian korelasi parsial diperoleh hasil bahwa variabel
bebas yaitu skala usaha, pengunaan teknologi dan strategi bisnis memiliki
pengaruh positif terhadap tingkat konsentrasi perdagangan mobil bekas
(showroom) di Kota Bandar Lampung.

Kata Kunci : Efisiensi usaha,Indeks Market Share, Indeks Herfindahl, Indeks


Konsentrasi, Pasar Persaingan Monopolistik
ABSTRACT

Industry Concentration and Factors Affecting the Used Car Trading


Industry (Showroom) in Bandar Lampung City

By

M. Arya Yudha

This study aims to determine the level of concentration and the factors that
influence the used car trading industry (showroom) in Bandar Lampung in 2020.
The analysis model used is partial correlation analysis. Meanwhile, to measure the
level of concentration used Market Share Index, Concentration Index and
Herfindahl Index. The results showed a negative influence between business
efficiency and the level of concentration in the used car trading industry
(showroom) in the city of Bandar Lampung and based on calculations using the
Herfindahl Index, the result was 0.0069. In accordance with the limitations, the
market is categorized into monopolistic competition markets. The results of
partial correlation testing show that the independent variables, namely business
scale, use of technology and business strategy have a positive effect on the level
of concentration of used car trade (showroom) in Bandar Lampung City.

Keywords: Business efficiency, Concentration Index, Herfindahl Index,


Monopolistic Competition Market, Market Share Index
KONSENTRASI INDUSTRI DAN FAKTOR – FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PADA INDUSTRI PERDAGANGAN MOBIL BEKAS
(SHOWROOM) DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

M. Arya Yudha

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar


Sarjana Ekonomi

pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
Judul Skripsi : KONSENTRASI INDUSTRI DAN FAKTOR –
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PADA
INDUSTRI PERDAGANGAN MOBIL BEKAS
(Showroom) DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Nama Mahasiswa : M. Arya Yudha

Nomor Pokok Mahasiswa : 1651021004

Jurusan : Ekonomi Pembangunan

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Bandar Lampung, 6 Oktober 2020

MENYETUJUI

Komisi Pembimbing

Pembimbing Utama

MUHIDDIN SIRAT, S.E., M.P.


NIP 19581021 98403 1 001

MENGETAHUI

Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

Dr. Neli Aida, S.E., M.Si.


NIP 119631215 198903 2 002
MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Muhiddin Sirat, S.E., M.P. ……………………

Penguji I : Dr. Lies Maria Hamzah, S.E., M.E. ..……..……………

Penguji II : Emi Maimunah, S.E., M.Si. ...………………....

2. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Dr. Nairobi, S.E., M.Si.


NIP 19660621 199003 1 003

Tanggal Lulus Ujian : 6 Oktober 2020


PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

“Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa skripsi ini telah
ditulis dengan sungguh – sungguh dan bukan merupakan penjiplakan hasil karya
orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini terbukti tidak benar
maka saya bersedia menerima hukuman/sanksi sesuai dengan peraturan yang
berlaku.”

Bandar Lampung, 6 Oktober 2020

Penulis

M. Arya Yudha
RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bandar Lampung pada tanggal 12 Desember 1998. Penulis

merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak

Ir. Lukmansyah, M.M dan Ibu Dra.Veni Yulianti, M.M.

Penulis memulai Pendidikan formal pada tahun 2004 di SD Al - Kautsar Bandar

Lampung yang diselesaikan pada tahun 2010. Kemudian penulis melanjutkan

Pendidikan di SMPN 4 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2013, dan

melanjutkan Pendidikan di SMAN 2 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun

2016. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi di Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Lampung Jurusan Ekonomi Pembangunan melalui jalur

Mandiri. Pada Juli 2019 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN), di

Desa Argomulyo, Kecamatan Batu Ketulis, Kabupaten Lampung Barat selama 40

hari.
MOTTO

“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengann kadar


kesanggupannya.” (QS. Al – Baqarah : 286)

“Maka sesungguhnya Bersama kesulitan itu ada kemudahan.”


(QS. Al-Insyirah : 5)

“La takhaf wa la tahzan, janganlah kamu takut dan janganlah bersedih.” (Penulis)

“Saat orang – orang meninggalkanmu dan bahkan meremehkanmu, ingatlah


bahwa Tuhanmu Allah SWT tidak akan pernah meninggalkan kamu hamba -Nya
yang selalu mau untuk berusaha.” (Penulis)
PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat yang diberikan,

shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW.

Ku persembahkan skripsi ini sebagai tanda cinta dan terimakasihku kepada :

Kedua orang tuaku tercinta yang luar biasa jasanya bagi hidupku, tanpa kasih

sayang, do’a dan perjuangan kalian aku tidak akan mungkin bisa menjadi seperti

saat ini. Terima kasih Papi dan Mami terkasih dan tersayang yang selalu mendidik

dengan sabar dan memperjuangkanku di setiap waktu dalam sujudmu kau selalu

menyebut namaku, terima kasih banyak atas segala pemberian kalian yang tiada

terhingga ini.

Untuk kakak dan abangku tersayang, Arief Mandala Putra (Alm) dan Rinzano

Genta Satria, S.T serta adikku tercinta Alya Afie Aqilah terima kasih atas segala

didikan, do’a serta motivasi yang telah kalian berikan kepadaku selama ini

sehingga memotivasiku dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Para dosen yang telah berjasa dalam memberikan bimbingan dan ilmu yang sangat

berharga melalui ketulusan dan kesabaranmu.

Sahabat – sahabat tercinta yang selalu turut memberikan saran, motivasi serta

bantuan yang dapat menambah semangat dalam penulisan skripsi ini.


Almamater tercinta, Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Lampung.

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana

Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan. Skripsi ini berjudul “Konsentrasi

Industri dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pada Industri Perdagangan

Mobil Bekas (Showroom) Di Kota Bandar Lampung”. Penulis menyadari bahwa

dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai

pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Nairobi, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Lampung.

2. Ibu Dr. Neli Aida, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisni Universitas Lampung.

3. Bapak Dr. Heru Wahyudi, S.E., M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisni Universitas Lampung.

4. Bapak Muhiddin Sirat, S.E., M.P. selaku Dosen Pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, motivasi, saran dan

nasehat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga Bapak

dan keluarga selalu dalam lindungan Allah SWT amin.


5. Ibu Dr. Lies Maria Hamzah, S.E., M.E. selaku Dosen Penguji yang telah

banyak memberikan masukan, motivasi dan nasehat sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik.

6. Ibu Emi Maimunah, S.E., M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah banyak

meluangkan waktu untuk memberikan masukan, motivasi dan nasehat sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

7. Bapak Thomas Andrian PA, S.E., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan masukan, motivasi

dan nasehat serta bantuan selama proses perkuliahan di Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Lampung.

8. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah

memberikan ilmu dan pelajaran yang sangat bermanfaat selama perkuliahan.

9. Seluruh Karyawan/Staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah membantu

penulis selama penulis menjadi mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Lampung.

10. Seluruh pemilik showroom mobil bekas di Jl. Pangeran Antasari Kota Bandar

Lampung yang telah memberikan izin dan bantuannya selama penelitian ini

serta motivasi yang sangat berharga, atas kerjasama yang baik selama

penelitian berlangsung.

11. Keluargaku tercinta, Papi dan Mami yang merupakan sosok luar biasa yang

tiada henti – hentinya mendoakan serta memberikan motivasi dalam hidupku,

pahlawan sejati yang tanpa lelah berjuang untukku. Kakak dan abangku

tersayang Arief Mandala Putra (Alm) dan Rinzano Genta Satria, S.T. serta

adikku tercinta Alya Afie Aqilah yang selalu memberikan do’a dan motivasi
dalam setiap langkahku. Terima kasih untuk segala kasih saying dan do’a nya

selama ini.

12. Sahabat – sahabat tercinta ku Squad Kance M. Abror Valensi dan M. Rasyid

Andafa yang selalu menemani dalam masa susah maupun senang. Terima kasih

atas segala do’a, motivasi, canda tawa serta saran dan masukan kalian selama

ini yang sangat menginspirasi penulis.

13. Sahabat terdekat ku di kampus Muhammad Ghozali, terima kasih untuk segala

waktu nya selama ini, do’a, motivasi, saran dan masukan mu yang sangat

membantu penulis.

14. Sahabat dekatku Desi Safitri sahabat hati yang paling baik hatinya, sedikit

sombong dan tidak pernah menabung. Terima kasih atas support dan do’a nya

selama ini yang sudah sangat membantu penulis.

15. Sahabat seperjuangan skripsi M. Arif Muslimin, Aldy Octaviano, Tiara Aprilia

Suwisuko, Armoiyani, Elsi Fitriani, Andrew C, Gamel Rifki D, Vindicelia

Bintang, M. Rizky Revianto, Yoseva Elizabeth S, Sagung Saputra, Mitha

Octavianti, Mawar Aprita, Erlin Agustin, Yunia Erika Putri, Tiara Nova

Wijayanti, Mahatir Muhammad, Selfyria Wulandari, dan M. Ridho Farisyah

terimakasih atas segala motivasi dan dukungannya selama ini.

16. Sahabat – sahabatku di kampus Rengki Hariska, Prayogi Aji K, Agung Dio

Pratama, Agung Hendriyanto, Anang Agnur Ramadhan, Dico Primadha S, M.

Habib Febriyanto, Ray Dimas Fadhil, Fadil Ammar, Amin Ibas terima kasih

atas segala motivasi dan dukungannya selama ini.


17. Teman – teman SMPN 4 Bandar Lampung Daus, Teddy, Sky, Desmalina,

Alfi, Valen, Rahmawati terimakasih atas segala motivasi dan dukungannya

selama ini.

18. Sahabat – sahabat KKN Desa Argomulyo yang sudah saya anggap seperti

keluarga sendiri M. Noer Rafik, Fikri Rahman Triono, Moh. Surya Akbar,

Anggun Novitasari, Indah Furianingsih dan Rika Alfianti. Terima kasih atas 40

hari yang sangat berharga, momen dan kenangan kita selama KKN sangatlah

memberikan inspriasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih

juga untuk segala do’a dan motivasi kalian selama ini yang sangat membantu

penulis.

19. Om Tata, Om Ubai, Bibi (Mamak) Parmi , terimakasih atas segala bantuan dan

motivasinya selama ini.

20. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bisa bermanfaat dan berguna bagi

kita semua dan juga adik – adikku mahasiswa yang suatu saat nanti akan meneliti

tentang tingkat konsentrasi indutsri.

Bandar Lampung, 6 Oktober 2020

Penulis

M. Arya Yudha
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI…………………………………………………………... i
DAFTAR TABEL……………………………………………………... ii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………........... iii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………. …. iv

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………… 1
B. RumusanMasalah…………………………………………………… 7
C. TujuanPenelitian……………………………………………………. 7
D. Manfaat Penelitian…………………………………………………. 8

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS


A. Kajian Pustaka…………………………………........................... 9
1. Pengertian Struktur Pasar dan Konsentrasi Industri………… 9
2. Pengertian Perilaku Perusahaan dan Konsentrasi Industri…..
20
3. Pengertian Tujuan dan Kinerja Perusahaan…………………
20
4. Pendekatan SCP…………………………………………….
23
a. Pengaruh Konsentrasi Terhadap Kinerja Usaha…….. 25
5. Konsentrasi Industri dan Faktor Yang
Mempengaruhinya………………………..……………….. 27
a. Teori Konsentrasi dan Pengukurannya…………....... 27
b. Faktor-Faktor Konsentrasi dan Pengukurannya…..... 29
6. Efisiensi Perusahaan Dalam Industri………………………
35
7. Teori Kinerja dan Efisiensi Industri……………………….
36
8. Hubungan Konsentrasi – Efisiensi dalam Industri………... 39
B. Penelitian Terdahulu……………………………………............
41
C. Kerangka Pemikiran…………………………………………….
43
D. Hipotesis………………………………………………………...
44
III. METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian……………………………………………….. 45
B. Metode Penelitian………………………………………………
45
1. Jenis dan Metode Penelitian……………………………...
45
2. Opersionalisasi Variabel…………………………………
45
C. Uji Validitas Instrumen Penelitian……………………………...
47
D. Uji Signifikansi Korelasi………………………………………..
48
E. Metode Penentuan Sampel……………………………………...
48
F. Metode Pengumpulan Data……………………………………..
49
G. Metode Analisis………...………………………………………
50

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Profil Perusahaan Dalam Industri………………………………
53
B. Pengukuran Struktur Pasar……………………………………... 55
1. Hasil Perhitungan Indeks Market Share ……………….. 55
2. Hasil Perhitungan Indeks Konsentrasi…………………..
56
3. Hasil Perhitungan Herfindahl ………………………...... 57
C. Pengukuran Korelasi X1 Tehadap Y……………………………
58
D. Pengukuran Korelasi X2 Tehadap Y……………………………. 60
E. Pengukuran Korelasi X3 Tehadap Y…………………………….
61
F. Pengukuran Korelasi X4 Tehadap Y…………………………….
63
G. Uji Validitas Instrumen Penelitian……………………………...
64
H. Uji Signifikansi Korelasi……………………………………….. 65
I. Implikasi Hasil Penelitian………………………………………..
67

V. SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan………………………………………………………...
69
B. Saran – saran…………………………………………………….
70
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Data Penjualan Mobil Baru di Kota Bandar Lampung……………... 3


1.2 Harga Rata-Rata Mobil Baru di Kota Bandar Lampung 2020……... 4
1.3 Harga Rata-Rata Mobil Bekas di Kota Bandar Lampung 2020……. 5
1.4 Data Kendaraan Balik Nama……………………………………….. 5
2.1 Hubungan Struktur – Perilaku - Kinerja…………………………….
40
3.1 Operasionalisasi Variabel………………………………………….. 46
4.1 Profil Industri Showroom Mobil Bekas......................………………
53
4.2 Hasil Perhitungan Indeks Market Share …………………………… 55
4.3 Daftar Market Share 4 Perusahaan Terbesar……………………….. 56
4.4 Hasil Perhitungan Indeks Konsentrasi...…………………………….
57
4.5 Hasil Uji Korelasi X1 Terhadap Y………………………………….. 59
4.6 Hasil Uji Korelasi X2 Terhadap Y………………………………….. 60
4.7 Hasil Uji Korelasi X3 Terhadap Y…………………………………. 62
4.8 Hasil Uji Korelasi X4 Terhadap Y..………………………………... 63
4.9 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian..…………………………. 64
4.10 Hasil Uji Signifikansi Korelasi…………………………………....
65

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Kuisioner Penelitian………………………………………………. L-
1
2. Data Rata-Rata Kontribusi Per Sektor Terhadap PDRB
Kota Bandar Lampung Tahun 2014-2018……………………….. L-
2
3. Rekapan Data Hasil Kuisioner…………………………………… L-
3
4. Hasil Perhitungan Market Share…………………………………. L-4
5. Data Efisiensi Usaha…………………………………………….. L-
5
6. Data Skala Usaha………………………………………………... L-6
7. Data Penggunaan Teknologi…………………………………….. L-
7
8. Data Strategi Bisnis……………………………………………... L-
8
9. Hasil Perhitungan Indeks Herfindahl…………………………… L-
9
10. Hasil Perhitungan Indeks Konsentrasi………………………... L-
10
11. Hasil Uji Korelasi Product Moment…………………………... L-
11
12. Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian…………………….... L-
12
13. Foto-Foto Proses Penelitian Lapangan……………………….... L-
13

DAFTAR GAMBAR

Tabel Halaman

1. Hubungan Struktur – Perilaku – Kinerja………………………. 24


2. Kerangka Pemikiran…………………………………………… 44
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi memiliki tiga tujuan inti antara lain peningkatan

ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai barang kebutuhan hidup,

peningkatan standar hidup (pendapatan, penyediaan lapangan kerja, perbaikan

kualitas pendidikan, peningkatan perhatian atas nilai-nilai kultural dan

kemanusiaan) dan perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial (Todaro

2006:112). Hal ini dapat terwujud apabila keadaan nasional selalu stabil dan

terjadinya peningkatan yang berkesinambungan antara laju pertumbuhan dan

produksi sehingga dapat meningkatkan kemampuan ekonomi.

Industri otomotif Indonesia sendiri telah menjadi sebuah pilar penting dalam

sektor manufaktur negara ini karena banyak perusahaan mobil yang terkenal di

dunia membuka pabrik-pabrik manufaktur atau meningkatkan kapasitas

produksinya di negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Terlebih lagi,

Indonesia mengalami transisi yang luar biasa karena berubah dari hanya menjadi

tempat produksi mobil untuk diekspor menjadi pasar penjualan mobil yang besar

karena meningkatnya produk domestik bruto (PDB) per kapita. Penjualan mobil

di Indonesia sendiri mengalami tren peningkatan yang cukup signifikan setiap

tahunnya dengan hanya mengalami sekali penurunan pada tahun 2008-2009 dari

607 ribu unit menjadi 486 ribu unit. Namun, pada tahun berikutnya tepatnya pada
2

2009-2010 penjualan mobil di Indonesia justru mengalami pelonjakan penjualan

dengan mencapai peningkatan sebesar 53% dari 486 ribu unit menjadi 764 ribu

unit, kemudian diikuti dengan peningkatan jumlah penjualan tiap tahunnya. Hal

ini membuktikan bahwa industri otomotif di Indonesia sudah mengalami banyak

perkembangan yang bisa dilihat dari meningkatnya penjualan mobil di Insdonesia

setiap tahunnya. Namun, setelah tahun 2014 harga mobil baru di Indonesia

menglami pelonjakan yang cukup jauh, sehingga membuat banyak masyarakat di

Indonesia merasa kesulitan dalam membeli mobil baru. Akhirnya, banyak

masyarakat yang mulai tertarik untuk membeli mobil bekas dengan harga yang

bersahabat namun memiliki kualitas yang cukup bagus. Hal ini menyebabkan

perusahaan mobil bekas atau showroom selalu bertambah jumlah populasinya

setiap tahun.

Sesuai dengan Undang-Undang RI No.5 Tahun 1984 Tentang Perindustrian

bahwa untuk mencapai sasaran pembangunan di bidang ekonomi dalam

pembangunan nasional, industri memegang peranan yang menentukan dan oleh

karenanya perlu lebih dikembangkan secara seimbang dan terpadu dengan

meningkatkan peran serta masyarakat secara aktif serta mendayagunakan secara

optimal seluruh sumber daya alam, manusia, dan dana yang tersedia. Berkenaan

dengan itu, sasaran pembangunan di Kota Bandar Lampung khususnya di sektor

industri perdagangan, tetap berorientasi pada sasaran pembangunan industri secara

nasional yang disesuaikan dengan kondisi di daerah. Struktur perekonomian suatu

daerah dapat. dilihat dari besarnya peranan atau kontribusi masing-masing sektor

usaha terhadap total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dihitung dari
3

harga berlaku. Data mengenai rata-rata kontribusi per sector terhadap PDRB Kota

Bandar Lampung ( 2014-2018) dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.1 Data Kontribusi PDRB Rata-Rata Per Sektor Periode 2014-2018

Rata-Rata Kontribusi Per


17 Kategori PDRB
Sektor (%)

A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4,35


B. Pertambangan dan Penggalian 3,17
C. Industri Pengolahan 21,12
D. Pengadaan Listrik dan Gas 0,11
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur 0,29
Ulang

F. Konstruksi 10,51
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan 14,90
Sepeda Motor

H. Transportasi dan Pergudangan 13,57


I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2,75
J. Informasi dan Komunikasi 5,48
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 5,25
L. Real Estate 5,58
M,N. Jasa Perusahaan 0,37
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan 5,83
Sosial Wajib

P. Jasa Pendidikan 3,23


Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,85
R,S,T,U. Jasa Lainnya 1,66
PDRB 100
Sumber : BPS Kota Bandar Lampung, 2020

Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata kontribusi per sector terhadap PDRB Kota

Bandar Lampung industri perdagangan besar dan reparasi mobil di Bandar

Lampung yang memiliki rata-rata kontribusi urutan kedua dengan persentasi rata-

rata 14,90%. Sesuai dengan data diatas artinya bahwa struktur perekonomian Kota
4

Bandar Lampung didominasi oleh sektor tersier dan sekunder yang merupakan

ciri daerah perkotaan.

Berdasarkan data, tingginya dominasi dari keempat sektor tersebut dianggap

sebagai leading sector bagi perekonomian Kota Bandar Lampung. Atas dasar nilai

produksi, perkembangan industri di Kota Bandar Lampung terus meningkat.

Penjualan mobil baru di Kota Bandar Lampung pun bisa dibilang stagnan bahkan

cenderung menurun. Hal ini disebabkan oleh harga mobil baru yang sudah

semakin tinggi yang mengakibatkan banyak mssyarakat memilih untuk membeli

mobil bekas dengan kualitas yang baik. Berikut ini data penjualan mobil baru di

Kota Bandar Lampung yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.2 Penjualan Mobil Baru di Kota B. Lampung (2012-2020)


Kendaraan Baru Per Tahun di Kota Bandar Lampung
Tahun Unit
2012 52
2013 21.028
2014 23.275
2015 15.329
2016 18.900
2017 20.148
2018 24.030
2019 20.630
2020 2.000
Sumber : Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA) Prov. Lampung, 2020

Berikut ini daftar harga mobil baru dan mobil bekas di Kota Bandar Lampung,

untuk harga mobil baru maupun mobil bekas pada tabel ini merupakan harga

estimasi, karena baik mobil baru maupun mobil bekas memiliki tipe dan harga

yang berbeda-beda.
5

Tabel 1.3 Daftar Harga Mobil Baru dan Mobil Bekas Di Kota Bandar Lampung
(Juta Rupiah)
Jenis Mobil Harga Baru Harga Bekas (2015)
Honda Mobilio ± 230 - 270 ± 145
Toyota Avanza ± 230 - 260 ± 140
Toyota Innova ± 420- 480 ± 180
Toyota Agya ± 145 - 160 ± 95
Sumber : www.priceprice.com dan aplikasi OLX, 2020

Besarnya peluang untuk merebut konsumen mobil bekas di kota Bandar

Lampung, membuat para pemasar harus lebih cerdas dalam menyusun strategi

untuk menarik minat konsumen hingga melakukan pembelian. Perusahaan harus

berusaha menentukan lokasi strategis yang berpotensi untuk meningkatkan

keputusan pembelian. Pemilihan tempat atau lokasi memerlukan pertimbangan

yang cermat agar konsumen dapat memutuskan untuk melakukan pembelian.

Konsumen ingin membeli produk atau jasa yang mudah dijangkau, dalam arti

akses dan transportasi keluar masuk kendaran menuju lokasi mudah dan cepat

misalnya berada di dekat jalan raya atau bearada di pusat kota. Berikut data balik

nama (jual-beli) mobil bekas yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.4 Data Kendaraan Balik Nama ( Jual-Beli Mobil Bekas Per Tahun)
Data Kendaraan Balik Nama (Perdagangan)
Tahun Unit
2012 342
2013 1.681
2014 2.994
2015 3.743
2016 5.249
2017 5.966
2018 5.494
2019 4.645
2020 517
Sumber : Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA) Prov. Lampung, 2020
6

Saat ini Kota Bandar Lampung merupakan salah satu kota yang sudah mulai

berkembang menjadi kota aktif di pulau Sumatera. Oleh karena itu, tidak heran

apabila tingkat aktivitas masyarakat di kota Bandar Lampung sudah mulai mobile

tidak seperti dulu, karena saat ini sudah banyak masyarakat yang membutuhkan

kendaraan atau alat transportasi sebagai kaki utama dalam menjalankan aktivitas

sehari-hari. Namun, harga mobil baru yang sudah cukup tinggi membuat

masyarakat kesulitan dalam membeli mobil, oleh karena itu masyarakat pun mulai

melirik ke mobil – mobil bekas yang memiliki kualitas baik namun dengan harga

yang miring alias jauh dibawah harga mobil baru. Karena itu, penulis meyakini

bahwa pelaku usaha mobil bekas memiliki potensi yang cukup baik untuk

mendapatkan keuntungan dari situasi ini, sehingga penulis berkeinginan untuk

meneliti bagaimana strategi yang dilakukan para pelaku usaha showroom dalam

menarik minat para masyarakat untuk memutuskan membeli mobil di showroom

mereka.

Selain itu, alasan penulis memilih Jl. Pangeran Antasari di Kota Bandar Lampung

sebagai lokasi penelitian saya adalah karena lokasi tersebut merupakan lokasi

yang sangat strategis dan di Jl. Pangeran Antasari sendiri memiliki total populasi

sebanyak 60 showroom. Berbagai penjabaran hal diatas membuat penulis

memutuskan untuk meneliti lebih lanjut mengenai struktur pasar mobil bekas di

Kota Bandar Lampung.


7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan yang telah penulis jabarkan diatas, maka terdapat

rumusan masalah, yaitu :

1. Bagaimana bentuk struktur pasar industri perdagangan mobil bekas di Kota

Bandar Lampung ?

2. Bagaimana pengaruh efisiensi usaha terhadap tingkat konsentrasi industri

perdagangan mobil bekas (showroom) di Kota Bandar Lampung ?

3. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat konsentrasi industri

perdagangan mobil bekas di Kota Bandar Lampung ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan penjelasan yang telah penulis jabarkan di rumusan masalah, maka

terdapat tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui :

1. Bentuk struktur pasar di industri perdagangan mobil bekas di Kota Bandar

Lampung.

2. Pengaruh efisiensi usaha terhadap tingkat konsentrasi industri perdagangan

mobil bekas (showroom) di Kota Bandar Lampung.

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi konsentrasi industri perdagangan mobil

bekas di Kota Bandar Lampung.

D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut

terkait topik atau bahasan yang sama.


8

2. Sebagai bentuk pengembangan dan pengaplikasian ilmu pengetahuan yang

telah diperoleh dalam perkuliahan.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi

beberapa pihak di masa yang akan datang dalam rangka pengukuran bentuk

struktur pasar mobil bekas di Kota Bandar Lampung.


II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Pengertian Struktur Pasar dan Konsentrasi Industri

Struktur pasar menunjukkan karakteristik pasar, seperti elemen jumlah pembeli

dan penjual, keadaan produk, keadaan pengetahuan penjual dan pembeli, serta

keadaan rintangan pasar. Perbedaan pada elemen-elemen itu akan membedakan

cara masing-masing pelaku pasar dalam industri berperilaku, yang pada gilirannya

akan menentukan perbedaan kinerja pasar yang terjadi (Teguh, 2010:16).

Menurut Hasibuan (1993:12) pengertian pasar adalah pertemuan antara penjual

dan pembeli. Keadaan karakteristik pasar suatu industri memiliki arti penting bagi

iklim persaingan antar perusahaan industri di dalam pasar pada khususnya dan

keadaan perekonomian pada umumnya. Menurut Lipsey dalam Muh. Teguh

(2010:16) menyatakan bahwa dari sudut pandang pembeli, pasar terdiri dari

perusahaan tempat produk yang dapat dibeli dengan baik, sementara  dari sudut

pandang perusahaan, pasar terdiri dari pembeli yang produknya dapat

didefinisikan dengan baik dan dapat dijual.  Sekelompok perusahaan yang

menghasilkan produk yang terdefinisi dengan baik atau serangkaian produk yang

terkait erat merupakan sebuah industri. Ketika manajer perusahaan membuat

keputusan produksi dan penjualan, mereka perlu mengetahui jumlah produk yang
10

dapat dijual oleh perusahaan mereka serta berbagai harga yang dapat dikenakan

biaya untuk produk.  Jika mereka tahu kurva permintaan yang dihadapi

perusahaan mereka sendiri, maka mereka akan tahu penjualan yang dapat dibuat

perusahaan mereka pada setiap harga yang mungkin dibebankan, dan dengan

demikian mereka tahu potensi pendapatannya, jika mereka juga mengetahui biaya

perusahaan mereka untuk memproduksi produk maka mereka dapat menghitung

laba yang akan dikaitkan dengan setiap tingkat output dan oleh karena itu mereka

akan dapat memilih output yang memaksimalkan keuntungan. Jumlah penjual dan

sifat dari  produk adalah aspek penting dari struktur pasar.  Ada yang lain juga,

seperti kemudahan memasuki industri, sifat dan jumlah pembeli produk

perusahaan, dan kemampuan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan dengan

iklan.

Pengertian penjual disini telah mencakup setiap individu perusahaan dalam

industri, sedangkan pengertian pembeli telah tergabung dalam sejumlah pembeli.

Pengertian pasar dapat dipandang secara nyata dan dapat pula secara abstrak.

Secara abstrak dapat dinyatakan bahwa pasar adalah kontak ratusan atau ribuan

perusahaan dalam suatu industri yang melakukan transaksi dalam suatu waktu,

sedangkan secara nyata yang dapat dilihat pada suatu lokasi adalah terjadinya

transaksi perdagangan. Pakar ekonomi mengklasifikasikan pasar dengan

memfokuskan keadaan jumlah perusahaan dalam industri. Struktur pasar

sangatlah penting, struktur pasar menjadi ukuran penting untuk melihat perilaku

dan kinerja industri, karena secara strategis dapat mempengaruhi kondisi


11

persaingan serta tingkat harga barang dan jasa. Dengan demikian, pengaruh itu

akhirnya sampai pada kesejahteraan manusia.

Keadaan jujmlah dan distribusi penjual di dalam pasar mempengaruhi harga jual

yang berlaku dan output yang terdapat di dalam pasar. Pada struktur pasar

persaingan sempurna ditandai dengan adanya sejumlah besar penjual di dalan

pasar dan masing-masing diantara mereka memiliki kekuatan pasar yang relatif

sama. Sebagai akibatnya, para pesaing pasar tidak memiliki kekuatan (market

power) yang berarti untuk mengendalikan keadaan pasar. Keadaan harga dan

output pasar berjalan menurut mekanisme pasar, akan tetapi pada struktur pasar

monopoli jumlah penjualnya bersifat tunggal, oleh karena itu keadaan pasar

sepenuhnya dapat dikendalikan oleh monopolis. Harga dan output pasar

selanjutnya diatur secara penuh oleh monopolis yang menguasai pasar.

Begitu juga halnya dengan keadaan produk, faktor ini dapat memengaruhi

perilaku produsen yang berada di dalam pasar untuk bersaing. Perbedaan corak

produk (product differentiation) memberikan keleluasaan yang lebih besar bagi

produsen guna mengatur strategi pasar. Produk yang memiliki ciri-ciri khusus,

atau unik (unique) biasanya cenderung digemari oleh kelompok konsumen

tertentu. Melalui keunggulan produk tersebut pihak produsen industri memiliki

kekuatan tambahan guna mengendalikan keadaan pasar sehingga mampu menjadi

monopolis di wilayah-wilayah pasarnya sendiri.

Konsumen dihadapkan kepada pilihan produk yang terbatas. Dengan demikian,

keadaan ini menciptakan kekuatan pasar bagi produsen yang bersangkutan

sehingga produsen tersebut pada gilirannya mampu mengendalikan keadaan pasar.


12

Sebaliknya, jika produk yang ditawarkan produsen tidak bercorak seragam

(homogen), maka hal ini menyebabkan konsumen memiliki banyak alternatif

pilihan untuk berbelanja. Konsumen dapat memilih berbelanja kepada produsen

mana saja yang disukainya sehingga hal tersebut memberikan alternatif yang

terbatas bagi produsen guna membuat keputusan pasar. Dengan demikian, pasar

cenderung kompetitif, dan produsen udak dapat mengendalikan keadaan pasar

guna menentukan nai ga dan output di dalam pasar yang secara semena-mena.

Selanjutnya, harga dan output pasar akan tercipta melalui mekanisme pasar.

Elemen penting lainnya bagi produsen guna membuat keputusan di dalam pasar

adalah faktor rintangan pasar. Produsen yang efisien dalam berproduksi pada

dasarnya memiliki kekuatan alamiah guna merintangi para pesaing potensial

untuk memasuki pasar. Harga jual produk yang ditawarkan oleh produsen kepada

konsumen dapat diatur pihak produsen yang mapan menurut selera yang

diinginkannya. Produsen yang mapan (established firm) dapat menentukan tingkat

harga dan output yang menurutnya menguntungkan, dan melalui kekuatan

tersebut produsen tersebut mampu meraih keuntungan pasar yang lebih besar.

Sebaliknya, bagi produsen yang lemah keputusan tersebut sukar dijalankan.

Perusahaan-perusahaan baru sering memerlukan perlindungan khusus dan

umumnya tidak efisien. Oleh karena itu, produsen yang lemah sering gagal

melakukan penetrasi pasar dan menguasai keadaan pasar. Jenis pasar sendiri

terbagi menjadi 4, yaitu pasar persaingan sempurna, pasar monopoli, pasar

oligopoli dan pasar persaingan monopolistik.

a. Persaingan Sempurna
13

Di dalam kajian teori ekonomi mikro diketahui, para ahli ekonomi sering

menggunakan istilah yang saling bergantian antara struktur pasar persaingan

sempurna dan struktur pasar persaingan murni guna menggambarkan keadaan

struktur pasar bersaing. Perbedaannya sebenarnya hanya terletak pada

karakteristik mobilitas faktor dan pengetahuan tentans keadaan pasar yang

dimiliki oleh masing-masing elemen dimensi struktur pasar yang bersangkutan.

Menurut Muh. Teguh (2010:30) struktur pasar persaingan sempurna mem-

berlakukan asumsi-asumsi formal sebagai berikut : Pertama, di dalam pasar

dianggap terdapat banyak jumlah penjual, yang tidak satu pun di antaranya dapat

memengaruhi harga dan output pasar. Banyak perusahaan yang terdapat di dalam

pasar, namun ukurannya relatif kecil sehingga masing-masing perusahaan industri

tidak dapat saling memengaruhi satu dengan lainnya.

Begitupun halnya bila dilihat dari sisi jumlah pembeli, di dalam pasar dicirikan

oleh banyak pembeli sehingga hal ini tidak memberikan pula motivasi yang kuat

bagi setiap produsen guna bersaing secara frontal di dalam pasar. Kedua adalah

produk yang dijual di pasar bersifat homogen. Setiap produk yang ditawarkan

oleh produsen di dalam pasar adalah memiliki corak dan kegunaan yang sama

walaupun mereka tampil dengan berlainan merek dagang.

Pihak konsumen di dalam pasar pada gilirannya akan memiliki pilihan yang luas

terhadap suatu produk untuk dibelinya. Konsumen beranggapan setiap produsen

yang terdapat di dalam pasar adalah sama kedudukannya di dalam pasar, dengan

demikian tidak ada motivasi bagi mereka untuk menilai produsen yang satu

menjadi lebih baik daripada produsen yang lainnya. Andaian ini sebenarnya sudah
14

sulit dijumpai di dalam kejadian sehari-hari.

Didalam pasar yang sering terjadi adalah walaupun produk yang dijual oleh

produsen adalah sama merek dan sama kegunaannya, namun demikian produk-

produk yang ditawarkan di dalam pasar tersebut memiliki penampilan produk

yang berbeda-beda. Ketiga, produsen/penjual dianggap sebagai price taker.

Masing-masing penjual yang berada di dalam pasar dianggap mengetahui keadaan

kurva permintaan dan penawaran para pesaingnya yang terdapat di dalam pasar.

Dengan begitu, mereka tidak saling mencurigai satu sama lainnya, dan mereka

juga mengetahui benar berapakah besarnya output yang harus mereka sediakan

guna memenuhi kebutuhan pasar sehingga apa pun tindakan yang mereka

jalankan tidak akan memengaruhi keadaan pasar. Kurva permintaan perusahaan

bersifat horizontal, hal ini memperlihatkan bahwa setiap perusahaan tidak

memiliki kekuatan pasar (market power) guna memengaruhi keadaan pasar.

Keempat, setiap perusahaan sejenis dapat secara bebas untuk keluar/memasuki

pasar. Mobilitas perusahaan untuk keluar/memasuki pasar tidak memerlukan

ongkos sehingga sumber-sumber ekonomi dapat berpindah-pindah tanpa ada

rintangan.

b. Oligopoli

Dalam struktur pasar oligopoli terdapat sedikit penjual yang menjual produk

subtitusi (barang pengganti), artinya yang mempunyai kurva dengan elastisitas

silang yang tinggi. Perusahaan dalam industri tertentu hanya sedikit, maka

terdapat rintangan untuk untuk memasuki industri tesebut Terdapat beberapa

model perilaku industri oligopoli yang terkenal diantaranya adalah pimpinan


15

harga, kartel, harga-ongkos rata-rata, harga batas dan Model Sylos Labini. Dalam

struktur pasar oligopoli yang terdiri dari perusahaan yang dominan, perilakunya

menjadi contoh atau indikator untuk diikuti oleh perusahaan yang lain dalam

rangka menghindari risiko. Pada stuktur pasar oligopoli yang bersaing sendiri,

ketidakpastian sangat tinggi, sehingga perusahaan-perusahaan kecil ataupun yang

baru masuk tidak mungkin bersaing secara langsung, karena itu perilaku pimpinan

harga ini termasuk struktur pasar oligopoli yang kolusif (Hasibuan, 1993:130).

Terdapat beberapa model perilaku industri oligopoli yang terkenal diantaranya

adalah pimpinan harga, kartel, harga-ongkos rata-rata, harga batas dan Model

Sylos Labini. Namun dalam struktur pasar oligopoli yang terdiri dari perusahaan

yang dominan, perilakunya menjadi contoh atau indikator untuk diikuti oleh

perusahaan yang lain dalam rangka menghindari risiko.

Adapun karakteristik struktur pasar oligopoli yaitu:

a. Hanya sedikit perusahaan dalam industri (few number of firms).

b. Produk homogen atau terdiferensiasi (Homogen or Differentiated Product).

c. Ada sedikit penghalang bagi perusahaan baru untuk masuk pasar.

d. Pengambilan keputusan yang saling memengaruhi (Interdependence Decisions).

Kelebihan pasar oligopoli :

1. Memberi kebebasan memilih bagi pembeli.

2. Mampu melakukan penelitian dan pengembangan produk.

3. Lebih memperhatikan kepuasan konsumen karena adanya persaingan penjual.

4. Adanya penerapan teknologi baru.

Kekurangan pasar oligopoli :


16

1. Menciptakan ketimpangan distribusi pendapatan.

2. Harga yang stabil dan terlalu tinggi bisa mendorong timbulnya inflasi.

3. Bisa timbul pemborosan biaya produksi apabila ada kerjasama antar

oligopolis karena semangat bersaing kurang.

4. Bisa timbul eksploitasi terhadap pembeli dan pemilik faktor produksi.

5. Sulit ditembus/dimasuki perusahaan baru.

6. Bisa berkembang ke arah monopoli.

c. Pasar Monopoli

Struktur pasar monopoli adalah bentuk ekstrim daripada struktur pasar industri

persaingan tidak sempurna. Kehadiran industri berstruktur pasar monopoli di

dalam pasar umumnya tidak disukai oleh masyarakat secara luas. Hal ini

disebabkan industri monopoli sering menimbulkan kerugian- kerugian bagi

kelangsungan hidup perekonomian sehingga keadaan perekonomian cenderung

menjadi tidak sehat dan mendatangkan keuntungan untuk sekelompok masyarakat

dan mendatangkan kerugian kepada masyarakat secara luas. Adam Smith adalah

salah satu tokoh ekonomi utama yang mengecam dan mengkritik keras kehadiran

industri monopoli di dalam pasar, yang menurutnya kehadiran industri monopoli

tersebut sangat meresahkan masyarakat, mengeksploitasi konsumen dan

tindakannya menimbulkan kerugian masyarakat. Sebagai reaksinya, Adam Smith

menganjurkan perlunya perombakan struktur pasar di dalam perekonomian dari

sebelumnya bersifat monopoli selanjutnya diubah menuju menjadi persaingan

sempurna.

Menurut Robinson dalam Muh. Teguh (2010:66) kehadiran industri monopoli di


17

dalam pasar, pada satu sisi selain dapat menimbulkan kerugian juga di lain sisi

keberadaan industri monopoli justru menimbulkan keuntungan. Industri monopoli

dianggap merugikan karena adanya kehendak monopolis untuk memaksimumkan

keuntungan yang dapat diperolehnya sehingga monopolis sering melupakan hajat

hidup kepentingan orang banyak. Harga jual yang seharusnya rendah, namun

karena adanya monopoly power yang dimiliki monopolis maka harga jual diatur

menjadi tinggi, sebagai akibatnya surplus konsumen menjadi menurun. Namun

demikian, di sisi lainnya kehadiran industri monopoli di dalam pasar dapat

menimbulkan keuntungan bila monopolis takut kehilangan bagian pasar yang

sudah dikuasainya. Monopoli sering memperkenalkan teknologi baru melalui

invensi dan inovasi yang dilakukannya, dan bahkan harga jual pun dapat diaturnya

rendah sampai kepada batas biaya marginal guna menghindari calon pesaing

potensial untuk memasuki pasar. Pandangan serupa dapat pula dijumpai pada

hasil penelitian Schumpeter dalam Muh. Teguh (2010:66), jika dilihat dari sisi

inovasi baik pada pengembangan, dan pemanfaatan teknologi produk, menurut-

nya peristiwa ini justru terjadi pada industri berstruktur pasar monopoli daripada

industri persaingan sempurna. Industri monopoli lebih berhasil di dalam

melakukan pemupukan modal dan realokasi investasi melalui keuntungan-

keuntungan ekonomi yang diperolehnya sehingga industri monopoli dapat

memperkenalkan teknologi baru, produk baru, dan produk berkualitas. Menurut

Hasibuan (1993:76) ada 6 alasan yang mendorong hadirnya struktur pasar

monopoli, diantaranya adalah :

1. Terjadi praktek merger antar perusahaan.


18

2. Skala ekonomi yang besar yang ditunjang dengan efisiensi.

3. Efisiensi dan inovasi.

4. Fasilitas pemerintah.

5. Terjadinya persaingan yang tidak sehat.

6. Suatu perusahaan memperoleh hak-hak istimewa dalam mengelola input,

yang bagi perusahaan lain sukar untuk memperolehnya.

d. Pasar Persaingan Monopolistik

Pasar persaingan monopolistik adalah sebuah struktur pasar dimana terdapat

cukup banyak penjual dan pembeli yang dapat dengan mudah keluar masuk pasar

dengan barang yang diperdagangkan sifatnya terdiferensiasi dengan sedemikian

rupa (Hall & Lieberman,2004:184). Teori Pasar persaingan monopolistik

(monopolisic competition) dikembangkan karena ketidak puasan terhadap analisis

model persaingn sempurna (perfect competition) maupun monopoli. Struktur

pasar persaingan monopolistuk hampir sama dengan persaingan sempurna.

Didalam Industri terdapat banyak perusahaan yang bebas keluar masuk. Namun

produk yang di hasilkan tidak homogen, melainkan terdiferensiasi (differentiated

product). Namun perbedaan barang antara satu poduk (merek) dengan produk

(merek) yang lain tidak terlalu besar. Diferensiasi ini mendorong perusahaan

untuk melakukan persaingan non harga. Walaupun demikian output yang

dihasilkan sangat mungkin saling menjadi substitusi. Pada pasar persaingan

monopolistik, harga bukanlah faktor yang bisa mendongkrak penjualan.

Bagaimana kemampuan perusahaan menciptakan citra yang baik di dalam benak

masyarakat, sehingga membuat mereka mau membeli produk tersebut meskipun


19

dengan harga mahal akan sangat berpengaruh terhadap penjualan perusahaan.

Oleh karenanya, perusahaan yang berada dalam pasar monopolistik harus aktif

mempromosikan produk sekaligus menjaga citra perusahaannya. Sifat-sifat pasar

persaingan monopolistik:

a. Untuk unggul di perlukan keunggulan persaingan yang berbeda

b. Mirip dengan persaingan sempurna

c. Produsen atau Penjual hanya memiliki sedikit kekuatan merubah harga

d. Relatif keluar masuk pasar

e. Citra perusahaan.

Pasar yang dibayangkan dalam persaingan monopolistik ini lebih mirip dengan

persaingan sempurna karena dalam pasar tersebut terdapat banyak perusahaan

dengan entry dan exit yang relatif mudah. Tetapi pasar tersebut berbeda, setiap

perusahaan sedikit banyak mampu mempengaruhi harga karena masing-masing

menjual produk yang memiliki perbedaan yang signifikan dengan produk para

pesaingnya. Pasar persaingan monopolistis mempunyai banyak persamaan dengan

pasar persaingan sempurna, tetapi juga mempunyai cukup perbedaan yang

menyebabkan perusahaan di pasar mempunyai unsur kekuasaan monopoli. Hal

itulah yang menyebabkan pasaran seperti itu pasaran persaingan monopolistis.

Ringkasnya, pasar persaingan monopolistik dapat didefinisikan sebagai suatu

pasar dimana terdapat banyak produsen yang menghasilkan barang yang berbeda

corak (differential product).

2. Pengertian Perilaku Perusahaan


20

Ilmu ekonomi industri adalah ilmu ekonomi yang mempelajari mengenai

perilaku-perilaku perusahaan industri. Perilaku biasanya mengacu pada tingkah

laku (tindakan atau aksi) perusahaan dalam suatu pasar, keputusan yang mereka

buat dan cara di mana keputusan itu dibuat (Daryanto, 2004). Model perilaku

yang terkenal antara lain pimpinan harga (price-leadership), kartel, harga ongkos

rata-rata (average cost pricing), harga batas (limit pricing) (Hasibuan, 1993:129).

Menurut teori ekonomi industri, perilaku industri menganalisis tingkah laku serta

penerapan strategi yang digunakan oleh perusahaan dalam suatu industri untuk

merebut pangsa pasar dan mengalahkan pesaingnya. Perilaku industri ini terlihat

dalam penentuan harga, promosi, koordinasi kegiatan dalam pasar dan juga dalam

kebijaksanaan produk. Perilaku terbagi menjadi tiga jenis antara lain, perilaku

dalam strategi harga, perilaku dalam strategi produk dan perilaku dalam strategi

promosi.

3. Pengertian Tujuan dan Kinerja Perusahaan (Performance)

Kinerja adalah hasil pencapaian dari aktivitas yang telah dilakukan perusahaan

selama periode tertentu. Pengukuran kinerja perusahaan dilakukan untuk menilai

hasil pencapaian dari aktivitas dibanding dengan target perusahaan.

Teori ekonomi mikro menyebutkan, setiap perusahaan dalam dunia bisnis adalah

bertujuan untuk memaksimumkan keuntungan. Menurut Stigler dalam Muh.

Teguh (2010:10), setiap perusahaan yang berorientasi kepada keuntungan pada

dasarnya selalu berusaha memaksimumkan keuntungan. Keuntungan merupakan

pendapatan yang diperoleh oleh produsen di dalam menjalankan kegiatan bisnis

mereka, oleh karena itu semakin besar keuntungan yang diperoleh oleh suatu
21

perusahaan di dalam pasar, maka semakin besar pula pendapatan yang diperoleh

oleh produsen yang bersangkutan.

Howe dalam Muh. Teguh (2010:11) menyatakan, teori perusahaan telah

digunakan ke dalam empat cara yang berbeda-beda ; Pertama, teori perusahaan

dapat berarti analisis yang berkaitan dengan bagaimanakah tujuan-tujuan

organisasi bisnis ditentukan. Pada bagian ini tekanan teori perusahaan diletakkan

pada ragam analisis aspek-aspek organisasi bisnis dan hubungan hierarki yang

terjadi. Dalam teori perusahaan pendekatan ini disebut sebagai pendekatan

organisasi atau pendekatan perilaku. Kedua, teori perusahaan menunjukkan

perkembangan teknik-teknik yang digunakan perusahaan dalam usahanya untuk

mencapai tujuan-tujuan khusus. Misalnya, teori keputusan, riset operasional dan

pemrograman. Ketiga, teori perusahaan menguraikan analisis mengenai reaksi

perusahaan terhadap perubahan lingkungannya. Terakhir, teori perusahaan

merupakan gabungan pendekatan perilaku perushaaan. Masing-masing pelaku

pasar (shareholders) di dalam kegiatan bisnis dapat saja memiliki beragam tujuan

yang berbeda-beda. Bagi perusahaan swasta kemungkinan tujuan utamanya adalah

memaksimumkan keuntungan dan apresiasi modal. Bagi kelembagaan tujuannya

dapat berupa stabilitas pendapatan dan apresiasi modal. Selanjutnya, bagi

manajemen tujuannya adalah memaksimumkan fungsi tujuan manajemen.

Begitupun halnya bagi pekerja, tujuannya adalah untuk meningkatkan upah riil

dan stabilitas pekerjaan.

Secara umum tujuan perusahaan tersebut dapat diringkas sebagai berikut :


22

1. Memaksimumkan keuntungan, baik dalam jangka pendek maupun jangka

panjang.

2. Apresiasi modal atas investasi harta perusahaan

3. Memaksimumkan penjualan

4. Memaksimumkan pertumbuhan perusahaan

5. Memaksimumkan andil perusahaan

6. Stabilitas harga

7. Stabilitas output

8. Kepuasan

Hasibuan (1993:29) menyatakan kembali teori Machlup yang menyatakan ada

sebanyak sembilan konsep teori perusahaan, yaitu :

1. Teori perusahaan sebagai reaktor perubahan untuk mengubah lingkungan.

2. Diangankan sebagai perintis (inisiator) terutama bila dikaitkan dengan invensi

dan inovasi dalam pembangunan.

3. Sebagai reaktor kesejahteraan.

4. Dalam teori monopoli dan oligopoli perusahaan dianggap sebagai reaktor dan

inisiator untuk interaksi kelompok.

5. Sebagai suatu sistem kerjasama dengan koordinasi dalam organisasi yang

mempunyai wewenang dan tanggung jawab.

6. Dalam ilmu manajemen teori perusahaan diperlukan untuk mengelola suatu

sistem informasi dan pengambilan keputusan.

7. Dalam penelitian dan konsultasi teori perusahaan mengarahkan kegiatan dan

mencapai kinerja yang optimal.


23

8. Teori perusahaan diperlukan dalam aspek akuntansi.

9. Teori perusahaan diperlukan dalam kaitannya dengan aspek legalitas, tuntutan

hak dan kewajiban (manajemen personalia).

4. Pendekatan SCP ( Structure – Conduct – Performance )

Studi ilmu ekonomi industri memperlihatkan, antara struktur pasar, perilaku pasar,

dan kinerja memiliki hubungan keterkaitan yang sangat erat. Pada satu sisi

struktur pasar menentukan perilaku perusahaan industri dan perilaku perusahaan

industri menentukan keadaan kinerja pasar. Selanjutnya, pada sisi lainnya terjadi

hubungan timbal balik diantara ketiga dimensi tersebut, yaitu dapat terjadi kinerja

pasar menentukan struktur pasar, dan struktur pasar menentukan perilaku pasar.

Hubungan demikian secara sederhana dapat dipelajari seperti yang terlihat pada

gambar 1 (Muh. Teguh, 2010:22) :

Gambar 1 : Hubungan Struktur, Perilaku dan Kinerja


24

Gambar ini mengilustrasikan, bahwa ada hubungan timbal balik antara struktur,

perilaku, dan kinerja pasar. struktur pasar menentukan perilaku pasar, selanjutnya

perilaku pasar menentukan kinerja pasar. Begitupun sebaliknya, perilaku pasar

menentukan keadaan struktur pasar, dan kemudian struktur menentukan kinerja

pasar.

Pada bentuk lainnya hubungan keterkaitan di dalam organisasi industri antara

kondisi struktur pasar, perilaku pasar dan kinerja pasar dapat pula diilustrasikan

melalui hubungan keterkaitan berikut. Industri oligopoli yang memiliki rintangan

alamiah, di dalam berproduksi pada dasarnya perusahaan industri tersebut dapat

meraih keuntungan pasar yang lebih besar. Oligopoli tersebut dapat pengantin

harga jual yang ditentukannya sampai kepada tingkat biaya produksi marginal

yang dikeluarkannya bilamana hal tersebut jika dikehendakinya.  Oligopolis

mengatur harga yang menurutnya tidak atau sedikit mengundang perhatian

pesaing potensial guna memasuki pasar titik pada situasi tingkat harga yang lebih

rendah tersebut memang terlihat oligopoli tidaklah memperoleh keuntungan per

kesatuan yang lebih besar dibandingkan dengan sebelumnya karena harga jual

yang telah ditentukan yang menjadi relatif rendah. namun demikian, sebagai

gantinya pada tingkat harga jualnya rendah ini bagian pasar oligopoli justru

menjadi meningkat sehingga dengan demikian secara keseluruhan keuntungan

total yang diperoleh dan dapat dinikmati oleh para oligopolis menjadi meningkat.

Peningkatan kinerja suatu perusahaan biasanya akan berdampak pada peningkatan

kinerja keuangan sehingga biasanya pengukuran kinerja perusahaan dilakukan

dengan melakukan analisis aspek keuangan. Namun penilaiaan yang dihasilkan


25

berdasarkan aspek keuangan bisa menjadi bias karena kinerja keuangan yang baik

pada suatu periode dapat dicapai dengan mengorbankan kepentingan- kepentingan

jangka panjang perusahaan. Dan sebaliknya, kinerja keuangan yang kurang baik

dalam jangka pendek dapat terjadi karena perusahaan melakukan investasi-

investasi demi kepentingan jangka panjang. Untuk mengatasi masalah tersebut

maka perusahaan perlu memasukkan aspek non keuangan seperti perspektif

pelanggan, perpektif proses bisnis internal, perspektif permbelajaran.

a. Pengaruh Konsentrasi Terhadap Kinerja Usaha

Smith dan Samuel yang meneliti 186 perusahaan di UK  pada tahun 1954-1963

menunjukkan (Howe dalam Muh. Teguh, 2010:94) : (1) Secara keseluruhan ada

hubungan negatif antara tingkat keuntungan dan ukuran perusahaan, yaitu

perusahaan yang berukuran besar tingkat keuntungan semakin sedikit daripada

perusahaan yang berukuran kecil; (2) Keragaman waktu terhadap tingkat

keuntungan adalah berhubungan negatif dengan ukuran perusahaan, dan

keragaman tingkat keuntungan pada suatu tahun tertentu adalah lebih besar bagi

perusahaan-perusahaan yang berukuran kecil; (3) pada tahun 1951 perusahaan

yang terkonsentrasi tinggi, CR3 > 30% memiliki keragaman waktu yang lebih

rendah terhadap keuntungan. Hubungan negatif antara ukuran perusahaan dan

kemampuannya untuk meraih keuntungan tersebut dikuatkan pula oleh hasil

penelitian Baron, walaupun  dia sendiri menunjukkan, bahwa hubungan tersebut

tidaklah berlaku untuk semua kasus industri. dengan menggunakan data yang

tidak sempurna awal tahun 1950 - 1960 temuan baron memperlihatkan, telah
26

terjadi hubungan negatif ringan antara tingkat konsentrasi pasar dengan tingkat

kemampuan perusahaan meraih keuntungan.

Selanjutnya, Broades (Broades and Cleaver, 1973:98) dengan hasil temuannya

memperlihatkan ada hubungan positif dan signifikan antara konsentrasi dengan

keuntungan industri pada tingkat konsentrasi tinggi (CR 4 > 51%). Namun

demikian, pada tingkat konsentrasi rendah (CR4 > 51%)  meskipun terjadi

hubungan positif antara konsentrasi pasar dan keuntungan akan tetapi keduanya

tidak berhubungan secara signifikan. Hal yang sama dikemukakan pula oleh

Kilpatrick, menurutnya konsentrasi industri mempengaruhi tingkat keuntungan.

Dengan menggunakan metode regresi beliau memperlihatkan, pada tahun 1956

koefisien konsentrasi untuk semua ukuran perusahaan an-nur mencapai sebesar

0,128 pada tingkat signifikansi 1%.

5. Teori Konsentrasi Industri dan Faktor-Faktor Yang Mempengruhinya

a. Teori Konsentrasi dan Pengukurannya

Sebagaimana halnya yang telah dikemukakan oleh Hasibuan (1993:107) dimana

Carl Keysan dan Donald F Turner mereka membuat dua kelompok oligopoli

yaitu oligopolis yang menguasai sebagian penjualan atau seluruh penjualan.

Pertama oligopoli kelompok pertama yaitu 8 perusahaan terbesar tidaknya

menguasai pasar 1 jenis industri. Ukuran alternatif nya yaitu 20 perusahaan

menguasai 75%. Kedua, oligopoli kelompok kedua terjadi bila 8 perusahaan

menguasai sekurangnya 33% output pasar bila 8 perusahaan menguasai pasar

kurang dari 33% maka industri tersebut tidak terkonsentrasi. Hirschmann


27

menggunakan ukuran andil 4 perusahaan (CR4) namun beliau tidak menyebutkan

ukuran derajat industri opligopoli yang diamatinya.

Stigler dalam Muh. Teguh (2010:87) menyatakan apabila 4 perusahaan menguasai

sekitar 60% pangsa pasar, maka jenis pasar ini disebut sebagai oligopoli,

sebaliknya jika 4 perusahaan hanya menguasai dibawah 60% pangsa pasar, maka

jenis pasar ini disebut sebagai persaingan monopolistik.

Analisis yang digunakan untuk mengetahui struktur pasar pada industri jasa mobil

bekas di Kota Bandar Lampung diukur dengan menggunakan indeks market

share, indeks herfindahl dan indeks konsentrasi.

1. Pangsa Pasar Perusahaan (Market Share)

Setiap perusahaan memiliki pangsa pasarnya sendiri, berkisar antara 0 hingga 100

persen dari total penjualan seluruh pasar. Menurut literatur neo-klasik, landasan

posisi pasar perusahaan adalah pangsa pasar yang diraihnya.

Si
MSi = x 100 %
Stot

Dimana:

msi : pangsa pasar perusahaan i (persen),

si : penjualan perusahaan i (juta rupiah),

stot : Penjualan total seluruh perusahaan (juta rupiah).

2. Indeks Herfindahl

Alat analisis ini bertujuan untuk mengetahui derajat konsentrasi pembeli dari

suatu wilayah pasar, sehingga bisa mengetahui gambaran imbang posisi tawar

menawar pembeli. Menurut Muh. Teguh (2010:89) bila angka indeks Herfindahl
28

semakin mendekati 0 berarti distribusi output/variabel yang diamati antar

perusahaan industri yang diamati semakin merata, sebaliknya bila angka indeks

Herfindahl mendekati 1 berarti distribusi semakin pincang atau tidak merata.

Perumusan indeks herfindhal menurut Orris C.Herfindahl sebagai berikut :

Keterangan:

n = jumlah perusahaan yang terdapat dalam suatu industri

x = nilai penjualan rata-rata (RP)

T = total nilai penjualan rata-rata perbulan dalam industri (RP)

IH = Indeks Herfindahl (%)

Menurut Muh. Teguh (89:2010) bila angka indeks Herfindahl semakin

mendekati 0 berarti distribusi output/variabel yang diamati antar

perusahaan industri yang diamati semakin merata, sebaliknya bila angka

indeks Herfindahl mendekati 1 berarti distribusi semakin pincang atau

tidak merata.

3. Indeks Konsentrasi Pasar

Indeks konsentrasi diukur dengan menggunakan formula:

CRn = Nilai Penjualan ‘n’ Perusahaan

Nilai Penjualan Total Perusahaan

Dimana : CRn = Tingkat Konsentrasi ‘n’ terbesar (persentase)

Stigler dalam Hasibuan (1993:109) menyatakan bahwa:


29

1. Apabila 4 perusahaan menguasai sekitar 60% jumlah penjualan pasar,

maka jenis pasar ini disebut oligopoli.

2. Apabila 4 perusahaan menguasai kurang dari 60% jumlah penjualan di

pasar, maka jenis pasar tersebut tidak terkonsentrasi (pasar persaingan

monopolistik).

b. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Konsentrasi dan Pengukurannya

Hasibuan (1993:123) menyatakan kembali pandangan Douglas F. Greer pada

tahun 1984 yang menjelaskan, ada sekitar empat faktor pokok yang

mempengaruhi konsentrasi industri, yaitu : Pertama, “nasib baik” (lucky factor);

Kedua, faktor teknis; Ketiga, faktor kebijaksanaan pemerintah; Keempat, faktor

kebutuhan bisnis, yang memungkinkan adanya kebijaksanaan perusahaan untuk

mengambil suatu keputusan tertentu.

Faktor nasib baik di dalam kajian industri di ilustrasikan sebagai hanya terdapat

beberapa perusahaan saja yang tertarik melakukan kegiatan investasi. Sementara

itu, di lain pihak perusahaan-perusahaan industri lainnya tidak tertarik memasuki

pasar dikarenakan jumlah dana investasi yang harus dikeluarkan relatif tinggi,

ataupun tingkat keuntungan yang akan diperoleh calon pesaing adalah rendah titik

sebagai akibatnya, di dalam kegiatan bisnis ini hanya beberapa perusahaan saja

yang melakukan kegiatan investasi sehingga konsentrasi industri terlihat menjadi

tinggi, dan beberapa perusahaan tersebut pada akhirnya menjadi dominan di

dalam pasar.

Faktor keadaan skala ekonomis industri juga dapat menyebabkan terjadinya

perbedaan konsentrasi industri. Perusahaan yang memiliki ongkos produksi


30

rendah akan cenderung mendominasi pasar dikarenakan harga jual output

diberlakukannya di dalam pasar adalah rendah. Begitu juga halnya bagi

perusahaan industri yang memiliki  skala produksi yang besar, maka perusahaan

tersebut cenderung dapat memenuhi permintaan pasar yang besar. Disamping itu

perusahaan tersebut dapat pula menghemat ongkos produksi lainnya yang

dikeluarkan sehingga harga jual output dapat diatur rendah. Misalnya,

pengeluaran bahan baku, utilitas dan lain-lainnya dapat dikendalikan rendah.

Selanjutnya, faktor kemajuan teknologi dapat memperluas pasar bagi suatu

perusahaan yang mapan. Perusahaan industri  yang mapan memiliki teknologi

produksi yang lebih unggul dibandingkan dengan para pesaingnya, mereka dapat

selalu memperbaiki keadaan produk dan proses produksi yang dijalankan.

Produksi dapat dikerjakan secara massal sehingga efisiensi dalam memproduksi

barang. Artinya ongkos produksi total dapat ditekan rendah, keadaan ini pada

gilirannya dapat memperbesar bagian pasar yang dikuasainya dengan menjual

barang pada tingkat harga yang lebih murah, atau dapat terjadi barang yang

mereka hasilkan menjadi lebih disukai oleh konsumen.

Faktor kebijaksanaan pemerintah dapat pula memiliki dua mata, di satu sisi

kebijaksanaan ekonomi yang diberlakukan oleh pemerintah dapat memper buruk

keadaan pasar. pemerintah dapat menunjuk beberapa perusahaan tertentu guna

berproduksi, atau mendistribusikan output untuk kepentingan konsumen. Sebagai

akibatnya tindakan pemerintah yang tidak adil tersebut menyebabkan keadaan

konsentrasi industri meningkat. Sebaliknya, di lain sisi bila pemerintah

memperlonggar proteksi yang sebelumnya diperlakukan dengan sangat ketat,


31

maka jumlah perusahaan yang memasuki pasar akan menjadi lebih banyak,

dengan demikian konsentrasi industri turut mengalami penurunan.

Faktor lainnya adalah strategi bisnis. seringkali kita temui dalam kegiatan bisnis

sehari-hari perusahaan-perusahaan industri melakukan merger titik keputusan

untuk melakukan merger dapat terjadi karena beberapa sebab. Selanjutnya, akibat

desakan iklim usaha yang tidak menguntungkan perusahaan-perusahaan dalam

bisnis menjalankan strategi merger agar dapat terus bertahan dari suasana

persaingan pasar yang ketat dan mampu menguasai pasar titik tersebut telah

menyebabkan konsentrasi industri meningkat sebaliknya, dengan memecah

penguasaan pasar kedalam sejumlah besar perusahaan perusahaan kecil tertentu

menyebabkan konsentrasi industri mengalami penurunan.

Konsep atau istilah konsentrasi merupakan salah satu penggambaran yang paling

penting dari taraf atau derajat, sejauh mana satu atau beberapa segmen ekonomi

mengadakan persaingan. Artinya, jika membicarakan konsentrasi industri maka

secara tidak langsung yang dibicarakan adalah struktur oligopoli ataupun

persaingan monopoli dan monopoli. Jika terjadi konsentrasi, tentunya ada sebab-

sebab mengapa terjadi demikian. Faktor-faktor penyebab terjadinya konsentrasi

industri, adalah :

1. Faktor efisiensi, yaitu showroom yang efisien akan mampu bersaing dan

melakukan perluasan pasar. Semakin besar pasar yang dikuasai, berarti andil

produknya di pasar semakin luas. Efisiensi usaha sendiri dapat dihitung dengan

menggunakan rumus :

Biaya Operasional
Efisiensi Usaha:
Nilai Penjualan
32

2. Skala usaha yang dalam hal ini adalah nilai investasi, showroom yang semakin

besar nilai investasi (modal usaha), secara teoritik showroom mempunyai

kesempatan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi, dikarenakan modal

usaha merupakan data yang bersifat pribadi (private), maka modal usaha dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Modal Usaha : Nilai Penjualan + Nilai Stock + Biaya Sewa

3. Penggunaan teknologi, showroom yang menggunakan teknologi (sarana) yang

dalam hal ini adalah IT, maka dapat mempengaruhi tingkat konsentrasi.

4. Strategi bisnis, showroom yang menerapkan kerjasama dengan showroom

pemasok (baik dari sisi penetapan harga, pengadaan barang dagang maupun

pemasaran produk), maka dapat mempengaruhi tingkat konsentrasi.

Sesuai pemaparan diatas, maka terdapat keterkaitan antara teori dengan variabel –

variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Efisiensi Usaha : Didalam teori dikatakan bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi konsentrasi adalah faktor keadaan teknis yang dalam hal ini

dapat diartikan jika suatu perusahaan memiliki ongkos produksi yang minim

(efisien) maka akan mempengaruhi tingkat konsentrasi industri.

2. Skala Usaha : Didalam teori dikatakan bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi konsentrasi adalah faktor keadaan teknis yang dalam hal ini

dapat diartikan sebagai faktor skala usaha yang dapat dilihat dari nilai

investasi pada perushaan.


33

3. Penggunaan Teknologi : Dalam teori dikatakan bahwa penggunaan teknologi

dalam hal ini adalah penggunaan sarana dan pra-sarana dapat mempengaruhi

konsenrasi.

4. Strategi Bisnis : Dalam teori dikatakan pula bahwa terdapat faktor strategi

bisnis yang dalam hal ini adalah penerapan kerjasama dengan showroom

pemasok bisa mempengaruhi konsentrasi.

Untuk mengukur faktor – faktor yang mempengaruhi konsentrasi industri, maka

dalam penelitian ini menggunakan metode uji korelasi parsial (product moment),

yaitu uji yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antar variabel baik yang

terikat maupun yang independen.

Korelasi Pearson atau sering disebut Korelasi Product Moment (KPM) merupakan

alat uji statistik yang digunakan untuk mencari arah dan kekuatan hubungan

antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) dengan data yang digunakan

merupakan data berbentuk rasio dan interval (Syofian, 2013:252).

KPM merupakan salah satu bentuk statistik parametris karena menguji data pada

skala interval atau rasio. Oleh karena itu, ada beberapa persyaratan untuk dapat

menggunakan KPM, yaitu :

1. Sampel diambil dengan teknik random (acak)

2. Data yang akan diuji harus homogen

3. Data yang akan diuji juga harus berdistribusi normal

4. Data yang akan diuji bersifat linier


34

Langkah-langkah untuk menentukan nilai korelasi dibagi menjadi 2, yaitu yang

pertama adalah pembuatan tabel penolong dan yang kedua menghitung nilai r

dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Dimana n : jumlah data responden

x : variabel bebas

y : variabel terikat

Menurut Syofian (2013:253) penghitungan uji signifikansi korelasi dapat

dilakukan dalam beberapa langkah, yaitu :

1. Membuat hipotesis dalam bentuk kalimat

2. Membuat hipotesis dalam bentuk model statistik

3. Menentukan rasio kesalahan

4. Melakukan pengujian kaidah

5. Menghitung t-tabel dan t-hitung

6. Mmebandingkan t-tabel dan t-hitung

7. Membuat keputusan

6. Efisiensi Perusahaan Dalam Industri

Efisiensi merupakan salah satu unsur guna mengukur kinerja pasar atau industri.

Dengan mengetahui kinerja pasar (kinerja pasar) memudahkan. Pemerintah dalam

hal mengambil atau membuat suatu kebijakan, diantaranya berupa peraturan

perdagangan, anti trust maupun menyangkut perusahaan negara. Pengertian


35

efisiensi industri merupakan suatu nilai tambah yang diciptakan persatuan biaya

madia atau kemampuan setiap satuan masukan madia dalam menciptakan

pendapatan. Pendapatan yang dimaksud adalah nilai tambah yang diciptakan baik

oleh faktor modal, tenaga kerja maupun masukan lainnya, tetapi karena pajak

(tidak langsung), upah atau gaji, sewa dan bunga merupakan harga faktor, maka

tidak dikelompokkan kedalam komponen masukan atau biaya madia. Efisiensi ini

juga dapat diukur dengan rasio output-input. Namun dalam hal ini output diwakili

oleh nilai tambah dan biaya madia sebagai input. Hal ini lebih menekankan

kemampuan industri untuk menciptakan pendapatan yang pada akhirnya

mendukung pertumbuhan. Kriteria lain yang dapat digunakan, yaitu kemampuan

industri untuk menciptakan lapangan kerja dan menciptakan devisa, karena secara

tidak langsung kesempatan kerja juga menciptakan pendapatan (Wihana Kirana

Jaya, 1993 : 16).

7. Teori Kinerja dan Efisiensi Industri

Kinerja perusahaan adalah hasil dari kegiatan manajemen. Parameter yang sering

digunakan untuk menilai kinerja suatu perusahaan yang dilakukan dengan

menggunakan pendekatan di mana informasi keuangan diambil dari laporan

keuangan atau laporan keuangan lainnya.

Sehubungan dengan itu, pengukuran kinerja keuangan telah dilakukan oleh

Rhoades et al. (2002), dan Chaganti Damanpour (1991); Slovin dan Sushka

(1993). Penilaian kinerja bertujuan untuk menentukan efektivitas operasi

perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode atau

pendekatan. Kaplan dan Atkinson (1998: 551), kinerja non-keuangan, mengukur


36

kinerja dengan menggunakan satuan pengukuran non-keuangan. Informasi yang

digunakan dalam mengukur kinerja keuangan adalah informasi keuangan,

akuntansi manajemen informasi, dan informasi akuntansi keuangan seperti laba

sebelum pajak, laba atas investasi, dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan

pengukuran kinerja, Healy (1995) menyatakan bahwa pengukuran kinerja

didasarkan pada kinerja pasar. Hal ini, menurut dia, memiliki beberapa kelemahan

seperti jumlah kejadian yang tidak terkontrol. Ketidakpastian menyebabkan risiko

harga pasar dan ini juga dapat menyebabkan kondisi tak terkendali dan ini, pada

gilirannya, memberikan umpan balik yang tidak valid pada kualitas dan sejauh

yang berkaitan dengan pengambilan keputusan manajemen. Selain itu,

penggunaan kinerja internal juga memiliki kelemahan sebagai dasar pengukuran.

Sebaliknya, kinerja internal manajemen dapat dikendalikan sehingga manipulasi

dasar pengukuran yang mungkin dilakukan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja :

1. Efektifitas dan efisiensi

Bila suatu tujuan tertentu akhirnya bisa dicapai, kita boleh mengatakan bahwa

kegiatan tersebut efektif tetapi apabila akibat-akibat yang tidak dicari kegiatan

menilai yang penting dari hasil yang dicapai sehingga mengakibatkan kepuasan

walaupun efektif dinamakan tidak efesien. Sebaliknya, bila akibat yang dicari-cari

tidak penting atau remeh maka kegiatan tersebut efesien (Prawirosentono,

1999:27).

2. Otoritas (wewenang)
37

Otoritas menurut adalah sifat dari suatu komunikasi atau perintah dalam suatu

organisasi formal yang dimiliki seorang anggota organisasi kepada anggota yang

lain untuk melakukan suatu kegiatan kerja sesuai dengan kontribusinya

(Prawirosentono, 1999:27). Perintah tersebut mengatakan apa yang boleh

dilakukan dan yang tidak boleh dalam organisasi tersebut.

3. Disiplin

Disiplin adalah taat kepda hukum dan peraturan yang berlaku (Prawirosentono,

1999:27). Jadi, disiplin karyawan adalah kegiatan karyawan yang bersangkutan

dalam menghormati perjanjian kerja dengan organisasi dimana dia bekerja.

4. Inisiatif

Inisiatif yaitu berkaitan dengan daya pikir dan kreatifitas dalam membentuk ide

untuk merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi.

Karakteristik orang yang mempunyai kinerja tinggi adalah sebagai berikut

(Mangkunegara, 2002:68):

1. Memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi.

2. Berani mengambil dan menanggung resiko yang dihadapi.

3. Memiliki tujuan yang realistis.

4. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi

tujuannya.

5. Memanfaatkan umpan balik (feed back) yang konkrit dalam seluruh kegiatan

kerja yang dilakukannya.

6. Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan.

Indikator Kinerja Karyawan :


38

Menurut Prawirosentono (1999:30) indikator untuk mengukur kinerja karyawan

secara individu ada enam indikator, yaitu :

1. Kualitas. Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas

pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan dan

kemampuan karyawan.

2. Kuantitas. Merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah seperti

jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan.

3. Ketepatan waktu. Merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal waktu

yang dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta

memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.

4. Efektivitas. Merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi (tenaga,

uang, teknologi, bahan baku) dimaksimalkan dengan maksud menaikkan hasil

dari setiap unit dalam penggunaan sumber daya.

5. Kemandirian. Merupakan tingkat seorang karyawan yang nantinya akan dapat

menjalankan fungsi kerjanya Komitmen kerja. Merupakan suatu tingkat

dimana karyawan mempunyai komitmen kerja dengan instansi dan tanggung

jawab karyawan terhadap kantor.

8. Hubungan Konsentrasi, Perilaku dan Efisiensi Usaha dalam Industri

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bahwa konsentrasi merupakan salah

satu unsur struktur pasar, dimana struktur pasar adalah faktor penentu terhadap

perilaku perusahaan yang mencakup kebijakan harga, produk maupun penjualan.

Pada akhirnya hal ini tersebut akan berpengaruh terhadap pendapatan dan biaya

perusahaan yang sekaligus mempengaruhi kinerja (kinerja).


39

Pengukuran kinerja dipandang sebagai pengukuran atas seberapa jauh perilaku

pasar barang industri menyimpang dari tujuan perekonomian, dimana salah satu

unsurnya adalah efisiensi, yaitu memanfaatkan faktor-faktor produksi yang

langka, sehingga mencapai hasil yang sebesar-besarnya. Dengan demikian

hubungan antara konsentrasi dengan efisiensi tergambar jelas, meskipun melalui

beberapa tahapan namun pengaruh hubungan tersebut ada (Nurimansjah

Hasibuan, 1994 : 17).

Secara umumnya, hubungan antara struktur, perilaku dan kinerja dapat dilihat

dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 2.1 Hubungan Struktur – Perilaku – Kinerja


No Keadaan Yang Diamati
I. Struktur Pasar Karakteristik
1. Konsentrasi Penjual Oligopoli, Monopoli
2. Konsentrasi Pembeli Oligopsoni, Monopsoni
3. Subtitusi Produk Produk Homogeni
4. Kondisi (Rintangan) Masuk Mudah / tidaknya masuk ke dalam
pasar
Bersambun
g
Sambungan Perilaku Pasar Karakteristik
II.
1.) Kebijakan Harga
1a. Objektif Keuntungan, pertumbuhan dsb.
1b. Harga Pasar Biaya ekstra, biaya marginal
1c. Taktik Diskriminasi harga, dsb.
1d. Koordinasi Kolusi, kepemimpinan harga, dsb.
2.) Kebijakan Harga & Penjualan
2a. Kebijakan Produk Penggunaan teknologi dalam
produksi, dsb,
2b. Kebijakan Penjualan Teknik dan pengeluaran untuk
promosi dan pengiklanan
III. Kinerja Perusahaan Karakteristik
1. Profitabilitas Keuntungan
2. Efisiensi Perencanaan produksi, dsb.
3. Produk Desain, variasi dan kualitas produk
4. Promosi Rasio pengiklanan produk
Sumber : Buku Ekonomi Industri Muh. Teguh, 2020
40

B. Penelitian Terdahulu

Giovanni Pedro pada tahun 2017 pernah melakukan penelitian yang berjudul

“Konsentrasi dan Efisiensi Industri Perdagangan mobil bekas (showroom) di Kota

Bandar Lampung”. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis

kuantitatif dengan pendekatan SCP. Hasil dari penelitian tersebut adalah :

1. Berdasarkan pengukuran dengan menggunakan Indeks Herfindahl dan indeks

Konsentrasi, menunjukan industri perdagangan mobil bekas (showroom) di

kota Bandar Lampung termasuk ke dalam struktur pasar persaingan

monopolistik.

2. Berdasarkan indeks efisiensi rasio nilai tambah dengan biaya madia diartikan

bahwa dalam industri perdagangan mobil bekas (showroom) di Kota Bandar

Lampung efisien.

3. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan tentang hubungan tingkat konsentrasi

dengan tingkat efisiensi industri perdagangan mobil bekas (showroom) di Kota

Bandar Lampung diambil kesimpulan bahwa konsentrasi mempengaruhi

kinerja usaha (efisiensi).

4. Hasil pengujian hipotesis dengan uji “t” menyatakan bahwa keberagaman

produk pada perusahaan perdagangan mobil bekas (showroom) berpengaruh

signifikan terhadap tingkat konsentrasi industri perdagangan mobil bekas

(showroom) di Kota Bandar Lampung dan tidak ada pengaruh nyata antara

biaya promosi terhadap tingkat konsentrasi sementara variabel modal

perusahaan perdagangan mobil bekas (showroom) di Kota Bandar Lampung


41

memiliki pengaruh yang nyata terhadap tingkat konsentrasi industri

perdagangan mobil bekas (showroom) di Kota Bandar Lampung.

Septi Oktarini pada tahun 2017 pernah melakukan penelitian yang berjudul

“Struktur dan Perilaku Pasar Industri Kuliner Kategori Warung Makan di

Kelurahan Kampung Baru UNILA Kota Bandar Lampung”. Metode penelitian

yang digunakan adalah metode analisis deskriptif kuantitatif dengan

menggunakan perhitungan pangsa pasar dan konsentrasi pasar dan metode analisis

deskriptif kualitatif dengan memberikan gambaran dari hasil penelitian. Hasil dari

penelitian tersebut adalah :

1. Berdasarkan hasil perhitungan indeks konsentrasi 4 perusahaan terbesar

diketahui struktur pasar industri kuliner kategori warung makan di Kelurahan

Kampung Baru UNILA Kota Bandar Lampung adalah pasar persaingan

monopolistik.

2. Perilaku pasar industri kuliner kategori warung makan di Kelurahan Kampung

Baru UNILA Kota Bandar Lampung terkait strategi produk dan strategi

promosi.

a. Strategi produk yang dilakukan pada industri kuliner kategori warung

makan di Kelurahan Kampung Baru UNILA Kota Bandar Lampung adalah :

1. Membuat varian menu.

2. Menggunakan cita rasa.

b. Strategi promosi yang dilakukan oleh industri kuliner kategori warung

makan di Kelurahan Kampung Baru UNILA Kota Bandar Lampung adalah :

1. Promosi dari mulut ke mulut.


42

2. Up-selling.

3. Promosi dari mulut ke mulut dan up-selling.

C. Kerangka Pemikiran

Industri mobil bekas di kota Bandar Lampung merupakan target pasar bagi para

penjual mobil bekas. Tingkat konsentrasi baru akan terbentuk apabila ada satu

atau lebih perusahaan mobil bekas yang bisa mendominasi harga di pasaran, yang

menyebabkan para pesaing-pesaing dibawahnya akan mengikuti kebijakan harga

yang dilakukan oleh perusahaan yang mendominasi tersebut. Langkah awal yang

dilakukan dalam penelitian ini adalah melihat kebijakan harga dan tingkat

persaingan pada struktur pasar mobil bekas. Apakah industri mobil bekas berada

pada pasar monopoli, monopoli kolisif, oligopoli, longgar, atau oligopoli ketat.

Informasi hubungan struktur pasar dengan kinerja usaha, apakah perusahaan yang

mendominasi kinerja usahanya semakin baik atau tidak.

Kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat dilihat dalam bentuk gambar

sebagai berikut :
43

Gambar 2 : Kerangka Pemikiran

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah penulis jabarkan diatas, maka

terbentuklah hipotesis sebagai berikut :

1. Dengan menggunakan indeks market share diduga struktur pasar

penjualan mobil bekas di Kota Bandar Lampung dalam struktur pasar

persaingan monopolistik.

2. Diduga efisiensi usaha berpengaruh secara negatif terhadap tingkat

konsentrasi industri perdagangan mobil bekas di Kota Bandar Lampung.

3. Diduga faktor skala usaha, penggunaan teknologi dan strategi bisnis

berpengaruh secara positif terhadap tingkat konsentrasi industri

perdagangan mobil bekas di Kota Bandar Lampung.


III. METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian

Penelitian ini terkait dengan industri perdagangan mobil bekas di Jl. Pangeran

Antasari di Kota Bandar Lampung dengan variabel yang diteliti adalah tingkat

konsentrasi dan kinerja perusahaan mobil bekas. Data yang digunakan adalah data

primer yang dikumpulkan melalui observasi secara langsung terhadap responden

dan data sekunder yang didapatkan melalui BPS Kota Bandar Lampung serta

BAPENDA Provinsi Lampung.

B. Metode Penelitian

1. Jenis dan Metode Penelitian

Penelitian ini berjenis penelitian asosiatif kuantitatif karena penelitian ini meneliti

tentang pengaruh tingkat konsentrasi terhadarp kinerja usaha melalui perantara

perilaku perusahaan pada industri perdagangan mobil bekas di Kota Bandar

Lampung, serta data yang didapatkan adalah data berupa angka. Penelitian ini

dilakukan pada periode bulan Mei - April 2020.


45

2. Operasionalisasi Variabel

a. Operasionalisasi Variabel untuk Faktor Konsentrasi

Definisi operasionalisasi variabel merupakan variabel yang digunakan dalam

penelitian ini dengan memberi batasan-batasan pada objek yang akan diteliti,

dapat dilihat sebagai berikut :

Keterangan :

Variabel : Y : Tingkat Konsentrasi Industri

X1 : Efisiensi Usaha

X2 : Skala Usaha

X3 : Penggunaan Teknologi

X4 : Strategi Kerjasama Bisnis

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel untuk Faktor Yang Mempengaruhi


Konsentrasi
No Variabel Sub – Variabel Satuan Indikator Skala
1 Tingkat a. Market Share Persentase Indeks Market Rasio
Konsentrasi Share
(Y) b.Konsentrasi 20 Rasio Indeks Rasio
perusahaan Konsentrasi

c. Kemerataan Rasio Indeks Rasio


ukuran showroom Herfindahl

2 Efisiensi Nilai efisiensi Persen Nilai rasio Rasio


Usaha usaha antara biaya
(X1) operasional dan
nilai penjualan

3 Skala Usaha Nilai investasi Rupiah Nilai investasi Rasio


(X2) usaha showroom
dalam
mengadakan
mobil bekas
46

sebagai barang
dagang

4 Penggunaan Penggunaan Unit Jumlah kuantitas Rasio


Teknologi komputer sebagai penggunaan
(X3) penunjang aktivitas komputer dalam
showroom usaha

5 Strategi a. Kerjasama antar Ordinal Jumlah Ordinal


Kerjasama perusahaan dalam frekuensi
Bisnis menetapkan harga kerjasama dalam
(X4) menetapkan
harga

Jumlah
b. Kerjasama antar Ordinal frekuensi Ordinal
perusahaan dalam kerjasama dalam
pengadaan barang pengadaan
dagang barang dagang

c. Kerjasama antar Ordinal Jumlah Ordinal


perusahaan dalam frekuensi
pemasaran produk kerjasama dalam
pemasaran
produk
47

b. Operasionalisasi Variabel untuk Struktur Pasar

Untuk operasionalisasi variabel struktur pasar dapat diukur dari nilai penjualan

per bulan sebagai sub-variabel, indikator nya adalah nilai penjualan per bulan,

satuan nya adalah rupiah dan skala nya rasio serta menggunakan metode

penghitungan Indeks Herfindahl.

C. Uji Validitas Instrumen Penelitian

Pengujian validitas instrument penelitian dilakukan untuk mengetahui valid atau

tidak nya butir/pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini, khusus data yang

memiliki skala ordinal saja. Berdasarkan pernyataan Masrun dalam Sugiyono

(2017:133) yang menyatakan bahwa item yang memiliki korelasi positif dengan

kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, memunjukkan bahwa item

tersebut memiliki validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk

dianggap memenuhi syarat validitas adalah jika r = 0,03 yang artinya jika korelasi

antar butir/pertanyaan memiliki nilai koefisien korelasi < 0,03 maka butir atau

pertanyan tersebut dinyatakan tidak valid.

D. Uji Signifikansi Korelasi

Pengujian tingkat signifikansi dari uji korelasi product moment dilakukan untuk

pengambilan keputusan, pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan

nilai probabilitas dengan tingkat kepercayaan (0,05). Sesuai dengan pernyataan

Syofian (2013:253) yang menyatakan kaidah pengambilan keputusan dalam uji

signifikansi korelasi dapat dibagi menjadi 2 kriteria, yaitu :


48

1. Jika nilai signifikansi < 0,05, maka data tersebut signifikan yang artinya Ho

ditolak.

2. Jika nilai signifikansi > 0,05, maka data tersebut tidak signifikan yang artinya

data tersebut tidak layak makna.

E. Metode Penentuan Sampel

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel ini adalah metode sampel

bersyarat (Purposive Sampling) dengan persyaratannya adalah sebagai berikut :

1. Toyota Avanza

2. Toyota Innova

3. Toyota Agya

4. Honda Mobilio

Alasan keempat jenis mobil ini dijadikan sebagai persyaratan sampel karena jenis

mobil ini merupakan jenis mobil paling besar penjualannya di pasar otomotif

dengan tahun perakitan masing-masing mobil adalah tahun 2015. Total populasi

dalam penelitian ini berjumlah 60 showroom, dikarenakan hasil pra-survei penulis

ke lapangan sebelumnya untuk mencocokkan jumlah populasi dengan persyaratan

sebagai sampel, maka didapatkan sampel sebanyak 20 showroom

F. Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer
Dalam penelitian ini penulis menggunakan data primer yaitu data yang langsung

dikumpulkan oleh peneliti dari sumbernya, mengenai tingkat konsentrasi dan


49

kinerja perusahaan pada perushaan industri perdagangan mobil bekas yang

didapatkan dari hasil angket dan wawancara pada waktu melakukan kegiatan

penelitian.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan 2 cara antara

lain:

1. Observasi

Suatu metode yang dilakukan dengan cara pengamatan dan pencatatan secara

sederhana terhadap objek penelitian. Observasi dilakukan untuk memperoleh

gambaran yang lebih jelas tentang gejala-gejala yang ada.

2. Kuisioner

Yaitu teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan seperangkat

pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk menjawab pertanyaan

yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Data Sekunder

Dalam penelitian ini juga menggunakan data sekunder berupa data distribusi

PDRB, data penjualan mobil baru di Kota Bandar Lampung dan data penjualan

mobil bekas di Kota Bandar Lampung yang didapatkan dari website BPS Kota

Bandar Lampung dan juga Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA) Provinisi

Lampung.

G. Metode Analisis

1. Metode Analisis Untuk Hipotesis 1

Metode analisis untuk hipotesis 1 dapat menggunakan indeks market share dengan

didukung oleh indeks konsentrasi dan indeks herfindahl.


50

Indeks market share dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Nilai Penjualan
MS=
Nilai Penjualan Total

Sesuai dengan pernyataan Stigler dalam Muh. Teguh (2010:87) yang menyatakan

apabila 4 perusahaan menguasai sekitar 60% pangsa pasar, maka jenis pasar ini

disebut sebagai oligopoli, sebaliknya jika 4 perusahaan hanya menguasai dibawah

60% pangsa pasar, maka jenis pasar ini disebut sebagai persaingan monopolistik.

Perhitungan struktur pasar juga dapat diukur dengan menggunakan indeks

konsentrasi, yang diukur dengan menggunakan rumus :

Nilai Penjualan Kumulatif


CR=
Nilai PenjualanTotal

Dimana : CRn = Tingkat Konsentrasi ‘n’ terbesar (persentase)

Selain itu, perhitungan hipotesis 1 juga dapat menggunakan indeks herfindahl

menurut Herfindahll sebagai berikut :

Nilai Penjualan
IH =
Nilai PenjualanTotal Industri

Berdasarkan pernyataan Muh. Teguh (2010:89) kaidah keputusan indeks

herfindahl berbentuk angka dengan kisaran antara 0 – 1, jika IH semakin

mendekati 0 maka variabel/output terdistribusi dengan merata, sementara

jika IH semakin mendekati 1 maka variabel/output tidak terdistribusi

dengan merata. Sesuai dengan pernyataan tadi, maka angka besaran IH

dapat dibagi menjadi beberapa jenjang, yaitu :


51

0 = Pasar persaingan sempurna

0 – 0,19 = Pasar persaingan murni

0,2 – 0,39 = Pasar persaingan monopolistik

0,4 – 0,59 = Pasar oligopoli ketat

0,6 – 0,79 = Pasar oligopoli longgar

0,8 – 1,00 = Pasar monopoli

2. Metode Analisis Untuk Hipotesis 2 dan 3

Pengukuran faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsentrasi industri dan

pengaruh efisiensi usaha terhadap konsentrasi dapat menggunakan uji korelasi

parsial (analisis korelasi product moment) dengan menggunakan program SPSS.

Korelasi Pearson atau sering disebut Korelasi Product Moment (KPM) merupakan

alat uji statistik yang digunakan untuk mencari arah dan kekuatan hubungan

antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) dengan data yang digunakan

merupakan data berbentuk rasio dan interval (Syofian, 2013:252). Menurut

Syofian (2013:253) untuk pengujian korelasi dengan menggunakan SPSS,

digunakan kriteria sebagai berikut :

1. Jika angka signifikansi dibawah < 0,05 maka hubungan antar variabel

signifikan.

2. Jika angka signifikansi diatas > 0,05 maka hubungan antar variabel tidak

signifikan.
52

Sesuai dengan pernyataan Syofian (2013:253) yang menyatakan bahwa

besaran hubungan antar variabel juga dibagi menjadi beberapa kriteria, yaitu

0 = Tidak ada korelasi antar variabel

0 – 0,25 = Korelasi sangat lemah

0,25 – 0,5 = Korelasi cukup

0,5 – 0,75 = Korelasi kuat

0,75 – 0,99 = Korelasi sangat kuat

1 = Korelasi sempurna
53

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan uraian dari hasil perhitungan, pengujian hipotesis, maupun

pembahasan tingkat konsentrasi dan faktor – faktor yang mempengaruhinya

dalam industri perdagangan mobil bekas (showroom) di Kota Bandar Lampung,

maka beberapa pokok pikiran yang dapat dijadikan kesimpulan, yaitu :

1. Berdasarkan pengukuran dengan menggunakan indeks herfindahl, indeks

konsentrasi dan indeks market share, menunjukkan industri perdagangan mobil

bekas (showroom) di Kota Bandar Lampung termasuk ke dalam struktur pasar

persaingan monopolistik.

2. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan uji signifikansi korelasi,

diketahui bahwa variabel X1 (efisiensi usaha) berkorelasi secara negatif

terhadap Y (tingkat konsentrasi) dalam industri perdagangan mobil bekas

(showroom) di Kota Bandar Lampung.

3. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan uji signifikansi korelasi diketahui

bahwa variabel X2 (skala usaha), X3 (penggunaan teknologi) dan X4 (strategi


54

bisnis) berkorelasi secara positif terhadap Y (tingkat konsentrasi) dalam

industri perdagangan mobil bekas (showroom) di Kota Bandar Lampung.

B. Saran

1. Berdasarkan pembahasan dimana kondisi atau bentuk struktur pasar industri

perdagangan mobil bekas di Kota Bandar Lampung merupakan pasar

persaingan monopolistik, maka disarankan agar perusahaan dapat menerapkan

kebijakan non-harga yang akan meningkatkan kemapuan perusahaan dalam

menguasai pangsa pasar (market share) yang pada akhirnya akan meningkatkan

konsentrasi industri perdagangan mobil bekas (showroom) di Kota Bandar

Lampung.

2. Sesuai dengan pembahasan dimana modal usaha dapat mempengaruhi nilai

pejualan perusahaan, maka disarankan perusahaan untuk dapat meningkatkan

modal usaha dalam jumlah yang lebih besar baik modal sendiri maupun modal

pinjaman agar dapat memperbanyak variasi dan jumlah barang dagang (mobil

bekas) sehingga dapat memperbesar nilai penjualan.

3. Berdasarkan hasil pembahasan dimana penggunaan teknologi (sarana) dapat

meningkatkan kemampuan perusahaan dalam menguasai pangsa pasar (market

share), maka disarankan perusahaan dapat meningkatkan kualitas IT agar dapat

menunjang kegiatan/aktivitas perusahaan sehingga bisa meningkatkan

kemampuan perusahaan dalam menguasai pangsa pasar (market share), yang

pada akhirnya akan meningkatkan tingkat konsentrasi.


55

4. Sesuai dengan hasil pembahasan dimana penerapan kerjasama (baik dari sisi

penetapan harga, pengadaan barang dagang maupun pemasaran produk) dapat

meningkatkan kemampuan perusahaan dalam menguasai pangsa pasar (market

share), maka disarankan perusahaan dapat melakukan kerjasama (baik dari sisi

penetapan harga, pengadaan barang dagang maupun pemasaran produk) agar

bisa meningkatkan kemampuan perusahaan dalam menguasai pangsa pasar

(market share), yang pada akhirnya tingkat konsentrasi juga akan meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

Amstrong, Mischael, 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia. Terjemahan


Sofyan dan Haryanto. Jakarta. PT: Elex Media Komputindo.

Hasibuan, Nurimansjah, 1993. Ekonomi Industri. Jakarta: PT Pustaka LP3ES


Indonesia.

Luthans, F. 2005. Organizational Behavior. New York: McGraw-hill.

Mathis, R.L. & J.H. Jackson. 2006. Human Resource Management: Manajemen
Sumber Daya Manusia. Terjemahan Dian Angelia. Jakarta: Salemba Empat.

Mangkunegara, Prabu, Anwar . 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia.


Bandung: Remaja Rosdakarya.

Oktarini, Septi. 2017. Struktur Dan Perilaku Pasar Industri Kuliner Kategori
Warung Makan Di Kelurahan Kampung Baru UNILA Kota Bandar
Lampung. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Bandar Lampung: Universitas
Lampung.

Pakpahan, Aprista, Pedro, Giovanni. 2017. Konsenterasi dan Efisiensi Industri


Perdagangan mobil bekas (showroom) Di Kota Bandar Lampung. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Prawirosentono, Suryadi. 1999. Kebijakan Kinerja Karyawan. Yogyakarta: BPFE.

Rahayu, Siti, Endang. 2013. Analisis struktur pasar ( market structure ) jagung di
Kabupaten Grobogan: Journal of Rural and Development. IV(1). 3-4.

Robbins, Stephen P., 1996. Perilaku Organisasi Jilid II. Alih Bahasa Hadayana
Pujaatmaka. Jakarta: Prenhalindo.

Robbins, Stephen P., 2006. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Indeks Kelompok


Gramedia.
Rivai, Vethzal, Basri. 2005. Peformance Appraisal: Sistem yang tepat untuk
Menilai Kinerja Karyawan dan Meningkatkan Daya Saing Perusahan.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Siregar, Syofian. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif : Dilengkapi dengan


Perbandingan Perhitungan Manual dan SPSS. Jakarta: Kencana.

Sugiyono, 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Teguh, Muhammad. 2010. Ekonomi Industri. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Tutus Subronto. Iklim Industri Otomotif di Asia: Preferensi Mobil Masyarakat di


Indonesia 2014-2016 dalam https://www.carmudi.co.id/journal/preferensi-
mobil-masyarakat-indonesia-carmudi/amp/. 2 Januari 2020.
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian

KONSENTRASI INDUSTRI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS PADA INDUSTRI
PERDAGANGAN MOBIL BEKAS (SHOWROOM) DI KOTA BANDAR
LAMPUNG)

Yth. Bapak/Ibu

Daftar pertanyaan – pertanyaan berikut ini hanya untuk kepentingan penelitian

dalam rangka penyelesaian studi di jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. Oleh sebab itu, diharapkan ketersedian

Anda untuk dapat memberikan jawaban dengan benar dan sejujurnya. Survei ini

bersifat RAHASIA, data/informasi yang dikumpulkan semata-mata untuk tujuan

statistik. Seluruh jawaban dan identitas yang anda berikan akan dirahasiakan dan

tidak disebarluaskan.

Nama : ………………………………………………..
Nama Perusahaan : ………………………………………………..
Alamat : ………………………………………………..
………………………………………………....
Lama Usaha Didirikan : …………………………………………………..
Telepon : (0721) - …………………………….

A. Aspek Skala Usaha & Efisiensi Usaha

1. Berapa jumlah stok rata – rata mobil yang tersedia di showroom Anda per
bulannya?
…………………..Unit/bulan

2. Berapa kisaran modal investasi Anda dalam mengadakan mobil bekas


yang dijual ?
Rp………………../bulan

3. Berapa rata-rata volume penjualan mobil bekas setiap bulan ?


………………………..Unit/bulan

4. Berapa rata-rata nilai penjualan setiap bulan ?


Rp……………………./bulan

5. Dari manakah modal usaha Bapak/Ibu/Sdr/i peroleh ?


 Modal Pinjaman……………..%
 Modal Sendiri……………….%

6. Berapakah rata-rata modal operasional yang Bapak/Ibu/Sdr/I keluarkan per


bulan untuk memenuhi kebutuhan ?
Rp…………………………………./bulan

B. Aspek Teknologi

7. Teknologi apa yang digunakan dalam usaha Anda ?

No Jenis Modal Jumlah Nilai (Rp) Umur Satuan

Pakai
1. Komputer Unit
2. Sarana kantor lainnya
a…………………….
b.…………………….
c…………………….
d…………………….
e…………………….
C. Aspek Strategi Bisnis

8. Berapa harga mobil-mobil berikut yang dijual di showroom Anda :


 Avanza : …………………………………………………………
 Mobilio : ………………………………………………………...
 Innova : ………………………………………………………….
 Agya : …………………………………………………………...

9. Apakah usaha Anda melakukan kerjasama dengan showroom lain dalam


pengadaan mobil bekas sebagai barang dagang?
 Tidak
 Ya, seberapa banyak dilakukan :
o Sangat banyak
o Banyak
o Cukup
o Sedikit
o Sangat sedikit

10. Apakah usaha Anda melakukan kerjasama dengan showroom lain dalam
penetapan harga jual mobil bekas ?
 Tidak
 Ya, seberapa banyak dilakukan :
o Sangat banyak
o Banyak
o Cukup
o Sedikit
o Sangat sedikit
11. Apakah usaha Anda melakukan kerjasama dengan showroom lain dalam
melakukan pemasaran mobil bekas ?
 Tidak
 Ya, seberapa banyak dilakukan :
o Sangat banyak
o Banyak
o Cukup
o Sedikit
o Sangat sedikit

D. Saran untuk kemajuan usaha

a. …………………………………….
b. …………………………………….
c. …………………………………….

TERIMA KASIH
Lampiran 2 Rata-Rata Kontribusi Per Sektor Terhadap PDRB Tahun
2014-2018
Laju Pertumbuhan PDRB Kota Bandar Lampung Atas Dasar Harga
17 Kategori PDRB Konstan (Persen)
2014 2015 2016 2017 2018
A. Pertanian, Kehutanan, 0,27152777
02.37 02.28 -0.35 00.07
dan Perikanan 8
B. Pertambangan dan 0,27083333
11.39 06.47 07.58 06.23
Penggalian 3

C. Industri Pengolahan 05.51 08.50 06.25 06.02 06.12

D. Pengadaan Listrik dan 0,26527777


20.47 05.28 0,25625 05.45
Gas 8
E. Pengadaan Air,
0,26527777 0,09236111
Pengelolaan Sampah, 03.05 04.13 02.47
8 1
Limbah, dan Daur Ulang
0,30972222 0,14236111 0,43819444
F. Konstruksi 10.09 09.16
2 1 4
G. Perdagangan Besar dan
0,25486111 0,16666666 0,19166666
Eceran; Reparasi Mobil dan 00.29 04.28
1 7 7
Sepeda Motor
H. Transportasi dan 0,43055555 0,54652777
0,35 06.30 06.48
Pergudangan 6 8
I. Penyediaan Akomodasi 0,33958333 0,47777777 0,39513888 0,33819444
05.03
dan Makan Minum 3 8 9 4
0,38680555 0,44097222 0,43819444 0,44166666
J. Informasi dan Komunikasi 09.28
6 2 4 7
K. Jasa Keuangan dan 0,21805555 0,30902777
09.02 03.44 02.15
Asuransi 6 8
0,35972222 0,29652777 0,25763888
L. Real Estate 08.31 07.16
2 8 9
0,14236111
M,N. Jasa Perusahaan 12.44 07.11 05.25 04.59
1
O. Administrasi
0,27013888 0,25277777 0,25416666
Pemerintahan, Pertahanan, 05.46 05.35
9 8 7
dan Jaminan Sosial Wajib
0,31597222
P. Jasa Pendidikan 09.53 08.18 06.46 07.03
2
Q. Jasa Kesehatan dan 0,39305555 0,35902777 0,27013888
0,35625 07.49
Kegiatan Sosial 6 8 9
0,39583333 0,34583333
R,S,T,U. Jasa Lainnya 05.56 07.05 7
3 3

PDRB 07.05 06.33 06.43 06.28 06.21


Lampiran 3 Rekap Data Hasil Kuisioner
Jumlah Jumlah
Vol Nilai Nilai Unit Keuntungan
Nama Stock Unit
No Penjualan Penjualan Belum Per Mobil
Perusahaan Per Belum
(Unit/bulan) (Rp) Laku (Rp) (Rp)
Bulan Laku
950.000.00 1.600.000.0
1 Raka Motor 15 8 7 10.000.000
0 00
Modern 500.000.00 1.400.000.0
2 8 3 5 10.000.000
Motor 2 0 00
900.000.00 450.000.00
3 Pras Motor 12 10 2 10.000.000
0 0
Fadil Jaya 1.200.000.0 1.400.000.0
4 17 10 7 5.000.000
motor 00 00
Bimbim 800.000.00 450.000.00
5 12 9 3 12.000.000
Motor 0 0
Permata
700.000.00 320.000.00
6 Auto 10 8 2 5.000.000
0 0
Gallery
Budi
800.000.00 913.000.00
7 Wahana 14 9 5 10.000.000
0 0
Motor
Japanese 700.000.00 850.000.00
8 11 5 6 10.000.000
Motor V 0 0
Sumber
700.000.00 700.000.00
9 Rezeki 12 8 4 5.000.000
0 0
Motor
700.000.00 240.000.00
10 RR Motor 8 7 1 5.000.000
0 0
Anugerah 2.000.000.0 1.270.000.0
11 17 8 9 8.000.000
Sejati Motor 00 00
Soetta 600.000.00 1.200.000.0
12 10 4 6 5.000.000
Motor 0 00
400.000.00 830.000.00
13 Saka Motor 7 3 4 7.000.000
0 0
600.000.00 700.000.00
14 JB Motor 8 4 4 5.000.000
0 0
Langgeng 500.000.00 835.000.00
15 12 7 5 8.000.000
Mobil 0 0
Mitra
800.000.00 700.000.00
16 Kencana 12 7 5 5.000.000
0 0
Motor
Putra
500.000.00 850.000.00
17 Tunggal 9 4 5 10.000.000
0 0
Motor
Jakarta 450.000.00 1.000.000.0
18 10 3 7 5.000.000
Motor 0 00
Sahabat 350.000.00 500.000.00
19 7 3 4 15.000.000
Mobilindo 0 0

20 Pelita Motor 8 4 450.000.00 4 350.000.00 5.000.000


0 0
14.600.000. 16.558.000.
Total 219 124 95 155.000.000
000 000
730.000.00 827.900.00
Rata - Rata 10,95 6,2 4,75 7.750.000
0 0
43.800.000.
Total Nilai Penjualan Industri
000
Lampiran 4 Hasil Perhitungan Market Share (Y)
Market
Nilai Penjualan Nilai Penjualan
No Nama Perusahaan Share
(Rp) Total (Rp)
(Persen)
1 Raka Motor 950.000.000 43.800.000.000 2,17
2 Modern Motor 2 500.000.000 43.800.000.000 1,14
3 Pras Motor 900.000.000 43.800.000.000 2,05
4 Fadil Jaya motor 1.200.000.000 43.800.000.000 2,74
5 Bimbim Motor 800.000.000 43.800.000.000 1,83
6 Permata Auto Gallery 700.000.000 43.800.000.000 1,60
7 Budi Wahana Motor 800.000.000 43.800.000.000 1,83
8 Japanese Motor V 700.000.000 43.800.000.000 1,60
9 Sumber Rezeki Motor 700.000.000 43.800.000.000 1,60
10 RR Motor 700.000.000 43.800.000.000 1,60
11 Anugerah Sejati Motor 2.000.000.000 43.800.000.000 4,57
12 Soetta Motor 600.000.000 43.800.000.000 1,37
13 Saka Motor 400.000.000 43.800.000.000 0,91
14 Fatz Motor 600.000.000 43.800.000.000 1,37
15 Sentosa Motor 500.000.000 43.800.000.000 1,14
16 Mitra Kencana Motor 800.000.000 43.800.000.000 1,83
17 Putra Tunggal Motor 500.000.000 43.800.000.000 1,14
18 Jakarta Motor 450.000.000 43.800.000.000 1,03
19 Sahabat Mobilindo 350.000.000 43.800.000.000 0,80
20 Pelita Motor 450.000.000 43.800.000.000 1,03
Jumlah Nilai Penjualan Industri 43.800.000.000   33,3
Rata-Rata 730.000.000
Lampiran 5 Data Efisiensi Usaha (X1)
Biaya Operasional (Rp) Nilai Penjualan (Rp) Efisiensi Usaha

10.000.000 950.000.000 0,0105


10.000.000 500.000.000 0,0200
15.000.000 900.000.000 0,0167
17.000.000 1.200.000.000 0,0142
13.000.000 800.000.000 0,0163
8.000.000 700.000.000 0,0114
7.000.000 800.000.000 0,0088
12.000.000 700.000.000 0,0171
12.000.000 700.000.000 0,0171
10.000.000 700.000.000 0,0143
9.000.000 2.000.000.000 0,0045
8.000.000 600.000.000 0,0133
10.000.000 400.000.000 0,0250
15.000.000 600.000.000 0,0250
14.000.000 500.000.000 0,0280
7.000.000 800.000.000 0,0088
10.000.000 500.000.000 0,0200
4.000.000 450.000.000 0,0089
5.000.000 350.000.000 0,0143
3.000.000 450.000.000 0,0067
Lampiran 6 Data Skala Usaha (X2)
Nilai Investasi Biaya Sewa Per
Nama Perusahaan Nilai Investasi (Rp)
Variabel (Rp) Bulan (Rp)
Raka Motor 2.470.000.000 5.833.333 2.475.833.333
Modern Motor 2 1.870.000.000 5.833.333 1.875.833.333
Pras Motor 1.250.000.000 3.750.000 1.253.750.000
Fadil Jaya motor 2.550.000.000 6.250.000 2.556.250.000
Bimbim Motor 1.142.000.000 2.500.000 1.144.500.000
Permata Auto Gallery 980.000.000 5.000.000 985.000.000
Budi Wahana Motor 1.623.000.000 3.333.333 1.626.333.333
Sumber Rezeki Motor 1.500.000.000 5.833.333 1.505.833.333
Anugerah Sejati Motor 1.360.000.000 4.166.667 1.364.166.667
Soetta Motor 905.000.000 4.583.333 909.583.333
Japanese Motor V 3.206.000.000 5.000.000 3.211.000.000
RR Motor 1.780.000.000 5.000.000 1.785.000.000
Sentosa Motor 1.209.000.000 4.166.667 1.213.166.667
Fatz Motor 1.280.000.000 3.750.000 1.283.750.000
Mitra Kencana Motor 1.279.000.000 4.583.333 1.283.583.333
Saka Motor 1.465.000.000 4.166.667 1.469.166.667
Putra Tunggal Motor 1.310.000.000 5.833.333 1.315.833.333
Jakarta Motor 1.435.000.000 4.166.667 1.439.166.667
Sahabat Mobilindo 805.000.000 2.083.333 807.083.333
Pelita Motor 780.000.000 3.333.333 783.333.333
Lampiran 7 Data Penggunaan Teknologi (X3)
Jumlah Kuantitas Penggunaan
No Nama Perusahaan
Komputer (Unit)
1 Raka Motor 1
2 Modern Motor 2 1
3 Pras Motor 0
4 Fadil Jaya motor 0
5 Bimbim Motor 0
6 Permata Auto Gallery 1
7 Budi Wahana Motor 0
8 Japanese Motor V 1
9 Sumber Rezeki Motor 0
10 RR Motor 0
11 Anugerah Sejati Motor 1
12 Soetta Motor 0
13 Saka Motor 2
14 Fatz Motor 1
15 Sentosa Motor 0
16 Mitra Kencana Motor 0
17 Putra Tunggal Motor 0
18 Jakarta Motor 0
19 Sahabat Mobilindo 0
20 Pelita Motor 0
Lampiran 8 Data Strategi Bisnis (X4)
No Nama Perusahaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Total Skor
1 2 3 Pertanyaan
1 Raka Motor 5 1 5 11
2 Modern Motor 2 5 1 5 11
3 Pras Motor 5 1 5 11
4 Fadil Jaya motor 5 1 5 11
5 Bimbim Motor 5 1 5 11
6 Permata Auto Gallery 5 1 5 11
7 Budi Wahana Motor 5 1 5 11
8 Japanese Motor V 4 1 5 10
9 Sumber Rezeki Motor 5 1 5 11
10 RR Motor 5 1 5 11
11 Anugerah Sejati Motor 5 1 5 11
12 Soetta Motor 5 1 5 11
13 Saka Motor 5 1 5 11
14 Fatz Motor 5 1 5 11
15 Sentosa Motor 5 1 5 11
16 Mitra Kencana Motor 4 1 4 9
17 Putra Tunggal Motor 5 1 5 11
18 Jakarta Motor 5 1 3 9
19 Sahabat Mobilindo 5 1 5 11
20 Pelita Motor 5 1 5 11
Lampiran 9 Hasil Perhitungan Indeks Herfindahl
N Total Penjualan
Nama Perusahaan Nilai Penjualan x/t x/t2
o (t)
1 Anugerah Sejati Motor 2.000.000.000 43.800.000.000 0,0457 0,0021
2 Fadil Jaya Motor 1.200.000.000 43.800.000.000 0,0274 0,0008
3 Raka Motor 950.000.000 43.800.000.000 0,0217 0,0005
4 Pras Motor 900.000.000 43.800.000.000 0,0205 0,0004
5 Bimbim Motor 800.000.000 43.800.000.000 0,0183 0,0003
6 Budi Wahana Motor 800.000.000 43.800.000.000 0,0183 0,0003
7 Mitra Kencana Motor 800.000.000 43.800.000.000 0,0183 0,0003
8 Permata Auto Gallery 700.000.000 43.800.000.000 0,0160 0,0003
9 Japanese Motor V 700.000.000 43.800.000.000 0,0160 0,0003
10 Sumber Rezeki Motor 700.000.000 43.800.000.000 0,0160 0,0003
11 RR Motor 700.000.000 43.800.000.000 0,0160 0,0003
12 Soetta Motor 600.000.000 43.800.000.000 0,0137 0,0002
13 JB Motor 600.000.000 43.800.000.000 0,0137 0,0002
14 Langgeng Mobil 500.000.000 43.800.000.000 0,0114 0,0001
15 Putra Tunggal Motor 500.000.000 43.800.000.000 0,0114 0,0001
16 Modern Motor 2 500.000.000 43.800.000.000 0,0114 0,0001
17 Jakarta Motor 450.000.000 43.800.000.000 0,0103 0,0001
18 Pelita Motor 450.000.000 43.800.000.000 0,0103 0,0001
19 Saka Motor 400.000.000 43.800.000.000 0,0091 0,0001
20 Sahabat Mobilindo 350.000.000 43.800.000.000 0,0080 0,0001
Indeks Herfindahl 0,0069
Lampiran 10 Hasil Perhitungan Indeks Konsentrasi (CR)
Nilai Penjualan Indeks Konsentrasi
No Nama Perusahaan Nilai Penjualan
Kumulatif
  %
1 Anugerah Sejati Motor 2.000.000.000 2.000.000.000 0,0457 4,57
2 Fadil Jaya Motor 1.200.000.000 3.200.000.000 0,0731 7,31
3 Raka Motor 950.000.000 4.150.000.000 0,0947 9,47
4 Pras Motor 900.000.000 5.050.000.000 0,1153 11,53
5 Bimbim Motor 800.000.000 5.850.000.000 0,1336 13,36
6 Budi Wahana Motor 800.000.000 6.650.000.000 0,1518 15,18
7 Mitra Kencana Motor 800.000.000 7.450.000.000 0,1701 17,01
8 Permata Auto Gallery 700.000.000 8.150.000.000 0,1861 18,61
9 Japanese Motor V 700.000.000 8.850.000.000 0,2021 20,21
10 Sumber Rezeki Motor 700.000.000 9.550.000.000 0,2180 21,80

11 RR Motor 700.000.000 10.250.000.000 0,2340 23,40


12 Soetta Motor 600.000.000 10.850.000.000 0,2477 24,77
13 JB Motor 600.000.000 11.450.000.000 0,2614 26,14
14 Langgeng Mobil 500.000.000 11.950.000.000 0,2728 27,28
15 Putra Tunggal Motor 500.000.000 12.450.000.000 0,2842 28,42
16 Modern Motor 2 500.000.000 12.950.000.000 0,2957 29,57
17 Jakarta Motor 450.000.000 13.400.000.000 0,3059 30,59
18 Pelita Motor 450.000.000 13.850.000.000 0,3162 31,62
19 Saka Motor 400.000.000 14.250.000.000 0,3253 32,53
20 Sahabat Mobilindo 350.000.000 14.600.000.000 0,3333 33,33
Total Nilai Penjualan
43.800.000.000
  Industri
Lampiran 11 Hasil Uji Korelasi Product Moment Variabel X1 X2 X3 X4

 X1

 X2

 X3
 X4
Lampiran 12 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Menggunakan
Koefisien Korelasi Pearson
Lampiran 13 Foto-Foto Proses Penelitian Lapangan

Anda mungkin juga menyukai