Anda di halaman 1dari 5

Nama : Suritno Madjodjo

NIM : 190101211

TUGAS GADAR

A. ATROPINE SULFAT

Merupakan antikolinergik, bekerja menurunkan tonus vagal dan memperbaiki system


konduksi atrio ventrikuler

1. Isi/ kandungan
Sulfas Atropin merupakan antikolinergik, bekerja menurunkan tonus vagal dan
memperbaiki sistim konduksi AtrioVentrikuler

2. Indikasi
Asistole atau PEA lambat (kelas IIB), bradikardi (kelas IIA) selain AV blok derajat II
tipe 2 atau derajat III (hati-hati pemberian atropine pada bradikardi dengan iskemi
atau infark miokard), keracunan organopospat (atropinisasi)

3. Kontra Indikasi
Bradikardi dengan irama EKG AV blok derajat II tipe 2 atau derajat III. Dosis 1 mg
IV bolus dapat diulang dalam 3-5 menit sampai dosis total 0,03-0,04 mg/kg BB, untuk
bradikardi 0,5 mg IV bolus setiap3-5 menit maksimal 3 mg. dapat dberikan
intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 2-2,5 kali dosisi intravena diencerkan
menjadi 10 cc.

4. Efek Farmakodinamik atropine menurut dosis dan tempatnya

a. Susunan Syaraf Pusat


Atropine merangsang medulla oblongata dan pusat lain di otak. Dalam dosis
kecil,atropine merangsang N. Vagus sehingga frekuensi jantung berkurang.
Depresi yangtimbul khusus di beberapa pusat motorik dalam otakdapat
menghilangkan tremor pada parkinsonisme. Dalam dosis besar atropine
menyababkan depresi nafas, eksitasi,disorientasi, delirium, halusinasi.
b. Mata
Menghambat M. constrictor papillae dan M. ciliaris lensa mata, sehingga
menyebabkanmidriasis dan sikloplegia (paralisis mekanisme akomodasi). Midriasis
menyebabkan photophobia, sedangkan sikloplegia menyebabkan hilangnya daya
melihat dekat.
c. Saluran nafas
Mengurangi secret hidung, mulut, pharynx, dan bronkus. Pemakaiannya adalah
padamedikasi preanastetik untuk mengurangi sekresi lender jalan nafas. Atropine
tidak berguna dalam mengatasi depresi karena obat-obatan dan sebagai
bronkodilator pada penderita asma.
d. Kardiovaskular
Pengaruh terhadap jantung bersifat bifasik. Dengan dosis 0,25 ± 0,50 mg, frekuensi
jantung berkurang / bradikardi yang disebabkan perangsangan N Vagus. Takikardi
timbul bila diberikan pada dosis besar (> 2 mg) sehingga terjadi penghambatan N
Vagus.Atropine tidak mempengaruhi pembuluh darah maupun tekana darah secara
langsung,tetapi dapat menghambat vasodilatasi oleh asetilkolin/esterkolin yang
lain. Hipotensiorthostatic mungkin terjadi pada pemberian dosis 2 mg.
e. Saluran Cerna
Menghambat peristaltic lambung dan usus. Menyebabkan berkurangnya sekresi air
liur dan sebagian sekresi asam labung. Pada tukak peptikum, atropine sedikit saja
mengurangisekrasi asam labung, Karena sekresi asam ini lebih di bawah control
fase gaster disbanding oleh N. Vagus.. atropine hamper tidak mengurang sekresi
cairan pancreas,empedu dan cairan usu Karen efek ini dipengaruhi factor
hormonal.
f. Otot polos lain
Relaksasi M. detrussor dan konstriksi sfingter uretra sehingg aterjadi retensi
urin,gangguan miksi harus megejan.
g. Kelenjar eksokrin
Paling jelas pada kelenjar liur dalam mulut dan bronkus. Pada dosis besar,
aktivitaskeringat dihambat sehingga kulit menjadi kering, panas dan merah
terutama pada muka dan leher.
5. Mekanisme Kerja.

Menghambat aksi asetilkolin pada bagian parasimpatik otot halus, kelenjar sekresi dan
SSP, meningkatkan output jantung, mengeringkan sekresi, mengantagonis histamin
dan serotonin.

6. Dosis

 Premedikasi, injeksi intra vena 300 – 600 mcg , segera sebelum induksi anestesia,
anak-anak 20 mcg/kg ( maksimal 600 mcg). Pemberian injeksi subcutan atau
intramuscular 300 – 600 mcg 30 – 60 menit sebelum induksi; anak-anak 20
mcg/kg (maksimal 600 mcg).
 Intra-operative bradicardia , pemberian injeksi intravena, 300 – 600 mcg (dosis
yang lebih besar pada kondisi emergensi); anak-anak (unlicensed indication) 1-
12 tahun 10 -20 mcg/kg
 Untuk mengendalikan efek muskarinik pada penggunaan neostigmin dalam
melawan penghambatan neuromuskular kompetitif , pemberian injeksi intravena
0,6 – 1,2 mg ; anak-anak dibawah 12 tahun (tetapi jarang digunakan) 20 mcg/kg
(maksimal 600 mcg) dengan neostigmin 50 mcg/kg.
 Pengobatan bradikardia, pulseless electrical activity (PEA) dalam serangan
jantung. Dosis untuk bradiasystolic adalah 0,5-1 mg IV push setiap tiga sampai
lima menit, sampai dosis maksimum 0,04 mg / kg. Untuk bradikardia gejala,
dosis biasa adalah 0,5-1,0 mg IV push, dapat mengulang setiap 3 sampai 5 menit
sampai dosis maksimum 3,0 mg.
B. EPINEPHRINE

1. Formulasi epinefrin

Adrenalin solusio injeksi 1 mg/ml.

2. Indikasi

Untuk menangani anafilaksis, hipotensi akibat syok sepsis, bradikardi, dan cardiac


arrest, serta untuk menginduksi dan menjaga kondisi midriasis saat operasi okular.
Dosis epinefrin yang digunakan bervariasi tergantung usia pasien dan juga indikasi
yang ditemukan.

3. Kontra Indikasi
Epinefrin tidak memiliki kontraindikasi absolut pada kondisi yang mengancam
nyawa. Kontraindikasi relatif meliputi kasus syok selain
syok sepsis dan anafilaksis, glaukomasudut tertutup, dan penggunaan bersama
hidrokarbon halogen dan siklopropan untuk anestesi umum karena dapat
menyebabkan peningkatan potensi aritmia epinefrin.
4. Farmakologi
 Farmakodinamik
Epinefrin merupakan katekolamin endogen yang dapat menstimulasi saraf
simpatis melalui reseptor alfa dan beta adrenergik. Obat ini dapat
meningkatkan kontraktilitas jantung, denyut jantung, dan cardiac output.
Dalam dosis rendah, epinefrin memicu vasodilatasi yang dimediasi reseptor
beta-2. Namun, dalam dosis tinggi, obat ini memicu vasokonstriksi dan
kenaikan tekanan darah yang dimediasi reseptor alfa.
Aksi pada reseptor alfa-1 yang menimbulkan vasokonstriksi membuat obat
ini menjadi pilihan ketika terjadi hipotensi akibat syok sepsis, terutama
karena onsetnya yang cepat (kurang dari 5 menit). Sementara itu, aksi
terhadap reseptor beta menimbulkan relaksasi otot polos bronkus, sehingga
obat ini juga dapat mengatasi sesak, wheezing, dan bronkospasme
pada anafilaksis
 Farmakokinetik
Epinefrin memiliki onset yang cepat dan durasi kerja yang singkat ketika
diberikan secara parenteral atau intraokular. Waktu paruh efektif epinefrin
ketika diberikan lewat jalur parenteral adalah kurang dari 5 menit.

5. Dosis
Dosis pada orang dewasa akan bervariasi tergantung kondisi klinis yang dialami,
yakni syok sepsis, anafilaksis, bradikardi, cardiac arrest, atau operasi okular.
a. Syok Anafilaksis Intra Muskular
Dewasa : 500 mcg (0,5 ml), ulangi pemberian setiap 5 menit sesuai kebutuhan
sampai terjadi perbaikan. Anak : tergantung usia da berat badan. Dosis biasa 10
mcg/kg.BB
b. Syok Anafilaktik Intravena
Dewasa : 0,5 mg ( 5 mL larutan 1: 10.000) diberikan secara lambat 100 mcg/
menit, hentikan pemberian ketika respon tercapai. Anak : 10 mcg/ kgBB. Jika
diberikan secara autoinjektor, dosisi didasarkan pada berat badan anak : 15-30 :
150 mcg dan berat badan > 30 kg : 300 mcg.
c. Asma Akut
Dewasa : 0.3-0.5 ml (300-500 mcg). Dosis dapat diberikan melalui injeksi intra
muscular atau sub kutan.
Anak : 0,01 ml/ kg BB (10 mcg/kg.BB). Maksimal 0,5 ml (500 mcg). Dosis
dapat diberikan melalui injeksi intra muscular atau subkutan.

6. Efek samping epineprin.


 Peningkatan denyut jantung.
 Mual dan muntah
 Pusing
 Nyeri ulu hati
 Hiperglikemia
 Sakit kepala
 Gugup
 Cemas
 Berkeringat

Anda mungkin juga menyukai