Anda di halaman 1dari 17

JURNAL KEDOKTERAN YARSI 24 (3) : 186-202 (2016)

Gambaran Tingkat Risiko dan Faktor-faktor yang


Berhubungan dengan Risiko Diabetes Mellitus Tipe 2
di Buaran, Serpong

Description of Risk Level and Factors Related to Risk of


Type 2 Diabetes Mellitus in Buaran, Serpong

Irvan Fathurohman1, Marita Fadhilah2


1Schoolof Medicine, Syarif Hidayatullah Jakarta State Islamic University,
Tangerang
2Department of Community Medicine, School of Medicine, Syarif

Hidayatullah Jakarta State Islamic University, Tangerang

KATA KUNCI Diabetes Mellitus Tipe 2; Gambaran Tingkat Risiko; Finnish


Diabetes Risk Score (FINDRISC)
KEYWORDS type 2 diabetes mellitus; description of risk level; Finnish
Diabetes Risk Score (FINDRISC)

ABSTRAK Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit dengan morbiditas dan


mortalitas yang tinggi. Pencegahan berkembangnya DM akan
memberikan manfaat yang signifikan. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui gambaran tingkat risiko dan faktor-faktor
yang berhubungan dengan risiko Diabetes Mellitus Tipe 2
(DMT2) pada masyarakat binaan KPKM Buaran. Penelitian ini
menggunakan desain cross sectional dan dilaksanakan dari
Maret-Juni 2015 di Buaran, Serpong. Sebanyak 126 responden
dengan usia lebih dari 30 tahun terpilih menggunakan two stage
cluster sampling, kemudian diwawancara dan diperiksa dengan
menggunakan kuesioner yang diadaptasi dari Finnish Diabetes
Risk Score (FINDRISC). Hasil penelitian didapatkan sebanyak
33,3% berisiko tinggi, 58,7% berisiko sedang, dan 7,9% berisiko
rendah untuk menderita DMT2 dalam 10 tahun. Berdasarkan
analisis bivariat menggunakan uji chi square didapatkan
hubungan yang bermakna antara tingkat risiko DMT2 dengan
jenis kelamin (p = 0,03), usia (p = 0,03), indeks massa tubuh (p
< 0,001), lingkar perut (p < 0,001), riwayat tekanan darah
tinggi (p < 0,001), riwayat gula darah tinggi (p<0,001), dan
riwayat keluarga DM (p < 0,001).

ABSTRACT Recently, morbidity and mortality of type 2 diabetes mellitus


(T2DM) is increasing. Therefore, prevention of T2DM is urgent
and will provide significant benefits. The aim of this study was
to describe the risk level and factors related to risk of T2DM in
community around Research Teaching Clinic Unit (RTCU)

186
GAMBARAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RISIKO
DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI BUARAN, SERPONG

Buaran, Serpong. A cross sectional study was carried out during


April to June 2015 at Buaran, Serpong. A total of 126
respondents over 30 years old were selected using two-stage
cluster sampling. Respondents were asked to fill questionnaires
and were examined using Finnish Diabetes Risk Score
(FINDRISC) which was adapted and modified. This study
showed that 33.3% were at high risk, 58.7% were at medium
risk, and 7.9% were at lower risk to develop T2DM in 10 years
later. Based on chi square analysis, there were significant
difference between risk of type 2 diabetes mellitus and these
farctors: gender (p = 0.03), age (p = 0.03), body mass index (p <
0.001), waist circumference (p < 0.001), history of hipertension
(p < 0.001), history of high blood glucose (p < 0.001), and family
history of diabetes mellitus (p < 0.001). This study indicated
that over 50% were at medium and high risk to develop T2DM
in 10 years later. Factors related to risk of T2DM were gender,
age, body mass index, waist circumference, history of
hipertension, history of high blood glucose, and family history of
diabetes mellitus.

PENDAHULUAN Indonesia menempati peringkat


keempat kasus DM terbanyak di dunia
Diabetes Mellitus (DM) setelah India, China, dan USA (Hu,
merupakan masalah utama yang 2011). Berdasarkan data dari IDF (2015)
mengancam kesehatan masyarakat dan Indonesia menempati peringkat kedua
stabilitas ekonomi di negara kasus DM terbanyak di wilayah barat
berkembang dan negara maju (Alberti Pasifik setelah China yang berada di
et al., 2005). Menurut World Health peringkat pertama. Prevalensi DM di
Organization (WHO, 2015) prevalensi Indonesia pada tahun 2014 adalah
DM pada orang dewasa di tahun 2014 sebesar 5,81%. Kasus DM di Indonesia
diperkirakan sebesar 9%, sedangkan pada tahun 2000 adalah sebanyak 8,4
menurut International Diabetes Federation juta kasus dan WHO (2015)
(IDF, 2015) prevalensi global DM pada memperkirakan akan terus terjadi
tahun 2014 adalah sebesar 8,3% dengan peningkatan sampai tahun 2030
jumlah pasien sebanyak 387 juta orang. sebanyak 21,3 juta kasus (Hu, 2011).
Sebanyak 46,3% dari 387 orang tersebut Hal ini setara dengan peningkatan dua
ternyata tidak terdiagnosis menderita setengah kali lipat kasus DM dalam
DM. Prevalensi DM di dunia terus jangka waktu 30 tahun.
mengalami peningkatan dan
diperkirakan jumlah pasien akan terus
bertambah hingga 205 juta orang pada
tahun 2035. Mayoritas kasus DM terjadi Correspondence:
Marita Fadhilah, Department of Community Medicine,
di negara-negara Asia dan sebanyak School of Medicine, Syarif Hidayatullah Jakarta State
60% kasus DM di dunia ditemukan di Islamic University, Tangerang
Asia (Hu, 2011). Email; maritafadhilah@uinjkt.ac.id

187
IRVAN FATHUROHMAN, MARITA FADHILAH

DM menjadi masalah utama (Hu, 2011). Pada tahun 2010, secara


kesehatan terutama di negara global DM memakai anggaran
berkembang dikarenakan tingkat kesehatan sebesar 12% dari
morbiditas dan mortalitasnya yang keseluruhan anggaran kesehatan yang
tinggi (Laurentia et al., 2014). Pada ada. Persentase ini setara dengan nilai
tahun 2012 DM menjadi penyebab US$376 milyar dan diperkirakan
langsung kematian pada 1,5 juta orang, anggaran ini akan mencapai US$490
sedangkan pada tahun 2014 DM milyar pada tahun 2030. Di Amerika
menyebabkan 4,9 juta kematian di total kerugian negara akibat DM
dunia (WHO, 2015). Delapan puluh mencapai US$245 milyar dolar pada
persen dari kasus kematian terjadi di tahun 2012 dengan estimasi biaya
negara dengan pendapatan rendah dan perorang pada tahun 2014 sebesar
menengah. WHO (2015) US$10.902, sedangkan di Indonesia,
memperkirakan bahwa DM akan biaya perorang untuk pasien Diabetes
menjadi penyebab kematian ketujuh adalah sekitar US$175 atau setara
terbesar di dunia pada tahun 2030. dengan Rp 1.750.000,- pada tahun 2014
DM menjadi salah satu (IDF, 2015). Jika dihitung, rata-rata
penyebab utama terjadinya morbiditas biaya kesehatan untuk individu dengan
dan mortalitas terutama pada sistem DM adalah 2,3 kali lipat lebih besar
kardiovaskular (Alberti et al., 2005). dibandingkan individu tanpa DM
Dalam perjalanan penyakitnya, DM (Kementrian Kesehatan RI, 2009).
dapat menimbulkan kerusakan pada Mengingat prevalensi,
jantung, pembuluh darah, mata, ginjal, morbiditas, dan mortalitas serta
dan saraf (WHO, 2015). Komplikasi DM dampak negatif DM terhadap ekonomi
meliputi penyakit kardiovaskuler, yang tinggi maka perlu dilakukan
kebutaan, amputasi ektremitas bawah, pencegahan yang efektif dan efisien
dan gagal ginjal (Alberti et al., 2005). Di terhadap penyakit ini. Menurut IDF
Amerika, 71% pasien DM didiagnosis intervensi dini dan pencegahan
dengan hipertensi dan 65% dengan berkembangnya DM akan memberikan
dislipidemia (Kementrian Kesehatan manfaat yang signifikan bagi pasien
RI, 2009). Pada tahun 2010 terdapat dengan meningkatkan usia harapan
73.000 kasus amputasi non-trauma dan kualitas hidupnya serta bagi
pada pasien yang terdiagnosis DM di negara dengan membantu menjaga
Amerika. Risiko menderita stroke dan kestabilan ekonomi (Alberti et al., 2007).
serangan jantung pada pasien DM Salah satu cara yang bisa dilakukan
meningkat 1,8 kali lipat dibandingkan adalah dengan mengembangkan
dengan orang yang tidak terdiagnosis pelayanan kesehatan prospektif, yaitu
DM. Di Indonesia, menurut Kementrian pelayanan kesehatan yang
Kesehatan RI (2009) DM menjadi menitikberatkan pada proses
penyebab kematian kelima pada pasien pencegahan berkembangnya sebuah
rawat inap setelah stroke, penyakit penyakit (Synderman et al., 2003). Salah
jantung, kanker, dan Penyakit Paru satu proses yang penting dalam
Obstruktif (PPOK). pelayanan kesehatan prospektif adalah
Selain menjadi masalah utama dengan melakukan penilaian risiko
kesehatan, DM pun menjadi ancaman individu untuk mengembangkan
yang kuat bagi perekonomian negara penyakit tertentu, termasuk DM Tipe 2

188
GAMBARAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RISIKO
DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI BUARAN, SERPONG

(DMT2) yang banyak dipengaruhi oleh Kriteria inklusi adalah warga yang
faktor gaya hidup yang dapat tinggal di wilayah binaan KPKM
dimodifikasi. Buaran dan berusia 30 tahun atau lebih.
Tingginya angka keberhasilan Kriteria eksklusi pada penelitian ini
intervensi dini dalam mencegah adalah warga yang menolak menjadi
berkembangnya DMT2 pada individu sampel, wanita yang sedang hamil, dan
membuat penilaian risiko penyakit warga yang sudah terdiagnosis sebagai
menjadi bagian penting dalam proses pasien DM.
pencegahan, terutama pada fasilitas Untuk mengetahui gambaran
layanan primer yang memiliki tingkat risiko, jumlah sampel dihitung
tanggung jawab dalam program menggunakan rumus besar sampel
pencegahan penyakit. Maka dari itu, untuk penelitian deskriptif kategorik,
pada penelitian ini dilakukan untuk sebagai berikut:
mengetahui gambaran tingkat risiko
individu sehat untuk menderita DMT2 = =
, , ,
= 97
,
di wilayah binaan Klinik Pelayanan
Kesehatan Masayarakat (KPKM)
n = besar sampel
Buaran, sehingga dapat dilakukan
Zα = deviat baku α = 1,96 (kesalahan
intervensi dini sesuai tingkat risiko
tipe I sebesar 5% atau nilai α sebesar
untuk mencegah kejadian DMT2 di
0,05)
masyarakat. Selain itu penelitian ini
P = 0,016 = Proporsi DMT2 di daerah
bertujuan untuk mengetahui faktor-
Banten (Riskesdas, 2013)
faktor yang berhubungan dengan
Q = 1-P = 0,984
tingkat risiko DMT2 dan mengetahui
d = presisi = 2,5% = 0,025
hubungan antara tingkat risiko DMT2
dengan jenis kelamin, usia, indeks
Dari hasil perhitungan tersebut
massa tubuh (IMT), lingkar perut,
didapatkan jumlah sampel minimal
aktivitas fisik, diet sayur atau buah,
yang diperlukan pada penelitian ini
riwayat tekanan darah tinggi, riwayat
adalah sebanyak 97 orang. Penelitian
gula darah tinggi, dan riwayat keluarga
ini menggunakan two stage cluster
DM pada masyarakat binaan KPKM
sampling. Pertama, dari masing-masing
Buaran pada tahun 2015.
tiga rukun warga (RW) binaan KPKM
dipilih satu rukun tetangga (RT) secara
BAHAN DAN CARA KERJA
random, kemudian di setiap RT yang
Jenis penelitian ini adalah terpilih dilakukan randomisasi untuk
mendapatkan 40 sampel pada setiap
penelitian deskriptif-analitik dengan
RT, sehingga total didapatkan 126
desain studi cross-sectional. Penelitian
ini dilakukan di wilayah binaan KPKM sampel dari tiga RT. Data primer pada
penelitian ini mencakup usia, IMT,
Buaran, kelurahan Buaran, kecamatan
lingkar pinggang, tekanan darah, gula
Serpong, kota Tangerang Selatan, mulai
bulan September 2014 sampai bulan darah puasa, aktivitas fisik, asupan
Agustus 2015. Populasi terjangkau sayuran atau buah-buahan, riwayat
tekanan darah tinggi, riwayat gula
pada penelitian ini adalah masyarakat
darah tinggi, riwayat keluarga DM.
binaan KPKM Buaran yang berusia 30
tahun atau lebih pada tahun 2015. Data primer didapatkan melalui
pengisian kuesioner dan pemeriksaan.

189
IRVAN FATHUROHMAN, MARITA FADHILAH

Finnish Diabetes Risk Score atau buah harian, dan empat


(FINDRISC) adalah sebuah kuesioner pertanyaan mengenai aktivitas fisik.
yang efektif untuk melakukan Dari perhitungan skor pada
penilaian tingkat risiko individu kuesioner akan didapatkan tingkat
menderita DMT2 dalam 10 tahun. risiko DMT2, yaitu tingkat
FINDRISC menjadi salah satu kecenderungan individu untuk
kuesioner yang direkomendasikan oleh menderita DMT2 dalam 10 tahun,
IDF dan telah diterjemahkan ke dalam dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu:
16 bahasa serta digunakan di banyak kategori rendah untuk total skor <7,
negara di dunia. FINDRISC terdiri dari kategori sedang untuk total skor 7-14,
delapan item, mencakup usia, IMT, dan kategori tinggi untuk total skor 15-
lingkar perut, riwayat penggunaan obat 26.
darah tinggi, riwayat gula darah Pengumpulan data primer
tinggi, riwayat DM di keluarga, dilakukan dengan cara mendatangi
konsumsi sayur atau buah harian, dan responden. Peneliti meminta
aktivitas fisik. Total skor dari semua persetujuan responden untuk dijadikan
pertanyaan kemudian dapat sampel dalam penelitian. Dilakukan
diinterpretasikan sebagai angka pengukuran tekanan darah
probabilitas individu menderita DMT2 menggunakan sfigmomanometer raksa
dalam 10 tahun dengan mengacu pada setelah dipastikan responden dalam
tabel referensi yang telah disediakan di keadaan istirahat selama minimal 5
dalam kuesioner. Total skor dapat menit dan diukur dalam keadaan
bervariasi mulai dari 0 sampai 26. duduk (Bickley, 2003). Kemudian
Kuesioner ini dapat diakses melalui ditanyakan pertanyaan-pertanyaan
internet dan pengisiannya pun dapat yang telah tertulis pada kuesioner.
diselesaikan hanya dalam waktu Responden kemudian dijelaskan untuk
beberapa menit serta tidak memerlukan berpuasa mulai malam hari itu untuk
tes laboratorium (Wilson et al., 2007). persiapan pengambilan sampel glukosa
Pertanyaan dalam kuesioner darah puasa pada hari berikutnya.
merupakan pertanyaan yang Pada hari berikutnya dilakukan
diadaptasi dan dimodifikasi dari pengukuran berat badan menggunakan
FINDRISC. Delapan item utama pada timbangan injak jarum dengaan
kuesioner asli FINDRISC ketelitian 0,1 kg, tinggi badan
dikembangkan oleh peneliti menjadi menggunakan stature meter dengan
lima item pemeriksaan dan 10 item ketelitian 0,1 cm, lingkar pinggang
wawancara. Lima item pemeriksaan menggunakan tali meteran dengan
meliputi pemeriksaan berat badan, ketelitian 0,1 cm, pengukuran tekanan
lingkar perut, tekanan darah, dan gula darah yang kedua, dan pengukuran
darah puasa. Adapun 10 item glukosa darah kapiler menggunakan
wawancara terdiri dari satu pertanyaan glukometer. Data sekunder didapatkan
mengenai usia, satu pertanyaan riwayat dari kantor kelurahan Buaran.
minum obat darah tinggi, satu Data diolah dengan
pertanyaan riwayat gula darah tinggi, menggunakan program komputer MS
satu pertanyaan riwayat DM di Excel 2013 dan SPSS for Windows versi
keluarga, dua pertanyaan diet sayur 20.0. Tahapan pengolahan data terdiri
dari coding, editing, entry data, dan

190
GAMBARAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RISIKO
DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI BUARAN, SERPONG

cleaning. Analisis data dilakukan disimpulkan bahwa instrumen ini


dengan dua tahapan yaitu analisis memiliki nilai reliabilitas yang baik.
univariat dan analisis bivariat. Analisis
univariat digunakan untuk melihat Gambaran Umum Masyarakat Binaan
gambaran distribusi frekuensi dari Klinik Pelayanan Kesehatan
setiap variabel penelitian. Analisis Masyarakat (KPKM) Buaran
bivariat digunakan untuk melihat KPKM adalah sebuah fasilitas
hubungan antara variabel independen pelayanan kesehatan tingkat pertama
dan variabel dependen. Analisis yang mendorong upaya kesehatan
bivariat pada penelitian ini dilakukan perorangan dan upaya kesehatan
dengan menggunakan uji chi-square masyarakat. Selain menjadi pusat
karena semua variabel berupa data pelayanan kesehatan di tingkat dasar,
kategorik. Dalam penelitian ini KPKM pun didirikan sebagai lahan
digunakan derajat kemaknaan sebesar pendidikan dan penelitian bagi
0,05. mahasiswa dan civitas akademika
Fakultas Kedokteran dan Ilmu
HASIL Kesehatan (FKIK). Sasaran
didirikannya KPKM adalah untuk
Uji Validitas dan Reliabilitas memberikan pelayanan kesehatan bagi
Pada penelitian ini dilakukan uji warga Kota Tangerang Selatan dan
coba instrumen kepada 30 responden warga sekitarnya. KPKM terdiri dari 2
yang merupakan masyarakat binaan unit:
KPKM Buaran. Instrumen yang KPKM Buaran, yang terletak di Jl.
digunakan yaitu FINDRISC yang telah H. Jamat Gg Rais RT 002/RW 005
teruji validitas dan reliabilitasnya, yang Buaran, Serpong, Tangerang
kemudian dimodifikasi untuk Selatan.
kepentingan penelitian (IDF, 2015) KPKM Reni Jaya, yang terletak di Jl.
Pada penelitian ini didapatkan nilai Surya Kencana RT 002/RW 006
kritis untuk korelasi r product-moment (r Pamulang Barat, Tangerang Selatan.
tabel) sebesar 0,361. Nilai ini Masyarakat binaan KPKM
didapatkan berdasarkan jumlah sampel Buaran adalah masyarakat kelurahan
dan tingkat signifikan yang dipilih Buaran yang tinggal di sekitar KPKM
yaitu 30 responden dan 5%. Hasil uji Buaran. Masyarakat binaan KPKM
validitas didapatkan nilai Pearson Buaran mencakup warga di RW 3, 4,
Correlation dari semua item dan 5 dengan total penduduk sekitar
pemeriksaan lebih besar dari nilai r 5000 penduduk. Kelurahan Buaran
tabel (0,361) sehingga dapat dikatakan terdiri dari sembilan RW dan 33 RT
bahwa semua item pemeriksaan dengan jumlah penduduk sebanyak
tersebut nilai validitasnya baik. Hasil 13.064 jiwa. Jumlah kepala keluarga
uji reliabilitas didapatkan nilai (KK) terhitung sebanyak 3.783 KK
Cronbach’s Alpha sebesar 0,646. Nilai dengan rata-rata jumlah penduduk per
Cronbach’s Alpha tersebut lebih besar KK sebanyak tiga orang (Kelurahan
dari nilai r tabel (0,361) sehingga dapat Buaran, 2013). Demografi Kelurahan
Buaran dapat dilihat pada tabel 1.

191
IRVAN FATHUROHMAN, MARITA FADHILAH

Tabel 1. Demografi Kelurahan Buaran (N=13.064)


Jumlah
Variabel Kategori
n Persentase (%)
Perempuan 6.332 48,5
Jenis Kelamin
Laki-laki 6.732 51,5
<45 9.166 70,2
Usia 45-54 2.141 16,4
>55 1.757 13,4
Tidak sekolah 2.433 18,6
Sekolah Dasar (SD) 2.504 19,2
Pendidikan
Sekolah Menengah Pertama (SMP) 2.834 21,7
Terakhir
Sekolah Menengah Atas (SMA) 9.246 29,9
Perguruan Tinggi (PT) 1.385 10,6
Tidak/Belum bekerja 934 7,1
Mengurus Rumah Tangga 3.445 26,4
Pelajar / Mahasiswa 3.035 23,2
Pensiunan 50 0,4
Pegawai Negeri Sipil (PNS) 77 0,6
Tentara Nasional Indonesia (TNI) 30 0,2
Polisi Republik Indonesia (POLRI) 29 0,2
Pedagang 1.279 9,8
Petani 9 0,1
Peternak 6 0,0
Pekerjaan Nelayan - 0,0
Karyawan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN)/ Badan Usaha 2.833 21,7
Milik Daerah (BUMD)/Swasta
Buruh Harian Lepas 1.020 7,8
Guru 136 1,0
Dosen 5 0,0
Dokter 16 0,1
Perawat 17 0,1
Bidan 17 0,1
Lainnya 126 1,0

Berdasarkan tabel 1 didapatkan orang dan penduduk berusia lebih dari


bahwa sebaran penduduk cukup 55 tahun sebanyak 1.757 (13,4%) orang.
merata untuk laki-laki dan perempuan Berdasarkan pendidikan terakhir,
dengan persentase sebanyak 48,5% kebanyakan penduduk adalah lulusan
untuk perempuan dan 51,5% untuk SMA yaitu sebesar 29,9%, diikuti
laki-laki. Kebanyakan penduduk lulusan SMP, SD, tidak sekolah, dan PT
berusia kurang dari 45 tahun yaitu dengan persentase sebesar 21,7%,
sebanyak 9.166 (70,2%) orang, 19,2%, 18,6%, dan 10,6%. Jenis
sedangkan penduduk berusia antara pekerjaan penduduk sangat bervariasi
45-54 tahun sebanyak 2.141 (16,4%) dengan persentase terbesar adalah

192
GAMBARAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RISIKO
DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI BUARAN, SERPONG

pengurus rumah tangga (23,2%), Analisis Univariat


pelajar/ mahasiswa (23,2%), karyawan Pada analisis univariat akan
BUMN/BUMD/swasta (21,7%), dideskripsikan mengenai karakteristik
pedagang (9,8%), buruh harian lepas responden dan sebaran responden
(7,8%), dan penduduk yang belum/ berdasarkan masing-masing variabel,
tidak bekerja (7,1%). Jumlah penduduk baik variabel bebas maupun variabel
dengan jenis pekerjaan lain tidak lebih terikat. Penelitian ini melibatkan 126
dari 2% total jumlah penduduk responden sebagai subjek penelitian.
Kelurahan Buaran. Hasil analisis univariat dapat dilihat
pada tabel 2.

Tabel 2. Karakteristik Responden dan Hasil Analisis Univariat


(N=126)
Jumlah
Variabel Kategori
n Persentase (%)
Perempuan 86 68,3
Jenis Kelamin
Laki-laki 40 31,7
Tidak sekolah 21 16,7
SD 44 34,9
Pendidikan Terakhir SMP 26 20,6
SMA 33 26,2
PT 2 1,6
< 45 45 35,7
Usia
> 45 81 64,3
Normal 42 33,3
IMT BB lebih atau
84 66,7
obes
Normal 38 30,2
LP
Obes sentral 88 69,8
Sedang atau
103 81,7
Aktivitas Fisik tinggi
Rendah 23 18,3
Ya 49 38,9
Diet Sayur atau buah
Tidak 77 61,1
Riwayat Tekanan Darah Tidak 54 42,9
Tinggi Ya 72 57,1
Riwayat Gula Darah Tidak 25 19,8
Tinggi Ya 101 80,2
Tidak 107 84,9
Riwayat Keluarga DM
Ya 19 15,1
Rendah 10 7,9
Tingkat Risiko DMT2 Sedang 74 58,7
Tinggi 42 33,3

193
IRVAN FATHUROHMAN, MARITA FADHILAH

Berdasarkan tabel 2 sebaran jenis lebih pada perempuan. Hasil analisis


kelamin responden tidak merata untuk menunjukan bahwa kebanyakan
laki-laki dan perempuan. Paling responden masuk kategori obes sentral
banyak responden berjenis kelamin yaitu sebanyak 88 orang (69,8%) dan
perempuan yaitu sebanyak 86 orang yang termasuk kategori normal
(68,3%), sedangkan untuk jenis kelamin sebanyak 38 orang (30,2%).
laki-laki sebanyak 40 orang (31,7%). Aktivitas fisik responden
Hal ini dikarenakan peneliti mengambil dikelompokkan menjadi dua kategori.
data pada jam kerja di akhir pekan Aktivitas fisik sedang atau tinggi
sehingga kebanyakan laki-laki sedang apabila responden melakukan kegiatan
tidak berada di rumah. Selain itu, fisik berat minimal 75 menit atau
banyaknya laki-laki yang menolak kegiatan fisik sedang minimal 150
untuk menjadi responden menjadi menit dalam satu minggu. Aktivitas
faktor yang membuat tidak meratanya fisik rendah apabila kegiatan fisik
sebaran responden berdasarkan jenis responden tidak memenuhi kriteria
kelamin. Sebaran pendidikan terakhir aktivitas fisik sedang atau tinggi.
responden bervariasi untuk semua Berdasarkan tabel 2 didapatkan bahwa
tingkat pendidikan. Paling banyak kebanyakan responden yaitu sebanyak
responden berpendidikan SD yaitu 103 orang (81,7%) masuk ke dalam
sebanyak 44 orang (34,9%), diikuti kategori aktivitas fisik sedang atau
pendidikan SMA, SMP, tidak sekolah, tinggi, sedangkan responden yang
dan PT masing-masing 33 orang masuk ke dalam kategori rendah
(26,2%), 26 orang (20,6%), 21 orang sebanyak 23 orang (18,3%). Variabel
(16,7%), dan 2 orang (1,6%). diet sayur atau buah didapatkan dari
Kebanyakan responden berusia dua buah pertanyaan pada kuesioner,
45 tahun atau lebih, yaitu sebanyak 81 yaitu apakah responden meng-
orang (64,3%), diikuti responden yang konsumsi sayur dan atau buah setiap
berusia kurang dari 45 tahun sebanyak hari dan berapa banyak porsi yang
45 orang (35,7%). IMT dikelompokkan dimakan. Standar porsi harian untuk
menjadi dua kategori. IMT kurang dari buah dan sayur disesuaikan dengan
23,0 dimasukkan ke dalam kategori American Dietary Guideline yang
normal, IMT 23,0 atau lebih dikeluarkan oleh Pemerintah Amerika.
dimasukkan ke dalam kategori berat Kebanyakan responden yaitu sebanyak
badan berlebih atau obes. Berdasarkan 77 orang (61,1%) tidak mengkonsumsi
IMT, jumlah terbanyak responden yaitu sayur dan atau buah setiap hari dalam
84 orang (66,7%) masuk ke dalam porsi yang cukup, sedangkan 49 orang
kategori berat badan berlebih atau obes (38,9%) lainnya mengkonsumsi sayur
dan 42 orang (33,3%) lainnya masuk ke dan atau buah dalam porsi yang cukup
dalam kategori normal. Terdapat dua setiap harinya. Berdasarkan hasil
kategori lingkar perut yaitu normal dan analisis didapatkan bahwa jumlah
obes sentral. Lingkar perut dikatakan terbanyak responden yaitu sebanyak 72
normal apabila kurang dari 90 pada orang (57,1%) pernah memiliki riwayat
laki-laki dan kurang dari 80 pada tekanan darah tinggi, sedangkan 54
perempuan, dimasukkan dalam orang lainnya (42,9%) tidak pernah
kategori obes sentral apabila nilainya memiliki riwayat tekanan darah tinggi.
90 atau lebih pada laki-laki dan 80 atau Data riwayat tekanan darah tinggi

194
GAMBARAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RISIKO
DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI BUARAN, SERPONG

didapatkan melalui item pertanyaan menjadi anggota keluarga inti yang


dan item pemeriksaan pada kuesioner. terdiri dari ayah, ibu, anak, atau
Apabila responden pernah meminum saudara kandung, dan anggota
obat darah tinggi atau ketika diperiksa keluarga non-inti yang terdiri dari
tekanan darahnya lebih dari 130/85 paman, bibi, sepupu, kakek, dan nenek
mmHg maka responden dikatakan kandung. Berdasarkan tabel 2 diketahui
memiliki riwayat tekanan darah tinggi. sebanyak 10 orang (7,9%) memiliki
Sebagaiman riwayat tekanan risiko rendah, 74 orang (58,7%)
darah tinggi, data untuk variabel memiliki risiko sedang, dan 42 orang
riwayat gula darah tinggi pun (33,3%) memiliki risiko tinggi untuk
didapatkan dari item pertanyaan dan menderita DMT2 dalam waktu 10
pemeriksaan pada kuesioner. Hasil tahun.
analisis menunjukan bahwa 101 orang
(80,2%) responden pernah memiliki Analisis Bivariat
riwayat gula darah tinggi, sedangkan Untuk mengetahui hubungan
25 orang (19,8%) lainnya tidak. antara tingkat risiko DMT2 dengan
Kebanyakan responden yaitu sebanyak jenis kelamin, usia, IMT, lingkar perut,
107 orang (84,9%) tidak memiliki aktivitas fisik, diet sayur atau buah,
riwayat keluarga DM dan 19 orang riwayat tekanan darah tinggi, riwayat
(15,1%) lainnya memiliki riwayat gula darah tinggi, dan riwayat keluarga
keluarga DM pada anggota DM, dilakukan uji chi square. Hasilnya
keluarganya. Anggota keluarga dibagi dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Hasil Analisis Bivariat


Tingkat Risiko DMT2
Total p-value
Variabel Kategori Rendah Sedang Tinggi
n % n % n % N %
Laki-laki 5 12,5 28 70,0 7 17,5 4 100
Jenis Kelamin 0,027
Perempuan 5 5,8 46 53,5 35 40,7 86 100
< 45 6 13,3 30 66,7 9 20,0 45 100
Usia 0,029
> 45 4 4,9 44 54,3 33 40,7 81 100
Normal 7 16,7 31 73,8 4 9,5 42 100
IMT BB lebih atau <0,001
3 3,6 43 51,2 38 45,2 84 100
Obes
Normal 9 23,7 26 68,4 3 7,9 38 100
Lingkar Perut <0,001
Obes sentral 1 1,1 48 54,5 39 44,3 88 100
Sedang-Tinggi 10 9,7 59 57,3 34 33,0 103 100
Ativitas Fisik 0,293
Rendah 0 0,0 5 65,2 8 34,8 23 100

Diet Sayur atau Ya 4 8,2 32 65,3 13 26,5 49 100


0,426
Buah Tidak 6 7,8 42 54,5 29 37,7 77 100

195
IRVAN FATHUROHMAN, MARITA FADHILAH

Riwayat Tidak 8 14,8 39 72,2 7 13,0 54 100


Tekanan Darah <0,001
Tinggi Ya 2 2,8 35 48,6 35 48,6 72 100

Riwayat Gula Tidak 8 32,0 17 68,0 0 0,0 25 100


<0,001
Darah Tinggi Ya 2 2,0 57 56,4 42 41,6 101 100

Riwayat Tidak 10 9,3 70 65,4 27 25,2 107 100


<0,001
Keluarga DM Ya 0 0,0 4 21,1 15 78,9 19 100

Hasil analisis hubungan antara terdapat 38 (45,2%) orang yang


jenis kelamin dengan tingkat risiko memiliki risiko tinggi. Hasil uji statistik
DMT2 diperoleh bahwa jumlah diperoleh nilai p<0,001, maka dapat
responden perempuan yang memiliki disimpulkan ada perbedaan proporsi
risiko tinggi lebih banyak (35 orang; tingkat risiko DMT2 antara responden
40,7%) daripada responden laki-laki (7 yang memiliki IMT normal dan yang
orang; 17,5%). Berdasarkan hasil uji memiliki bb berlebih atau obesitas.
statistik didapatkan nilai p=0,027. Hal Hasil analisis hubungan antara lingkar
ini menunjukkan adanya hubungan perut dengan tingkat risiko DMT2
bermakna antara jenis kelamin dengan diperoleh bahwa jumlah responden
tingkat risiko DMT2. Hasil analisis yang memiliki lingkar perut normal
hubungan antara kelompok usia dan memiliki risiko tinggi lebih sedikit
dengan tingkat risiko DMT2 diperoleh (7,9%) daripada responden dengan
bahwa ada sebanyak 9 (20,0%) obes sentral (44,3%), sementara jumlah
responden dengan usia kurang dari 45 responden yang memiliki lingkar perut
tahun yang memiliki risiko DMT2 normal dan risiko rendah lebih banyak
tinggi, sedangkan di antara responden (23,7%) daripada responden dengan
dengan kelompok usia 45 tahun atau obes sentral (1,1%). Berdasarkan hasil
lebih terdapat 33 (40,7%) orang yang uji statistik didapatkan nilai p<0,001.
memiliki risiko tinggi. Hasil uji statistik Hal ini menunjukkan adanya
diperoleh nilai p=0,029, maka dapat hubungan bermakna antara ukuran
disimpulkan terdapat perbedaan lingkar perut dengan tingkat risiko
proporsi tingkat risiko DMT2 yang DMT2.
bermakna antara responden yang Hasil analisis hubungan antara
masuk dalam kelompok usia kurang aktivitas fisik dengan tingkat risiko
dari 45 tahun dan yang masuk DMT2 diperoleh bahwa jumlah
kelompok usia 45 tahun atau lebih. responden yang masuk kategori
Hasil analisis hubungan antara aktivitas fisik sedang atau tinggi dan
IMT dengan tingkat risiko DMT2 memiliki risiko tinggi lebih sedikit
diperoleh bahwa ada sebanyak 4 (9,5%) (33,0%) daripada responden yang
responden dengan IMT normal yang masuk kategori aktivitas fisik rendah
memiliki risiko DMT2 tinggi, (34,8%). Berdasarkan hasil uji statistik
sedangkan di antara responden dengan didapatkan nilai p=0,293, maka dapat
berat badan berlebih atau obesitas diambil kesimpulan bahwa hubungan

196
GAMBARAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RISIKO
DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI BUARAN, SERPONG

antara aktivitas fisik dengan tingkat lebih banyak (78,9%) daripada


risiko DMT2 tidak bermakna secara responden yang tidak memiliki riwayat
statistik. Hasil analisis hubungan keluarga DM (25,2%). Berdasarkan
antara konsumsi sayur dan atau buah hasil uji statistik didapatkan nilai
dengan tingkat risiko DMT2 diperoleh p<0,001. Hal ini menunjukkan adanya
bahwa jumlah responden yang hubungan bermakna antara riwayat
mengkonsumsi sayur dan atau buah keluarga DM dengan tingkat risiko
dan memiliki risiko tinggi lebih sedikit DMT2.
(26,5%) daripada responden yang tidak
mengkonsumsi sayur dan atau buah PEMBAHASAN
(37,7%). Berdasarkan hasil uji statistik
didapatkan nilai p=0,426. Hal ini Hasil penelitian di atas
menunjukkan tidak adanya hubungan menunjukkan adanya hubungan
bermakna antara konsumsi sayur dan bermakna antara jenis kelamin, usia,
atau buah dengan tingkat risiko DMT2. IMT, lingkar perut, riwayat tekanan
Hasil analisis hubungan antara darah tinggi, riwayat gula darah tinggi,
riwayat tekanan darah tinggi dengan riwayat keluarga DM dengan tingkat
tingkat risiko DMT2 diperoleh bahwa risiko DMT2. Pada tabel 3 didapatkan
jumlah responden yang memiliki hasil hubungan yang bermakna antara
riwayat tekanan darah tinggi dan jenis kelamin dan tingkat risiko DMT2,
memiliki risiko tinggi lebih banyak hal ini tidak selaras dengan penelitian
(44,2%) daripada responden yang tidak Wicaksono (2011) dengan disain case-
memiliki riwayat tekanan darah tinggi control dan n=60 di Semarang dan
(15,8%). Berdasarkan hasil uji statistik penelitian Majgi et al., (2012) dengan
didapatkan nilai p<0,001. Hal ini disain cross-sectional dan n=1400 di
menunjukkan adanya hubungan India yang menyatakan tidak ada
bermakna antara riwayat tekanan hubungan signifikan antara jenis
darah tinggi dengan tingkat risiko kelamin dengan kejadian DMT2. Choi
DMT2. Hasil analisis hubungan antara et al., (2001) pada penelitiannya dengan
riwayat gula darah tinggi dengan disain cross-sectional dan n=69494
tingkat risiko DMT2 diperoleh bahwa menemukan adanya hubungan
jumlah responden yang memiliki bermakna antara jenis kelamin dengan
riwayat gula darah tinggi dan memiliki risiko menderita DMT2, namun laki-
risiko tinggilebih banyak (45,6%) laki berisiko lebih besar daripada
daripada responden yang tidak perempuan.
memiliki riwayat gula darah tinggi Perbedaan hasil dimungkinkan
(4,5%). Berdasarkan hasil uji statistik karena sampel yang ada pada
didapatkan nilai p<0,001. Hal ini penelitian ini tidak mewakili populasi.
menunjukkan adanya hubungan Distribusi reponden berdasarkan jenis
bermakna antara riwayat gula darah kelamin tidak merata, dengan jumlah
tinggi dengan tingkat risiko DMT2. responden perempuan lebih banyak
Hasil analisis hubungan antara riwayat (40,7%) daripada laki-laki (17,5%). Pada
keluarga DM dengan tingkat risiko tabel berikutnya didapatkan hasil
DMT2 diperoleh bahwa jumlah hubungan yang bermakna antara usia
responden yang memiliki riwayat dan tingkat risiko DMT2, hasil ini
keluarga DM dan memiliki risiko tinggi sejalan dengan penelitian Wicaksono

197
IRVAN FATHUROHMAN, MARITA FADHILAH

(2011) di Semarang yang menemukan pembentukan sitokin oleh adiposit


adanya hubungan yang signifikan yang menyebabkan kerusakan fungsi
antara usia dengan kejadian DMT2. insulin. Pada keadaan obes juga terjadi
Wicaksono menambahkan bahwa proses inflamasi akibat peningkatan
orang yang berusia 45 tahun atau lebih sitokin proinflamasi dan infiltrasi
berisiko menderita DMT2 9,3 kali makrofag disertai adanya induksi
dibandingkan orang yang berusia respon stres yang dapat menyebabkan
kurang dari 45 tahun. Begitu juga Majgi resistensi insulin (Longo et al., 2012).
et al., (2012) menyatakan adanya Di tabel 6 menunjukkan hasil
hubungan signifikan antara usia hubungan yang bermakna antara
dengan kejadian DMT2 (p<0,0001; lingkar perut dan tingkat risiko DMT2,
OR=1,062;CI 1,040-1,084). American hasil ini sejalan dengan penelitian
Diabetes Association (ADA) (2011) juga Trisnawati dkk (2013) dengan disain
menyatakan bahwa risiko DMT2 case-control dan n=136 di Bali yang
meningkat seiring dengan bertambah- menyatakan adanya hubungan
nya usia. Mekanisme yang mendasari bermakna dengan risiko 5,19 kali
lebih tingginya risiko DMT2 pada menderita DMT2 pada orang yang
individu yang berusia lebih tua adalah memiliki obesitas sentral dibandingkan
adanya peningkatan komposisi lemak dengan orang yang tidak obes. Mbenza
dalam tubuh yang terakumulasi di et al., (2008) dalam penelitiannya
abdomen yang selanjutnya akan dengan disain cross-sectional kepada
memicu terjadinya obesitas sentral. 9770 subjek juga menyatakan bahwa
Obesitas sentral selanjutnya memicu terdapat hubungan bermakna antara
terjadinya resistensi insulin yang lingkar perut dengan kejadian DMT2
merupakan proses awal DMT2 (p<0,0001). Mekanisme yang mendasari
(Suastika et al., 2012). tingginya risiko DMT2 pada individu
Tabel 5 menunjukkan hasil dengan obes sentral sama dengan
hubungan yang bermakna antara IMT mekanisme yang mendasari tingginya
dan tingkat risiko DMT2, hasil ini risiko DMT2 pada individu dengan
sejalan dengan penelitian Ganz et al., IMT yang masuk kategori obes.
(2014) dengan disain case-control dan Hasil penelitian Valliyot et al.,
n=37356 yang menyatakan bahwa (2013) dengan disain case-control dan
terdapat hubungan yang signifikan n=300 yang menyatakan adanya
antara IMT dengan kejadian DMT2. hubungan bermakna antara riwayat
Ganz juga menambahkan bahwa orang hipertensi dan kejadian DMT2 sejalan
dengan berat badan berlebih, obes dengan hasil yang ditunjukkan tabel 9.
derajat I, obes derajat II, dan obes Valliyot menjelaskan dalam penelitian-
derajat III memiliki risiko menderita nya bahwa orang yang memiliki
DMT2 dibandingkan dengan orang riwayat hipertensi memiliki risiko lima
yang IMT nya normal secara berurutan kali menderita DMT2 dibandingkan
adalah 1,5 kali, 2,5 kali, 3,6 kali, dan 5,1 dengan orang yang tidak memiliki
kali. Mekanisme yang mendasari lebih riwayat hipertensi. Penelitian
tingginya risiko DMT2 pada individu Wicaksono (2011) di RS dr. Kariadi
dengan obes adalah karena pada Semarang pun menunjukan lebih
keadaan obes terjadi peningkatan asam tingginya risiko menderita DMT2 pada
lemak, penumpukan lipid intra sel, dan responden yang memiliki riwayat

198
GAMBARAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RISIKO
DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI BUARAN, SERPONG

hipertensi sebanyak dua kali lipat Cengkareng mendapatkan hubungan


dibandingkan dengan yang tidak yang signifikan antara riwayat keluarga
memiliki riwayat hipertensi, walaupun DM dengan kejadian DM (p=0,038;
hasil penelitiannya tidak bermakna OR=4,19 CI 1,246-14,08).
secara statistik. Adanya hubungan Responden yang memiliki
antara hipertensi dan DMT2 diduga riwayat keluarga DM berisiko tiga kali
dikarenakan banyaknya kesamaan lebih tinggi menderita DM
faktor-faktor risiko di antara keduanya, dibandingkan dengan responden yang
seperti usia, obesitas, dan kurangnya tidak memiliki riwayat keluarga DM
aktivitas fisik (Mengesha, 2007). (Choi, 2001). Pada penelitian Zahtamal
Tabel 10 menyatakan adanya et al., (2007) dengan disain case-control
hubungan yang bermakna antara dan n=154 didapatkan nilai Population
riwayat gula darah tinggi dan tingkat Attributable Risk (PAR) 0,73 yang
risiko DMT2, hasil ini sejalan dengan artinya sebanyak 73% kasus DM dapat
penelitian Wilson et al., (2007) dengan dicegah dengan memperhatikan faktor
disain cohort dan n=160 yang risiko adanya riwayat keluarga
menyatakan bahwa orang yang menderita DM. Faktor genetik menjadi
memiliki gula darah tinggi (100-125 basis yang mendasari tingginya risiko
mg/dL) berisiko menderita DMT2 7,25 DMT2 pada individu yang memiliki
kali dibanding orang yang memiliki anggota keluarga yang telah
gula darah di bawah 100 mg/dL terdiagnosis DM. Beberapa varian gen
(p<0,001; CI 4,89-10,74). Hasil transkripsi faktor 7 diduga dapat
penelitian Wilson ini digunakan merubah fungsi pulau langerhans pada
sebagai dasar penilaian risiko diabetes pancreas (Longo et al., 2012). Sebaliknya
pada Framingham Heart Study (National hubungan tidak bermakna antara
Heart, Lung, and Blood institute and aktivitas fisik, diet sayur-buah dengan
Boston University). tingkat risiko DMT2, seperti yang
Hubungan riwayat keluarga DM ditunjukkan pada tabel 7 dan 8.
dan tingkat risiko DMT2 juga Hasil ini berbeda dengan
bermakna sesuai dengan hasil pada beberapa penelitian sebelumnya yang
tabel 11. Hal ini selaras dengan menyatakan bahwa terdapat hubungan
penelitian-penelitian sebelumnya yang yang bermakna antara aktivitas fisik
menyatakan adanya hubungan yang dengan kejadian DMT2, di antaranya
signifikan antara riwayat keluarga DM adalah penelitian oleh Fitriyani (2012)
dengan kejadian DM. Valliyot (2013) dengan disain cross-sectional, dan n=500
dalam penelitiannya di India di Puskesmas Cilegon yang
mendapatkan hubungan yang menyatakan bahwa responden yang
signifikan antara riwayat keluarga DM aktivitas fisiknya rendah memiliki
dengan kejadian DM (p<0,001). Valliyot risiko 2,68 kali menderita DMT2
(2013) juga menambahkan bahwa orang dibandingkan orang dengan aktivitas
yang memiliki riwayat keluarga DM fisiknya sedang tinggi. Valliyot et al.,
berisiko tiga kali lebih besar untuk (2013) menyatakan bahwa aktivitas
menderita DM dibandingkan orang fisik sedang dan tinggi merupakan
yang tidak memiliki riwayat keluarga protective factor terjadinya DMT2.
DM. Begitu juga dengan hasil penelitian Hasil uji pada faktor risiko
Trisnawati dkk (2013) di Puskesmas aktivitas fisik ini tidak signifikan

199
IRVAN FATHUROHMAN, MARITA FADHILAH

dimungkinkan karena adanya bias. berisiko sedang, dan 7,9% berisiko


Salah satu bias yang mungkin terjadi rendah. Variabel yang terbukti
adalah bias responden dalam memiliki hubungan yang bermakna
mengingat aktivitas fisik yang rutin dengan tingkat risiko DMT2 (p < 0,005)
dilakukan serta lama mengerjakannya. adalah jenis kelamin, usia, indeks
Selain itu, dimungkinkan adanya bias massa tubuh, lingkar perut, riwayat
pada saat mengkategorikan kegiatan tekanan darah tinggi, riwayat gula
fisik responden ke dalam jenis darah tinggi, dan riwayat keluarga DM.
intensitas aktivitas fisik. Hasil yang Variabel yang terbukti memiliki
tidak bermakna ini juga tidak sejalan hubungan yang tidak bermakna
dengan penelitian Mbenza et al., (2008) dengan tingkat risiko DMT2 (p < 0,005)
yang menyatakan adanya hubungan adalah akivitas fisik dan diet sayur-
bermakna antara asupan buah dan atau buah.
sayur dengan kejadian DMT2 (p=0,034;
OR=1,7; CI 1,04-2,7). Namun hasil ini UCAPAN TERIMA KASIH
selaras dengan penelitian Midhet et al.,
(2010) yang menggunakan disain case- Penelitian ini didanai oleh
control dan subjek sebanyak 498 di peneliti secara mandiri. Ucapan
Saudi Arabia yang menunjukkan tidak terimakasih kami ucapkan kepada:
adanya hubungan antara konsumsi Raka Petra Prazasta, S.Ked; Melia
sayur dengan kejadian DMT2 (OR= 0,4; Fatrani Rufaidah, S.Ked; Riza
CI 0,2-0,7), juga tidak adanya hubungan Mawaddatarrahmah, S.Ked; Aliefa
antara konsumsi buah dengan kejadian Syifa, S.Ked; dan dr. Zulhafdy Muchni,
DMT2 di Saudi Arabia (OR=1,2; CI 0,7- Sp.M; yang telah membantu
2,0). Perbedaan hasil ini dimungkinkan berjalannya penelitian ini. Sebagian
karena perbedaan proses pembuatan hasil penelitian ini telah
variabel diet sayur dan buah. Dalam dipresentasikan pada The 10th
penelitian ini juga dalam penelitian Postgraduate Forum on Health System
Mbenza et al., (2008) diet sayur dan and Policy, Non Communicable
buah dibuat sebagai satu variabel, Disease, Universal Health Coverage
sedangkan Midhet et al., (2010) and Equity, Faculty of Medicine
membuatnya menjadi dua variabel Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,
yang berbeda. Hal lainnya dapat Indonesia (March 3-4 2016)
dikarenakan perbedaan desain
penelitian yang digunakan. Desain KEPUSTAKAAN
penelitian case control atau cohort akan
memberikan nilai yang lebih akurat Alberti KGMM, Zimmet P, Saw J 2007,
untuk menentukan hubungan antar- ‘International Diabetes Federation: a
variabel dibandingkan dengan desain Consensus on Type 2 Diabetes
Prevention’, Diabet Med, Vol. 24, pp.
cross-sectional (Dahlan, 2015).
451–463.
Alberti S, Silink M, Atkins R, Simmons D
SIMPULAN 2005, Type 2 Diabetes: Practical
Targets and Treatments, 4th edn,
Persentase tingkat risiko DMT2 International Diabetes Institute.
dalam 10 tahun pada masyarakat American Diabetes Association [Internet].
binaan KPKM Buaran adalah sebagai Modifiable Risk Factors. [Place
berikut: 33,3% berisiko tinggi, 58,7% unknown]: American Diabetes

200
GAMBARAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RISIKO
DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI BUARAN, SERPONG

Association; 2014 [cited 2015 March 5]. Diabetes Federation, viewed 20 July
Available from: 2015, <www.idf.org/diabetesatlas>
http://professional.diabetes.org/Reso Kelurahan Buaran 2013. Demografi Buaran,
urcesForProfessionals.aspx?cid=60382. Kelurahan Buaran, Tangerang Selatan.
Bickley LS 2003. Buku Ajar Pemeriksaan Fisik Kementrian Kesehatan RI 2009. Tahun 2030
& Riwayat Kesehatan Bates, 8th edn, Prevalensi Diabetes Mellitus di Indonesia
trans. A Hartono, EGC, Jakarta. Mencapai 21,3 Juta Orang, Sekretariat
Choi BC, Shi F 2001. ‘Risk factors for Jenderal Departemen Kesehatan,
diabetes mellitus by age and sex: viewed 17 Ausgust 2015,
results of the National Population <http://www.depkes.go.id/article/vi
Health Survey’, Diabetologia, Vol. 44 ew/414/tahun-2030-prevalensi-
No. 10, pp. 1221-1231. diabetes-melitus-di-indonesia-
Dahlan MS 2015. Langkah-langkah Membuat mencapai-213-juta-orang.html>
Proposal Penelitian Bidang Kedokteran Kementrian Kesehatan RI 2012. Gambaran
dan Kesehatan, 3rd edn, Sagung Seto, Penyakit Tidak Menular di Rumah Sakit
Jakarta. di Indonesia Tahun 2009 dan 2010, Pusat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Data dan Informasi Kementrian
(n.d.), KPKM, Fakultas Kedokteran Kesehatan RI.
dan Ilmu Kesehatan, viewed 1 Laurentia M, Uken S, Sidartawan S 2014.
September 2015, ‘Prevalence and Clinical Profile of
<http://fkik.uinjkt.ac.id/?page_id=70 Diabetes Mellitus in Productive Aged
2> Urban Indonesians’, J Diabetes Invest,
Fitriyani 2012. Faktor Risiko Diabetes Vol. 5, pp. 507–512.
Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci
Kecamatan Citangkil dan Puskesmas AS, Hauser SL, Loscalzo J 2012.
Kecamatan Pulo Merak, Kota Cilegon, Harrison’s Principle of Internal Medicine,
Perpustakaan Universitas Indonesia, McGraw-Hill Companies Inc, USA.
viewed 15 August 2015, Majgi SM, Soudarssanane B, Roy G, Das
<http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2 AK 2012. ‘Risk Factors of Diabetes
0318875-S-PDF-Fitriyani.pdf> Mellitus in Rural Puducherry’, Online J
Ganz ML, Wintfield N, Li Q, Alas V, Health Allied Sci, Vol. 11, No. 1, pp. 4.
Langer J, Hammer M 2014. ‘The Mbenza-Longo, Kin JBKL, Okwe N,
Association of Body Mass Index with Kabangu NK, Mpandamadi SD, He J,
the Risk of Type 2 Diabetes: A Case– Wemankey O 2008. ‘Prevalence and
Control Study Nested in an Electronic risk factors of diabetes mellitus in
Health Records System in The United Kinshasa Hinterland’, Int J Diabetes &
States’, Diabetology & Metabolic Metabolism, Vol. 16, pp. 97-106.
Syndrome, Vol. 6, No. 50. Mengesha AY 2007. ‘Hypertension and
Hu FB 2011. ‘Globalization of diabetes: The related risk factors in type 2 diabetes
role of diet, lifestyle, and genes’, mellitus (DM) patients in Gaborone
Diabetes Care, Vol. 34, No. 6, pp. 1249– City Council (GCC) clinics, Gaborone,
1257. Botswana’, African Health Sciences, vol.
International Diabetes Federation 2015. 7, no 4.
Diabetes Questionnaire, International Midhet F, Al-Mohaimeed A, Sharaf F 2010.
Diabetes Federation viewed 15 August Lifestyle Related Risk Factors of Type
2015] 2 Diabetes Mellitus in Saudi Arabia.
<http://www.idf.org/webdata/docs/ Saudi Medical Journal, 31 (7), pp. 768-
FINDRISC_English.pdf> 774.
International Diabetes Federation 2015. IDF National Heart, Lung, and Blood institute
Diabetes Atlas, 6th edn, International and Boston University, Diabetes,
National Heart, Lung, and Blood

201
IRVAN FATHUROHMAN, MARITA FADHILAH

institute and Boston University, USA, Valliyot, B Sreedharan, J Muttappallymyali


viewed 15 August 2015, 2013, ‘Risk Factors of Type 2 Diabetes
<https://www.framinghamheartstudy Mellitus in The Rural Population of
.org/riskfunctions/diabetes/index.ph North Kerala, India: A Case Control
p> Study’, Diabetologi Croatica, Vol. 42 No.
Suastika K, Dwipayana P, Semadi MS, 1, pp. 33-40.
Kuswardhani RAT 2012. Age is an Wicaksono, RP 2011, Faktor-Faktor yang
Important Risk Factor for Type 2 Diabetes Berhubungan Dengan Kejadian Diabetes
Mellitus and Cardiovascular Diseases, Melitus Tipe 2, UNDIP, viewed 15
InTech. August 2015,
Synderman R, Williams S 2003. <http://eprints.undip.ac.id/37123/1/
‘Prospective Medicine: The Next Radio_P.W.pdf>
Health Care Transformation’, Acad Wilson, PWF Meigs, JB Sullivan, L Fox, C
med, Vol. 78, pp. 1079-1084. Nathan, DM D’Agostino, RD 2007,
Trisnawati S, Widarsa T, Suastika K 2013. Prediction of Incident Diabetes
Faktor risiko diabetes mellitus tipe 2 pasien Mellitus in Middle-aged Adults’,
rawat jalan di Puskesmas Wilayah ARCH INTERN MED, 167.
Kecamatan Denpasar Selatan, PHPMA, World Health Organization 2015, Diabetes,
viewed 15 Aug 2015, World Health Organization, viewed 20
<http://ojs.unud.ac.id/index.php/ph July 2015,
pma/article/viewFile/6636/5069> <http://www.who.int/mediacentre/f
Trisnawati, SK Setyorogo 2013, Faktor actsheets/fs312/en/>
Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe Zahtamal, Chandra, F Suyanto,
II Di Puskesmas Kecamatan Restuastuti, T 2007, ‘Faktor-faktor
Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012, Risiko Pasien Diabetes Melitus’, Berita
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 5, no.1, Kedokteran Masyarakat, Vol. 23, No. 3,
pp.6-11. pp. 142-147.

202

Anda mungkin juga menyukai