KELOMPOK 8 : 1. Raihan Ghanis Bayanan (191120082) 2. Akhmad Dumyati (191120090) 3. Hayatun Nufus (191120087) 4. Muhamad Rifqi (ke enam puluh berbisnis dengan baik) dalam hadist dijelaskan “orang yang beriman adalah orang yang masyarakat merasa aman atas harta harta mereka”. (dan termasuk didalamnya adalah mengumpulkan harta dari rezeki yang halal). Nabi bersabda “wahai manusia sesungguhnya salah seorang dari kalian tidak akan wafat hingga allah swt menyempurnakan rezekinya. Bertaqwalah kepada allah dan baik naiklah kalian dalam mencari rezeki, ambilah oleh kalian segala hal yang telah dihalalkan dan tinggalkanlah segala yang telah dihalalkan segala yang telah diharamkan”. Hadist imam ibnu majah. Siapa saja yang menginginkan keselamatan dari seluruh hal yang merusak, maka apabila ia hendak masuk dalam satu urusan, baik ucapan atau perbuatan maka ketahuilah bahwa allah ta’ala pasti akan menanyakan kepadanya tentang urusan itu. Lalu jika ia telah melihat bahwa jawaban itu tidak akan diterima oleh allah darinya, maka menghindarlah dari urusan tersebut. Ini adalah prinsip dasar perbuatan perbuatan dan ucapan ucapan, maka siapa saja yang telah memastikan dengan prinsip dasar itu, niscaya segala tingkah lakunya terpuji, di dunia dan akhirat dan ia telah masuk dalam jalan jalan al muqorrobin (orang orang yang selalu mendekatkan diri kepada allah SWT. Ini adalah yang dimaksud oleh sabda nabi “perhitungkanlah diri kalian sebelum kalian diperhitungkan dan timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang”. (ke enam puluh satu, menafkahkan harta benda sesuai haknya (tuntutan semestinya), dan termasuknya adalah tidak terlalu hemat dan tidak boros). At taqrir (terlalu hemat) adalah memperketat nafkah keluarga, sedangkan at tabdzir (boros) adalah menafkahkan (harta) tidak sesuai ketentuan yang semestinya, dan melewati batas normal (pertengahan) at tabdzir dinamai juga dengan ishrof (berlebihan dalam membelanjakan nafkahnya). Siap saja yang berprinsip dalam keadilan, tidak berbicara berlebihan, singkat dalam berkata kata, meninggalkan hal yang tidak penting, dan bersikap sederhana dalam setiap urusannya, maka orang tersebut adalah orang yang berakal. Siapa saja yang mencurahkan (segala potensinya) kepada perkara perkara yang dapat mendekatkan diri kepada alloh ta’ala dan mencurahkan diri dengan kesusahan dunia (menerima kesedikitan dunia) dan ia berkata dalam hatinya. “jika aku tidak makan, maka aku akan mati dan jika aku kenyang, aku akan malas dan jika aku berlebihan aku akan sakit” maka orang ini adalah ‘abid (ahli ibadah). Siapa saja yang sanggup menahan amarah, menanggung penganiayaan dan meneguhkan kesabaran, maka orang itu adalah Halim (orang yang sabar murah hati). Siapa saja yang berlaku adil dalam membagi cintanya dan (teguh dalam) menegakkan hak hak manusia, maka orang ini disebut mutawadhu’ (orang yang rendah hati). Dan siapa saja yang tidak menyibukkan diri (aktivitas) dengan kelebihan kelebihan dunia, maka orang ini disebut zahid (orang orang zahid). (ke enam puluh dua, membalas ucapan salam ) allah ta’ala berfirman “apabila kamu dihormati dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa) (Qs. Annisa: 86). (ke enam puluh tiga) ber tasymit (mengucapkan yarhamukalloh) terhadap orang yang bersin). Didalam hadist yang diriwayatkan oleh imam bukhori (dijelaskan) “ apabila memuji alloh (mengucapkan al hamdulillah), maka hak (kewajiban) setiap muslim yang mendengarnya untuk mengucapkan kepadanya rohimakalloh (semoga allah merahmatinya)”. (ke enam puluh empat) memberikan pinjaman hutang dengan (akad) pinjaman yang baik, karena hal itu merupakan pertolongan untuk menghilangkan kesusahan. (ke enam puluh lima, saling memberi hadiah) at tahadi adalah pemberian hadiah seseorang, kepada orang lain. Dalam hadist dijelaskan “saling memberi hadiahlah kalian niscaya kalian saling mencintai”. Wajib bagimu untuk menebarkan kasih sayang kepada orang orang beriman dengan memuliakan dan berusaha memenuhi kebutuhan kebutuhan mereka. (ke enam puluh enam, berperilaku baik) janganlah engkau mengaku ngaku sesuatu yang tidak ada padamu, karena hal itu tidak termasuk muruah (sifat keperwiraan) serta terkandung dosa didalamnya. Jika engkau dituduh melakukan sesuatu yang tercela, maka diamlah (jangan bicara), dan janganlah engkau mengaku salah pada dirimu dengan sesuatu yang tidak engkau lakukan dari sesuatu yang dikaitkan (dituduhkan) kepadamu. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh syekh dzun nun bersama kholifah al mtawakkil bertanya kepada beliau tentang perbincangan masyarakat mengenai diri beliau, berupa menuduh syekh dzun nun kafir zindiq. Syekh dzun nun berkata: “wahai pemimpin orang orang beriman, jika aku katakan “tidak”, maka masyarakat telah berdusta jika aku katakan “ya”, maka aku membohongi diriku sendiri”. Maka amirul mu’minin bersikap baik terhadap syekh dzun nun (dalam menangani) masalah itu, dan mengembalikan syekh dzun nun dalam keadaan terhormat ke kota mesir. Apabila pelayanmu telah membuatkan makanan untukmu dan mengantarkannya kepadamu, makamintalah pelayan itu duduk bersamamu (untuk makan), jika ia menolak dan bersikap baik, maka mintalah ia mencicipi makanan itu, dan hal itu harus dilakukan walaupun hanya sesuap saja. Hati hatilah engkau makan, sedangkan ada mata yang memandang kepadamu maka ia diajak makan bersamamu. apabila engkau makan bersama sekelompok orang dengan satu hidangan makanan, maka makanlah hidangan yang ada didekatmu. Apabila makanan itu bermacam macam, maka makanlah hidangan yang engkau inginkan, dan kurangi memandang orang yang sedang makan bersamamu. Dan kecilnya potongan dari masing masing dengan tiga jari dah mengunyahnya dan jangan melanjutkan ke potongan lain sampai kamu menelan yang pertama, dan tandai tuhan ketika memotong yang pertama dari setiap potongan, dan puji tuhan diakhir jika engkau menelannya dan bersyukur kepadanya karena dia membenarkanmu, mulai dengan garam dan diakhiri dengan garam, karena garam adalah obat untuk tujuh puluh penyakit, termasuk kegilaan, kusta, kurap, sakit tenggorokan, sakit geraham, dan sakit perut, seperti yang di sarankan rasulullah kepada ali ibn abi thalib. Perlakukan pepohon pohonan dan berbautan dengan tidak mengeksploitasikan secara berlebihan. Perlakukan bumi dengan melakukan sholat diatasnya. Perlakukan orang orang yang wafat dengan mendoakan mereka dan mengingat kebaikan kebaikan mereka. Tutupi atas orang muslim apabila engkau melihatnya berbuat kesalahan, dan kurangilah untuknya harga jualnya, apabila ia minta diturunkan (harganya) kepadamu, karena semua hal itu seluruhnya adalah hal yang diperintahkan syariat, dan semua itu termasuk (aplikasi) akhlak akhlak yang mulia”. Secara umum (dapat disimpulkan), maka hal hal yang engkau sukai diterapkan kepadamu oleh orang orang, baik berupa pembicaraan yang menyenangkan, ucapan yang baik dan perbuatan bagus, maka lakukanlah itu olehmu terhadap makhluk makhluk alloh ta’ala. Dan hal hal yang dibenci diperilakukan kepadamu oleh orang lain, baik berupa pembicaraan yang merugikan, ucapan yang buruk dan perbuatan yang tidak menyenangkan, maka tinggalkan olehmu. Maka akhlak aklak mulia adalah inti agama, dan hakikatnya adalah perlakuan seorang hamba dengan sikap lemah lembut terhadap anggota keluarganya dan pelayannya serta terhadap seluruh umat islam.