Anda di halaman 1dari 12

41 Cara Menyambut Kematian khusnul khotimah

2 April 2011 pukul 0:39

... 41 Cara Menyambut Kematian khusnul khotimah ...

Bismillahi minal awwali wal akhiri....

Bismillahi Nawaitu Lilahi Ta'ala.....

1. Dengan iman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir dan
kepada takdir yang baik maupun yang buruk

2. Dengan senantiasa memelihara shalat lima waktu tepat pada waktunya dengan berjamaah
di masjid bersama kaum muslimin, disertai dengan kekhusyukan dan perenungan makna-
maknanya. Sedangkan shalatnya kaum wanita di dalam rumah adalah lebih utama

3. Dengan mengeluarkan zakat yang diwajibkan tepat pada waktunya, sesuai dengan ukuran
dan kriterianya berdasarkan syara’

4. Dengan berpuasa ramadhan di dasari keimanan dan mengharap pahala dari Allah

5. Dengan haji mabrur, karena tidak ada balasan bagi haji mabrur ini melainkan surga.
Sedangkan umroh pada bulan ramadhan setara dengan menunaikan haji bersama Nabi saw

6. Dengan mengerjakan ibadah-ibadah sunnah tambahan (nafilah), yaitu ibadah selain fardhu,
baik berkenaan dengan shalat, zakat, puasa maupun haji. Allah SWT berfirman dalam hadist
qudsi : “Dan hamba-Ku masih saja mendekat kepad-Ku dengan ibadah-ibadah nafilah,
sehingga Aku mencintainya”

7. Dengan segera bertaubat yang setulus-tulusnya dari segala kemaksiatan dan kemungkaran,
dan dengan berjanji untuk selalu mengisi waktu-waktu yang ia miliki dengan banyak
beristighfar, berdzikir, serta melaksanakan segala jenis ketaatan lain.
 

8. Dengan memurnikan ibadah kepada Allah (ikhlas kepada-Nya), dan meninggalkan riya’
dalam segala hal. Allah SWT berfirman : “Mereka tidaklah diperintahkan agar beribadah
kepada Allah dengan memurnikan kepatuhan kepada-Nya dalam melaksanakan agama
dengan lurus” (QS. Al-Bayyinah : 5)

9. Dengan mencintai Allah dan rasul-Nya. Kecintaan kepada Allah tidak akan terwujud
kecuali harus disertai dengan kecintaan kepada Nabi Muhammad saw, sebagaimana yang
difirmankan oleh Allah : “Katakanlah, jika kau (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah
aku niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu” (QS. Ali Imron : 31)

10. Dengan memberikan kecintaan karena Allah dan benci karena Allah pula, serta
memberikan loyalitas karena Allah. Ini berarti mencintai perbuatan yang Allah cintai seperti
beribadah, berdzikir dan melakukan amal kebajikan, benci karena Allah berarti membenci
hal-hal yang tidak disukai Allah seperti zinah, ghibah, serta perbuatan maksiat lainnya.

11. Dengan rasa takut kepada Allah Yang Maha Mulia, mengamalkan kandungan Al-Qur’an,
ridha dengan yang sedkit, dan mempersiapkan diri menghadapi hari perjalanan menuju hisab.
Ini adalah hakikat takwa

12. Dengan bersabar dalam menghadapi cobaan, bersyukur ketika memperoleh kelonggaran,
selalu merasa diawasi oleh Allah, baik dalam keadaan sembunyi maupun terbuka, serta
dengan mengharap anugerah dan karunia yang ada di sisi-Nya

13. Dengan bertawakal (pasrah) seutuhnya kepada Allah SWT. Allah berfirman “Hanya
kepada Allah-lah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang beriman”
(QS. Al-Maidah: 23)

14. Dengan menuntut ilmu yang bermanfaat, serta berusaha menyebarkan dan
mengajarkannya. Allah SWT berfiman “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa tingkat” (QS. Al-Mujadilah: 11)
dan juga firman Allah SWT “Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia dan
jangan sampai kamu menyembunyikannya” (QS. Ali Imron: 187)

15. Dengan mengagungkan Al-Qur’an. Yaitu dengan cara mempelajarinya, mengajarkannya,


menjaga batasan-batasan dan huku-hukumnya, serta mengenali apa yang dihalalkan dan apa
yang diharamkannya. Nabi saw bersabda “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-
Qur’an dan mengajarkannya” (HR. Bukhari)

16. Dengan jihad di jalan Allah, bersiaga selalu dan berjaga di perbatasan musuh, serta tidak
lari dari medan laga. Nabi saw bersabda “Janganlah kamu mengharap-harap bertemu musuh
dan mohonlah kesehatan kepada Allah. Namun jika kamu bertemu dengan mereka,
bersabarlah. Ketahuilah bahwa surga itu di bawah naungan pedang” (Muttafaqun ‘alaih)

17. Dengan menjaga lidah dari hal-hal yang haram seperti dusta, ghibah (menggunjing),
mengadu domba dan memfitnah, mencaci, mengutuk, serta berkata dan bernyanyi kotor. Nabi
saw bersabda “siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhi hendaklah berkata baik atau
(memilih) diam” (Muttafaqun ‘alaih)

18. Dengan memenuhi janji, menunaikan amanat kepada yang berhak, serta tidak berkhianat
dan menipu. Allah SWT berfirman “Penuhilah janji-janjimu” (QS. Al-Maidah :1) dan
“hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya” (QS. Al-Baqarah : 283)

19. Dengan meninggalkan zina, minum-minuman keras, membunuh jiwa, berbuat zhali,
mencuri, makan harta orang lain secara bathil, makan barang riba, dan makan segala yang
tidak menjadi haknya menurut syara’. Allah SWT berfirman “Katakanlah, sesungguhnya
Rabbku mengharakan perbuatan keji yang tampak maupun yang tersembunyi” (QS. Al-
A’raf : 33)

20. Dengan bersikap wara’ dalam hal makanan dan minuman, serta menjauhi barang yang
tidak halal.

21. Dengan berbakti kepada kedua orang tua, bersilaturahmi, mengunjungi saudara dan
bersabar menghadapi gangguan mereka, serta berbuat baik kepada orang lain yang berada
dekat dengan kita maupun yang jauh.

22. Dengan menjenguk orang yang sakit, berziarah kubur dan mengiringi jenzah. Sebab, itu
semua akan mengingatkan kepada akhirat dan menganggap rendah dunia.

 
23. Dengan tidak mengenakan pakaian dan aksesoris yang diharamkan, seperti sutra, emas
dan isbal (memanjangkan pakaian hingga melampaui mata kaki) bagi kaum pria, atau
menggunakan bejana-bejana yang terbuat dari emas dan perak untuk makan dan minum.
Semuanya itu hukumnya haram.

24. Dengan memakai jilbab yang sempurna dan menutupi aurat bagi kaum wanita, yang tidak
bisa menggambarkan lekuk tubuhnya dan juga tidak tipis, tidak menarik pandangan orang
lain untuk melihatnya dan tidak menimbulkan fitnah, serta menjauhi tasyabbuh (meniru-niru,
menyerupai) kaum wanita kafir dalam berpakaian, dimana pakaian yang mereja kenakan itu
memang sengaja dibuat untuk menimbulkan fitnah dan membangkitkan nafsu birahi.

25. Dengan sederhana dalam membelanjakan harta, menjaga nikmat, dan tidak berbuat
tabdzir (pemborosan)

26. Dengan meninggalkan perbuatan khianat, dengki, iri hati, permusuhan, kebencianm serta
menggunjing harga diri kaum muslimin dan muslimat tanpa ada alasan yang benar.

27. Dengan memerintahkan yang makruf dan mencegah yang mungkar, menyeru kepada
Allah dengan menempuh jalan hikmah dan bimbingan yang baik.

28. Dengan berbuat adil terhadap sesama manusia serta saling menolong dalam kebajikan dan
takwa

29. Dengan berpegang kepada akhlak mulia seperti rendah diri, penyayang, sabar, malu,
pemaaf, menahan marah, dan murah hati, serta tidak sombong, menipu, angkuh, congkak dan
sebagainya.

30. Dengan menunaikan hak-hak anak dan istri sesempurna mungkin, serta mengajarkan
kepada mereka urusan agama yang mereka butuhkan.

31. Dengan menjawab salam dan memberi salam, menyambut doa orang yang bersin,
memuliakan tamu dan tetangga, serta menutupi aib orang sebisa mungkin.

 
32. Dengan hidup zuhud di dunia (tak berlebih-lebihan dengan dunia) dan memendekkan
angan-angan sebelum sampai ajalnya.

33. Dengan sikap cemburu terhadap harga diri, menahan pandangan dari melihat hal-hal yang
diharamkan di jalanan atau melalui layar televisi, dan internet.

34. Dengan berpaling dari kesia-siaan, senda gurau dan permainan, serta mengambil hak-hak
yang berharga dan meninggalkan segala hal yang tiada artinya.

35. Dengan mencintai para sahabat Nabi saw, berlepas diri dari kebencian terhadap mereka
atau mencaci mereka

36. Dengan mendamaikan antara sesama manusia dan mendekatkan arah pandangan antara
kedua belah pihak yang bertikai, sehingga hilang perselisihan dan perpecahan tidak semakin
melebar.

37. Dengan tidak mendatangi dukun, ahli nujum, tukang sihir, tukang ramal dan sejenisnya.
Rasulullah saw bersabda “Siapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal lalu
membenarkan kepada apa yang dikatakannya, berarti dia telah kufur terhadap apa yang telah
diturunkan kepada Muhammad” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi)

38. Dengan mematuhi suami bagi seorang istri, serta menjaga hartanya, anaknya dan
ranjangnya

39. Dengan meninggalkan perbuatan bid’ah dalam beragama, serta tidakmenyeru kepada
kebatilan dan kesesatan

40. Dengan tidak menyambung rambut bagi wanita, tidak mentato, tidak mencukur ais, serta
tidak merenggangkan gigi dan meruncingkannya.

41. Dengan tidak memata-matai kaum muslimin dan tidak mengungkap aib mereka, serta
tidak menyakiti mereka..
 

Berbagi Ilmu Bersama InsyaAllah

Semoga bermanfaat ...

 Cara Menggapai Khusnul Khotimah

{ 17 Agustus 2010 @ 12:40 330570 } · { Akhlak, Amal/Ibadah, Aqidah, Tasawuf }

Setiap jiwa pasti mati. Kematian pasti datang, saat, dimana dan bagaimana kita mati tidak ada
yang tahu. hanya Allah yang tahu. Kita semua berharap agar hari kematian kita dalam
keadaan khusnul khotimah. Semoga Allah melimpahkan rahmatNya dan memberikan akhir
hidup kita akhir yang baik. Para ulama menyampaikan khusnul khotimah itu harus
diupayakan. Tanpa usaha Allah tidak akan memberi. Berikut beberapa cara agar tercapai
khusnul khotimah seperti yang kita harapkan. Kita kuatkan dan kita sabarkan melaksanakan
karena jalannya penuh terjal dan duri.

1. Ikhlas kepada Allah

Mari setiap kita melangkahkan kaki berbuat  kebaikan walupun kecil, kita ingat tujuan hanya
mencari ridlo Allah. Kalau kita lupa/ tidak bertujuan mencapai ridlo Allah berartikita 
termasuk golongan orang yang riya. Orang riya itu permainannya syetan dan diakhirat tidak
akan menemui pahala dari amalnya. Orang riya itu bagaikan orang yang bekerja keras di
Malasyia (TKW mungkin) dan hasilnya dikirim ke rumah tapi salah alamat. Betapa ruginya
saat dia pulang ke indo menjumpai  kirimannya/simpanannya tidak sampai. Amal yang
karena ingin dipuji pahalanya bukan disisi Allah karena salah alamat.

Orang yang sholat juga dituntut ikhlas. Tandanya ikhlas pada orang sholat adalah sholatnya
tidak tergesa-gesa, tidak hanya mengerjakan yang wajib saja, tetapi juga yang sunnat2. Lihat
sholat terawih kita! Sudahkah kita ikhlas karena Allah? Bagaimana tuma’ninahnya? bacaan
sunnah2 dalam sholat dibaca atau tidak?

2. Berbuat baik dengan sesama manusia dan makhluk Allah

Kalau kita ingin khusnul khotimah, akhlak kita terhadap sesama manusia harus baik. Dosa
terhadap sesama tidak diampuni Allah kalau sesama kita tidakmemaafkan kita. Sebagian
besar orang tidak berbuat jelek tetapi hanya mengimbangi kejelekan orang. Derajat yang
khusnul khotimah adalah yang mampu membalas kebaikan kepada orang yang bernuat
kejelekan kepada kita.

Ada 4 cara agar kita bisa baik dengan orang :

- memaafkan orang lain jika orang lain berbiat salah kepada kita (apapun kesalahannya)

- Jangan takut/ragu2 untuk cepat minta maaf kalau kita salah.


- Jangan suka berharap pemberian orang lain.

- Jadilah orang yang suka memberi. Jangan bakhil (“medit”)

Dengan makhluk Allah yang lain kita harus mempunyai rasa kasih sayang. Termasuk dengan
hewan dan tumbuhan. Janganlah menipu kucing dengan memanggil “cing-cing” dengan
genggaman tangan yang kosong (tidak ada makanan yang diberikan). Pakailah pisau yang
tajam untuk menyembelih. Jangan memotong tanaman tanpa ada sebab. Ingatlah semua itu
makhluq Allah yang bisa “mendengar, melihat, dan merasakan”. Kita berbuat baik kepadanya
dia akan membalas dengan kebaikan (doa-doanya).

3. Melanggengkan wudlu

Dengan melanggengkan wudlu, insya Allah akan membebaskan dari musibah dan meluaskan
rezeki.

4. Memperbanyak dzikir.

Dzikir itu merupakan jalan terpendek mendekati Allah. tanda orang itu menjadi kekasih Allah
adalah dzikir. Contoh dzikir adalah takbir, tahmid, tasbih, tahlil, dan asmaul husna.
Denganmemperbanyak dzikir insyaAllah hati kita tenang dan mudah menerima
hidayah/petunjuk dari Allah.

Lihatlah kaos-kaos menyesatkan yang sering digunakan anak-anak muda bertuliskan, “Muda
Foya-foya, Tua Kaya-rya, Mati Masuk Surga”. Meski hanya sebatas kaos, sesungguhnya
pesan ini telah banyak mempengaruhi jiwa dan pikiran banyak orang, terutama anak-anak
muda kita.

Karena itulah, Dr Nurcholis Madjid dalam sebuah forum pernah menanggapi slogan yang
sering dijadikan kaos anak-anak muda itu dengan mengatakan, “tak ada yang gratis dalam
hidup. Apalagi mau masuk surga.”

Perilaku seperti itu menandakan masih banyak di antara kita yang belum memahami dengan
benar arti waktu dan arti hidup yang sebentar ini.

Orang bisa bahagia luar biasa karena kesigapannya mengatur waktu, dan orang bisa menyesal
luar biasa karena kelalaiannya terhadap waktu. Jadi, benarlah ungkapan pepatah Arab, bahwa
“waktu adalah pedang”.

"L'uomo misura il tempo e il tempo misura l'oumo". Manusia mengukur waktu dan waktu
mengukur manusia, “ ujar sebuah pepatah Italia.

Sayangnya tidak setiap Muslim benar-benar mempersiapkan diri dan paham arti hidup.

Sebagian masih sebatas mengetahui kemudian lalai terhadapNya. Sebagian lain tidak lalai
namun terkesan apa adanya. Padahal aksioma yang tak terbantahkan suatu saat, entah kapan,
kita pasti akan menemui kematian.
Bagi orang yang beriman masih beruntung karena dosa-dosanya akan diampuni oleh Allah.
Tetapi bagi mereka yang kafir dan munafiq, sungguh akhirat adalah tempat yang tak pernah
mereka harapkan. Sebab di akhirat mereka tak henti-henti minta ampun dan menyesal sejadi-
jadinya karena gagal mengisi waktu di dunia dengan menunaikan amal-amal sholeh.

‫ق َوأَ ُكن ِّمنَ الصَّالِ ِحي‬ َّ َ ‫ب فَأ‬


َ ‫ص َّد‬ ُ ْ‫َوأَنفِقُوا ِمن َّما َر َز ْقنَا ُكم ِّمن قَ ْب ِل أَن يَأْتِ َي أَ َح َد ُك ُم ْال َمو‬
ٍ ‫ت فَيَقُو َل َربِّ لَوْ اَل أَ َّخرْ تَنِي إِلَى أَ َج ٍل قَ ِري‬
‫هَّللا‬ َ ‫هَّللا‬
َ‫َولَن يُؤَ ِّخ َر ُ نَ ْفسا ً إِ َذا َجاء أ َجلُهَا َو ُ خَ بِي ٌر بِ َما تَ ْع َملُون‬

“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang
kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa
Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku
dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shaleh?"

“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang
waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.” (QS. 63: 10 – 11).

Tanda Surga

Untuk mengetahui apakah nanti kita akan masuk surga atau tidak, tentu tidak ada jawaban
pastinya. Namun Rasulullah saw memberikan pedoman bagi umat Islam bagaimana cerdas
mengelola waktu, sehingga bisa mengenali tanda-tanda seorang Muslim mendapatkan surga.

Satu tanda bahwa seorang Muslim akan masuk surga ialah meninggal dalam keadaan khusnul
khotimah. Artinya seorang Muslim meninggal dalam keadaan baik (ibadah kepada Allah).

Bisa dalam keadaan mendirikan sholat, dzikir, menghadiri majlis ilmu, atau dalam kegiatan
atau perjalanan yang diridhai Allah dan rasul-Nya.

Sebaliknya ialah su’ul khotimah. Keadaan di mana seorang Muslim meninggal dalam
keadaan tidak baik. Seperti; meninggal saat berjudi, berzina, mencuri, kikir, korupsi, atau
sedang menjerumuskan diri dalam berbagai bentuk kemaksiatan dan kedholiman.

Dalam sejarahnya, tak satu pun manusia yang bisa mengetahui apakah dirinya bisa mati
dalam keadaan khusnul khotimah atau su’ul khotimah. Hal ini tiada lain agar kita, sebagai
seorang Muslim, benar-benar waspada dalam pemanfaatan waktu. Jangan sampai terlena oleh
gemerlap dunia, sehingga lupa akan akhirat dan kemudian mati dalam keadaan su’ul
khotimah.

Prioritaskan Amal Sholeh

Dalam sebuah hadis rasulullah saw bersabda, “Orang yang cerdas ialah orang yang menahan
hawa nafsunya dan berbuat (amal sholeh) untuk (bekal) kehidupan setelah mati.” (HR.
Turmudzi).

Mengapa kriteria orang cerdas dalam Islam seperti itu? Sebab setiap manusia akan menemui
kematian. Orang yang paling siap menghadapi kematian dengan memperbanyak amal sholeh
jelas orang yang akan bahagia. Dan, siapa orang yang mempersiapkan dirinya untuk meraih
kebahagiaan tentu ia adalah orang yang paling beruntung.
Oleh karena itu, al-Qur’an dalam sebuah ayat memberikan satu kriteria lengkap dan jelas
bahwa yang dimaksud orang yang berakal (berilmu, cerdas) adalah ulul albab. Yaitu orang
yang senantiasa mengisi waktunya dengan dzikir dan fikir agar mendapat keridoan-Nya. (QS.
3: 190 – 191).

Itulah orang yang memiliki keimanan yang kokoh, melakukan perbuatan-perbuatan besar,
cerdas (berilmu), dan termasuk orang-orang yang diridhoi oleh Allah untuk meraih
kebahagiaan dengan anugerah besar berupa akhlak yang mulia.

‫ار‬
ِ ‫ْص‬ َ ‫وب أُوْ لِي اأْل َ ْي ِدي َواأْل َب‬ َ ُ‫ق َويَ ْعق‬ َ ‫َو ْاذ ُكرْ ِعبَا َدنَا إب َْرا ِهي َم َوإِ ْس َحا‬
‫ار‬ ْ
ِ ‫ص ٍة ِذك َرى ال َّد‬ َ
َ ِ‫إِنَّا أ ْخلَصْ نَاهُم بِخَال‬
‫ار‬
ِ َ ‫ي‬ ْ
‫خ‬ َ ‫أْل‬‫ا‬ َ‫ن‬ ْ
‫ي‬ َ ‫ف‬ َ ‫ط‬ ْ‫ص‬ ‫َوإِنَّهُ ْم ِعن َدنَا لَ ِمنَ ْال ُم‬

"Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub yang mempunyai perbuatan-
perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi. Sesungguhnya Kami telah mensucikan
mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu
mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat. Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami
benar-benar termasuk orang-orang pilihan yang paling baik." (QS. As Saad: 45-47).

Dengan demikian jelaslah bagi kita untuk mengerti dengan sebenarnya, apakah kita termasuk
orang yang cerdas atau tidak. Jika kita ingin cerdas, maka hendaklah kita mencontoh perilaku
para kekasih Allah (Nabi dan Rasul). Yaitu senantiasa menghiasi diri dengan akhlak yang
mulia, beramal sholeh, dan berorientasi terhadap kehidupan akhirat. Itulah perkara besar yang
harus diutamakan, bukan yang lain.

Langkah tersebut akan memberikan dampak positif luar biasa, baik ketika di dunia maupun di
akhirat. Sebaliknya, yang tidak cerdas akan mengalami penyesalan luar biasa.

ِ ‫ال َربِّ ارْ ِجع‬


‫ُون‬ ُ ْ‫َحتَّى إِ َذا َجاء أَ َح َدهُ ُم ْال َمو‬
َ َ‫ت ق‬
َ‫ت َكاَّل إِنَّهَا َكلِ َمةٌ ه َُو قَائِلُهَا َو ِمن َو َرائِ ِهم بَرْ َزخ إِلى يَوْ ِم يُ ْب َعثون‬
ُ َ ٌ َ ‫لَ َعلِّي أَ ْع َم ُل‬
ُ ‫صالِحا ً فِي َما ت ََر ْك‬

"(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada
seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia) .
Maksudnya: orang-orang kafir di waktu menghadapi sakratil maut, minta supaya
diperpanjang umur mereka, agar mereka dapat beriman.

Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak.
Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada
dinding sampal hari mereka dibangkitkan." (QS. Al-Mu’minun: 99 – 100).

Waspadai Akhir yang Buruk

Bagaimana agar kita bisa meninggal dalam keadaan khusnul khotimah? Tentu tidak ada jalan
lain selain waspada dan konsisten mengisi sisa umur yang kita miliki untuk kebaikan-
kebaikan dunia maupun akhirat.

Dengan kata lain kita tidak boleh terlampau santai menyikapi waktu yang kita miliki apalagi
merasa umur masih cukup panjang, sehingga suka meremehkan perbuatan dosa dan bangga
berbuat maksiat.
Anas ra, pernah bertutur, "Sesungguhnya, kalian melakukan perbuatan-perbuatan yang
menurut kalian lebih kecil dari rambut. Padahal kami pada zaman rasulullah saw, sudah
menganggapnya sebagai dosa yang membinasakan (dosa besar)." (HR. Bukhari).

Apabila hal itu terjadi maka sirnalah fungsi hati seorang Muslim. Ibn Atha’illah dalam
sebuah nasehatnya menyatakan bahwa, di antara tanda matinya hati adalah tidak bersedih atas
ketaatan yang terlewat dan tidak menyesal atas dosa yang diperbuat.

Oleh karena itu sebagai upaya waspada kita terhadap akhir yang buruk (su’ul khotimah)
hendaknya setiap hari kita melakukan evaluasi terhadap keyakinan kita. Apakah keyakinan
yang ada di dalam hati ini telah bersih dari titik-titik keraguan. Jika masih ada keraguan
segeralah membersihkannya.

Selanjutnya ialah memeriksa tabiat diri. Apakah kita sudah terbebas dari panjang angan-
angan dan gemar menyegerakan kebaikan? Sebab satu faktor utama manusia enggan beramal
sholeh dikarenakan panjangnya angan-angan. Akibatnya sebagian besar malah suka
menunda-nunda untuk taubat dan akhirnya meninggal dalam keadaan yang sangat buruk.

Jadi, mulai sekarang marilah biasakan diri untuk memperkuat iman, meneguhkan hati untuk
konsisten beramal sholeh, dan waspada untuk tidak berbuat dosa. Sebab kita tidak pernah
tahu kapan ajal menemui kita.

Dengan cara itulah, insya Allah kita akan tergolong manusia yang cerdas menurut nabi dan
insya Allah akan meninggal dalam keadaan khusnul khotimah dan mendapat keridoan-Nya,
amin. Wallahu a’lam.*/Imam Nawawi

Keterangan: Sebuah peristiwa yang pernah terjadi di Saudi, seseorang meninggal saat
beribadah dan sujud di waktu shalat

Menjemput Kematian dengan Husnul


Khatimah (II-habis)
On 7 Aug, 2012 By Redaksi With 0 Comments

Pada artikel sebelumnya penulis telah membahas tentang langkah awal untuk
dapat menjemput kematian dengan husnul khatimah. Sedangkan, pada artikel yang
merupakan lanjutannya ini, sebagaimana telah penulis janjikan sebelunya, akan dipaparkan
tentang amalan-amalan menakjubkan sebagai bekal kita untuk mendapatkan kematian husnul
khatimah.
Menurut Ustadz Syatori Abdur Ro’uf, ayat kauniyah Allah yang paling menakjubkan adalah
selamatnya seorang manusia dari azab neraka. Dan tidaklah seorang manusia dapat
selamat melainkan dengan rahmat Allah. Sedangkan rahmat Allah yang berupa
keselamatan dari siksa neraka) ini hanya diberikan kepada yang berhak menerimanya.

Siapakah mereka?

Mereka adalah orang-orang yang memiliki prinsip bahwa karena keselamatan seseorang dari
azab  neraka itu adalah sesuatu yang sangat ajaib, maka keselamatan itu hanya diberikan-Nya
kepada orang-orang yang memiliki amalan yang sangat menakjubkan.

Amalan yang menakjubkan ini bukan berarti sebuah amalan yang di luar kemampuan
kita bahkan, bisa jadi ini adalah amalan yang sangat ringan dan dapat kita lakukan dalam
waktu yang sangat singkat. Ada tiga kriteria bagi sebuah amalan untuk dapat dikatakan
sebagai amal yang menakjubkan:

1. Amal kebaikan tersebut kita lakukan di saat kita sedang ingin melakukan hal
yang sebaliknya.

Maksudnya adalah kebaikan yang kita lakukan di saat kita sedang tidak ingin
melakukan kebaikan itu bahkan, yang kita inginkan saat itu adalah melakukan keburukan.
Ketika kemudian kita memilih untuk melakukan kebaikan, maka kebaikan seperti ini layak
untuk disebut sebagai kebaikan yang menakjubkan.

Banyak contoh dari hal ini diantaranya adalah kita mendahulukan orang lain ketika kita
dalam keadaan butuh. Sudah banyak kisah yang menceritakan besarnya ganjaran bagi orang
yang mendahulukan kebutuhan saudaranya di saat dia juga membutuhkan hal tersebut. Allah
berfirman:

“…dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri,


Sekalipun mereka dalam kesusahan…” (Al Hasyr: 9)

Contoh yang kedua adalah kita berinfak dalam keadaan sulit. Keadaan sulit ini adalah sebuah
anugerah. Karena ketika kita menghendaki kita bisa menjadikan keaadaan sulit ini menjadi
sebuah saham yang sangat besar untuk mendapatkan husnul khatimah. Ini termasuk amalan
yang sangat menakjubkan.

Begitu juga ketika kita menginfakkan sesuatu yang paling kita senangi. Misal, kita memiliki
dua buah handphone yang salah satu kita sukai dan yang lain tidak. Kita hanya membutuhkan
satu handphone saja. Kemudian kita berikan handphone kita yang kita sukai
tersebut. Dan tidak hanya sampai di situ, tetapi kita memilih untuk memberikan handphone
yang kita sukai tersebut kepada orang yang tidak kita sukai. Ketika kita dapat melakukan hal
ini, maka itu berarti kita telah melakukan suatu amal yang menakjubkan. Dan sebenarnya, hal
yang kita berikan ini tidak harus berupa barang. Kita memberikan senyum atau sekedar
mendoakan kebaikan kepada orang yang kita tidak sukai pun sudah termasuk sebuah amal
yang luar biasa.

2. Menikmati segala amal baik yang kita lakukan.


Ada sebuah kaidah dalam hal kematian yaitu kita akan diwafatkan dalam keadaan sedang
melakukan amal yang kita sukai. kita perlu belajar dari Abdullah ibnu Mubarak yang berkata
“Tidak ada suatu keadaan yang lebih aku sukai melainkan dinginnya malam di saat
shalat tahajud dan panasnya siang di saat berpuasa.” Orang yang menyukai sholat
berjamaah akan di wafatkan dalam keadaan sedang shalat berjamaah, dan orang yang
menyukai bermain game insya Allah akan diwafatkan dalam keadaan sedang bermain game.
Wal ‘iyadzu billah.

3. Meninggalkan maksiat yang sangat kita sukai.

Ketika kita mendapati suatu kesempatan melakukan sebuah kemaksiatan yang sangat kita
sukai dan kita memiliki kemampuan untuk melakukannya akan tetapi kita tinggalkan dan kita
berjanji untuk tidak melakukan keburukan tersebut selama-lamanya, maka tindakan
kita meninggalkan maksiat ini termasuk amalan yang sangat menakjubkan. Misalkan kita
menyukai untuk bermaksiat dengan lawan jenis, tapi ketika kita memiliki kesempatan dan
kemampuan untuk melakukannya kita memilih untuk meninggalkan maksiat tersebut dan
berjanji untuk menutup mata, telinga, dan hati kita dari segala maksiat terhadap lain jenis
maka ganjaran dari amalan ini sungguh sangat luar biasa.

Dan meninggalkan keburukan ini tidak harus sampai pada tataran dosa sebesar zina,
akan tetapi ada maksiat yang lebih kecil yang kita sukai yang dapat kita tinggalkan yaitu
melakukan sesuatu yang sia-sia. Misalkan kita suka menonton pertandingan bola tetapi kita
memilih untuk tidak menontonnya karena ingin meninggalkan hal yang sia-sia maka insya
Allah ganjaran dari hal ini sangat besar disisi Allah. Bahkan sebenarnya meninggalkan
menonton pertandingan bola ini jauh lebih mudah daripada menontonnya.

Demikianlah paparan penulis tentang amalan-amalan yang menakjubkan yang


sebenarnya tidak terlalu berat untuk kita lakukan. Mudah-mudahan Allah berikan kita
kekuatan dan kemauan untuk melakukan amalan-amalan yang ringan ini dan mudah-
mudahan Dia berkenan menjadikan akhir hidup kita husnul khatimah. Aamiin.

Wallahu A’lam bis Shawwab.

Sumber: ceramah Ustadz Syatori Abdur Ro’uf.

Anda mungkin juga menyukai