“Dari Abi Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda: Siapa yang memperoleh kelapangan untuk berqurban,
dan dia tidak mau berqurban, maka janganlah hadir di lapangan kami (untuk shalat Ied).” (HR Ahmad,
Daru qutni, Baihaqi dan al Hakim])
Momentum qurban menjadi salah satu cara untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Sebagaimana dalam surat Al-Maidah ayat 27: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (qurban) dari
orang-orang yang bertaqwa.”
“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut
nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka. Maka Tuhanmu ialah
Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada
orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah).” (QS Al Hajj: 34)
Ibadah qurban mendapatkan ganjaran yang berlipat dari Allah SWT. “Pada setiap lembar bulunya itu kita
memperoleh satu kebaikan.” (HR Ahmad dan Ibnu Majah).
Juga kelak pada hari akhir nanti, hewan yang kita qurbankan akan menjadi saksi.
“Tidak ada amalan yang dikerjakan anak Adam ketika hari (raya) kurban yang lebih dicintai oleh Allah
Azza Wa Jalla dari mengalirkan darah, sesungguhnya pada hari kiamat ia akan datang dgn tanduk-
tanduknya, kuku-kukunya dan bulunya. Sesungguhnya darah tersebut akan sampai kepada Allah Azza
Wa Jalla sebelum jatuh ke tanah, maka perbaguslah jiwa kalian dengannya.” (HR. Ibnu Majah)
Sejatinya qurban (penyembelihan hewan ternak) tidak saja dilakukan oleh umat Islam setiap hari raya
adha tiba, tetapi juga oleh umat lainnya.
Sebagai contoh, pada zaman dahulu orang-orang jahiliyah juga melakukan qurban. Hanya saja yang
menyembelih hewan qurban untuk dijadikan sebagai sesembahan kepada selain Allah.
“Katakanlah, ‘Sesungguhnya shalatku, sembelihanku (qurbanku), hidupku, dan matiku hanyalah untuk
Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu baginya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan
aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (QS: Al-An’am: 162-163)
Berqurban juga menghidupkan ajaran Nabi Ibrahim ‘alaihis salam yang ketika itu Allah memerintahkan
beliau untuk menyembelih anak tercintanya sebagai tebusan yaitu Ismail ‘alaihis salam ketika hari an
nahr (Idul Adha).