Anda di halaman 1dari 7

TUGAS INDIVIDU KEP.

PERIOPERATIF

DESAIN PENUGASAN MAHASISWA

PROGRAM STUDI : S1 Keperawatan


MATA KULIAH : MANAJEMEN PERIOPERATIF MINOR
KODE MK : KEP 6714
SEMESTER : VII (KELAS REGULER)
DOSEN PENGAMPU : Ns. Andreas Suwito, S.Kep
PERTEMUAN KE- :1
TOPIK PENUGASAN : Jenis & terminologi operasi minor (insisi, eksisi, ekstraksi
kuku dan sirkumsisi)
BENTUK PENUGASAN : Case study: manajemen asuhan keperawatan perioperatif
bedah minor

Tujuan
Setelah melakukan membuat essay, mahasiswa Prodi S1Keperawatan Stikes KaryaHusada
Semarang mampu menyampaikan pendapat Case study: manajemen asuhan keperawatan
perioperatif bedah minor secara tulisan .

Referensi
1. Gruendemann. 2005. KeperawatanPerioperatif. EGC : Jakarta
2. Baradero, Mary. 2008. Keperawatanperioperatif .Jakarta : EGC.
3. Nurachmah, Elly. 2000 . Buku Saku Prosedur Keperawatan medikal-bedah. Jakarta :
EGC.
4. Fernsebner, Billie. 2005. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif vol.2 . Jakarta : EGC
5. Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2005 . Kiat Sukses menghadapi
Operasi. Yogyakarta : Sahabat Setia
6. Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah Edisi revisi,
Jakarta : EGC.
7. Jurnal

Instruksi
1. Mahasiswa membuat essay
2. Mahasiswa menyoroti issue Case study: manajemen asuhan keperawatan
perioperatif bedah minor.
3. Mahasiswa menuangkan pendapatnya terkait kasus yang disoroti.
4. Essay dibuat dengan ketik antara 750-1000 kata (tidak termasuk cover) per essay,
times new roman, 12, spasi 1,5, kertas A4. Margin normal. Penulisan referensi sesuai
dengan APA 7th edition.
5. Menyertakan sumber
6. Jika didapatkan tulisan sama dengan temannya, maka dua-duanya tidak dinilai.
7. Melampirkan format penilaian
FORMAT PENILAIAN TUGAS INDIVIDU ESSAY

Nama : Septiana Arsi Rifwandini

NIM : 1603069

NO KRITERIA EVALUASI BOBO NILAI NILAIX


T
BOBOT
1 2 3 4
ESSAY
1 Kelengkapan data 10
2 Kedalalama penggalian masalah 10
3 Kedalaman analisa 30
4 Menyajikan saran yang aplikatif 30
5 Sumber up to date 10
6 Pengumpulan tugas tepat waktu 10

Jumlah 100

Semarang, Oktober 2019

Penilai
KASUS

Pria ini Tak Sengaja Telan Gigi Palsunya Saat Operasi, Begini Kondisinya!

Vika Widiastuti | Shevinna Putti Anggraeni

Kamis, 15 Agustus 2019 | 21:15 WIB

Suara.com - Seorang pria paruh baya, Jack (72) tidak sengaja menelan gigi palsunya
ketika operasi tumor jinak. Hal itu terjadi karena Jack lupa memberi tahu dokter
bahwa ia menggunakan gigi palsu. Kisah ini bermula ketika Jack pergi ke unit gawat
darurat setelah 6 hari menjalani operasi tumor jinak di perut. Jack datang dengan
keluhan kesulitan menelan, rasa sakit ketika mengonsumsi makanan padat dan mulut
berdarah.

Saat itu dokter mengira Jack menderita infeksi pernapasan. Pasalnya, ia memiliki
riwayat penyakit paru-paru. Dokter lantas memberinya obat kumur dan antibiotik
tanpa mengharuskannya rawat inap. Tetapi dua hari kemudian, Jack kembali datang
dengan gejala yang semakin buruk. "Dia merasa sesak napas, terutama ketika
berbaring," kata Harriet Cunnife, ahli bedah THT di Rumah Sakit NHS dikutip
dari Asia One. Dokter UGD kembali menduga Jack menderita pneumonia karena
sering menghirup makanan atau asam lambung ke paru-paru. Lantas Jack diminta
menjalani pemeriksaan menggunakan nasendoskopi.

Pemeriksaan itu menggunakan kamera serat optik yang dimasukkan melalui lubang
hidung untuk melihat bagian pita suaranya. "Saat dokter sedang menjelaskan
pemeriksaan ini, Jack baru mengatakan bahwa giginya telah hilang selama operasi
tumor jinak di perutnya beberapa hari lalu," katanya. Setelah 10 hari kondisinya
belum ditangani, Jack masuk ke unit gawat darurat karena tenggorokannya terluka
hingga melepuh. Dokter menemukan ada pembuluh darah yang robek dan perlu
operasi darurat.

Ternyata hal tersebut disebabkan oleh gigi palsunya yang terlepas saat operasi tumor
jinak.
Analisa Kasus

Keperawatan perioperatif adalah hasil dari perkembangan keperawatan kamar


operatif. Fokus keperawatan perioperatif sekarang adalah pasien, bukan prosedur ataupun
teknik. Fase perioperatif dimulai ketika keputusan diambil untuk melaksanakan intervensi
pembedahan termasuk dalam kegiatan perawatan dalam tahap ini adalah pengkajian
praoperasi mengenai status fisik, psikologis, dan sosial pasien, rencana keperawatan
mengenai persiapan pasien untuk pemebdahannya, dan implementasi intervensi keperawatan
yang telah direncanakan. Tahap ini berahir ketika pasien diantar ke kamar operasi dan
diserahkan ke perawat bedah untuk perawatan selanjutnya[ CITATION Mar08 \l 1057 ].

Seharusnya dalam fase preoperatif ini pasien dapat menggunakan haknya untuk
menentukan intervensi pembedahan yang akan dilaksanakan yang dilindungi oleh proses
inform consent. Sebelum pembedahan dilakukan, pasien terlebih dahulu menandatangani
inform consent. Akan tetapi, dengan inform concsent ini pasien terlebih dahulu mendapatkan
penjelasan mengenai sifat embedahan, efek, untung/rugi, prognosis, alternatif, dan
sebagainya sebelum diminta untuk menandatangani inform consent. [ CITATION Mar08 \l 1057 ]
Meskipun dokter bertanggung jawab secara legal untuk menjelaskan informasi pembedahan
kepada pasien dan keluarga, perawat juga harus mengkaji tingkat pengertian pasien tentang
informasi yang telah diterimanya dan menjelaskan kembali apa yang kurang dimengerti
pasien.[ CITATION Mar08 \l 1057 ] Dalam kasus diatas dokter maupun perawat tidak
menjelaskan kepada pasien maupun keluarga bahwa gigi palsu harus dilepaskan dan
disimpan. Karena penjelasan ini merupakan persiapan fisik yang harus dilakukan sebelum
operasi, persiapan itu diantaranya meliputi : status kesehatan fisik, status nutrisi,
keseimbangan cairan dan elektrolit, kebersihan lambung dan kolon, persiapan kulit, personal
hygien, kebersihan mulut termasuk melepas gigi palsu, pengosongan kandung kemih,
persiapan laboratorium, dan inform consent. [ CITATION Mar141 \l 1057 ]

Fase praoperatif dimulai ketika keputusan diambil untuk melaksanakan intervensi


pembedahan. Termasuk pengkajian praoperasi mengenai status fisik, psikologis, sosial
pasien, rencana keperawatan mengenai persiapan pasien untuk pembedahan, dan
implementasi intervensi keperawatan yang telah direncanakan. Dalam kasus diatas pasien
mengatakan lupa memberi tahu kepada tenaga medis bahwa pasien menggunakan gigi palsu.
Sebagai tenaga medis seharusnya melakukan pengkajian secara menyeluruh kepada pasien,
karena tidak semua pasien paham akan pentingnya melepas gigi palsu. Sebagai pasien yang
berumur 72 tahun dapat dikategorikan sebgai pasien dengan risiko tinggi, jadi tenaga medis
harus melakukan pengkajian secara “head to toe” agar tidak terjadi cedera pada pasien.
Karena pada dasarnya lansia mengalami penurunan ekspansi paru yang dapat menyebabkan
hipoventilasi. Apalagi dengan terpasangnya protesa (gigi palsu) yang harus dilepas karena
dapat menyumbat jalan nafas. [ CITATION Mar141 \l 1057 ]

Dalam fase praoperasi ini perawat dapat melakukan persiapan akhir pembedahan
yaitu : mencegah cedera (persiapan kulit; cek gelang identitas; lepaskan jepit lambut, wig,
dan topi; lepaskan perhiasan; bersihkan cat kuku; lepas gigi palsu; dan pengosongan kandung
kemih), pemberian obat premedikasi bila diperlukan, pemberian antibiotik profilaksis,
dokumentasi, data antropometri, inform consent, dan pemeriksaan laboratorium. [ CITATION
Mar141 \l 1057 ]

Ketelitian dalam bekerja sangat diperlukan karena tidak semua pasien mengerti hal-
hal yang penting untuk kesehatan yang mereka anggap tidak penting, atau kurang
pengetahuannya pasien dan keluarga. Jadi pengkajian yang holistik pada pasien yang berisiko
tinggi seperti lansia sangat diperlukan karena pada dasarnya lansia adalah seseorang yang
memiliki sifat pelupa.

Jadi menurut saya saran yang dapat diterapkan untuk menghindari kejadian serupa
agar tidak terjadi kembali adalah dengan menyediakan tenaga medis yang profesional dan
menguasai teknik sesuai standar yang ada di rumah sakit, sebagai tenaga kesehatan kita juga
perlu melakukan cheklist ulang terhadap semua tindakan yang akan dilakukan untuk pasien.
Saran saya selaku mahasiswa keperawatan agar tidak terjadi lagi kasus serupa, kita sebagai
tenaga medis haruslah teliti dalam memberikan pelayanan kepada pasien dalam keadaan
apapun, bersikap profesional dan memberikan pelayanan dengan sepenuh hati. Atas
kesalahan yang dilakukan hendaknya tenaga medis berani menyampaikan kesalahannya dan
menerima konsekuensi atas apa yang diperbuat, serta menerima dengan lapang dada. Sebagai
tenaga medis kita haruslah selalu melakukan double chek untuk menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan yang dapat merugikan diri sendiri, dan selalu menanyakan identitas pasien
dengan komunikasi terbuka pada saat akan melakukan tindakan untuk pasien , pengecekan
identitas pasien sangatlah penting untuk mengetahui data yang aktual mengenai pasien dan
menghindari kesalahan atas tindakan yang diberikan.
Pentingnya melakukan pemeriksaan pramasuk pada tahap praoperasi adalah untuk
mencapai kepuasan klien dan keliarga, kepuasan dokter dan institusi, keuntungan finansial,
peningkatan citra organisasi, dan menghindari kesalahan di kamar operasi.

1. Mencapai kepuasan klien dan keluarga, klien akan merasakan kepuasan setelah
mendapat pendidikan. Dengan mengetahui prosedur pembedahannya, memahai situasi
yang akan terjadi saat mereka tiba di tempat pembedahan, dan mengetahui cara untuk
berfungsi kembali dimasyarakat, klien akan memperoleh hasil pembedahan yang
terbaik. Klien yang mendapatkan cukup informasi tidak akan kaget atau terancam oleh
persiapan pemulangan.
2. Kepuasan dokter dan institusi, program pemeriksaan pramasuk akan terintegrasi dan
kolaboratif memungkinkan dokter dan staf menjawab beragibpertanyaan yang
memungkinkan diajukan oleh klien dan keluarganya. Program pemeriksaan pramasuk
akan memudahkan manajer klinik/rumah sakit menjadwalkan pembedahan dan
mengarahkan klien untuk memutuskan tempat pembedahan.
3. Keuntungan finansial, begitu calon klien bedah menjalani program pramasuk
beberapa keuntungan finansial akan muncul. Pemeriksaan finansial pramasuk
memberikan klien bayangan mengenai biaya pembedahan dan besar biaya yang harus
ia tanggung.
4. Peningkatan citra organisai, dengan pemeriksaan pramasuk yang koordinasikan
anatara kepentingan keperawatan, bedah, dan anestesi, fasilitas yang bersangkutan
meningkatkan citra di masyarakat.
5. Menghindari kesalahn di kamar operasi, dengan pemeriksaan pramasuk akan
mendapatkan hasil yang memuaskan untuk menjaga keamanan pasien didalam kamar
operasi. Karena dengan adanya pemeriksaan pramasuk yaitu dengan melakukan
double chek terhadap data pasien adalah salah satu upaya menjaga keselamtan pasien.

Daftar Pustaka

Baradero, M. (2008). Keperawatan Perioperatif : Prinsip dan Praktik. Jakarta: EGC.

Maryunani, A. (2014). Asuhan Keperawatan Periperatif - Pre Operasi (Menjelang


Pembedahan). Jakarta Timur: CV. TRANS INFO MEDIA.
TUGAS KEPERAWATAN PERIOPERATIF MINOR
ANALISA KASUS

Disusun Oleh :

Septiana Arsi Rifwandini

1603069

Pengampu : Ns. Andreas Suwito, S.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA

SEMARANG

2019

Anda mungkin juga menyukai