LANDASAN TEORI
Roda gigi adalah elemen mesin yang berfungsi untuk meneruskan putaran
dapat diklasifikasikan berdasarkan letak poros, arah putaran dan bentuk alur
reduksi roda gigi, yaitu roda gigi yang berdiameter besar digerakkan oleh
2. Untuk memperoleh putaran yang lebih kecil maka roda gigi penggerak
berdiameter kecil dan yang digerakkan berdiameter lebih besar dari roda
gigi penggerak.
sepanjang lingkaran jarak bagi antara profil dua roda gigi yang
berdekatan.
Gambar 2.1 Bagian utama roda gigi
(Sumber : Sularso,1997).
Roda gigi dengan poros sejajar adalah roda gigi dimana giginya akan
berjajar pada dua bidang silinder (bidang jarak bagi), kedua bidang
Roda gigi yang mempunyai jalur gigi yang berbentuk ulir silinder jarak
bagi. Pada roda gigi ini jumlah pasangan gigi yang saling membuat
ini sangat baik untuk pemindahan putaran tinggi dan beban besar.
Namun roda gigi miring memerlukan bantalan aksial, karena roda gigi
dengan poros.
c. Roda gigi miring ganda
Gaya aksial pada roda gigi ini akan saling meniadakan karena
dapat diperbesar, akan tetapi pembuatan roda gigi ini sangat sulit.
Roda gigi dalam dipakai jika diinginkan alat transmisi ukuran kecil
gigi itu.
Roda gigi kerucut bentuk dasarnya adalah dua buah kerucut dengan
Roda gigi ini adalah roda gigi yang paling mudah dibuat dan paling
sering dipakai akan tetapi roda gigi ini mempunyai bunyi yang berisik,
porosnya.
Roda gigi ini mempunyai kontak yang lebih besar, dapat meneruskan
putaran tinggi dan beban yang besar. Sudut poros pasangan roda gigi
Ciri yang menonjol pada roda gigi cacing silindris adalah kerjanya
Untuk meneruskan daya yang besar, biasanya roda gigi ini sering
dipakai.
Roda gigi hipoid adalah seperti pada roda gigi diferential mobil. Roda
gigi ini mempunyai alur gigi yang berbentuk spiral pada bidang
Cara kerja dari suatu unit transmisi roda gigi akan di jelaskan dengan
berpedoman pada gambar. Pada gambar akan terlihat berbagai posisi dari
yang di inginkan.
roda gigi yang diinginkan secara aksial terhadap spline pada poros output
yang besar namun dengan rpm yang rendah. Cara kerja roda gigi
Posisi 1 :
putaran poros output lebih besar dibandingkan posisi roda ggi tingkat
1, dengan momen lebih kecil dan rpm lebih besar dari posisi roda gigi
Gambar 2.4 : Cara Kerja Transmisi Roda Gigi Pada Gigi Kedua.
(Sumber : Muhkamad Wahid,2011)
Posisi 2 :
besar dari roda gigi tingkat 3, dengan torsi lebih kecil dan rpm lebih
besar daripada roda gigi tingkat 2, seperti terlihat pada gambar 2.5:
Gambar 2.5 : Cara Kerja Transmisi Roda Gigi Pada Gigi Ketiga.
(Sumber : Muhkamad Wahid,2011)
Posisi 3 :
roda gigi tingkat 4 akan menghasilkan putaran output lebih besar dari
putaran roda gigi posisi 3, dengan torsi lebih kecil dan rpm lebih
Gambar 2.6 : Cara Kerja Transmisi Roda Gigi Pada Gigi Keempat.
(Sumber : Muhkamad Wahid,2011)
Posisi 4 :
roda gigi tingkat 5 akan menghasilkan putaran output lebih besar dari
posisi roda gigi 4, dengan torsi lebih kecil dan rpm lebih besar, roda
gigi posisi 5 ini memiliki putaran paling besar dibandingkan dengan
posisi roda gigi yang lain, seperti terlihat pada gambar 2.7.
Gambar 2.7 : Cara Kerja Transmisi Roda Gigi Pada Gigi Kelima.
(Sumber : Muhkamad Wahid,2011)
Posisi 5 :
mundur antara roda gigi R dan roda gigi pembanding dipasang roda
Posisi R :
Poros Input
Aliran tenaga : roda gigi pembanding utama
n1
i=
n2
Dimana :
nm
i=
n
nm
n1 =
i1
Dimana :
i = perbandingan reduksi
Pd = fc x P
Dimana :
fc = faktor koreksi
P = Daya maksimum
Dimana untuk nilai modul yang akan digunakan dapat dilihat pada
direncanakan jarak sumbu poros antara roda gigi, setelah itu dapat
2.a
D1= 1+i
2.a.i
D2= 1+i
Dimana :
π ×m
⇒( mm)
2
Q=
Dimana :
m = modul
6.
Jarak kebebasan (Ck)
7.
Jarak bagi lingkar (t)
t = π x m (mm)
8.
Lebar ruang (U)
U= 0,5 x t
9.
Tinggi kepala gigi (hk)
Hk = k x m (mm)
Dimana : k = 1
10.
Tinggi kaki gigi (hf)
Hf = hk + Ck (mm)
11.
Tinggi gigi (h)
h = hk + hf (mm)
D
Z = m
Di mana :
Z = Jumlah gigi pada roda gigi (buah).
Dk = (Z + 2) x m (mm)
D = Z x m (mm)
Df = D – (2 x hf)
π×D×n
V= 60×1000
102×Pd
Ft = V
Untuk nilai harga faktor dinamis , dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Kecepatan V (m/s) fv
3
Kecepatan rendah 0,5 – 10
3 +v
6
Kecepatan sedang 5 – 20
6+v
5,5
Kecepatan tinggi 20 – 50
5,5 + √ v
(Sumber : Sularso. Kiyokatsu Suga,1997 )
19. Beban permukaan yang diizinkan (FH’)
2×Z
FV ×K H ×D×
FH = Z 1 +Z 2
Untuk mendapatkan nilai KH’ dari roda gigi yang direncanakan, dapat
dilihat pada tabel dibawah ini dengan melihat nilai HB atau kekerasan.
Tegangan
Bahan Lambang Kekuatan Kekerasan lentur yang
tarik (Brinell) di izinkan
σB (kg/ mm2) HB σA (kg/ mm2)
FC 15 15 140 – 160 7
FC 20 20 160 – 180 9
Besi cor FC 25 25 180 – 240 11
FC 30 30 190 – 240 13
SC 42 42 140 12
Baja cor SC 46 46 160 19
SC 49 49 190 20
2.2 Poros
mendukung sesuatu beban dengan atau tanpa meneruskan daya pada transmisi
roda gigi. Peranan poros sangat penting dalam transmisi daya, jadi poros
merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir
1. Poros transmisi
2. Spindel
3. Gandar
poros lurus umum, poros engkol sebagai poros utama dari mesin
A. Poros
putaran poros, agar daya dan putaran dapat diterukan dengan baik.
1. Daya rencana ( P ).
yang besar mungkin dapat diperlukan pada saat start, atau beban
Pd = P x Fc
Dimana:
Pd = Daya Rencana ( Kw )
Fc = Faktor Koreksi
P = Daya Nominal ( Kw )
σB
a= Sf 1 + Sf 2
Dimana :
Pd
9 , 74×105 ×
T = n
Dimana :
5,1×Kt ×Cb×T
Ds = √
3
τa
Dimana :
Tabel 2.5 : Baja Karbon Untuk Konstruksi Mesin dan Baja Batang Yang
Kekuatan
Standar dan macam Lambang Perlakuanpanas tarik Keterangan
(kg/ mm2)
S30C Penormalan 48
S35C Penormalan 52
Bajakarbonkontruks
S40C Penormalan 55
i mesin
S45C Penormalan 58
(JIS G 4501)
S50C Penormalan 62
S55C Penormalan 66
Ditarik
dingin,
digerinda,
S35C-D - 53 dibubut,
Batang baja yang di
S45C-D - 60 atau
finis dingin
S55C-D - 72 gabungan
antara hal-
hal
tersebut
(Sumber : Sularso. Kiyokatsu Suga,1997)
Tabel 2.6 : Baja Paduan Untuk Poros
SNMC 1 - 85
SNMC 2 - 95
SNMC 7 - 100
Baja khrom
nikel SNMC 8 - 105
(JIS G 4502) Pengerasan kulit
SNMC 22 90
SNMC 23 ,, 100
SNMC 25 ,, 120
-
SCr 3 90
-
SCr 4 95
Baja khrom -
nikel SCr 5 100
(JIS G 4502) Pengerasan kulit
SCr 21 80
,,
SCr 22 85
- 85
SCM 2
- 95
SCM 3
- 100
SCM 4
Baja khrom - 105
nikel SCM 5
(JIS G 4502) Pengerasan kulit 85
SCM 21
,, 95
SCM 22
,, 100
SCM 23
Keterangan :
1. Tanda * menyatakan bahwa bilangan yang bersangkutan dipilih
daribilangan standar.
2. Bilangan di dalam kurung hanya dipakai untuk bagian dimana
akandipasang bantalan gelinding.
(Sumber : Sularso. Kiyokatsu Suga,1997)
B. Spline
adalah spline menyatu atau menjadi bagian dari poros sedangkan pasak
merupakan komponen yang terpisah dari poros dan memerlukan alur luar
pada poros untuk pemasangannya. Selain itu juga jumlah spline pada
Karena spline menyatu dengan poros, maka bahan spline sama dengan
ds
D= 0,9
H = 0,050× D
W = 0,250× D
2.3 Pasak
Pasak adalah suatu elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan bagian-
bagian mesin seperti roda gigi, sprocket, pulley, kopling dan poros. Fungsi
Menurut leteknya pada poros dapat dibedakan antara poros pelana, pasak
rata, pasak benam, dan pasak singgung yang pada umumnya berpenampang
segi enam. Dalam arah memanjang dapat berbentuk prismatic atau berbentuk
tirus. Pasak benam prismatic ada yang khusus dipakai sebagai pasak luncur.
Disamping macam diatas ada pula pasak tembereng dan pasak jarum.
seperti pada spline, yang paling umum dipakai adalah pasak benam yang
2.4 Bantalan
panjang umur. Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta
a. Bantalan luncur, pada bantalan ini terjadi luncur antara poros dan
peluru, rol atau rol jarum dan perantara lapisan pelumas. Bantalan ini
disusun dari benda-benda guling antara cincin bergerak tinggal diam.
timbulnya kejenuhan beban. Untuk itu bagian cincin luar dan dalam
khrom (Cr) 1,5% dan juga ditambah silisium dan mangan. Benda-
benda gelinding (peluru, rol, jarum) juga dibuat dari khrom. Benda-
sangkar ialah baja, dalam beberapa hal perunggu atau besi tuang
peningkatan.
a. Bantalan aksial, arah yang ditempuh bantalan ini adalah tegak lurus
sumbu poros.
b. Bantalan radial, arah beban bantalan ini sejajar dengan sumbu poros
arahnya sejajar dan tegak lurus tarhadap sumbu poros. Tetapi pada