Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Garut merupakan sentra pertanian jeruk terbesar di Provinsi Jawa

Barat. Kabupaten Garut menyumbang sekitar 63 % produksi jeruk di Provinsi

Jawa Barat. Jeruk yang dikembangkan di Kabupaten Garut merupakan jenis

komoditas jeruk keprok Garut. Hal tersebut dibuktikan dalam Surat Keputusan

Menteri Pertanian Nomor 760/KPTS.240/6/99 tanggal 22 Juni 1999 tentang

pelepasan jeruk keprok Garut sebagai varietas unggul nasional dengan nama Jeruk

Keprok Garut-I. Komoditas jeruk keprok Garut merupakan produk lokal dari

Kabupaten Garut yang perlu dipertahankan dan ditingkatkan dalam segi kualitas

dan kuantitas produksinya. Jeruk keprok Garut memiliki rasa manis segar, daging

buah berwarna kuning atau orange dan memiliki kandungan air yang sangat

tinggi. Jeruk ini memiliki kulit buah yang tebal dan buahnya cukup besar. Jeruk

keprok Garut merupakan jenis buah buahan yang tidak mengenal musim, jeruk ini

dapat berbuah maupun dipanen setiap waktu.

Menurut Balitjestro (2014), pada tahun 1980 jeruk keprok Garut pernah

mengalami masa kejayaan, pada saat itu terdapat 1,3 juta pohon dalam lahan

seluas 2.600 hektar dapat menghasilkan produksi sekitar 26.000 ton/tahun. Tahun

1990 populasi jeruk keprok Garut menurun drastis yang diakibatkan oleh hama

penyakit Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD) yang bersumber dari bakteri

bernama lybers bacteri aniaticum dan juga diakibatkan abu hasil letusan Gunung

Galunggung. Hal tersebut bahkan menyebabkan jeruk Keprok Garut hampir

1
2

punah. Oleh sebab itu, pemerintah Kabupaten Garut melakukan rehabilitas jeruk

keprok Garut dengan pengembangan produksi jeruk keprok Garut di wilayah non

endemis. Masa sekarang jeruk keprok Garut mengalami kenaikan popularitas,

akan tetapi jumlahnya masih belum meluas. Jeruk keprok Garut mempunyai

peluang tinggi untuk terus dikembangkan karena adanya peluang yang masih

terbuka luas. Jeruk keprok Garut sudah dikembangkan di 31 Kecamatan dari 37

Kecamatan di Kabupaten Garut (Susilowati, 2005).

Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Garut (2016-2018), menyatakan

bahwa produksi jeruk keprok pada tahun 2015 mencapai 25.540 ton, namun

mengalami penurunan produksi pada tahun 2016 yang hanya mencapai 15.538 ton

dan pada tahun 2017 turun hingga 12.712 ton. Hal tersebut membuktikan bahwa

perlu adanya pengembangan komoditas jeruk di Kabupaten Garut. Proses

pengembangan komoditas jeruk keprok Garut diperlukan perluasan lahan agar

Kabupaten Garut dapat menanam pohon jeruk keprok Garut lebih banyak

sehingga dapat meningkatkan produksi jeruk keprok Garut dan menjadikan jeruk

keprok Garut sebagai produk unggulan dari Kabupaten Garut. Rekapitulasi sisa

tanaman akhir jeruk keprok di Kabupaten Garut pada tahun 2017 terdapat

sebanyak 675.795 pohon dengan produktivitas mencapai 48,67 kg/pohon (BPS,

2018).

Perluasan lahan tanaman jeruk keprok Garut perlu didukung dengan adanya

evaluasi lahan untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan tanaman jeruk keprok

Garut. Menurut FAO (1981), kondisi lahan yang akan dimanfaatkan untuk bidang

pertanian, perkebunan dan pemanfaatan lainya diperlukan evaluasi lahan terhadap

perencanaan pemanfaatan terlebih dahulu. Pernyataan tersebut didukung oleh


3

Ritung, Wahyunto, Agus & Hidayat (2007) yang menyatakan bahwa analisis

kesesuaian lahan merupakan tingkat kecocokan lahan pada suatu kawasan dengan

tingkat kebutuhan tanaman yang akan ditanami pada kawasan tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, untuk melakukan evaluasi kesesuaian lahan

perlu didukung dengan adanya sistem informasi yang memadai. Data yang

diperoleh dari instansi biasanya cukup kompleks, sehingga perlu diolah dengan

bantuan Sistem Informasi Geografis untuk mempermudah penyajian informasi

secara spasial. Sistem Informasi Geografis memiliki kemampuan untuk

menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu, menggabungkan,

menganalisa dan akhirnya memetakan hasilnya. Penggunaan Sistem Informasi

Geografis dalam proses evaluasi kesesuaian lahan dilakukan untuk memberikan

informasi yang jelas kepada petani mengenai lokasi dan potensi jeruk keprok

Garut guna terwujudnya pengembangan jeruk keprok Garut secara luas di

Kabupaten Garut.

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi permasalahan yang diperoleh berdasarkan latar belakang adalah

sebagai berikut:

1. Lahan yang sesuai untuk tanaman jeruk keprok Garut di Kabupaten Garut

belum diketahui.

2. Terdapat potensi pengembangan jeruk keprok Garut namun belum didukung

sistem informasi mengenai karakteristik lahan jeruk keprok Garut.


4

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menentukan kesesuaian lahan untuk tanaman jeruk keprok Garut di

Kabupaten Garut.

2. Mengetahui luas lahan yang berpotensi untuk pengembangan jeruk keprok

Garut di Kabupaten Garut.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk memberikan informasi spasial mengenai lahan yang sesuai untuk

tanaman jeruk keprok Garut di Kabupaten Garut.

2. Untuk memberikan gambaran mengenai lokasi dan potensi pengembangan

jeruk keprok Garut di Kabupaten Garut.

3. Untuk meningkatkan produktifitas jeruk keprok Garut di Kabupaten Garut.

4. Untuk menjadikan bahan penunjang dalam pengambilan keputusan bagi

pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengembangan jeruk keprok Garut

sebagai komoditas unggulan Kabupaten Garut.

1.5 Batasan Penelitian

Batasan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kesesuaian lahan tanaman jeruk keprok Garut yang digunakan dibatasi oleh

karakteristik lahan tanaman jeruk berupa curah hujan, suhu/temperatur

udara, tekstur tanah dan kemiringan lereng.


5

2. Penentuan kelas kesesuaian lahan tanaman jeruk keprok Garut dilakukan

dengan menyesuaikan kondisi sentra produksi jeruk keprok Garut

berdasarkan klasifikasi kesesuaian lahan tanaman jeruk yang bersumber dari

buku petunjuk teknis evaluasi lahan komoditas pertanian oleh Djaenudin,

Marwan, Subagjo & Hidayat (2011).

1.6 Kerangka Pemikiran

Saat ini produksi komoditas jeruk keprok Garut di Kabupaten Garut

mengalami penurunan drastis. Pemilihan komoditas jeruk keprok Garut dilakukan

karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi, sehingga layak secara ekonomi untuk

dibudidayakan. Selain itu, jeruk keprok Garut telah ditetapkan sebagai varietas

unggul nasional. Namun, tanaman jeruk keprok Garut belum tersebar secara

meluas hanya terdapat di beberapa wilayah Kabupaten Garut. Perlu dilakukan

pengembangan jeruk keprok Garut untuk meningkatkan produksinya dengan

melakukan perluasan lahan. Tetapi, lahan yang cocok atau sesuai untuk ditanami

jeruk keprok Garut belum diketahui.

Menurut Dent (1978) dalam Jayanti, Goenadi & Hadi (2013), menuturkan

bahwa pengembangan berbagai komoditas tidak terlepas dari usaha mencari lahan

baru yang dapat dibuka untuk perluasan areal pertanian. Pembukaan areal baru

perlu diteliti sumberdaya lahannya guna menentukan kesesuaian lahan untuk

penggunaan tertentu, agar lahan tersebut dapat produktif secara berkelanjutan.

Sehingga pada penelitian ini, penulis melakukan evaluasi kesesuaian lahan untuk

mengetahui tingkat kecocokan tanaman jeruk keprok Garut di Kabupaten Garut.


6

Evaluasi lahan memerlukan data-data yang dapat mendukung proses

evaluasi. Pengumpulan data meliputi 4 aspek yakni aspek iklim, aspek tanah,

aspek lahan dan aspek tofografi yang diperoleh dari pihak pihak yang berwenang.

Data yang didapatkan tersebut diolah oleh penulis sehingga diperoleh

karakteristik lahan. Karakteristik lahan yang merupakan gabungan dari sifat-sifat

lahan dan lingkungannya diperoleh dari data yang tertera pada legenda peta tanah

dan uraiannya, peta/data iklim dan peta topografi/elevasi (Ritung dkk, 2007).

Sedangkan menurut Jamulya (1991) dalam Sukmana (2012), menyatakan bahwa

karakteristik lahan merupakan suatu parameter lahan yang dapat diukur meliputi

kemiringan lereng, curah hujan, tekstur tanah dan struktur tanah.

Sistem penilaian kesesuaian lahan yang digunakan penulis yaitu sistem

matching atau mencocokan antara kualitas/karakteristik lahan dengan dengan

persyaratan penggunaan lahan atau persyaratan tumbuh tanaman jeruk keprok

Garut. Persyaratan tumbuh tanaman jeruk keprok Garut yang digunakan penulis

dilakukan penentuan kelas kesesuaian lahan terlebih dahulu berdasarkan sentra

produksi jeruk keprok Garut dengan mengacu pada petunjuk teknis evaluasi lahan

komoditas pertanian tahun 2011. Hal tersebut bertujuan agar analisis yang

dihasilkan lebih terarah menjadi evaluasi kesesuaian lahan tanaman jeruk keprok

Garut. Penentuan kelas kesesuaian lahan berdasarkan sentra produksi telah

dilakukan penelitian sebelumnya oleh Hadimulya, Perwitasari & Amaru (2013)

pada lokasi dan tanaman yang berbeda. Hasil akhir dari penelitian ini adalah

kesesuaian lahan untuk tanaman jeruk keprok Garut, sehingga dapat diketahui

lahan-lahan mana saja yang sesuai untuk ditanami jeruk keprok Garut.
7

Gambar 1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran


(Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2019)
8

1.7 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Analisis spasial dapat memberikan informasi kesesuaian lahan jeruk keprok

Garut di Kabupaten Garut.

2. Perluasan lahan dapat dilakukan untuk mengembangkan jeruk keprok Garut

di Kabupaten Garut.

Anda mungkin juga menyukai