Anda di halaman 1dari 207

[PENDAHULUAN]

DESKRIPSI MATA KULIAH

Perkuliahan ini diisi dengan pembahasan awal tentang pengenalan Teknologi


Informasi pada Pemerintahan seperti pembahasan tentang analisa, konsep dasar,
karakteristik, identifikasi, perhitungan, dalam memecahkan kasus kebutuhan
masyarakat terkait pelayanan pada pemarintahan. Selanjutnya memahami referensi
baik dalam buku penulisan karangan ilmiah seperti makalah, laporan penelitian, dan
artikel jurnal. Di samping itu, perkuliahan dilanjutkan tentang penalaran dan
presentasi ilmiah.

APA YANG AKAN MAHASISWA PELAJARI PADA MATA KULIAH INI?

Dengan mempelajari atau memahami tentang E-Goverment tentu saja sangat


bermanfaat bagi mahasiswa, mereka dapat menjelaskan konsep dan metode
Sistem Pelayanan masyarakat/publik yang baik dan benar secara tersistem/daring
dalam forum ilmiah dan studi kasus dalam karangka ilmiah. Di samping itu,
mahasiswa berkompeten dan terampil baik secara teori ilmiah maupun praktek
dengan baik dan benar.

COURSE OUTCOME
1. CP1-01 : Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap
religius dan mengamalkan nilai – nilai Al Islam dan Kemuhammadiyahan
2. CP1-02 : Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas
berdasarkan agama, moral dan etika;
3. CP1-03 : Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara, dan peradaban berdasarkan Pancasila
4. CP1-04 : Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki
nasionalisme serta rasa tanggungjawab pada negara dan bangsa dan mampu
Menjaga jati diri Melayu yang Islami dalam kehidupannya;
5. CP1-05 : Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan
kepercayaan, serta pendapat atau temuan orisinal orang lain;
6. CP1-06 : Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap
masyarakat dan lingkungan;
7. CP1-07 : Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara,serta
tepat waktu dalam bekerja dan beribadah;
8. CP1-08 : Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik;
9. CP1-09 : Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang
keahliannya secara mandiri;
10. CP1-10 : Menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan, dan kewirausahaan.
11. CP2-01 : Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif dalam
konteks pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang
memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora yang sesuai dengan bidang
keahliannya
12. CP2-02 : Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur
13. CP2-03 : Mampu mengkaji implikasi pengembangan atau implementasi ilmu
pengetahuan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora
sesuai dengan keahli annya berdasarkan kaidah, tata cara dan etika ilmiah dalam
rangka menghasilkan solusi, gagasan, desain atau kritik seni, menyusun deskripsi

iv
saintifik hasil kajiannya dalam bentuk skripsi atau laporan tugas akhir, dan
mengunggahnya dalam laman perguruan tinggi
14. CP2-07 : Mampu bertanggungjawab atas pencapaian hasil kerja kelompok dan
melakukan supervisi dan evaluasi terhadap penyelesaian pekerjaan yang
ditugaskan kepada pekerja yang berada di bawah tanggungjawabnya
15. CP2-35 : Menentukan pendekatan sistem cerdas yang sesuai dengan problem yang
dihadapi, memilih representasi pengetahuan dan mekanisme penalarannya.
16. CP2-36 : Menerapkan pendekatan berbagai sistem cerdas yang sesuai dengan
problem yang dihadapi.
17. CP2-37 : Menerapkan penggunaan representasi pengetahuan dan mekanisme
penalarannya.
18. CP2-38 : Evaluasi kinerja dari penerapan sistem cerdas yang pada pelayanan
masyarakat di lingkungan pemerintahan
19. yang dihadapi, termasuk dalam pemilihan representasi pengetahuan dan
mekanisme penalarannya.
20. CP3-32 : Mampu membantu pengembangan organisasi Muhammadiyah melalui
riset sesuai dengan bidang ilmunya.
21. CP4-01 : Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan Ilmu Komputer
/Informatika secara umum dan konsep teoritis bagian khusus dalam bidang
pengetahuan.
22. tersebut secara mendalam, serta mampu memformulasikan penyelesaian
masalah prosedural.
23. CP4-02 : Memiliki pengetahuan yang memadai terkait dengan cara kerja sistem
komputer dan mampu merancang dan mengembangkan berbagai
algoritme/metode untuk memecahkan masalah Pelayanan Publik/Masyarakat pada
sistem di pemerintahan.
24. CP4-03 : Mempunyai pengetahuan dalam mengembangkan algorithma/metode
yang diimplementasikan dalam perangkat lunak berbasis komputer.
25. CP4-04 : Menguasai Landasan Normatif dan landasan Operasional
Muhammadiyah yang telah diikuti melalui jenjang pengkaderan Muhammadiyah.

INSTRUKTUR
Berisikan profil para pengajar yang akan menjadi instruktur dalam pelaksanaan
pembelajaran. Profil berisikan:

Nama : Febby Apri Wenando, S.Pd.,


M.Eng
Pendidikan
Terakhir : S2 Teknologi Informasi
Bidang : E-Goverment
Keahlian

iv
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ………………………………………………………….. iv

DAFTAR TABEL …………………………………………………….. viii

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………….. ix

BAB I : PENDAHULUAN: PEMERINTAHAN YANG 1


TERBUKA (OPEN GOVERNMENT) DAN
PELAYANAN PUBLIK KE DEPAN ..............................
1
1.1 Mengapa Open Government ..........................................
1.2 Inisiasi Open Government di
Indonesia. ....................................................................... 2
1.3 OpenGovernment, Open Organizationn dan Open
Society ............................................................................ 6
BAB II : PRINSIP-PRINSIP E-GOVERNMENT .........................
2.1 Revolusi Teknologi Informasi dan Evolusi Maysarakat
Informasi....................................................................... 9
2.2 Penyebaran Revolusi Teknologi Informasi ................. 10
2.3 Menghadapi Tantangan Pemerintah di Era Informasi.. 11
2.4 E-government Konsep Baru dari Aministrasi Publik .. 11
2.5 Pemerintah dan Teknologi ........................................... 12
2.6 Visi untuk E-government ............................................. 14
2.7 Munculnya Tahapan E-government ............................ 16
2.8 Berbagi Informasi dan Portal Pemerintah ...................
20

BAB III : MODEL E-GOVERNMENT........................................... 22


3.1 Konsep Dasar Model E-government .......................... 23
3.1.1 Model Kematangan Lima Tahap Hiller dan 24
ASPA (Hiller’s and ASPA Five Stage Model,
200) ..................................................................
3.1.2 Model Enam Tahap Deloiite( Deloitte’s Six

iv
Stage Model, 2001) .......................................... 25
3.1.3 Model Kematangan Empat Tahap Layne & Lee
(Layne & Lee’s Four-Stage Model, 25
2001).................................................................
3.1.4 Model Lima Tahap Moon (Moon’s Five-Stage
Model, 2002 ..................................................... 26
3.1.5 Model Empat Tahap Gartner (Gartner’s Four-
Stage Model, 2000) .......................................... 27
3.2 Model Tahapan Implementasi E-government (A Stage 27
Model For-Egovernment implementation) ........
29
3.3 Model E-government (Kim, 2003) .............................
33
3.4 Model Interaksi Pada Implementasi E-government.....
34
3.5 Model E-government Indonesia .................................

BAB IV : MANFAAT POTENSIAL E-GOVERNMENT BAGI 37


STAKEHOLDER .............................................................

4.1. Manfaat Bagi Masyarakat : Hail Studi Analisis 40


Mengenai Damapk..................................................

4.2 Manfaat untuk Bisinis : Hasil dari sebuah studi 44


Analisisi Mengenai Dampak...................................

4.3 Manfaat untuk Aplikasi Lembaga Pelaksana E- 44


government..............................................................

BAB V : DAMPAK E-GOVERNMENT BAGI KETERBUKAAN 50


DAN PEMBERANTASAN
KORUPSI ............................................................................

5.1 E-government : Keterbukaan Pemerintah di Era 50


Digital ......................................................................

5.2 Pemberantasan Korupsi Melalui E-government ....... 56

5.3 Dampak E-government terhadap Korupsi di 57


Indonesia .................................................................

5.4 Dampak Penerapan E-government terhadap Korupsi 65


di Korea Selatan .........................................

5.5 Pembelajaran Inti dari Penerapan E-government 67


terhadap Pemberantasan Korupsi .............................

5
BAB VI : IMPLEMENTASI E-GOVERNMENT DI INDONESIA 69

6.1 Implementasi E-government di Indonesia .............. 69

6.1.1 Sistem Aplikasi E-government ..................... 69

6.1.2 Infrastruktur .................................................. 71

6.1.3 Hambatan Implementasi E-Government di 72


Indonesia .....................................................

6.2 Perkembangan e-Government di Indonesia ............ 73

6.4 KM dalam Pengelolaan Organisasi Publik ..........

BAB VII : PEDOMAN SUKSES IMPLEMENTASI PROYEK E- 86


GOVERNMENT ................................................................

7.1 Pendahuluan ............................................................. 86

7.2 Elemen Sukses Implementasi Proyek E- 87


Government ............................................................

7.3 Konseptualisasi Definisi dan Ruang Lingkup 90


Proyek E-Government .............................................

7.4 Elemen Sukses Pengembangan E-Government 96


(Menurut Hasil Kajian dan Riset dari University of
Maryland) .................................................................

7.5 Elemen Sukses Pengembangan E-Government 102


(Menurut Hasil Kajian dan Riset dari Harvard JFK
School of Government) ...........................................

BAB VIII : E-PARLEMEN DAN LEGISLASI BERBASIS TIK ...... 105

8.1 Representasi : Memperkuat Komunikasi dan 106


Meningkatkan Proses Legislasi................................

8.2 Pengawasan : Pendekatan Fokus pada Masyarakat 108


dan Peningkatan Akuntabilitas ................................

8.3 Faktor Penetu Keberhasilan Aplikasi E-Parlemen ... 109

8.4 Implementasi e-Parlemen di Indonesia .................... 114

8.5 Yang Mewakili dan Diwakili dalam Fungsi E- 117


Parlemen ...................................................................

6
BAB IX : KERANGKA DAN METODOLOGI PENILAIAN 123
DAMPAK E-GOVERNMENT ..........................................

9.1 Evaluasi Proyek E-Government Yang Telah Selesai 124


di Masa Lalu ............................................................

9.2 Tinjauan Pustaka pada Analisa Dampak .................. 125

9.3 Usulan Kerangka Pengukuran .................................. 127

9.4 Metodologi Pengukuran Dampak terhadap 129


Penyedia/Pengguna .................................................

9.5 Metodologi untuk Mengukur Dampak terhadap 135


Lembaga dan Masyarakat ......................................

9.6 Manfaat dan Keterbatasan ...................................... 135


BAB X : PEDOMAN DESAIN DAN IMPLEMENTASI PORTAL 138
E-GOVERNMENT ..............................................................
10.1 Pendahuluan .......................................................... 138

10.2 Fitur Utama dari Portal E-government – Akses 139


Titik Tunggal ...........................................................

10.3 Faktor Permintaan dan Persediaan untuk Portal E- 140


Government .............................................................

10.4 Standarisasi untuk Pelayanan Terpadu .................... 145

10.5 Kapan Untuk Pindah ke Portal yang Terintegrasi? .. 149

10.6 Monitoring dan Evaluasi Kerangka Portal Proyek .. 152


BAB XI : BEST PRACTICE E-GOVERNMENT DI DUNIA DAN 162
DI INDONESIA
11.1 Best Practice Penerapan E-Government di 163
Indonesia ..................................................................
11.2 Best Practice Penerapanan E-government di Korea 177
Selatan ......................................................................
BAB XIII : PENUTUP ......................................................................... 193
DAFTAR PUSTAKA 195

LAMPIRAN : 201

vii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1 Model dari E-government .................................................... 31

Tabel 4.1 Manfaat Potensial Melalui Aplikasi E-government ............. 39


Tabel 4.2 Contoh Pengurangan Waktu Pelayanan Sebagai Dampak 42
Penerapan E-government .....................................................
Tabel 4.3 Persentase Pertumbuhan pada Transaksi dan Pendapatan 45
Pajak di India .......................................................................
Tabel 5.1 Tujuan Reformasi Sektor Publik Melalui E-government ..... 51
Tabel 5.2 Transparansi Informasi Melalui Aplikasi E-government ..... 53
Tabel 5.3 Proporsi Pembayaran Suap : Perbandingan Pada Layanan 64
Berbasis Maual dan Elektronik di India ...............................
Tabel 6.1 Hasil Pengukuran E-government Waseda University .......... 75
Tabel 6.2 Hasil Pengukuran E-government United Nation .................. 76
Tabel 6.3 Hasil Pengukuran E-government Brown University ........... 76
Tabel 6.4 Hasil Pengukuran E-government PEGI ............................... 77
Tabel 6.5 Hasil Pentahapan E-government Waseda University .......... 78
Tabel 6.6 Hasil Pentahapan E-government United Nation .................. 79
Tabel 6.7 Hasil Pentahapan E-government PEGI ................................ 79
Tabel 6.8 Hasil Kematangan E-Government Waseda University ........ 81
Tabel 6.9 Hasil Kematangan E-Government United Nation ................ 82
Tabel 6.10 Hasil Kematangan E-Government Brown University .......... 82
Tabel 6.11 Hasil Kematangan E-Government PEGI .............................. 83
Tabel 8.1 Dimensi Kunci Berdampak Pada Berbagai Pemangku 128
Kepentingan .........................................................................
Tabel 10.1 Solusi yang Tersedia Sebagai Tahapan Yang Berbeda 148
Dalam Evolusi Pelayanan ....................................................
Tabel 10.2 Saluran Komunikasi Pada Berbagai Tahapan Model 149
Pelayanan .............................................................................

viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Model E-government (Kim, 2003) ........................................ 30
Gambar 3.2 Hubungan antara Bisnis, Pemerintah dan Warga Negara ...... 32
Gambar 3.3 Model E-government berdasarkan Jenis Interaksi Antar 34
Stakeholder ............................................................................
Gambar 5.1 Grafik Penyempurnaan Layanan Terpadu Mempercepat 61
Proses Pendirian Usaha ..........................................................
Gambar 5.2 Pengurangan Waktu dan Proedur untuk Mendirikan Usaha 62
di berbagai Negara sejak Tahun 2010 ...................................
Gambar 5.3 Persentase Pengguna Membayar Suap di negara Yang 63
Berbeda .................................................................................
Gambar 7.1 Siklus Hidup Proyek E-government ..................................... 87
Gambar 7.2 Elemen Yang Mempengaruhi Keberhasilan Proyek E- 97
Government ...........................................................................
Gambar 11.1 e-People Portal ...................................................................... 180
Gambar 11.2 Formulir e-People ................................................................. 181
Gambar 11.3 Laporan e-People ................................................................... 182
Gambar 11.4 Berita e-People ...................................................................... 182
Gambar 11.5 e-Post ..................................................................................... 183
Gambar 11.6 Smart Phone Service ............................................................. 184
Gambar 11.7 e-Post Shopping .................................................................... 184
Gambar 11.8 Registrasi e-Post ................................................................... 185
Gambar 11.9 Validasi Registrasi e-Post ..................................................... 185
Gambar 11.10 e-Post Service ....................................................................... 186
Gambar 11.11 Worknet Portal ....................................................................... 186
Gambar 11.12 Pencarian Pekerjaan Worknet ............................................... 187
Gambar 11.13 Tingkat Pengangguran di Korea Selatan ............................... 187
Gambar 11.14 Pos Indonesia ........................................................................ 188
Gambar 11.15 E-government DKI Jakarta ................................................... 189
Gambar 11.16 Portal E-government Korea Selatan ...................................... 189
Gambar 11.17 E-government Indonesia ....................................................... 190

ix
TATAP MUKA 1

MEDIA PEMBELAJARAN: Modul

JUDUL
1. OPEN GOVERNMENT

TUJUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN :


1. Mampu menjelaskan tentang open government.
2. Mampu mengetahui pengaruh open government pada pelayan public/masyarakat.
3. Mampu menguasai komponen utama dalam sistem open government.

URAIAN MATERI
1.1 Mengapa Open Government
Teori-teori manajemen organisasi modern secara intensif mulai diperkenalkan di
awal tahun 1980-an. Salah satu teori yang paling banyak dipelajari dan diterapkan adalah
mengenai manajemen perubahan (change management). Hampir di semua kerangka teori
manajemen perubahan ditekankan pentingnya teknologi informasi sebagai salah satu
komponen utama yang harus diperhatikan oleh organisasi yang ingin menang dalam
persaingan termasuk orgasisasi publik. Paradigma lain yang tak kalah penting dalam
mendorong implementasi e-government adalah mengenai keterbukaan pemerintahan. Ini
akan dibahas pada bagian awal dari buku ini mengenai pemerintah yang terbuka dan
bagaimana korelasinya terhadap pelayanan publik ke depan.
Apa pemerintahan yang terbuka? Dalam arti yang paling dasar, itu gagasan bahwa
orang-orang memiliki hak untuk mengakses dokumen dan proses pemerintahan. Gagasan
bahwa masyarakat memiliki hak untuk meneliti dan berpartisipasi. Prinsip-prinsip yang
diakui di hampir setiap negara demokrasi di planet ini. Tapi arti dari istilah ini terus
berkembang. Konsep pemerintahan yang terbuka telah dipengaruhi lebih baik oleh gerakan
perangkat lunak open source, dan fokus yang lebih besar pada memungkinkan partisipasi
dalam prosedur pemerintahan. Sama seperti perangkat lunak open source memungkinkan
pengguna untuk mengubah dan memberikan kontribusi ke kode sumber perangkat lunak,
maka pemerintahan yang terbuka sekarang berarti pemerintah di mana warga negara tidak
hanya memiliki akses ke informasi, dokumen, dan proses, tetapi juga dapat menjadi peserta
melalui berbagai cara yang sifnifikan. Pemerintahan yang terbuka juga berarti meningkatkan
komunikasi dan operasi dalam berbagai cabang dan tingkat pemerintahan. Aktivitas berbagi
atau sharing secara internal diyakini dapat menyebabkan efisiensi dan akuntabilitas yang
lebih besar.

1
1.2 Inisiasi Open Gvernment di Indonesia
Inisiasiatif Pemerintahan Terbuka di Indonesia (Open Egov Indonesia/UGI) dipicu
dengan hadirnya UU Keterbukaan Informasi Publik. Disahkannya Undang-Undang
Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) tahun 2008 telah menghadirkan perubahan di
Republik Indonesia. Ini merupakan penegasan, bahwa hak atas informasi setiap warga negara
dijamin oleh negara. Artinya, pengawasan publik terhadap penyelenggaraan negara dan
badan publik dapat dijalankan dengan lebih optimal. UU KIP telah lama dinantikan. Dahulu,
akses masyarakat terhadap segala macam informasi benar-benar terbatas. Informasi diberikan
hanya jika diminta, semuanya dianggap sebagai hak institusi dan bersifat rahasia, kecuali
yang dipublikasikan. Sesudah UU KIP disahkan, informasi pun menjadi hak warga negara.
Kini semua informasi adalah milik publik, kecuali yang dirahasiakan, dan institusi wajib
mempublikasikannya secara pro aktif, bahkan tanpa perlu diminta terlebih dahulu.
UU KIP adalah jalan menuju tata pemerintahan yang lebih akuntabel dan transparan.
Presiden RI menginstruksikan keterbukaan di banyak kesempatan dan pidatonya. Mulai dari
urusan tes CPNS, pengelolaan zakat, pengadaan barang dan jasa di institusi pemerintah,
hingga penyaluran bantuan gempa, Presiden tak jarang mengulang kata “transparan.”
Presiden menyadari bahwa kini masyarakat telah berubah. Masyarakat lebih tahu dan kritis
akan haknya, serta lebih berkemauan untuk berpartisipasi aktif dalam proses tata kelola
pemerintahan.
Dengan kondisi seperti disebutkan diatas, institusi publik tidak boleh tidak siap.
Banyak hal yang harus segera dikerjakan, mulai dari pembentukan pejabat pengelola
informasi dan dokumentasi (PPID) di setiap kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah,
hingga memperbaiki layanan masyarakat, khususnya dalam hal kejelasan prosedur, waktu,
dan biaya. Keterlambatan melaksanakan UU dan instruksi presiden dapat berujung pada
ketidakpercayaan masyarakat. Bahkan bukan tidak mungkin, ketidaksiapan badan publik
menghadapi tuntutan masyarakat yang demikian akan berujung pada sengketa informasi.
Di sisi lain, dunia menunjukkan fenomena yang setali tiga uang dalam
menggelorakan keterbukaan di negaranya masing-masing. Di Timur Tengah, Arab
Spring menegaskan tuntutan masyarakat agar pemerintahnya yang selama ini tertutup
berubah. Open Government Partnership (OGP), di saat hampir bersamaan, yang diinisasi oleh
8 negara, salah satunya Indonesia, juga tak kendur mempromosikan pentingnya transparansi,
akuntabilitas, partisipasi masyarakat, dan inovasi demi terciptanya good public governance.
Hingga hari ini, 60 negara telah bergabung di dalamnya. Indonesia patut bangga mengingat

2
perannya sebagai salah satu pendiri OGP, serta dipercaya untuk menjadi co-chair bersama
Inggris mulai akhir tahun 2012 ini.
Sejalan dengan hal di atas, Open Government Indonesia (OGI) hadir sebagai suatu
gerakan dari, oleh, dan untuk masyarakat Indonesia. OGI ada untuk mendorong terciptanya
pemerintahan yang lebih transparan dan masyarakat yang lebih partisipatif. Dengan adanya
gerakan bersama ini, pelayanan yang bersentuhan langsung dengan kehidupan sehari-hari,
seperti pendidikan, kesehatan, dan transportasi, diharapkan dapat menjadi lebih baik.
Akuntabilitas anggaran, yang notabene berasal dari uang rakyat, juga diupayakan agar
menjadi lebih jelas pertanggungjawabannya. Perubahan itu begitu dekat, sehingga mau tidak
mau semua komponen harus mendukung dan bergabung (OpenGov)
Benih-benih keterbukaan lahir sejak reformasi politik di tahun 1998. Seluruh elemen
masyarakat menuntut pemerintah untuk menjadi lebih transparan dan menginginkan agar
mereka diikutsertakan sejak proses perencanaan dan mendapatkan keleluasaan untuk terlibat
dalam mengawasi kerja pemerintah. Semenjak itu, bola salju keterbukaan terus bergulir.
Pemerintah Indonesia semakin yakin bahwa keterbukaan adalah dasar pemerintahan yang
modern dan merupakan kunci untuk membuka potensi negara Indonesia di bidang ekonomi,
layanan publik, dan inovasi menuju negara yang progresif, adil, dan sejahtera.
Keseriusan Pemerintah semakin nyata dengan ditandai Pengesahan Undang-Undang
(UU) No. 24 tahun 2008 tentanng Keterbukaan Informasi Publik (KIP). Bagi Indonesia,
terbitnya UU tersebut merupakan era baru pemerintah yang terbuka. Pemerintahan sangat
meyakini bahwa Pemerintah yang terbuka (Open Government) menjadikan pemerintah
semakin cerdas dalam menyelesaikan masalah dan melayani masyarakat lebih baik. Lebih-
lebih setelah diterbitkannya UU No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik semakin
menambah komitmen Pemerintah yang bukan saja memperjuangkan hak-hak masyarakatnya
untuk mendapatkan informasi namun lebih jauh lagi, Pemerintah menginginkan kemudahan
akses publik kepada layanan Pemerintah secara murah, mudah dan berkualitas.
Upaya OGI dalam mendorong keterbukaan dan partisipasi publik dalam pelaksanaan
kegiatan pembangunan diakui bukan merupakan hal baru. Upaya serupa pada dasarnya sudah
di-inisiasi Pemerintah sejak lama, seiring dengan beragam upaya pemerintah untuk
mendorong transparansi pengelolaan keuangan negara, program pencegahan dan
pemberantasan korupsi, implementasi Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang)
dan lain-lain. Gerakan OGI pada dasarnya mencoba melakukan sinergi, integrasi dan
optimalisasi beragam upaya yang telah dijalankan Pemerintah tersebut sembari

3
menambahkan beberapa terobosan untuk percepatan upaya pencapaian tujuan Pemerintah
yang menganut azas demokratis ini.
Itulah mengapa sejak awal program ini dikumandangkan, pembangunan kolaborasi yang kuat
antara Pemerintah dan masyarakat sengaja diutamakan melalui pelibatan mereka dalam Tim
Inti OGI. Diyakini bahwa kolaborasi berbagai pihak dari sejak penyusunan rencana aksi dan
bersama-sama mengawal pelaksanaan program OGI akan menghasilkan ownership dari
perjuangan mewujudkan hak-hak publik menyangkut informasi dan layanan publik sebagai
milik bersama yaitu Pemerintah dan Masyarakat.
Untuk itu, pertemuan perdana antara elemen pemerintah dengan Organisasi
Masyarakat Sipil (OMS) yang dilaksanakan tanggal 27 Juli 2011 di Kantor UKP-PPP
menjadi embrio dari terbentuknya Tim Inti OGI yang bertanggung jawab merencanakan,
menjaring masukan dari masyarakat, mensosialisasikan, melaksanakan, dan mengawasi
program-program OGI. Dalam rangka menambah keyakinan bahwa prinsip keterbukaan dan
partisipasi publik yang diperjuangkan OGI bukan merupakan barang asing bagi Pemerintah,
sengaja dilakukan roadshow ke beberapa daerah seperti Kabupaten Lebak, Kota Yogyakarta,
dan Kota Surakarta. Hasilnya semakin meyakinkan bahwa telah ada upaya sistematis yang
dilakukan daerah dalam membuka akses informasi publik, modernisasi layanan pemerintah
daerah serta menggandeng masyarakat untuk ikut terlibat menentukan program Pemerintah
secara nyata.
Keyakinan bahwa spirit keterbukaan dan partisipasi publik akan memberikan
manfaat bagi masyarakat umum pula-lah yang mendorong pemerintah Indonesia untuk
bergabung menjadi salah satu perintis gerakan global Open Government Partnership (OGP)
pada bulan September 2011. OGP merupakan upaya global untuk membuat pemerintah lebih
transparan, efektif dan akuntabel dengan lembaga negara yang memberdayakan warga negara
dan responsif terhadap aspirasi mereka. OGP adalah inisiatif multilateral baru yang bertujuan
untuk mengamankan komitmen konkrit dari pemerintah untuk mempromosikan transparansi,
memberdayakan warga, memerangi korupsi, dan memanfaatkan teknologi baru untuk
memperkuat pemerintahan.
OGP secara resmi diluncurkan pada tanggal 20 September 2011 ketika 8 negara
pendiri (Brasil, Indonesia, Meksiko, Norwegia, Filipina, Afrika Selatan, Inggris, Amerika
Serikat) menyetujui suatu Deklarasi Pemerintah Terbuka, dan mengumumkan rencana aksi
masing-masing negara. Kerja keras inisiator OGP memberikan hasil yang menggembirakan
karena hanya dalam kurun waktu kurang lebih 2 tahun, gerakan OGP telah didukung oleh 63
negara (per Januari 2014) yang mewakili lebih dari 3 milyar penduduk dunia, dan akan terus

4
bertambah. Negara-negara yang bermitra dalam OGP ini berkolaborasi melampaui batas-
batas politik dan mendekatkan hubungan masyarakat dengan pemerintah untuk bersama-sama
menciptakan negara yang lebih baik dengan menjadi lebih terbuka. Negara yang dicita-
citakan OGP adalah negara yang membawa perbaikan kualitas hidup masyarakatnya melalui
pemerintahan yang terbuka, bersedia mendengar aspirasi masyarakat, partisipatif, dan
memiliki semangat untuk memperbaiki diri terus-menerus.
Komitmen pemerintah Indonesia sangat nyata dengan ditunjukkan bagaimana
Presiden RI secara konsisten menegaskan keseriusan terhadap Open Government seperti yang
disampaikan dalam pidato kenegaraan di bulan Agustus 2012 dimana Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono berkata: “Perluasan peran dan partisipasi publik (diperlukan) dalam
pembangunan hingga membuka akses agar publik ikut mengawasi pembangunan. Inilah
esensi Open Government.”
Sementara itu progres gerakan OGI selama tahun 2012 berjalan cukup
menggembirakan. Dari sisi kelembagaan, Open Government di Indonesia telah mendorong
terbentuknya Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di 100% jajaran
Kementerian/Lembaga dibawah Kabinet Indonesia Bersatu II dan ±30% Pemerintah Daerah.
Keterbukaan dalam pengelolaan keuangan Negara juga memberikan hasil saat hasil survei
Open Budget Index (OBI) Indonesia berhasil meningkatkan OBI dari 51 di tahun 2010
menjadi 62 di tahun 2012. Peningkatan capaian OBI tersebut menempatkan Indonesia pada
peringkat pertama di Asia Tenggara, peringkat ke-3 di Asia (setelah Korea Selatan dan
India), dan dalam kelompok keterbukaan anggaran yang sama (Significant Information)
dengan negara-negara yang memiliki sistem demokrasi yang sudah mapan seperti Amerika
Serikat. Survei transparansi anggaran ini dilakukan setiap dua tahun sekali oleh Open Budget
Partnership (OBP), sebuah lembaga internasional independen yang secara berkala melakukan
survei keterbukaan anggaran di 100 negara. Belum lagi keterbukaan dalam penegakan hukum
antara lain menyangkut keterbukaan kegiatan pengadilan pajak (jadwal sidang dan risalah
putusan pengadilan pajak) dan publikasi putusan Mahkamah Agung dalam 1 hari sejak
putusan ada. Keterbukaan di area menyangkut layanan dasar masyarakat seperti bidang
pendidikan melalui transparansi Bantuan Operasional Sekolah (BOS), bidang Kesehatan
melalui transparansi Bantuan Operasional Kesehatan (BOK). Bahkan dukungan terhadap
terwujudnya transparansi dalam proses pengadaan barang dan jasa sekalipun melalui
pemanfaatan Sistem Online LPSE juga diupayakan sebagai bagian dari upaya preventif area
yang rawan korupsi tersebut.

5
Di antaraberagam upaya tersebut diatas, program terobosan juga dilakukan pada
tahun 2012 seperti kompetisi OGI yang diselenggarakan selama bulan April hingga Juli 2012.
Di dalam kompetisi ini, 62 layanan publik berlomba untuk meningkatkan kualitas layanan
publiknya. Upaya terobosan lain dalam Open Government di Indonesia termasuk
beroperasinya portal satulayanan.net, yang saat ini telah berisi nyaris 200 modul informasi
layanan dengan 1 juta page view, mulai dari pembuatan paspor hingga informasi biaya
pemasangan listrik.
Selama ini, OGI dikelola dengan penekanan bahwa OGI adalah sebuah gerakan,
bukan semata-mata sebuah program pemerintah. Pendekatan ini telah membawa perubahan
paradigma. OGI yang semula hanya milik pemerintah menjadi milik bersama, sikap
pemerintah dalam pemecahan masalah yang semula konservatif menjadi lebih inovatif, dan
sikap masyarakat berubah dari skeptis menjadi antusias dan partisipatif. Tidak hanya itu,
sejumlah lembaga donor internasional, perusahaan swasta, dan civitas akademika bersinergi
untuk mempercepat terimplementasinya OGI. Di dalam laporan ini pula akan nampak
berbagai contoh implementasi OGI, baik yang didorong oleh pemerintah maupun yang
didorong oleh masyarakat.
Tahun 2012 merupakan tahun penetapan fondasi, pelaksanaan percepatan inisiatif
yang ada, dan penciptaan terobosan baru. Selama masa implementasi OGI pada tahun 2012,
banyak pembelajaran yang bisa dipetik agar Pemerintah Indonesia bisa menyempurnakan
komitmen Open Government pada tahun-tahun berikutnya. Pada tahun 2013, OGI harus
memperkokoh sistem yang mendukung transparansi pemerintah dan memperkuat pemahaman
masyarakat akan pentingnya partisipasi publik. Dengan demikian, penerapan Open
Government di segala lini pemerintahan akan lebih terarah, serta partisipasi dan aspirasi
masyarakat akan lebih mudah terakomodasi.

1.3 Open Government, Open Organization dan Open Society


Open government pada dasarnya adalah pemerintah yang terbuka/transparan,
engundang partisipasi rakyat dan mengajak berbagai unsur masyarakat untuk berkolaborasi
memecahkan berbagai permasalahan untuk kesejahteraan rakyat. Open government
mengaktualisasikan secara praktis pengertian pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat. Open government diasosiasikan sangat erat dengan transparansi karena memang
transparansi/keterbukaan merupakan elemen utama dan menjadi prasyarat untuk bergerak ke
arah partisipasi dan kolaborasi dengan unsur-unsur masyarakat.

6
Organisasi sebagai wadah dan sistem kerjasama antarmanusia mempunyai hubungan
timbal balik dengan lingkungannya. Organisasi pemerintah yang terbuka (open organization)
merupakan salah satu prasyarat untuk menjadi “High Performance Government
Organizations”, sebagaimana dikemukakan Mark. G. Popovich (1998) (editor), dalam
bukunya berjudul : “ Creating High Performance Government Organizations” (John Wiley &
Sons, Inc, USA). Karakteristik “ High Performance Organizations” yaitu sbb:
are clear on their mission;
define outcomes an focus on results;
empower employees;
motivate and inspire people to succed;
are flexible and adjust nimbly to new conditions;
are competitive in terms of performance;
restructure work processes to meet customer needs.
maintain communication with stakeholders. (Popovich, 1998 : 16).

Dalam domain masyarakat terbuka, hukum dan kebijakan transparansi biasanya


membuat persyaratan pada beberapa kelompok kecil organisasi, produsen mobil, rumah sakit,
dan sejenisnya-untuk memberitahu informasi publik yang sebagian besar organisasi tidak
akan secara sukarela mengungkapkan. Minimal, itu rumit untuk mematuhi persyaratan ini.

Seringkali, pengungkapan dapat merugikan beberapa organisasi ini dengan


menyorot perilaku buruk dan memalukan mereka. Di sisi lain, mereka yang mendapatkan
keuntungan dari yang lebih besar transparansi sosial, kadang konsumen, investor, warga, dan
masyarakat jauh lebih banyak dan menyebar. Sebagai persoalan politik praktis, biasanya jauh
lebih mudah untuk kelompok-kelompok yang lebih kecil dari kepentingan terkonsentrasi
untuk mengatur menentang atau melemahkan kebijakan transparansi daripada bagi kelompok
yang lebih besar dari konsumen dan warga negara untuk mengatur maupun untuk mendukung
dan membela kebijakan-kebijakan yang sama. Ilmuwan politik dan ekonom politik telah
menyebut masalah dinamika "organisasi asimetris." menjelaskan mengapa begitu banyak
kebijakan pengungkapan berakhir menjadi ompong dan tidak efektif.

7
RANGKUMAN

1. Untuk alasan ini, gerakan canggih saat ini untuk Pemerintah Terbuka harus memperluas
agenda dan menjadi gerakan untuk Open Society. Dalam masyarakat Amerika, ancaman
untuk warga secara individu dan masyarakat umumnya datang sebanyak-mungkin
2. Pelaku sektor swasta yang kuat dibanding dari pemerintah. Oleh karena itu, adalah tepat,
bahkan mendesak, bahwa transparansi dan pengungkapan melatih wawasan mereka
pada semua ancaman ini: mereka yang berasal dari organisasi ekonomi dan
kemasyarakatan serta mereka yang berasal dari pemerintah. Mereka harus membangun
pelajaran sejalan dengan berkembangnya ketersedian jaringan TIK, aspek sosial untuk
menciptakan responsif, berkembang, dan bersemangat dalam platform transparansi.

LATIHAN/TUGAS/LUARAN
1. Cari sistem E-government yang telah berjalan di Provinsi Riau!
2. Jelaskan Apa saja fasilitas/pelayanan yang diberikan kepada masyarakat!
3. Apa saja kelebihan dan kelemahan dari Sistem tersebut?

8
TATAP MUKA 2

MEDIA PEMBELAJARAN: Modul

JUDUL
2. PRINSIP-PRINSIP OPEN GOVERNMENT

TUJUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN :


1. Mampu menjelaskan tentang prinsip-prinsip open government.
2. Mampu mengetahui pengaruh open government pada pelayan public/masyarakat.
3. Mampu menguasai komponen utama dalam sistem open government.

URAIAN MATERI
2.1. Prinsip Open Government
Masalah pada teknologi dan pemerintah dibahas dalam bab ini. Visi e-government
adalah tinjauan berdasarkan komponen seperti jaringan broadband, berbagi informasi,
sistem dokumen elektronik dan situs portal pemerintah. Gambaran pada komponen e-
government diikuti dengan diskusi tentang bagaimana kemajuan e-government langkah demi
langkah. Akhirnya berbagi informasi dan Portal pemerintah terpilih sebagai elemen penilaian
e-government untuk mengartikulasikan prinsip-prinsip e-government, dan untuk
menunjukkan isu-isu kebijakan yang muncul dalam pelaksanaannya.
E-government telah berkembang dari teknologi informasi (TI) dan khususnya dari
teknologi berbasis Web. Sebagai pengembangan dan penerapan masyarakat informasi,
sehingga memiliki e-government, teknologi informasi yang diterapkan di lingkungan
pemerintah maju pesat. Hal ini diperlukan untuk melihat ke dalam implikasi dan kemajuan
teknologi informasi bersama dengan perkembangan masyarakat informasi untuk memahami
isi dan makna dari e-government

2.1 Revolusi Teknologi Informasi dan Evolusi Masyarakat Informasi


“Internet mengubah segalanya." Ungkapan ini secara kasar memberikan fundamental,
pergeseran paradigma-fenomena yang disebabkan oleh kemajuan teknologi lebih dari 35
tahun yang lalu lembaga penelitian dan universitas di Amerika.
Perkembangan teknologi informasi dan aplikasi telah memiliki pengaruh pada setiap
aspek masyarakat. Seperti layanan sektor publik, dalam e-marketplace, layanan e-learning,
koran internet, dan layanan penyiaran, sulit untuk menemukan bidang yang tidak terpengaruh
oleh teknologi informasi. Fenomena ini disebut Revolusi Informasi atau Revolusi Technology
Revolusi dapat dibandingkan dengan Revolusi Industri di akhir abad 18 dan awal abad 19.
Sejarah penemuan komputer dan komersialisasi kembali ke awal 1950-an, tapi itu
tidak mempengaruhi kehidupan sehari-hari individu sampai awal 1980-an dengan penyebaran
9
komputer pribadi. Inovasi teknis yang cepat, difusi macam komputer pribadi, dan kemajuan
teknologi komunikasi yang dipromosikan yang menyebabkan luasnya difusi dari ledakan
Internet. Hasil perubahan tersebut yang saat ini sedang kita lihat.
Dari sudut pandang teknologi, revolusi informasi adalah satu hal. Berikut perubahan
ekonomi dan sosial yang disebabkan oleh inovasi teknologi informasi sebagai evolusi adalah
hal lain. Isi utama dari revolusi informasi tidak dalam pengembangan dan keberadaan diri
dari sistem komputer di setiap tubuh masyarakat, tetapi dalam sistem ekonomi dan sosial dan
atau perubahan hubungan antara anggota di mana sistem komputer yang diterapkan.
Sebuah masyarakat yang berubah, sebagai hasil dari difusi dengan aplikasi komputer
dan teknologi komunikasi, disebut masyarakat informasi. Konten sebenarnya revolusi
informasi yang proses transformasi, penampilan masyarakat informasi, dan pengaruh di
berbagai bidang. Ini adalah cara yang tepat untuk memahami revolusi informasi, mengamati
proses perubahan ke masyarakat informasi dan pengembangan teknologi bersama dengan e-
government.

2.2 Penyebaran Revolusi Teknologi Informasi


Komputer pertama kali dikomersialisasikan oleh IBM pada awal tahun 1950-an.
Aplikasi yang dalam berbagai kegunaan dalam bidang teknis dan ekonomi sebagai teknologi
maju. Komputer pribadi muncul di awal 1980-an sebagai pengembangan teknologi
perwakilan menghubungkan komputer dengan masyarakat umum. Sebagai kinerja
mikroprosesor, bagian inti dari komputer pribadi, terus ditingkatkan, komputer pribadi
memperpanjang jangkauan penggunaan dan perkembangan off sistem, dari MS-DOS operasi
ke Windows, membuat penggunaan komputer pribadi lebih mudah dan populer.
Dengan diperkenalkannya Intel Pentium Chipset di awal 1990-an, kecepatan
pemrosesan komputer pribadi menjadi komersial dalam pengolahan citra dan multimedia file.
Dikombinasikan dengan teknologi web browser berbasis LAN (local area network) dan ada
ledakan penggunaan internet. Perluasan penggunaan Internet memungkinkan dunia jaringan
untuk menciptakan berbagai aplikasi dan untuk membawa perubahan sosial, dan perubahan
ekonomi yang pesat. Revolusi informasi adalah bergerak.
Mata revolusi teknologi informasi adalah internet. Dilihat dari sudut ini, revolusi
informasi disebut revolusi Internet. Internet mempengaruhi setiap aspek masyarakat termasuk
bisnis dan pelayanan publik. Munculnya pelayanan pemerintah kepada masyarakat bisnis dan
global sedang dibentuk ulang oleh Internet. Internet juga menciptakan peluang baru di
wilayah politik seperti pemilu Internet untuk mengumpulkan opini publik, kampanye pemilu,

10
dan partisipasi dalam proses pembuatan kebijakan menggunakan internet. Sebagai sarana
untuk demokrasi langsung, Internet memainkan peranan utama dalam kehidupan sehari-hari.

2.3 . Menghadapi Tantangan Pemerintah di Era Internet


Revolusi informasi telah memiliki pengaruh pada setiap aspek masyarakat dan di
lingkungan pemerintah juga. Hal ini diakui bahwa komputer dan teknologi berbasis web
secara efektif dapat memecahkan berbagai masalah pemerintahan yang ada daripada cara
lain. Dengan latar belakang pemahaman seperti itu, ada terletak pada fitur teknologi
pengolahan data yang cepat, memungkinkan komunikasi informasi melampaui batas waktu,
ruang, dan beberapa perubahan lingkungan yang membutuhkan fitur tersebut.
Sebagai suatu kematangan demokrasi, peluang administrasi pejabat publik dan
manajemen otoritatif pemerintah menghadapi resistensi publik. Kedua, sebagai tingkat
mempertinggi kesadaran warga, harapan standar pada layanan pemerintah, dan sistem
pelayanan semua ditinggikan. Ketiga, setelah era perang dingin persaingan ekonomi global
diidentifikasi dan peran pemerintah terfokus pada fungsi pendukung. Ini adalah pergeseran
dari pengendalian dan pemantauan kegiatan bisnis untuk mempromosikan kewirausahaan dan
kreativitas. Keempat, dengan tren globalisasi yang disebabkan oleh komputer dan ledakan
internet, e-government dipromosikan oleh respon pemerintah untuk evolusi dari satu
komunitas informasi global. Fitur pemerintahan terakhir berubah dari peraturan, kontrol dan
prosedur formal untuk penekanan pada hasil dan tanggung jawab
Sebagai hasil dari perubahan pada lingkungan sosial, masyarakat umum serta perusahaan
swasta yang menunjukkan masalah birokrasi lemak. Permintaan untuk perubahan
memungkinkan solusi untuk masalah ini, untuk meningkatkan kualitas layanan administrasi
dan meningkatkan daya saing internasional. Ini adalah waktu e-government terbentuk dalam
bentuk menerapkan teknologi informasi untuk proses bisnis internal sistem layanan
pemerintah.

2.4 E-government: Konsep Baru dari Administrasi Publik


Negara-negara maju saat ini sedang melakukan strategi aktif untuk pemerintah yang
berorientasi pada pelanggan melalui pemanfaatan era Internet untuk mempertahankan posisi
negara-negara terkemuka di abad ke-21. Sebuah model untuk memeriksa hal tersebut adalah
di Amerika Serikat yang pada 1993 sebuah laporan berjudul, “Laporan Gore Pada

11
Reinventing Government, Membuat Pemerintah Itu Bekerja Lebih Baik dan Lebih Hemat,
diusulkan untuk menghilangkan birokrasi usang dan berinovasi dimana semua proses
pelayanan publik untuk memuaskan masyarakat. Idenya telah ditandai dengan lahirnya New
Public Management (NPM), menekankan kinerja berorientasi hasil di sektor publik. Idenya
juga telah dikembangkan berdasarkan sudut pandang bahwa persaingan pasar dan privatisasi
meningkatkan respon pemerintah dan efisiensi, memberikan alasan untuk model bisnis di
sektor publik. Dalam Model NPM warga diperlakukan sebagai pelanggan dan lembaga
pemerintah diharapkan menjadi lebih inovatif dan berorientasi bisnis. Sebagai sarana untuk
memenuhi usulan bahwa laporan yang memperkenalkan konsep "Pemerintah Elektronik".
Sebagaimana bank mengembangkan konsep "Electronic Banking" untuk memberikan
pelayanan yang lebih nyaman untuk pelanggan, sehingga pemerintah mengembangkan "e-
government" untuk memberikan pelayanan publik yang lebih nyaman untuk masyarakat
sebagai pelanggan pemerintah.
Di Korea, istilah "e-government" pertama kali secara resmi muncul di laporan kebijakan
pemerintah pada tahun 1996. Pada tahun 1995 Pemerintah Korea mendirikan "ICT Promosi
Act" untuk mempercepat masyarakat informasi, dan tahun berikutnya diusulkan 10 tugas
prioritas. Yang pertama dari mereka adalah proyek e-government yang menganggap orang
sebagai pelanggan. Tujuan pemerintah adalah untuk melayani dan bermanfaat bagi
masyarakat. Konsep e-government adalah untuk melayani warga melalui pelayanan publik
yang sangat maju yang tidak mungkin dalam pemerintahan yang sebelumnya. Dalam keadaan
ini e-government secara efektif membuat reformasi di organisasi pemerintah dan
penyampaian layanan melalui teknologi informasi. Hal ini penting untuk mengamankan
efisiensi administrasi secara maksimum dan mengembangkan interface dalam memberikan
informasi dan berbagai pelayanan publik kapan saja dan di mana saja.

2.5 Pemerintah dan Teknologi


Dalam dunia global dorongan teknologi hari ini dengan cepat menjadi pusat dari
paradigma pembangunan pemerintah. Potensi teknologi baru dalam mengubah cara
pemerintah beroperasi semakin diakui. Penggunaan teknologi informasi (TI) oleh pemerintah
sekarang lebih mapan, menjadi bagian integral dari bagaimana pemerintah melakukan bisnis.
Dari hari-hari awal tugas pengolahan massa di daerah seperti mengumpulkan statistik
nasional, penggunaan TI oleh pemerintah telah melebar untuk mencakup berbagai teknologi
dan aplikasi. Memotong TI di semua sektor pemerintahan untuk membawa efisiensi dan
kesempatan yang lebih besar dari semua layanan kesejahteraan sosial untuk tenaga kerja dan

12
perdagangan, dan dari partisipasi masyarakat menuju demokrasi. Sebuah visi yang jelas,
didorong oleh penggunaan dari Internet yang lebih berkembang menunjukkan bahwa hal itu
bisa memberikan Korea keunggulan kompetitif utama dalam ekonomi global.
Hal ini juga menunjukkan bagaimana e-government dapat meningkatkan
produktivitas nasional. Karena itu mengartikulasikan tiga tujuan tertentu. Pertama adalah
untuk meningkatkan efektivitas individu dengan mengurangi kelebihan beban administrasi.
Ini melibatkan penyiapan satu jendela ke sumber daya pemerintah didistribusikan sehingga,
misalnya, anggota masyarakat dapat memperbaharui paspor dengan satu perjalanan ke kantor
pemerintah daripada harus mengunjungi beberapa kantor untuk menyusun beberapa dokumen
seperti sertifikat kewarganegaraan dan bukti alamat untuk dibawa ke kantor untuk diproses
manual.
Kuncinya adalah bahwa kemungkinan mengejutkan setelah semua database
pemerintah telah dikaitkan muncul yang tidak hanya berkaitan dengan pelayanan
administrasi. Informasi sistem berbagi menyediakan platform yang berbagai database otentik
diakses oleh instansi pemerintah memungkinkan pemerintah untuk tampil secara online
sebagai satu kesatuan. Sehingga sangat penting untuk membuat jelas dari awal bahwa
meskipun e-government terutama tentang administrasi digital, ia memiliki kekuatan untuk
memperpanjang jauh lebih dalam ke dalam kehidupan sehari-hari dari yang dibayangkan.
Portal live-event, salah satu contoh yang rinci di bagian G4C dapat dirancang untuk
memanusiakan proses birokrasi. Dengan menawarkan akses langsung ke bentuk, kriteria
aplikasi, dan kontak yang relevan, portal acara hidup dapat mengurangi kompleksitas layanan
pemerintah untuk mengubah fungsi situs web pemerintah dari presentasi sederhana informasi
untuk persembahan layanan yang lengkap tanpa hambatan. Tujuan kedua adalah untuk
memberikan dukungan untuk bisnis. Ini berarti mendukung start up dan R & D, membina
sumber daya manusia, dan melaksanakan reformasi hukum. Hal ini juga melibatkan fine-
tuning standar untuk e-bisnis, memperluas dan meningkatkan transaksi elektronik dan
menciptakan pasar online yang aman. Akhirnya, e-government harus membantu dengan
proses pemerintah sendiri. Administrasi dengan peningkatan produktivitas, transparansi dan
demokrasi tuntutan publik. Tuntutan ini akan puas dengan pemerintahan yang paperless,
meningkatkan produktivitas, dan efisiensi dalam pelayanan publik yang kembali alur kerja
untuk mengambil keuntungan dari teknologi.
Inti dari e-government adalah untuk mengubah administrasi publik untuk
berinovasi hubungan internal dan eksternal dengan bantuan teknologi elektronik. Hal ini
menyebabkan titik paling penting: tanpa melupakan fakta bahwa penekanan dalam e-

13
government harus pada 'pemerintah' dan bukan pada 'e' (OECD, 2003). Setelah titik ini,
masalah e-government ditempatkan dalam konteks reformasi manajemen publik nasional dan
inisiatif pemerintahan yang baik. Ingat bahwa inisiatif e-government pada awalnya dilakukan
di bawah kepemimpinan mantan Wakil Presiden AS Al Gore yang mencoba untuk
menemukan kembali pemerintah melalui aplikasi teknologi informasi.
Isu-isu inovasi pemerintah telah mengerucut sejak latihan awal aplikasi TI ke
dalam administrasi publik bahkan melalui dampak yang sebenarnya pada proses pemerintah
meki masih bekerja sangat lambat ketika diintrodusir ke dunia nyata. Hampir semua negara
tempat tujuan inovasi yang didasarkan atas proposal proyek TI. Sebagai contoh Di Korea,
misi dua kementerian telah didefinisikan ulang untuk mencerminkan cita-cita ini pada akhir
tahun 2003, masing-masing bersaing dengan yang lain untuk mengatur kecepatan dalam
reformasi e-government. Yang pertama adalah pelayanan administrasi pemerintah Negeri
(MOGAHA) dan lainnya kementerian informasi dan Komunikasi (MIC). Kedua kementerian
memiliki beberapa kesamaan tapi itu memutuskan untuk menempatkan semua inisiatif e-
government di bawah bendera MOGAHA karena pada akhir hari e-government bukan
tentang inovasi teknis, tapi ini adalah tentang reformasi pemerintah.
Dikatakan bahwa ini adalah pendekatan yang tepat sebagai perspektif kearah perubahan.
Ada kebutuhan untuk melampaui agenda teknis dan fokus pada menempatkan warga di pusat
proses administrasi. Ini disadari betul pada saat yang sama bahwa itu bukan hanya tentang
bagaimana mengatur, tetapi tentang seberapa baik untuk memerintah.

2.6. Visi untuk E-Government


Difusi cepat dari aplikasi internet menyebabkan perubahan besar dalam cara operasi
pemerintah dan harapan warga. Proses kerja internal dan harapan warga dengan berbagai
tingkat pemerintahan menjadi lebih tergantung pada teknologi informasi dan komunikasi
membentuk e-government. Konsep 'e-government' dibentuk pada awal 1990-an,
menggabungkan dua kata yang sangat heterogen. Salah satunya adalah terminologi yang
sangat teknis dan yang lainnya adalah salah satu yang sangat populer dalam sejarah panjang
sistem pemerintahan. Sedangkan istilah baru tidak mudah diterima, terdengar eksotis di awal
diperkenalkan segera menjadi tujuan menarik dari sebagian besar negara mencoba untuk
mengubah pemerintah ke dalam struktur modern dan inovatif.
Pada beberapa kasus, kegiatan e-government, masing-masing negara berfokus
pada prioritas tergantung pada tingkat perkembangan ekonomi dan sosial serta kemampuan
teknologi. OECD mendefinisikan e-government sebagai penggunaan teknologi informasi dan

14
komunikasi (IT), khususnya, internet sebagai alat untuk mencapai pemerintahan yang lebih
baik '(OECD, 2003). PBB mengambil peristilahan itu sebagai pemanfaatan teknologi
informasi oleh pemerintah yang berlaku untuk mengubah hubungan internal dan eksternal
(PBB, 2003).
Tujuan utama dari e-government adalah menempatkan pemerintah dalam posisi
yang paling efisien dan sebagai bentuk dengan kenyamanan sebaik mungkin dari sudut
pandang masyarakat. Hal ini bisa diperoleh dengan mengaktifkan hasil yang lebih baik pada
kebijakan, layanan berkualitas tinggi, keterlibatan publik yang lebih besar dalam
pengambilan keputusan pemerintah, dan dengan meningkatkan output kunci lainnya yang
mungkin diidentifikasi. Visi e-government adalah untuk membentuk kerangka TI menjadi
faktor kunci dalam keberhasilan transisi ke pemerintah yang jelas, transparan, dan efisien.
Sejak akhir 1980-an TI telah diakui sebagai alat yang efektif untuk proses berinovasi
pemerintah untuk meningkatkan produktivitas. Itu tidak lama yang lalu bahwa pemerintah
diberbagai belahan dnia khususnya pada negara maju mengambil pandangan yang aktif
dalam memobilisasi sumberdaya ke arah yang lebih baik bagi warga untuk dapat menghargai
aplikasi TI.
Lingkungan yang menguntungkan seperti infrastruktur internet nasional yang
memungkinkan proyek e-government untuk menghasilkan hasil yang bermanfaat yang sudah
mapan. Selain itu, pengembangan database untuk berbagai sektor termasuk warga, kendaraan,
dan tanah memberikan kesempatan untuk berbagi sumber daya informasi di seluruh badan
pemerintah. Perubahan ini akan meningkatkan efisiensi operasi pemerintah dan kualitas
layanan bagi warga negara. Ada beberapa elemen yang merupakan visi e-government di
negara yang telah maju, efisien, pemerintah dan internet akses transparan ke layanan
pemerintah. Pertama, dalam mengoperasikan PC dilengkapi secara individual, setiap PNS di
daerah serta pemerintah pusat mendorong komunikasi satu sama lain untuk menghasilkan
kepentingan bersama. Berbagi informasi administrasi meningkatkan pertukaran dokumen
elektronik mengurangi dokumen untuk melengkapi bisnis. PC individu terhubung ke jaringan
administrasi kecepatan tinggi meliputi kompleks pemerintah pusat ke kantor lokal tingkat
terendah, yang jumlahnya sekitar 3.700 di seluruh negeri. Kedua, warga negara dan
perusahaan mendapatkan akses ke pemerintah melalui jendela tunggal (portal pemerintah),
yang mewakili berbagai fungsi pelayanan pemerintah dan sumber informasi.
Portal pemerintah telah direstrukturisasi sedemikian rupa bahwa orang dapat
menikmati berbagai layanan pemerintah secara elektronik tanpa mengunjungi kantor-kantor
pemerintah sesering sebelumnya. Misalnya, orang dapat meminta dan menerima dokumen

15
verifikasi melalui Internet. Dalam beberapa kasus tidak perlu menyerahkan dokumen
verifikasi sebelumnya diperlukan untuk layanan pemerintah sejak lembaga pemerintah
diperbolehkan untuk menggunakan informasi yang relevan secara online melalui sistem
berbagi informasi untuk mengkonfirmasi apakah pemohon memenuhi syarat untuk layanan
pemerintah tertentu.
Contoh lain menunjukkan bagaimana instansi pemerintah saling berhubungan untuk
menghasilkan efisiensi dan kenyamanan adalah perubahan alamat yang seharusnya
dilaporkan ke kabupaten. Salah satu perubahan alamat dilaporkan tatap muka dengan kantor
kecamatan, sekarang sistem e-government daerah bekerja untuk menginformasikan
perubahan alamat online dengan instansi terkait seperti kantor pajak dan kantor manajemen
kendaraan. Ada rencana sistem akan mungkin untuk menginformasikan perubahan alamat
secara online ke kantor distrik setempat. Ini juga memungkinkan untuk memberitahukan
kelahiran anak, status perkawinan, dan mendaftarkan mobil baru. Perusahaan dapat
mengajukan aplikasi pada lisensi, paten untuk pasar, kegiatan R & D, dan mengisi formulir
pajak secara online.

2.7. Munculnya Tahapan E-Government


Istilah e-government sekarang banyak digunakan untuk menggambarkan aplikasi TI,
khususnya internet untuk mendukung proses administrasi dalam rangka efisiensi, transparan,
dan disederhanakan. Upaya untuk mengubah proses publik untuk meningkatkan pelayanan
publik dengan aplikasi TI yang lebih tua dari ledakan Internet dan munculnya konsep e-
government. Sementara konsep e-government diciptakan dan dipercepat untuk meredakan
berbagai bidang pemerintahan bersama dengan pengenalan Teknologi Internet pada
pertengahan 1990-an, itu pada awal pertengahan tahun 1980 bahwa isu-isu di sektor publik
telah populer dibahas dalam konteks mengubah administrasi cara dioperasikan dan layanan
yang disampaikan.
Pada akhir 1990-an pemimpin pemerintahan banyak yang berorientasi pada ide
inovasi melalui e-government dan mendorong penggunaan internet untuk meningkatkan
akses ke informasi dan layanan pemerintah. Dengan model evolusi e-government yang bisa
membuat perkiraan dari tingkat perkembangan e-government masing-masing negara dan bisa
mengatur garis panduan untuk menetapkan tujuan dan arah e-government. Untuk mencapai
tujuan tersebut model evolusi e-government harus mencakup komponen utama dari e-
government secara seimbang mengevaluasi tingkat e-government.

16
E-government mencakup empat elemen, proses kerja internal, pelayanan kepada
masyarakat, informasi manajemen sumber daya, dan pembaharuan hukum. Jadi model
evolusi e-government merupakan 4 cakupan hal tersebut secara selaras. Ketika mengevaluasi
e-government dengan model keseimbangan 4 daerah menjadi faktor yang lebih penting.
Meskipun bentuk e-government telah berkembang lebih jauh, tidak ada kesepakatan tentang
cara mendefinisikan bagaimana ia telah muncul langkah demi langkah. Untuk mengklaim
keberhasilan dalam menjadi e-government atau untuk mengevaluasi status e-government
masing-masing negara, organisasi internasional seperti PBB, OECD dan perusahaan
multinasional seperti IBM mengembangkan definisi tahapan dari e-government.
PBB (2000) mengembangkan sebuah model untuk mengidentifikasi status kesiapan
negara anggota e-government. Model mendefinisikan 5 tahapan e-government evolusi
didasarkan pada seberapa baik fungsi dan informasi pemerintah disajikan di web. Tahap I e-
government menyajikan informasi yang terbatas dan mendasar. Kehadiran secara online e-
government terdiri dari halaman web dan / atau situs resmi, menghubungkan kementerian dan
departemen. Beberapa informasi yang diarsipkan seperti pesan oleh departemen kepala
mungkin tersedia. Kebanyakan informasi tetap statis dengan beberapa pilihan bagi warga.
Pada tahap 2, pemerintah memberikan sumber kebijakan publik dan pemerintahan yang lebih
besar dari informasi saat ini dan mencapai seperti kebijakan, hukum dan peraturan. Pengguna
dapat mencari informasi dan dokumen dengan bantuan bantuan fitur seperti peta situs. Pada
tahap 3 (interaktif) layanan online pemerintah memasuki modus interaktif dengan akses ke
bentuk untuk aplikasi dan pembaharuan. Situs ini diperbarui dengan keteraturan yang lebih
besar untuk menyimpan informasi saat ini dan up to date untuk publik. Tahap 4
(Transactional) memungkinkan interaksi antara warga dan pejabat pemerintah. Ini termasuk
pilihan untuk bermain pajak, menerapkan untuk kartu ID, dan paspor. Warga mampu
membayar layanan publik yang relevan. Penyedia barang dan jasa dapat mengajukan
penawaran melalui link aman. Tahap 5 (Networked) merupakan tingkat yang paling canggih
dalam inisiatif e-government. Hal ini dapat ditandai dengan integrasi G2G, interaksi G2C.
Pemerintah mendorong partisipasi pengambilan keputusan musyawarah dan bersedia untuk
melibatkan masyarakat dalam dialog dua arah yang terbuka. Pemerintah secara aktif
mengumpulkan sejumlah pandangan publik tentang kebijakan publik, dan pembuatan hukum.
Model lima tahap PBB menyediakan dasar untuk studi benchmarking internasional
bagi negara-negara anggota. Kehadiran web pemerintah, salah satu dari tiga komponen dalam
benchmarking, terlihat lebih situs portal pemerintah untuk mencetak masing-masing dari lima
tahap. Dalam survei layanan online untuk negara-negara yang berpartisipasi dalam proyek e-

17
government, OECD (2003) diadaptasi model untuk penyampaian layanan elektronik dari
Kantor Audit Nasional Australia. Model Australia mendefinisikan empat tahap dari
pelayanan online.
1. Tahap 1, mengacu pada Informasi website yang mempublikasikan informasi tentang
layanan. Tahap ini melibatkan digitalisasi informasi yang tersedia dan membuatnya
tersedia secara online tanpa banyak fokus pada proses rekayasa ulang.
2. Pada tahap 2 Informasi interaktif, pengguna yang diizinkan untuk mengakses
database untuk informasi publik yang tersedia dan untuk berinteraksi dengan
informasi untuk melakukan pencarian elektronik. Tahap 2 menuntut investasi yang
lebih besar dalam berpikir tentang bagaimana warga negara dan bisnis akan
menggunakan informasi tersebut.
3. Tahap 3, Transaksi, termasuk kemampuan pengguna untuk memasukkan informasi
aman dan terlibat dalam transaksi dengan organisasi. Jasa pengiriman di tahap ini
membutuhkan real time respon oleh instansi pemerintah dengan tuntutan layanan
warga dan bisnis. Instansi harus berpikir tentang standar layanan online, keamanan
dan perlindungan privasi, proses back-office dan hubungan antar lembaga.
4. Tahap 4, Berbagi Data, mengembangkan kemampuan lembaga 'untuk berbagi dengan
organisasi lain berbagai informasi dalam proses melaksanakan misi. Berbagi data
yang berisi informasi pribadi akan memerlukan persetujuan oleh hukum atau
persetujuan individu sebelumnya. Berbagi data membuat penyederhanaan signifikan
dalam administrasi publik dan mengurangi beban yang dilakukan oleh warga ketika
mereka mendaftar untuk layanan pemerintah. Berbagi data merupakan prasyarat
untuk integrasi kelancaran proses, sehingga memberikan peluang untuk inovasi
proses untuk efisiensi internal dan layanan pengiriman ke warga. Masalah ini akan
dibahas secara rinci pada bagian berikutnya.
IBM (Ramsey, 2004) menunjukkan kekurangan dari definisi sebelumnya tahap evolusi
berdasarkan tingkat kehadiran pemerintah di web, atau tingkat pelayanan elektronik. Ini
berpendapat bahwa hanya menempatkan layanan online bukanlah tujuan utama dari e-
government. Persepsi kemajuan memperlambat momentum untuk menerapkan perubahan
yang sulit dan mengurangi kembali dari implementasi e-government itu mengusulkan empat
tahapan model untuk evolusi e-government, mengingat apa yang dibutuhkan untuk
mewujudkan janji e-government.
1. Tahap pertama, Pemerintah Online, ditandai dengan pemerintah menciptakan
kehadiran di web. Hari ini sulit untuk membayangkan sebuah pemerintahan tanpa

18
sebuah website yang menyediakan berbagai jenis informasi pemerintah. Pada tahap
ini, informasi yang digunakan untuk diatur berdasarkan sudut pandang organisasi.
Sebuah portal pemerintah pada tahap ini adalah kumpulan sederhana link ke situs
terkait dengan halaman pertama biasanya yang dibentuk oleh bagan organisasi.
2. Pada tahap kedua, Pemerintah Interaktif, portal yang mudah diadopsi dari sudut
pandang fungsional pandangan bukan perspektif organisasi. Tahap ini
meningkatkan kemampuan warga dan bisnis untuk berinteraksi dengan pemerintah.
Bukan hanya mendapatkan atau bertukar informasi, pengguna lengkap transaksi
multi-langkah dalam tahap ini.
3. Tahap selanjutnya, Pemerintah Terpadu, merupakan tingkat baru pembangunan di
mana kompleksitas dalam pemerintahan ditata kembali. Integrasi internal adalah ciri
khas dari tahap ini. Integrasi umumnya terjadi pada kelompok departemen dengan
kebutuhan umum atau set layanan yang sama.
4. Tahap keempat On-demand Pemerintah tidak seperti tiga tahap pertama secara
signifikan. Berikut fokus bergeser internal ke eksternal. Sebuah Pemerintah On-
demand adalah salah satu yang proses bisnis yang mengintegrasikan end-to-end
tidak hanya di seluruh perusahaan, tetapi juga di luar perusahaan dengan mitra
kunci, menunjukkan pentingnya konsep-konsep baru, manajemen sumber daya
informasi (IRM), dan arsitektur enterprise (EA ) sebagai alat untuk IRM. Hasilnya
adalah kemampuan untuk respon yang fleksibel dan cepat belum pernah terjadi
sebelumnya untuk mengubah permintaan pelanggan, atau peluang.
Tiga cara yang berbeda untuk mendefinisikan proses evolusi e-government telah
ditinjau, masing-masing mengambil aplikasi TI dari perspektif yang berbeda. PBB
mengikhtisarkan bagaimana pemerintah mengambil bentuk website, dengan fokus pada
tingkat kecanggihan informasi, pelayanan, dan presentasi. Sementara itu, OECD,
mengadaptasi model Australia, mengartikulasikan definisi dari tahap muncul dari e-
government berdasarkan bagaimana layanan online matang dan format digital dari informasi
yang diberikan. Semakin dekat format adalah untuk berbagi informasi, semakin layanan
berorientasi pelanggan dan e-government yang lebih matang.
Persepsi IBM pada tahap pengembangan e-government yang lebih praktis dalam
arti bahwa ia menargetkan pada janji yang nyata dari e-government. Janji e-government
sepenuhnya menyadari ketika proses bisnis end-to-end yang terintegrasi tidak hanya di
organisasi pemerintah tapi seluruh mitra utama pemerintah seperti pemasok dan pelanggan.
Meskipun perbedaan tahap akhir dari setiap definisi, jaringan (mulus) / berbagi data /

19
permintaan, mengacu pada fenomena yang sama, yang membutuhkan integrasi organisasi
melintasi batas-batas dan berbagi informasi. Unsur ini merupakan inti dari diskusi e-
government.

2.8 Berbagi Informasi dan Portal Pemerintah


Komponen e-government termasuk membangun database administrasi, berbagi
informasi, interchanging dokumen elektronik, membangun jaringan informasi administrasi,
aplikasi layanan on-line, dan pemberian layanan. Komponen-komponen ini ditunjukkan pada
visi e-government. Komponen inti dapat dikurangi ke berbagi informasi dan Portal
pemerintah. Berbagi informasi memungkinkan proses administrasi untuk diintegrasikan,
sehingga pemerintah muncul sebagai satu kesatuan. Warga dapat mengurangi jumlah
perjalanan ke kantor-kantor pemerintah serta sejumlah dokumen verifikasi untuk
menyerahkan saat melamar layanan tertentu. Portal pemerintah adalah satu jendela yang
memungkinkan layanan pemerintah yang akan disajikan secara sistematis mengikuti jenis
tertentu urutan seperti peristiwa kehidupan manusia dan bisnis.
Berbagi informasi merupakan elemen penting dalam implementasi e-government,
memungkinkan re-engineering dan integrasi proses bisnis pemerintah. Sejak tahap awal
implementasi e-government, berbagi di pemerintah informasi telah lama dianggap sebagai
yang paling penting unsur yang mengarah ke e-governmen. Ide dasar dari berbagi informasi
adalah untuk menyimpan informasi. Sebagai contoh, mengakui pentingnya berbagi dalam
melaksanakan inisiatif e-government informasi, Korea telah berpartisipasi dalam proyek e-
government, GOL (Pemerintah On Line) sejak tahun 1996, dengan fokus bunga pada berbagi
informasi. Korea telah menyatakan minatnya untuk memimpin sub-proyek pada berbagi
dalam pertemuan G7 & GOL di Roma (Juni 1996) informasi. Sejak pertemuan G7 & GOL
di Jenewa (Oktober 1996), sub-proyek telah dipimpin oleh Korea untuk menghasilkan
"Berbagi Informasi dan Re-digunakan untuk layanan pemerintah ditingkatkan: Visi, Dunia
Sekali bukan berkali-kali sehingga warga dan bisnis tidak harus diminta oleh
departemen yang berbeda untuk informasi yang sama. Hal ini dapat dicapai hanya ketika ada
infrastruktur interoperable di seluruh pemerintah, sehingga informasi dengan mudah dapat
diakses atau ditukar oleh semua departemen. Isu-isu utama yang berkaitan dengan berbagi
dapat diklasifikasikan sebagai berikut informasi: berbagi infrastruktur informasi, model
informasi terpadu, manajemen sumber daya informasi, program layanan terkait, rekayasa
ulang pelayanan pemerintah, dan perlindungan privasi yang disebabkan oleh berbagi
informasi.

20
RANGKUMAN MATERI
Berbagi informasi ini dimaksudkan untuk mencakup konsep untuk
mengumpulkan informasi pemerintah sekali dari warga dan bisnis sehingga semua
departemen pemerintah dalam satu negara kemudian dapat menggunakan informasi tersebut.
Ini berarti bahwa semua data yang digunakan oleh pemerintah harus dikelola sebagai satu
kesatuan yang koheren, dalam hal definisi, penggunaan, keamanan, pembuangan, dan desain
sistem. Namun, ini tidak berarti bahwa data harus disimpan secara fisik bersama-sama, atau
berada di bawah kepengurusan satu kesatuan. Jika salah satu menemukan sebuah pemerintah
yang efisien dan cacat dari awal itu akan tidak mungkin untuk kotakkan fungsi pemerintah,
sistem, proses, dan data dalam cara yang mereka sedang diselenggarakan. Inisiatif E-
pemerintah mencoba untuk insinyur ulang proses dan sistem saat ini untuk memaksimalkan
efisiensi.
1. Informasi adalah sumber daya penting untuk manajemen yang efisien dari
pemerintah. Hal ini sering terjadi bahwa informasi tentang identifikasi warga
negara diperlukan oleh beberapa lembaga, misalnya untuk tujuan perpajakan dan
pembaruan SIM. Pemerintah bisa lebih efisien jika informasi itu diadakan di satu
tempat sehingga lebih cenderung up-to-date dan benar. Ini akan menjadi kurang
dari beban warga dan bisnis jika, ketika berinteraksi dengan departemen baru untuk
layanan tertentu, mereka hanya harus memberikan informasi tambahan atau
mengkonfirmasi apakah informasi yang telah diadakan benar. Peningkatan
pengelolaan data akan menyebabkan pemerintah yang lebih efektif sebagai kualitas
(lebih dapat diandalkan, up-to-date, dan konsisten) informasi harus mengarah
pada ide-ide yang lebih baik, keputusan lebih cepat, mengurangi penipuan dan
mengurangi biaya perawatan data.
2. Ada banyak masalah yang dapat diidentifikasi dengan gagasan berbagi informasi,
beberapa di antaranya adalah unik untuk masing-masing negara karena undang-
undang, lain yang umum ke berbagai negara. Isu berbagi informasi meliputi
teknologi yang memungkinkan, hukum, dalam pengaturan institusional, dan budaya
organisasi. Dengan bantuan kemajuan pesat di bidang teknologi informasi,
teknologi mendorong berbagi informasi sedang duduk. Pelayanan administrasi satu
atap sedang direalisasikan dengan menghubungkan database yang digunakan untuk
menjadi tugas yang sulit.

21
3. Berbagi informasi tanpa memperhatikan format data, hambatan karena kurangnya
kompatibilitas dan standar menghilang. Realisasi apalagi pada berbagi informasi
lebih mudah dengan bantuan teknologi berbasis web saat ini

LATIHAN/TUGAS/LUARAN
1. Apa saja komponen-komponen pada E-government yang telah berjalandi Provinsi Riau!
2. Jelaskan Apa saja komponen yang harus ada!
3. Apa saja kelebihan dan kelemahan masing-masing komponen tersebut?

22
TATAP MUKA 3

MEDIA PEMBELAJARAN: Modul

JUDUL
1. Model-Model E-GOVERNMENT

TUJUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN :


1. Mampu menjelaskan tentang model-model e-government.
2. Mampu mengetahui pengaruh model-model pada pengembangan e-government pada
pelayan public/masyarakat.
3. Mampu menguasai komponen utama dalam model e-government.

URAIAN MATERI
3.1. Model E-Government
Berbagai literatur mendeskripsikan berbagai pengalaman inisiatif e-government
mengalami kekacauan dan cenderung tidak terkendali, meskipun banyak inisiatif ini di
berbagai tingkat pemerintahan dan konferensi e-government baik dengan pendekatan
akademis dan praktisi. E-government menyajikan sejumlah tantangan bagi administrator
publik. Untuk membantu administrator publik berpikir tentang e-government dan organisasi
yang mereka kelola, bab ini berupaya menjelaskan berbagai tahap pengembangan e-
government dan model 'tahap pertumbuhan' e-government. Berbagai situs/portal pemerintah
dan inisiatif e-government terkait untuk membantu menjelaskan model ini. Tahap ini
menguraikan transformasi multi-perspektif dalam struktur dan fungsi pemerintah karena
membuat transisi kematangan e-government tahap demi tahap. Tantangan teknologi dan
organisasi untuk setiap tahap menjadi landasan dalam deskripsi model ini. Pada saat yang
sama, tulisan ini menggambarkan bagaimana e-government dikombinasikan implementasinya
secara paralel dengan struktur administrasi publik tradisional.
Sebuah model kematangan portal e-government adalah seperangkat tahapan (dari
dasar sampai yang canggih) yang menentukan kematangan dari portal e-government. Manfaat
utama dari model-model kematangan adalah untuk memandu kita didalam menentukan
tingkat kematangan portal e-government. Model kematangan ini juga dapat berfungsi
sebagai panduan untuk membantu lembaga meningkatkan kualitas portal e-government yang
telah mereka bangun dan kembangkan. Concha dkk. (2012) membagi model kematangan e-
government dalam tiga jenis berikut:
1. Model Pemerintah: model-model yang dikembangkan oleh pemerintah, konsultan dan
akademisi untuk membantu lembaga mengidentifikasi dan meningkatkan tingkat
kematangan e-government. Contohnya adalah "Canadian e-Government Capacity
Check" (2009) yang terdiri dari satu set alat untuk mendiagnosis kapasitas yang

23
digunakan untuk menilai kemampuan lembaga-lembaga publik untuk memberikan
layanan elektronik untuk warganya.
2. Model pendekatan holistik: model-model yang dirancang untuk diterapkan dalam proyek
pembangunan pelayanan publik untuk membantu lembaga mengidentifikasi apakah
sebuah proyek e-government akan berhasil atau tidak. Contohnya adalah " Capacity
Assessment Toolkit " (2006) yang merupakan model yang menentukan apakah sebuah
proyek e-government akan berhasil dengan memeriksa kemampuan melalui 180
indikator.
3. Model evolusi kematangan e-government: model-model ini fokus pada evolusi langkah-
langkah berurutan dalam pemanfaatan e-government, misalnya dari belum matang
menjadi lebih matang di dalam pemanfaatan e-government dengan peningkatan kualitas.
Dari perspektif akademis, model kematangan paling terkenal adalah - misalnya - Layne
dan Lee (2001) model dan Andersen dan Henriksen (2006) dll
Berikut deskripsi akan difokuskan pada kategori ketiga yang merupakan evolusi
model kematangan e-government. Tujuannya adalah untuk mengkaji semua model
kematangan yang ada disediakan dalam literatur terkait dengan kategori ini dan mencari tahu
kesamaan, perbedaan, kelemahan dan kekuatannya. Output tersebut akan berguna dalam
membangun model kematangan baru yang berhubungan dengan portal e-government.
Pada bagian ini digambarkan model kematangan e-government berdasarkan
perbandingan beberapa literatur yang tersedia antara lain meliputi model : Layne and Lee
(2001), Andersen and Henriksen (2006), United Nations (2012), Alhomod et al. [7], Hiller
and Belanger (2001), Almazan and Gil-Garcia (2008), Cisco (2007), Gartner group [11],
West (2004), Moon (2002), World Bank (2003), Deloitte and Touche (2000), Howard [16],
Shahkooh et al. (2008), Lee and Kwak (2012), Siau and Long (2005), Wescott (2001),
Chandler and Emanuel (2002), Kim and Grant (2010), Chen et al. (2011), Windley (2002),
Reddick [25], Accenture (2003), the UK National Audit Office (2002), and Netchaeva
(2002).
Dalam rangka untuk lebih memahami e-government dari perspektif yang
berkembang, maka berikut digambarkan sebuah model tahapan kematangan secara
komprehensif untuk implementasi e-government berdasarkan tinjauan literatur dan analisis
konseptual.

24
3.1 Konsep Dasar Model E-government
Berikut digambarkan secara ringkas berbagai model kematangan e-government yang
digagas oleh beberapa pakar dan lembaga.
3.1.1 Model Kematangan Lima Tahap Hiller Dan ASPA (Hiller’s And
ASPA’s Five- Stage Model , 2000)
Argumentasi dari tujuan dari implementasi e-government adalah untuk menyediakan
pelayanan publik berbasis web, Hiller (2001) telah mengusulkan suatu model e-government
yang terdiri dari 5 tahap berikut :
1) Menghadirkan website instansi (Emerging Web Presence). Ini merupakan tingkat
Persiapan berupa pembuatan situs web sebagai media informasi dan komunikasi pada
setiap lembaga serta sosialisasi situs web untuk internal dan publik;
2) Meningkatkan fitur dari website yang dikembangkan (Enhanced Web Presence);
3) Kehadiran website sudah pada tahap interaktif (Interactive Web Presence). merupakan
tingkat Pematangan yang berupa Pembuatan situs web informasi publik yang bersifat
interaktif dan Pembuatan antar muka keterhubungan dengan lembaga lain;
4) Kehadiran website sudah pada tahap dilengkapi dengan fitur transaksi (Transactional
Web Presence). tingkat Pemantapan yang berisi Pembuatan situs web yang bersifat
transaksi pelayanan publik dan Pembuatan interoperabilitas aplikasi dan data dengan
lembaga lain; dan
5) Kehadiran website sudah terintegrasi (Fully Integrated Web Presence, Hiller 2001).
Pada tahap ini adalah tingkat pemanfaatan yang berisi Pembuatan aplikasi untuk
pelayanan yang bersifat Government to Government (G2G), Government to Business
(G2B), Government to Consumers (G2C) yang sudah saling terintegrasi.
Kerangka model e-government juga digagas oleh United Nations (UN) atau
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2012. Model ini dikembangkan berdasarkan
rangking negara-negara anggota PBB. Tahapan didefinisikan sebagai berikut :
1) Emerging Presence. Pada tahap pertama ini website e-government menyediakan
informasi yang statis;
2) Enhanced Presence. Pada tahap kedua ini kehadiran website ditingkatkan menjadi dua
arah walah masih masuk kategori yang sederhana;
3) Transactional Presence; pada tahap ini telah tersedia fitur komunikasi dua arah yang
interaktif dengan masyarakat
4) Connection Service, Pada tahap ini, website lebih proaktif didalam memenuhi
permintaan dan umpan balik dari masyarakat via perangkat web 2.0. Lembaga

25
pemerintah berfoku pada kebutuhan masyarakat dan pelayanan fokus pada kebutuhan
pelanggan.
3.1.2. Model Enam Tahap Deloitte (Deloitte’s Six-Stage Model, 2001)

Keyakinan bahwa tujuan e-government adalah untuk melayani masyarakat sebagai


pelanggan dan untuk membangun hubungan jangka panjang dengan masyarakat atau warga
negara. Model ini digunakan di negara berikut: Australia, Kanada, Selandia Baru, Inggris dan
Amerika Serikat. Para penulis menyimpulkan bahwa mayoritas pemerintah setidaknya dalam
tahap 1. Deloitte (2001) mengusulkan model 6 tahap yang digambarkan sebagai berikut :
1) Diseminasi/publikasi informasi (Information Publishing/Dissemination). Situs Web pada
tahap ini berfungsi sebagai cara statis untuk memberikan informasi;
2) Transaksi dua arah yang resmi (“Official” two-way transaction). Tahap ini memiliki
transaksi dan pertukaran informasi antara warga dan lembaga pemerintah.;
3) Portal serba guna (Multi-purpose portals). e-portal pada tahap ini adalah satu titik masuk
untuk memberikan layanan kepada warga;
4) Personalisasi Portal (Portal personalization). Pada tahap ini, e-portal dapat
dipersonalisasi sesuai dengan kebutuhan warga negara;
5) Pengelompokan layanan umum (Clustering of common services). Pada tahap ini, layanan
dan proses ini terkelompok untuk memberikan layanan terpadu kepada pelanggan. dan
6) Integrasi penuh dan transaksi perusahaan (Full integration and enterprise transaction).
Pada tahap ini, e-portal terintegrasi dan layanan yang dipersonalisasi dengan kebutuhan
pelanggan. .

3.1.3. Model Kematangan Empat Tahap Layne & Lee (Layne & Lee’s Four-Stage
Model, 2001)
Layne dan Lee (2001) mengembangkan model kematangan e-government 4 tahap.
Model ini dikembangkan berdasarkan observasi pada inisiatif e-government di Amerika
Serikat. Berdasarkan teknis, organisasi, dan kelayakan manajerial, Layne & Lee (2001)
dianggap e-government sebagai fenomena evolusi dan mengusulkan sebuah model empat
tahap. Empat tahap yang disebut sebagai:
1) Tahap pertama adalah Katalog (Catalogue). Pada tahap ini kewenangan pemerintah
diwakili oleh kehadiran situs;
2) Pada tahap kedua adalah Transaksi (Transaction). Pada tahap ini masyarakat dapat
melakukan transaksi dengan pemerintah melalui situs yang dikebangkan oleh
pemerintah/pemerintah daerah;
26
3) Pada tahap ketiga adalah Integrasi Vertikal (Vertical integration), dimana pada tahap ini
ruang lingkup integrasi dengan sistem yang lebih tinggi yang memiliki kesamaan atau
kemiripan fungsi dan wilayah hukum; dan
4) Pada tahap keempat merupakan Integrasi Horizontal (Horizontal integration). Sistem
pada tahap ini diintegrasikan ke berbagai ragam kewenangan dan wilayah hukum
pemerintahan. Portal yang dikembangkan untuk melayani masyarakat sudah satu pintu
(One stop Shops for citizen)

3.1.4. Model Lima Tahap Moon (Moon’s Five-Stage Model, 2002)


Moon (2002) memperluas model Layne & Lee’s (2001) dengan menambahkan satu
tahapan baru yang dikenal sebagai partisipasi politik. Moon menguji dan melakukan survey
pada 2000 inisiatif pemerintah kota di Amerika Serikat. Moon menyimpulkan bahwa e-
government diadopsi oleh pemerintah kota tapi umumnya masih berada pada tahap awal.
Lima tahapan model kematangan menurut Moon (2002) yaitu :
1) Pada tahap awal merupakan diseminasi informasi sederhana (Simple information
dissemination/one-way communication). Pada tahap ini pemerintah melakukan publikasi
data dan imformasi yang masih sederhana di website;
2) Pada tahap kedua adalah Komunikasi dua arah (Two-way communication/request and
response). Pada tahap ini tersedia fitur atau menu interaktif antara pemerintah dan para
pemangku kepentingan. Sistem email dan teknologi transfer data juga tersedia pada
tahap ini ;
3) Pada tahap ketiga merupakan Pelayanan dan Transaksi Keuangan/Pembayaran (Service
and financial transaction). Pada tahap ini pengguna dapat mengeksekusi secara mandiri
pelayanan dengan kemungkinan pembayaran secara elektronik;
4) Pada tahap keempat adalah Integrasi Vertikal dan Horizontal (Vertical and horizontal
integration). Pada tahap ini fitur terintegrasi baik secara vertikal maupun secara
horizontal yang akan membantu penggunaan data bersama (sharing) diantara beragam
unit kerja (departemen); dan
5) Pada tahap kelima adalah Partisipasi Politik (Political participation). Pada tahap ini fitur
seperti survey, forum dan voting dilaksanakan secara online. Aktivitas fokus pada hal
yang berkaitan dengan politik.

27
3.1.5. Model Empat Tahap Gartner (Gartner’s Four-Stage Model, 2000)
Gartner Group (Baum and Maio, 2000) mengembangkan Model Empat Tahap yang
meliputi :
1) Kehadiran Website (Web presence). Pada tahap ini, situs web statis dan digunakan
untuk memberikan informasi dasar bagi warga negara;
2) Interaksi (Interaction). Tahap ini, website memiliki alat/failitas untuk interaksi dengan
para pemangku kepentingan seperti mesin pencari, men-download dokumen dan email.;
3) Transaksi (Transaction). Pada tahap ini pengguna dapat melakukan transaksi online
lengkap. Ini termasuk pembayaran seperti pembelian dan penjualan; dan
4) Transformasi (Transformation). Pada tahap ini, proses yang terintegrasi dan personal..

3.2 . Model Tahapan Implementasi E-Government (A Stage Model For E-Government


Implementation)
Ada lima model berbeda karena dikembangkan dari perspektif yang berbeda. Hiller
(2001) model lima tahap dan lima-tahap Model juga menjadi fokus ASPA pada layanan
publik berbasis web; Model enam tahap Deloitte (2001) didasarkan pada perspektif layanan
pelanggan; Layne & Lee (2001) model empat tahap dan Model lima tahap Moon (2002)
dikembangkan berdasarkan pada perspektif umum atau terpadu yang menggabungkan teknis,
organisasi, dan kelayakan manajerial. Model empat tahap Gartner (2000) adalah sederhana
dan ringkas. Namun, seperti model yang diusulkan oleh Layne & Lee (2001), Model empat
tahap Gartner (2000) berbeda pada komponen partisipasi politik dan tidak membahas
perubahan yang mungkin dalam cara pengambilan keputusan yang dibuat dalam
pemerintahan. Kita dapat mensintesis berbagai model dan mengusulkan model e-government
baru yang terdiri dari lima tahap yaitu :
1) Kehadiran Website (Web presence);
2) Interaksi (Interaction);
3) Transaksi (Transaction);
4) Transformasi (Transformation), dan
5) Demokrasi elektronik (E-democracy).
Empat tahap pertama dari model lima tahap yang disajikan diatas memiliki
kemiripan dengan mdel yang digambarkan oleh Gartner (2000). Kemudian ditambahkan
tahap kelima, e-demokrasi, dari model empat tahap Gartner (2000). Beberapa pakar percaya
bahwa e-demokrasi adalah tahap penting dalam mencapai visi e-government. Pada tahap e-
demokrasi, warga dan bisnis secara bertahap akan mengubah cara mereka berinteraksi dengan

28
pemerintah. Menjadi lebih mudah bagi mereka untuk mengekspresikan pendapat mereka, dan
mereka secara aktif berpartisipasi dalam kegiatan politik, seperti jajak pendapat online,
survei, forum diskusi, dan pertemuan secara elektronik (e-meeting).
Beberapa negara maju maupun yang sedang berkembang melaksanakan
pengembangan E-Gov sesuai dengan karakteristik negara masing-masing. Jarang ditemukan
negara-negara tersebut melaksanakan tahapan yang sama. Penelitian Parayno (1999) di
Philipina dan Kang (2000) menunjukkan bahwa ada negara yang mendahulukan perdagangan
(custom) dan e-procurement, ada negara yang memprioritaskan pelayanan pendidikan, ada
yang mendahulukan sektor kesehatan, dan ada pula yang mengutamakan kerjasama regional.
Menurut penelitian Wescot (2001), dari berbagai langkah dan strategi yang
dilaksanakan oleh negara-negara tersebut, secara umum tahapan pelaksanaan E-Gov yang
pada umumnya dipilih, antara lain sebagai berikut: (a) Membangun sistem email dan
jaringan; (b) Meningkatkan kemampuan organisasi dan publik dalam mengakses informasi;
(c) Menciptakan komunikasi dua arah antar pemerintah dan masyarakat; (d) Memulai
pertukaran value antar pemerintah dan masyarakat; dan (e) Menyiapkan portal yang
informatif.
Membangun sistem e-mail dan jaringan biasanya dapat dimulai dengan
menginstalasi suatu aplikasi untuk mendukung fungsi administrasi dasar seperti sistem
penggajian dan data kepegawaian. Meningkatkan kemampuan organisasi dan publik dalam
mengakses informasi bisa dimulai dengan pengaturan workflow yang meliputi file, image,
dokumen dan lain-lain dari satu works station ke work station lainnya dengan menggunakan
manajemen bisnis untuk melaksanakan proses pengkajian, otorisasi¸ data entry, data editing,
dan mekanisme pedelegasian dan pelaksanaan tugas. Sementara itu implementasi
komunikasi dua arah bisa dilaksanakan dengan menginformasikan satu atau lebih email
address, nomor telepon dan facsimile pada website untuk meningkatkan minat dan
kesempatan masyarakat dalam menggunakan pelayanan dan memberikan umpan balik.
Pertukaran value antar pemerintah dan masyarakat memang harus dimulai secepatnya karena
telematika sangat mendukung pelaksanaan pembangunan dan proses interaksi bisnis secara
lebih flexible dan nyaman dimana dimungkinkan terjadinya proses pertukaran value atau tata
nilai dan informasi dengan pihak pemerintah. Pertukaran value yang dimaksud bukan hanya
tata nilai dan budaya, tapi juga secara nyata memulai terjadinya transaksi elektronis, seperti
transfer dana antar rekening bank melalui ATM dan Internet sebagai bagian proses pelayanan
publik. Menyiapkan sebuah portal sebagai ujung tombak pelaksanaan E-Gov diperlukan
untuk mengintegrasikan informasi dan jenis pelayanan dari berbagai organisasi pemerintah

28
sehingga dapat membantu masyarakat dan stakeholder lainnya dalam menjalankan aktivitas
sehari-hari. Portal ini sebisa mungkin haruslah dapat membimbing segenap lapisan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam menjelajah dunia informasi baik
ditingkat Pusat, Provinsi ataupun Kabupaten/Kota.
Portal yang baik biasanya menambahkan links kepada website lainnya dalam
menyempurnakan pelayanan kepada masyarakat, menyediakan box untuk keluhan dan umpan
balik, dan tentu saja juga di update secara berkala. Beberapa konsep E-Gov di berbagai
negara telah memasukkan tahapan demokrasi digital yang memungkinkan
partisipasi masyarakat serta sistem penghitungan suara dilaksanakan melalui
perangkat telematika seperti pemilihan wakil rakyat, pemilihan gubernur dan presiden.
Pemanfaatan E-Government untuk demokrasi membutuhkan waktu dan proses sosialisasi
yang cukup lama untuk meyakinkan penduduk memberikan suaranya melalui sebuah mesin.
Pelaksanaannya di beberapa negara maju sekalipun termasuk di Amerika Serikat sendiri,
banyak mengalami hambatan dan kegagalan. Meski demokrasi digital di Indonesia
tampaknya belum terlalu mendesak untuk dilaksanakan, langkah-langkah persiapan sudah
selayaknya pula di ambil dengan mempertimbangkan tingkat pemanfaatan telematika yang
sudah cukup tinggi pada proses proses PEMILU dan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
tahun 2005, 2009 dan 2014 lalu.

3.3 Model E-Government (Kim, 2003)


Model e-government telah berkembang melalui empat langkah: birokrasi,
manajemen informasi, partisipasi warga, dan pemerintahan. Keragaman dan kedewasaan
sosial adalah faktor yang signifikan untuk meningkatkan e-government. Oleh karena itu E-
government adalah teknologi, melainkan salah satu dari masyarakat, budaya, dan politik.
Berikut adalah empat model e government menurut Kim (2003).
Pertama, model birokrasi memiliki tujuan kebijakan utama yang berfokus pada fungsi
administrasi yang efisien dalam struktur pemerintahan dan sektor individu. Model belum
matang dalam masyarakat sipil, dengan konsekuensi yang sangat rendah keikutsertaan warga
dalam keputusan kebijakan.
Kedua, model manajemen informasi adalah hubungan antara pemerintah dan warga dalam
hal pelayanan publik elektronik. Namun, masih terdapat input yang tidak signifikan terhadap
keputusan kebijakan, karena partisipasi warga negara dalam masyarakat sipil telah melemah.
Ketiga, model partisipasi warga memiliki keterlibatan warga yang positif dan kuat 'dalam
keputusan kebijakan melalui interaksi dua arah. Model mencoba untuk menekankan

29
demokrasi dan transparansi dengan menggunakan teknologi informasi. Namun, ada banyak
layanan yang tersedia melalui aplikasi internet atau teknologi informasi. Dalam model ini,
tingkat masyarakat sipil telah matang.
Keempat, model tata kelola menjelaskan bahwa berbagai kelompok sipil dan warga negara
secara aktif berpartisipasi dalam semua proses pengambilan keputusan kebijakan dan
mengekspresikan pendapat mereka melalui Internet. Semua kegiatan politik dan administrasi
memiliki tempat di bidang e-government. Tentu saja, proses yang demokratis dan transparan
yang kuat telah ditekankan. Beberapa transaksi muncul melalui jejaring antara entitas sosial.
Tidak diragukan lagi, tingkat masyarakat sipil telah sangat matang.
Singkatnya, Gambar 3.1 menyajikan gambaran bagaimana model e-government
telah berevolusi. Ada dua kriteria yang jelas dari keragaman sosial dan masyarakat sipil yang
mewakili perkembangan masyarakat. Berdasarkan empat model ini, situasi kebijakan e-
government yang diprakarsai oleh masing-masing pemerintah dapat dianalisis. Umumnya,
diasumsikan bahwa model birokrasi e-government dan model manajemen informasi e-
government dapat ditemukan di negara-negara maju dan berkembang. Sebaliknya, negara-
negara maju telah berkembang melalui e-government ke dalam model partisipasi masyarakat
dan model pemerintahan. Model ini dan asumsi perlu menjalani pemeriksaan lebih lanjut
melalui studi empiris internasional.

Gambar 3.1 Model E-government (Kim, 2003)

30
Empat model disajikan pada Tabel 3.1 berikut. Dalam model, harus difahami bahwa
evolusi model e-government sangat terkait dengan tingkat variasi dan kematangan
masyarakat sipil. Proses masyarakat itu sendiri, sebagai lingkungan yang sangat penting dari
proses pemerintahan, tidak bisa dihindari. Selain itu, tingkat masyarakat sipil telah mengubah
tiga hubungan antara pemerintah, bisnis, dan warga negara. Harus diakui bahwa tingkat
masyarakat sipil telah memainkan peran penting dalam pengembangan sistem pemerintahan
yang lebih demokratis dan transparan. Tentu ini berlaku untuk evolusi e-government. Hal ini
juga terkait dengan ideologi administrasi mulai dari efisiensi untuk demokrasi, yang secara
alami memerlukan pemeriksaan bagaimana kebijakan utama e-government telah merespon
perubahan pembangunan masyarakat.

Tabel 3.1
Model dari E-Governement
Tingkat
Kriteria Model Daerah Ideologi Partisipasi Masyarakat
Sipil
Organisasi Efisiensi di Sangat rendah Sangat Rendah
Model Birokrasi birokrasi dan dalam
pegawai negeri pemerintah
Pemerintah Hubungan yang Rendah Rendah
untuk warga efisien antara
Model Manajemen
mengenai warga dan
informasi
pegawai negeri pemerintah
terbatas
Partisipasi Partisipasi Menengah tetapi Kuat
masyarakat masyarakat dan interaksi dua
Model Partisipasi untuk semua demokrasi dan arah
Warga layanan transparansi
pemerintah pada yang lemah
dua interaksi
Semua Demokrasi dan Kuat Sangat Kuat
partisipasi dan transparansi
Model Tata Kelola
partisipasi yang kuat
demokrasi
Suumber (Kim, 2003

Model e-government telah tercermin antara tiga hubungan dalam hal pengembangan
masyarakat: pemerintahan-ke-pemerintahan, pemerintahan-ke-bisnis, dan pemerintah-untuk-

31
warga. Gambar 2 menunjukkan tiga para stakeholder dalam proses administrasi: pemerintah,
bisnis, dan warga negara (Kim, 2003; UNDESA, 2003).

G2G

Pemerintah Pemerintah

C2G B2G
Partisipasi Membuat Biaya Transaksi
Keputusan Meningkatkan Efisiensi Pengelolaan

C2G Kebijakan yang baik Sumber Daya

Layanan Public G2B Peraturan, Pajak dan Bantuan


Warga Warga Bisnis Bisnis

Gambar 3.2 : Hubungan antara Bisnis, Pemerintah dan Warga Negara


Pemerintah-ke-pemerintahan: Sebagai masyarakat menjadi lebih bervariasi dan kompleks,
peran pemerintah juga telah berubah. Kerja antar pemerintah dan koordinasi kebijakan
ditekankan. Berbagi informasi antar kementerian dan lembaga antar pemerintah merupakan
kunci yang sangat penting untuk mengkoordinasikan kebijakan dan proyek. Hubungan antara
pemerintah menekankan koordinasi dan kolaborasi bukan pada perebutan kekuasaan dengan
kementerian lainnya. Hal ini juga mengurangi biaya transaksi dan meningkatkan akurasi dan
efisiensi dalam proses administrasi. Oleh karena itu, jelas memberikan kontribusi untuk
peningkatan produktivitas administrasi dan pengambilan keputusan yang lebih baik.
Pemerintah-ke-bisnis: Pemerintahan tradisional telah dialamatkan kegagalan pasar.
Pemerintah telah mengatur dan intervensi di pasar dan bisnis dunia. Fokus pekerjaan tersebut
pada "penguasa" bukan pada "melayani" perusahaan pasar dan bisnis dan industri. Namun,
pengembangan sektor swasta telah lebih penting ketika berhubungan dengan kesejahteraan
warga. Hubungan antara pemerintah dan bisnis yang berubah dan lebih fokus pada isu-isu
deregulasi dan efisiensi pelayanan publik bukan pada birokrasi. Sekarang, peran pemerintah
adalah untuk memberikan pelayanan publik yang lebih baik di mana industri dan perusahaan
dapat melakukan transisi bisnis mereka harmonis dan nyaman. Dengan menggunakan
teknologi informasi, pemerintahan dapat mengurangi biaya transaksi.
Pemerintah-ke-masyarakat: Hubungan ini telah terus-menerus berubah selama masyarakat
telah berkembang. Dalam hal hubungan ini, demokrasi dan transparansi telah diprioritaskan.

32
Pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah telah bervariasi sesuai dengan permintaan
dari warga dan peran dan ruang lingkup pemerintah karena itu telah dimodifikasi.
Berdasarkan tren ini, pemerintah mulai menyediakan layanan berorientasi klien untuk umum
dengan berbagai pilihan dan layanan yang disesuaikan. Sementara itu, karena pendidikan
tinggi dan media massa canggih, kapasitas warga ditingkatkan dan dikembangkan, yang
meningkatkan tingkat partisipasi warga

3.4. Model Interaksi Pada Implementasi E-Government


Banyak lembaga pemerintah telah memanfaatkan revolusi dijital dan menyediakan
berbagai layanan pemerintah dan layanan informasi publik secara online untuk para
stakeholder e-government. Stakeholder tersebut meliputi: Masyarakat, Kalangan bisnis,
Pegawai pemerintah, Lembaga, departemen, dan kementerian pemerintah, Pemimpin
perserikatan, Pemimpin masyarakat, organisasi nirlaba, Politikus, Investor Asing, dan lain-
lain
E-Government memiliki dua tipe kemitraan: 1) Kemitraan internal dan Kemitraan
antara cabang-cabang pemerintahan (eksekutif, legislatif, dan yudikatif). 2) Kemitraan
Eksternal Merujuk kepada hubungan antara pemerintah dengan masyarakat dan kalangan
bisnis
Model e-Government berdasarkan Jenis Interaksi Antar Stakeholder. Ada 8 Model
atau Jenis e-Government:
1. Pemerintah ke masyarakat (G2C) => Penyampaian layanan publik dan informasi
satu arah oleh pemerintah ke masyarakat;
2. Masyarakat ke pemerintah (C2G) => Memungkinkan pertukaran informasi dan
komunikasi antara masyarakat dan pemerintah.
3. Pemerintah ke bisnis (G2B) => transaksi-transaksielektronik dimana pemerintah
menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan bagi kalangan bisnis untuk
bertransaksi dengan pemerintah.Contoh: sistem e-procurement
4. Bisnis ke pemerintah (B2G) => Mengarah kepada pemasaran produk dan jasa ke
pemerintah untuk membantu pemerintah menjadi lebih efisien; peningkatan proses
bisnis dan manajemen data elektronik. Sistem e-procurement adalah contoh
aplikasi yang memfasilitasi baik interaksi G2B maupun B2G.
5. Pemerintah ke pegawai (G2E) => Terdiri dari inisiatif-inisiatif yang memfasilitasi
manajemen pelayanan dan komunikasi internal dengan pegawai pemerintahan.

33
6. Pemerintah ke pemerintah (G2G) => Memungkinkan komunikasi dan pertukaran
informasi onlineantar departemen atau lembaga pemerintahan melalui basisdata
terintegrasisehingga berdampak pada efisiensi dan efektivitas.
7. Pemerintah ke organisasi nirlaba (G2N) => Pemerintah menyediakan informasi
bagi organisasi nirlaba, partai politik, atau organisasi sosial.
8. Organisasi nirlaba ke pemerintah (N2G) => Memungkinkan pertukaran informasi
dan komunikasi antara pemerintah dan organisasi nirlaba, partai politik dan
organisasi sosial.

Jika Model e-Government berdasarkan Jenis Interaksi Antar Stakeholder tersebut


digambarkan maka model interaksinya sebagai berikut :

Gambar 3.3 Model e-Government berdasarkan Jenis Interaksi Antar Stakeholder

3.5. Model E-Government Indonesia


1. G2C (Government to Citizens)
Merupakan aplikasi e-Government yang paling umum, yaitu dimana pemerintah
membangun dan menerapkan berbagai portofolio teknologi informasi dengan tujuan utama
untuk memperbaiki hubungan interaksi dengan masyarakat (rakyat). Dengan kata lain, tujuan
utama dari dibangunnya aplikasi e-Government bertipe G-to-C adalah untuk mendekatkan
pemerintah dengan rakyatnya melalui kanal-kanal akses yang beragam agar masyarakat dapat

34
dengan mudah menjangkau pemerintahnya untuk pemenuhan berbagai kebutuhan pelayanan
sehari-hari. Contoh aplikasinya adalah sebagai berikut:

Kepolisian membangun dan menawarkan jasa pelayanan perpanjangan Surat Ijin


Mengemudi (SIM) atau Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) melalui internet dengan
maksud untuk mendekatkan aparat administrasi kepolisian dengan komunitas para
pemilik kendaraan bermotor dan para pengemudi, sehingga yang bersangkutan tidak
harus bersusah payah datang ke Komdak dan antre untuk memperoleh pelayanan;
Kementerian Agama membuka situs pendaftaran bagi mereka yang berniat untuk
melangsungkan ibadah haji di tahun-tahun tertentu sehingga pemerintah dapat
mempersiapkan kuota haji dan bentuk pelayanan perjalanan yang sesuai
Bagi masyarakat yang memiliki keahlian tertentu dan berniat untuk mencari pekerjaan di
luar negeri (menjadi Tenaga Kerja Indonesia), maka yang bersangkutan dapat dengan
mudah mendaftarkan diri dari Warnet (Warung Internet) terdekat ke Departemen Tenaga
Kerja secara gratis); dan lain sebagainya.

2. G2B (Government to Business)


Salah satu tugas utama dari sebuah pemerintahan adalah membentuk sebuah
lingkungan bisnis yang kondusif agar roda perekenomian sebuah negara dapat berjalan
sebagaimana mestinya. Dalam melakukan aktivitas sehari-harinya, entiti bisnis semacam
perusahaan swasta membutuhkan banyak sekali data dan informasi yang dimiliki oleh
pemerintah. Disamping itu, yang bersangkutan juga harus berinteraksi dengan berbagai
lembaga kenegaraan karena berkaitan dengan hak dan kewajiban organisasinya sebagai
sebuah entiti berorientasi profit. Diperlukannya relasi yang baik antara pemerintah dengan
kalangan bisnis tidak saja bertujuan untuk memperlancar para praktisi bisnis dalam
menjalankan roda perusahaannya, namun lebih jauh lagi banyak hal yang dapat
menguntungkan pemerintah jika terjadi relasi interaksi yang baik dan efektif dengan industri
swasta. Contoh aplikasinya adalah:

Para perusahaan wajib pajak dapat dengan mudah menjalankan aplikasi berbasi web untuk
menghitung besarnya pajak yang harus dibayarkan ke pemerintah dan melakukan
pembayaran melalui internet
Proses tender proyek-proyek pemerintahan yang melibatkan sejumlah pihak swasta dapat
dilakukan melalui website (sehingga menghemat biaya transportasi dan komunikasi),
mulai dari proses pengambilan dan pembelian formulir tender, pengambilan formulir

35
informasi TOR (Term of Reference), sampai dengan mekanisme pelaksanaan tender itu
sendiri yang berakhir dengan pengumuman pemenang tender.

3. G2G (Government to Governments)


Di era globalisasi ini terlihat jelas adanya kebutuhan bagi negara-negara untuk saling
berkomunikasi secara lebih intens dari hari ke hari. Kebutuhan untuk berinteraksi antar satu
pemerintah dengan pemerintah setiap harinya tidak hanya berkisar pada hal-hal yang berbau
diplomasi semata, namun lebih jauh lagi untuk memperlancar kerjasama antar negara dan
kerjasama antar entiti-entiti negara (masyarakat, industri, perusahaan, dan lain-lain) dalam
melakukan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi perdagangan, proses-proses politik,
mekanisme hubungan sosial dan budaya, dan lain sebagainya. Berbagai penerapan e-
Government bertipe G-to-G ini yang telah dikenal luas antara lain: Hubungan administrasi
antara kantor-kantor pemerintah setempat dengan sejumlah kedutaan-kedutaan besar atau
konsulat jenderal untuk membantu penyediaan data dan informasi akurat yang dibutuhkan
oleh para warga negara asing yang sedang berada di tanah air.

4. G2E (Government to Employees)


Pada akhirnya, aplikasi e-Government juga diperuntukkan untuk meningkatkan
kinerja dan kesejahteraan para pegawai negeri atau karyawan pemerintahan yang bekerja di
sejumlah institusi sebagai pelayan masyarakat. Contoh aplikasinya adalah:
Sistem pengembangan karir pegawai pemerintah yang selain bertujuan untuk meyakinkan
adanya perbaikan kualitas sumber daya manusia, diperlukan juga sebagai penunjang
proses mutasi, rotasi, demosi, dan promosi seluruh karyawan pemerintahan,
Sistem asuransi kesehatan dan pendidikan bagi para pegawai pemerintahan yang telah
terintegrasi dengan lembaga-lembaga kesehatan (rumah sakit, poliklinik, apotik, dan lain
sebagainya) dan institusi-institusi pendidikan (sekolah, perguruan tinggi, kejuruan, dan
lain-lain) untuk menjamin tingkat kesejahteraan karyawan beserta keluarganya.

36
TATAP MUKA 4

MEDIA PEMBELAJARAN: Modul

JUDUL
4. POTENSIAL E-GOVERNMENT BAGI STAKEHOLDER

TUJUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN :


1. Mampu menjelaskan tentang potensi e-overnment.
2. Mampu mengetahui pengaruh dari potensi open government bagi stakeholder.
3. Mampu menguasai petensi-potensi yang ada dalam sistem e-government.

URAIAN MATERI

4.1. Manfaat Potensial E-Government Bagi Stakeholder

Ada tiga stakeholder yang secara luas akan dipengaruhi oleh diterapkannya e-
government yaitu masyaratkan/warga, pelaku bisnis yang mengakses layanan, lembaga yang
memberikan layanan dan para staf. Dampak positif ini tentu dapat dianggap sebagai suatu
keuntungan.
E-government membantu dalam mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh
masyarakat/warga dan pelaku bisnis untuk memperoleh layanan dari instansi pemerintah.
Warga masyarakat hanya menghabiskan sedikit usaha untuk mencari tahu bagaimana layanan
dapat diperoleh karena informasi tersebut tersedia di situs web (aturan penerbitan dan
prosedur). Layanan dapat diakses dari rumah / kantor atau dikirim ke pusat lokasi layanan.
Warga masyarakat memiliki dokumentasi yang lebih baik untuk tindak lanjutnya. Waktu
proses yang cepat mengurangi total waktu transaksi dan mengurangi waktu tunggu. Ini juga
melibatkan lebih sedikit kunjungan ke pusat-pusat layanan pemerintah. Meningkatkan
layanan ke wargamasyarakat membantu meningkatkan produktivitas dengan mengurangi
waktu yang terbuang diperjalanan, berdiri di antrian dan mencari informasi.
Dalam kerangka waktu jangka panjang, e-government dapat menggeser
keseimbangan kekuasaan antara penyedia layanan dan yang dilayani. Di banyak negara, e-
government telah membuat pemerintah lebih berorientasi pada layanan warga negara.
Beberapa portal mengatur informasi dan layanan sesuai dengan kebutuhan klien (SINGOV
online) dan tidak sesuai dengan struktur departemen pemerintah. E-aplikasi memungkinkan
partisipasi yang lebih besar dari warga yang mengarah ke pemberdayaan masyarakat. Sebagai
contoh, tersedianya layanan pengaduan untuk memudahkan atau memperkuat umpan balik
37
pada layanan. Pengumpulan data statistik memperlihatkan bahwa kinerja dalam pelayanan
juga menjadi mudah.
Secara jelas dua negara besar yang terdepan dalam mengimplementasikan konsep e-
Government, yaitu Amerika dan Inggris melalui Al Gore dan Tony Blair, telah secara jelas
dan terperinci menggambarkan manfaat yang diperoleh dengan diterapkannya konsep e-
Governmnet bagi suatu negara, antara lain:
- Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para stakeholder-nya (masyarakat,
kalangan bisnis, dan industri) terutama dalam hal kinerja efektivitas dan efisiensi di
berbagai bidang kehidupan bernegara.
- Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan
dalam rangka penerapan konsep Good Corporate Governance. Mengurangi secara
signifikan total biaya administrasi, relasi, dan interaksi yang dikeluarkan pemerintah
maupun stakeholdernya untuk keperluan aktivitas sehari-hari.
- Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan sumber-sumber pendapatan
baru melalui interaksinya dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Menciptakan suatu
lingkungan masyarakat baru yang dapat secara cepat dan tepat menjawab berbagai
permasalahan yang dihadapi sejalan dengan berbagai perubahan global dan trend yang
ada.
- Pemberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra pemerintah dalam proses
pengambilan berbagai kebijakan publik secara merata dan demokratis.
Departemen/lembaga pemerintah yang menerapkan e-government mungkin dapat
mengumpulkan lebih banyak pajak, mencegah penipuan, mengurangi biaya dan mampu
mengatasinya dengan pertumbuhan transaksi. Dengan mengotomatisasi pekerjaan
administratif rutin, waktu staf dapat dialihkan untuk tugas-tugas lain yang lebih substantif.
Karyawan bisa mendapatkan informasi yang lebih baik untuk pemantauan dan pengambilan
keputusan. (Tabel 3.1) daftar berbagai manfaat bagi para pemangku kepentingan yang
berbeda yang ditargetkan oleh desainer aplikasi e-government. Hal ini penting untuk
memahami kondisi di mana manfaat potensial benar-benar dapat diwujudkan. Realisasi
manfaat akan tergantung pada cara di mana aplikasi yang dirancang, cara layanan
disampaikan dan sejauh mana proses dasar yang direformasi. Bab ini menyoroti contoh di
mana manfaat e-government telah disampaikan konkret untuk warga masyarakat, bisnis dan
lembaga pelaksana. Kondisi yang diperlukan yang dapat meningkatkan realisasi manfaat
yang akan dibahas. Bagian selanjutnya menyajikan hasil studi sistematis yang mengukur

38
dampak dari E-government dari sudut pandang pengguna dalam hal biaya akses dan kualitas
pelayanan.
Sebagaimana disebutkan pada tabel 4.1 tersebut bahwa beberapa manfaat dari E-
Government, yang dapat dirasakan oleh masyarakat diantaranya sebagai berikut :
Memberikan layanan yang lebih baik pada masyarakat. Informasi dari pemerintah dapat
disediakan 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu tanpa harus menunggu dibukanya
kantor pemerintah. Informasi dari pemerintah dapat dicari dan diperoleh dari kantor,
rumah tanpa harus secara fisik harus datang ke kantor pemerintah.
Tabel 4.1 Manfaat Potensial Melalui Aplikasi E-Government

39
Pemberdayaan masyarakat dilaksanakan melalui informasi yang mudah diperoleh.
Adanya informasi yang mencukupi, maka masyarakat akan belajar untuk menentukan
pilihannya di dalam mendapatkan suatu informasi yang diperlukan. Membuat mudah bagi
setiap warga negara memperoleh pelayanan dan interaksi dengan pemerintahnya,
memperbaiki efisien dan efektivitas dan memperbaiki tanggapan/tanggungjawab sistem
pemerintahan kepada warga negaranya
Adanya E-Government diharapkan pelaksaan pemerintah akan berjalan lebih efisien
karena koordinasi pemerintah dapat dilakukan melalui pemanfaatan teknologi informasi.
Untuk dapat mengembangkan e-Governmet dengan baik diperlukan front office dan back
office yang mampu memberikan layanan pada masyarakat di setiap kantor pemerintah..
Selanjutnya akan memberikan value, seperti : penyederhanaan pelayanan, menghilangkan
lapisan-lapisan pelayanan, memungkinkan semua warga negara memperoleh informasi dan
pelayanan lebih mudah, meringkas transaksi melalui integrasi sistem pemerintahan dan
aliran operasional sistem pemerintahan dapat dilakukan lebih cepat. Meningkatkan kualitas
pelayanan kepada masyarakat, memperbaiki proses keterbukaan dan akuntabilitas di
lingkungan pemerintahan, mereduksi biaya transaksi, terjadi komunikasi dan interaksi pada
proses pemerintahan dan menciptakan masyarakat berbasis komunitas informasi yang lebih
berkualitas. Pemerintah tidak tertutup dengan warga negara karena tersedianya akses
informasi, pelayanan yang modern, antar lembaga pemerintah dapat berkomunikasi dan kerja
lebih efisien dan efektif serta memungkinkan meningkatkan pendapatan dari pajak.
Berikut digambarkan beberapa manfaat e-government yang berasal dari studi dan
kajianyang dilakukan diberapa negara terutama India sebagai negara berkembang yang juga
berupaya mendapatkan manfaat dari penerapan e-government di negaranya.

4.1 Manfaat Bagi Masyarakat: Hasil Studi Analisis Mengenai Dampak


Banyak proyek dari berbagai negara yang melaporkan waktu yang lebih pendek
untuk menyelesaikan transaksi dari aplikasi untuk pengiriman akhir dari dokumen (lihat
Tabel 3.2). Keuntungan ini berasal dari berkurangnya sejumlah langkah yang terlibat,
membuat setiap langkah yang lebih efisien dan mengurangi jumlah instansi yang perlu
dilibatkan pada sejumlah aktivitas yang perlu dikonsultasikan.
Studi penilaian dampak terhadap warga masyarakat dari 36 proyek e-government di
12 negara bagian di India, dengan fokus pada tiga layanan yang diberikan kepada warga
masyarakat, isu salinan catatan tanah, pendaftaran properti dan isu SIM (DIT 2008),

40
perbaikan laporan di nomor indikator yang menentukan biaya mengakses layanan. Studi ini
melibatkan 11 lembaga riset pasar. Setiap instansi ditugaskan tiga proyek dalam kondisi
tertentu di mana mereka yang disurvei hampir 800 warga masyarakat yang dilayani pada 16
poin pelayanan untuk setiap proyek. Survei berupaya mengeksplor pengalaman
menggunakan layanan yang disampaikan secara manual dan komputerisasi untuk setiap
layanan.
Hasil studi menunjukkan bahwa keadaan buruk dari pelayanan dalam sistem
manual yang ada di semua tiga jenis proyek. Pengguna perlu membuat rata-rata 3-4
perjalanan ke kantor-kantor pemerintah (hingga delapan perjalanan dalam beberapa kasus),
menunggu selama dua jam atau lebih (hingga enam jam dalam beberapa kasus) di setiap
perjalanan dan membayar sering suap (20- 50 persen dari seluruh transaksi) untuk
mendapatkan layanan. Bahkan dalam layanan sederhana, seperti isu salinan catatan tanah,
waktu (pengajuan aplikasi untuk penerimaan dokumen) rata-rata lima hari. Untuk
pendaftaran properti dan lismudinsi mengen, rata-rata waktu (lebih dari 12 negara) adalah
masing-masing 33 dan 23 hari. Di beberapa negara, waktu bisa sampai mencapai 2-3 bulan.
Kebutuhan untuk mereformasi sistem penyampaian layanan diragukan lagi.
Pertanyaannya adalah apakah e-government dapat membantu membuat sistem layanan yang
lebih ramah kepada masyarakat. Tabel 4.2 berikut menyajikan perbandingan rata-rata jumlah
perjalanan yang dibuat oleh pengguna di negara-negara yang berbeda untuk memperoleh
layanan yang berbeda dalam sistem manual dan sistem komputerisasi. Warga dikenakan
biaya perjalanan dan waktu berharga yang terbuang karena sering pergi ke kantor-kantor
pemerintah untuk menyelesaikan transaksi layanan.
Dalam sistem manual, di sebagian besar negara, 2-3 perjalanan yang diperlukan
untuk mendapatkan Salinan Hak Milik (Record of Right /RoR) yang diterbitkan oleh
lembaga agraria. Di tiga negara, lebih dari tiga perjalanan yang diperlukan dan bahkan dalam
satu diaedang mengurus hal tersebut bisa memerlukan enam perjalanan untuk mendapatkan
Salinan Hak Milik tersebut (RoR). Hanya dua negara bagian saja yang melakukannya
melakukannya dalam waktu kurang dari dua kali pengurusan (perjalanan). Komputerisasi
tampaknya telah membantu banyak, mengurangi 1,15 perjalanan dari rata-rata 3,16
perjalanan yang dilakukan dalam sistem manual. Bahkan, di lima dari 10 negara bagian di
India, jumlah perjalanan setelah komputerisasi rata-rata 1,2. Mengingat bahwa setidaknya
satu perjalanan ke pusat layanan diperlukan, di lima negara tersebut, kondisi ideal telah
tercapai.
41
Tabel 4.2:
Contoh Pengurangan Waktu Pelayanan Sebagai Dampak Penerapan E-Government

Negara Jenis Aplikasi Jumlah Hari yang Jumlah Hari yang


E-government dibutuhkan untuk dibutuhkan untuk
proses pelayanan proses pelayanan
(Sebelum Mengguna- (Sesudah Mengguna-
kan aplikasi kan aplikasi
E-government) E-government)

Brazil 29 Dokumen Beberapa hari 20–30 menit per


Pendaftaran documen, 1 hari pada
perizinan Bisnis
Chile Pajak Online 25 hari 12 Jam
China Aplikai Online bagi 2–3 bulan pada 10–15 hari bagi
32 layanan bisnis perizinan bisnis, Be- perizinan bisnis,
berapa kali kunjungan Beberapa detik bagi
ke beberapa kantor pengarsipan rutin pada
untuk pendokumen- perusahaan
tasian/ arsip.
India—11 Pendaftaran 33 hari 13 hari
Negara Bagian Properti
India—5 Mutasi pencatatan 73 hari 40 hari
Negara Bagian tanah
India—12 Issue Lisensi 23 hari 15 hari
Negara Bagian Mengemudi
India Pendaftaran 15 hari 1–5 hari
Perusahaan baru
Gujarat, India Inter-state 30 menit 2 menit
checkposts for
trucks
Jamaica Pabean/Bea Cukai 2–3 hari melalui calo 3–4 Jam
online Untuk proses penginpu-
tan data
Philippines Bea Cukai online 8 hari untuk rilis chargo 4 jam –2 hari
Untuk merilis chargo
Singapore Issue penilaian 12–18 bulan 3–5 bulan
pajak
Sumber : Bhatnagar 2009

Di sisi lain, di Orissa dan Madhya Pradesh (MP), pengguna perlu 3-4 perjalanan
untuk mengumpulkan sebuah RoR bahkan setelah komputerisasi. Di MP rata-rata jumlah
perjalanan malah naik setelah komputerisasi. Negara-negara ini harus menjadi fokus studi
lebih lanjut terkait alasan tersebut dan berusaha untuk mengurangi jumlah perjalanan sekitar
satu. Biaya setiap perjalanan rata-rata sekitar Rs 20. Biaya ini dapat dihemat jika informasi

42
kelengkapan dan kekeliruan dapat diterbitkan atau diperoleh di kios internet yang terletak
dekat dengan desa-desa di mana pengguna berada. Pada pendaftaran properti scara manual,
pengguna di tujuh negara memerlukan 4-6 perjalanan untuk menyelesaikan transaksi. Hanya
di tiga negara transaksi bisa dilakukan dalam 2-3 perjalanan. Setelah komputerisasi, rata-rata
jumlah perjalanan di seluruh negara telah turun sebesar 1,16 dari 4,02 pada sistem manual.
Dalam delapan (dari 11) menyatakan, transaksi dapat dilakukan dalam hampir dua
hari. Orissa, Gujarat dan Haryana membutuhkan 3-4 perjalanan bahkan setelah
komputerisasi. Dalam edisi manual SIM di sembilan (dari 12) menyatakan, hampir tiga
perjalanan yang diperlukan untuk mendapatkan layanan. Di Haryana, tujuh perjalanan yang
diperlukan untuk mendapatkan layanan. Dengan komputerisasi, satu kurang perjalanan perlu
dibuat. Di delapan negara, pekerjaan dapat diselesaikan dalam dua perjalanan sementara di
tiga negara, perlu hampir tiga perjalanan.
Studi ini menunjukkan bahwa hampir dalam kondisi apapun, bergerak dari manual
ke komputerisasi pengiriman di kantor departemen, dapat ditebang satu perjalanan bagi
pengguna. Biaya perjalanan kira-kira Rs 20-30. Itu harus mungkin untuk menyelesaikan
transaksi dalam satu perjalanan dalam transportasi dan properti pendaftaran bahkan ketika
dokumen kertas perlu disampaikan. Jika lengkap layanan pengiriman dokumen, pembayaran
dan pengiriman dokumen (dengan kurir dalam kasus dokumen kertas / plastik) -tidak dibuat
tersedia secara online, lebih, jika diakses dari rumah pengguna ', maka tidak ada perjalanan
akan diperlukan.
Secara keseluruhan, di ketiga jenis layanan, telah ada beberapa perbaikan di
berbagai tingkat layanan indikator yang diukur (lihat Tabel 3.3). Waktu tunggu telah
dikurangi 20-40 persen. Pengurangan waktu berlalu antara aplikasi untuk layanan dan
pengiriman akhir (misalnya, dokumen yang disampaikan) penting dari sudut pandang klien.
Pengiriman RoR adalah segera di sebagian besar negara. Dalam kasus pendaftaran properti,
komputerisasi telah secara signifikan mengurangi waktu yang telah berlalu dari rata-rata (di
semua negara) dari 33 hari menjadi 13 hari, yang merupakan penurunan 60 persen. Dalam
transportasi, dampaknya jauh lebih kecil dan di empat negara, waktu berlalu adalah satu
bulan atau lebih bahkan setelah komputerisasi.
Sebagian besar prinsip-prinsip rekayasa ulang sederhana seperti penyederhanaan dan
rasionalisasi dari bentuk, menempatkan di tempat janji dan manajemen antrian sistem, pasca-
pemeriksaan bukan preinspection, alur kerja otomatis menegakkan pertama datang-pertama-
melayani disiplin, mendokumentasikan pengajuan aplikasi dan alasan dalam hal permohonan
43
ditolak, jangan memiliki dampak yang signifikan pada jumlah perjalanan, waktu dan suap
menunggu. Namun, dalam banyak proyek, reformasi proses yang sederhana tersebut tidak
dilakukan.

4.2 Manfaat untuk Bisnis: Hasil dari sebuah studi Analisis Mengenai Dampak.
Ada beberapa daerah di mana e-government dapat memiliki dampak ekonomi yang
potensial. E-government dapat meningkatkan daya saing bangsa dengan mengurangi biaya
pengaturan dan operasi perusahaan. Biaya mendirikan suatu perusahaan dapat dikurangi
dengan membuat proses pendaftaran usaha, isu berbagai lisensi dan penyediaan layanan
cepat, efisien dan bebas korupsi. Korupsi menambahkan secara signifikan terhadap biaya
melakukan bisnis dan setiap penurunan korupsi dapat membuat industri lebih kompetitif.
Melalui penyederhanaan aturan dan prosedur pemerintah dan dengan meningkatkan
transparansi dalam pelaksanaannya, pemerintah dapat mengurangi beberapa jumlah
ketidakpastian bagi investor.

4.3 Manfaat untuk Aplikasi Lembaga Pelaksana E-Government


E-government dapat membuat dampak yang signifikan pada keuangan pemerintah.
Kebocoran pendapatan pemerintah dapat dipasang dengan membuat layanan pengumpulan
pajak yang efisien (insentif bagi wajib pajak untuk memenuhi), menyediakan alat untuk
meningkatkan audit kemungkinan mangkir dan penghindar dan mengurangi kolusi antara
wajib pajak dan agen penagihan dengan meminimalkan peluang untuk korupsi. Investasi
dalam teknologi dan biaya operasi untuk pengiriman layanan dapat diteruskan kepada mitra
swasta yang dapat memulihkan biaya melalui biaya layanan. E-government juga dapat
membantu pemerintah dalam pengendalian pengeluaran dalam berbagai cara. Pengiriman
transparan dan efisien layanan yang berhubungan dengan kegiatan ekonomi dapat
merangsang pertumbuhan produksi dengan memperbaiki struktur insentif. Misalnya, sistem
pembayaran yang adil untuk pengadaan susu dan peternakan menghasilkan di daerah
pedesaan, penghapusan perantara dari proses pengadaan dapat memberikan insentif untuk
meningkatkan investasi dalam sumber daya produktif dan meningkatkan hasil (Chakravarty
2000).

44
A. Pengurangan Biaya Dalam Penyampaian Layanan
Motivasi untuk memperkenalkan E-government di negara-negara industri adalah
untuk menghemat biaya karyawan yang tinggi. Upaya memasukkan data dalam catatan
digeser dari karyawan untuk pengguna dalam aplikasi e-governance dan bekerja untuk
keuntungan kedua belah pihak. Tabungan tersebut dapat bertambah dalam jangka panjang
ketika layanan yang disampaikan melalui portal dapat menggenjot produksinya untuk
menutupi sebagian besar penduduk. Misalnya, sistem pajak penghasilan Singapura telah
mampu untuk memotong biaya tenaga kerja bahkan di tahun ke-20 operasi (lihat Kasus 10.1).
Bahkan di negara-negara maju, di mana penetrasi internet yang tinggi, proporsi warga
menggunakan portal untuk layanan rendah ketika aplikasi yang diluncurkan. Dalam
kebanyakan kasus, E-government menjadi saluran tambahan untuk menawarkan layanan.
Sampai proporsi ini mencapai tingkat ketika ada beberapa potong kembali jumlah karyawan
yang dipekerjakan dalam memberikan layanan melalui saluran departemen tradisional atau
telepon, akan ada sedikit pengurangan biaya. Bahkan, awalnya, biaya akan naik karena
investasi dalam mengatur pengiriman elektronik. Di negara-negara maju, privasi dan masalah
keamanan tampaknya akan memegang warga kembali. Di negara-negara berkembang,
penetrasi internet sangat rendah. Bahkan di daerah perkotaan, di mana ini adalah tinggi, ada
preferensi untuk menggunakan besar pusat layanan.
Tabel 4.3
Persentase Pertumbuhan pada Transaksi dan Pendapatan Pajak di India
Bhoomi
Indikator KAVERI CARD e-Seva AMC
RTC Mutasi
Pendapatan Pajak NA NA 28,7 24,0 NA 44,7
Jumlah Transaksi 22,2 87,8 10,6 16,8 87,7 38,0
Sumber : Bhatnagar 2009
Mungkin, manfaat paling konkret komputerisasi apapun adalah kemampuan agen
untuk mengatasi pertumbuhan volume transaksi. Tabel 3.5 menunjukkan bahwa persen
pertumbuhan tahunan transaksi telah 10-87 persen dalam lima lembaga yang diteliti. Dalam
semua lembaga ini, tenaga kerja tetap statis. Tentu saja biaya pegawai di pemerintahan
dipengaruhi oleh kebijakan yang lebih luas pada perekrutan dan gaji.

45
B. Pengendalian Pengeluaran Pemerintah
Banyak negara telah menerapkan Integrated Sistem Manajemen Keuangan (SPKT)
(Dorotinsky nd) untuk melacak dan pembayaran kontrol terbuat dari kas pemerintah. Sebagai
contoh, Karnataka telah terhubung semua nya 215 kas melalui jaringan berbasis satellite-
(lihat mempelajari Kasus 11.2). Setiap pembayaran sekarang terpusat dikonfirmasi untuk
memastikan bahwa ketentuan anggaran ada untuk pembayaran dan bahwa itu tidak
terlampaui. Dengan mengurangi tingkat kesalahan dari 12,8 persen menjadi 3,5 persen dalam
pembayaran pengolahan untuk hampir 20.000 menggambar dan menyalurkan petugas dari
seluruh negara, sistem telah meningkatkan produktivitas, seperti kesalahan dalam 9,3 persen
dari transaksi tidak perlu dikoreksi lagi. Demikian pula, untuk pensiunan, transaksi 13,8
persen tidak perlu koreksi. Tentu saja manfaat ini ke agen merupakan tambahan manfaat bagi
pengguna. Pengalaman menunjukkan bahwa sulit untuk menerapkan SPKT karena mereka
kompleks dan perlu lengkap dalam lingkup mereka untuk memberikan manfaat nyata. Inland
Revenue Authority of Singapore (IRAS) telah mampu menghemat biaya kertas dengan terus
mendorong wajib pajak lebih untuk mengajukan secara online (lihat Kasus 10.1).
Strategi lain untuk mengontrol pengeluaran adalah untuk memperkenalkan kantor
paperless di departemen pemerintah yang besar. Penghematan lebih kuat melalui
perampingan pemerintah belum terjadi, namun karena perlawanan yang kuat dari serikat
terorganisir dari pegawai pemerintah. Beberapa proyek di Amerika Latin telah melaporkan
penghematan yang luar biasa pada sewa ruang kantor karena aplikasi e-government. Di India,
banyak proyek terus memegang catatan kertas (bahkan mereka yang telah diarsipkan secara
digital) karena hukum yang mengatur arsip yang tidak jelas dan belum tidak e-ramah. Sistem
E-procurement sering dirancang untuk menghemat biaya total pengadaan. Misalnya,
tabungan telah dilaporkan melalui pengurangan persyaratan iklan, harga yang lebih rendah
dari pengadaan melalui lebih persaingan dan mengurangi biaya kertas kerja dalam lembaga
pengadaan dan pada akhir pemasok (lihat studi kasus 10.2 pelaksanaan e-procurement di
Meksiko, Chili dan Korea Selatan ). Pemerintah Andhra Pradesh mengklaim bahwa
penggunaan e-procurement telah menurunkan jumlah yang dibelanjakan untuk 1212 proyek,
sebesar sekitar Rs 28.010 juta, sebesar 22 persen (Agarwal 2006). Tabungan pada rekening
mengurangi biaya iklan yang Rs 2,5 juta pada akhir tahun (lihat Kasus 10.2).

46
C. Mengumpulkan Pendapatan dari Biaya Layanan Aplikasi E-Government

Dengan dorongan besar untuk kemitraan publik-swasta (Public-Private-


artnership/PPP) dalam melaksanakan e-government, hal itu dirasakan bahwa pendapatan
tambahan dapat diangkat untuk menonaktifkan investasi dan biaya operasional melalui biaya
transaksi yang dikenakan untuk e-pengiriman jasa. Dalam beberapa aplikasi, ini telah
dimungkinkan, tetapi dalam kasus lain, biaya mungkin tidak dapat diterima. Biaya yang akan
diterima oleh pengguna bisa dikenakan biaya jika aplikasi memberikan nilai ekonomi
langsung kepada pengguna yang secara signifikan lebih dari biaya. Kerangka dibahas dalam
Bab 8 harus digunakan untuk memastikan nilai menghasilkan uang dikirim ke pengguna.
Ketika biaya pengguna hanya sebagian kecil dari total nilai transaksi, orang mungkin akan
lebih mudah untuk menerima. Pengalaman menunjukkan bahwa bahkan warga miskin di
pedesaan bersedia untuk membayar biaya yang wajar untuk layanan yang berguna. Ada
beberapa contoh, seperti proyek Bhoomi di Karnataka (lihat Kasus 9.1) di mana petani
membayar biaya transaksi Rs 15 untuk menerima salinan ditandatangani hak atas tanah dari
kios online. Pada tahun pertama, 5,5 juta petani telah dikumpulkan judul, forking keluar
hampir Rs 80 juta yang merupakan setengah biaya keseluruhan proyek.

D. Pertumbuhan Pendapatan Pajak


Koleksi efisien pajak di banyak negara berkembang telah menyebabkan
meningkatnya penggunaan TIK di agen penagihan pajak. Selain itu, korupsi dalam proses
pengumpulan menyebabkan lebih sedikit uang pergi ke pemerintah dan kurangnya
kepercayaan publik dalam sistem. Modernisasi sistem pajak melalui aplikasi e-government
telah menjadi prioritas bagi banyak negara. Melalui pengajuan pajak online dan sistem
pengolahan, pemerintah bertujuan untuk mengurangi korupsi dan meningkatkan transparansi
untuk menciptakan lebih banyak kepercayaan publik. Pada tahun 2005, pengumpulan pajak
Chile meningkat 19 persen menjadi USD 19.981 juta, yang mencerminkan pertumbuhan
ekonomi yang lebih tinggi dan e-filing sistem yang efektif. Strategi Chile fokus audit pajak
pada area tertentu dari risiko penggelapan tinggi menunjukkan efektivitasnya.
Pada semester pertama 2007, angka rekor USD 612.200.000 dituntut sebagai pajak
tambahan berdasarkan pemeriksaan rinci. Komputerisasi pos pemeriksaan antar-negara di
Gujarat, India, telah mengakibatkan pertumbuhan 21 persen pada hukuman dikumpulkan
pada rekening peningkatan 26 persen dalam jumlah pelanggaran yang terdeteksi antara 2000-
01 dan 2004-05. Dalam 2004-05, hukuman dikumpulkan pada rekening pelanggaran norma
47
transportasi oleh kendaraan komersial adalah Rs 2.872 juta sementara membayar kembali
biaya proyek total Rs 625 juta hanya dalam satu tahun operasi.

E. Persepsi Karyawan : Dampak Dari E-Government


Meskipun secara luas diyakini bahwa e-government akan meningkatkan kinerja
karyawan karena memungkinkan manajemen yang lebih baik dan analisis data, pengukuran
aktual berdampak pada karyawan tidak mudah tersedia. Sebuah studi mengumpulkan data
persepsi berdampak pada biaya, tata kelola dan bekerja pada skala lima poin, dari 85
pengawas di lima proyek di India (Bhatnagar 2007). Kebanyakan pengawas menganggap
bahwa kecuali untuk biaya karyawan dan alat tulis, biaya lain seperti pembentukan dan biaya
komunikasi meningkat setelah komputerisasi. Tak satu pun dari biaya yang dianggap telah
mengurangi.
Ada persepsi kuat perbaikan di semua dimensi tata kelola antara. Sekitar dua-pertiga
dari semua responden menunjukkan dampak positif yang signifikan pada transparansi,
korupsi dan tingkat keleluasaan untuk menyangkal layanan. Hampir setengah dari responden
menunjukkan dampak yang signifikan positif terhadap akuntabilitas, kehadiran perantara dan
efektivitas mekanisme penanganan keluhan. Ada dampak positif pada kualitas penanganan
informasi. Lebih dari dua-pertiga dari responden yang dirasakan peningkatan akurasi data,
penelusuran transaksi dan efektivitas dari tindakan-pemulihan bencana. Pengawas percaya
bahwa efektivitas mereka dalam bawahan pemantauan, pengambilan keputusan dan
perumusan kebijakan telah ditingkatkan.
Kebanyakan pengawas melaporkan bahwa tingkat re-engineering dan integrasi
layanan hanya moderat selama proses komputerisasi, namun dampak pada pencapaian tujuan
organisasi secara keseluruhan dianggap sebagai signifikan positif. Hasil yang sama
dilaporkan dari kantor pajak di Chili. Keduanya baik karyawan dan supervisor menilai
lingkungan kerja baru secara signifikan positif, dengan penilaian dari sebagian besar item di
atas empat pada skala lima poin. Untuk karyawan, ada sejumlah manfaat yang dirasakan.
Namun, untuk mewujudkan manfaat ini sehingga kinerja organisasi secara
keseluruhan berdampak positif akan membutuhkan budaya manajerial yang kuat.
Peningkatan sistem informasi tidak secara otomatis diterjemahkan ke dalam keputusan yang
lebih baik atau pengawasan yang efektif. PNS harus memiliki insentif untuk meningkatkan
kinerja dan kapasitas untuk menganalisis dan keuntungan dari informasi baru yang tersedia.

48
Mereka perlu dilatih untuk menggunakan informasi untuk tujuan perencanaan dan
monitoring.

RANGKUMAN
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimplkan bahwa hasil dari penilaian
banyak proyek menunjukkan bahwa sebagian besar manfaat yang diuraikan pada Tabel 3.1
telah diwujudkan dalam beberapa proyek atau yang lain. Bahkan, bagi pengguna (warga dan
bisnis), proyek e-government sangat mungkin untuk mengurangi jumlah kunjungan ke
kantor, masa tunggu dan waktu yang dialokasikan. Lembaga yang berbeda bisa berharap
untuk mewujudkan beberapa keuntungan atau yang lain dalam hal menurunkan biaya,
meningkatkan kualitas dan meningkatkan tata kelola. Seringkali, kemungkinan biaya
setidaknya akan berdampak adalah biaya karyawan.

LATIHAN/TUGAS/LUARAN
1. Cari sistem contoh manfaat dari E-Goverment yang telah berjalan di Provinsi Riau!
2. Jelaskan fasilitas/pelayanan yang telah dirasakan oleh masyarakat!
3. Apa saja kekurangan yang harus diperbaiki dari Sistem tersebut?

50
TATAP MUKA 5

MEDIA PEMBELAJARAN: Modul

JUDUL
5. Dampak E-Government

TUJUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN :


1. Mampu menjelaskan tentang dampak-dampak E-Government.
2. Mampu mengetahui pengaruh pada bagi Keterbukaan dan Pemberantasan Korupsi.
3. Mampu menguasai komponen utama dalam sistem open government.

URAIAN MATERI

Secara umum, implementasi e-government diyakini akan memperbaiki kinerja


pengelolaan pemerintahan di Indonesia. Maraknya korupsi di Indonesia menunjukkan
rendahnya kualitas manejemen pemerintahan Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan suatu
menejemen yang sangat menonjolkan transparansi, sebagai salah satu faktor penting untuk
menghilangkan KKN di pemerintahan. Transparansi dapat diciptakan dengan sistem
pengelolaan pemerintahan secara elektronik atau electronic government
Penelitian terbaru tentang dampak proyek e-government di India telah melaporkan
penurunan suap dalam beberapa proyek, meski tidak semua. Hasil ini tampaknya
menunjukkan bahwa e-government dapat berpotensi mengurangi dampak korupsi
administratif secara signifikan.

Bab ini menyoroti contoh di mana e-government telah secara konkrit memberikan
manfaat dengan meningkatkan transparansi sehingga mengurangi korupsi dan secara
langsung maupun tidak langsung memberdayakan masyarakat dalam mengawasi kinerja
pemerintahan.

5.1 E-Government : Keterbukaan Pemerintah di Era Digital

Secara umum, implementasi e-government diyakini akan memperbaiki kinerja


pengelolaan pemerintahan di Indonesia. Maraknya korupsi di Indonesia menunjukkan
rendahnya kualitas manejemen pemerintahan Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan suatu
menejemen yang sangat menonjolkan transparansi, sebagai salah satu faktor penting untuk
menghilangkan KKN di pemerintahan. Transparansi dapat diciptakan dengan sistem
pengelolaan pemerintahan secara elektronik atau electronic government.
Aplikasi e-government telah menunjukkan dampak berarti pada tujuan reformasi
pemerintahan dan sektor publik sebagaimana tabel berikut :

51
Tabel 5.1
Tujuan Reformasi Sektor Publik Melalui E-governance

Tujuan Reformasi Tata Kelola Ukuran Pencapaian Tujuan


(Governance Reform Goals ) (Measure Of Achievement Of Goals)

Warga dapat mengakses dan memahami peraturan dan


prosedur pemerintah untuk mendapatkan layanan.

Meningkatkan transparansi Pengungkapan aset publik, anggaran pemerintah dan


pengadaan informasi.•

Warga dapat mengakses keputusan PNS.

Proporsi transaksi yang memerlukan pembayaran


suap.
Mengurangi korupsi adminis-
trasi Jumlah suap yang dibayarkan langsung kepada PNS
atau melalui agen.

Mengurangi biaya mengakses layanan.

Meningkatkan Pelayanan Meningkatkan kualitas dan kenyamanan.

Meningkatkan cakupan geografis untuk mencapai


segmen yang lebih besar dari populasi
Memberikan saluran untuk umpan balik dan
konsultasi.
Pemberdayaan
Membuat pemerintah lebih akuntabel

Mengurangi kekuatan broker perantara (mafia).

Melalui survei yang dilakukan beberapa tahun terakhir, oleh Transparansi


International (TI) telah mencoba untuk mengukur tingkat korupsi di berbagai negara,
mengidentifikasi lembaga pemerintah di mana korupsi begitu merajalela dan membangun
beberapa alasan mengapa korupsi demikian subur tumbuhnya (TI 2003). Konsekuensi dari
administrasi korupsi yang cukup parah pada negara yang sedang berkembang.
1. Biaya Terbesar korupsi ditanggung oleh masyarakat miskin.
2. Korupsi meningkatkan biaya melakukan bisnis (doing business) untuk usaha kecil dan
menengah sebesar 20 persen.
3. Korupsi merupakan hal yang mengganggu bagi investor dan menghambat Aliran
investasi asing secara langsung.

52
4. Ada kerugian yang signifikan dari pendapatan pemerintah.
5. Korupsi menciptakan disinsentif bagi yang jujur dan efisien (karyawan dan warga).
6. Pemberian suap yang sering oleh masyarakat pada akhirnya meningkatkan toleransi
terhadap korupsi; dan masyarakat cenderung menghargai kebiasaan yang salah
tersebut.
7. Korupsi kecil diatur untuk mengumpulkan dana bagi politisi.
8. Peluang korupsi yang pada awalnya kecil justru menyebabkan korupsi lebih besar
melalui janji-janji yang disepakati
Dua faktor utama yang berkontribusi terhadap pertumbuhan korupsi adalah :
1. Rendahnya peluang penemuan
2. Dan kekebalan terhadap penuntutan.
Kerahasiaan pemerintah, pembatasan akses informasi oleh masyarakat dan media,
tidak jelas/kompleks aturan dan prosedur yang berlebihan semua dapat menyebabkan
rendahnya peluang menemukan atau mendeteksi kasus korupsi. Kurangnya transparansi
fungsi instansi pemerintah dapat memudahkan pelaku untuk menutupi jejak mereka dan
menyelidiki korupsi menjadi sangat sulit. Karakter lembaga yang lemah, yang seharusnya
untuk menyelidiki tuduhan korupsi dan menuntut yang bersalah serta peradilan yang tidak
efisien atau korup, lebih memperburuk masalah korupsi dan memfasilitasi kekebalan
terhadap penuntutan.
Selain itu, kurangnya transparansi menginduksi pengguna jasa untuk menawarkan
suap dengan harapan mampu memanipulasi sistem yang menguntungkan mereka. Pengguna
lain merasa sulit untuk menangani sistem pemerintah yang ambigu dan kompleks, dan lebih
memilih untuk menggunakan agen untuk mempermudah pekerjaan mereka selesai.
Kehadiran agen dapat menciptakan pasar untuk suap.
Beberapa aplikasi menunjukkan bahwa e-government dapat berfungsi sebagai salah
satu alat utama untuk memerangi korupsi dengan membuka proses pemerintahan dan
memungkinkan akses publik yang lebih besar terhadap informasi (Bhatnagar 2003). Sistem
E-government menyebabkan transparansi yang lebih besar sehingga mengurangi korupsi
administratif. Jika prosedur benar sesuai tempatnya, e-government dapat melakukan transaksi
keuangan atau administrasi dapat dilacak dan terbuka. Mereka yang bertanggung jawab
untuk keputusan atau kegiatan tertentu dapat dengan mudah diidentifikasi.
Dengan menyediakan sistem akuntansi, monitoring dan audit sistem, aplikasi e-
government dapat memastikan bahwa keuangan publik yang terbuka untuk pengawasan
manajerial dan eksternal. Kemungkinan terungkapnya perbuatan yang salah akan meningkat,

53
dengan demikian konsekuensi takut malu bisa menjadi penghalang untuk praktek korupsi.
Ada hirarki implisit dan serangkaian tujuan dimana aplikasi e-government harus fokus untuk
mengurangi korupsi.
Peningkatan akses ke informasi, menyajikan informasi dengan transparansi baik
aturan dan penerapannya dan meningkatkan akuntabilitas dengan membangun kemampuan
untuk melacak keputusan / tindakan individu sipil. Semua tujuan ini bersama-sama dapat
mengurangi korupsi secara signifikan. Sebagai contoh, banyak situs yang dibuat oleh
departemen pemerintah tidak efektif karena mereka cenderung berfokus pada tujuan tunggal
menyediakan akses informasi secara elektronik. Tidak cukup upaya dilakukan untuk
memastikan bahwa transparansi dan akuntabilitas meningkat.
Tabel 5.2
Transparansi Informasi Melalui Aplikasi E-government

Jenis informasi yang dibuat Manfaat yang dihasilkan Ilustrasi aplikasi


transparan. e-government.

1 2 3
Peraturan dan prosedur Menghasilkan prosedur • Website departemen
pelayanan, standar untuk pemerintah di banyak
pejabat pemerin-ah yang penyampaian layanan. negara
bertanggungjawab untuk Warga bisa menolak
tugas yang berbeda, upaya untuk menunda
piagam warga negara, pemrosesan
meningkatkan pengaturan Mengurangi
warga negara kesewenang-we-
nangan, misalnya,
permintaan dokumen
tambahan
Informasi tentang keputusan Pengungkapan korupsi E-procurement di Chile,
dan tindakan pejabat dan peningkatan Filipina (lihat Kasus )
pemerintah: hasil dan proses, akuntabilitas.
misalnya, pemberian kontrak
dan lisensi, alokasi sumber
daya.
• Data tentang entitas individu • Pengungkapan • BHOOMI, catatan tanah
dalam catatan pemerintah manipulasi suap dan secara online di
seperti catatan tanah, korupsi. Karnataka
komentar pada permohonan • OPEN di Seoul dan
izin, bill masuk bagi barang, Korea
status pembayaran pajak.

54
1 2 3

• Informasi tentang kinerja • Keterlibatan masya- • CRISTAL- Pengung-


ekonomi: statistik pekerja, rakat dalam pemerin- kapan Anggaran di
pendapatan, perdagangan, tahan. Akuntabilitas Argentina
dll indikator kinerja untuk yang lebih besar.
departemen pemerintah.

• Nama warga dengan besar • Semacam hukuman • Website Komisioner


pinjaman, pajak; bagi para koruptor Kewaspa-daan Pusat di
• PNS diselidiki atau dihukum, melalui pengung-kapan India
• Indeks korupsi, ke publik.
• Kinerja lembaga investigasi.
• Pengungkapan aset, • Menciptakan disin- • Pusat Tangaapan
pendapatan, profil calon sentif untuk korupsi Politik, USA,
kandidat pemilu, wakil dengan menciptakan • Dewan Urusan Umuml,
terpilih, menteri dan pegawai rasa takut terhadap India
negeri sipil. pengungkapan di
publik
Sumber : Online Procedures Enhancement for Civil Applications (OPEN) system

Tabel 5.2 menyajikan jenis informasi mana yang ttransparansi lebih besar dapat
diaktifkan melalui aplikasi e-government, yang pada gilirannya dapat menciptakan disinsentif
bagi pejabat dan bisinis yang korup dengan meningkatkan kesempatan pengungkapan ke
publik. Seperti ditunjukkan pada Tabel diatas, publikasi alokasi anggaran dan pengeluaran di
web, sistem untuk melacak status aplikasi untuk berbagai lisensi, piagam dan berbagi data
kinerja warga di web semua dikenal untuk meningkatkan akuntabilitas. CRISTAL adalah
salah satu contoh awal membangun transparan Pemerintah di salah satu negara Amerika
Selatan.
Tidak semua upaya publikasi data berhasil. Meningkatkan ketersediaan informasi di
internet tidak berarti bahwa warga negara secara otomatis akan menggunakan informasi
tersebut untuk menuntut akuntabilitas yang lebih besar. Proporsi warga yang bersedia terus-
menerus terlibat dalam proses pemerintahan sangat kecil.
Upaya peningkatan kesadaran diperlukan untuk mendorong warga lebih perhatian
dan fokus mencermati setiap perkembangan informasi melalui kampanye iklan dan
pendidikan. Diperlukan media/agen yang dapat menganalisis informasi tersebut dan
menyoroti kondisi luar biasa yang pantas mendapat perhatian warga yang diperlukan.
Bahkan di negara seperti amerika serikat, yang merupakan negara demokrasi berkembang
dengan baik, lembaga tersebut diperlukan dan memang hadir.

55
Media tradisional juga dapat memainkan peran ini. Sebagai penjaga dan pemberi
peringatan, media perlu menyoroti informasi tersebut dan menghasilkan perdebatan luas di
sekitar isu-isu signifikan yang menjadi perhatian publik. Web adalah media baru untuk
wartawan media tradisional. Melalui workshop dan seminar, mereka perlu dibuat sadar akan
informasi rinci yang tersedia di web.
E-government dapat menyebabkan transparansi asalkan kerangka hukum
mendukung akses kebebasan terhadap informasi.
Sampai dengan beberapa tahun yang lalu, sebagian besar negara masih memiliki
undang-undang kerahasiaan nasional yang ketat. Namun Ini telah dicabut guna mendukung
Kebebasan Hukum Informasi di AS dan sebagian besar Eropa, tetapi hanya setelah beberapa
dekade tuntutan hukum. Undang-undang kerahasiaan yang masih berlaku di banyak negara
berkembang. Sementara meningkatkan akses warga terhadap informasi, pemerintah juga
harus mengatasi risiko terhadap privasi dan keamanan.
India menawarkan contoh yang sangat baik seperti aturan/undang-undang yang
telah memberikan beberapa dampak. Hak atas Informasi (The Right To Information/RTI)
Undang-Undang ini di India mulai berlaku pada tanggal 13 Oktober 2005 dan berlaku untuk
semua otoritas publik di India. Banyak LSM membantu warga untuk menggunakan RTI
untuk mengekspos korupsi pada pmebiayaan/pengeluaran publik.
Selain membuat aturan sederhana dan lebih transparan, e-government harus secara
eksplisit memberdayakan warga untuk mempertanyakan aturan. Warga masyarakat dan
pelaku bisnis harus berani untuk mempertanyakan aturan yang tidak masuk akal serta
prosedur dan aplikasi yang sewenang-wenang (Rose 2002). Pengalaman beberapa proyek
menunjukkan bahwa tujuan transparansi dapat ditingkatkan melalui cara-cara berikut:
1. Publikasi di web: piagam warga yang menyatakan dengan jelas tingkat layanan yang
warga negara bisa peroleh dalam bertransaksi dengan pemerintah, kinerja aktual di
masa lalu mengenai parameter yang mengukur tingkat layanan dan rincian tentang
bagaimana pemerintah membelanjakan uang.
2. Mekanisme untuk menerima umpan balik dari warga pada kualitas layanan yang
ditawarkan
Transparansi tidak hanya tujuan yang sah dalam pelayanan G2C dan G2B. Bahkan
saat berurusan dengan instansi pemerintah lain (G2G) dan dengan pegawai pemerintah G2E),
transparansi dapat menyebabkan dampak yang signifikan terhadap korupsi. Di negara-negara
seperti India, perpindahan dari pegawai pemerintah di departemen yang mempekerjakan
puluhan ribu karyawan adalah industri korupsi. Pengalaman Karnataka dalam membuat
56
aturan perpindahan sederhana dan transparan dan membangun aplikasi e-government yang
sederhana untuk memproses permintaan perpindahan ternyata menghasilkan dampak yang
sangat signifikan.

5.2 Pemberantasan Korupsi Melalui E-Government


E-government dapat digunakan untuk memerangi korupsi dalam dua cara.
 Pertama : e-government dapat menjadi salah satu komponen kunci dari strategi anti-
korupsi yang lebih luas seperti yang ditunjukkan oleh sistem OPEN di Kota Seoul di
Korea
Sistem OPEN dari Kota Seoul mencontohkan dampak korupsi membuat
transparan proses pengambilan keputusan dan tindakan individu PNS . Peraturan kota
yang luas, didorong oleh perluasan birokrasi kota, telah menciptakan peluang baru untuk
korupsi. Pada tahun 1998, Walikota kota menyatakan perang habis-habisan pada korupsi
melalui langkah-langkah pencegahan dan hukuman, peningkatan transparansi dalam
administrasi dan meningkatkan kemitraan publik-swasta. Beberapa langkah-langkah lain
yang diperkenalkan sebelum komputerisasi termasuk menyederhanakan peraturan dan
aktif melibatkan warga dalam berbagai kegiatan anti-korupsi. Warga bisa melacak
pengolahan aplikasi untuk layanan sehingga meningkatkan transparansi. Pengawas
juga dapat melacak perilaku yang tidak biasa.
 Kedua, Inisiatif peningkatan pelayanan dapat diimplementasikan pada departemen yang
korup, khusus menargetkan transparansi dan mengurangi korupsi sebagai tujuan. Proses
membangun sistem pelayanan secara online mengharuskan aturan dan prosedur yang
standar di seluruh wilayah dan membuatnya eksplisit. Hal ini akan mengurangi
keleluasaan dan kesempatan bagi tindakan sewenang-wenang yang dilakukan PNS dalam
menghadapi setiap pemohon berdasarkan kasus per kasus. E-government dapat digunakan
sebagai pintu masuk untuk penyederhanaan aturan dan proses rekayasa ulang
E-government memungkinkan sentralisasi data yang dapat digunakan untuk
meningkatkan audit dan analisis. Prosedur sampel yang tidak bias dapat diterapkan untuk
tujuan audit. Integrasi data antar aplikasi dapat memberikan peningkatan kecerdasan
organisasi. Tidak semua aplikasi e-government dapat memberikan keuntungan dari integrasi
tersebut, terdapat beberapa kendala sebagai tantangan teknis dalam mengintegrasikan data
yang cukup besar.
Dengan memberikan alternatif saluran penyampaian layanan, e-government
memperkenalkan kompetisi yang meningkatkan tingkat layanan dan menurunkan korupsi.
57
Mempublikasikan informasi pemerintah di web membangun akuntabilitas dengan
menyediakan dokumentasi kepada warga untuk mendukung keluhan mereka terhadap
praktek-praktek korupsi. Korupsi sering mencerminkan kekuatan jarak antara PNS dan
warga, khususnya warga miskin, buta huruf dan bodoh (warga di daerah terpencil).
Permintaan suap (seperti dalam kasus sopir truk tanpa kelebihan beban ketika melewati pos
pemeriksaan perbatasan). Hal ini penting untuk mengawasi dan memantau kinerja pada
sistem e-government yang baru dimulai hingga bisa tertanam dalam diri PNS.
Banyak pemerintah telah memilih untuk mengimpleentasikan pelayanan online di
berbagai departemen seperti bea cukai, pajak penghasilan, pajak penjualan dan pajak properti
yang memiliki antarmuka yang intens dengan warga negara atau bisnis dan dianggap lebih
korup. Di Filipina dan adat istiadat India, interaksi kontak dari inspektur dan agen kargo
telah dihapus dengan memperkenalkan pengajuan elektronik. Pengadaan pemerintah juga
menjadi area korupsi tumbuh subur dan beberapa negara / negara telah mampu menurunkan
korupsi melalui e-procurement. Meskipun beberapa contoh telah menunjukkan potensi e-
government dalam mempengaruhi korupsi, namun untuk menyimpulkan bahwa potensi ini
telah dimanfaatkan masih sangat terbatas. Banyak aplikasi telah mampu membangun efisien
sistem pelayanan tetapi hanya sedikit yang berhasil dalam menerapkannya untuk
menanggulangi korupsi.
E-government perlu dilihat sebagai salah satu dari banyak alat untuk memerangi
korupsi dan harus dilaksanakan sebagai bagian dari program yang lebih luas untuk mengatasi
korupsi. Manfaat dari e-government seperti pengurangan kesempatan korupsi sering
insidental dan bukan bagian dari tujuan desain.
Untuk mengekstrak manfaat maksimal dari aplikasi tersebut, beberapa fitur yang
dapat menyebabkan transparansi dan akuntabilitas yang lebih besar dibutuhkan upaya
membangun kesadaran yang kemudian diintegrasikan dalam tujuan desain (Gopakumar
2001). Dengan mengurangi korupsi administratif dalam pemberian layanan, e-government
dapat mengurangi toleransi terhadap korupsi antara warga dengan membayar suap untuk
pejabat publik. Selain itu, upaya pendidikan masyarakat secara masif diperlukan untuk
memperkuat dasar nilai-nilai kejujuran.

5.3 Dampak E-government terhadap Korupsi di Indonesia


Indonesia sebagai negara berkembangpun tak luput dari permasalahan tersebut. Hal
ini mengakibatkan daya saing Indonesia menurun. Daya saing Indonesia, berdasarkan The
Global Competitiveness Report 2013-2014 (World Economic Forum, 2013), menempatkan

58
rangking kemudahan berusaha (ease of doing business) Indonesia berada pada rangking 38,
meningkat dibandingkan tahun 2008-2009 yang berada pada rangking 55, dengan faktor
utama sebagai penghambat investasi di Indonesia adalah birokrasi yang tidak efisien dan
tingkat korupsi. Rendahnya kinerja birokrasi di Indonesia ditunjukkan pula dalam Worldwide
Governance Indicators oleh Bank Dunia, dimana indikator efektivitas pemerintahan
(government effectiveness) mengalami penurunan dari tahun 2008 ke tahun 2012 (dari nilai
indeks 46 menjadi 44), sementara negara ASEAN lainnya (Filipina, Thailand, Brunei,
Malaysia dan Singapura) memiliki nilai indeks lebih tinggi, bahkan Singapura memiliki nilai
indeks sempurna 100. Sementara itu, dalam hal perwujudan pemerintahan yang bersih dan
bebas KKN, masih banyak hal yang harus diselesaikan dalam kaitan pemberantasan korupsi.
Hal ini antara lain ditunjukkan dari data Transparency International pada tahun 2013, Indeks
Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia masih rendah (32 dari 100) jika dibandingkan dengan
negara-negara di Asia Tenggara lainnya dan berada pada rangking 114 dari 175 negara.
Memperhatikan hasil kajian seperti yang ditunjukkan dalam laporan World Economic Forum
dan Bank Dunia, hal ini juga merupakan gambaran dari kondisi birokrasi saat ini di
Indonesia.
Birokrasi di Indonesia memiliki posisi dan peran yang sangat strategis. Birokrasi
meliputi banyak aspek dari mulai pelayanan dasar masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan,
administrasi dasar dan lain sebagainya sampai dengan pelayanan tumbuh dan berkembangnya
dunia usaha baik usaha kecil maupun besar. Namun demikian, banyak permasalahan yang
berkaitan dengan birokrasi di Indonesia yang ditunjukan dengan masih tingginya korupsi,
masih rendahnya pelayanan publik, serta masih rendanya kapasitas dan akuntabilitas kinerja
organisasi. Penyebab utama rendahnya kualitas birokrasi dapat dikelompokkan berdasarkan:
1. Peraturan Perundangan, 2. Organisasi, 3. Sumber Daya Manusia (SDM) dan 4. Manajemen
Pemerintahan.
Manajemen pemerintahan masih berorientasi kepada input belum berorientasi
kepada output/outcome. Hal ini tampak dari akuntabilitas kinerja pemerintah kabupaten/kota
yang masih rendah. Pada tahun 2013, hanya 4 dari 484 kabupaten/kota dan 9 dari 33 provinsi
yang mendapatkan predikat B (predikat B artinya hasil yang dipertanggung jawabkan sudah
selaras dengan yang direncanakan). Sedangkan untuk pemerintah pusat terdapat 31 dari 76
K/L yang mendapatkan akuntabilitas kinerja dengan predikat B, hal ini tentunya relatif lebih
baik dari pencapaian pemerintah daerah. Manajemen pemerintahan yang tidak efektif dan
efisien, lamban, berbelit-belit, tidak akuntabel dan tidak transparan mengakibatkan pelayanan
publik masih jauh dari harapan. Masih belum tercipta budaya pelayanan publik yang

59
berorientasi kepada kebutuhan pelanggan. Akibatnya, kekecewaan masyarakat terhadap
birokrasi yang terus menerus terjadi dalam kurun waktu yang lama dan menyebabkan
turunnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.
Dengan kondisi di atas maka seyogyanya birokrasi perlu diperbaiki secara
menyeluruh sehingga menjadi birokrat yang bersih dari KKN, memberikan pelayanan yang
baik kepada masyarakat dan dunia usaha, serta berkinerja untuk menunjang target
pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Tantangan Indonesia dalam reformasi birokrasi yang dimulai sejak era reformasi
Tahun 1998 yang ditujukan untuk meningkatkan daya saing bangsa, melalui
penciptaan tata kelola pemerintahan yang bersih, kompeten dan melayani untuk
mengakselerasi berbagai potensi komparatif maupun keunggulan kompetitif yang kita miliki,
yang didasari oleh nilai dan budaya yang kuat tidak melakukan korupsi, berorientasi pada
pertumbuhan, serta memiliki jiwa nasionalisme dan patriotisme untuk bangsa dan negara.
Dalam tahapan reformasi birokrasi Indonesia, dalam lima tahun ke depan Indonesia (tahun
2018) harus pindah dari birokrasi yang sangat mengedepankan peraturan (rule based
bureaucracy) kepada birokrasi yang berbasis kinerja (performance based bureaucracy). Pada
tahapan kedua (tahun 2025) Indonesia harus bisa mencapai birokrasi yang dinamis (dynamic
governance). Untuk sampai pada kedua tahapan tersebut, berbagai rencana dan kebijakan
telah ditetapkan untuk membangun able people, agile process, positive culture dan adaptive
policies.
Ukuran keberhasilan tahun 2025, yang diharapkan telah menghasilkan governance
yang berkualitas di setiap Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah, ditandai dengan:
 Tidak ada korupsi;
 Tidak ada pelanggaran;
 APBN dan APBD baik;
 Semua program selesai dengan baik;
 Semua perizinan selesai dengan cepat dan tepat;
 Komunikasi dengan publik baik;
 Penggunaan waktu (jam kerja) efektif dan produktif;
 Penerapan reward dan punishment secara konsisten dan berkelanjutan; dan
 Hasil pembangunan nyata (propertumbuhan, prolapangan kerja, dan pro
pengurangan kemiskinan; artinya, menciptakan lapangan pekerjaan, mengurangi
kemiskinan, dan memperbaiki kesejahteraan rakyat). Sumber: Grand Design
Reformasi Birokrasi 2010-2025.

60
Reformasi birokrasi merupakan transformasi segenap aspek dalam manajemen
pemerintahan menuju pemerintahan berkelas dunia. Dalam pelaksanaannya reformasi
birokrasi dilaksanakan pada aparatur pemerintah melalui pelaksanaan berbagai program dan
kegiatan sebagaimana dituangkan dalam Grand Design Reformasi Birokrasi dan Roadmap
Reformasi Birokrasi. Program-program reformasi birokrasi tersebut ada yang berhubungan
secara langsung dan ada yang tidak secara langsung dengan pencapaian keberhasilan
reformasi birokrasi. Peningkatan jumlah opini audit BPK Kementerian/Lembaga dan
Pemerintah Daerah yang berpredikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) secara langsung
dapat meningkatkan pencapaian target jumlah opini audit BPK berpredikat WTP. Selain itu,
peningkatan kualitas SAKIP dan LAKIP akan berpengaruh langsung pada pencapaian target
jumlah instansi pemerintah yang akuntabel. Sedangkan untuk meningkatkan pencapaian
indikator Indeks Persepsi Korupsi, Indeks Integritas Pelayanan Publik, Peringkat Kemudahan
Berusaha dan Indeks Efektifitas Pemerintahan memerlukan kontribusi tidak hanya dari
aparatur pemerintah, tapi juga masyarakat dan dunia usaha. Artinya, banyak faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan pencapaian indikator tersebut.
Terkait dengan Peringkat Kemudahan Berusaha, Indonesia perlu terus
mengupayakan penyempurnaan layanan melalui layanan terpadu satu pintu untuk
mempercepat proses pendirian usaha. Di antara 20 kota di Indonesia yang diteliti, memulai
bisnis membutuhkan, rata-rata, 9 prosedur, 33 hari dan biaya 22% dari pendapatan nasional
per kapita. Ini 13 hari lebih cepat dan 8% lebih murah daripada apa yang diukur 2 tahun yang
lalu. Tapi secara keseluruhan, negara ini masih tertinggal Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik
(APEC) rata-rata. Indonesia menunggu hampir 1 bulan lebih dari Malaysia dan
menghabiskan 4 kali sebanyak pengusaha Thailand untuk memulai bisnis. Dalam pemain-
New terbaik di kawasan ini Zealand, Australia dan Singapura-memulai bisnis tidak lebih dari
3 hari dan 1% dari pendapatan per kapita. Selain mengarahkan biaya start-up, pengusaha
Indonesia juga diminta untuk menyetor Rp 12.500.000 ($ 1.201) -yang setara dengan 46,6%
dari pendapatan per kapita-sebagai modal disetor minimum.
Semua kota yang dikaji mendapatkan manfaat dari peluncuran reformasi nasional,
seperti pengenalan sistem pendaftaran perusahaan baru komputerisasi pada tahun 2010.
Sistem Administrasi Badan Hukum (SABH) -dan pengenalan bentuk penggabungan standar
dan disederhanakan untuk perseroan terbatas. Sebagai tambahan, meningkatkan efisiensi di
cabang lokal dari lembaga nasional telah menghasilkan penghematan waktu untuk pajak,
tenaga kerja dan pendaftaran jaminan sosial. Untuk mendorong pengembangan sektor formal
dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di seluruh negeri, pemerintah

61
pusat mengeluarkan peraturan untuk mengkonsolidasikan dan merampingkan persyaratan-
izin bisnis lokal. Di dalam negeri, memulai bisnis paling mudah di Yogyakarta dan paling
sulit di Manado (Gambar 5.1).

Gambar 5.1 Grafik Penyempurnaan Layanan Terpadu Mempercepat Proses Pendirian Usaha

Seiring dengan penghapusan sertifikat domisili dan peningkatan efisiensi di kantor pajak
daerah, perubahan ini mengakibatkan pengurangan secara keseluruhan dalam waktu untuk
memulai bisnis di Semarang dari 47 hari menjadi hanya 28 hari. Demikian pula, sistem izin
tunggal paket dilaksanakan di Denpasar pada tahun 2010 mengakibatkan penghapusan 1
prosedur dan 1 minggu dari proses pendaftaran bisnis. Memulai bisnis adalah tercepat di
Gorontalo dan Palangka Raya: hanya 27 hari, mirip dengan Thailand (Gambar 5.2). Di
Jakarta, dibutuhkan 45 hari. Di antara negara-negara APEC, hanya pengusaha di Papua
Nugini dan Brunei Darussalam menunggu lebih lama. Di hampir semua kota, setengah dari
total waktu untuk memulai bisnis dihabiskan untuk pre incorporation -seperti reservasi nama,
notaris (akta pendirian perusahaan) dan tindakan pendaftaran usaha. Legalisasi pendirian
perusahaan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia biasanya diterbitkan dalam 7
hari-1 minggu lebih cepat dari pada tahun 2010. Namun, pengusaha di seluruh Indonesia
harus menunggu 7 hari tambahan untuk jasa kurir yang digunakan oleh Kementerian untuk
memberikan persetujuan ke kota-kota di luar Jakarta.

61
Gambar 5.2 Pengurangan Waktu dan Prosedur Untuk Mendirikan Usaha di Berbagai
Negaara sejak Tahun 2010

Namun perlu dicatat bahwa negara-negara lain di kawasan itu dibuat mirip-atau bahkan lebih
dramatis-upaya untuk mereformasi memulai bisnis (gambar 5.2). Untuk menjadi lebih
kompetitif dan bersaing dengan negara tetangga, Indonesia perlu melanjutkan inisiatif
reformasi baik di tingkat nasional dan lokal. Untuk memulai, kota di Indonesia bisa belajar
dari satu sama lain dan mengadopsi praktek-praktek yang baik yang sudah dipraktekkan di
tempat lain di negara ini.

5.4 Dampak Penerapan E-government terhadap Korupsi Di India


Penelitian terbaru tentang dampak proyek e-government di India telah melaporkan
penurunan suap dalam beberapa proyek, meski tidak semua. Hasil ini tampaknya
menunjukkan bahwa e-government dapat berpotensi mengurangi dampak korupsi
administratif secara signifikan. Bab ini menyoroti contoh di mana e-government telah secara
konkrit memberikan manfaat dengan meningkatkan transparansi, mengurangi korupsi dan
memberdayakan masyarakat

62
Bagian ini merupakan hasil dari studi penilaian yang sistematis mengenai dampak
dari 36 proyek e-government di 12 negara bagian, dengan fokus pada tiga layanan yang
diberikan kepada warga :
1. Isu yang terkait dengan salinan catatan tanah (issue of copies of land record),
2. Pendaftaran properti (registration of property) dan
3. Isu terkait SIM (issue of driver’s licence).
Studi ini mengukur proporsi pengguna yang harus membayar suap untuk
mendapatkan pelayanan, jumlah suap yang dibayar dan proporsi pengguna yang terlibat agen
untuk mendapatkan layanan. Penelitian ini terlibat 11 lembaga riset pasar. Setiap lembaga
ditugaskan semua tiga proyek dalam keadaan tertentu di mana mereka yang disurvei hampir
800 warga yang dilayani oleh penyampaian 16 layanan untuk setiap proyek. Survei
mendeteksi menggunakan cara pengiriman manual dan komputerisasi untuk setiap layanan
Berikut merupakan grafik proporsi pengguna membayar suap untuk mendapatkan
salinan catatan tanah yang dikeluarkan melalui pengiriman dengan mode manual dan
komputerisasi. Grafik menunjukkan keadaan buruk dari pelayanan dalam sistem manual
yang ada. Insiden suap sangat tinggi. Dalam isu Record of Rights (Rors) suap harus dibayar
di sembilan dari 10 negara dalam sistem manual. bahkan dalam layanan sederhana seperti isu
salinan catatan sebagian besar lahan yang dibutuhkan oleh petani miskin, rata-rata, Rs 50
harus dibayar sebagai suap oleh sebanyak 80 persen petani di beberapa negara. Setelah
melahirkan komputerisasi , persentase pengguna membayar suap menurun dari rata-rata 38
persen menjadi 25 persen pada 10 negara. Perlu dicatat bahwa di lima negara ada penurunan
yang signifikan dalam suap.

Gambar 5. 3 Persentase Pengguna Membayar Suap Di Negara-negara Yang Berbeda

63
Dalam transportasi dan pendaftaran properti juga pengguna harus membayar suap
(20 sampai 50 persen dari semua transaksi) untuk mendapatkan layanan. Namun,
komputerisasi tidak mengurangi penyuapan (margin) yang signifikan. Sebuah fitur khusus
dari kedua layanan adalah kehadiran agen. Hampir 50-55 persen dari seluruh transaksi dalam
kasus transportasi dan pendaftaran properti di semua negara yang dilakukan melalui agen.
Meskipun hasil dalam mengurangi korupsi dikombinasi, e-government tampaknya memiliki
potensi pengurangan korupsi yang signifikan, seperti yang ditunjukkan oleh fakta bahwa
kebutuhan suap dalam masalah Rors baik telah dihilangkan atau dikurangi secara signifikan
di lima negara melalui komputerisasi.
Studi lain yang dilakukan pada tahun 2006 yang mencakup delapan lembaga (G2C
dan G2B) di tiga negara bagian India, menguatkan hasil dari studi yang dikutip. Dampak
terhadap proporsi membayar suap itu tidak seragam di seluruh proyek, tetapi dalam beberapa
proyek, pengurangannya signifikan (lihat Tabel 1). Setidaknya dalam tiga proyek yang
berbeda komputerisasi salinan lahan di Karnataka (Karnataka tidak tercakup dalam studi
Gambar 1), e-procurement di Andhra Pradesh (AP) dan pembayaran kepada pensiunan
dengan kas di Karnataka-suap telah hampir dihilangkan.
Tabel 5.3
Proporsi Pembayaran Suap: Perbandingan Pada Layanan
Berbasis Manual dan Elektronik di India

64
Karena suap telah berdampak pada sejumlah proyek, maka berharga untuk
mengeksplorasi cara-cara di mana aplikasi e-government dapat dirancang untuk mengurangi/
menghi-langkan dampak korupsi administratif. Korupsi administratif mengacu pada distorsi
yang sengaja dikondisikan pada pelaksanaan hukum, prosedur dan peraturan yang ada
dengan cara yang tidak adil kepada individu atau perusahaan dengan imbalan berupa
keuntungan pribadi (terlarang) kepada pejabat publik (Bank Dunia 2000).

5.5 Dampak Penerapan E-government terhadap Korupsi Di Korea Selatan


Pemerintah Kota Seoul, Korea Selatan, dibuat sistem OPEN (Online Procedures
ENhancement for Civil Applications) yaitu PENINGKATAN Prosedur online untuk Aplikasi
Sipil untuk menargetkan korupsi. Sistem ini menerbitkan berbagai informasi yang
berhubungan dengan layanan, izin dan lisensi yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah.
Status aplikasi dapat dilacak oleh pemohon di situs web. Sistem ini diakui sebagai "Praktek
yang Baik" di Konferensi Anti-Korupsi Internasional 9 di Durban, Afrika Selatan pada tahun
1999
Seoul, ibukota Republik Korea, memiliki populasi lebih dari 10 juta. Pertumbuhan
ekonomi yang cepat telah disertai dengan perluasan birokrasi kota. Namun, peraturan kota
yang luas juga menciptakan peluang baru untuk korupsi. Beberapa suap itu dimaksudkan
untuk menjadi biaya asuransi untuk menghindari pengobatan yang tidak menguntungkan,
yang lain adalah honor untuk perlakuan istimewa, dan yang lain adalah biaya untuk
memfasilitasi proses cepat.
Dengan pelantikan Walikota Goh pada tahun 1998, Kota Seoul menyatakan perang
habis-habisan pada korupsi. Deregulasi telah menjadi elemen inti dari rencana aksi. Pada
bulan Mei tahun 2000, 392 peraturan kota telah dieliminasi, 203 mereda, dan peraturan lain
3897 ditingkatkan. Untuk memperkecil potensi kolusi, praktek lama untuk menempatkan satu
yurisdiksi individu atas izin, persetujuan, atau inspeksi dalam wilayah geografis tertentu
dihapuskan. Pejabat kini ditetapkan setiap hari untuk menangani aplikasi yang diajukan dari
berbagai daerah.
Untuk antarmuka langsung dan nyaman dengan warga, Pemerintah Kota Seoul
menciptakan sebuah portal internet. Hal ini disebut OPEN (Prosedur online PENINGKATAN
untuk Aplikasi Sipil), melambangkan bahwa membuka prosedur administratif kepada publik.
Portal ini menjelaskan berbagai elemen pendorong antikorupsi, menampilkan indeks
antikorupsi dan hasil survei, mendidik warga pada aturan dan prosedur, dan memungkinkan
pemantauan real-time dari kemajuan permohonan izin atau lisensi.

65
Sebuah tinjauan tim yang terdiri dari staf yang berpengalaman dalam audit dan
pemeriksaan didirikan pada 1 Februray, 1999 untuk menentukan kegiatan pemerintah kota
harus dibuat terbuka untuk umum. Tim ini menganalisa seluruh jalur/jenis izin sipil dan
persetujuan dengan judul, prosedur pengolahan, faktor korupsi rawan, dan jenis
penyimpangan. 26 kategori aplikasi sipil yang diterbitkan di Web adalah mereka yang paling
sering menyebabkan penyimpangan, menyebabkan ketidaknyamanan kepada warga karena
kompleksitas dari prosedur pengolahan, dan mereka yang publikasi diharapkan untuk
mengekang permintaan untuk konsesi.
Informasi tentang dokumen dan bagaimana aplikasi yang diperlukan diproses
disediakan di Web untuk setiap prosedur. Sistem ini juga mencakup informasi tentang
departemen kota yang bertanggung jawab, staf yang bertugas dan bertanggung jawab, dan
nomor telepon. Semua dokumen aplikasi memberikan alamat e-mail di bagian bawah
sehingga orang dapat dengan mudah mengajukan pertanyaan atau membuat komentar
langsung ke staf yang bertugas dan bertanggung jawab
Sistem OPEN mengharuskan review di setiap tahap input resmi terkait tanggal dan
waktu ketika setiap aplikasi diproses. Akses gratis ke status aplikasi membuat pelamar
merasa tidak perlu untuk menghubungi pejabat atau memberikan suap untuk menyelesaikan
proses. Kartu pos kembali dikirim kepada mereka yang telah mengajukan permohonan izin
atau persetujuan dari pemerintah kota, memastikan beberapa umpan balik. Hasil survei ini
merupakan bagian dari baru Anti-Korupsi Indeks "(ACI). Saluran tambahan dialog langsung
telah dibuka antara warga dan walikota. Contohnya termasuk garis panas, e-mail, dan
"Walikota Sabtu Tanggal dengan Citizens" Program.
Sebanyak 5.000 karyawan di 485 departemen dari pemerintah kota berurusan
dengan aplikasi dilatih di ruang komputer untuk mengoperasikan sistem dan menambah dan
mengubah data. Setelah pelatihan, ID dan password yang ditugaskan untuk memungkinkan
setiap peserta individu untuk membuat entri di departemen nya. Dari Juli 2000, banyak fungsi
pemerintah akan diumumkan, termasuk 20 urusan fungsi lebih sipil di berbagai bidang seperti
sanitasi, kesejahteraan, konstruksi, perumahan, perencanaan kota, dan pemadam kebakaran
Dalam 13 bulan sejak peluncuran sistem OPEN pada tanggal 15 April 1999, aplikasi
sipil yang diterbitkan oleh masing-masing departemen kota mencapai 28.000, dan jumlah
kunjungan ke situs OPEN mencapai 648.000. Kepentingan masyarakat umum di situs telah
meningkat dengan rata-rata 1.600 kunjungan per hari. Hasil dari survei terhadap 1.245 warga
menunjukkan bahwa 84,3% (984 dari 1.167 orang) percaya bahwa OPEN menyebabkan
transparansi yang lebih besar.

66
Sebanyak 83 praktik korupsi oleh pegawai negeri sipil dilaporkan oleh organisasi
investigasi pada tahun 1998. Namun, tidak satu kasus telah diajukan sejak Februari 2000,
setelah program antikorupsi penuh diterapkan. Sebuah survei oleh Divisi Audit & Inspeksi
dari mereka yang mencari pelayanan dari pemerintah kota menunjukkan bahwa pendapat
baik tentang kebaikan PNS meningkat. secara signifikan dari 54,8% pada bulan Desember
1998-71,2% pada bulan Juni 1999.
Fokus dari program antikorupsi bukan pada di IT tapi implikasi dari peraturan dan
prosedur, re-engineering praktek kerja, transparansi dalam prosedur, dan komunikasi yang
efektif dengan warga. Teknologi hanya telah menjadi enabler (bagian yang tidak
terpisahkan), terutama dalam membangun sistem pelacakan transparan izin dan lisensi
aplikasi. Komitmen dari pimpinan (dalam hal ini, Walikota) adalah alasan penting untuk
keberhasilan inisiatif OPEN, sebagai sumber daya yang memadai disediakan untuk proyek IT
dan ada partisipasi yang signifikan dari manajemen lini dalam melaksanakan analisis sistem

5.6 Pembelajaran Inti dari Penerapan E-government terhadap Pemberantasan


Korupsi
E-government menawarkan solusi parsial untuk beragam masalah korupsi. Ini
mengurangi diskresi, sehingga membatasi beberapa peluang untuk tindakan sewenang-
wenang. Hal ini meningkatkan peluang pengungkapan dengan menjaga data rinci tentang
transaksi, sehingga memungkinkan untuk melacak link korup dengan menunjukkan tindakan
yang salah. Dengan membuat aturan sederhana dan lebih transparan, e-government
mendorong warga dan bisnis untuk mempertanyakan prosedur yang tidak masuk akal dan
aplikasi sewenang-wenang.
1. Pemberantasan korupsi dapat ditargetkan sebagai tujuan khusus e-government. Sistem
OPEN dan CVC di Korea Selatan dan India yang dimaksudkan untuk mengubah e-
government menjadi komponen kunci dalam strategi anti-korupsi yang lebih luas
memungkinkan komunikasi yang lebih efektif dan meningkatkan transparansi.
2. Inisiatif perbaikan penyampaian layanan dilaksanakan di departemen terkenal korup.
Pemberantasan korupsi dapat ditargetkan sebagai tujuan khusus e-government. Sistem
OPEN dan CVC di Korea Selatan dan India yang dimaksudkan untuk mengubah e-
government menjadi komponen kunci dalam strategi anti-korupsi yang lebih luas
memungkinkan komunikasi yang lebih efektif dan meningkatkan transparansi.
3. Eksekutif dan pegawai negeri senior memerlukan pelatihan khusus jika mereka harus
dibuat sadar bagaimana cara terbaik untuk memulai proyek-proyek yang sukses.

67
Langkah pertama adalah mengidentifikasi skema percontohan di departemen yang
memiliki beberapa fasilitas komputerisasi, pelayanan langsung dengan masyarakat dan
kecenderungan adanya peluang korupsi.
4. Manfaat dari proyek percontohan perlu diartikulasikan secara spesifik, dengan
transparansi, korupsi dan kemiskinan yang menjadi fokus perhatian. Dalam merancang
aplikasi e-government yang menangani masalah ini, sistem desainer perlu
mengidentifikasi proses yang memungkinkan perilaku korup.
5. Metode analisis tradisional dengan menyerahkan pada konsultan sering tidak cukup
karena tingkat partisipasi warga dan PNS diperlukan untuk membuat penilaian yang
tepat: dalam proyek-proyek yang sukses, analisis tersebut cenderung bukan melalui
outsourcing. Selain itu, imbalan yang spesifik perlu diberikan kepada karyawan yang
akan 'kehilangan' /pengurangan suap.
6. Kepemimpinan yang kuat pada tingkat politik dan administrasi sangat penting untuk
memperkenalkan reformasi. Di negara-negara di mana skema percontohan telah
dilaksanakan dan survei sistematis telah mengungkapkan dampak nyata pada korupsi,
proyek harus diluncurkan pada skala yang lebih luas untuk mencakup banyak
departemen dan lokasi lainnya. Masalah infrastruktur teknologi yang lemah, tidak adanya
kerangka kebijakan yang memungkinkan dan kekurangan dana, semua harus ditangani
untuk dampak yang lebih luas yang dapat dirasakan.
7. Tidak ada negara berkembang sepenuhnya siap untuk mengakomodasi program yang
komprehensif dari e-government. Di banyak daerah, bagaimanapun, aplikasi e-
government dapat dikembangkan yang memungkinkan sebagian besar dari pelayanan
pemerintah yang diberikan secara elektronik memberikan manfaat yang signifikan dalam
mengurangi korupsi. Daripada menunggu kesiapan keseluruhan, pemerintah disarankan
untuk belajar dengan melakukannya step by step dan konsisten.

68
TATAP MUKA 6

MEDIA PEMBELAJARAN: Modul

JUDUL
6. Implemetasi E-Government di Indonesia

TUJUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN :


1. Mampu menjelaskan tentang dampak-dampak E-Government.
2. Mampu mengetahui pengaruh pada bagi Keterbukaan dan Pemberantasan Korupsi.
3. Mampu menguasai komponen utama dalam sistem open government.

URAIAN MATERI
6.1 Implementasi E-government di Indonesia
6.1.1 Sistem Aplikasi E-Government
Pada saat ini telah banyak instansi pemerintah pusat dan pemerintah daerah otonom
berinisiatif mengembangkan pelayanan publik melalui jaringan komunikasi dan informasi.
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh Kementerian
Komunikasi dan Informasi, mayoritas situs pemerintah dan pemerintah daerah otonom berada
pada tingkat pertama (persiapan), dan hanya sebagian kecil yang telah mencapai tingkat dua
(pematangan). Sedangkan tingkat tiga (pemantapan) dan tingkat empat (pemanfaatan) belum
tercapai.
Observasi secara lebih mendalam menunjukkan bahwa inisiatif tersebut di atas
belum menunjukan arah pembentukan e-government yang baik. Beberapa kelemahan yang
menonjol adalah :
a. Pelayanan yang diberikan melalui situs pemerintah tersebut, belum ditunjang oleh sistem
manajeman dan proses kerja yang efektif karena kesiapan peraturan, prosedur dan
keterbatasan sumber daya manusia sangat membatasi penetrasi komputerisasi kedalam
sistem manajemen dan proses kerja pemerintah.
b. Belum mapannya strategi serta tidak memadainya anggaran yang dialokasikan untuk
pengembangan e- government pada masing-masing instansi.
c. Inisiatif-inisiatif tersebut merupakan upaya instansi secara sendiri-sendiri; dengan
demikian sejumlah faktor seperti standardisasi, keamanan informasi, otentikasi, dan
berbagai aplikasi dasar yang memungkinkan interoperabilitas antar situs secara andal,
aman, dan terpercaya untuk mengintegrasikan sistem manajemen dan proses kerja pada
instansi pemerintah ke dalam pelayanan publik yang terpadu, kurang mendapat-kan
perhatian.

69
d. Pendekatan yang dilakukan secara sendiri-sendiri tersebut tidak cukup kuat untuk
mengatasi kesenjangan kemam-puan masyarakat untuk mengakses jaringan internet,
sehingga jangkauan dari layanan publik yang dikembangkan menjadi terbatas pula.
Inefisiensi dalam administrasi pemerintah dapat ditemukan dengan keber-adaan
basisdata nasional yang terpisah-pisah, seperti basisdata kependudukan, pertanahan,
kendaraan bermotor, dan pajak. Memiliki basisdata terpisah berarti bahwa masyarakat harus
melakukan registrasi rangkap, melalui proses kertas kerja yang panjang untuk berbagai
perizinan dan membutuhkan beberapa kali kunjungan ke lembaga-lembaga pemerintah.
Dalam sistem ini, pemerintah menyediakan berbagai layanan, meliputi penerbitan berbagai
surat/ izin, konsultasi, pemrosesan petisi masya-rakat, pembayaran elektronik, dan penye-
baran informasi pemerintah. Pendekatan multi kanal diperlukan untuk menjamin partisipasi
maksimal dari masyarakat dan pebisnis dalam e-government mengingat masing-masing
kelompok akan memiliki tingkatan akses yang berbeda terhadap masing-masing kanal.
Sebagai contoh, masyarakat pedalaman cenderung tidak memiliki akses terhadap kanal
elektronik (seperti Internet, e-mail, handphone, TV dijital) dibandingkan masyarakat
perkotaan.
Saat ini banyak lembaga pemerintah yang menyatakan dirinya sudah
mengaplikasikan e-government padahal pada kenyataannya lembaga-lembaga pemerintahan
tersebut baru dalam tahap web presence, masih belum terlihat adanya penerapan e-
government yang benar-benar dijalankan secara mendalam. Oleh karena itu banyak yang
menyatakan bahwa pelaksanaan e-government belum optimal karena secara riil beberapa
pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah masih menggunakan cara-cara yang manual.
Seorang warga harus secara face to face mendatangi petugas yang bersangkutan di kantor
pemerintahan. Hal ini sangatlah tidak efektif dan efisien karena mengeluarkan biaya yang
lebih banyak dari biaya sebenarnya dan juga dirasakan menjadi sangat merepotkan karena
harus mendatangi kantor pemerintahan tersebut.
Menurut hasil penelitian (sosiawan, 2005), secara ketentuan teknis masing-masing
websites Pemprov yang menjadi telah mengikuti beberapa standar yang diperlukan dalam
pembangunan web sebagai media komunikasi dan informasi berdasar ketentuan yang
dikeluarkan oleh KOMINFO. Kekurangan yang paling menonjol dari pembangunan websites
Pemprov tersebut adalah masih dalam tahapan pematangan atau masih sampai pada fase
penyediaan ruang komunikasi interaktif saja, sementara fase ke tahapan lanjut yaitu fase
pemantapan berupa ketersedian pelayanan publik serta pemanfaatan berupa layanan lintas
instansi masih belum menunjukkan ke arah sana. Pada pengamat-an terakhir (2007) ternyata

70
masih menunjuk-kan hal yang sama dari fenomena di atas, meskipun beberapa situs milik
pemprov bergerak ke arah fase ke tiga. Hanya saja pergerakkannya nampaknya masih
terbata-bata dan belum optimal. Rata-rata keter-sediaan links informasi dari situs Pemprov
yang diteliti cukup banyak dan lengkap namun justru ini yang menjebak pihak Pemprov
untuk tidak mengembangkan beberapa aplikasi layanan e-government yang sesungguhnya
yaitu berupa layanan layanan seoerti pembuatan KTP, e-employment, layanan hukum,
perijinan dan sebagainya.
Secara kuantitatif situs web pemkab dan pemkot sudah cukup banyak, meskipun
secara kualitas baik dalam arti sudah sesuai dengan beberapa standar yang diperlukan dalam
pembangunan web ber-dasar panduan yang dikeluarkan oleh KOMINFO. Namun
kekurangannya juga sama dengan hampir semua situs web pemprov yaitu masih berada pada
tahapan web presence atau tahapan pematangan, meskipun beberapa diantaranya sedang
bergerak ke arah fase ke tiga. Pada jajaran lembaga tinggi dan lembaga non depar-temen,
secara faktual kuantitatif dan kualitas maka nampak sekali perbedaannya dengan situs web
pemda. Umumnya hampir setipa lembaga non pemerintahan telah memiliki situs web dan
rata-rata optimalisasi fasilitas di dalamnya sudah mampu mendahului jenjang tingkatan situs
pemda. Infikator tersebut dapat dilihat dari berbagai fasilitas link dan layanan yang ada pada
situs lembaga yang mendekati kesempuranaan fase ke tiga yang terdiri dari aplikasi formulir
dan sebagainya. Salah satu contoh situs lembaga yang telah mengoptimalkan situs web nya
adalah www.ristek.go.id. Dari web ristek tersebut saat ini sudah mampu membuat aplikasi
pendaftaraan online dalam rangka hibah maupun tawaran bantuan pembiayaan dalam riset
dan lain sebagainya. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa implementasi e-government di
Indonesia lebih banyak didominasi oleh situs milik pemprov, pemkab dan pemkot. Namun,
situs-situs yang melayani masyarakat dalam urusan umum tersebut masih belum optimal
dalam pelaksanaannya baik kuantitas mapun kualitasnya. Artinya ada kendala dan hambatan
yang dialami oleh pihak pemda dalam hal mewujudkan implementasi e-government yang
ideal.

6.1.2 Infrastruktur
Secara faktual sebagian besar kantor pemerintah daerah sudah memiliki koneksi
LAN dan sebagian kecil yang telah memiliki koneksi WAN. Meskipun sudah memiliki
koneksi LAN di kantor pemerintah daerah, tetapi pertukaran data melalui komunikasi data
belumlah banyak dilakukan, mengingat ketiadaan data dan informasi yang diharapkan karena
masih rendahnya konsepsi basis datanya. Hal ini disebabkan karena kultur

71
mendokumentasikan belum lazim. Bahkan arsip atau dokumen pribadi belum terkelola
dengan baik, sehingga ini juga menjadi hambatan dalam integrasi dan pertukaran data.
Pada sisi lain dalam hal koneksi ke internet Instansi pemerintah di daerah secara
sekilas kadang tidak mem-punyai pilihan yang terlalu banyak untuk dapat melakukan koneksi
ke Internet, mengingat di beberapa daerah hanya tersedia sedikit provider internet sehingga
sering ditemui pemda yang hanya bergantung pada satu provider saja tanpa ada pilihan lain.
Poin diatas tentunya memiliki keterkaitan terbatasnya tempat akses informasi. Tempat akses
informasi (khususnya internet ) jumlahnya masih terbatas bila tersedia umumnya
mengelompok hanya di sekitar lembaga perguruan tinggi berupa warnet dan penyediaan
layanan wi-fi (area hot spot). Selain perguruan tinggi beberapa sekolah menengah atas telah
mulai mengembangkan fasilitas tempat akses informasi, namun di instansi pemerintah belum
atau masih sangat terbatas. Saat ini mulai muncul embrio cyber government seperti di
provinsi Jawa Timur dan Kabupaten Sragen.
Sebagai gambaran, pada tahun 2004 penetrasi internet baru mencapai 11,2 juta
penduduk atau sekitar 5,17% dari total populasi Indonesia. Pada tahun 2006 dengan
1.500.000 jumlah pelanggan internet dan 18.000.000 pengguna internet dengan laju penetrasi
8,1%, sehingga dapat disimpulkan bahwa persentase penggunaan internet di Indonesia masih
rendah. Tingkat penetrasi yang rendah ini juga merupakan suatu kendala besar dalam
implementasi egovernment (Sumber:Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia/APJII,(www.apjii.or.id).
Bila diuraikan lebih dalam lagi tentunya jumlah pengguna internet tersebut tidak
semuanya adalah pengguna langsung situs web pemda atau prosentasenya dapat dipastikan
tidak begitu besar mengingat egov belum memiliki brand awarness di kalangan masyarakat.
Sumber data yang berasalal dari International Communication Union (2006) menunjukkan
Indonesia tertinggal dalam penetrasi teknologi komunikasi dan informasi di lingkungan
global, Indonesia menempati urutan ke-50 dari 125 negara pada tahun 2006.

6.1.3 Hambatan implementasi eGovernment di Indonesia


Hambatan penerapan e-government dapat dilihat misalnya dari hasil pengamatan
yang dilakukan Kementrian Komunikasi yang menyimpulkan bahwa mayoritas situs
pemerintah Pusat dan pemerintah daerah masih berada pada tingkat persiapan, apabila
ditinjau dari sejumlah aspek, diantaranya :
1. E-Leadership. Prioritas dan inisiatif negara di dalam mengantisipasi dan
memanfaatkan kemajuan teknologi informasi.

72
2. Infrastruktur Jaringan Informasi. Kondisi infrastruktur telekomunikasi serta akses,
kualitas, lingkup dan biaya jasa akses.
3. Pengelolaan Informasi. Kualitas dan keamanan pengelolaan informasi

4. Lingkungan Bisnis. Kondisi pasar, sistem perdagangan, dan regulasi yang


membentuk konteks perkembangan bisnis teknologi informasi
5. Masyarakat dan Sumber Daya Manusia.
Difusi teknologi informasi di dalam kegiatan masyarakat baik perorangan maupun organisasi,
serta sejauh mana teknologi informasi disosialisasikan kepada masyarakat melalui proses
pendidikan. Terdapat sejumlah kelemahan pembentukan e-government di Indonesia :
1. Pelayanan yang diberikan situs. pemerintah belum ditunjang oleh sistem manajemen
dan proses kerja yang efektif karena kesiapan peraturan, prosedur dan keterbatasan
SDM sangat membatasi penetrasi komputerisasi ke dalam sistem pemerintah.
2. Belum mapannya strategi serta tidak memadainya anggaran yang dialokasikan untuk
pengembangan e-government.
3. Inisiatif merupakan upaya instansi secara sendiri-sendiri, dengan demikian sejumlah
faktor seperti standarisasi, keamanan informasi, otentifikasi dan berbagai aplikasi
dasar yang memungkinkan interoperabilitas antar situs secara andal, aman, dan
terpercaya kurang mendapat perhatian.
4. Kesenjangan kemampuan masyarakat untuk mengakses jaringan internet.

6.2 Perkembangan e-government di Indonesia


Perkembangan e-government yang sudah diterapkan di Indonesia saat ini diperoleh
dari hasil pengukuran terhadap data sekunder (hasil pemeringkatan PeGI) berupa skala
kematangan implementasi e-government. Berdasarkan hasil pemeringkatan, dipilih data yang
mempunyai kriteria BAIK sebagai tolak ukur tingkat perkembangan e-government. Sebelum
melakukan mapping terhadap skala kematangan, sebelumnya dilakukan roadmap terhadap
pengukuran, pentahapan dan tingkat kematangan e-government dengan menggunakan nilai
indikator dari penelitian sebelumnya, yaitu indikator penilaian Waseda, UN, Brown dan
PeGI.
A. Pengukuran e-government
Pengukuran e-government diukur menggunakan parameter variabel indikator dari
indikator penilaian Waseda, UN, Brown dan PeGI. Berdasarkan parameter yang ada, dapat
dilihat pola pengukuran e-government untuk e-government 0.0, 1.0, 2.0 dan 3.0. Hasil akhir

73
berupa roadmap dan gambaran perkembangan e-government di Indonesia sudah sampai
tingkat berapa.

Data sekunder (hasil pemeringkatan e-government PeGI) akan didefinisikan ke


dalam pola pengukuran e-government, pentahapan e-government dan tingkat kematangan e-
government. Untuk data yang akan diuji dipilih 6 lembaga terbaik untuk tingkat pemerintah
pusat dan 4 lembaga terbaik untuk tingkat pemerintah daerah. Tingkat kematangan akan
diukur menggunakan skala kematangan COBIT. Hasil interpretasi yang diperoleh merupa-
kan hasil analisa terhadap perkembangan e-government Indonesia saat ini. Tabel indikator
pengukuran dapat dilihat pada tabel 6.1, 6.2, 6.3 dan 6.4.

B. Pentahapan e-government
Pentahapan e-government dapat diukur menggunakan parameter variabel indikator dari
beberapa indikator berikut yaitu indikator penilaian Waseda, UN, Brown dan PeGI.
Berdasarkan parameter yang ada, dapat dilihat pola pentahapan e-gover-nment yang
mengadopsi pola pentahapan UN (1-emerging, 2-enhanced, 3-interac-tion, 4-transaction dan
5-seamless). Hasil akhir berupa roadmap dan gambaran perkembangan e-government di
Indonesia sudah sampai tingkat berapa. Tabel indikator pengukuran pentahapan e-
government dapat dilihat pada Tabel 6.5, 6.6, dan 6.7

C. Tingkat Kematangan e-government


Pengukuran tingkat kematangan e-government dapat diukur menggunakan parameter variabel
indikator dari penilaian Waseda, UN, Brown dan PeGI. Berdasarkan parameter yang ada,
dapat dilihat pola tingkat kematangan yang menggunakan skala kematangan COBIT (level
0,1,2,3 atau level 4). Hasil akhir berupa roadmap dan gambaran tingkat kematangan dari
perkembangan e-government di Indonesia. Tabel indikator pengukuran tingkat kematangan
dapat dilihat pada Tabel 6.8, 6.9, 6.10, dan 6.11.

74
Tabel 6.1
Hasil Pengukuran E-Government Waseda University

Indikator e-gov 0.0 e-gov 1.0 e-gov 2.0 e-gov 3.0


Kesiapan Jaringan Belum ada LAN, Client =server WAN, peer to peer Cloud Computing
Fungsi Aplikasi Belum ada Akses informasi masih Akses informasi sudah Menyediakan akses
sedikit interaktif interaktif layanan untuk cacat
melalui video/audio clips
Optimalisasi Belum ada Pengelolaan konten Folkonomi, dapat Sudah mengarah ke
taksonomi melakukan proses auto konsep AI (Artificial
complete, chat, voice Inteligent
layaknya aplikasi desktop
Portal Nasional Belum ada Komunikasi masih bersifat Sudah terwujud Aplikasi online sudah
satu arah, informatif komunikasi dua arah dapat berinteraksi dan
didukung oleh layanan
server yang terintegrasi
CIO di Pemerintah Belum ada Peran CIO bersifat ad-hoc CIO sudah membuat Full control terhadap
perencanaan yang matang fungsi layanan, bukan
dalam menyusun strategi hanya disisi IT tetapi juga
ke depan sosial dan administrasi
Promosi e-government Belum ada Face to face Sistem berjejaring Memiliki konvergensi
yang tinggi antara dunia IT
yang telekomunikasi

75
Tabel 6.2.
Hasil Pengukuran E-Government United Nation

Indikator e-gov 0.0 e-gov 1.0 e-gov 2.0 e-gov 3.0


Situs web Belum ada Komunikasi satu arah, isi Komunikasi dua arah, Full layanan online yang
konten HTML XML sudah terintegrasi
Infrastruktur ICT Belum ada LAN, mail server, web “Capacity WAN” Server, aplikasi,
server, file server pelayanan, integratif,
Dedicated & Secure Server, aplikasi,
pelayanan, parsial
Human Capital Belum terbentuk Budaya pengetahuan dan Budaya komunikai digital Budaya Pelayanan dan
kerja digital koordinasi digital

Tabel 6.3.
Hasil Pengukuran E-Government Brown University
Indikator e-gov 0.0 e-gov 1.0 e-gov 2.0 e-gov 3.0
Information Availability Belum ada Koneksi antar lokasi Fokus kapasitas jar. Data Fokus kualitas jar. Portal
Dokumentasi digital lintas instansi, Sekuritas lintas instansi, Layanan
Kolaborasi on-line dan otoritas publik online, layanan
Situs data mutakhir terkoordinasi satu pintu
Service Delivery Belum ada Web Portal Sms, email, CMS PDA
Public Access Belum ada Portal statis yang bersifat Layanan dua arah seperti Cloud Computing
informatif email, web service

76
Tabel 6.4.
Hasil Pengukuran E-Government PeGI

Indikator e-gov 0.0 e-gov 1.0 e-gov 2.0 e-gov 3.0


Kebijakan Belum ada Komunikasi elektronik Akuntabilitas Transparansi
untuk koordinasi Kualita layanan
masyarakat,
Data digital
Bahan Kebijakan
Kelembagaan Belum ada Fungsi pengendali, Tim Koordinator Pengelola Single Digital
ad-hoc Manajemen WAN, Tim Standarisasi Front Office,
Proyek, Fungsi Perencana, Aplikasi, Koordinator
Service
Komite Stakeholder Pengelola Informasi
Helpdesk
Infrastruktur Belum ada LAN WAN Cloud Computing
Aplikasi Belum ada Internet Web Portal, Aplikasi Pelayanan Publik Aplikasi Pelayanan
Kolaborasi Elektronik Online, Sistem Informasi Terintegrasi, e-
Eksekutif , Basis data referendum, e-
terintegrasi procurement
Perencanaan Belum ada Standarisasi Jaringan, Arsitektur Aplikasi, Arsitektur Pelayanan
Kewenangan Informasi Standarisasi Aplikasi SI

77
Tabel 6.5
Hasil pentahapan e-government Waseda University

Indikator Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 5


Kesiapan Jaringan Persiapan PC, Pemanfaatan Mentransformasikan Optimalisasi Infrastruktur back
koneksi layanan web infrastruktur dalam konsep IT dengan pemanfaatan SI/TI office terintegrasi
resmi yang masih mendukung layanan kebutuhan layanan
bersifat statis
Fungsi Aplikasi Layanan web portal Menyediakan informai Menyediakan layanan Registrai pajak, Entitas koneksi yang
lebih banyak informasi online dua arah, perizinan, kartu terintegrasi
tentang kebijakan download able identitas melalui
public dan informasi layanan 24/7
pemerintah
Optimalisasi Kepengelolaan Kajian Kondisi Grand design SITEL, Tata Komunikasi Standarisasi Publikasi
SITEL Standarisasi jaringan Web yang terintegrasi
Portal Nasional File sharing Situs web (CMS) Pengarsipan digital SI dan basis data lokal Basis data terintegrasi
CIO di Pemerintah Kehadiran Peranan pemerintah Pemerintah mulai Sudah ada monitoring Pemerintah sudah
pemerintah masih sudah mulai mentransformasikan diri full dan tools menerapkan konsep
bersifat adhoc diperhatikan bukan dalam cakupan IT pendukung BI untuk akses
tetapi juga diluar IT informasi
Promosi e-government Web portal yang Web portal sudah lebih Menyediakan layanan Sudah ada proses Layanan satu pintu,
masih menyajikan menarik, update transaksi untuk registrasi dan informasi karena sudah
informasi yang informasi secara kemudahan layanan update terintegrasi secara
sifatnya satu arah dinamis online penuh
dan statis

78
Tabel 6.6
Hasil pentahapan e-government UN
Indikator Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 5
Situs web Komunikasi Internet Enhanced Messaging SI dan Basis Data Sistem informasi Aplikasi pelayanan
sederhana (Email) (UMS), Kolaborasi Lokal, Extranet Web Eksekutif terintegrasi
elektronik portal
Infrastruktur ICT LAN Document workflow “Capacity WAN” Arsitektur Aplikasi, Arsitektur Pelayanan
server Dedicated & Secure Tata Komunikasi
Human Capital Aturan Kerjasama Aturan manajemen Tata komunikasi, Budaya Komunikasi, Budaya Pelayanan
Kemitraan proyek, Tata Kelola Kewenangan Informasi koordinasi digital Digital
Operaional

Tabel 6.7
Hasil pentahapan e-government PeGI
Indikator Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 5
Kebijakan Belum terencana Sudah mulai menyusun Memaksimalkan Mentransformasikan Integritas kinerja
visi misi organisasi operasional dalam informasi ke semua layanan
pencapaian visi misi unit dan sudah ada full
control
Kelembagaan Belum terencana Pemerintah mulai Pemerintah mulai Pemerintah mulai Koneksi antar
merencanakan strategi memantapkan semua mentransformasikan pemerintah dan antar
pencapaian layanan kinerja layanan dirinya dengan stakeholder yang
memperkenalkan terintegrasi
interaksi dua arah
antara masyarakat
dengan pemerintah

79
Infrastruktur Belum terencana Sudah ada pola inter- “Capacity WAN” Koneksi infrastruktur
aktif dengan layanan Dedicated & secure yang terintegrasi
yang dirancang sehingga
layanan transaksi dapat
dinikmati oleh masya-
rakat
Aplikasi Belum terencana Ada tautan (link) ke Pemerintah menyedia- Menyediakan layanan Sistem back office
arsip informasi, misal : kan layanan online, akses 24/7, seluruh yang terintegrasi, e-
dokumen, formulir, sepertinya misalnya transaksi dilakukan participation
laporan, undang- formulir yang dapat secara online
undang dan peraturan diunduh untuk
pembayaran pajak dan
perpanjangan izin
Perencanaan Belum terencana Merencanakan strategi Memanfaatkan unit dan Optimalisasi Pemerintah men-
untuk pemanfaatan infrastruktur untuk perencanaan sistem transformasikan
aset mengambil kebijakan dirinya menjadi
entitas terkoneksi
dengan perencanaan
sistem yang
terintegrasi

80
Tabel 6.8
Hasil kematangan e-government Waseda University

Indikator Level 0 Level 1 Level 2 Level 3 Level 4


Kesiapan Jaringan Persiapan LAN WAN “Capacity WAN” Server, aplikasi,
Dedicated & Secure pelayanan, integratif
Fungsi Aplikasi Belum ada Kolaborasi elektronik Extranet web portal Basis data terintegrasi, Aplikasi pelayanan
Sistem Informasi terintegrasi
Eksekutif
Optimalisasi Belum ada Membuat perencanaan Kewenangan informasi Sistem administrasi Tingkat efisiensi ang-
anggaran sudah terarah dan garan, sistem adminis-
monitoring yang trasi terintegrasi
terkontrol
Portal Nasional Belum ada Web portal masih Web portal bersifat Aplikasi pelayanan Transparansi
bersifat statis dinamis publik
CIO di Pemerintah Belum diterapkan Persiapan menuju arah Sudah ada perhatian dari Sudah ada monitoring Sudah ada
perkembangan CIO terhadap arah dan terhadap semua benchmarking dengan
organisasi tujuan organisasi rencana dan strategi negara-negara lain
Promosi e-government Belum dilakukan Masih dilakukan Promosi sudah dila- Penerapan metode Adanya transparansi
melalui portal secara kukan secara dinamis, transaki pelayanan sistem yang sudah
informative sudah ada komunikasi publik terintegrasi
dua arah

81
Tabel 6.9
Hasil kematangan e-government UN

Indikator Level 0 Level 1 Level 2 Level 3 Level 4


Situs Web Persiapan Komunikasi sederhana Kolaborasi Elektronik Aplikasi Pelayanan Aplikasi Pelayanan
(email) Publik Terintegrasi
Infrastruktur ICT Kajian kondisi Arsitektur LAN Arsitektur Informasi Arsitektur Aplikasi Arsitektur Pelayanan
Human Capital Budaya Pengetahuan Budaya Kerja Digital Budaya Komunikasi Budaya Koordinasi Budaya Pelayanan
Digital Digital Digital Digital

Tabel 6.10
Hasil kematangan e-government Brown University

Indikator Level 0 Level 1 Level 2 Level 3 Level 4


Information Koordinasi, Koneksi lokal (LAN) Koneksi antar lokasi Fokus kapasitas Fokus kualitas
Availability Informasi, Pelayanan Penggunaan email Dokumentasi digital jaringan jaringan
Akses Internet Kolaborasi online Data lintas instansi Portal lintas instansi
Situs web (statis) Situs data mutakhir Sekuritas dan otoritas Layanan publik online

Service Delivery Tranformasi “Edukasi Digital” “Informai Digital” “Transaksi Digital” “Pelayanan digital”
Birokrasi
Public Access Komunikasi Arsip digital sumber Data digital bahan Akuntabilitas Kualitas Transparansi
elektronik untuk informasi kebijakan layanan masyarakat
koordinasi

82
Tabel 6.11
Hasil Kematangan E-Government Pegi

Indikator Level 0 Level 1 Level 2 Level 3 Level 4


Kebijakan Tingkat pengenalan Tingkat pemanfaatan Tingkat kesesuaian Tingkat alignment Tingkat efisiensi
pegawai terhadap vii TIK terhadap visi misi antara implementasi antara visi dan misi, dalam penggunaan
misi, pemanfaatan dan trategi dengan perencanaan strategi perencanaan sumber-sumber
TIK, peraturan, dan skala prioritas serta pendanaan
ketetapan intansi anggaran
Kelembagaan Belum ada legalita Tupoksi sudah terde- Tingkat kesesuaian Tingkat alignment Tingkat integrasi dan
secara tertulis, tu- finisi dengan jelas dan antara tupoksi sudah antara tupoksi, legalitas efisiensi terhadap
pokso masih bersifat sudah dijalani sesuai terwujud, kelengkapan serta kelengkapan unit struktur organisasi,
adhoc, struktur orga- dengan jobdesk, ada unit dan aparatur sudah dan aparatur tupoksi dan
nisasi belum sepe- perubahan terhadap mulai terwujud kelengkapan unit dan
nuhnya mendukung struktur organisasi aparatur
operasional yang ada secara fungsional
Infrastruktur PC LAN, file server, mail WAN Message server, Server aplikasi lokal, Server integrasi
server dokumen workflow server basis data lokal
server
Aplikasi Tidak ada persiapan Akses internet, file Kolaborasi elektronik, Ekstranet web portal, Sistem informasi
sharing situs web internet web portal, SI dan basidata lokal, eksekutif, aplikasi
(CMS) pengarsipan digital aplikasi pelayanan pelayanan terintegrasi
publik seperti e-referendum,
e-procurement
Perencanaan Belum ada perenca- Baru memulai Sudah ada pematangan Strategi sudah Sudah ada sinergi
naan yang matang, penyusunan strategi terhadap perencanaan diterapkan secara terhadap semua
semua masih bersifat terhadap apa-apa yang melalui strategi yang optimal dan ada proses strategi yang
adhoc sudah direncanakan sudah ditentukan monitoring direncanakan

83
Pengukuran data sekunder dilakukan berdasarkan interpretasi terhadap hasil
pengukuran yang sudah dilakukan oleh PeGI. Data yang dipilih adalah data yang memiliki
kriteria baik untuk indikator penilaian PeGI. Penentuan lembaga berada ditingkat berapa/pada
tahapan berapa/level kematangan berapa dilakukan berdasarkan hasil mapping yang sudah
tergambar pada hasil matrik (roadmap) disetiap pengukuran yang sudah dipetakan
sebelumnya.
Berdasarkan hasil analisa dapat ditarik beberapa kesimpulan sekaligus merupakan
jawaban dari research question tentang kajian e-government Indonesia sebagai berikut :
1. Implementasi e-government Indonesia saat ini, Dilihat dari sisi aplikasi layanan baik itu
G2C, G2B, maupun G2G, indonesia saat ini masih tertinggal jauh. Layanan back office
(G2B) masih belum memberikan dukungan sepenuhnya terhadap layanan front office
(G2C dan G2B), hal itu juga disebabkan oleh kurangnya komitmen dari para stakeholder.
Penerapan TIK yang belum merata, tingkat kemampuan sumber daya manusia yang masih
kurang handal juga tercermin pada budaya kerja, budaya organisasi dan kepemimpinan.
Kebijakan yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah baik itu tentang tujuan penerapan,
manfaat bahkan strategi pengembangan e-government belum sepenuhnya dilaksanakan.
Sampai saat ini layanan portal hampir dimiliki oleh hampir semua lembaga pemerintah,
lembaga pemerintah non departemen, dan pemerintah daerah, tetapi pemanfaatan IT dalam
hal ini masih sangat minim, administrator web hanya melakukan update berdasarkan
informasi sekunder seperti dari surat kabar, internet dan hasil perbandingan opini publik.
Jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti malaysia dan singapura,
indonesia sudah jelas tertinggal. Di dua negara tersebut, layanan yang sifatnya back office
bahkan sudah terintegrasi dengan layanan yang sifatnya front office, seperti adanya
layanan MyCad diMalaysia, pasport online di Singapura atau bahkan layanan bea cukai
online yang sudah diterapkan di Inggris. Sedangkan implementasi layanan e-government
yang ada di indonesia saat ini untuk lembaga pemerintah seperti layanan pajak, download
berkas, registrasi tetapi untuk pengaktifan anggota sudah online. Atau sistem layanan e-
procurement yang tersedia pada portal pemerintah daerah Surabaya, tetapi sistem layanan
tersebut sudah hampir sepenuhnya memenuhi kebutuhan pihak swasta.
2. Perkembangan e-government Indonesia saat ini, Berdasakan hasil mapping pengukuran
tingkat perkembangan e-government, baik menggunakan indikator waseda, UN, Brown
dan PeGI, posisi e-government indonesia masih berada pada tahap pematangan dengan
tingkat kematangan berada pada level 2 menuju level 3. Nilai ini diperoleh dari beberapa
sudut pandang hasil pemetaan roadmap. Hampir disemua lembaga pemerintah sudah

84
memiliki portal bahkan sampai ke tingkat transaction, tetapi optimalisasi masih dirasa
kurang, hal ini disebabkan karena kurangnya anggaran terhadap persiapan lapangan baik
itu infrastruktur, penerapan TIK maupun sumber daya manusia. Letak geografis dan
perbedaan tingkat ekomoni juga memicu terjadinya kesenjangan digital di lingkungan
masyarakatnya.
3. Pengukuran tingkat kematangan berdasarkan indikator penilaian PeGI bila dibandingkan
dengan indikator penilaian dari waseda, UN, dan Brown hampir memiliki persamaan
seperti penilaian kebijakan dan kelembagaan hampir memiliki peran sama dengan
penilaian CIO di Pemerintah pada indikator Waseda atau human capital pada indikator
UN. Penilaian aplikasi, infrastruktur juga memiliki kesamaan dengan indikator kesiapan
jaringan, promosi e-government dan portal nasional pada waseda, atau situs web dan
infrastruktur TIK pada indikator UN, information availability dan public access pada
indikator Brown.

85
TATAP MUKA 7

MEDIA PEMBELAJARAN: Modul

JUDUL
7. Pedoman Sukses Implementasi Proyek E-government

TUJUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN :


1. Mampu menjelaskan tentang dampak-dampak E-Government.
2. Mampu mengetahui pengaruh pada bagi Keterbukaan dan Pemberantasan Korupsi.
3. Mampu menguasai komponen utama dalam sistem open government.

URAIAN MATERI

7.1 Pendahuluan
Pemerintahan di seluruh dunia pada saat ini menghadapi "tekanan" dari berbagai
pihak untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik dan meningkatkan partisipasi aktif
dalam pemberian informasi bagi masyarakat serta dituntut untuk lebih efektif. Hal tersebut
menyebabkan e-Government atau pemerintahan berbasis elektronik semakin berperan penting
bagi semua pengambil keputusan. Pemerintah Tradisional (traditional government) yang
identik dengan paper-based administration mulai ditinggalkan.
Kunci sukses implementasi e-government tidak terlepas dari bagaimana mengatasi
sejumlah hambatan yang dihadapi. Hambatan penerapan e-government dapat dilihat
misalnya dari hasil pengamatan yang dilakukan Kementrian Komunikasi yang menyimpulkan
bahwa mayoritas situs pemerintah Pusat dan pemerintah daerah masih berada pada tingkat
persiapan, apabila ditinjau dari sejumlah aspek, diantaranya :
1. E-Leadership. Prioritas dan inisiatif negara di dalam mengantisipasi dan memanfaatkan
kemajuan teknologi informasi.
2. Infrastruktur Jaringan Informasi. Kondisi infrastruktur telekomunikasi serta akses,
kualitas, lingkup dan biaya jasa akses.
3. Pengelolaan Informasi. Kualitas dan keamanan pengelolaan informasi
4. Lingkungan Bisnis. Kondisi pasar, sistem perdagangan, dan regulasi yang membentuk
konteks perkembangan bisnis teknologi informasi
5. Masyarakat dan Sumber Daya Manusia. Difusi teknologi informasi di dalam kegiatan
masyarakat baik perorangan maupun organisasi, serta sejauh mana teknologi informasi
disosialisasikan kepada masyarakat melalui proses pendidikan.
Terdapat sejumlah kelemahan pembentukan e-government di Indonesia :
1. Pelayanan yang diberikan situs pemerintah belum ditunjang oleh sistem manajemen dan
proses kerja yang efektif karena kesiapan peraturan, prosedur dan keterbatasan SDM
sangat membatasi penetrasi komputerisasi ke dalam sistem pemerintah.
86
2. Belum mapannya strategi serta tidak memadainya anggaran yang dialokasikan untuk
pengembangan e-government.

3. Inisiatif merupakan upaya instansi secara sendiri-sendiri, dengan demikian sejumlah


faktor seperti standarisasi, keamanan informasi, otentifikasi dan berbagai aplikasi dasar
yang memungkinkan interoperabilitas antar situs secara andal, aman, dan terpercaya
kurang mendapat perhatian.
4. Kesenjangan kemampuan masyarakat untuk mengakses jaringan internet.

7.2 Elemen Sukses Implementasi Proyek E-government


Mempelajari hal-hal teknis lainnya terutama yang berhubungan dengan teknologi
informasi dan internet yang menjadi tulang punggung aplikasi pada proyek e-Government;
dan lain sebagainya. Berikut merupakan pedoman keberhasilan pelaksanaan proyek e-
government (Subhash Bhatnagar, 2009) yaitu :
1 Siklus Hidup dari Proyek E-Government
Proyek e-government, seperti aplikasi Teknologi Informasi lainnya memiliki siklus
hidup dari konseptualisasi terhadap titik di mana ia digantikan oleh sistem baru. Menurut
Subhash Bhatnagar, (2009) Siklus hidup proyek e-government dapat digambarkan sebagai
terdiri dari enam fase sebagaimana dapat dilihat pada gambar 7.1 yaitu :

Conceptualization Analysis & Design Construction

Enhancements Evaluation Piloting and Rollout

Sumber : Subhash Bhatnagar, (2009)


Gambar 7.1 Siklus Hidup Proyek E-Government

Tiga tahap yang pertama merupakan tahap 'pembangunan' dari aplikasi dan tiga
tahap terakhir mendefinisikan 'implementasi'nya. Ada sejumlah besar pemangku kepentingan
yang aktif berkontribusi pada pelaksanaan tugas yang berbeda selama siklus hidup proyek
atau pada gilirannya dipengaruhi oleh aplikasi.
1. Konseptualisasi Proyek merupakan fase proyek konseptualisasi mendefinisikan visi
keseluruhan, misi dan tujuan proyek, hasil yang akan dicapai dan ruang lingkup dan
skala proyek. Tujuannya didefinisikan dalam konteks agenda politik dan pemerintahan

87
secara keseluruhan pemerintah. Hasil didefinisikan sebagai manfaat terukur untuk
disampaikan kepada pemangku kepentingan yang berbeda
2. Analisis dan Desain : Fase konseptualisasi menentukan hasil yang akan dicapai oleh
aplikasi yang diusulkan, mengakui kebutuhan untuk mereformasi proses saat ini tetapi
tidak rinci proses baru ke tingkat yang solusi TIK yang dapat dikembangkan. Jadi, salah
satu tugas dalam analisis adalah untuk mendokumentasikan proses yang ada,
menganalisis mereka untuk memahami reformasi proses yang perlu dilakukan untuk
mencapai hasil yang diusulkan. Dalam mekanisme pemberian layanan yang ada, tidak
berlebihan jika menambahkan proses mungkin dilakukan. Proses bisnis harus ditinjau
dan dirasionalisasi atau dihilangkan. Beberapa proses baru mungkin harus ditambahkan
untuk memastikan bahwa hasil yang diinginkan tercapai. Latihan menambah dan
menghapus proses disebut sebagai rekayasa ulang dan merupakan bagian yang sangat
penting dari tahap analisis dan desain. Cara baru memberikan layanan juga perlu
didokumentasikan dalam bentuk solusi TIK yang dapat dirancang dan dikembangkan.
Diagram aliran data adalah salah satu cara untuk mendokumentasikan menjadi proses
bisnis.
3. Konstruksi adalah fase pembangunan yang sebenarnya dari aplikasi perangkat lunak,
aplikasi yang baik dapat dibangun sendiri atau outsourcing. Ada masalah, apakah akan
menggunakan perangkat lunak berlisensi atau Open Source / Free Software. Juga,
standar yang harus diikuti dalam proses pembangunan juga perlu ditentukan. Open
Source Software adalah perangkat lunak di mana kode sumber tersedia; perangkat
lunak dapat bebas didistribusikan (ke lokasi yang berbeda), dapat digunakan tanpa
pembatasan tetapi integritas software penulis harus dilindungi. Software gratis, di sisi
lain, dapat dimodifikasi, diperbaiki, digunakan dengan cara apapun dan didistribusikan.
Standar spesifikasi teknologi yang dikembangkan bersama-sama, diikuti universal dan
mengatasi kebutuhan umum dan tujuan. Dengan desain, produk dan jasa yang
mengikuti standar terbuka yang tersedia dari banyak vendor. Untuk pengguna, ini
berarti harga yang lebih rendah karena persaingan, kemerdekaan dari vendor,
fleksibilitas dalam mengubah vendor, pencampuran produk dari vendor yang berbeda
dan pengoperasian. Kebanyakan administrator tidak akan dilengkapi dengan
pengetahuan teknis yang memadai untuk membuat keputusan seperti itu. Saran ahli
harus dicari dari mana pun yang tersedia.
Piloting dan Rollout : Implementasi percontohan di lokasi yang dipilih beberapa dapat
memberikan umpan balik yang sangat berguna untuk peluncuran skala yang lebih luas.

88
Ini memberikan kesempatan untuk mengujicoba secara menyeluruh dari aplikasi.
Potensi masalah yang berada di luar kendali dari tim proyek dapat muncul sehingga
memungkinkan manajer proyek untuk menjadi lebih siap untuk menangani masalah
dalam peluncuran skala yang lebih luas. Masalah karena ruang lingkup, model
pengiriman dan desain dapat diperbaiki. Sebuah perkiraan yang realistis dari upaya
yang diperlukan untuk menerapkan dan mendukung peluncuran skala penuh dapat
dibuat. Lokasi percontohan perlu menutupi geografi yang berbeda untuk menangkap
variabilitas dalam kondisi yang kemudian dapat menimbulkan berbagai masalah. Salah
satu keputusan dalam pelaksanaan skala penuh adalah pentahapan dari peluncuran
tersebut. Ini adalah keputusan taktis berdasarkan sumber daya yang tersedia di perintah
dari pemimpin proyek. Salah satu isu keputusan dalam pelaksanaan adalah bagaimana
proses perubahan dari yang lama ke sistem baru harus dikelola. Banyak jalan yang
berbeda dapat diikuti dalam perubahan atas.
4. Evaluasi dan Penyempurnaan : Latihan evaluasi dapat berguna pada berbagai tahap
dalam siklus hidup proyek. Analisis ekonomi biasanya dilakukan awalnya sementara
mempersiapkan hal lain berdasarkan perkiraan pada tahap proyek konseptualisasi.
Analisis ini berguna dalam memutuskan apakah proyek tersebut harus diambil untuk
desain rinci lebih lanjut dan implementasi. Setelah proyek sepenuhnya dirancang,
perkiraan biaya dan perbaikan harus dihitung ulang. Keputusan desain ulang dari
proyek untuk meningkatkan nilai atau lebih rendah investasi dan biaya operasi dapat
diambil jika biaya dihitung ulang dan manfaat secara signifikan berbeda dari perkiraan
awal. Proyek ini juga bisa turun pada tahap ini jika desain ulang seperti itu tidak
mungkin. Dampak dari proyek perlu dinilai setelah implementasi dan gunakan untuk
menentukan apakah manfaat diperkirakan. Banyak aplikasi yang sukses menunjukkan
bahwa penting untuk mengidentifikasi manfaat terukur. Audit pelaksanaan pasca
manfaat diukur, terutama umpan balik dari klien, memungkinkan untuk perbaikan yang
menambah nilai dan memperluas pengguna. Untuk memastikan bahwa proyek telah
dievaluasi dengan audit yang memadai, independen dan evaluasi telah dilakukan
sebagai praktek terbaik. Seringkali metode yang sistematis tidak digunakan untuk
secara akurat mengukur keberhasilan atau kegagalan proyek e-government. Sukses
sering dinilai atas dasar laporan media, pengakuan oleh badan-badan internasional dan
penilaian yang diberikan oleh pelaksana proyek. Dalam semua kasus ini, klien yang
seharusnya mendapatkan keuntungan dari proyek-proyek ini menyediakan umpan balik.
Jika umpan balik dicatat, biasanya anekdot dan tidak berdasarkan survei yang

89
sistematis. Adalah penting bahwa proyek-pro e-government memiliki komponen built-
in penilaian berkala oleh lembaga independen

7.3 Konseptualisasi Definisi dan Ruang Lingkup Proyek E-Government


Salah satu faktor utama yang perlu dilakukan adalah membuat definisi yang tepat
dari ruang lingkup proyek. Lingkup, akan menentukan manfaat dan nilai yang pengguna
peroleh dari pelaksanaan, investasi dan biaya operasional yang mungkin terjadi dan tingkat
risiko untuk melaksanakan proyek tersebut. Mengingat sifat serbaguna teknologi informasi,
seringkali ada kecenderungan untuk menjadi sangat komprehensif dan ambisius dalam
menentukan ruang lingkup. Membuat ruang lingkup proyek yang sangat ambisius dari awal
meningkatkan risiko kegagalan dalam implementasi. Seringkali, sebuah proyek dengan
lingkup besar melibatkan jumlah yang sangat besar pemangku kepentingan. Mengelola
perubahan berskala besar tersebut terbukti sulit.

3 Proses Re-engineering
Banyak aplikasi e-government dilaksanakan dalam kerangka waktu yang cepat yang
tidak memungkinkan rekayasa ulang proses. Ketika sistem online diterapkan, sulit untuk
membuat perubahan selanjutnya. Oleh karena itu, adalah praktik yang baik untuk membatasi
ruang lingkup aplikasi (layanan tertutup) mengandung upaya untuk tingkat yang
direncanakan sementara penekanan utama pada kedalaman rekayasa ulang yang perlu
dilakukan.
Rekayasa ulang proses administrasi dan reorganisasi kepemilikan informasi adalah
langkah yang paling penting untuk menerapkan aplikasi e-government. Banyak tugas manajer
proyek e-government dialokasikan dengan persentase waktu yang besar yang dihabiskan
dalam manajemen perubahan dan proses re-engineering.
Rekayasa ulang proses mensyaratkan bahwa lembaga menerapkan reformasi
substantif dalam struktur organisasi, melakukan perubahan budaya dan pola pikir, pelatihan
dan meningkatkan keterampilan orang dan menempatkan infrastruktur TIK pendukung yang
tepat untuk memungkinkan proses online yang tepat waktu dan efisien untuk pengguna dan
lembaga pemerintah. Sementara tugas-tugas ini tidak perlu terjadi secara bersamaan, mereka
harus di tempatkan sebelum aplikasi e-government yang ditawarkan kepada masyarakat
sehingga dampak langsung dan nilai dapat diperoleh.
Tugas rekayasa ulang dimulai dengan pemetaan metode dan prosedur yang ada.
Seringkali, berbagai cabang departemen yang sama tidak menggunakan prosedur yang sama

90
seperti konteks dan kondisi lokal menghasilkan variasi yang diperkenalkan dari waktu ke
waktu. Prosedur yang ada perlu disederhanakan dengan cara yang secara keseluruhan dapat
diselesaikan dalam beberapa langkah tanpa mengorbankan pada tujuan dasar. Seringkali,
tugas tersebut dilakukan secara mekanik karena, dengan waktu, tujuan melaksanakan tugas-
tugas ini telah hilang atau dilupakan. Instansi pemerintah harus mengevaluasi setiap langkah
dalam siklus pengolahan untuk memastikan apakah itu menambah nilai apapun. Jika suatu
proses tidak melayani tujuan yang sah, itu harus dihilangkan. Seluruh proses ini
penyederhanaan dokumen dan alur kerja, poin persetujuan dan audit disebut sebagai rekayasa
ulang. Rekayasa ulang seperti ini harus didahului dengan latihan yang terotomatisasi

4 Merancang pelayanan dan aplikasi yang berfokus pada masyarakat dan bagaimana
pelayanannya
Ada sejumlah tugas seperti memperoleh informasi tentang mengatur peraturan dan
prosedur pemerintah, mengajukan izin dan lisensi dan memperoleh dokumen hukum yang
berasal dari masyarakat melalui interaksi dengan pemerintah. Pada cara tradisional untuk
sebagian besar tugas-tugas ini, masyarakat harus berulangkali melakukan perjalanan ke pusat
pelayanan. Jika ada informasi yang bisa diakses melalui telpon, itupun ketersediaannya
terbatas.
Pusat pelayanan terpadu berbasis elektronik yang digagas untuk ditawarkan kepada
masyarakat dan keberadaan website sebagai saluran baru untuk memberikan informasi dan
layanan tersebut. Ketika saluran alternatif yang tersedia, penyerapan yang baru, seperti web
portal, lambat. Upaya yang signifikan dan sumber daya perlu dihabiskan untuk membuat
warga sadar akan keuntungan saluran internet yang dapat menawarkan alternatif yang lebih
baik daripada cara yang tradisional. Hal ini terutama berlaku dalam proyek-proyek yang
melayani penduduk pedesaan. Jumlah titik akses harus cukup untuk menjadi mudah
dijangkau dan warga juga perlu dilatih untuk menavigasi melalui portal pelayanan.
Antarmuka dengan bahasa daerah juga perlu dibangun. Negara-negara dengan populasi buta
huruf yang signifikan harus membuat jalur akses di mana bantuan untuk memeprmudah akses
diberikan. Perantara seperti relawan, pemilik kios dan karyawan dibayar sering memainkan
peran positif dalam pemanfaatan aplikasi di mana informasi disebarkan ke pedesaan / dengan
tingkat populasi buta huruf cukup tinggi
Desain website yang menarik sangat penting. Ini harus sederhana untuk mencari
informasi dan informasi tersebut harus lengkap. Warga atau masyarakat tidak harus
menindaklanjuti akses website dengan kunjungan atau panggilan. Jika beberapa badan/kantor

91
memiliki website, harus ada 'tampilan dan nuansa' umum, yang meminimalkan belajar pada
bagian dari warga negara. Informasi yang disampaikan kepada warga melalui mediae
(website, telepon, mengunjungi kantor atau sebagai dokumen kertas) harus konsisten.
Seringkali, prosedur yang dimodifikasi, tetapi perubahan tersebut tidak tercermin dalam
setiap saluran yang warga negara dapat mengakses.
Untuk membuat sebuah situs web yang berguna, sangat penting bahwa waktu yang
diinvestasikan dalam membangun konten yang sesuai. Merancang situs web adalah tugas
yang menuntut perhatian dan konsentrasi tinggi dan harus dilakukan oleh para profesional.
Banyak portal yang sukses terlihat berfokus kepada masyarakat karena mereka mengikuti
struktur navigasi yang erat meniru siklus hidup warga negara (lihat SINGOV). Ini perlu
mempertimbangkan kualitas Internet dan infrastructure tersedia di dalam negeri sehingga
waktu download cepat dan dapat disimpan dalam batas yang dapat diterima. Standar harus
ditetapkan untuk 'tampilan dan nuansa', definisi data, struktur database, ketentuan keamanan
dan struktur organisasi untuk menjaga integritas data.
Ketika transaksi dilakukan melalui Internet, keamanan menjadi masalah besar.
Keamanan data dalam hal privasi dan kerahasiaan, pencegahan penipuan transaksi,
kemampuan untuk mencegah hacker dari memperlambat atau mematikan aplikasi dan
mengotori situs dan melindungi terhadap bencana alam yang penting dalam desain solusi e-
government. Kepatuhan terhadap prinsip-prinsip arsitektur membuatnya mudah untuk
menempatkan solusi keamanan yang berbeda; bahkan saat menerapkan aplikasi terintegrasi
yang mencakup seluruh instansi, berbagai jenis platform hardware / software dan diakses
melalui internet. Ancaman keamanan mungkin timbul dari karyawan internal maupun
eksternal yang pengguna menggunakan aplikasi untuk tujuan yang tidak sah. Keamanan dari
suatu sistem adalah sebagai baik sebagai link terlemah dalam seluruh sistem. Sistem ini
terdiri dari komponen-komponen teknologi, orang, peraturan dan prosedur akses ke bangunan
fisik dan peraturan dan prosedur yang mengatur akses elektronik. Kemampuan untuk melacak
tindakan pengguna internal merupakan elemen penting dari sebuah sistem yang aman.

5 Berkomunikasi dengan Pengguna


Komunikasi dengan pengguna adalah penting pada beberapa tahap siklus hidup
proyek tetapi, lebih khusus, dalam konteks merancang mekanisme pengiriman warga negara-
sentris dibahas pada bagian sebelumnya. Kebutuhan pengguna harus dinilai dalam
mengidentifikasi layanan yang akan diambil untuk e-pengiriman dan parameter di mana
pengguna mencari perbaikan dalam penyampaian layanan. Atribut sistem pelayanan yang

92
dianggap penting oleh pengguna dapat bervariasi dengan jenis layanan, lokasi pengguna dan
profil pengguna. Sebuah studi dari 40 proyek melaporkan bahwa ketika pengguna diminta
untuk memilih tiga atribut yang paling penting dari daftar 20 atribut dari sistem pelayanan,
ada banyak perbedaan di layanan dan di lokasi. Atribut yang paling penting dalam semua
layanan dan lokasi adalah daya tahan dan keterbacaan sertifikat / dokumen yang dikeluarkan
oleh badan pada akhir layanan (Pusat Pemerintahan Elektronik 2008). Biaya dianggap
penting hanya dalam salah satu dari tiga layanan. Korupsi dipandang penting dalam dua
layanan tapi tidak di ketiga meskipun kejadian korupsi adalah yang tertinggi dalam layanan
ini. Pelajarannya adalah untuk merancang sistem baru melalui pengguna partisipasi.
Umpan balik tersebut dapat diperoleh melalui survei terstruktur atau melalui diskusi
kelompok terfokus. Bahkan, sebuah survei untuk patokan sistem pengiriman yang ada adalah
praktik yang baik karena akan membantu untuk tajam menentukan perbaikan yang dapat
ditargetkan. Dalam penilaian dampak pasca-pelaksanaan, studi benchmark akan membuatnya
lebih mudah untuk mengukur dampak. Penggunaan build-up dari e-service akan lebih
bertahap dari yang diharapkan ketika mode alternatif pelayanan yang tersedia.
Saluran E-government dengan cepat disediakan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Untuk membuat massa pengguna kritis, sejumlah projek e-government
menggabungkan kegiatan yang meningkatkan kesadaran di antara pengguna yang
ditargetkan. Ini termasuk pelatihan penyedia layanan dan pengguna potensial, publikasi dan
kampanye media sebelum, selama dan setelah fase pelaksanaan proyek.
6 Mencari Kemanitraan
Ada banyak tugas dalam pengembangan aplikasi yang dapat dan perlu outsourcing.
Seringkali, kapasitas teknis dalam sistem pemerintahan tidak memadai untuk menangani
proyek desain / pengembangan besar. Penilaian yang jujur perlu dibuat dari kapasitas untuk
membangun in-house proyek. Penggunaan in-house konstruksi tidak melawan tren saat
outsourcing. Kadang-kadang, masalah ini tidak material untuk tahap konstruksi sebagai
semua tahapan proses pembangunan yang baik outsourcing atau dilakukan oleh mitra swasta.
Banyak pemerintah memiliki organisasi captive yang bertanggung jawab untuk
mengembangkan solusi TIK dalam instansi pemerintah. Seringkali, personil yang
dipekerjakan oleh organisasi tersebut belum mampu menjaga diri mereka up-to-date dengan
metode modern pengembangan aplikasi. Gaji pemerintah struktur yang jauh lebih rendah dari
sektor swasta mendorong migrasi bakat ke sektor swasta. Pilihan tidak harus didasarkan pada
biaya membangun solusi. Biaya langsung outsourcing tinggi karena banyak biaya ini secara
eksplisit. Bagi banyak organisasi captive biaya tersembunyi. Biaya tidak dapat menjadi

93
pertimbangan utama jika ada risiko yang disempurnakan miskin desain atau kegagalan
implementasi.

7 Pentahapan Implementasi
Proyek percontohan telah memungkinkan pemerintah untuk bereksperimen dan
menyesuaikan produk mereka agar sesuai dengan kebutuhan pengguna. Pendekatan paling
aman untuk mengadopsi teknologi baru dengan kurva belajar yang curam adalah untuk
mengambil langkah-langkah kecil dengan kegiatan yang dikelola dalam kerangka waktu yang
relatif singkat. Hal ini memungkinkan fleksibilitas yang lebih besar untuk menyesuaikan
sistem dan merumuskan strategi jangka panjang berdasarkan pengalaman sebenarnya dari
organisasi dan umpan balik dari klien. Jika mampu menunjukkan keberhasilan cepat, proyek
percontohan memungkinkan untuk buy-in dari kelompok-kelompok yang awalnya tahan.
Bhoomi (lihat Kasus 9.1) menggambarkan keuntungan menggunakan pendekatan bertahap
dalam mendefinisikan lingkup proyek.

8 Kapasitas untuk Mengelola Perubahan


Banyak proyek e-government menghadapi perlawanan yang cukup besar dari staf
internal. Pegawai negeri melihat e-government proyek sebagai ancaman terhadap pekerjaan
mereka. E-pemerintah mengubah beban kerja, profil pekerjaan dan konten pekerjaan. Ini
memaksa kebutuhan untuk retooling dan pelatihan. Ini sering menimbulkan redundansi
karyawan. Pegawai negeri. Menghindari menciptakan kembali pengolahan online roda impor
/ ekspor di departemen bea cukai adalah contoh yang sangat baik dari manfaat dari
penggunaan perangkat lunak standar. ASYCUDA, dirancang oleh Konferensi PBB mengenai
Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD), telah digunakan di hampir 60 negara untuk
komputerisasi pengolahan ekspor / impor di bandara dan pelabuhan laut. Waktu pelaksanaan
telah dipersingkat dan telah mudah untuk mengimplementasikan sistem di negara-negara
seperti Yaman yang tidak memiliki kapasitas lokal dalam mengembangkan perangkat lunak.
Agaknya, ASYCUDA telah dirancang setelah mempelajari praktek-praktek terbaik di
berbagai negara. Menawarkan template readymade untuk proses re-engineering untuk
meningkatkan efisiensi, mengurangi waktu pemrosesan dan membuat penilaian diri dan audit
yang selektif. Kontak fisik antara inspektur pabean dan agen penanganan kargo telah elim
inated. Alat-alat ini memiliki signifikan dampak dalam mengurangi korupsi dalam transaksi
kepabeanan. otomatisasi proses sebagai hilangnya kekuasaan dan tanggung jawab. Ketika
informasi ini diterbitkan dan mudah diakses, mereka melihat ini sebagai hilangnya kontrol.

94
Peran mereka sebagai perantara antara warga negara dan pemerintah diminimalkan.
E-pemerintah mempengaruhi pegawai negeri dalam beberapa cara. Ini mengubah
akuntabilitas, mengurangi kebijaksanaan dan fleksibilitas dan membuat kinerja moni torable
dan terlihat. Seringkali, pasukan e-government berbagi informasi dan menyediakan akses
yang lebih mudah dan sama dengan pengetahuan organisasi kepada seluruh karyawan.
Bahkan warga menjadi jamban untuk beberapa bagian dari informasi. Hal ini cenderung
untuk meratakan hirarki (mengubah kekuatan dan wewenang yang diberikan pada tingkat
yang berbeda). Kelompok yang berbeda dalam pelayanan sipil mungkin akan terpengaruh
secara berbeda. Beberapa efek dapat meningkatkan ketahanan terhadap perubahan,
sedangkan yang lain dapat mempercepat penerimaan perubahan. Pengenalan paperless
sebuah lingkungan di SmartGov (lihat Kasus 11.1) mengilustrasikan banyak dari efek ini.
9 Kepemimpinan internal yang kuat dan Manajemen Proyek
Kepemimpinan yang kuat telah dikutip sebagai faktor yang menentukan untuk
sukses dalam semua kasus. Kepemimpinan tingkat tinggi dan dukungan dari tingkat atas
memerintah dengan pemerintah telah memfasilitasi buy-in dari departemen pemerintah
lainnya. Kepemimpinan yang kuat juga menciptakan motivasi dari instansi lain untuk
bergabung dalam proses. Kepemimpinan juga penting karena membantu 'menjual' proyek ke
khalayak internal yang lebih besar dan masyarakat. Selain kepemimpinan, banyak pemerintah
menghadapi kekurangan sumber daya manusia yang memadai untuk melaksanakan dan
mengelola proyek yang terkait dengan e-government. Keterampilan manajemen proyek yang
kuat diperlukan dalam departemen. Manajer proyek harus mengidentifikasi secara jelas
tujuan dan manfaat secara konkret. Tugas ini sering luas dan tidak dikelola dalam sumber
daya yang tersedia secara internal untuk sebuah departemen pemerintah. Banyak tugas-tugas
seperti desain, pengembangan perangkat lunak, persiapan data dan pelatihan dapat dengan
mudah outsourcing. Analisis sistem, yang menyediakan isyarat yang diperlukan untuk re-
engineering, harus dilakukan secara internal. Biaya pelatihan tidak harus diminimalkan.
Proyek sukses biasanya menghabiskan sekitar 10 persen dari anggaran pada pelatihan.
Kesadaran tentang manfaat dari e-pemerintah telah akan dibuat di PNS senior dan eksekutif
politik. Latihan diperlukan untuk pemimpin proyek yang perlu mendefinisikan deliverable
proyek, menangani (bernegosiasi) dengan konsultan dan vendor dan mengelola proses
pengembangan outsourcing. Staf administrasi perlu dilatih pada aplikasi tertentu. Supervisor
dan manajer perlu dilatih menggunakan informasi. Warga harus dibuat sadar layanan online
dan cara bertransaksi bisnis pada portal web. Komputerisasi sukses dari catatan tanah di

95
Karnataka (lihat Kasus 9.1) dan pendaftaran properti di Andhra Pradesh (lihat Kasus 9.2)
menggambarkan peran kepemimpinan dan pentingnya pelatihan.

10 Faktor Risiko dalam Melaksanakan Proyek E-Government


Insiden pelaksanaan gagal tinggi dalam proyek-proyek e-government (Heeks
2003a). Sebuah proyek yang gagal adalah satu di mana pengiriman e-layanan tidak melepas
atau ditinggalkan di tengah jalan karena desain rusak. Proyek juga mungkin mulai goyah
setelah keberhasilan awal. Evaluasi dua proyek e-government yang dianggap cessful SUC
kemudian menunjukkan bahwa proyek dapat disebut sebagai proyek gagal (IIMA 2002a).
Analisis proyek gagal menunjukkan sejumlah faktor risiko yang dapat mempengaruhi
keberlanjutan jangka panjang dari proyek e-government.
Seringkali, perubahan menteri mengakibatkan situasi di mana menteri baru tidak
mendukung ide-ide dan inovasi dilaksanakan oleh cessor prede. Sebuah risiko yang sama
timbul karena perubahan sering di administrasi yang trative kepemimpinan ketika
fungsionaris kunci ditransfer. Pemrakarsa proyek perlu memastikan bahwa fungsionaris
administratif kunci akan memiliki kepemilikan pula dipastikan panjang ade untuk melihat
melalui implementasi. Proyek yang memakan waktu yang sangat lama untuk melaksanakan
beresiko karena perubahan yang cepat dalam teknologi, dan fakta bahwa realisasi manfaat
datang lama setelah sakit menerapkan aplikasi. Hal ini cenderung meningkatkan resistensi. Di
sisi lain, implementasi, yang bergegas melalui karena tekanan politik untuk menunjukkan
hasil yang cepat atau karena ketidakpastian yang diciptakan oleh tenor pendek administrator,
membawa menetapkan sendiri risiko. Seringkali, sudut perlu dipotong dan elemen kunci dari
aplikasi

7.4 Elemen Sukses Pengembangan E-Government (Menurut Hasil Kajian Dan Riset
Dari University of Maryland)
University of Maryland mengadakan riset khusus di bidang e-Government untuk
mencari tahu elemen-elemen apa saja yang menjadi kunci keberhasilan dari berbagai proyek
e-Government yang sukses (best practices). Tim yang dipimpin oleh Profesor David Darcy
ini bertujuan untuk mengkompilasi atau menghasilkan sebuah “implementation manual” yang
akan menjadi panduan mereka yang diberikan tugas memimpin dan menyelenggarakan
proyek e-Government agar dijamin keberhasilannya. Untuk keperluan tersebut, beberapa
inisiatif e-Government dari yang berhasil dengan sukses sampai yang gagal dipelajari secara

96
sungguh-sungguh untuk mencari elemen keberhasilan yang dimaksud. Berdasarkan studi ini,
dirumuskan ada 8 (delapan) elemen sukses didalam melakukan manajemen proyek e-
Government.

Sumber: University of Maryland


Gambar 7.2 Elemen Yang Memepengaruhi Keberhasilan Proyek E-Government

1. Lingkungan Politik (Political Environment)


Yang dimaksud dengan elemen ini adalah keadaan atau suasana politik di mana
proyek yang bersangkutan berada atau dilaksanakan. Berdasarkan hasil kajian, ada dua tipe
proyek sehubungan dengan hal ini. Pertama adalah “Top Down Projects” (TDP) dimana
eksistensi sebuah proyek ditentukan oleh adanya inisiatif dari lingkungan eksekutif (misalnya
presiden atau perdana menteri) sebagai otoritas tertinggi pemerintahan, atau disponsori oleh
kalangan legislatif (lembaga perwakilan rakyat) sebagai pemberi mandat. Kedua adalah
“Bottom Up Projects” (BUP) yang dilaksanakan karena adanya ide atau inisiatif dari kepala
unit atau karyawan (birokrat) yang berada di salah satu lembaga pemerintahan atau
departemen.
Terhadap TDP, hasil kajian memperlihatkan bahwa ada dua aspek penting yang
harus dilaksanakan oleh pemerintah agar proyek e-Government dapat berhasil dengan baik.
Pertama adalah melakukan kampanye (marketing) terhadap keinginan membangun e-
Government kepada seluruh anggota masyarakat dengan pertimbangan untuk menciptakan
sebuah pemerintahan yang efisien. Dan aspek kedua adalah meletakkan proyek ini sebagai
salah satu prioritas tertinggi dalam penyelenggaraan pembangunan negara. Jika dua hal ini
dilakukan dengan baik, maka dijamin bahwa pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
akan secara serempak dan bahu membahu berusaha melaksanakan sejumlah proyek e-
Government dengan baik dan efektif.

97
Terhadap BUP, ada tiga aspek penting yang harus diperhatikan demi keberhasilan
sebuah proyek. Pertama adalah bahwa ukuran atau skala proyek yang ada lebih baik kecil,
sehingga mudah mendapatkan sponsor dari kalangan internal dimana kepala unit atau
karyawan tersebut berada (karena dinilai tidak membutuhkan berbagai sumber daya yang
besar yang dapat menyerap energi dari lembaga atau insititusi pemerintahan terkait). Kedua
adalah bahwa produk atau jasa yang diinginkan haruslah jelas, sehingga mereka yang terlibat
tahu persis hasil apa yang diinginkan sebagai keluaran proyek e-Government yang
bersangkutan. Dan yang ketiga adalah adanya manfaat yang segera didapatkan secara
signifikan oleh para pengguna (end users) dari proyek e-Government yang dilaksanakan.
Apakah proyek e-Government terkait bertipe TDP atau BUP, suasana politik yang
terjadi akibat karakteristik dari jenis proyek tersebut sangatlah mempengaruhi lingkungan
pelaksanaan proyek yang ada. Pada kenyataannya suasana politik yang terbentuk pada TDP
jauh lebih mendukung dan kondusif untuk melaksanakan proyek dibandingkan dengan BUP,
terutama yang berkaitan dengan: dukungan, alokasi anggaran, dan rintangan yang dihadapi.
Namun hal ini bukan berarti tertutupnya kemungkingan berhasil bagi proyek berjenis BUP
karena dalam prakteknya banyak sekali proyek BUP yang berhasil karena adanya faktor
pemberi inisiatif dan manajer proyek yang pandai dalam melakukan lobby dan negosiasi
dengan pihak-pihak yang berkepentingan

2. Kepemimpinan (Leadership)
Faktor kepemimpinan biasanya menempel pada mereka yang bertugas sebagai
pemimpin dari penyelenggaraan proyek, yaitu para manajer proyek (project manager).
Adalah merupakan tanggung jawab dari manajer proyek untuk melaksanakan sebuah proyek
dari awal hingga akhir sesuai dengan siklus proyek (project life cycle) yang dijalankan.
Ruang lingkup dari kepemimpinan dalam sebuah proyek e-Government bermuara pada
kemampuan untuk mengelola tiga hal, yaitu:
Beragam tekanan politik yang terjadi terhadap proyek e-Government yang
berlangsung baik dari kalangan yang optimis maupun yang pesimis;
Bermacam-macam sumber daya yang dibutuhkan dan dialokasikan oleh proyek e-
Government yang bersangkutan, seperti misalnya sumber daya manusia, finansial,
informasi, peralatan, fasilitas, dan lain sebagainya; dan
Sejumlah kepentingan dari berbagai kalangan (stakeholders) terhadap keberadaan
proyek e-Government yang dijalankan.

98
Walaupun sekilas tugas seorang manajer proyek e-Government terlihat mudah,
namun dalam kenyataannya, yang bersangkutan harus memiliki sejumlah kemampuan untuk
melakukan hal-hal sebagai berikut:
Mengartikulasikan visi dan misi dari e-Government ke dalam aktivitas pelaksanaan
proyek yang dimengerti secara jelas dan dengan baik oleh mereka yang terlibat secara
langsung maupun stakeholder lain yang berada di luar struktur proyek;
Menyusun sebuah perencanaan proyek yang matang dan komprehensif (menyeluruh)
sehingga mudah dimengerti oleh mereka yang berkepentingan;
Melakukan lobby-lobby dan negosiasi dengan beragam kalangan yang terlibat secara
langsung maupun tidak langsung terhadap proyek terkait agar berbagai kepentingan
yang masing-masing pihak miliki tidak berbenturan di dalam pelaksanaan proyek;
Memiliki kemampuan untuk mendeteksi dan mencermati halangan-halangan yang
terjadi di tengahtengah berlangsungnya proyek serta mencari jalan pemecahannya;
Mengetahui secara persis dan detail mengenai proses bisnis yang terkait dengan
proyek e-Government yang diimplementasikan;
Secara prinsip, kepemimpinan yang dimaksud di sini tidak hanya terbatas pada
kemampuan seorang individu menjadi seorang manajer proyek yang baik, namun lebih lagi
dibutuhkan seorang pemimpin ulung yang mampu untuk menjadi seorang profesional yang
dapat menjalankan fungsi-fungsi strategis seperti layaknya seorang eksekutif perusahaan.
Karakter kepemimpinan yang kuat tidak hanya akan meningkatkan kredibilitas orang-orang
yang terlibat langsung dalam proyek, namun lebih jauh lagi akan membentuk sebuah
lingkungan kerja yang profesional.

3. Perencanaan (Planning)
Sesuai dengan siklus manajemen proyek yang ada, perencanaan merupakan sebuah
tahap yang sangat penting, karena pada tahap awal inilah gambaran menyeluruh dan detail
dari rencana keberadaan sebuah inisiatif e-Government diproyeksikan.
Pada dasarnya, sebuah perencanaan yang baik akan memiliki kontribusi yang sangat
besar terhadap penyelenggaraan proyek secara keseluruhan karena apa yang dilaksanakan
pada siklus berikutnya sebenarnya adalah pengejawantahan dari rencana dasar yang telah
disepakati (baseline planning). Karena kebanyakan dari proyek e-Government harus
melibatkan lebih dari satu departemen (lintas sektoral), maka seluruh stakeholder yang

99
terlibat harus menyetujui rencana yang disusun oleh manajer proyek bersama dengan pihak
lain yang berkepentingan.

4. Pihak Yang Berkepentingan (Stakeholder)


Seperti telah didefinisikan sebelumnya, yang dimaksud dengan stakeholder di sini
adalah berbagai pihak yang merasa memiliki kepentingan (langsung maupun tidak langsung)
terhadap penyelenggaraan proyek e-Government terkait. Adalah merupakan tugas pemimpin
proyek atau manajer proyek untuk dapat memahami kepentingan dari masing-masing
stakeholder yang ada dan mencoba menyatukannya agar seluruh perbedaan kepentingan yang
dimaksud dapat menuju kepada satu arah pencapaian visi dan misi e-Government
(konvergensi).
Pihak-pihak yang dianggap sebagai stakeholder utama dalam proyek e-Government
antara lain: pemerintah (lembaga terkait dengan seluruh perangkat manajemen dan
karyawannya), sektor swasta, masyarakat, lembaga-lembaga swadaya masyarakat,
perusahaan, dan lain sebagainya. Terlepas dari bermacam ragamnya stakehoder yang ada,
harus tetap diingat bahwa pada akhirnya yang akan merasakan manfaat atau berhasil tidaknya
proyek e-Government yang dilaksanakan adalah pelanggan

5. Transparansi (Transparency/Visibility)
Transparansi sebuah proyek e-Government sangat erat kaitannya dengan keberadaan
stakeholder, dalam arti kata adalah bahwa harus selalu tersedia seluruh data dan informasi
mengenai seluk beluk dan status proyek yang sedang berlangsung untuk dapat secara bebas
diakses oleh stakeholder yang beragam tersebut. Tersedianya akses terhadap informasi
semacam status proyek, alokasi sumber daya, evaluasi per tahap proyek, dan lain sebagainya
bertujuan untuk menciptakan kredibilitas dan legitimasi yang baik bagi para penyelenggara
proyek maupun stakeholder sebagai pihak yang melakukan monitoring.
Dimungkinkannya pihak-pihak yang berkepentingan mengakses data dan informasi
terkait dengan proyek yang sedang berlangsung secara tidak langsung merupakan sarana
pemasaran (marketing) yang cukup efektif, karena di sana terlihat keseriusan pemerintah
untuk selalu memberikan yang terbaik untuk rakyatnya melalui implementasi beragam
proyek e-Government.

100
6. Anggaran (Budget)

Bukanlah merupakan sebuah rahasia lagi bahwa kekuatan sumber daya finansial
yang dianggarkan pada sebuah proyek e-Government merupakan salah satu elemen strategis
dan sangat menentukan berhasil tidaknya pelaksanaan sebuah proyek. Berdasarkan kenyataan
yang ada, besarnya anggaran yang disediakan pemerintah (dan kalangan lain semacam swasta
atau bantuan dari luar negeri) sangat bergantung pada tingkat prioritas yang diberikan oleh
pemerintah terhadap status proyek terkait.
Jika pemerintah merasa bahwa sebuah inisiatif proyek e-Government ditujukan
untuk memecahkan sejumlah masalah yang kritikal (sehingga dinyatakan memiliki prioritas
tinggi), maka biasanya akan mudah bagi kalangan legislatif maupun sponsor-sponsor lainnya
menyetujui pengalokasian anggaran yang cukup besar. Namun jika sebuah inisiatif proyek e-
Government hanya dianggap sebagai sesuatu yang bersifat “nice to have”, maka jelas akan
sangat sulit didapatkan pihak-pihak yang mau membantu menutup anggaran yang
dibutuhkan. Dari kajian terbukti bahwa hanya 19% dari proyek yang berhasil mengatasi
masalah anggaran ini dengan baik sehingga membawa mereka pada tingkat kesuksesan
tertentu.

7. Tehnologi (Technology)
Spektrum teknologi informasi yang dipergunakan di dalam e-Government sangatlah
lebar, dari yang paling sederhana dan murah sampai dengan yang paling canggih (state-of-
the-art). Adalah merupakan suatu kenyataan bahwa pilihan teknologi yang akan
diimplementasikan di dalam sebuah proyek e-Government sangat tergantung dengan
anggaran yang tersedia.
Semakin besar anggaran yang ada, semakin canggih teknologi yang dapat dipilih dan
dipergunakan, yang cenderung akan meningkatkan probabilitas berhasilnya suatu proyek
(dalam arti kata tercapainya manfaat yang ditargetkan).
8. Inovasi (Innovation)
Akhirnya, elemen terakhir yang turut memberikan kontribusi terhadap berhasil
tidaknya sebuah proyek e-Government adalah kemampuan anggota proyek untuk melakukan
inovasi-inovasi tertentu. Yang dimaksud dengan invovasi di sini tidaklah terbatas pada
kemampuan menciptakan produk-produk baru tertentu, tetapi mereka yang terlibat di dalam
proyek harus memiliki sejumlah tingkat kreativitas yang cukup, terutama dalam melakukan
pengelolaan terhadap proyek e-Government yang ada, sehingga berbagai hambatan yang
kerap ditemui dalam sebuah proyek dapat dengan mudah dihilangkan.
101
Kemampuan untuk menciptakan ide-ide dan menerapkan ide-ide di dalam seluruh
rangkaian siklus sebuah proyek sangat dibutuhkan di dalam mengimplementasikan e-
Government terutama karena banyaknya stakeholder yang terlibat dan tingginya
kompleksitas proyek terkait. Belum lagi masalah-masalah seperti tidak cukupnya dana
pelaksanaan proyek, bergantinya orang-orang kunci di dalam pemerintahan, berkembangnya
teknologi secara cepat, tingginya tuntutan masyarakat, dan lain sebagainya yang hanya dapat
diselesaikan melalui inovasi-inovasi ide yang terbentuk dari kalangan penyelenggara proyek.
Jika dilihat secara sungguh-sungguh, kedelapan elemen penting tersebut tidaklah
berdiri sendiri, melainkan di antaranya memiliki hubungan keterkaitan satu dengan lainnya.
Dengan memahami secara sungguh-sungguh hasil kajian dari para periset ini, diharapkan
mereka yang ingin atau sedang di dalam proses mengelola proyek e-Government dapat
meningkatkan probabilitas keberhasilan proyek sehingga dapat memberikan manfaat yang
besar bagi para pengguna (end users) dari proyek terkait.

7.5 Elemen Sukses Pengembangan E-Government (Menurut hasil kajian dan riset dari
Harvard JFK School of Government)
Menurut hasil kajian dan riset dari Harvard JFK School of Government, untuk
menerapkan konsep-konsep digitalisasi pada sektor publik, ada tiga elemen sukses yang harus
dimiliki dan diperhatikan sungguh-sungguh. Masing-masing elemen sukses tersebut adalah:
1. Support.
Elemen pertama dan paling krusial yang harus dimiliki oleh pemerintah adalah
keinginan (intent) dari berbagai kalangan pejabat publik dan politik untuk benar-benar
menerapkan konsep e-Government, bukan hanya sekedar mengikuti trend atau justru
menentang inisiatif yang berkaitan dengan prinsip-prinsip e-Government. Tanpa adanya
unsur “political will” ini, mustahil berbagai inisiatif pembangunan dan pengembangan e-
Government dapat berjalan dengan mulus
Karena budaya birokrasi cenderung bekerja berdasarkan model manajemen “top
down”, maka jelas dukungan implementasi program e-Government yang efektif harus
dimulai dari para pimpinan pemerintahan yang berada pada level tertinggi (Presiden dan para
pembatunya – Menteri) sebelum merambat ke level-level di bawahnya (Eselon 1, Eselon 2,
Eselon 3, dan seterusnya). Yang dimaksud dengan dukungan di sini juga bukanlah hanya
pada omongan semata, namun lebih jauh lagi dukungan yang diharapkan adalah dalam
bentuk hal-hal sebagai berikut:

102
Disepakatinya kerangka e-Government sebagai salah satu kunci sukses negara dalam
mencapai visi dan misi bangsanya, sehingga harus diberikan prioritas tinggi
sebagaimana kunci-kunci sukses lain diperlakukan;
Dialokasikannya sejumlah sumber daya (manusia, finansial, tenaga, waktu, informasi,
dan lain-lain) di setiap tataran pemerintahan untuk membangun konsep ini dengan
semangat lintas sektoral;
Dibangunnya berbagai infrastruktur dan superstruktur pendukung agar tercipta
lingkungan kondusif untuk mengembangkan e-Government (seperti adanya Undang-
Undang dan Peraturan Pemerintah yang jelas, ditugaskannya lembaga-lembaga
khusus – sebagai penanggung jawab utama, disusunnya aturan main kerja sama
dengan swasta, dan lain sebagainya); dan
Disosialisasikannya konsep e-Government secara merata, kontinyu, konsisten, dan
menyeluruh kepada seluruh kalangan birokrat secara khusus dan masyarakat secara
umum melalui berbagai cara kampanye yang simpatik
McConnel International meletakkan faktor leadership sebagai salah satu variabel
dalam menentukan negara mana saja yang telah siap menerapkan konsep e-Government;
Berdasarkan hasil kajian di Bulan Agustus 2000, negara-negara tetangga seamcam Malaysia,
Taiwan, India, dan China dianggap memiliki unsur leadership yang jauh lebih baik
dibandingkan dengan Indonesia.

2. Capacity
Elemen kedua ini adalah adanya unsur kemampuan atau keberdayaan dari
pemerintah setempat dalam mewujudkan “impian” e-Government terkait menjadi kenyataan.
Ada tiga hal minimum yang paling tidak harus dimiliki oleh pemerintah sehubungan dengan
elemen ini, yaitu:
1. Ketersediaan sumber daya yang cukup untuk melaksanakan berbagi inisiatif e-
Government, terutama yang berkaitan dengan sumber daya finansial;
2. Ketersedaan infrastruktur teknologi informasi yang memadai karena fasilitas ini
merupakan 50% dari kunci keberhasilan penerapan konsep e-Government; dan
3. Ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan keahlian yang
dibutuhkan agar penerapan e-Government dapat sesuai dengan asas manfaat yang
diharapkan

103
Perlu diperhatikan bahwa ketiadaan satu atau lebih elemen prasyarat tersebut
janganlah dijadikan alasan tertundanya untuk menerapkan e-government, karena banyaknya
fasilitas dan sumber daya krusial yang berada di luar jangkauan (wilayah kontrol)
pemerintah.
Pemerintah harus mencari cara yang efektif agar dalam waktu cepat dapat memiliki
ketiga prayarat tersebut, Misalnya melalui usaha-usaha kerja sama dengan swasta, bermitra
dengan pemerintah daerah/negara tetangga, Merekrut sdm terbaik dari sektor non publik,
mengalihdayakan (outsourcing) berbagai teknologi yang tidak dimiliki, dan lain sebagainya.

3. Value
Elemen pertama dan kedua merupakan dua buah aspek yang dilihat dari sisi
pemerintah selaku pihak pemberi jasa (supply side). Berbagai inisiatif e-Government tidak
akan ada gunanya jika tidak ada pihak yang merasa diuntungkan dengan adanya
implementasi konsep tersebut; dan dalam hal ini, yang menentukan besar tidaknya manfaat
yang diperoleh dengan adanya e-Government bukanlah kalangan pemerintah sendiri,
melainkan masyarakat dan mereka yang berkepentingan (demand side).
Untuk itulah maka pemerintah harus benar-benar teliti dalam memilih prioritas jenis
aplikasi e-Government apa saja yang harus didahulukan pembangunannya agar benar-benar
memberikan value (manfaat) yang secara signifikan dirasakan oleh masyarakatnya. Salah
dalam mengerti apa yang dibutuhkan masyarakat justru akan mendatangkan bumerang bagi
pemerintah yang akan semakin mempersulit meneruskan usaha mengembangkan konsep e-
Government.
Perpaduan antara ketiga elemen terpenting di atas akan membentuk sebuah nexus
atau pusat syaraf jaringan e-Government yang akan merupakan kunci sukses utama penjamin
keberhasilan. Atau dengan kata lain, pengalaman memperlihatkan bahwa jika elemen yang
menjadi fokus sebuah pemerintah yang berusaha menerapkan konsep e-Government berada
di luar area tersebut, maka probabilitas kegagalan proyek tersebut akan tinggi.

104
TATAP MUKA 8

MEDIA PEMBELAJARAN: Modul

JUDUL
8. Implemetasi E-Parlemen dan Legislasi Berbasis Teknologi

TUJUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN :


1. Mampu menjelaskan tentang dampak-dampak E-Government.
2. Mampu mengetahui pengaruh pada bagi Keterbukaan dan Pemberantasan Korupsi.
3. Mampu menguasai komponen utama dalam sistem open government.

URAIAN MATERI

Pada pokok bahasan ini akan dikaji lebih dalam mengenai pemanfaatan TIK pada
parlemen/DPR/DPRD terutama dalam mendukung pelaksanaan tgas pokok dan fungsinya.
Tuntutan masyarakat terhadap efektivitas lembaga perwakilan tidak hanya terkait dengan
kapasitas anggota DPR dalam menjalankan fungsi anggaran, legislasi dan pengawasan, tetapi
juga menyangkut kualitas representasi dimana aspirasi dan kebutuhan rakyat harus dapat
direfleksikan dalam kebijakan, keputusan serta program-program pembangunan.
Terbukanya berbagai informasi di DPR/DPRD menjadi tugas dan tanggungjawab
DPR/DPRD baik keterbukaan sidang, risalah, draft rancangan, proses pembahasan, lobby
anggota parlemen sampai dengan keputusan dan kesimpulan dalam rapat. Untuk menjamin
agar informasi dapat sampai pada masyarakat maka perlu disediakan akses dan prosedur bagi
publik untuk mendapatkan informasi tersebut, dan jaminan hukum bagi terlaksananya hak-
hak masyarakat untuk mendapatkan informasi tersebut. Masyarakat setiap saat berhak
memperoleh informasi yang terkait dengan fakta-fakta yang dijadikan sebagai dasar dalam
pembuatan keputusan DPR/DPRD.
Demikian pula, manajemen sistem informasi harus menjamin penyediaan informasi
yang dapat diperoleh masyarakat secara cepat dan sederhana yaitu meliputi:seluruh informasi
yang berada penguasaan DPR/DPRD yang terbuka untuk umum meliputi :
(1) hasil keputusan DPR/DPRD,
(2) seluruh kebijakan DPR/DPRD beserta dokumen pendukungnya,
(3) rencana kerja termasuk anggaran tahunan DPR/DPRD,
(4) perjanjian-perjanjian yang dibuat oleh DPR/DPRD,
(5) prosedur bekerjanya anggota DPR/DPRD, dan
(6) laporan mengenai pelayanan akses informasi.
Keterbatasan masyarakat dalam mendapatkan fakta-fakta persidangan tidak hanya
disebabkan oleh kelemahan peraturan yang mendasari tetapi juga terkait dengan pemanfaatan

105
teknologi. Laporan Chaudari (2009) terkait dengan Program Dukungan terhadap Parlemen
bagi Pencatatan dan Pembuatan Laporan, terutama pada tataran komisi mengalami berbagai
tantangan. Misalnya laporan persidangan baru tersedia lama setelah persidangan berakhir dan
juga tidak selalu dimasukkan dalam website, sehingga sulit bagi masyarakat untuk
mengakses.
8.1 Representasi: Memperkuat Komunikasi dan Meningkatkan Proses legislatif
Parlemen terdiri dari anggota parlemen dipilih oleh masyarakat. Para anggota
parlemen memenuhi kewajiban sebagai wakil dari masyarakat. Parlemen, karena mereka
terdiri dari wakil-wakil terpilih secara demokrasi, dianggap di antara lembaga yang paling
berharga dari sebuah sistem demokrasi. Anggota parlemen ini tetap di tangan kemampuan
representasi rakyat, kekuatan yang sangat penting dalam masyarakat demokratis.
Pada akhirnya, demokrasi perwakilan didasarkan pada warga pemberian hak
pengambilan keputusan mereka untuk anggota parlemen. Para legitimasi parlemen, yang
menggunakan kekuatan kedaulatan atas nama masyarakat, dan anggota parlemen sebagian
besar didasarkan pada kemampuan mereka untuk mewakili masyarakat. Oleh karena itu,
parlemen harus menjaga kontak yang lebih dekat dengan warga dan memungkinkan
kebijakan dan undang-undang yang akan dibentuk oleh rakyat.
Hal ini mungkin untuk meningkatkan kemampuan representasi parlemen dan
menyebabkan parlemen lebih sah dan hukum. Tujuan dari representasi yang lebih besar
mengharuskan saluran komunikasi baru yang dikembangkan antara parlemen dan warga
negara dan bahwa masyarakat terlibat dalam proses legislatif. TIK, khususnya internet dan
website, adalah alat penting bagi parlemen berjuang untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Bahkan, Dai dan Norton (2007b, hlm. 479-480) menyatakan bahwa internet, sebagai
jembatan digital antara parlemen dan dunia luar, telah mengubah hubungan parlemen-warga
dan website parlemen adalah alat penting bagi parlemen untuk memasarkan diri kepada
warga negara.
Sebuah website parlemen dapat mencakup berbagai komponen, seperti sejarah
umum parlemen; fungsi parlemen, tugas dan tanggung jawab; daftar anggota parlemen dan
komisi; informasi tentang administrasi parlemen; informasi administrasi parlemen dan
anggota parlemen hubungi; informasi tentang kelompok partai; video dan sejarah dan
pendidikan tentang parlemen. Dengan cara ini, parlemen memiliki kesempatan untuk
mempromosikan diri mereka sendiri kepada warga untuk memastikan bahwa mereka
dianggap benar dan meningkatkan gambar mereka. Di hari ini dan usia ketika bunga warga di
lembaga-lembaga politik dan proses menurun, peluang tersebut yang muncul dalam konteks

106
e-parlemen menjadi lebih penting. Selanjutnya, parlemen, melalui website, mendapatkan
kesempatan untuk menyajikan dan penerbitan segala sesuatu dari dokumen dasar dan catatan
untuk siaran dan footages untuk akses oleh anggota parlemen, partai politik, warga negara,
LSM, dunia usaha dan media.

Anggota parlemen harus tahu masalah penting bagi konstituen mereka dalam
konteks fungsi representasi. Oleh karena itu, anggota parlemen membutuhkan jalur yang
tepat di mana mereka dapat menjadi pengetahuan tentang pendapat masyarakat mengenai isu-
isu dan masalah-masalah tertentu. Dengan peluang komunikasi diwujudkan melalui TIK,
anggota parlemen yang lebih baik dapat merasakan kekhawatiran warga dan warga negara
mereka dapat memperoleh lebih dalam formasi tentang peran mereka anggota parlemen.
Proses berbagi informasi timbal balik sangat penting dalam hal hubungan antara anggota
parlemen dan konstituen mereka. Jika konstituen memandang MP sebagai orang yang jujur
dan dapat dipercaya, mereka akan cenderung untuk menghubungi dan berkomunikasi dengan
mereka lebih (UNDP, 2006, hal. 8). Alat seperti dokumentasi dan catatan sistem, software, e-
mail, situs parlemen, situs pribadi anggota parlemen, konferensi video, pengecoran web dan
blackberry memfasilitasi interaksi antara parlemen dan lembaga-lembaga publik, LSM dan
warga negara dan membuat anggota parlemen lebih mudah diakses.
Selain itu, anggota parlemen telah mulai menggunakan situs jaringan sosial
berbasis web, seperti Twitter dan Facebook. Anggota parlemen mengkoordinasikan
penelitian dan kelompok fokus melalui jaringan mereka terdiri, mengatur kelompok yang
lebih besar dari orang-orang dan menggunakan jaringan sebagai sarana komunikasi (UNDP,
2006). Oleh karena itu, TIK dan terutama internet, melayani tidak hanya sebagai sumber
pengumpulan informasi untuk anggota parlemen, tetapi pada saat yang sama membantu untuk
menghilangkan jarak antara terpilih dan para pemilih.
TIK memberikan kontribusi pada perbaikan proses legislatif. Koleksi warga ide,
pendapat dan kontribusi oleh parlemen dan refleksi dari kontribusi tersebut dalam kebijakan
dan hukum yang relevan diberlakukan oleh parlemen berada di pusat perbaikan proses
legislatif. Saat ini, internet memungkinkan warga untuk berkomunikasi pendapat dan
komentar mereka tentang konsep, mengambil bagian dalam perdebatan tentang konsep dan
dikonsultasikan pada kebijakan tertentu. TIK melakukan jauh dengan kebutuhan untuk warga
harus menunggu pemilu untuk mengekspresikan diri mereka dan menawarkan warga sarana
untuk terlibat sebagai warga negara yang aktif dalam proses legislatif. Dalam perspektif ini,
aplikasi seperti e-petisi, e-voting untuk tagihan, forum diskusi elektronik, proyek konsultasi
kebijakan online, kuesioner online dan chatting dengan anggota parlemen datang ke

107
permukaan. Jenis aplikasi memungkinkan warga untuk memiliki suara dalam pengembangan
kebijakan khusus, memiliki suara mereka didengar dan akhirnya terlibat dalam proses
perumusan undang-undang yang mempengaruhi mereka secara langsung.

Lawson (1998, hal. 54) menyatakan bahwa TIK merupakan alat yang terintegrasi
untuk strategi yang diarahkan untuk mendorong tata pemerintahan dan budaya demokrasi.
Agar TIK untuk menjadi alat yang berfungsi untuk demokrasi dan memberikan kontribusi
pada internalisasi nilai-nilai dan prinsip demokrasi dalam masyarakat, ada kebutuhan untuk
perubahan pola pikir. Arah perubahan yang diperlukan sangat baik disimpulkan oleh Rodotà.
Rodotà (2008) menyatakan bahwa saat ini, kita berada di luar oposisi historis antara
demokrasi langsung dan perwakilan dan bahwa kita harus menyingkirkan gagasan bahwa
demokrasi perwakilan adalah satu-satunya alternatif untuk demokrasi langsung.
Seperti mudah dilihat, sedangkan internet dan website dapat digunakan sebagai
informasi mengenai penyedia parlemen, mereka juga dapat digunakan sebagai kendaraan
yang memungkinkan warga untuk terlibat dalam proses legislatif dan musyawarah
demokratis dan perdebatan. Pada dasarnya, e-parlemen adalah sebuah aplikasi yang
melibatkan semua kegiatan ini: menyediakan informasi, memungkinkan komunikasi dan
memungkinkan partisipasi. Oleh karena itu, harus dipertimbangkan dari sudut pandang yang
terintegrasi pandang dalam rangka untuk diwujudkan secara menyeluruh dan secara sehat.
Seperti titik pandang yang terintegrasi akan mencegah aplikasi e-parlemen dari menjadi
virtual informatif brosur hanya dan mengubahnya menjadi instrumen penting bagi demokrasi
partisipatif.
8.2 Pengawasan: Pendekatan Fokus Pada Masyarakat dan Peningkatan Akuntabilitas
Salah satu fungsi dasar dari parlemen adalah untuk administrasi publik pengawasan.
Parlemen memeriksa pemerintah pada umumnya dan para menteri secara individual. Saat ini,
telah ada kecenderungan untuk membuat pemeriksaan eksternal administrasi publik yang
lebih luas. Oleh karena itu, pemeriksaan birokrasi yang dilakukan oleh kendaraan, seperti
lembaga ombudsman, yang adalah bawahan parlemen dan inspeksi dan investigasi komisi.
Lembaga seperti ombudsman adalah mekanisme yang memediasi masyarakat untuk
mengekspresikan keprihatinan dan keluhan mereka mengenai lembaga-lembaga publik. TIK
dapat membantu keluhan masyarakat yang akan dikomunikasikan lebih cepat, tanpa perantara
dan tanpa biaya, dan menghemat biaya dokumen. Selain itu, parlemen, dengan menggunakan
TIK, seperti database, dapat memonitor bagaimana pemerintah menggunakan anggaran dan
membuat penilaian (UNDP, 2006). Hal ini akan memberikan kontribusi pada perwujudan

108
nilai-nilai penting seperti berpusat warga, transparansi dan akuntabilitas yang meningkat
seiring dengan kecenderungan baru yang dampaknya dirasakan dalam administrasi publik
8.3 Faktor Penentu Keberhasilan Aplikasi E-Parlemen
Jika aplikasi e-parlemen harus diberlakukan dengan berhasil dan jika manfaat yang
diharapkan dapat dirasakan, maka beberapa persyaratan harus diperhitungkan pada awal
proses dan selama aplikasi. Persyaratan ini dapat dicermati sebagai berikut

A. Perencanaan dan Dukungan yang Kuat


Untuk aplikasi e-parlemen yang akan diberlakukan berhasil, misi harus diidentifikasi
di mana pemerintahan parlemen, anggota parlemen, pemerintah, kelompok partai politik dan
agen lainnya setuju. Misi ini harus membayangkan parlemen dimodernisasi melalui TIK dan
berubah menjadi sebuah lembaga yang berfungsi secara transparan, akuntabel, dan
demokratis. Misi ini harus dibentuk sesuai dengan pikiran dan ide-ide, seperti berbagi
informasi dan aksesibilitas bagi semua warga negara, efisien dan transparan parlemen dan
keterlibatan warga dalam pembentukan hukum dan kebijakan. Dengan cara ini, dimensi
informatif, interaktif dan partisipatif yang melekat dalam e-parlemen akan tercermin dalam
misi ini. Misi untuk memanfaatkan TIK di parlemen harus dilaksanakan secara bertahap
dalam kerangka strategi.
Penerapan strategi ini adalah masalah yang sangat penting. Untuk alasan ini,
dimensi manusia, administrasi dan keuangan dari strategi harus diperhitungkan. Selain itu,
aplikasi e-parlemen harus didukung oleh kemauan politik dan administrasi yang kuat. Dalam
hal ini, dengan menyepakati manfaat yang e-parlemen menyediakan, administrasi parlemen,
semua anggota parlemen termasuk pemerintah dan oposisi, dan pejabat harus memenuhi
tugas mereka untuk melaksanakan berbagai aplikasi e-parlemen dan proyek dukungan
mengenai e-parlemen.

B. Menghilangkan Masalah Infrastruktur TIK dan Biaya


Membuat karya parlemen efisien dan proses administrasi, membuat dokumen
parlemen dasar diakses oleh publik dan elektronik diarsipkan, meningkatkan saluran
komunikasi antara anggota parlemen dan pemilih, dan mendapatkan masyarakat yang terlibat
dalam proses legislatif semua memerlukan tingkat tertentu infrastruktur teknologi. Untuk
aplikasi e-parlemen yang akan dilaksanakan, kebutuhan infrastruktur teknologi pertama harus
diselesaikan. Ini terutama menyajikan masalah tingkat tinggi berdiri biaya kepada pihak
berwenang. Oleh karena itu, beberapa sumber daya keuangan yang signifikan harus

109
dialokasikan untuk aplikasi e-parlemen. Selain itu, teknologi berubah secara konstan dan
menyajikan peluang dan saluran baru. Sebuah parlemen yang menggunakan TIK harus

mengikuti perkembangan dan memperbarui atau mengubah teknologi secara teratur, dan
tugas-tugas ini pasti akan berarti membuat investasi baru dan menimbulkan biaya lebih. Hal
lain adalah kerja personil dilengkapi dengan pengetahuan dan keahlian teknologi untuk
memungkinkan penggunaan teknologi ini. Beberapa pengorbanan harus dilakukan jika orang-
orang terampil yang dipekerjakan oleh parlemen.
Ada juga isu-isu lain mengenai teknologi: kepemilikan PC oleh individu, biaya
langganan internet, jumlah pengguna internet dan penetrasi internet di suatu negara. Masalah-
masalah ini menyebabkan muncul hambatan serius bagi negara-negara terbelakang dan
berkembang. . Dalam hal faktor-faktor tersebut, perbedaan yang besar di daerah yang berbeda
dan segmen masyarakat yang berbeda dalam suatu negara dapat mengecualikan beberapa
segmen masyarakat berpartisipasi dalam proses demokrasi. Dengan cara ini, dengan
menggunakan TIK dalam proses politik dapat merusak atau membatasi demokrasi. Isu-isu ini
dapat diimbangi jika kepemilikan PC dipopulerkan, akses internet tersedia sebanyak
mungkin, dan biaya akses internet menurun. Untuk aplikasi e-parlemen yang sukses,
kesenjangan digital, dengan dimensi seperti yang diungkapkan oleh Norris (2001), harus
dihilangkan.

C. Menghilangkan Masalah Mengenai Sumber Daya Manusia


Masalah yang berhubungan dengan manusia terkemuka adalah kemungkinan
resistensi terhadap aplikasi e-parlemen. Pada akhirnya, transisi ke e-parlemen adalah usaha
yang inovatif dan reformis, dan seperti hampir semua upaya reformasi, ada potensi untuk
ketahanan terhadap pelaksanaannya. E-parlemen tidak hanya penggunaan beberapa perangkat
lunak dan sistem e-mail di parlemen; itu adalah perubahan budaya yang signifikan yang
memerlukan perubahan pola pikir. Dalam konteks ini, dalam hal meminimalkan resistensi
dan aktualisasi proses persuasi, konsensus strategis yang diperoleh dari awal dan dukungan
politik dan administrasi yang kuat merupakan faktor yang paling penting.
Tanpa kesadaran kewarganegaraan aktif dalam masyarakat, aplikasi e-parlemen
yang mendorong partisipasi dalam proses legislatif dan memperkuat demokrasi akan menjadi
tidak berarti. Ini adalah masalah yang berkaitan dengan budaya politik dan administrasi. Di
negara di mana budaya politik dan administrasi menghambat partisipasi masyarakat dalam
proses pengambilan keputusan politik dan administrasi atau di mana pemerintah menganggap
masyarakat hanya sebagai massa yang akan diatur, e-parlemen tidak dapat sepenuhnya dan

110
komprehensif menerapkan. E-parlemen hanya dapat dilaksanakan sepenuhnya di negara-
negara di mana demokrasi telah dilembagakan dan warga telah memperoleh kesadaran
kewarganegaraan aktif.
Selain itu, masalah-masalah tertentu mungkin muncul karena sikap dan perilaku
orang-orang selama proses pelaksanaan e-parlemen. Sebagai contoh, sebuah kelompok
kepentingan atau individu dapat membombardir MP dengan e-mail dan menggunakan alat
komunikasi untuk tujuan selain peruntukannya. Seorang individu, meskipun menyadari
forum diskusi, namun dapat menahan diri dari berpartisipasi. Anggota parlemen tidak dapat
memahami tujuan inti e-parlemen dan mereka dapat menggunakan website masing-masing
sebagai album foto keluarga atau hanya informatif brosur virtual. Seorang individu yang telah
mengambil bagian dalam sebuah aplikasi e-parlemen namun belum diberikan umpan balik
tentang hasil dari isu yang relevan pada akhirnya mungkin akan kecewa dan mendiskreditkan
atau menghindari inisiatif e-parlemen.
Ini adalah skenario yang dapat muncul sebagai akibat dari perilaku yang
berhubungan dengan manusia dan sopan santun dan dapat menyebabkan masalah serius. Jadi,
jika sebuah aplikasi e-parlemen memiliki infrastruktur teknologi yang memadai termasuk
sumber daya keuangan, mungkin tetap tidak mampu menentukan keberhasilan pelaksanaan.
Untuk alasan ini, visi ditentukan di awal dan strategi-aplikasi yang berhubungan harus
mengantisipasi dan mempertimbangkan potensi masalah yang berkaitan dengan budaya
politik dan administrasi dan perilaku manusia dan mempertimbangkan tindakan pencegahan
yang diperlukan.

1. Promosi E-Parlemen
Agar inisiatif e-parlemen yang akan dilaksanakan secara efisien, pihak-pihak terkait,
termasuk warga negara, sektor swasta, media dan LSM, yang akan mendapatkan keuntungan
dari aplikasi ini, perlu menyadari peluang dan saluran yang disediakan oleh penggunaan TIK
di parlemen. Bahkan jika konsepsi e-parlemen dimulai, asalkan pihak yang bersangkutan
tidak memanfaatkannya, inisiasi ini akan menjadi tidak berarti. Anggota parlemen dan warga
memiliki tingkat individu pendidikan dan kecenderungan teknologi yang unik. Oleh karena
itu, semua orang, terutama warga negara dan agen lainnya, harus diberitahu tentang di mana
kondisi, kapan dan bagaimana mereka dapat menggunakan aplikasi e-parlemen. Di sini,
kegiatan yang berkaitan dengan promosi e-parlemen akan memainkan peran penting. Di luar
promosi e-parlemen pada umumnya, untuk setiap aplikasi tunggal dilaksanakan di bawah
atap e-parlemen, tujuan dari aplikasi tersebut, bagaimana aplikasi ini akan dilaksanakan, dan

111
apa hasilnya akan diperoleh sebagai hasil dari ini aplikasi harus explicated kepada
warga yang sangat jelas dan dimengerti
Penggunaan TIK di parlemen bukanlah obat mujarab. Untuk aplikasi e-parlemen
yang sukses, faktor politik, ekonomi dan budaya juga harus dipertimbangkan.
Determinisme teknologi harus dihindari sebisa mungkin. Namun, ketika e-parlemen
dilaksanakan dalam situasi yang tepat, itu akan berkontribusi besar terhadap fungsi dasar
parlemen dan memberikan manfaat bagi agen yang berbeda seperti parlemen itu
sendiri, para anggota parlemen, para pemilih, kelompok kepentingan, sektor swasta dan
Media. E-parlemen di negara dapat memainkan peran penting dalam pelaksanaan
demokrasi partisipatif dan memperkuat legitimasi sistem politik dan administrasi secara
keseluruhan. Dalam hal ini, e- parlemen tidak hanya terdiri dari penerapan inovasi
teknologi sederhana dan dasar di parlemen; terdiri dari aplikasi jauh lebih kompleks. Hal
ini terutama disebabkan oleh rasionalisasi proses administrasi di parlemen serta
transformasi hubungan antara yang memerintah dan yang diperintah, internalisasi nilai-
nilai dan prinsip demokrasi, dan perdebatan terkait dengan kebangkitan budaya demokrasi.

2. Layanan E-Parlemen
Berdasarkan isi layanan website parlemen kontemporer, taksonomi dapat
diperkenalkan untuk layanan e-parlemen sesuai dengan penyedia dan penerima manfaat
sasaran. Yang terakhir biasanya termasuk lembaga ketiga parlemen, anggota
Parlemen, warga, serta wartawan dan media. Menurut Papaloi dan Gouscos (. 2010, p
107) kategori berikut layanan e-parlemen dapat diusulkan:
Layanan (P2P) Parliamen to Parliamen : Kategori ini mengacu pada layanan
yang tersedia untuk parlemen untuk fasilitasi pertukaran informasi. misalnya, Brosur,
www.ipex.eu) adalah penyimpanan database "(...) dokumen parlemen yang berkaitan
dengan pengawasan nasional keputusan yang diambil di tingkat Uni Eropa" dengan
tujuan: "memfasilitasi pertukaran semua Uni Eropa informasi -terkait antara
parlemen, menyediakan forum untuk pertukaran pandangan mengenai pengawasan
termasuk aspek subsidiarity5, dan menjaga kalender pertemuan interparliamentary ".
Layanan Parlemen-to-Anggota Parlemen (P2MP) : Layanan Parlemen-to-
anggota parlemen mengacu pada aplikasi TIK yang dapat digunakan untuk mempermudah
pekerjaan deputi parlemen. Sebagai survei ECPRD telah menunjukkan, paling sangat
peringkat layanan yang digunakan oleh anggota parlemen responden adalah mereka
teknologi mobile, webmail, akses remote ke dokumen legislatif dan penggunaan komputer

112
laptop (PBB et al., 2008). Mengenai layanan mobile untuk anggota parlemen, contoh
menarik adalah bahwa Parlemen Finlandia yang memfasilitasi sejumlah layanan
perpustakaan pinjaman melalui ponsel, termasuk pemberitahuan SMS untuk ketersediaan
bahan yang diminta, jangka waktu pinjaman kadaluwarsa / pembaharuan, serta permintaan
ke Layanan Informasi (Library of Parliament, 2007). Selain itu, penggunaan layanan
mobile telah memfasilitasi kerja anggota parlemen dan pegawai negeri sipil, sementara
layanan bergerak, melalui data GPRS pada ponsel mereka (TeliaSonera, 2005, hal. 1) serta
kalender dan acara pemberitahuan otomatis (Fujitsu, 2010 ).
Layanan Citizen-to-Parlemen (C2P) : Kategori ini mengacu pada
layanan yang tersedia untuk warga negara untuk menghubungi anggota parlemen dan
memberikan umpan balik lebih lanjut untuk parlemen. Sebuah contoh yang baik dari
layanan tersebut yang ditawarkan oleh proyek MySociety yang berbasis di Inggris, yang
bertujuan untuk "memberikan orang-orang, manfaat nyata sederhana dalam aspek
sipil dan masyarakat hidup mereka" (UK Warga Demokrasi Online, www.ukcod.org.uk) .
Dalam Mendengar dari layanan MP Anda, warga dapat memasukkan beberapa data
pribadi (nama dan alamat pos detail) untuk dimasukkan dalam daftar orang-orang di
daerah pemilihan yang sama. Ketika warga cukup telah mendaftar, administrator layanan
mengirim e-mail untuk membiarkan anggota parlemen tahu bahwa mereka harus
membalas warga konstituen mereka tentang rencana mereka. Anggota parlemen yang
mampu menjawab dan meminta warga untuk proposal lebih lanjut, sehingga mengubah
pertukaran pesan secara online ini menjadi thread diskusi. Pada baris yang sama
pemikiran, yang Mereka Bekerja untuk Anda dan Menulis untuk Mereka proyek
merupakan jenis hanya terstruktur dan mudah untuk melakukan e-petisi. Nama-nama
merek mereka sengaja dirumuskan dengan maksud untuk mendorong masyarakat untuk
berpartisipasi, dilengkapi dengan kemampuan untuk menindaklanjuti pekerjaan MP yang
mereka sukai (menggunakan Mereka Bekerja untuk Anda), atau mengirim e-mail yang
meminta informasi tentang isu-isu kepentingan mereka (menggunakan Write to them).
Layanan Parlemen-to-Citizen (P2C) : Kategori ini termasuk proyek-proyek baru
yang dapat diimplementasikan oleh parlemen dengan tujuan untuk menarik minat dan

113
partisipasi warga negara dalam proses parlemen.
Seperti ditunjukkan dari beragam jenis layanan e-parlemen kontemporer
diidentifikasi di atas, perangkat TIK modern dapat sebenarnya memungkinkan komunikasi
dan pertukaran informasi di antara parlemen dan memudahkan pekerjaan sehari-hari PNS dan
Anggota Parlemen, belum lagi wartawan. Semua, ini berbagai layanan tidak hanya
mencerminkan kemajuan untuk mewujudkan konsep e-parlemen, tetapi juga perjuangan
untuk memperoleh keterbukaan dan transparansi atas konstituen.
Kemampuan kontemporer membuka jalan bagi implementasi layanan yang lebih
terfokus pada partisipasi warga dan keterlibatan menjanjikan. Keberhasilan implementasi
tersebut tentu saja tidak otomatis, karena faktor-faktor seperti melek digital, perkembangan
sosial-ekonomi, perencanaan strategis, kemauan politik dan lainnya telah terbukti menjadi
hambatan penting.

8.4 Implementasi e-Parlemen di Indonesia


Hadirnya situs-situs parlemen, sebagai media penyampaian aspirasi ke parlemen
yang lebih cepat dan mudah, menarik untuk diapresiasi. Peresmian situs DPRD Propinsi
DIY (http://www.dprd-diy.go.id, selanjutnya ditulis: e-Parlemen) sebagai bentuk e-
Parliament propinsi yang pertama di Indonesia, Sabtu 30 Juli 2005, mampu memikat
daerah lain untuk berlomba-lomba membangun situs sejenis. Dengan demikian, kehadiran
situs berdomain go.id tersebut dianggap telah memulai era baru berpolitik dan menjadi
ikon baru e-Government.
Evaluasi perkembangan e-Parlemen, terutama untuk fungsi-fungsi keterwakilan
dalam legislasi, penganggaran, dan pengawasan. Paper ini mengambil posisi bahwa rakyat
dan parlemen berada sama dalam titik awal dan niscaya akan bertemu dalam titik akhir.
Apa-apa yang diaspirasikan rakyat melalui e-Parlemen akan dibicarakan dalam parlemen.
Representasi kebanyakan suara rakyat (solus populi) akan berubah menjadi supremasi
kepentingan publik, yang selanjutnya memperoleh justifikasi dengan basis moral secara
hukum sebagai suprema lex.

114
Adalah truisme bahwa menelaah nilai, aturan, alat, dan lembaga DPRD tentunya
merujuk kepada peraturan perundangan yang berlaku. UU No. 32 Tahun 2004 tentang
pemerintahan Daerah, terutama Bagian kelima Pasal 39-55, dengan jelas mengatur Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Dalam konteks ini keterwakilan rakyat dalam bentuk
partisipasi bukan hanya sebatas keterlibatan “proses pembangunan dengan titik tekan
dimensi ekonomi,” melainkan “aktualisasi keterlibatan rakyat dalam proses pemerintahan.
Menyediakan jembatan untuk aktualisasi keterlibatan rakyat dengan perantaraan
media elektronik inilah yang menjadi fungsi e-Parlemen. Sebagaimana diketahui, tujuan
penerapan e-Goverment adalah agar pemerintah dapat menerapkan praktik good governance
dengan alat bantu teknologi informasi dan komunikasi. Dengan tujuan tersebut, hal-ihwal
akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi publik dapat diselenggarakan dengan aplikasi
layanan pemerintah berbasis digital tersebut. Demikian halnya, sebagai ”tool“ maupun
“venue,“ e- Parlemen menjadi dasar tegaknya asas keterwakilan. Sebab tugas utama wakil
rakyat di parlemen adalah mendengarkan aspirasi rakyat dan memformulasikannya ke
dalam pelaksanaan fungsi-fungsi. Bab ini juga mengambil posisi bahwa dengan atau
tanpa ketersediaan e-Parlemen, fungsi untuk memelihara keterwakilan dengan
konstituennya merupakan imperatif kategoris.
Pada awalnya, program e-Parlemen diinisiasi dan difasilitasi oleh IRI (Internasional
Republic Institute). Dengan berakhirnya program, e-Parlemen diserahkan ke DPRD DIY dan
dikelola oleh admin yang berstatus PNS di Setwan (Sekretariat Dewan) DPRD DIY, Sub
Bagian Data dan Teknologi Informasi.
Dengan memasang tagline “e-Parlemen menjalin komunikasi antara rakyat
dengan wakilnya,” situs ini mendukung kedudukan DPRD DIY (selanjutnya ditulis:
Dewan) sebagai Badan Legislatif Daerah. Sehingga Dewan memandang perlu untuk
membuka berbagai saluran aspirasi untuk rakyat agar dapat menyampaikan aspirasinya
secara lebih cepat dan mudah. Salah satu saluran aspirasi yang dianggap cukup efektif
adalah melalui situs di internet sehingga rakyat, khususnya rakyat DIY dimanapun berada,
dapat menyampaikan aspirasi, sumbang saran, dan pikiran demi kemajuan Propinsi DIY
tanpa dihambat oleh ruang dan waktu. Alat komunikasi berbasis situs yang disediakan oleh
admin adalah email, SMS, telepon, fax, layanan pos, dan tentu saja tatap-muka dalam bentuk
audiensi langsung.
Berdasar asas keterwakilan, maka diasumsikan bahwa e-Parlemen melayani
aspirasi 2.751.761 rakyat Propinsi DIY yang menggunakan hak pilih dalam Pemilu

115
Legislatif 20094. Konsekuensinya, ke-55 anggota Dewan akan menindaklanjutinya di tingkat
Fraksi, Komisi, Panitia Tetap, dengan layanan dari Setwan DPRD DIY, sebagaimana diatur
dalam Tata Tertib.
Fraksi bukanlah alat kelengkapan Dewan. Fungsi sebagai anggota fraksi adalah
wakil dan representasi kepentingan partai politik masing-masing anggota Dewan. Partai
Politik yang mempunyai wakil di Dewan secara alfabetis adalah sebagai berikut:
1) PAN (8 anggota);
2) Partai Demokrat (10);
3) Partai Gerindra (3);
4) Partai Golkar (7);
5) Partai Hanura (1);
6) PDI Perjuangan (11);
7) PKB (5);
8) PKS (7); dan
9) PPP (3).

Sesuai dengan Tatatertib Dewan, maka nama-nama Fraksi adalah sebagai berikut:
1) Fraksi Demokrat;
2) Fraksi Kebangkitan Bangsa;
3) Fraksi Partai Amanat Nasional;
4) Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan;
5) Fraksi Partai Golkar;
6) Fraksi Partai Keadilan Sejahtera;
7) Fraksi Pembangunan Nurani Peduli Indonesia Raya (hasil penggabungan
Partai Gerindra, Partai Hanura, dan PPP).

Fungsi legislasi, pengawasan, dan penganggaran merupakan representasi anggota


Dewan sebagai wakil rakyat, yaitu yang berhubungan dengan tugas dan kewajiban komisi
dan panitia tetap, sebagaimana diatur dalam alat kelengkapan Dewan. Komisi-komisi
meliputi Komisi A, B, C, dan D, dengan tugas sebagai berikut:
1) Komisi A, membawahi bidang pemerintahan, yang meliputi: pemerintahan,
kepegawaian/aparatur/diklat, ketenteraman dan ketertiban umum, informasi dan
komunikasi, hukum/perundang-undangan, umum, kerjasama, pertanahan, kependudukan
dan catatan sipil, sosial politik, lembaga swadaya rakyat, kearsipan, perwakilan dan

116
kesekretariatan DPRD
2) Komisi B, membawahi bidang perekonomian, yang meliputi: perindustrian, perdagangan,
pertanian dan peternakan, kehutanan dan perkebunan, perikanan dan kelautan, usaha
kecil menengah dan koperasi.
3) Komisi C, membawahi bidang keuangan, yang meliputi: keuangan daerah, perpajakan,
retribusi, aset daerah/aset milik daerah, BUMD, pengawasan dan investasi.
4) Komisi D, membawahi bidang pembangunan, yang meliputi: pekerjaan umum,
pemetaan dan tata ruang wilayah, penataan dan pengawasan bangunan,
perhubungan dan transportasi, pertambangan dan energi, lingkungan hidup,
penerangan jalan umum dan perencanaan
Sedangkan Panitia Tetap adalah Badan Musyawarah, Badan Anggaran, Badan
Legislasi Daerah, dan Badan Kehormatan. Dengan posisi inilah, dukungan rakyat berupa
penyampaian aspirasi merupakan modal utama untuk menjalankan tugas dan fungsi
sebagai wakil rakyat, yaitu untuk melaksanakan kontrol terhadap penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan. Dengan demikian, keberhasilan tugas dan fungsi
kedewanan sangat ditentukan oleh kontribusi positif seluruh komponen rakyat. Data dan
informasi dukungan tersebut merupakan bahan yang selanjutnya diunggah dan disajikan di
dalam situs parlemen.
Yang Mewakili Dan Diwakili Dalam Fungsi E-Parlemen
Pada evaluasi pertama yang bersumber dari rakyat sebagai “user,“ sejauh kita
melacak e-Parlemen untuk mengetahui bagaimana aktualisasi keterlibatan rakyat dalam
proses-proses di parlemen boleh jadi akan kecewa. Bagaimana aspirasi rakyat dikelola,
seberapa efektif tatakelola keterwakilan untuk daerah pemilihan, bagaimana
pertanggungjawabannya, dan pertanyaan lain, tak terjawab berdasarkan informasi yang
tersaji dalam situs e-Parlemen.
Titik awal yang sama antara rakyat dan wakil rakyat dalam Pemilu Legislatif,
kebersamaan saat reses bersama konstituen, dan agenda lain --sebagai dasar berdemokrasi--
tidak bertemu dalam titik akhir, karena tak ternyatakan dalam perkakas yang bernama e-
Parlemen. Rasio antara satu wakil rakyat dan jumlah pemilih sebagaimana ditetapkan dalam
DPT (Daftar Pemilih Tetap), yang berarti pertanggungjawaban seluruh agenda kedewanan
seorang wakil rakyat ke seluruh pemilih, menjadi defisit dan mendustai amanah para
pemilih. Bukan hanya dusta dari waktu politis, yaitu jumlah waktu saat berkampanye,

117
memilih, mengamanahkan aspirasi, juga menyiapkan pertanggungjawaban. Dusta yang lain
justru pada kehormatan lembaga parlemen itu sendiri, yang secara teknis semestinya dapat
dikelola oleh e-Parlemen. Paparan berikut akan merinci berdasar fungsi-fungsi e-
Parlemen.

1. Fungsi layanan sebagai wakil rakyat


Fitur yang tersedia di dalam situs sebenarnya sudah cukup memadai untuk
menjembatani komunikasi secara virtual antara rakyat dengan Dewan di dunia maya. Alat
komunikasi yang dipilih oleh admin juga merupakan teknologi komunikasi yang popular di
masyarakat, terutama SMS. Bahkan banyak portal dan provider yang sudah menyediakan
layanan SMS gratis. Dilihat dari jumlah aduan dan aspirasi yang masuk di situs, data
menunjukkan minimnya aduan dan aspirasi. Jumlah data dan aspirasi berhubungan dengan
sosialisasi situs, ketidakpercayaan rakyat, bahkan menyoal kinerja e-Parlemen ini.
Admin juga tidak menyediakan fitur yang menginformasikan tahapan dan laporan
kemajuan terhadap tindak lanjut dari aspirasi tersebut, yang secara teknologi dan perangkat
lunak sudah tersedia. Artinya, desain teknologi informasi dalam situs tidak mampu
menjawab kebutuhan rakyat. Konsekuensinya adalah entrofi dalam komunikasi sosial antara
rakyat dengan wakilnya di Dewan. Yaitu permasalahan yang sudah diaspirasikan tidak
berjawab dengan agenda kedewanan dan sebaliknya agenda yang terjadwal di dewan tidak
berpengaruh terhadap agregat kepentingan rakyat.
Data yang tersedia tentang “padat”nya agenda dalam rapat-rapat di Dewan,
terutama menyoal legalitas dan prosedur yang diaspirasikan rakyat sehingga cenderung
mengabaikan substansi permasalahan yang diaspirasikan dan terutama difasilitasi/diadvokasi
oleh LSM. Permasalahan sosial yang mengemuka seperti jaminan sosial menjadi
kontraproduktif karena pendekatannya lebih berbobot politik kekuasaan dan bukannya
ekonomi-politik untuk kesejahteraan rakyat.

Dari analisis pemberitaan juga terlihat perbedaan sikap masing-masing fraksi yang
berkesan kritis dan mengakomodasi aspirasi rakyat tetapi berbalik dan pro-eksekutif dalam
rapat paripurna yang merupakan forum pengambilan keputusan tertinggi di DPRD.
Oleh karena itu, perbincangan yang mengemuka adalah perlukah dihadirkan
pesohor yang berfungsi untuk memikat para peselancar untuk sekedar singgah di situs ini.
Konfirmasi ke seorang desainer web di salah satu kampus di Jogja menegaskan
ketidakpercayaan terhadap jumlah angka yang tersaji dalam fitur COUNTER Total
Pengunjung. Argumentasinya, dengan teknik direngkah (crack) dimungkinkan untuk

118
mempercepat dan dengan demikian memperbanyak jumlah kunjungan. Argumentasi etis
yang hendak dibela adalah adanya kode etik di kalangan pengunjung untuk sekedar memberi
“tanda cinta” sebagai bukti sudah berkunjung ke parlemen online ini, karena akan
meningkatkan trafik dari weblog pengunjung itu sendiri.
Penelusuran secara acak melalui http://google.com juga masih memperlihatkan
sedikitnya para blogger yang membuat tautan (link) dengan situs http://dprd-diy.go.id.
Penelusuran melalui google juga tidak/belum memperlihatkan bahwa situs ini pernah
diretas (di-hack/crack) untuk sekedar menguji ketahanan sistemnya7. Jamak tahu, terdapat
sejumlah kondisi di mana situs pemerintah(an) di-crack, dengan alasan apapun. Sebagai
perbandingan, http://sicerdik.com, portal pendidikan Jogja yang mengklaim menyuguhkan
bahan dengan kurikulum berbasis kompetensi, hanya berumur tidak sampai satu hari.
Minggu (21 Januari 2007) pagi diresmikan dan malamnya langsung di-deface dan
ditamatkan oleh “JambiHackerLink” yang sampai sekarang tidak ada penjelasan.
Seluruh tanggapan-banding di atas diapresiasi sebagai pengharapan terhadap e-
Parlemen yang pertama di Indonesia ini untuk berkembang normatif lebih baik. Apalagi
dengan predikat Jogja sebagai wilayah yang paling melek e- literasi. Dengan rasio Computer
access to household sebesar 16%, lebih tinggi dibanding dengan rata-rata Indonesia yang
sebesar 1% atau Malaysia 14%, diasumsikan berdampak terhadap aktivitas rakyat dengan
wakilnya di e-Parlemen.
Dengan demikian, hadirnya situs e-parlemen ini harus didorong dan diuji terus
untuk menjalankan fungsi keterwakilan. Sebagai praktik komunikasi antara rakyat dengan
wakilnya, kemanfaatan e-parlemen adalah untuk mengelola kebenaran, kejujuran, dan
normatif. Dan hal itu dalam satuan keseharian, sehingga kebenaran secara jujur untuk
norma kebaikan menjadi basis tindakan bersama. Artinya, masih ada apresiasi terhadap
situs ini untuk meningkatkan tatakelola diri agar lebih bermanfaat bagi rakyat.
2. Fungsi Legislasi
Data yang tersaji dalam situs menunjukkan minimnya jumlah produk peraturan
daerah yang sudah ditetapkan. Konfirmasi dengan pegiat LSM menegaskan bahwa
penetapan agenda Raperda lebih banyak dari usulan pemerintah eksekutif. Salah satu pegiat
LSM berolok-olok dengan “rutinitas yang mengambang”. Artinya, rutinitas penetapan Perda
APBD tidak berakibat terhadap Perda lain yang pro-kesejahteraan rakyat.
Yang dianggap berbahaya adalah keterlambatan menerbitkan Perda
Penanggulangan Bencana, per 8 September 2010. Bahkan ketika Gunung Merapi meletus
pada 26 Oktober 2010, Dewan dianggap lalai dengan kewajiban untuk menyoal

119
pembentukan BPBD Provinsi DIY. Hal ini merupakan pengingkaran terhadap fungsi
legislasi karena Jogja merupakan wilayah bencana, tidak terkecuali dengan gempa besar
pada 2006. Harapan yang mengemuka adalah fungsi legislasi yang antisipatif bencana
melalui optimalisasi media situs. Menjelang dan pasca letusan Merapi, ketika sejumlah LSM
bergiat dengan info kebencanaan berbasis rakyat, misalnya melalui
http://merapi.combine.or.id, bahkan dengan konvergensi media, situs e-Parlemen ini
juga tidak membuat
tautannya. Info dan aduan rakyat tentang lambatnya penanganan bencana oleh
pemerintah tidak diapresiasi, bahkan ketika jumlah “kicauan” melalui http://twitter.com
sangat signifikan untuk kerja legislasi. Kesan umum yang berkembang, terutama dari LSM,
adalah ketidakoptimalan fungsi legislasi sebagaimana ternyatakan dalam situs parlemen.

3. Fungsi Pengawasan
Data yang tersaji, terutama kliping media massa, sudah cukup, apalagi dengan
pengecekan ke media lain. Karena fungsi pengawasan lebih ke penggunaan
anggaran dari APBD, kewenangan Dewan dianggap kurang “sakti” terhadap kompleksitas
permasalahan masyarakat Jogja.
Fungsi pengawasan juga berkesan cenderung dari sisi administrasi dan kurang dari
ukuran ekonomi-politik. Untuk itu, dibutuhkan pembacaan yang lebih kritis sehubungan
dengan temuan Bawasda sekaligus menindaklanjutinya secara ekonomi-politik. Dengan
demikian, fungsi pengawasan Dewan mampu menjangkau ke klaim outcome, bukan lagi
output capaian program.
Fungsi pengawasan menjadi olok-olok terutama ketika berita agenda kunjungan
kerja sebagai representasi fungsi pengawasan menjadi “nglencer” atau jalan-jalan tak
produktif dan dibiayai APBD. Salah seorang wartawan di Jogja bahkan mengingatkan
bahwa medianya pernah memberitakan tentang waktu yang dibutuhkan anggota dewan
untuk makan siang dalam pengawasan lebih lama dari waktu yang dibutuhkan untuk
mengawasi proyek pembangunan itu sendiri.

Suasana ketidakpercayaan juga diperumit dan sejauh ini belum ada tanggapan
secara proporsional ketika patologi sistem parlemen memahami fungsi pengawasan untuk
menambah dan memperluas akses terhadap sumber-sumber ekonomi bagi partai politik.
Tingginya biaya politik yang harus ditanggung oleh partai politik harus diselesaikan oleh
wakilnya yang duduk di Dewan. Peluang yang tersedia misalnya bersikap “kritis” terhadap

120
anggaran pembangunan. Sikap ini adalah untuk menaikkan posisi tawar fungsi
“pengawasan” yang dipahami untuk berkolusi dengan aparat eksekutif. Data dan informasi
semacam ini jelas tidak akan pernah tersaji di situs resmi parlemen di manapun sehingga
dibutuhkan media dari pengelola lain. Hadirnya data dari sumber lain sangat
dibutuhkan untuk meminimalkan potensi korupsi anggaran publik dan sekaligus menjadi
model belajar sosial rakyat.

4. Fungsi Penganggaran
Sejumlah risalah rapat, terutama dalam rapat komisi dan panitia anggaran sudah
memuat pembahasan Dewan mengenai pembahasan APBD, termasuk APBD perubahan.
Setidak-tidaknya rakyat menjadi tahu bagaimana proses pembahasan yang berlangsung di
Dewan sehubungan dengan fungsi penganggaran.
Dalam hal teknis penganggaran dijumpai beberapa tanggapan pembaca di media
lain bahwa ternyata sulit membaca penyusunan anggaran publik. Hal ini berdasar sering
berubahnya peraturan perundang-undangan, sehingga masalah penempatan dan
penganggaran dalam nomenklatur dan digit anggaran tak terpahami. Sebagai media
komunikasi, sudah selayaknya situs ini menyajikan informasi dan simulasi bagaimana
tatacara penyusunan anggaran publik. Manakala membaca APBD sudah terselesaikan,
maka dukungan rakyat untuk berpartisipasi dalam penganggaran akan menjadi produktif
bagi e-Parlemen.
Dilihat dari isi pemberitaan dalam kliping, terutama dengan minimnya informasi
rakyat yang kritis, maka perlu dilacak sumber-sumber media lain, sehingga lebih berimbang
dan tidak berkesan sepihak dari sudut Dewan. Apalagi masalah penganggaran dianggap
sebagai tema krusial bagi rakyat. Artinya, rakyat sebagai pembayar pajak masih berharap
bahwa anggaran publik nyata-nyata berorientasi untuk kesejahteraan rakyat dan bukan untuk
tujuan apalagi kepentingan yang lain.
Penyajian yang berimbang dari sumber media lain, ukuran transparansi dalam
penyusunan anggaran oleh Dewan, sekaligus garansi keberpihakan untuk kesejahteraan
rakyat menjadi tema-tema programatis untuk perbaikan isi dan tatakelola situs e-Parlemen.

Berdasar paparan di atas, permasalahan e-Parlemen adalah pada tampilan dan


pengelolaan. Tampilan lebih merujuk pada desain situs yang layak dikunjungi,
sedangkan pengelolaan lebih kepada keputusan untuk menghadirkan informasi yang
bermakna dan berpihak bagi kesejahteraan rakyat. Dengan demikian, hadirnya e-

121
Parlemen DIY dan situs-situs parlemen lainnya di Indonesia harus didorong dan diuji
terus untuk menjalankan fungsi keterwakilan dan yang lain. Jika gagal mengelola fungsi
keterwakilan, rakyat sudah memperingatkan dengan semakin maraknya parlemen online
Situs e-Parlemen DIY sudah melakukan fungsi layanan sebagai wakil rakyat,
fungsi legislasi, pengawasan, dan fungsi penganggaran. Dengan fitur yang tersedia dan
kemudahan untuk mengakses, situs e-Parlemen berusaha mewakili agregat kepentingan dan
aspirasi rakyat DIY. Hadirnya e-Parlemen merupakan perluasan fungsi kedewanan yang
mampu mempermudah dan memperluas layanan kelembagaan DPRD DIY di dunia
maya.
Permasalahan e-Parlemen terletak pada tampilan dan pengelolaan. Tampilan lebih
merujuk pada desain situs yang layak dikunjungi, sedangkan pengelolaan lebih kepada
keputusan untuk menghadirkan informasi yang bermakna dan berpihak bagi kesejahteraan
rakyat. Kegagalan mengelola e-Parlemen untuk fungsi keterwakilan akan berakibat terhadap
kuatnya parlemen online.

122
TATAP MUKA 9

MEDIA PEMBELAJARAN: Modul

JUDUL
9. Kerangka dan Metode Penilaian Dampak E-Goverment

TUJUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN :


4. Mampu menjelaskan tentang dampak-dampak E-Government.
5. Mampu mengetahui pengaruh pada bagi Keterbukaan dan Pemberantasan Korupsi.
6. Mampu menguasai komponen utama dalam sistem open government.

URAIAN MATERI

Dalam pertemuan akan disajikan kerangka kerja untuk menilai dampak proyek e-
government dan menjelaskan metodologi yang telah diuji di lapangan untuk menilai
dampak dari sejumlah besar proyek. Kerangka tersebut menguraikan stakeholder dan
dimensi yang perlu diukur dampaknya untuk setiap jenis stakeholder dan metodologi
untuk mengidentifikasi langkah yang diperlukan untuk membuat penilaian dampak proyek
tertentu. Kerangka ini dikembangkan setelah meninjau berbagai pokok bahasan sejenis
didalam berbagai literatur.
Penilaian dampak proyek e-government penting karena peningkatan jumlah
investasi pemerintah dalam e-government terus meningkat. Berdasarkan beberapa kisah
sukses yang dipublikasikan oleh media dapat menjadi acuan bagi pengembangan e-
government di berbagai lembaga namun. di sisi lain, bukti gagal proyek telah menarik
perhatian dengan tingkat risiko dalam pelaksanaan.
Tingkat kegagalan lebih dari 50 persen dalam konteks negara-negara
berkembang, bahwa banyak proyek diluncurkan belum memberikan dampak perbaikan
yang signifikan dalam pemberian layanan pemerintah. Oleh sebab itu sebuah penilaian
yang sistematis dan jelas untuk pemahaman yang lebih baik efek dari aplikasi e-
government perlu diperkenalkan kepada publik.
Sebuah laporan oleh PBB menyesalkan fakta bahwa dokumentasi penelitian
tentang dampak sosial atau ekonomi pembangunan e-government ini hampir tidak ada
(PBB 2003). Sebuah penilaian yang sistematis dan jelas untuk pemahaman yang
lebih baik tentang dampak aplikasi e-government yang diperkenalkan oleh sektor publik
pada perubahan sosial- ekonomi, organisasi dan perilaku dan faktor-faktor yang terlibat
dalam perubahan ini karena diperlukan untuk memandu kebijakan mengenai investasi
masa depan dalam hal ini daerah.

123
Saat ini, ada beberapa kerangka kerja atau metodologi yang tersedia untuk secara
akurat mengukur keberhasilan atau kegagalan proyek e-government. Sukses sering
dinilai atas dasar laporan media, pengakuan oleh lembaga-lembaga internasional dan
penilaian yang diberikan oleh pelaksana proyek. Dalam semua kasus ini klien yang
seharusnya mendapatkan keuntungan dari proyek-proyek ini menyediakan tidak ada
umpan balik. Jika umpan balik dicatat, biasanya anekdot dan tidak berdasarkan survei
yang sistematis. Evaluasi empat proyek yang sukses di India melalui lembaga
independen, dilakukan pada tahun 2001, telah mengungkapkan hasil yang mengejutkan.
Dua dari empat proyek yang diakui sebagai keberhasilan benar-benar muncul sebagai
kegagalan. Penting agar proyek e-government memiliki komponen built-in penilaian
berkala oleh lembaga independen. Hal ini merupakan tambahan untuk mekanisme umpan
balik berkelanjutan dari klien.
9.1 Evaluasi Proyek E-Government Yang Telah Selesai di Masa
Lalu
Berdasarkan review atas dokumentasi pada 175 proyek, kesimpulan laporan
Bank
Dunia menarik pada jenis evaluasi yang dilakukan dalam praktek
adalah:
1. Studi evaluatif telah dilakukan untuk melayani berbagai tujuan. Beberapa studi
memandang kesuksesan implementasi dalam hal apakah sistem yang
berfungsi sebagai mereka dirancang untuk atau sejauh mana hasil yang
ditentukan dicapai. Beberapa studi melihat keberlanjutan jangka panjang dan
peniruan proyek. Beberapa studi mengukur manfaat yang dikirim ke lembaga.
Beberapa studi telah difokuskan pada manfaat bagi klien. Hampir tidak ada studi
komprehensif yang menilai dampak pada semua pemangku kepentingan dan
tertutup baik jangka pendek dan dampak langsung dan tidak langsung jangka
panjang. Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan analisis biaya-manfaat.
Seringkali studi evaluasi yang telah dilakukan oleh lembaga yang dapat dilihat
sebagai memiliki kepentingan dalam menunjukkan hasil yang positif.
2. Berbagai pendekatan telah digunakan untuk evaluasi. Ini termasuk survei,
pendapat ahli, studi etnografi dan penilaian internal yang dihasilkan oleh lembaga
pinjaman.
3. Studi yang berbeda dari proyek yang sama menunjukkan hasil yang sangat
berbeda, dengan demikian, menunjukkan kurangnya hasil kredibilitas. Bagian dari
alasan untuk hasil yang berbeda adalah penggunaan sampel yang sangat kecil dan

124
kurangnya ketelitian dalam sampling dan pengumpulan data dari klien tentang
sistem. Hasil bisa karena itu tidak mudah digeneralisasi atas seluruh penduduk
klien.
4. Studi mengevaluasi fungsi sistem komputerisasi tetapi tidak dapat menilai
perbedaan yang dibuat dengan menggunakan ICT sebagai kebutuhan kontra
(evaluasi sistem karena mereka bekerja sebelum komputerisasi) terabaikan.
Seringkali dampak penggunaan ICT itu tak lepas dari intervensi lain yang
dibuat bersamaan dengan upaya komputerisasi.
5. Akhirnya, karena penelitian yang berbeda tidak menggunakan metodologi
standar, sulit untuk membandingkan hasilnya untuk proyek dengan proyek lainnya.
Banyak peneliti telah mencatat bahwa studi evaluasi terakhir tidak digunakan
kerangka umum atau metodologi dan bahwa tingkat keberhasilan/kegagalan
telah dinyatakan berdasarkan sampel purposive (Peters et al. 2004).
9.2 Tinjauan Pustaka pada Analisa Dampak
Sementara sejumlah besar studi akademis dan kebijakan telah dilakukan tentang
bagaimana cara terbaik untuk mengevaluasi proyek ICT sektor publik, sejauh ini
terbukti tidak memadai dalam memberikan pembuat kebijakan dengan kerangka kerja
sistematis untuk evaluasi. Kelompok pertama studi memberikan perkiraan makro-tingkat
aktivitas e- government menggunakan indeks penilaian berfokus pada sisi
penawaran, tindakan kuantitatif seperti kehadiran web pemerintah, cakupan jaringan,
dukungan kelembagaan dan peraturan dan penyediaan modal manusia (UNPAN 2004;
Barat 2005 ).
Seperti penilaian berdasarkan faktor e-readiness tidak memiliki implikasi kebijakan
langsung terlihat dan penurut. Mereka cenderung fokus hampir secara eksklusif pada
pengukuran akses fisik ke jenis tertentu ICT tanpa memasukkan isu-isu lain seperti
keterjangkauan, kesesuaian, kapasitas ICT dan pelatihan, dan lingkungan peraturan dan
ekonomi makro (Bridges.org 2005). Kelompok kedua studi, yang terjadi secara sedikit
demi sedikit sebagian besar anekdot, memberikan evaluasi proyek-tingkat dengan sedikit
prospek untuk sintesis dari pendekatan masa lalu. Sejumlah kecil penelitian telah
difokuskan pada dampak tentang proyek-proyek dalam hal bagaimana mereka
mempengaruhi warga dan lembaga pemerintah, tapi temuan jarang dikaitkan dengan tren
nasional, regional atau global yang lebih luas, misalnya, dalam hal perubahan dalam
pendekatan untuk pembangunan dan kebijakan pemerintahan (Grant 2005; Heeks 2003a;
Madon dan Kiran 2002).

125
Kinerja Referensi Model Pemerintah AS (PRM) adalah model secara luas
dikutip yang bertujuan untuk mengukur penciptaan nilai di sector.3 publik kerangka
membangun dari rantai nilai dan logika program model untuk mencerminkan bagaimana
nilai diciptakan sebagai masukan (seperti teknologi) , digunakan untuk membuat output
(melalui proses dan kegiatan), yang pada gilirannya hasil dampak (seperti misi, bisnis
dan pelanggan hasil). Membimbing seluruh kerangka PRM adalah hasil strategis yang
mewakili prioritas kebijakan yang luas yang terlihat untuk mendorong ke arah
pemerintahan.
Faktor umum praktek terbaik untuk penciptaan nilai dalam proyek-proyek e-
government telah terdokumentasi dengan baik dalam beberapa laporan oleh pemerintah
dan konsultan eksternal (Accenture 2002; Uni Eropa 2003; Gartner 2002). Salah satu
contoh adalah penelitian yang dilakukan bersama oleh Departemen Denmark Keuangan
dan Accenture yang mengidentifikasi dua dimensi utama nilai: (a) nilai kepada investor
dalam hal manfaat nyata keuangan, penghematan biaya, menghindari biaya dan
peningkatan pendapatan, dan (b) nilai untuk pengguna dalam hal layanan ditingkatkan,
mengurangi biaya dan / atau penghematan waktu kepada warga dan mengurangi
beban administrasi untuk
bisnis.
Perhitungan waktu dan uang yang dihabiskan dalam mencari dan menggunakan
informasi publik adalah manfaat paling langsung dan dapat diukur aplikasi e-
pemerintah untuk pengguna seperti yang ditunjukkan dalam Organisasi terakhir untuk
Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) dan studi Uni Eropa (eGEP 2005, Lau
2005) . Laporan- laporan ini mengidentifikasi ditingkatkan pengumpulan pendapatan,
biaya lebih rendah karena proses yang efisien transaksi dan pengurangan beban
administrasi disebabkan oleh penyederhanaan atau penghapusan prosedur karena beberapa
dampak langsung yang dapat diukur. penghematan keuangan untuk pengguna dalam hal
waktu dan uang yang dihabiskan dalam mencari dan menggunakan informasi publik
adalah manfaat paling langsung dan terukur aplikasi e-government untuk klien. Sebuah
jumlah yang signifikan tentang pekerjaan juga telah dilakukan pada mempelajari persepsi
pengguna 'kualitas dalam hal atribut seperti aksesibilitas, sikap staf, biaya layanan,
penyediaan informasi, keadilan prosedural dan kenyamanan.
Perhitungan manfaat ekonomi bersih tentang proyek IT telah terbukti sangat
menantang sebagai hasil multi-dimensi dan terdiri dari indikator kuantitatif dan kualitatif.
Kelihatannya bahwa ada ruang untuk memberikan perhatian lebih lanjut untuk hubungan

126
antara masalah kualitas pelayanan, pemerintahan, dampak yang lebih luas pada
masyarakat dan investasi ICT. Kerangka yang lebih baru yang berkembang di sekitar
gagasan bahwa fokus eksklusif pada biaya keuangan dan manfaat bagi pemerintah daun
keluar banyak manfaat non-ekonomi yang penting (Lau 2005). Salah satu manfaat tersebut
berkaitan dengan peningkatan membawa dalam berbagai aspek kegiatan pemerintahan.
Manfaat non-ekonomi lain berkaitan dengan mengatasi prioritas kebijakan yang lebih
luas yang untuk konteks negara-negara berkembang dapat merupakan prioritas sebagai
artikulasi dalam Tujuan UNDP Pembangunan Milenium.
Sebagian besar model penilaian yang diusulkan dalam literatur belum
digunakan dalam konteks negara berkembang dan banyak yang benar-benar belum
diterapkan dalam praktek bahkan di negara maju. Mereka juga tidak memperhitungkan
berbagai model pengiriman yang digunakan di negara-negara berkembang seperti pusat
layanan umum dan outlet waralaba yang dapat ritel e-services yang ditawarkan oleh
pemerintah. Isu-isu praktis dari kurangnya data belum diperhitungkan-terutama dalam
konteks negara berkembang di mana survei dasar tidak dilakukan dan sistem
monitoring dan evaluasi yang lemah. Sejak penilaian dampak adalah tujuan utama,
membangun kontra merupakan elemen penting dari kerangka pengukuran yang
diusulkan.
Dua pendekatan-Metode Analisis dan Nilai Enhancement (MAREVA) yang
dikembangkan oleh Agence pour le developement Badan de l'Administration
Electronique- Elektronik Administrasi Pembangunan (ADAE) di Perancis dengan
bantuan Bearing Point dan getaran Efisiensi Ekonomi metodologi Penilaian yang
digunakan oleh pemerintahan federal Jerman (Kementerian federal 2004 Interior) yang
berguna dalam mengembangkan kerangka yang diusulkan dalam bab ini.
Metodologi ini dikembangkan oleh kedua pemerintah di negara-negara Uni Eropa
fokus secara luas pada dimensi yang sama. Mereka menawarkan dua tingkat penilaian
dampak: pertama, dalam hal bagaimana proyek memberikan pembenaran kasus bisnis dari
pengeluaran dan kedua, dalam hal bagaimana proyek memenuhi tujuan lembaga yang
bersangkutan dan, pada gilirannya, bagaimana ini membantu dalam memenuhi lebih luas
strategi pemerintah. Membimbing Kerangka penilaian tersebut adalah hasil yang strategis
ditempuh oleh pemerintah masing-masing mewakili prioritas kebijakan yang luas yang
mendorong ke arah pemerintah.
Pertimbangan ini telah dimasukkan dalam kerangka penilaian yang diusulkan
untuk proyek-proyek e-government dalam bab ini. Kerangka kerja ini berfokus pada ide

127
mengukur nilai total disampaikan oleh sebuah proyek untuk pemangku kepentingan yang
berbeda dan mengambil pendekatan yang seimbang antara studi kasus dan analisis
kuantitatif. Ia mengakui bahwa beberapa bagian dari nilai untuk setiap pemangku
kepentingan dapat menghasilkan uang dan bagian lainnya perlu dinilai secara kualitatif.
Bagian selanjutnya menyediakan penjelasan lebih rinci tentang kerangka pengukuran
dan bagaimana kerangka itu diperoleh.

9.3 Usulan Kerangka Pengukuran


Sebuah dampak proyek pengiriman e-service tiga kelompok pemangku
kepentingan:
 klien menerima layanan,
 lembaga (termasuk beberapa mitra) yang memberikan layanan dan
 masyarakat yang lebih luas yang terdiri dari warga negara, bisnis,
pemerintah secara keseluruhan dan masyarakat sipil.
Dampaknya dapat dinilai dalam hal berbagai hasil dialami oleh setiap
jenis pemangku kepentingan. Sejak ICT diperkenalkan sebagian besar dalam konteks
reformasi pemerintahan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas dan transparansi
pemerintah, tahap pertama yang penting adalah untuk memastikan sejauh mana hasil-hasil
dimaksudkan dari aplikasi ICT di sektor publik telah dicapai.
Tabel 8.1 daftar dimensi kunci dari hasil dan indikator yang dapat
dipertimbangkan untuk setiap jenis pemangku kepentingan. Generator dari hasil ini adalah
masukan dan proses bisnis. Oleh karena itu, penilaian perlu menggabungkan informasi
proyek seperti input (teknologi, modal manusia, dll), hasil proses (proses re-engineered,
memperpendek waktu siklus, meningkatkan akses ke data dan analisis dan fleksibilitas
dalam laporan) dan proses organisasi (kelembagaan , struktur organisasi dan inisiatif
reformasi lainnya dari pemerintah yang mungkin mempengaruhi hasil untuk proyek IT)
(Hu et al. 2005).
Tabel
8.1
Dimensi Kunci Berdampak Pada Berbagai Pemangku
Kepentingan

Pemangku Kepentingan Dimensi Kunci Berdampak

128
Klien  Biaya Ekonomi langsung dan tidak langsung (jumlah
kunjungan, biaya perjalanan, waktu perjalanan, waktu
tunggu, waktu berlalu untuk pengiriman layanan, biaya
layanan dan biaya suap).
 Pemerintahan (korupsi, akuntabilitas, transparansi dan
partisipasi).
 Kualitas layanan (tingkat kesalahan, kesopanan, keadilan
dan kenyamanan).
Badan (Termasuk mitra •Dampak Ekonomi langsung dan tidak langsung
dalam pelaksanaan). (pengurangan biaya operasi, pertumbuhan pendapatan,
biaya diamortisasi investasi, koleksi biaya layanan dan
insiden penipuan).
• Pemerintahan (korupsi, akuntabilitas, transparansi aturan,
prosedur, keputusan dan partisipasi dalam desain proyek).
• Kinerja pada tujuan utama non-ekonomi (cakupan
penduduk terlayani, keranjang layanan, MIS untuk
memantau dan mendukung keputusan).
• Proses perbaikan (integrasi layanan di seluruh instansi,
pengurangan penanganan data, catatan pemeliharaan:
akurasi, konsistensi, keamanan dan pemulihan bencana
dan mampu telusur transaksi dan audit).
Masyarakat dan Dampak terhadap tujuan pembangunan (pengurangan
pemerintah secara kemiskinan, peningkatan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi
keseluruhan dan pembangunan sektor sosial).

9.4 Metodologi Pengukuran Dampak terhadap Penyedia/Pengguna


Sementara kerangka dan indikator yang akan diukur untuk setiap dimensi dapat
diterapkan di semua jenis proyek pelayanan, pemilihan metodologi survei dapat bervariasi
berdasarkan karakteristik proyek, sumber daya yang tersedia untuk evaluasi dan tingkat
yang diinginkan dari kontrol kualitas Data dikumpulkan.
Elemen-elemen kunci dari metodologi meliputi:
1. Wawancara dan kelompok fokus dapat digunakan bersamaan dengan survei
untuk memperoleh pemahaman yang lebih dalam proses bagaimana nilai-nilai
diciptakan. pengumpulan data harus dilakukan oleh lembaga independen yang tidak
terlihat untuk dihubungkan ke pelaksana proyek.
2. Prosedur Sampling harus sedemikian rupa sehingga berdampak kecil dapat
dihitung, estimasi dapat diproyeksikan untuk seluruh penduduk dan keakuratan hasil
tersebut dapat didefinisikan.
Pemilihan Proyek

129
Pemilihan proyek akan tergantung pada tujuan penilaian. Untuk evaluasi
retrospektif dari keputusan investasi atau keputusan tentang duplikasi proyek di geografi
lainnya, proyek matang harus dipilih. Kematangan tercermin dalam beberapa tahun yang
proyek ini telah beroperasi, ruang lingkup dirancang (jasa yang telah terkomputerisasi dan
jumlah langkah yang telah otomatis untuk setiap layanan) dari proyek dan sejauh mana itu
telah dicapai dan sejauh mana pengiriman elektronik jasa meliputi populasi yang
ditargetkan. Proyek yang masih berkembang pada salah satu dimensi di atas tidak akan
dipertimbangkan matang.

Membangun Profil Proyek


Mendapatkan persetujuan dari lembaga untuk melakukan penelitian.
Menjelaskan tujuan penilaian dan metodologi luas yang akan digunakan untuk
karyawan kunci dari badan termasuk kepala. Meskipun penelitian ini dapat didanai dari
sumber independen, data yang perlu dikumpulkan dari agen. Jika Badán tidak bekerja
sama akan sulit untuk menilai dampak tingkat instansi.
Data akan perlu dikumpulkan pada konteks proyek: informasi dasar tentang
jenis klien (pengguna), jenis pelayanan yang diberikan, cara persalinan; skala operasi dan
tahun beroperasi di skala saat ini dan cakupan. Proyek dapat diimplementasikan dengan
skala dan ruang lingkup yang berbeda:
1. Seluruh negara, oleh lembaga tingkat nasional seperti Pajak Penghasilan, Bea dan
Cukai dan Departemen Perusahaan;
2. di Negara Bagian, oleh badan-badan seperti departemen transportasi, departemen
pajak komersial, pendaftaran departemen atau
3. di tingkat lokal oleh kabupaten atau kotamadya.

Layanan dapat ditawarkan kepada segmen nasabah yang berbeda


seperti warga negara, bisnis untuk perantara (seperti akuntan carteran dan agen
penanganan kargo). Ruang lingkup layanan bisa dibatasi seperti dalam mengajukan
aplikasi online atau bisa meluas, dan mungkin mencakup proses lengkap memberikan
layanan seperti dalam pengolahan tagihan masuk, e-payment tugas dan clearance barang.
Mempelajari pelayanan dan mengumpulkan data tentang jumlah
jenis transaksi yang ditangani. Mengidentifikasi layanan utama (berdasarkan
volume atau kontribusi terhadap pendapatan fee atau pajak) berdasarkan masukan dari
instansi. Mengidentifikasi para pemangku kepentingan yang berbeda yang dapat
berdampak.

130
Desain Pengumpulan Data Instrumen
Ada tiga cara dasar pengumpulan data dari klien: melalui tatap muka
wawancara yang dilakukan oleh peneliti terlatih, survei yang dilakukan melalui Internet
dan kelompok fokus yang dilakukan oleh peneliti terlatih. Wawancara langsung dari
sampel yang memadai dari pengguna adalah cara yang ampuh untuk mengekstrak
informasi rinci dari pengguna tentang dampak ekonomi aktual dan persepsi kualitas.
Waktu dan Biaya yang berhubungan dengan pendekatan ini,
bagaimanapun, mungkin belum membuatnya setuju untuk sering digunakan. Survei
Internet, di sisi lain, dapat menjadi alat yang efektif untuk mengumpulkan informasi
dalam waktu singkat, tetapi sulit untuk mengontrol karakteristik responden. Wawancara
terbatas dan metode kelompok fokus dapat digunakan untuk kelemahan ini.
Pilih mode pengumpulan data tergantung pada akses ke dana dan bantuan
penelitian. Gunakan lembaga riset pasar profesional dengan peneliti dilatih untuk
wawancara langsung. Biaya akan tergantung pada waktu yang diperlukan untuk survei
klien, sejumlah lokasi di mana klien harus disurvei dan jumlah responden yang akan
disurvei. Biaya bisa bervariasi antara Rs 150 dan 500 per responden tergantung pada sifat
dari lokasi responden dan ukuran dan kompleksitas instrumen.
Menggunakan kerangka kerja untuk mengembangkan kuesioner untuk
klien. Menyesuaikan instrumen survei untuk setiap proyek dan jasa yang sedang
dipelajari. Hal ini bermakna untuk mengukur biaya dalam konteks layanan tertentu.
Mengadaptasi kuesioner dalam bahasa lokal menggunakan istilah sehari-hari. Sebuah
kuesioner sampel disajikan dalam lampiran di akhir bab ini. Beberapa tips yang berguna
untuk desain kuesioner adalah:
• Desain laporan analitis sebelum survei. Seringkali variabel kunci yang dapat
terjawab jika sifat analisis di dalam belum memikirkan sebelum penelitian.
• Kode banyak item di dalam kuisioner sebanyak mungkin
• Gunakan konsisten kode untuk mewakili skala tinggi dibandingkan rendah atau
positif terhadap persepsi negatif.
• Gunakan nada pertanyaan berbeda untuk mengukur beberapa item kunci / persepsi.
• Kata-kata dari pertanyaan harus sesuai dengan tingkat keahlian dari pewawancara
dan tingkat pendidikan responden.
• Ada banyak cara untuk mendapatkan tanggapan dari persepsi yang
diukur berdasarkan skala.

Seleksi dan Pelatihan Penyidik


131
Pilih tim penyelidik. Penyidik harus memiliki kualifikasi tinggi dan pengalaman
dari biasanya diperlukan untuk survei sektor sosial. Penyidik akan perlu memahami
langkah- langkah dasar melalui e-delivery pelayanan berlangsung dan juga memahami
istilah yang digunakan dalam mengukur tata kelola. Hal ini diperlukan untuk para peneliti
untuk mengamati proses pelayanan dengan mengunjungi pusat pengiriman. tim biasanya
akan menjalani program pelatihan. Tim studi harus berpartisipasi dalam pelatihan
penyidik. Kecuali jika peneliti memiliki kejelasan tentang apa yang diukur melalui setiap
pertanyaan, kualitas data akan menjadi miskin. Banyak contoh yang harus diberikan untuk
menjelaskan makna dari istilah-istilah seperti biaya perjalanan, transparansi, akuntabilitas,
dll
Menguji kuesioner dengan pengguna yang benar sebelumnya. Umpan balik dari
pra- pengujian kuesioner harus didiskusikan antara tim studi dan peneliti. Umpan balik
dapat mencakup panjang kuesioner, interpretasi setiap pertanyaan dan tingkat kesulitan
dalam mengumpulkan data sensitif. Menilai kualitas peneliti adalah ide yang baik. Sesi
Pelatihan dan umpan balik dapat digunakan untuk menyaring peneliti.

Menentukan Ukuran Sampel


Data perlu dikumpulkan dari dua kelompok-satu yang telah
menggunakan sistem e-government yang dinilai (pengguna) dan lainnya yang telah
menggunakan sistem alternatif (non-pengguna) yang digantikan oleh sistem e-
government. Sampel yang diambil dari dua kelompok dapat terdiri dari set yang sama
sekali berbeda dari responden. Dua sampel harus serupa dalam hal karakteristik seperti
pendidikan, pendapatan, usia, kedekatan geografis. Biasanya sampel pengguna dari
sistem e-government lebih mudah untuk memilih dari pengguna dari sistem saat ini.
Bagaimanapun, pemilihan sampel non pengguna sulit karena sistem alternatif
mungkin tidak digunakan saat ini. Salah satu strategi untuk mencocokkan dua sampel
dapat terlebih dahulu melakukan studi percontohan untuk mengembangkan profil untuk
pengguna dari sistem e-government. Berdasarkan profil, pertanyaan skrining kemudian
dapat dikembangkan untuk menyaring non-pengguna yang tidak sesuai dengan profil
pengguna. Survei rinci akan itu pun hanya dilakukan dari non-pengguna yang cocok.
Atau, jika sampel dapat ditemukan terdiri dari responden yang mengalami kedua sistem
(e-pemerintah dan kontrafakta), dari dua sampel berbeda yang tidak diperlukan. Namun,
ketika meminta responden untuk membandingkan pengalaman mereka sistem kedua (e-

132
pemerintah dan kontrafakta), kita harus memastikan hasilnya tidak sensitif terhadap daya
ingat.
Tabel 8.2 Analisis mode pengiriman yang berbeda dan menunjukkan kondisi
di mana dua sampel berbeda sangat diperlukan. Efek ukuran yang digunakan untuk
mengukur besarnya dampak (komputerisasi dalam hal ini) dan dapat dihitung sebagai
perbedaan standar antara dua alat. efek ukuran (Cohen 1988) dapat didefinisikan
sebagai kecil (antara 0 dan
0,2), menengah (> 0,2 dan <= 0,5) dan besar (> = 0.8).
Ukuran sampel ditentukan oleh ukuran efek yang diinginkan bahwa kita ingin
dapat statistik mendeteksi dengan presisi yang diinginkan (daya) yang dibutuhkan untuk
penelitian. Kriteria utama untuk menentukan ukuran sampel dalam analisis dampak adalah
kemampuan untuk 'mendeteksi' dampak dari besarnya diinginkan dengan tingkat
kepercayaan yang tinggi- Minimum terdeteksi Effect (MDE) 0,5 Dengan kata lain, jika
kita percaya dampak dari besarnya tertentu memiliki relevansi kebijakan, maka kita harus
memiliki kekuatan statistik untuk menguji apakah atau tidak itu adalah statistik berbeda
dari nol.

Semakin kecil MDE, semakin besar kemungkinan kita akan dapat mendeteksi
dampak yang lebih kecil. MDE tergantung pada:

• Varians yang diharapkan dari perkiraan dampak.


• Tingkat signifikansi diasumsikan (dipilih untuk mengurangi type 1 error),
biasanya diasumsikan 95 persen.
• Diasumsikan tingkat 'kekuatan' (dipilih untuk mengurangi tipe 2 error). Tingkat
khas dipilih adalah 80 persen. Pada tingkat ini ada peluang 80 persen mendeteksi efek
sebagai besar sebagai mde.

Ketiga faktor menentukan ukuran minimum efek terdeteksi, yaitu, efek


program yang terkecil yang memiliki kesempatan yang wajar deteksi. Sebuah
kerangka sampling perlu dikembangkan untuk pengumpulan data melalui survei
terstruktur untuk klien. Sebuah sampel bertingkat untuk sub wilayah cakupan total
berguna dalam memelihara presisi
estimasi.
Dalam hal pusat layanan (cara yang paling umum dari pengiriman), tingkat
aktivitas (jumlah pengguna), penyebaran geografis daerah tangkapan air, tingkat

133
infrastruktur transportasi dan profil pengguna akan mempengaruhi biaya akses oleh
pengguna. Variabilitas dalam permintaan dan efisiensi pusat layanan dan di dalam lokasi
pengguna, dalam hal jarak dari pusat layanan, perlu diambil dalam proses stratifikasi.
Ukuran sampel dihitung sehingga perkiraan akurat dari dampak dapat dihitung dan
hasilnya dapat diproyeksikan ke seluruh populasi.
Ukuran sampel ditentukan dalam hal:
• Jumlah pusat pelayanan untuk dipilih;
• Jumlah lokasi (kota / kota / desa yang pengguna / non-pengguna yang dipilih)
dalam tangkapan setiap pusat layanan dan
• Jumlah pengguna (dan non-pengguna) dalam setiap lokasi.
Untuk ukuran sampel yang diberikan total, meningkatkan jumlah pusat pengiriman
menyediakan daya paling banyak. Di sisi lain, meningkatnya jumlah Wawancara
(responden) per unit sampling tidak meningkatkan daya. Juga, untuk sejumlah tertentu
dari sampel unit yang bisa dikunjungi, lebih baik untuk menyertakan jumlah yang lebih
besar dari pusat layanan daripada lebih lokasi (dalam tangkapan setiap pusat layanan)
yang responden dipilih
Unit sampling dari mana responden yang diwawancarai harus dipilih atas dasar
jarak unit dari pusat pengiriman. Lokasi dapat dikategorikan sebagai jauh dan dekat.
Jumlah responden dari lokasi 'jauh' atau 'dekat' bisa proporsional dengan jumlah
responden mengunjungi pusat pengiriman dari lokasi tersebut. Daftar pengguna 5-10 kali
ukuran jumlah sebenarnya yang akan dipilih untuk masing-masing unit sampel yang
dipilih dikompilasi. nomor yang dikehendaki responden dapat dipilih dari daftar secara
acak..

Melakukan Survei

Tim survei harus diawasi ketat dengan tidak lebih dari 2-3 tim per pengawas.
Kualitas pengawasan oleh lembaga riset pasar sangat penting. Umumnya pengawasan
yang jauh lebih buruk dari yang ditentukan dalam kontrak. pengawasan fisik dengan
tim studi dari proses survei adalah ide yang baik, bahkan jika hal itu dilakukan secara
selektif. Lembaga Market Research (MR) harus diminta untuk mendokumentasikan hasil
pengawasan bidang mereka. Salah satu item utama cek pengawasan adalah keterbacaan
perekaman data oleh peneliti. Sebagian pra-ditentukan instrumen diisi harus diverifikasi
oleh pengawas. Ini mensyaratkan bahwa alamat lengkap responden dicatat sehingga
pengawas dapat memvalidasi survei responden yang dipilih secara acak.
134
Memasukan Data dan Membangun Validitas
Data
Memasukkan data dapat dilakukan dalam format yang dapat langsung masukan ke
dalam paket analisis statistik. Format dapat ditentukan setelah mengambil keputusan pada
paket analisis data. Paket Statistik untuk Ilmu Sosial (SPSS) menyediakan berbagai
memadai prosedur analitis untuk analisis data survei. Beberapa tips yang berguna untuk
memastikan kualitas data adalah:
• Secara acak memeriksa masalah memasukkan data dengan membandingkan data
dari kuesioner dengan hasil cetak dari file data.
• Periksa nilai-nilai ekstrim untuk setiap item dalam file data dan
mengidentifikasi nilai-nilai yang tidak dapat diterima untuk item kode.
• Memeriksa data yang tercatat untuk nilai-nilai ekstrim dalam kuesioner.
• Periksa nilai abnormal tinggi standar deviasi.
• Meskipun kode dapat diberikan untuk nilai-nilai yang hilang, bisa ada
kebingungan antara nilai yang hilang dan nilai yang sah dari nol.
• Carilah koneksi logis antara variabel seperti modus perjalanan dan waktu
perjalanan, suap dan korupsi.
• Kualitas data yang buruk sering dapat ditelusuri ke penyidik atau lokasi tertentu.
• Pemeriksaan keabsahan data lengkap sebelum memulai analisis

Analisis dan
Laporan
Dengan adanya kerangka yang diusulkan dan metodologi, dampak dapat dianalisis
dalam beberapa cara. Jenis pertama dari analisis adalah dengan stakeholder dan
dimensi kunci dari dampak pada setiap jenis pemangku kepentingan.
Bagi warga, dampak biaya, mutu, tata kelola dan kepuasan secara keseluruhan
perlu dilaporkan dengan tingkat petugas signifikansi statistik. Hal ini berguna untuk
melaporkan dampak dimonetisasi dan kualitatif secara terpisah. Jika sampel yang
memadai, dampak dapat dianalisa lebih lanjut oleh profil pengguna (misalnya, pedesaan
/ perkotaan, berpenghasilan tinggi / berpenghasilan rendah dalam kasus warga) dan

135
modus pengiriman (service center dibandingkan portal). Demikian pula dampak dapat
dianalisis dengan lokasi (daerah / kota / taluk / desa) dari pusat layanan.
Jika sejumlah besar proyek telah dinilai, dimungkinkan untuk melaporkan
dampak dari berbagai jenis aplikasi berdasarkan data dari kelompok proyek. Bagian yang
lebih menarik dari analisis ini adalah untuk menggunakan pemahaman kualitatif dari
proyek dan klien untuk menjelaskan sifat dan besarnya dampak dan variasi dalam dampak
di seluruh proyek / jasa / mode / lokasi. Contoh jenis di atas analisis dapat ditemukan di
berbagai bagian buku ini di mana hasil dari dua studi dampak dibahas. Jika ada model /
hipotesis untuk menjelaskan sifat atau kuantum berdampak, tersebut dapat diuji melalui
analisis yang lebih canggih.

9.5 Metodologi untuk Mengukur Dampak terhadap Lembaga dan


Masyarakat
Mengukur Dampak terhadap
Badan
Sejumlah besar data historis pada biaya operasional dan investasi perlu
dikumpulkan untuk mengukur dampak pada lembaga. Format dapat dirancang untuk
setiap item utama dengan mendefinisikan dan menentukan unit pengukuran. Sebuah
workshop untuk membahas format dengan karyawan / peneliti yang akan membantu
dalam proses pengumpulan data sangat berguna.
Untuk mengukur persepsi kualitatif pada perbaikan dalam tata kelola, sejauh mana
reformasi proses yang dilakukan dan sejauh mana keberatan non-ekonomi yang telah
dicapai, survei kecil karyawan dan diskusi kelompok fokus dengan karyawan yang sama
bisa keluar untuk mendapatkan pemahaman yang lebih.
Menilai Dampak dilakukan yang
Masyarakat
Ada banyak komponen dalam menilai kemungkinan dampak yang lebih luas pada
masyarakat seperti pembangunan sektor sosial, pertumbuhan, lapangan kerja
dan pengurangan kemiskinan. Dampak tersebut dapat terbaik dinilai dari segi kualitatif
dan diwakili pada Skala Likert. angka mutlak dari pengguna disajikan, sifat layanan dan
frekuensi penggunaan oleh klien dan kepentingan relatif dari layanan untuk kesejahteraan
klien perlu dipastikan untuk penilaian kualitatif dari dampak tersebut

9.6 Manfaat dan


Keterbatasan
Metodologi penilaian dampak diuraikan dalam sebelumnya dapat digunakan:
136
• Dalam proyek-proyek baru sebagai elemen inti dari proyek M & E (Monitoring dan
Evaluasi) sistem.
• Untuk benchmarking dari sistem pelayanan manual sebelum komputerisasi.
• Penilaian retrospektif proyek pelayanan komputerisasi.
Metodologi mendefinisikan indikator yang tepat untuk berbagai jenis hasil dan
menyediakan panduan untuk memilih indikator yang tepat. Metodologi ini dapat
digunakan untuk memeriksa kasus bisnis untuk proyek-proyek TIK sektor publik di
dalam negara- negara berkembang dengan memberikan pemahaman yang lebih baik dari
biaya proyek tersebut dan menyoroti bidang potensi keuntungan. Survei patokan manual
dapat digunakan untuk menetapkan target untuk berbagai komponen dari tingkat layanan
untuk sistem yang diusulkan. target tersebut dapat menentukan piagam warga untuk
pengiriman online layanan. Survei klien untuk menilai sistem manual juga akan
memberikan pemahaman tentang struktur biaya klien untuk mengakses layanan.
peningkatan Menargetkan dalam pemberian layanan dapat digunakan untuk melakukan
analisis biaya-manfaat dari sistem yang diusulkan.
Target perbaikan dalam berbagai indikator juga akan menjadi masukan untuk
menentukan sifat dari proses re-engineering yang akan diperlukan dan desain teknis
yang akan memungkinkan tingkat perbaikan yang diusulkan. Spesifikasi desain pada
gilirannya akan menentukan investasi yang diusulkan dan biaya operasi mungkin. Angka
pada manfaat dan biaya dapat dibandingkan sebelum melaksanakan proyek. Perkiraan
potensi penghematan biaya untuk klien akan membantu menentukan tingkat biaya
pengguna, terutama jika perkiraan agak akurat dari investasi dan biaya operasi dapat
dibuat.
Keterbatasan yang perlu dipertimbangkan ketika menafsirkan hasil adalah:

• Untuk penilaian sistem manual, responden perlu bergantung pada memori.


Dalam kasus sistem yang telah operasional untuk sejumlah besar tahun, recall
tersebut dapat memperkenalkan kesalahan. Belum ada benchmarking dari
pelayanan dalam sistem manual sebelum menerapkan komputerisasi sistem-
sesuatu yang baru yang perlu dilakukan untuk proyek-proyek baru yang diambil di
masa depan.
• Fakta bahwa ada tidak ada menetapkan standar pelaporan untuk lembaga-
lembaga publik untuk menerbitkan data operasi dasar dalam domain publik
membuat sulit untuk mengumpulkan data operasional. Juga, lembaga-lembaga

137
publik waspada terhadap evaluasi dan oleh karena itu sulit untuk mengumpulkan
data.
• Tolak ukur yang berbeda dapat digunakan untuk evaluasi-perbaikan atas
sistem manual, wisatawan mutlak sistem komputerisasi (yang dapat menjadi target
bergerak) atau dampak potensial yang bisa disampaikan.
• Upaya diperlukan untuk penilaian proyek cenderung berada di bawah estimasi. Ada
banyak masalah dalam mengukur apa yang kita dimaksudkan untuk mengukur: desain
pertanyaan, pelatihan, pra pengujian, pemeriksaan lapangan dan data triangulasi.

138
TATAP MUKA 10

MEDIA PEMBELAJARAN: Modul

JUDUL
10. Desain dan Implementasi Portal E-Government

TUJUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN :


1. Mampu menjelaskan tentang dampak-dampak E-Government.
2. Mampu mengetahui pengaruh pada bagi Keterbukaan dan Pemberantasan Korupsi.
3. Mampu menguasai komponen utama dalam sistem open government.

URAIAN MATERI

10.1 Pendahuluan
Pada bab ini akan dibahas mengenai pedoman desain dan implementasi portal e-
government. Masyarakat, sektor swasta dan pemerintah mengharapkan pembangunan
teknologi informasi dan komunikasi (telematika) di Indonesia menjadi lebih terarah dan
terintegrasi serta tidak tumpang tindih pengembangannya mulai dari tingkat kabupaten/kota,
provinsi maupun pemerintah pusat. Oleh karenanya pemerintah menyusun pula konsep
sistem informasi nasional sebagai acuan/panduan bagi penyusunan national e-Strategy di
Indonesia yang dilengkapi dengan konsep pelaksanaan secara makro melalui program e-
Indonesia, yang didalamnya termasuk pembangunan e-Government.
Agar kebijakan pengembangan e-Government dapat dilaksanakan secara sistematik
dan terpadu, maka diperlukan peraturan, standarisasi dan panduan yang konsisten dan saling
mendukung. Panduan ini perlu disebarluaskan kepada semua kalangan baik pemerintah
pusat, pemerintah daerah maupun masyarakat, serta perlu pula disosialisasikan sebagai
bagian dari kebijakan dan strategi pemerintah dalam pengembangan e-Government guna
mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance).
Dalam banyak kasus, ada beberapa contoh lembaga yang bergerak dari pelayanan
pengguna untuk pengiriman online. Warga berinteraksi dengan publik atau operator swasta
yang mengakses data dan informasi dari pusat layanan secara online yang terletak unit-unit
kerja pemerintah. Di beberapa negara, beberapa layanan yang disampaikan melalui pusat
laynan ini secara online dengan atau dibantu counter di lokasi pusat-pusat layanan. Meskipun
portal adalah modus yang paling populer dari pelayanan di negara-negara yang maju dalam e-
government, ada beberapa contoh dari negara-negara berkembang dari portal berkembang
dengan baik.
Sebuah portal adalah kata generik yang digunakan dalam banyak konteks. Ruang
lingkup untuk isi portal dapat menjadi perusahaan atau divisi daripadanya, sebuah organisasi,

139
bagian dari pemerintah atau seluruh instansi pemerintah. Terdapat juga portal sektor dari
berbagai jenis seperti toko buku, portal perdagangan, pasar lokal maupun internasional dan
banyak lainnya. Terlepas dari ruang lingkup, fitur penting dari sebuah portal adalah bahwa
hal itu layanan integrasi menjadi sama, jika tidak tentu Format standar seperti yang dilihat
oleh pengguna. Dalam bab ini, kita menggunakan istilah ini untuk merujuk ke portal nasional
yang komprehensif.
Berdasarkan Gronlund et al. (2008) memberikan panduan bagi para pejabat di
pemerintah negara-negara berkembang dalam membuat keputusan apakah iya atau tidak
untuk mengembangkan portal layanan pemerintah sebagai bagian dari program e-government
dan apa strategi untuk memilih hal isi dan layanan yang diberikan.
Bab ini menjelaskan fitur kunci dari portal dan membahas faktor-faktor yang
menentukan kesiapan untuk meluncurkan portal. Faktor-faktor ini diklasifikasikan ke dalam
orang-orang yang menentukan penyerapan layanan oleh klien (faktor sisi permintaan) dan
orang-orang yang mempengaruhi penyediaan layanan (faktor sisi penawaran). Bab ini juga
menyajikan kerangka konseptual berfokus pada pilihan portal sebagai modus pengiriman
dalam konteks berbagai tingkat kecanggihan teknologi dan kematangan administrasi negara.

10.2 Fitur utama dari Portal E-Government - Akses titik tunggal

Sebuah portal e-government menawarkan jalur akses tunggal di mana warga dapat
mengakses seperangkat layanan pemerintah. Fitur utama dari portal adalah bahwa hal itu
mengintegrasikan beberapa layanan online yang dibutuhkan oleh klien (warga / bisnis) di
seluruh siklus hidup mereka dan menyajikan layanan ini dalam format yang mencerminkan
urutan di mana layanan ini dibutuhkan oleh klien. Layanan portal E-government sering kali
berkembang selama bertahun-tahun, biasanya mulai dari penerbitan informasi pemerintah
generik diikuti oleh layanan interaktif menggunakan e-mail dan perangkat lain dan layanan
yang lebih canggih yang melibatkan transaksi.

Portal dibangun dengan menggunakan tiga komponen utama adalah :

1. Aplikasi antarmuka pelanggan: Ini adalah aplikasi inti untuk penyediaan informasi,
interaksi dan transaksi untuk melayani kebutuhan warga atau bisnis.
2. Alat penyediaan informasi: Alat-alat ini memungkinkan standar pengaturan dan
interoperabilitas antar lembaga pemerintah di teknis, tingkat semantik dan bisnis. Ini
tidak hanya memfasilitasi akses ke informasi, tetapi juga membantu menciptakan

140
momentum ke arah standardisasi dan integrasi layanan pemerintah dan operasi.
Contoh alat tersebut termasuk template untuk input teks, alat untuk menambahkan
gambar, tes standar untuk penolakan dan bentuk umum.

3. Alat nilai tambah: Ini terutama alat untuk memfasilitasi transaksi online. Berbagai alat
yang menjadi nilai tambah yang digunakan dalam portal; misalnya, solusi
pembayaran dan fasilitas berlangganan; 'umpan balik' dan sistem dukungan dan
pengajuan elektronik bentuk-bentuk tertentu. Mesin pencari adalah alat-nilai tambah
yang penting. Sebagai fungsi dan layanan yang ditawarkan di portal tumbuh,
permintaan pengguna untuk menemukan informasi yang tepat dengan cepat juga
tumbuh. Dengan demikian, mesin pencari yang baik dikombinasikan dengan alat
navigasi yang mudah digunakan menjadi penting untuk meningkatkan pengalaman
pengguna.

Desainer biasanya fokus pada aplikasi antarmuka pelanggan. Tersisa dua komponen
seringkali dipandang sebagai penetapan biaya tambahan dan pembatasan pada desain
layanan. Namun, untuk mengembangkan sebuah portal yang berorientasi pengguna yang
menawarkan beberapa layanan secara terpadu, dua komponen terakhir memainkan peran
penting. Portal terkadang dibandingkan dengan pusat perbelanjaan, di mana toko-toko yang
berbeda melakukan bisnis mereka di lokasi yang sama dan manfaat dari infrastruktur seperti
lift dan AC untuk meningkatkan kenyamanan pelanggan. Demikian pula, portal menyediakan
platform umum untuk penyedia layanan beberapa di mana mereka bisa mendapatkan
keuntungan dari shared dihargai alat ditambahkan untuk meningkatkan pengalaman
pengguna.

Proyek Portal E-government biasanya perlu investasi substantif. Sebagai contoh,


Gateway Pemerintah Inggris dilaporkan biaya £ 36.000.000 (2000-02) dan 16 portal negara
USA telah menelan biaya hingga USD 2 juta untuk setiap portal. Biaya portal adalah fungsi
dari yang diharapkan lalu lintas, jumlah layanan yang ditawarkan, tingkat interaktivitas dan
tingkat integrasi. Bagian berikutnya membahas permintaan dan penawaran faktor yang
relevan untuk desain portal e-government dan proses untuk memungkinkan standardisasi.

10.3 Faktor Permintaan dan Persediaan untuk Portal E-Government

Sementara menilai permintaan adalah langkah dasar menuju pada aktivitas untuk
merancang sebuah proyek portal di sektor swasta, itu telah menjadi titik lemah dalam proyek
portal e-government. Ada contoh proyek Portal yang tidak menghasilkan manfaat yang

141
diharapkan karena pengguna tidak memanfaatkan layanan portal sejauh yang bisa
diharapkan.

Bagian ini mengkaji elemen kunci untuk menilai permintaan, yang terkait dengan
kualitas dan ketersediaan infrastruktur informasi dan perilaku masyarakat pengguna. Unsur-
unsur sisi penawaran, di sisi lain, mempengaruhi pilihan layanan dari sudut kelayakan
pandang. Status kapasitas penyedia layanan juga mempengaruhi titik masuk untuk proyek
portal e-government.

Faktor Sisi Permintaan

Faktor sisi permintaan kunci yang relevan dengan portal e-government adalah:

1. Infrastruktur Informasi.

2. Jenis pengguna.

3. Penerimaan Pengguna.

4. Kesiapan konsumen dan bisnis untuk e-layanan.

Untuk sebagian besar penduduk untuk mengakses layanan dari portal, infrastruktur
untuk layanan utama informasi seperti internet, telepon darat dan ponsel harus tersedia secara
luas dalam kualitas tinggi dan harga yang terjangkau. Kualitas dan ketersediaan layanan
informasi memiliki implikasi untuk jenis layanan portal yang dapat ditawarkan. Sebagai
contoh, penggunaan internet di kafe cyber, rekening bersama dan perantara layanan yang
lazim di negara-negara berkembang. Jasa warga negara tertentu yang membutuhkan
kemampuan otentikasi pribadi teknis aman akan kemungkinan besar tidak cocok di
lingkungan seperti itu.

Sementara itu mungkin untuk mengatasi tantangan ini dengan menggabungkan


beberapa saluran, misalnya, menggunakan Internet untuk informasipengumpulan dan ponsel
untuk otentikasi, itu akan menambah komplikasi teknis dan hukum dalam desain proyek.
Ketersediaan dan keterjangkauan bandwidth adalah faktor utama lain yang mempengaruhi
keputusan jenis layanan. Layanan yang membutuhkan teknologi yang lebih canggih, seperti
layanan transaksi berbasis, membutuhkan bandwidth yang lebih besar untuk memastikan
pengalaman layanan yang stabil. Untuk menghindari kendala infrastruktur, beberapa
pemerintah dapat memilih layanan yang cocok di lingkungan bandwidth rendah merancang.

142
Pendekatan seperti tentu meningkatkan cakupan, tetapi sering berkurang kegunaan, dan dapat
meningkatkan biaya desain.

Pada tingkat infrastruktur akankah pendekatan Portal dibenarkan? Sebuah garis


pemisah mungkin ditarik berdasarkan jumlah orang portal e-government dapat diperkirakan
mungkin mencapai berdasarkan tingkat infrastruktur yang tersedia. Di sejumlah negara maju,
ketika proporsi penduduk dengan beberapa bentuk akses internet hit sekitar 50 persen,
kelompok besar politisi (tidak hanya juara) menjadi benar-benar tertarik. Di negara-negara
berkembang, ini adalah isu strategis yang harus dipikirkan. Bahkan jika akses publik terlalu
rendah, mengembangkan sebuah portal intranet untuk Pemerintah Punya Pemerintah jasa
(G2G) masih mungkin bermanfaat untuk mengejar karena ini akan memberikan dasar yang
baik untuk pembangunan masa depan menuju portal layanan warga.

Berbagai jenis pengguna memainkan peranan yang berbeda selama proses


penyebaran layanan online. Memahami pola perilaku mereka berguna untuk memperkirakan
laju penyerapan permintaan. Pengguna biasanya telah diklasifikasikan ke dalam lima kategori
(Rogers 1995): inovator, pengadopsi awal, mayoritas awal, akhir mayoritas dan lamban. Tiga
pertama adalah yang paling penting dalam hal memperluas basis pengguna, karena mereka
membentuk 'massa kritis' yang perilakunya akibatnya diikuti oleh sisanya. Dalam konteks e-
government di negara maju, para inovator diharapkan untuk mulai menggunakan layanan
baru yang relatif cepat, mungkin dalam tahun pertama, pengadopsi awal dalam waktu tiga
tahun dan mayoritas awal dalam waktu lima sampai 10 tahun.1 Jika perkiraan ukuran dan
profil dari segmen ini populasi dapat diperkirakan, proyeksi untuk penyerapan permintaan
menjadi cukup kuat.

1 Estimasi jumlah tahun adalah murni indikatif. Sementara mencerminkan negara maju
pengalaman itu tergantung pada banyak faktor seperti konten layanan, kualitas,
keterjangkauan, dll

Sebuah portal e-government menawarkan beberapa layanan dengan jangka waktu


sosialisasi yang berbeda. Beberapa akan lebih populer daripada yang lain. Dalam rangka
mempertahankan momentum untuk proyek portal e-government, penting untuk memastikan
bahwa desain Portal meliputi berbagai memadai layanan yang dapat menjadi populer dalam
kerangka waktu yang relatif singkat. Jika layanan matang ditawarkan kepada pasar yang
matang, mayoritas awal dapat dicapai dalam waktu satu sampai dua tahun. Selain itu, proyek
portal e-government harus mencakup layanan dukungan kepada pengguna, misalnya, pusat

143
layanan, Pertanyaan yang Sering Diajukan (FAQ), dll, untuk memfasilitasi proses
penerimaan oleh berbagai segmen pengguna.

Selanjutnya, saat sosialisasi dapat bergantung pada struktur sosial dan bahasa yang
digunakan. Biasanya ada organisasi masyarakat yang berpengaruh, misalnya, guru dan orang
tua di masyarakat pedesaan, yang dapat membantu menyebarkan pengetahuan tentang
layanan yang tersedia. Mereka juga dapat didekati untuk memberikan umpan balik tentang
desain dan kegunaan dari layanan. Pembentukan dan proliferasi layanan portal e- government
lebih mudah jika e-layanan yang sebanding ada di sektor komersial dan sukarela. Pasokan
Side Faktor faktor sisi penawaran Key relevan dengan portal e- government:

1. Tingkat back-end, integrasi front-end.

2. Pemerintah kehadiran online dan kematangan administrasi.

3. keterampilan dan pelatihan staf.

4. jasa pendukung yang tersedia.

Awal upaya Portal sering menempatkan dorong dalam aplikasi front-end sementara
meninggalkan integrasi back-end untuk tahap-tahap selanjutnya. Dalam beberapa kasus,
penekanan pada aplikasi front-office tanpa integrasi dengan back-office mungkin berguna.
Hal ini mungkin terjadi jika kontak dengan warga adalah masalah pembakaran dan tenaga
kerja manual terjangkau tersedia untuk memproses rutinitas back-office sampai langkah
berikutnya dilaksanakan. Dalam kasus lain, strategi tersebut dapat membuktikan bencana
karena pengalaman pengguna tidak akan sampai ke standar yang dapat mencegah pengguna
untuk tingkat membahayakan kredibilitas seluruh proyek.

Umumnya, praktik yang baik adalah untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh dari
status komputerisasi di instansi pemerintah terkait pada awal desain proyek. Review meliputi
bidang-bidang seperti tingkat saat komputerisasi front-office, komputerisasi back-office,
sistem online dan tingkat integrasi antara sistem secara online dan sistem back-office. Proses
ini penting untuk menilai bagaimana proyek baru akan cocok dalam sistem saat ini.

Negara yang ada Keberadaan Online Pemerintah (OP) menentukan mana proyek
harus mulai dan sampai sejauh mana dapat menarik pada standar yang tersedia. Ini
memberikan indikasi tingkat kematangan administratif ditetapkan oleh sejauh mana proses
administrasi diatur, didokumentasikan dan berfungsi. Jatuh tempo administrasi memerlukan
adanya sumber data dan derajat mereka standardisasi dan kapasitas organisasi.
144
Ada sejumlah contoh 'pulau-pulau keunggulan' di negara-negara berkembang di
mana sekelompok terbatas departemen pemerintah mencapai kehadiran online yang sangat
baik sementara mayoritas sisanya pemerintah tetap pada tingkat primitif. Dalam perspektif
jangka menengah, sistem di lembaga ini terpencil beresiko menjadi tidak sesuai dengan
bagian lain dari organisasi. Akibatnya, integrasi akhirnya dengan layanan lainnya dapat
terhambat. Sementara ada kebutuhan untuk kemajuan pesat di beberapa tempat untuk
menciptakan momentum dan meningkatkan kesadaran, 'pulau-pulau keunggulan' perlu
diimbangi dengan pendekatan holistik.

Upaya yang diperlukan untuk mencapai semua ini pada saat yang sama cukup besar
sebagai tantangan pada tahapan yang berbeda memerlukan berbagai pengguna e-jatuh tempo.
Pemerintah harus mendekati proses evolusi ini dengan cara yang strategis. Tindakan yang
diambil dalam setiap fase harus mempersiapkan transisi ke fase berikutnya.

Penyediaan informasi dan dukungan pengguna untuk e-jasa membutuhkan keahlian yang
berbeda. Menempatkan informasi secara online dapat menjadi pekerjaan yang relatif rendah-
terampil, asalkan template, alat dan informasi yang hadir. Secara historis, telah sering
dilakukan sebagai bagian dari 'menempatkan-orang-ke-bekerja' skema, yaitu, dalam
hubungannya dengan pasar tenaga kerja dan / atau kebijakan pendidikan. Hal ini sering
menarik karena tidak hanya memberikan pekerjaan, tetapi juga meningkatkan melek
komputer dan, pada gilirannya, meningkatkan peluang masyarakat dalam pasar tenaga kerja.

Banyak dari karya ini dapat otomatis, jika informasi berbasis kertas ada, tetapi dapat
membuktikan menjadi lebih mahal dan tidak perlu untuk tujuan proyek.

Sebuah aspek yang sama pentingnya dari sebuah proyek portal e-government adalah layanan
dukungan pengguna. Bahkan, banyak layanan Portal gagal karena dukungan pengguna
diabaikan. Dengan demikian, staf pemerintah yang terlibat dalam memberikan pelayanan
harus dilatih dalam memproduksi informasi yang benar dan dimengerti, penyajian informasi
yang tepat untuk digunakan secara online dan berinteraksi dengan pengguna di tempat-tempat
seperti pusat layanan dan call center dengan cara berorientasi layanan.

Akhirnya, kapasitas untuk melaksanakan prosedur baru rekayasa ulang merupakan faktor
penting. Harus ada rencana untuk memelihara sekelompok manajer proyek yang memiliki
keterampilan yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan mempertahankan layanan
elektronik baru yang terintegrasi dengan reformasi proses pemerintah.

145
Sebuah portal e-government membutuhkan berbagai jenis layanan pendukung, baik
di tingkat pusat dan daerah, dan keberhasilan bergantung pada ketersediaan layanan ini.
Mereka termasuk kapasitas sektor swasta yang kuat untuk konsultasi e-bisnis dan layanan
dukungan teknis, standar industri-lebar untuk platform dan bahasa pemrograman dan
ketersediaan program pelatihan untuk staf untuk menjalankan layanan baru dan menggunakan
teknologi baru.

10.4 Standardisasi untuk Pelayanan Terpadu

Portal E- government menawarkan beberapa layanan pemerintah di jendela secara


online tunggal. Secara tradisional, layanan ini telah disediakan, dikelola dan dimiliki oleh
departemen pemerintah yang berbeda. Mereka biasanya telah mengembangkan proses bisnis
yang berbeda dan standar untuk menawarkan layanan selama bertahun-tahun.
Mengintegrasikan layanan ke titik akses tunggal memerlukan upaya lintas departemen untuk
standardisasi baik dari segi proses bisnis serta untuk memenuhi persyaratan teknis yang
terkait dengan penerbitan web, berbagi data dan teknologi lainnya yang digunakan dalam
portal.

Untuk mengembangkan solusi bisnis yang berorientasi pengguna jasa beberapa


pemerintah dan mempertahankan fleksibilitas yang cukup untuk merespon perubahan di masa
depan permintaan dan pengembangan teknis, tingkat tertentu standardisasi diperlukan. Alat
penyediaan informasi dan alat-nilai tambah yang disebutkan sebelumnya adalah alat teknis
utama dalam upaya ini. Secara umum, rencana standardisasi harus mencakup bidang-bidang
seperti:

1. Standar pelayanan:

a) Format presentasi umum.


b) Pencarian umum, navigasi dan informasi manajemen sumber daya alat.
c) Pusat layanan yang melayani semua departemen dan layanan terlibat.
d) Struktur untuk mengembangkan spesifikasi dan standar semantik data elektronik
layanan pertukaran / pesan untuk memastikan informasi yang diberikan kepada
pengguna tanpa kehilangan atau perubahan makna. Untuk batas tertentu, instansi
pemerintah mungkin dapat memanfaatkan struktur yang ada digunakan oleh sektor
swasta. Namun, ada kebutuhan untuk mengembangkan spesifikasi dan standar
disesuaikan untuk daerah yang unik untuk layanan pemerintah.

146
e) Standar Teknis. Saat ini ada konvergensi terhadap penggunaan Web Services
Description Language (WSDL), Universal Description, Discovery dan Integration
(UDDI) dan Simple Object Access Protocol (SOAP).

2. Bagian Akhir Integrasi Teknologi

a) Terpadu pencari / navigasi / inquiry (termasuk komponen teknis dan manual).


b) Integrasi teknologi (misalnya, ponsel dan web, web dan call center).

3. Standarisasi Teknologi Dasar:

a) Internet dan World Wide Web spesifikasi


b) Standar teknis interoperabilitas, misalnya, Extensible Markup Language (XML).
c) Standar presentasi, misalnya, Extensible Style Sheet Language (XSL) keluarga
mendefinisikan XML transformasi dokumen dan presentasi.
d) Metadata standar (membuat pencarian mungkin, panduan generasi informasi).
Perencanaan rinci dan penilaian standardisasi di kawasan tersebut membutuhkan
masukan substantif dari para ahli sistem informasi serta upaya untuk menyelaraskan
organisasi untuk mengatasi tantangan-tantangan baru.

Untuk memulai proses, perencana portal e-government harus membuat penilaian


dari status saat ini di daerah-daerah di mana standardisasi diperlukan. Tergantung pada status,
kebutuhan sumber daya untuk transisi dari penyediaan informasi transaksi layanan dan dari
teknologi rendah ke teknologi tinggi akan sangat bervariasi.

Penyelarasan Organisasi

Pemilik proses bisnis tidak selalu didedikasikan untuk standar karena proses
untuk menyepakati standar di lembaga cenderung memperlambat proyek dan membuatnya
menjadi lebih mahal. Hal yang sama berlaku untuk aplikasi nilai tambah yang tidak dalam
area bisnis mereka. Kepentingan dalam e-government juga sangat tergantung pada sifat dari
operasi departemen dan sumber daya yang ada. Untuk mempersiapkan tanah untuk
standardisasi, perencana portal e-pemerintah harus fokus pada transformasi organisasi bukan
pada teknologi di awal. Dalam rangka untuk mengatasi tantangan antar, menugaskan agen
terkemuka baik di tingkat kebijakan dan operasional bisa efektif. Ada contoh lembaga seperti
di Inggris dan Korea (EGU nd, Masyarakat Informasi Badan Nasional Korea nd). Namun, ini
set-up sering tidak cukup. Selain kerangka kelembagaan formal, harus ada mekanisme

147
insentif untuk mendorong lembaga untuk mematuhi kebijakan. Untuk membuat sistem yang
dapat diterima untuk instansi yang terlibat, sistem harus dibentuk dengan cara yang
kompatibel dengan budaya dan sejarah masing-masing negara dan organisasi masing-masing,
sementara masih melayani untuk mempromosikan perubahan yang diinginkan.

Tantangan selama pelaksanaan e-government awal adalah untuk menjaga dengan


perubahan dan pembangunan yang berkelanjutan dan cepat dalam teknologi. Untungnya,
karena meningkatnya standarisasi terjadi di pasar teknologi saat ini, ada pilihan yang lebih
luas bagi pendatang baru untuk memanfaatkan didirikan teknologi standar sehingga mereka
dapat lebih fokus pada isu-isu yang berkaitan dengan keselarasan organisasi.

Namun demikian, tantangan di depan teknologi masih jauh dari signifikan. Portal
E- government biasanya berkembang dari informasi penerbitan ke platform yang lebih
interaktif dengan memperluas nilai tambah fungsi yang memungkinkan transaksi dan
integrasi. Sepanjang jalan evolusi ini, ada beberapa solusi yang tersedia saat ini dengan
berbagai tingkat kecanggihan teknologi. Ilustrasi berteknologi rendah, menengah-tech dan
teknologi tinggi solusi untuk setiap tahap evolusional ditunjukkan pada Tabel 10.1. Upaya
standardisasi harus dirancang untuk mengakomodasi transisi dinamis dari berteknologi
rendah untuk solusi teknologi tinggi selama siklus hidup dari portal. Sebagai contoh, itu
membuat lebih mudah untuk berkembang dari postingan pengguna informasi di web untuk
lebih layanan penerbitan teknologi tinggi jika pedoman untuk definisi dan format yang
dikembangkan untuk mengakomodasi pembangunan tersebut. Penandaan informasi dari
tahap awal akan memfasilitasi pengenalan alat publikasi otomatis di tahap-tahap selanjutnya.
Sebuah FAQ standar akan menjadi dasar untuk layanan interaktif lebih otomatis.

Meskipun akan ada tekanan untuk memenuhi persyaratan dengan segera untuk
memberikan layanan, sebuah perencana portal e-government harus mengambil pendekatan
strategis untuk menghindari situasi buntu di mana standar substantif yang ditetapkan setelah
investasi tidak disetujui untuk transisi ke tahap berikutnya.

148
Table 10.1
Solusi Yang Tersedia Sebagai Tahapan Yang Berbeda Dalam Evolusi Pelayanan

Solusi Teknologi Solusi Teknologi Teknologi Tingkat


Tahapan Tingkat Rendah Menengah Tinggi Dan Integrasi
Back-Office
Kehadiran Menempatkan infor- Menempatkan in- berdasarkan permin-
masi online secara formasi online taan 'personalisasi'
manual secara otomatis permintaan otomatis
Interaksi Interaksi via telepon Interaksi online pusat layanan terin-
atau tatap muka tegrasi, semua media
mengikuti informasi yang terstruktur, mo-
web del interaksi (seder-
hana-menengah-
masalah rumit).
Transaksi Informasi secara Transaksi secara Transaksi dan
online, transaksi online, konfirmasi konfirmasi secara
secara offline secara offline online
Integrasi Sistem menu yang Sistem mencari Pelayanan yang
global yang global terintegrasi
Source: Grönlund et al. 2008.

Interaksi Pengguna

Tantangan lain adalah terkait dengan interaksi dengan pengguna, yang sering
dilakukan sebagai bagian dari fungsi dukungan klien. Layanan portal e-government yang
terintegrasi harus didukung oleh standar dukungan sistem pengguna di seluruh layanan dan
departemen, sehingga pengguna menerima kurang lebih sama tingkat kualitas dan konten
layanan. Sebuah praktek yang baik dari pusat-pusat pelayanan sektor publik adalah untuk
merancang standar layanan sesuai dengan 'model e-service'. Model ini terdiri dari tiga lapisan
interaksi dengan klien:
(A) Layanan Mandiri
(B) Respon standar untuk pertanyaan sering dan
(C) Tanggapan ahli untuk pertanyaan rumit (situasi non-standar).
Pada Tabel 10.2 berikut merangkum setiap lapisan tersebut menggunakan media
yang berbeda untuk interaksi. Meskipun pengguna akan bermigrasi dari manual ke layanan
teknis dari waktu ke waktu sebagai peningkatan kualitas layanan, kesadaran dan melek
komputer meningkat, akan selalu ada pengguna lebih memilih layanan orang per orang.

149
Pengguna akan selalu memilih solusi yang paling mudah bagi mereka. Bukan melalui daftar
panjang pertanyaan yang sering diajukan (FAQ), mereka akan menggunakan e-mail atau
telepon, jika tersedia. Sesekali kerusakan layanan elektronik juga akan mengharuskan
pengguna untuk menelepon atau mengunjungi kantor secara pribadi. Sebuah pusat layanan
berkelanjutan karena itu harus memanfaatkan semua saluran layanan yang tersedia dan
mengintegrasikan hal tersebut dengan cara yang baik. Hal ini dapat dilakukan dengan
memberikan pilihan bagi pengguna untuk memilih saluran yang mereka sukai di dalam
melakukan interaksi, memberikan jawaban yang konsisten di seluruh jenis teknologi dan
layanan dan memungkinkan pengguna untuk beralih antara saluran yang berbeda secara
lancar setiap saat selama proses tersebut.
Tabel 10.2
Saluran Komunikasi Pada Berbagai Tahapan Model Pelayanan

Web Email Telepon Layanan Layanan


Mobilitas Manual
lainnya
Layanan Alat Notifikasi Menu-menu Notifikasi NA
Mandiri Navigasi, suara SMS
Fungsi
pencarian
Respon FAQ, Tanggapan Call Center Tanggapan Kantor
Standar Bantuan terhadap dengan staf dan notifikasi Pelayanan
Menuju web, Model pertanyaan umum melalui SMS Terpadu satu
Pertanyaan perhitungan diinisiasi pintu dengan
Stantdar interaktif pada setiap staf umum
media
Tanggapan Dokumen Konsultasi Staf Ahli Tidak selalu Layak tetapi
Ahli online disediakan tersedia mahal.
Pertanyaan melalui call mengakibatkan Penggunaan
yang rumit center keterbatasan di sebagai
dalam pilihan akhir
interaksi
Sumber : Gronlund et al 2008

10.5 Kapan Untuk Pindah ke Portal yang terintegrasi?


Dua faktor yang menentukan sejauh mana e-government dan portal tertentu dapat
diadopsi. Ini adalah kematangan administrasi dan kecanggihan teknologi dari pemerintah.
Kematangan administrasi pada dasarnya memerlukan adanya sumber data dan tingkat tertentu
standardisasi dan kapasitas organisasi. Hal ini menentukan apakah kecepatan 'menempatkan

150
informasi online' fase dapat dieksekusi. Kecanggihan teknis adalah tingkat 'informatisasi' dan
interoperabilitas teknis dalam pemerintahan. Mode pengiriman e-government yang paling
sesuai dalam suatu negara berkembang sebagai administrasi publik menjadi lebih terstruktur,
lebih efektif dan transparan dalam melayani warga selama bertahun-tahun.
Hal ini dimungkinkan untuk melihat negara-negara di empat profil yang mewakili
tingkat tinggi atau rendahnya kematangan administrasi dan tingkat tinggi atau rendahnya
kecanggihan teknis. Baik pindah ke portal sesuai untuk masing-masing kategori dibahas.

Kematangan Administrasi Dan Kecanggihan teknologi Rendah:


Ini adalah di mana banyak negara berkembang saat ini berada. Prosedur administrasi
di instansi pemerintah terutama manual, standarisasi di instansi rendah dan sering
mendokumentasikan praktek yang ada tidak akurat. Prosedur telah dimodifikasi sedikit demi
sedikit selama bertahun-tahun, yang sering menimbulkan variasi yang signifikan dalam
prosedur di unit yang berbeda (kantor) lembaga yang sama. Ada komputerisasi yang terbatas
di back-end atau dalam front-end untuk berinteraksi dengan klien.
Negara-negara seperti tidak siap untuk proyek portal. Mereka harus segera fokus pada
pencapaian kematangan administrasi. Ini pada umumnya berarti merancang register dasar dan
komputerisasi mereka yang akan membentuk blok bangunan dasar untuk e-delivery jasa. Jika
jalan pintas diambil, misalnya, dengan komputerisasi front-end, ada kemungkinan bahwa
sistem yang dikembangkan tidak dapat diintegrasikan ke dalam portal pada tahap berikutnya.
Beberapa negara berkembang mungkin sedikit lebih dewasa, setidaknya di beberapa
sektor pemerintah. Bagaimanapun, proses administrasi masih didasarkan terutama pada
prosedur manual. Beberapa catatan dapat terkomputerisasi tetapi standarisasi definisi data
umumnya rendah dan dengan demikian prakondisi bagi interoperabilitas adalah perhatian.
Negara-negara seperti perlu untuk memulai dengan komputerisasi database back-end dan jasa
pengiriman melalui counter komputerisasi front-end yang antarmuka dengan warga.
Upaya ini adalah dalam mengkonversi database pengguna ke dalam bentuk elektronik
dan untuk memastikan keakuratan selama proses konversi. Meskipun proses konversi
dilakukan di tingkat kantor lokal, seluruh upaya harus didahului dengan latihan untuk
menentukan struktur untuk database. definisi data harus menggunakan standar / pedoman
yang telah berkembang oleh lembaga pusat untuk memungkinkan berbagi data di seluruh
kantor dan instansi di lain waktu. Sebagian besar usaha akan berada di pelatihan karyawan
untuk menangani data terkomputerisasi dan keuntungan dari laporan analisis yang akan bisa

150
dihasilkan. Dalam menentukan sejauh mana berbagai tugas dalam menyediakan layanan yang
otomatis, proses akan diperiksa dan kembali dirancang.

Kematangan Administrasi Tinggi Dan Teknologi Kecanggihan Rendah/Menengah


Ini adalah dimana sebagian besar proyek e-government di negara maju dimulai.
Negara-negara ini mempunyai sistem administrasi yang berfungsi baik di tempat, dan mereka
sebagian besar terkomputerisasi, tetapi mereka tidak terhubung dan tidak web-enabled.
Selama dekade terakhir, negara-negara ini telah menghabiskan upaya besar menghubungkan
sistem ini ke web. Web pemberdayaan adalah bagian yang lebih mudah dan kurang lebih
sudah selesai, tapi membuat mereka kompatibel terbukti menjadi bagian yang sulit. Hanya
negara-negara berkembang dengan baik telah mampu mencapai tujuan interoperabilitas di
beberapa daerah seperti pengadaan, polisi, bea cukai dan sistem fasilitasi perdagangan.
Tujuan akhir dari negara-negara tersebut untuk ditujukan pada layanan yang benar-benar
dalam jaringan (Tahap 4 pada Gambar 1.1). Hal ini dapat dicapai dengan berfokus pada
mekanisme koordinasi memastikan definisi data global, teknologi standar dan desain layanan
standar.

Kematangan Administrasi Rendah Dan Kecanggihan Teknologi Tinggi


Hal ini dapat terjadi ketika negara secara langsung mencoba mengimpor sistem di
tempat lain. Rute menuju kematangan administrasi terkadang tampak terlalu lama. Oleh
karena itu, beberapa negara memilih untuk jalan pintas. Hal ini dapat menjadi baik dan buruk.
Ada baiknya jika sistem dibawa masuk nantinya bisa dimasukkan sebagai komponen dalam
infrastruktur administratif dan teknis yang matang. Tapi itu bisa menjadi kesalahan mahal
sebaliknya.

Kematangan Administrasi Tinggi dan Kecanggihan Teknologi Tinggi


Ini merupakan posisi banyak negara maju sekarang mendekati dengan
'menggabungkan' infrastruktur informasi mereka. Ini telah dibutuhkan banyak bekerja pada
standar dan proses konvergensi. Contoh yang menonjol termasuk Inggris dan Amerika
Serikat, tetapi semua negara-negara maju yang menempatkan banyak usaha ke dalam ini.
Langkah pertama adalah integrasi teknis, menggunakan teknologi yang kompatibel. Hal ini
dibantu oleh industri IT yang memiliki minat dalam produk mereka yang kompatibel dengan
teknologi web. Bagian yang lebih penting adalah integrasi data dan definisi metadata. Alat
banyak bermunculan dan menjadi standar, seperti XML dan Dublin Core, namun alat ini

151
tidak benar-benar membantu mendefinisikan data; mereka hanya menempatkan definisi
dalam format yang sama. Agar kompatibel tanpa kehilangan kualitas data, data yang definisi
sendiri harus distandarisasi atau dikonversikan. Lihat Kotak 12.1 pada portal e-citizen di
Singapura untuk contoh portal pada tahap yang paling maju.

10.6 Monitoring dan Evaluasi Kerangka Portal Proyek


Selama fase implementasi, monitoring dan evaluasi menjadi proses yang paling
penting. Pada bab yang ini difokuskan pada penilaian dampak, tidak ada diskusi tentang
bagaimana sebuah portal e-government dapat dinilai. Sebuah portal e-government khas akan
memiliki tiga tingkat yang berbeda di mana hasil dan kemajuan dapat diikuti. Tingkat ini
meliputi:
1. Tujuan tingkat -- status dan berdampak pada pencapaian tujuan sosial,
ekonomi dan politik yang telah ditentukan dari proyek portal.
2. Tingkat layanan -- kualitas layanan individual.
3. Tingkat sistem -- kualitas seluruh sistem untuk layanan portal e-government.
Definisi e-government yang khas mencakup beberapa tujuan, misalnya, transformasi
hubungan pemerintah dengan warga dan bisnis, pengiriman yang lebih baik dari pelayanan
publik, pemberdayaan masyarakat, peningkatan transparansi dan koneksi pedesaan
Pencapaian target di level ini sulit diukur, tapi bagi banyak dari mereka, setidaknya
perkiraan dapat dibuat. Hal ini penting untuk menggunakan kedua ukuran kuantitatif dan
kualitatif, tidak hanya sebagai patokan untuk pencapaian, tetapi juga sebagai pedoman untuk
tindakan masa depan. Setiap layanan perlu dievaluasi untuk kebaikan teknis, misalnya,
apakah fungsinya beroperasi seperti yang diharapkan atau mereka sesuai dengan standar dan
praktik terbaik. Ada beberapa metode terbukti untuk banyak aspek, termasuk kegunaan, nilai
guna, fungsi teknis, jumlah penggunaan dan evaluasi Customer Relationship Management
(CRM) . Ada alat handson dan teknik, nilai yang dapat cukup mudah dan murah dinilai.
Memenuhi semua persyaratan tidak berarti layanan baru akan benar-benar digunakan, tetapi
setidaknya bisa mengatakan apakah itu dapat digunakan.
Kegunaan dan manfaat sering dianggap persyaratan dasar. Ada beberapa metode
untuk mengevaluasi mereka. Hasil gabungan dari dua jenis tes kegunaan harus membantu
memastikan bahwa layanan yang berkualitas tinggi. Pertama, panduan ahli dapat
memberitahu sejauh mana layanan memenuhi tuntutan standar, seperti standar dan peraturan
Web. Biasanya evaluasi meliputi penilaian berdasarkan persyaratan legislatif seperti AS 802
tentang cacat dan W3C World Wide Web Consortium (W3C) rekomendasi.

152
Kedua, tes dengan kelompok-kelompok kecil pengguna dari populasi target kunci akan
mengungkapkan banyak tentang bagaimana orang melihat dan menggunakan layanan.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan pada tingkat layanan meliputi:
1. Layanan harus sesuai dengan kebutuhan pengguna yang sebenarnya. Layanan harus
berarti perbaikan nyata layanan yang ada.
2. Sebuah catatan hati-hati adalah bahwa bahkan jika mereka semua berlaku, perubahan
kebiasaan pengguna dapat terjadi karena penggunaan layanan e-government.
Pengembangan umum meliputi perubahan bertahap yang tidak dapat dengan mudah
diprediksi karena mereka mengikuti untuk sebagian besar langkah-langkah yang sama
dengan cara mode berkembang-orang melakukan apa yang orang lain lakukan. Mereka
bisa, bagaimanapun, harus didukung oleh desain yang baik dan promosi.
3. Layanan harus akrab bagi pengguna umum-mereka harus dipromosikan di media lain,
biasanya di surat kabar, radio, TV, atau selebaran.
4. Pelayanan haruslah dipahami. Kasus sederhana adalah ketika layanan elektronik cocok
dengan service manual yang sudah ada sebelumnya. Kasus yang lebih rumit adalah
ketika dua atau lebih yang sebelumnya terpisah layanan yang terintegrasi. Paling rumit
adalah ketika layanan yang sama sekali baru ditetapkan.
5. Pelayanan harus dapat digunakan (secara teknis, semantik dan dirancang dengan baik,
konten-bijaksana).
6. Layanan harus kompatibel budaya dengan pengguna. Isu-isu kritis di sini termasuk
privasi dan identifikasi, tetapi juga gaya komunikasi pada umumnya. Misalnya,
kemampuan untuk menggunakan peta berbeda jauh antara negara dan budaya.
7. Kepuasan subyektif dari pengguna adalah ukuran dalam dirinya sendiri.
Oleh karena itu, pengukuran kepuasan pengguna yang semakin umum. Untuk tugas-
spesifik portal, struktur portal harus mendukung rantai pemecahan masalah (orientasi-
penyelidikan-pemilihan-implementasi), yaitu, informasi harus diatur sedemikian pengguna
konsep tugas yang ada daripada meniru struktur entitas yang memberikan informasi tersebut.
berbagai teknologi yang digunakan (telepon, layanan mobile, SMS, dll) harus terintegrasi
dengan web. Pendekatan khas adalah untuk menawarkan layanan berdasarkan 'peristiwa
hidup', seperti perkawinan, membeli rumah, membayar pajak, dll. Ini berarti pengelompokan
beberapa layanan, sering berasal dari penyedia yang berbeda, sekitar tema tersebut.
Konsep ini sangat baik dari sudut pandang pengguna, namun sering gagal terwujud
karena penyedia platform portal dan penyedia layanan (departemen yang berbeda dalam
banyak kasus) tidak secara teknologi, semantik dan prosedural terintegrasi dengan baik .

153
Kriteria Tingkat Sistem
Kriteria tingkat sistem memastikan pemerintah yang secara keseluruhan lebih efisien
dan efektif. Hanya langkah efisiensi yang biasanya digunakan, tapi itu sangat masuk akal
untuk memasukkan langkah-langkah efektivitas juga. Portal dan pengembangan e-service
tidak harus prematur terkait dengan tujuan kinerja nasional seperti pertumbuhan PDB atau
tabungan di sektor publik, karena ada banyak faktor lain yang mempengaruhi tindakan
mereka. Sebaliknya, fokus harus diberikan pada pengukuran kemampuan tambahan dan
proses perbaikan. Indikator produksi kunci diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk
membuat pemerintahan yang lebih efisien dan efektif secara keseluruhan adalah:
4. Pengembangan Standar.
5. Ketersediaan, penjangkauan, manfaat, peningkatan kapasitas dari perspektif
pengguna.
6. Tingkat Infrastruktur dalam hal pengembangan sumber daya manusia, infrastruktur
teknis, reorganisasi pemerintah.
7. Peningkatan / diutamakan sistem regulasi 'hukum maya'.
8. Peningkatan sistem insentif dalam organisasi pemerintah
Fitur utama dari portal e-government adalah penyediaan seperangkat layanan publik
menggunakan platform online yang umum. Hal ini sederhana untuk melihat portal sebagai
perpanjangan dari sebuah website dengan fitur yang disempurnakan pengolahan interaktif
dan transaksi. Pengiriman yang efisien dan terintegrasi melalui portal membutuhkan baik
kematangan administrasi dan kecanggihan teknologi. Mungkin akan tergoda untuk negara-
negara berkembang untuk melompat ke kecanggihan teknologi dengan membangun portal
tanpa reformasi yang di back-end yang memungkinkan lembaga untuk bertukar data,
dokumen dan informasi.
Desain dan implementasi sebuah portal e-government harus dimulai dengan penilaian
dari faktor permintaan dan persediaan, standarisasi dan infrastruktur. Banyak faktor yang
penting untuk proyek-proyek e-government secara umum juga berlaku untuk e-government
portal. Sulit untuk terlalu menekankan pentingnya landasan yang mendasari dibentuk oleh
kebijakan yang tepat, kerangka hukum dan peraturan untuk implementasi e-government yang
sukses. Tantangannya adalah bahwa kerangka tersebut cenderung berubah perlahan-lahan. Di
banyak negara, adaptasi lambat dari undang-undang tentang tanda tangan elektronik telah
memperlambat peluncuran layanan e-government untuk beberapa tahun. Hukum dan
kebijakan juga bisa menjadi terlalu samar, memungkinkan untuk beberapa interpretasi.
Beberapa jenis kebijakan pemerintah, misalnya, kerja layanan sipil, hukum membatasi

154
perilaku rasional instansi pemerintah dan pembatasan pada kegiatan sektor swasta, juga telah
mempengaruhi laju pembangunan e-government.
Adapun aspek teknis pada portal, poin penting untuk diingat adalah untuk
mengembangkan dan menegakkan alat teknis yang memfasilitasi konvergensi, seperti standar
metadata. Kepentingan dalam portal e-government juga sangat tergantung pada sifat dari
operasi departemen dan sumber daya yang tersedia. Sekali lagi, perencana portal e-
government diharapkan memainkan peranan katalisator untuk mendorong batas-batas
organisasi untuk memungkinkan sinergi dan kolaborasi dalam rangka untuk memastikan
keberhasilan.

Sistem Keamanan Jaringan


Keterhubungan suatu jaringan lokal dengan berbagai pihak secara global
memerlukan berbagai perangkat pengaman untuk menghindari ancaman dari pihak yang tidak
berhak mengaksesnya. Pada suatu jaringan terbuka terdapat beberapa potensi yang
membahayakan keamanan sistem, yaitu pada tingkat:
a. Sistem operasi (Operating System - OS), seperti virus.
b. Sistem jaringan, seperti penyadapan data pada jalur komunikasi dari, dan atau ke Internet.
c. Sistem Aplikasi seperti pengrusakan web, database.
Aspek yang perlu diperhatikan dalam mengelola suatu jaringan lokal atau intranet
adalah:
- Adanya jaringan (Network Availability), sistem cadangan (Redundancy System) dan
sistem penanggulangan bencana (Disaster Recovery System);
- Adanya perangkat pengaman jaringan (networksecurity);
- Adanya jaminan kehandalan jaringan (newokreliability) terhadap beroperasinya suatu
jaringan.
Ketiga aspek ini perlu dicantumkan dalam kontrak pengadaan jasa (sevice level agreement –
SLA).
Dalam pelaksanaan e-government, lalulintas informasi harus diatur, yang secara
umum memenuhi persyaratan berikut:
♦ Privasi (Privacy / Confidentiality).
Aspek ini berkaitan dengan kerahasiaan data, misalnya data pegawai negeri hanya boleh
diakses oleh orang yang berhak.
Integritas (Integrity).

155
Data atau informasi tidak boleh berubah tanpa ijin dari pemilik dan tidak boleh diubah
oleh orang yang tidak berhak.
Otentikasi (Authentication).
Aspek ini digunakan untuk menjamin keaslian data, sumber data, orang yang mengakses
data dan server yang digunakan.
Ketersediaan (Availability).
Aspek ini menjamin bahwa data dan informasi harus tersedia saat diperlukan.
Riwayat kejadian (Non-Repudiaion).
Aspek yang menjamin bahwa seseorang tidak dapat menyangkal apabila dia telah
melakukan suatu pertukaran informasi.
Pengendalian akses (Access Control).
Aspek ini membatasi atau mengatur hak akses pengguna (siapa boleh melakukan
apa). Berbagai langkah perlu diambil untuk menjamin keamanan terhadap hal-hal tersebut di
atas:
– Prosedur pengamanan. Menetapkan kebijakan dan prosedur untuk menjamin
keamanan sistem dalam berinteraksi dengan pengguna.
– Pengamanan fisik jaringan. Menggunakan Firewall, Intrusion Detection System, Anti
Virus dan Virtual Private Network (VPN).
– Pengamanan akses. Menggunakan password.
– Otentikasi data/informasi yang dikirim. Menggunakan enkripsi.
– Otentikasi penerima data/informasi. Menggunakan Certification of Authority
(CA)/Public Key Infrastructure (PKI).
– Pengamanan data/record. Menetapkan prosedur Manajemen Sistem Dokumen
Elektronik (lihat Panduan Manajemen Sistem Dokumen Elektronik).
– Pengamanan ruangan. Membatasi akses ke ruangan peralatan jaringan ditempatkan.
Metode yang umum digunakan oleh orang dalam melakukan penetrasi terhadap
sistem berbasis komputer ada 6 macam (Bodnar dan Hopwood, 1993), yaitu
– Pemanipulasian masukan
– Penggantian program
– Penggantian berkas secara langsung
– Pencurian data
– Sabotase
– Penyalahgunaan dan pencurian sumber daya komputasi.

156
Dalam banyak kecurangan terhadap komputer, pemanipulasian masukan merupakan
metode yang paling banyak digunakan, mengingat hal ini bisa dilakukan tanpa memerlukan
ketrampilan teknis yang tinggi. Pemanipulasian melalui program biasa dilakukan oleh para
spesialis teknologi informasi. Pengubahan berkas secara langsung umum dilakukan oleh
orang yang punya akses secara langsung terhadap basis data.
Pencurian data kerap kali dilakukan oleh “orang dalam” untuk dijual. Salah satu
kasus terjadi pada Encyclopedia Britanica Company (bodnar dan Hopwood, 1993).
Perusahaan ini menuduh seorang pegawainya menjual daftar nasabah ke sebuah pengiklan
direct mail seharga $3 juta.
Berbagai teknik yang digunakan untuk melakukan hacking:
Denial of Service. Teknik ini dilaksanakan dengan cara membuat permintaan yang
sangat banyak terhadap suatu situs sehingga sistem menjadi macet dan kemudian dengan
mencari kelemahan pada sistem si pelaku melakukan serangan terhadap sistem.
Sniffer. Teknik ini diimplementasikan dengan membuat program yang dapat melacak
paket data seseorang ketika paket tersebut melintasi Internet, menangkap password
atau menangkap isinya.
Spoofing. Melakukan pemalsuan alamat e-mail atau Web dengan tujuan untuk menjebak
pemakai agar memasukkan informasi yang penting seperti password atau nomor kartu
kredit
Penggunaan Kode yang Jahat :
a. Virus
Virus komputer adalah sebuah program kecil yang bisa menggandakan dirinya
sendiri dalam media penyimpanan suatu komputer. Virus juga mampu, baik secara langsung
ataupun tak langsung, menginfeksi, mengkopi maupun menyebarkan program file yang bisa
dieksekusi maupun program yang ada di sektor dalam sebuah media penyimpanan (Hardisk,
Disket, CD-R). Virus juga bisa menginfeksi file yang tidak bisa dieksekusi (file data) dengan
menggunakan macros (program sederhana yang biasanya digunakan untuk melakukan suatu
perintah). Intinya adalah kemampuan untuk menempel dan menulari suatu program.
Virus bukanlah sesuatu yang terjadi karena kecelakaan ataupun kelemahan
perangkat komputer karena pada hakikatnya, semua virus merupakan hasil rancangan
intelegensi manusia setelah melalui beberapa percobaan terlebih dahulu layaknya
eksperimen-eksperimen ilmiah di dalam bidang-bidang lainnya.

157
b. Cacing (worm)
Sumber malapetaka lain yang mirip dengan virus, namun tidak bisa dikategorikan
sebagai virus, adalah worm. Worm adalah program yang dapat menduplikasi diri tanpa
menginfeksi program-program lainnya. Worm tidak memerlukan carrier, dalam hal ini
program atau suatu dokumen. Worm biasa menyebar melalui pertukaran data antar hardisk,
disket, maupun e-mail. Penyebaran melalui e-mail biasanya berupa sebuah attachment yang
kecil.
Pengguna yang tertarik akan menjalankan program tersebut. Selanjutnya, tanpa
basa-basi, si program akan langsung melakukan aksinya. Worm akan menggandakan diri
dengan mengirimkan file-nya secara otomatis melalui attachment ke setiap alamat yang ada
dalam address book pada mail manager korban
Umumnya worm tidak bersifat merusak, namun demikian selain mengakibatkan
kejengkelan di pihak korban, serangan worm dapat sangat berbahaya bagi mailserver.
Berjangkitnya worm menyebabkan beban kerja mailserver melonjak drastis hingga dapat
mempengaruhi performanya. Dan tidak hanya untuk mailserver, bahkan komputer pribadi
kita pun bisa dijadikan sasarannya. Hal ini terjadi karena worm mampu menduplikasikan
dirinya sendiri di dalam memori komputer dalam jumlah yang sangat banyak. Sekarang
bayangkan jika worm menduplikasi dirinya secara serentak, ‘bakal lemot deh komputer’.
Worm umumnya berbentuk file executable (berekstensi .EXE datau .SCR), yang
terlampir (attach) pada e-mail. Namun demikian, ada beberapa jenis worm yang berbentuk
script yang ditulis dalam bahasa Visual Basic (VBScript). Sasaran serangan worm jenis ini
terutama adalah perangkat lunak e-mail Microsoft Outlook Express, tapi bukan berarti
aplikasi yang lain sudah pasti kebal dengan semua jenis worm.
c. Bom waktu
Bom logika atau bom waktu adalah program yang beraksi karena dipicu oleh sesuatu
kejadian atausetelah selang waktu berlalu. Sebagai contoh, program dapat diatur agar
menghapus hard disk atau menyebabkan lalu lintas macet. Contoh kasus bom waktu terjadi
di USPA, perusahaan asuransi di Fort Worth (Bodnar dan Hopwood, 1993). Donal Burkson,
pemrogram pada perusahaan tersebut dipecat karena suatu hal. Dua hari kemudian, sebuah
bom waktu mengaktifkan dirinya sendiri dan menghapus kira-kira 160.000 rekaman-rekaman
penting pada komputer perusahaan tersebut. Para penyidik menyimpulkan bahwa Burkson
memasang bom waktu dua tahun sebelum di-PHK
d. Kuda Trojan
Trojan horse adalah program yang kelihatan seperti program yang valid atau normal,
tetapi sebenarnya program tersebut membawa suatu kode dengan fungsi-fungsi yang sangat
158
berbahaya bagi komputer Anda. Sebagai contoh, virus DLoader-L datang dari attachment e-
mail dan dianggap sebagai sebagai suatu update program dari Microsoft untuk sistem operasi
Windows XP. Jika Anda menjalankannya maka dia akan mendownload program dan akan
memanfaatkan komputer Anda untuk menghubungkan komputer Anda ke suatu website
tertentu.
Targetnya tentu saja untuk membuat website tadi menjadi overload dan akhirnya
tidak bisa diakses dengan benar oleh pihak lain. Ini sering dinamakan dengan serangan denial
of service atau DoS. Penyalahgunaan dan pencurian sumber daya komputasi merupakan
bentuk pemanfaatan secara illegal terhadap sumber daya komputasi oleh pegawai dalam
rangka menjalankan bisnisnya sendiri.
Satu hal lagi tentang kemungkinan ancaman terhadap sistem informasi adala
trapdoor. Trapdoor adalah kemungkinan tindakan yang tak terantisipasi yang tertinggal
dalam program karena ketidak sengajaan. Disebabkan sebuah program tak terjamin bebas
dari kesalahan, kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat membuat pemakai yang tak
berwewenang dapat mengakses sistem dan melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak
bolehdan tidak bisa dilakukan.
Untuk menjaga keamanan sistem informasi diperlukan pengendalian terhadap sistem
informasi. Kontrol mencakup:
1. Kontrol administratif
Mempublikasikan kebijakan kontrol yang membuat semua pengendalian sistem
informasi dapat dilaksanakan dengan jelas dan serius oleh semua pihak dalam
organisasi. Prosedur yang bersifat formal dan standar pengoperasian disosialisasikan
dan dilaksanakan dengan tegas. Termasuk dalam hal ini adalah proses pengembangan
sistem, prosedur untuk backup, pemulihan data, dan manajemen pengarsipan data.
Perekrutan pegawai secara berhati-hati, yang diikuti dengan orientasi, pembinaan, dan
pelatihan yang diperlukan.
Supervisi terhadap para pegawai. Termasuk pula cara melakukan kontrol kalau
pegawai melakukan penyimpangan terhadap yang diharapkan. Pemisahan tugas-tugas
dalam pekerjaan, dengan tujuan agar tak seorangpun yang dapat menguasai suatu
proses yang lengkap. Sebagai contoh, seorang pemrogram harus diusahakan tidak
mempunyai akses terhadap data produksi (operasional) agar tidak memberikan
kesempatan untuk melakukan kecurangan

160
2. Kontrol pengembangan dan pemeliharaan system
Melibatkan Auditor sistem, dari masa pengembangan hingga pemeliharaan sistem,
untuk memastikan bahwa sistem benar-benar terkendali, termasuk dalam hal otorisasi
pemakai system. Aplikasi dilengkapi dengan audit trail sehingga kronologi transaksi
mudah untuk ditelusuri
3. Kontrol operasi
Melibatkan Auditor sistem, dari masa pengembangan hingga pemeliharaan sistem,
untuk memastikan bahwa sistem benar-benar terkendali, termasuk dalam hal otorisasi
pemakai system. Aplikasi dilengkapi dengan audit trail sehingga kronologi transaksi
mudah untuk ditelusuri. Tujuan agar sistem beroperasi sesuai dengan yang diharapkan
Termasuk dalam hal ini:
a) Pembatasan akses terhadap pusat data
b) Kontrol terhadap personel pengoperasi
c) Kontrol terhadap peralatan (terhadap kegagalan)
d) Kontrol terhadap penyimpan arsip
e) Pengendalian terhadap virus
4. Proteksi terhadap pusat data secara fisik
Faktor lingkungan yang menyangkut suhu, kebersihan, kelembaban udara, bahaya
banjir, dan keamanan fisik ruangan perlu diperhatikan dengan benar. Untuk
mengantisipasi kegagalan sumber daya listrik, biasa digunakan UPS dan mungkin juga
penyediaan generator
5. Kontrol perangkat keras
Untuk mengantisipasi kegagalan sistem komputer, terkadang organisasi menerapkan
sistem komputer yang berbasis fault-tolerant (toleran terhadap kegagalan). Toleransi
terhadap kegagalan pada penyimpan eksternal antara lain dilakukan melalui disk
mirroring atau disk shadowing, yang menggunakan teknik dengan menulis seluruh data
ke dua disk secara paralel
6. Kontrol terhadap akses komputer
Setiap pemakai sistem diberi otorisasi yang berbeda-beda. Setiap pemakai dilengkapi
dengan nama pemakai dan password . Penggunaan teknologi yang lebih canggih
menggunakan sifat-sifat biologis manusia yang bersifat unik, seperti sidik jari dan
retina mata, sebagai kunci untuk mengakses sistem
7. Kontrol terhadap akses informasi : Penggunaan enkripsi
8. Kontrol terhadap perlindungan terakhir

161
Rencana darurat (emergency plan) menentukan tindakan-tindakan yang harus dilakukan
oleh para pegawai manakala bencana terjadi. Rencana cadangan (backup plan)
menentukan bagaimana pemrosesan informasi akan dilaksanakan selama masa darurat.
Rencana pemulihan (recovery plan) menentukan bagaimana pemrosesan akan
dikembalikan ke keadaan seperti aslinya secara lengkap, termasuk mencakup tanggung
jawab masing-masing personil. Rencana pengujian (test plan) menentukan bagaimana
komponen-komponen dalam rencana pemulihan akan diuji atau disimulasikan
9. Kontrol aplikasi
Rencana pemulihan dari bencana dan Asuransi

162
TATAP MUKA 11

MEDIA PEMBELAJARAN: Modul

JUDUL
11. Best Practice E-Government di Indonesia

TUJUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN :


1. Mampu menjelaskan tentang dampak-dampak E-Government.
2. Mampu mengetahui pengaruh pada bagi Keterbukaan dan Pemberantasan Korupsi.
3. Mampu menguasai komponen utama dalam sistem open government.

URAIAN MATERI
Pada pertemuan ini akan diberikan contoh dan gambaran konkrit dari keberhasilan
pelaksanaan e-gov di beberapa negara mapun di Indonesia (Studi kasus di kementrian dan
lembaga non kementrian serta Pemerintah Daerah).
Untuk menghadapi tantangan era globalisasi tersebut pemerintah Republik Indonesia
telah berinisiatif membuat kebijakan untuk memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi (Information and Communication Technology/ICT) untuk membangun electronic
government for a good governance yang terintegrasi mulai dari tingkat pemerintahan daerah
hingga ke pusat. Tujuannya adalah agar infrastruktur ICT yang akan dibangun dapat
dimanfaatkan secara bersama untuk berkoordinasi oleh seluruh instansi, baik pusat maupun
daerah. Kebijakan pemerintah tersebut antara lain dituangkan dalam bentuk Inpres No.3
tahun 2003 dan keputusan Menteri Komunikasi dan Informasi tentang perkembangan e-Gov
yang merupakan wujud keinginan pemerintah dalam upaya mendorong bangsa Indonesia
menuju masyarakat yang berbasis pengetahuan (Knowledge-based Society). Instruksi
Presiden No.3 tahun 2003 tentang “kebijakan dan startegi nasional pengembangan e-Gov
Indonesia” antara lain berisikan panduan yang sudah disosialisasikan, seperti :

1. Panduan pembangunan infrastruktur portal pemerintah


2. Panduan manajemen sistem dokumen elektronik
3. Panduan penyusunan rencana induk pengembangan e-Gov lembaga
4. Panduan penyelenggaraan situs web pemerintah daerah
5. Panduan tentang pendidikan dan pelatihan SDM e-Gov
Untuk kasus di Indonesia, pemanfaatan e-government dikarenakan adanya perubahan
kehidupan berbangsa dan bernegara secara fundamental, dari sistem kepemerintahan yang
otoriter dan sentralistik menuju ke sistem kepemerintahan yang demokratis, dan menerapkan
perimbangan kewenangan pusat dan daerah otonom. Perubahan yang tengah terjadi tersebut
menuntut terbentuknya kepemerintahan yang bersih, transparan, dan mampu menjawab

163
tuntutan perubahan secara efektif. Sistem manajemen pemerintah yang selama ini merupakan
sistem hirarki kewenangan dan komando sektoral dikembangkan menjadi sistem manajemen
organisasi jaringan yang dapat memperpendek lini pengambilan keputusan serta memperluas
rentang kendali.

Yang kedua, egov dilaksanakan di Indonesia karena adanya tuntutan masyarakat yang
berbeda namun berkaitan erat, yaitu :
a. Tuntutan pelayanan publik yang memenuhi kepentingan masyarakat luas di seluruh
wilayah Indonesia, dapat diandalkan dan terpercaya, serta mudah dijangkau secara
interaktif.
b. Keinginan masyarakat agar aspirasi mereka didengar, sehingga pemerintah harus
memfasilitasi partisipasi dan dialog publik di dalam perumusan kebijakan negara.
Membicarakan e-government (e-gov) di Indonesia maka banyak pendekatan keilmuan
yang bisa dilakukan apakah melalui pendekatan teknologi komunikasi dan informasi,
manajemen, politik dan pemerintahan ataukah sosial. Namun yang paling banyak
mewacanakan adalah dari pihak kaca mata teknologi dan manajemen pemerintahan. Aspek
yang lain masih kurang terlihat dan sedikit sekali terlibat dalam isu egovernment. Padahal, e-
government merupakan suatu penerapan konsep dan teknologi yang membutuhkan banyak
pendekatan keilmuan sehingga aplikasi yang dilakukan oleh pihak penyelenggara
(pemerintah ) dapat terwujud secara ideal dan komprehensif. Oleh karena itu, maka tidak
heran bila penerjemahan e-gov masih sangat dangkal sehingga implementasinyapun masih
kurang optimal.

Secara faktual pelaksanaan e-government beberapa masih dinilai sebagai proyek


“gagah-gagahan” atau bahkan hanya proyek yang harus diikuti mirip model pakaian yang lagi
ngetrend. Artinya, kebanyakan dari para penyelanggara e-government baik lembaga
pemerintahaan maupun lembaga non pemerintahan masih merasa “aman’ dan “nyaman”
dengan kepemilikan website tanpa peduli lagi pada optimalisasi pemanfaatan e-government.
Pada sisi lain, ada tuduhan miring yang berkesan seolah-olah e-government hanyalah proyek
“jualan” para “pedagang” teknologi komunikasi dan informasi baik hardware maupun
softwarenya.

Dari pengertian dan tujuannya dapat disimpulkan bahwa penerapan e-Government di


Indonesia bisa dikembangkan secara bertahap dan proporsional sesuai dengan kemampuan.
Yang penting, kerangka pengembangannya tidak lepas daru pengertian dan tujuan tersebut.

164
11. 1 Best Practice Penerapan e-Government di Indonesia
Meskipun tidak secanggih Belanda, sesungguhnya e-Government bukanlah barang
baru di Indonesia. Ia diperkenalkan pertama kali di Nusantara ini pada tahun 2000 ditandai
dengan dibentuknya Tim Koordinasi Telematika Indonesia (TKTI) melalui Keputusan
Presiden No.50 tahun 2000 tentang Tim Koordinasi Telematika Indonesia. Tim ini
mempunyai tugas-tugas pokok sebagaimana dijabarkan dalam Instruksi Presiden Nomor 6
tahun 2001 tentang Pengembangan dan Pendayagunaan Telematika di Indonesia sebagai
berikut:
 Mengkoordinasikan perencanaan dan memelopori program aksi dan inisiatif untuk
meningkatkan perkembangan dan pendayagunaan teknologi telematika di indonesia,
serta memfasilitasi dan memantau pelaksanaannya;
 Memperkuat kemampuan menggalang sumber daya yang ada di indonesia guna
mendukung keberhasilan pelaksanaan semua arah pengembangan dan pendayagunaan
teknologi telematika, serta melaksanakan forum untuk membangun konsensus antar
pihak-pihak terkait di sektor pemerintah dan swasta baik di tingkat internasional
maupun regional, serta mengakses pengalaman internasional dalam mengembangkan
sistem infrastruktur informasi nasional untuk menstimulasi perkembangan telematika,
mendapatkan dukungan teknis, pembiayaan dan dukungan lainnya secara terpadu.
Sesuai Inpres nomor 6 tahun 2001 tersebut, guna menunjang pelayanan masyarakat
dengan berbasis pada teknologi informasi, pemerintah meluncurkan program G-
Online, singkatan dari Government On-line.
 G-Online adalah program pemerintah untuk mensukseskan pelayanan kepada
masyarakat melalui media internet. Beberapa kelebihan dari pelayanan yang berbasis
internet adalah sebagai berikut:
- Transparansi, karena informasi pelayanan dapat diakses oleh siapa saja,
kapan saja dan di mana saja. Informasi yang disajikan berupa jenis
layanan yang diberikan, prosedur baku yang harus dipenuhi, serta yang
paling penting adalah adanya informasi tentang biaya yang harus dibayarkan
oleh masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut.
- Mengurangi kolusi, karena dengan adanya media layanan secara on-line,
masyarakat pengguna jasa tidak perlu lagi bertatap muka dengan petugas
pelayanan sehingga mencegah terjadinya kesepakatan-kesepakatan di luar
ketentuan yang berlaku.

165
Selain itu, oleh karena informasi biaya sudah secara transparan dapat diketahui oleh
masyarakat, pembayaran pun harus dilakukan melalui rekening resmi yang telah tersedia
sehingga masyarakat tidak perlu membayar biaya lebih dari ketentuan yg ada. Layanan non-
stop 24 jam. Layanan secara on-line dapat dilakukan selama 24 Jam sehari dan 7 hari dalam
seminggu tergantung pada kondisi dan situasi masing-masing individu pengguna jasa.
Efisiensi, karena pelayanan yang dilakukan secara online akan menghemat penggunaan
kertas dan alat tulis kantor lainnya.
Saat ini, berdasarkan pemaparan Direktur e-Government dari Kementerian
Komunikasi dan Informatika RI, Firmansyah Lubis, pemerintah tengah mengembangkan
Government Service Bus (GSB) untuk menghubungkan server-server K/L/Pemda guna
proses integrasi data pada berbasis Nomor Induk Pegawai (NIP) dari Badan Kepegawaian
Negara (BKN), Nomor Induk Kependudukan (NIK) dari server Kementerian Dalam Negeri
(Kemdagri), dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dari server Kementerian Keuangan.
Proses integrasi data ini menggunakan aplikasi siMANTRA (Aplikasi Manajemen Pertukaran
Data Pemerintahan) dan PNSbox (Private Network Security) yang diinstal di data center
K/L/D untuk keamanan dan privasinya. Meskipun infrastruktur interkoneksi telah disediakan
oleh KemKominfo, akan tetapi belum ada MoU antara K/L/D terkait sehingga belum dapat
dilakukan penggalian data dan informasi antar sistem guna proses integrasinya.
Disamping tingkat kementrian, pemerintah daerah juga telah banyak
mengimplementasikan e-government diantaranya :
1. Kabupaten Sragen mengembangkan “One Stop Service (OSS)”
Keberhasilan e-government di Kabupaten Sragen dipengaruhi oleh beberpa pilar
berikut :
A. Kebijakan
Dimensi kebijakan e-goverment dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

166
B. Kelembagaan
Pada aspek ini meliputi :
- Adanya lembaga khusus yang menangani TIK (Kantor Pengelola Data
Elektronik)
- Tersedianya prosedur kerja yang lengkap dari SKPD pengelola TIK
- Tersedianya SDM berkompeten yang mengelola TIK (sebagai admin
pengelola maupun sebagai administrator di setiap SKPD)
- Adanya pengembangan SDM yang mengelola TIK yaitu :
o Admin TIK (Maintainance & Develop) di PDE
o Operator IT di masing SKPD
o Penempatan PNS di Desa sebagai operator IT/Memberdayakan Sekretaris
Desa yang berasal dari PNS.
C. Perencanaan
Pada dimensi ini meliputi :
- Adanya sistem perencanaan TIK (RPJMD, RENSTRA)
- Adanya master plan implementasi TIK
- Dukungan Anggaran
D. Infrastruktur

E. Aplikasi
Terwujudnya website yang dinamis dan lengkap dan update
Tersedianya aplikasi back office (aplikasi yang digunakan untuk kepentingan intern
pemerintah contoh : aplikasi persuratan, aplikasi keuangan, aplikasi kepegawaian dll).

167
Tersedianya aplikasi front office (aplikasi yang digunakan untuk kepentingan
pemberian pelayanan kepada masyarakat, contoh aplikasi pelayanan perijinan,
aplikasi kependudukan dll).
Aplikasi Sistem Informasi yang telah dikembangkan antara lain :
- Sistem Informasi Pemerintahan Daerah (Kantor Maya/Kantaya)
- Sistem Surat Menyurat (Surat Maya/Surya)
- Sistem Informasi Pem Desa (Sipemdes)
- Sistem Informasi Pelayanan Satu Atap (Simtap)
- Sistem Informasi Akutansi & Keuangan
- Sistem Informasi Kependudukan (Simduk)
- Sistem Informasi Pendapatan (Simpatda)
- Sistem Informasi Manajemen RSUD
- Sistem Informasi Perdagangan Antar Wilayah (Simpaw)
- Sistem Informasi Geografis (GIS)
- Sistem Informasi Kepegawaian (Simpeg)
- Sistem Informasi Aset Daerah (Simaset)
- Sistem Informasi Perencanaan Pembangunan (Simrenbang)
- Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi Pembangunan (Simonep)
- SIM Profil Daerah dan Peluang Investasi (PDPI)
- SIM Pusat Data dan Perencanaan Pengendalian Pembangunan Daerah (PDP3D)
- Aplikasi E-Office Pemerintahan

168
Hasil yang telah dicapat dari implementasi e-government di Kabupaten Sragen
adalah :
- Peningkatan komunikasi data dan informasi.
- Peningkatan kecepatan dan kualitas pelayanan kepada masyarakat.
- Peningkatan kecepatan dan kelancaran reporting data/informasi dan kegiatan.
- Peningkatan sistem pengawasan dan pengendalian (control system).
- Peningkatan budaya kerja (efisiensi dan efektivitas waktu dan biaya, serta perubahan
dari manual menjadi computerized).
- Mengurangi pengeluaran biaya operasional (alat tulis, transportasi, komunikasi).
Salah satu yang menonjol dari penerapan e-government di kabupaten Sragen antara
lain penerapan OSS melalui Badan Layanan Terpadu. OSS Center adalah sebuah institusi
yang memberikan dukungan pengembangan satuan kerja layanan perijinan terpadu atau lebih
dikenal dengan istilah One Stop Services disingkat OSS (lihat About OSS). OSS Center
mendukung terwujudnya inovasi layanan perijinan terpadu di daerah yang pada
kenyataannya masih memiliki keterbatasan untuk mengembangkan pelayanan perijinan
terpadu secara prima. Berangkat dari tingginya kompetisi bisnis di tingkat lokal dan nasional,
keberadaan OSS Center akan memiliki korelasi positif terhadap perbaikan pelayanan publik
pemerintah terhadap investor (baik PMA maupun PMDN) dan pebisnis lokal. Dengan
terbentuknya OSS Center di tingkat nasional dan regional (propinsi), diharapkan akan
memiliki andil dalam perbaikan iklim investasi dan kualitas pelayanan perijinan di Indonesia.
OSS Center akan memberikan pendampingan pada OSS bagi daerahdaerah yang
membutuhkan melalui penguatan sistem dan informasi, menganalisa kebutuhan dan
melakukan asistensi di tiap level kebijakan pemerintah, mengidentifikasi kelebihan dan
kekurangan dari satuan kerja pelayanan perijinan usaha dan investasi, serta bentuk-bentuk
asistensi lainnya. Selain itu, dengan keberadaan OSS Center ini diharapkan akan membentuk
jaringan data dan informasi yang luas antar stakeholder dalam ranah investasi nasional dan
lokal.
Terbentuknya OSS Center ini ternyata sejalan dengan Instruksi Presiden Nomor 3
tahun 2006 tentang Paket Kebijakan Investasi dimana dalam kebijakan tersebut dituangkan
berbagai hal yang harus diatur kembali agar iklim investasi di Indonesia dapat tumbuh dan
bersaing di skala internasional. Dengan dukungan dukungan luas dari jaringan Forum
Daerah (Forda UKM), lembaga-lembaga yang concern pada pengembangan usaha dan
investasi baik pemerintah maupun non pemerintah, sektor swasta serta keterlibatan media

169
cetak dan elektronik, OSS Center diharapkan mampu menjadi motivator terciptanya
perbaikan kualitas layanan perijinan usaha dan investasi di Indonesia. Sedangkan manfaat
nyata dari OSS ini adalah: OSS diharapkan mampu melayani seluruh perijinan yang
dibutuhkan oleh investor dan dunia usaha di daerah masing-masing, mulai dari ijin
mendirikan bangunan (IMB), ijin gangguan (HO), ijin usaha (SIUP, TDP, TDI, IUT, IUI,
TDG, dll) atau ijin per sektor seperti ijin usaha restora, ijin pendirian salon dan OSS Center
akan memberikan berbagai informasi dan pelatihan tentang sistem, metode, dan cara untuk
mengembangkan layanan perijinan dan investasi di Indonesia yang dapat diakses secara
langsung di kantor OSS Center atau melalui telepon, email, dan website (www.oss-
center.net). OSS Center juga akan menghubungkan pemerintah kota/kabupaten dan OSS di
seluruh Indonesia dengan lembaga pendamping atau lembaga-lembaga lain yang dapat
memberikan bantuan teknis untuk pengembangan OSS.
Faktor utama keberhasilan implementasi egovernment di Kabupaten Sragen adalah :
• Tugas birokrat adalah memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat
• Komitmen (Kepala Daerah, DPRD, semua Satker dan seluruh stakeholder)
• Kerjasama dengan semua stakeholder
• Niat dan keberanian untuk melakukan perubahan budaya dan etos kerja
Namun demikian di dalam implementasinya, pemkab Sragen menghadapi kendala
Berikut merupakan kendala dan upaya pemecahan yang dilakukan oleh Pemkab Sragen.

Kendala utama adalah kesiapan Sumberdaya Manusia


Solusi :
Rekruitmen tenaga profesional
Diklat/Kursus/Peningkatan kapasitas SDM
Kerjasama dengan Perguruan Tinggi/Perusahaan Swasta
Kendala Keberlanjutan Program diatasi dengan penyiapan sistem yang
mendorong pemanfaatan Teknologi Informasi sebagai suatu kebutuhan dari seluruh
stakeholder, baik bagi Pemerintah, Swasta maupun Masyarakat
2. Pemerintah Surabaya menerapkan e-procurement dan e-budgeting
Terobosan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya dalam manajemen
pelayanan publik adalah aplikasi E-Procurement, suatu sistem pengadaan barang dan jasa
publik yang dikelola secara elektronik berbasis web. Pertimbangan yang mendasari
kebijakan ini adalah kurang efisiennya sistem pengadaan barang dan jasa secara manual
seperti yang selama ini terjadi di banyak daerah. Selain tidak efisien, praktik pengadaan

170
barang dan jasa secara manual ternyata penuh dengan ekses korupsi ,kolusi antara rekanan
dan pejabat pemerintah, sehingga kualitas barang dan jasa yang diperoleh tidak sepadan
dengan biaya yang telah dikeluarkan
Dengan adanya e-procurement yang dikembangkan pemerintah Surabaya
http://www.surabaya-eproc.or.id maka masyarakat Surabaya bisa lebih mudah untuk
mengetahui projek yang sedang ada dan mereka bisa lebih mudah untuk mengetahui
projek yang sedang ada dan mereka bisa lebih mudah untuk ikut didalam lelang tender
projek tersebut.

Dengan adanya e-procurement yang dikembangkan pemerintah Surabaya


www.surabaya-eproc.or.id maka masyarakat Surabaya bisa lebih mudah untuk mengetahui
projek yang sedang ada dan mereka bisa lebih mudah untuk ikut didalam lelang tender projek
tersebut.
Sebagaimana diketahui bahwa penerapan dan pengembangan e-government yang
dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya dinilai sudah berhasil baik. Hal ini dibuktikan
dengan penghargaan yang sudah diraih. Pengembangan sistem itu e-government tersebut
oleh Kementrian PAN dijadikan sebagai pembanding sistem pemerintahan elektronik
nasional. Selain Itu, Surabaya bersama tiga daerah lain diusulkan untuk menerima
penghargaan dari PBB. Menurut Ibu Walikota, keberhasilan penerapan e-government bukan
semata-mata didorong pemanfaatan teknologinya, tapi sejauh mana keinginan melakukan
perubahan. Sebaik apapun sistemnya, akan tergantung political will , termasuk dalam
pemangkasan struktur organisasi, SDM serta business process-nya.
Pemkot Surabaya telah merintis penerapan e-government sejak tahun 2002, sebelum
adanya peraturan mengenai sistem pengadaan barang dan jasa secara elektronik. Akhirnya,
tahun 2003 lahir Keppres No. 80 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah, yang mencantumkan sistem lelang elektronik. Dijelaskan pula , e-government
Pemkot Surabaya dikelompokan menjadi dua, yakni dalam hal pengelolaan keuangan daerah,

170
dan e-government untuk pelayanan masyarakat. Untuk pengelola keuangan daerah meliputi
e-budgeting, e-project, e-procurement, e-delivery, e-controlling, dan e-performance.
Sedangkan yang berhubungan dengan masyarakat, disebut dengan e-sapawarga, yang
meliputi e-perijinan, e-musrenbang, dan pengaduan secara elektronik. “dengan penerapan e-
government Pemkot Surabaya bisa menghemat hingga 30 persen”.

Bagan Alur Proses Penyusunan, Pelaksanaan dan evaluasi Kegiatan

Pemkot Surabaya berhasil melaksanakan E-Government, terutama dalam


penerapan E-Budgeting dan E-Procurement yang diterapkan 2004, dan efektifnya berjalan
mulai 2006. Latar belakang penerapan program tersebut, berangkat dari persoalan klasik
seperti lambatnya penyusunan APBD dan besarnya kebocoran anggaran pada proses
pengadaan barang/jasa, ketika masih menggunakan cara manual/ tradisional. Sejumlah
prestasi atas usaha yang dilakukan Pemerintah Kota Surabaya bersama warga kotanya
menuai hasil. Surabaya telah menjadi sebuah kota yang penuh prestasi baik level regional
maupun nasional.

a. Pembangunan e-Government
Pembangunan e-government Kota Surabaya di bagi dalam 4 (empat) tahap
yaitu: (1) Tahap Pertama membangun situs informasi tiap SKPD, (2) Tahap kedua
membangun/ mengembangkan situs informasi publik interaktif, (3) Tahap ketiga

171
membangun informasi pelayanan publik dan pembuatan aplikasi dan data dengan
lembaga lain, (4) Tahap keempat pembuatan aplikasi untuk pelayanan yang bersifat
G2G, G2B, dan G2C yang terintegrasi.

b. Infrastruktur Jaringan
Infrastruktur jaringan di Kota Surabaya pada Tahun 2012 semua SKPD se-Surabaya
telah terkoneksi jaringan dengan menggunakan Fiber Optik, Wireless, dan VPN. Berikut
gambaran sebaran fasilitas infrastruktur TIK pada SKPD dan Kecamatan di Pemkot
Surabaya.

172
Infrastruktur Server

3. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)


BPPT termasuk salah satu bagian pemerintahan yang telah mengembangkan sebuah
sistem TEWS yang sering disebut dengan Tsunami Early Warning System. Sistem ini
digunakan sebagai pemberi sinyal ke pusat yang menandakan kemungkinan ada tsunami. Dan
jika sistem dipusat menerima sinyal dari satelit bahwa disuatu tempat akan terjadi tsunami,
maka sistem control room akan menentukan sirene mana yang akan dibunyikan, dan akan
mengirim sms secara langsung kepada orang-orang yang berwewenang didaerah dimana
kemungkinan tsunami itu akan terjadi, supaya bisa diinformasikan kemasyarakat. Sistem
TEWS ini, menggunakan sistem jaringan yang sangat kompleks, dan setiap peralatan yang
digunakan telah menggunakan Internet Protocol (IP) yang spesifik. Misalnya, Sirene, Sensor
dan beberapa tools lainnya.

Selain contoh-contoh yang diatas, masih banyak daerah-daerah atau departemen atau
lembaga pemerintahan yang lain yang telah mengembangkan e-government misalnya
dibagian e-learning, e-registration, samsat dan lain sebagainya
4. Jembrana Card
Salah satu kabupaten di Indonesia yang berhasil mengimplementasikan e-gov di
daerahnya. Terbukti kabupaten tersebut mendapatkan penghargaan “Best of The Best” E-

173
Government Award 2009 versi Warta Ekonomi, yaitu Kabupaten Jembrana (Provinsi Bali),
keunggulan Jembrana adalah penerapan kartu J-Card (Jembrana Card). Setiap warga
jembrana yang memiliki J-Card dapat datang ke rumah sakit dan menunjukkan kartunya.
Kartu akan ditempelkan ke mesin pembaca (card reader). Untuk otorisasi, si pasien cukup
menempelkan tangannya. Di layar komputer akan terpampang riwayat medis si pasien dan
pengobatan yang pernah diterimanya. Setelah diobati, si pasien boleh pulang dan cukup
mengucapkan terima kasih.
Jembrana Card (J-Card) juga ternyata berfungsi ganda. Selain kartu berobat, kartu ini
juga sekaligus menjadi KTP dan ATM. Dengan penggunaan J-Card sebagai KTP, pemerintah
daerah bisa mengetahi jumlah, penyebaran dan tingkat ekonomi penduduknya. Menurut data,
sudah 60% dari 263.000 warga Jembrana yang memiliki kartu J-Card. Manfaat penting lain
implementasi J-Card adalah untuk pelaksanaan e-voting atau pemilu dengan sitem elektronik.
Dalam pelaksanaan pemilihan kepala desa dengan sistem e-voting, rata-rata waktu yang
dibutuhkan pemilih untuk memberikan suaranya hanya 25.83 detik. Tingkat keakuratan data
hasil pemilihan bisa dipastikan akan lebih tinggi karena bebas dari kesalahan perhitungan
manual dan kemungkinan manipulasi data seperti yang sering kita dengar pada pemilu tingkat
nasional.
Prestasi kabupaten Jembrana dalam mengimplementasikan teknologi informasi
untuk meningkatkan pelayanan bagi masyarakat sepatutnya menjadi contoh bagi kabupaten
lain di Indonesia. Pemerintah pusat atau provinsi bisa menginstruksikan ke seluruh jajaran
pemerintah daerah di bawahnya untuk mencontoh dan menyempurnakan program J-Card
yang sudah berjalan di kabupaten Jembrana. Dengan demikian diharapkan seluruh
kabupaten/kota di Indonesia akan mampu memberikan pelayanan publik yang memuaskan
bagi warganya.
Untuk mengatasi beberapa kendala dalam mengimplementasikan e-gov, maka perlu
adanya komitmen, baik dari kepala daerah maupun segenap jajarannya untuk
mengimplementasikan e-gov, karena pada dasarnya dengan penerapan teknologi informasi
dibidang pemerintahan akan membantu pemerintah dalam memberikan pelayanan prima
kepada masyarakat. Kemudian, untuk melaksanakan e-gov sebaiknya tidak menggunakan
sistem proyek tetapi cukup dengan menggunakan satu atau beberapa tenaga ahli yang
kompeten dibidang teknologi informasi, sehingga update data selalu dapat dilakukan, biaya
yang dikeluarkan pun lebih kecil. Selain itu, pemerintah pusat juga perlu memberikan
penghargaan kepada kabupaten/kota yang terbukti berprestasi dalam mengimplementsikan
iptek untuk peningkatan kesejahteraan warganya, sehingga nantinya dapat memicu daerah

174
tersebut dan juga daerah lain untuk menerapkan iptek dalam bidang pelayanan kepada
masyarakat.

5. UPIK di Pemerintah Kota Jogjakarta


Pengembangan SI UPIK (Sistem Informasi dalam Unit Pelayanan Informasi dan
Keluhan) merupakan salah satu terobosan dalam sistem manajemen pelayanan yang
dilakukan oleh Pemerintah Kota Jogjakarta. Gagasan untuk mengembangkan sistem ini
bermula dari perhatian Walikota Jogja, Herry Zudianto, yang melihat pentingnya masukan,
keluhan atau kritikan terhadap kinerja pemerintah. UPIK dibentuk dengan dilandasi tiga
persoalan, yaitu:
1) Tidak semua warga masyarakat mengetahui saluran pengaduan yang dapat
dipergunakan secara mudah
2) Adanya hambatan waktu bertemu antara rakyat dengan pejabat atau penguasa, dan
3) Adanya rasa takut dan sungkan untuk mengadukan keluhan diantara masyarakat.
Maka UPIK diharapkan akan bisa menampung sejumlah aspirasi, keluhan, saran,
kritik atau sekadar informasi yangbisa segera ditanggapi sesuai masukan dari warga
masyarakat sebagai pengguna layanan publik. Kota Jogja merupakan ibukota Provinsi Daerah
Istimewa Jogjakarta yang meliputi wilayah terbatas karena hanya terdiri dari 4 kabupaten.
Luas kota Jogja adalah 32,5 km persegi yang terbagi menjadi 14 kecamatan dan 45
kelurahan. Penduduknya pada tahun 2007 tercatat 527.095 jiwa. Sekalipun wilayahnya relatif
kecil, kota Jogja menyimpan banyak predikat sebagai kota pelajar, kota perjuangan, kota
budaya dan kota pariwisata. Oleh sebab itu tuntutan masyarakat di kota Jogja sangat beragam
karena latar-belakang sosialnya yang kritis. Maka sarana yang menjembatani komunikasi
antara warga masyarakat dengan pihak Pemda menjadi sangat penting bagikota ini.
Terbentuknya UPIK yang berada di bawah kantor BID (Badan Informasi Daerah)
merupakan terobosan yang memang didorong oleh tuntutan masyarakat daerah di kota Jogja.
Kebijakan untuk membentuk UPIK digariskan melalui Keputusan Walikota JogjaNo.86 tahun
2003 yang ditetapkan pada tanggal 14 November 2003. Kedudukan, tugas pokok dan fungsi
satuan ini adalah sebagai penerima keluhan masyarakat atas pelayanan administratif maupun
kebijakan yang diambil oleh pemerintah kota.
Proses pembentukan unit ini dimulai dari ditetapkannya PT Exindo sebagai
pemenang tender untuk pengadaan sistem dan pelatihan SDM untuk mengoperasikan sistem
komunikasi antara warga masyarakat dan pemerintah daerah berbasis elektronik. Mula-mula,
PT Exindo menawarkan pengembangan sarana aduan dengan teknologi yang sudah banyak

175
dipakai oleh masyarakat, yaitu dengan pengiriman SMS (Short Message Services) melalui
sarana telepon seluler, dengan telepon secara langsung, dan dengan pengiriman e-mail
(electronic mail) melalui jaringan internet.
Untuk pelaksanaan pengadaan software, monitoring dan evaluasi program,
pemerintah kota Jogja juga dibantu oleh Swiss contact, sebuah rekanan swasta di bidang
pengadaan software. Untuk sistem manajemen, terutama monitoring dalam organisasi dan
etika pelayanan, juga terdapat bantuan konsultan PKPEK, sebuah LSM yang selama ini
bergerak dibidang advokasi industri kecil dan pelayanan publik. Peluncuran dan sosialisasi
pemanfaatan UPIK dimulai sejak tanggal 29 Februari2004. Payung kelembagaan dari sarana
pengaduan ini mula-mula dipercayakan kepada Kantor Humas. Berikut ini adalah alamat
situs web dan nomor-nomor yang dapatdiakses dengan sistem UPIK:
Datang langsung : Kantor BID atau operator UPIK
Telepon kabel (fixed line) : 0274-555242
Telepon seluler (SMS) : 08122780001 atau 2740
Situs web : www.upik.jogja.go.id
E-mail:upik@jogja.go.id.
Ternyata animo masyarakat untuk menyampaikan keluhan dan aduan melalui SMS
demikian besar. Masyarakat yang sudah biasa menggunakan hotline service ke Pemda
kota Jogja akhirnya tidak asing lagi dengan nomor telepon kabel, ponsel,maupun alamat
situs di atas.
6. LAPOR (Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat) merupakan Permintaan

https://lapor.ukp.go.id/id/1103481/permintaan-informasi-e-government-dki-jakarta.html

7. Pemerintahan Kota Bandung (www.bandung.go.id)

Situs resmi pemerintah Kota Bandung (www.bandung.go.id) memberikan banyak


informasi kepada publik. Di deret paling atas situs ini ditampilkan informasi tentang :
Pemerintah, Sekilas Kota Bandung, Pariwisata, Pendidikan dan Investasi. Sementara di

176
bagian bawahnya terdapat banyak berita utama tentang Kabar Bandung pada hari kita
mengakses situs ini.
Pemerintah Kota Bandung telah sampai kepada tahap pelayanan interaksi, yaitu
dengan memberikan alamat email bagi mereka yang membutuhkan informasi tentang
investasi misalnya, disediakan juga kolom tentang Opini Pengunjung yang berisikan opini
tentang Kota Bandung yang ditujukan kepada Walikota Bandung dan kolom polling serta
disediakannya kolom pengaduan publik/pengaduan masyarakat yang dapat dilakukan melalui
nomor telepon terterntu

11.2 Best practice dari e-government pada Korea Selatan


Pada bagian ini akan di bahas mengenai contoh nyata dari e-government Korea
Selatan yang merupakan praktek terbaik dari e-government dalam cakupan seluruh dunia.
Sangat banyak sekali praktek terbaik yang dimiliki oleh Korea Selatan, namun yang akan di
bahas hanya beberapa jenis saja.

E-government yang dikembangkan oleh pemerintah Korea telah dinilai sebagai yang
terbaik di dunia oleh PBB dan efektifitas e-government Korea juga diakui secara luas oleh
komunitas internasional.
Pada awalnya, e-government Korea Selatan memiliki tujuan untuk tahap awal yaitu
mendigitalisasi semua prosedur penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan infrastruktur
IT. Untuk mewujudkannya pemerintah Korea Selatan memulai dengan membangun dasar
komputerisasi sistem administrasinya pada 1970, mengkomputerisasi semua database utama
nasional pada 1980, dan membangun jaringan informasi dan komunikasi berkecepatan tinggi
pada tahun 1990-an.
Pada tahun 2000, Korea Selatan mulai mengidentifikasi e-government sebagai kunci
dari strategi untuk berinovasi dan mengadopsinya sebagai agenda kepresidenan. Pada tahun
2001, "Electronic Government Act" diaktifkan sebagai undang-undang di Korea Selatan dan

177
di implementasikan untuk meningkatkan efisiensi semua urusan administrasi pemerintahan
dan secara dramatis meningkatkan kualitas semua layanan publik.
Pada periode kedua (2003-2007), pemerintah Korea Selatan memperluas dan
memperbaiki semua pelayanan kepada masyarakat dan dunia bisnis dengan mendigitalisasi
seluruh proses bisnis pemerintah. Digitalisasi juga memperbaiki efisiensi administrasi dan
transparansi melalui reformasi metode-metode kerja pemerintah.
Pada perode selanjutnya (2008-2012), pemerintah Korea Selatan mulai membangun
target berikutnya, yaitu mengintegrasikan semua sistem e-government agar pelayanan publik
terwujud. Dimulai pada tahun 2008, pemerintah menjalankan implementasi berbagai proyek
yang berfokus pada koneksi dan integrasi yang mendukung penciptaan sistem informasi yang
baik untuk mengintegrasikan layanan publik berorientasi masyarakat dan bisnis.
Berikut adalah best practice dari e-government Korea Selatan :
1. Government Integrated Data Center - GIDC : http://www.ncia.go.kr. Merupakan
data center yang di operasikan secara individual oleh setiap kementerian Korea Selatan
dan telah terintegrasi dan di atur oleh grup profesional sejak 2005
1. Electronic Customs Clearance System - UNI-PASS : http://portal.customs.go.kr
Mengatur mengenai pajak dari kegiatan ekspor dan impor yang berkaitan dengan bisnis
2. Online Patent System - KIPOnet : http://www.patent.go.kr
Semua prosedur mengenai hak patet seperti pengajuan patet secara online dan mengecek
progres dari pengajuan di atur secara digital
3. Digital Budget & Accounting System - dBrain : http://www.digitalbrain.go.kr
Semua aktivitas finansial dari pemerintahan Korea Selatan di atur secara real time dari
pendapatan, budget, dan realisasi, aset, dana, dan lain-lain
4. National Disaster Management System - NDMS
NDMS mendukung mengenai manejemen dari bencana alam dari berbagai jenis bencana
yang memiliki 119 prosedur penyelamatan
5. Immigration Control System
Seluruh informasi mengenai penumpang imigrasi akan di analisa dan prosedur imigrasi
di tangani secara digital
6. Korea Online e-Procurement System - KONEPS : http://www.g2b.go.kr
Semua prosedur procurement pemerintahan Korea Selatan ditangani secara online
melalui satu jendela
7. Comprehensive Tax System - Hometax : http://www.hometax.go.kr

178
Pembayaran pajak dapat dilakukan secara online di rumah maupun kantor tanpa perlu
datang ke kantor pajak
8. Postal Logistics Information System - PostNet : http://www.epost.go.kr
Semua proses penerimaan, distribusi, dan pengiriman surat terintegrasi dan di tangani
secara digital
9. SOS Public Relief Service
Seluruh lapisan masyarakat dapat melaporkan atau meminta pertolongan darurat kepada
polisi tanpa perlu berkata-kata, cukup menggunakan mobile phone atau perangkat
sejenis. Dengan demikian, polisi dapat mengetahui posisi dari pelapor.
10. e-government Standard Framework - eGovFrame Portal :
http://www.egovframe.go.kr
Sistem informasi dari e-government dan modul-modulnya yang digunakan di berbagai
jenis sistem di simpan dan dikembangkan secara bersama oleh seluruh lapisan
pemerintahan
11. Civil Service Portal - Minwon24 : http://www.minwon.go.kr
Masyarakat bisa mengajukan untuk dokumen ataupun sertifikat sipil dimana saja dan
dimana saja melalui internet
12. Information Network Villages - Invil : http://www.invil.org
Merupakan projek untuk kawasan pedesaan yang bertujuan untuk meningkatkan
pendapatan dan kualitas kehidupan di pedesaan dengan memperkenalkan e-commerce
13. e-Participation Portal - ePeople : http://www.epeople.go.kr
Memfasilitasi masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pembuatan keputusan dengan
memberikan ruang untuk mengajukan protes, kritik, ataupun saran melalui satu jendela
14. Business Process System - On-nara BPS
Menyimpan dan menangani administrasi bisnis pemerintahan secara online, serta
memproses laporan.
15. One-stop Business Support Service - G4B : http://www.g4b.go.kr
Memberikan informasi mengenai bisnis dan industri
16. Employment Portal - WORKNET : http://www.work.go.kr
Mengintegrasikan dan mengkomunikasikan berbagai macam informasi karyawan dari
berbagai jenis organisasi dan mendukung pencarian pekerjaan dengan
mengkomunikasikan bisnis dan pencari pekerjaan
17. Intelligent Transportation System - ITS
Memfasilitasi dan mengoptimasi serta mengautomatisasi kegiatan operasional lalu lintas

179
18. Shared Use of Administrative Information - e-hanarominwon :
http://www.pisc.go.kr
Pekerja sipili bisa memproses permintaan yang datang kepada sipil dengan mengecek
informasi secara online
19. Resident Registration Data System
Ditangani oleh pemerintahan lokal yang dapat membantu untuk memahami hubungan di
antara masyarakat dan meningkatkan kenyamanan masyarakat.
Best practice dari e-government pemerintahan Korea Selatan telah membuat Korea
Selatan menjadi pemimpin di dalam teknologi e-government di dunia. Karena banyaknya
jenis-jenis e-government yang ada di Korea Selatan, maka yang akan di bahas hanya
beberapa jenis saja antara lain :

e-Participation Portal - ePeople : http://www.epeople.go.kr


Postal Logistics Information System - PostNet : http://www.epost.go.kr
Employment Portal - WORKNET : http://www.work.go.kr

A. e-Participation Portal - ePeople : http://www.epeople.go.kr

Gambar 11.1 e-People Portal

Sumber: http://www.epeople.go.kr/jsp/user/UserMain.jsp

180
Jenis e-government ini merupakan salah satu dari best practice e-government Korea
Selatan. Melalui portal ini, masyarakat dapat menyampaikan opini mereka bahkan
mempengaruhi pembuatan keputusan.
Dibawah ini merupakan contoh formulir pengisian pengaduan yang berkaitan dengan
tindak korupsi, kekerasan, dan lain-lain terhadap publik.

Gambar 11.2 Formulir e-People

Sumber: https://www.epeople.go.kr/jsp/user/pc/cvreq/UPcCvreqForm.jsp?flag=N&

Untuk dapat mengajukan laporan seperti ini, dibutuhkan i-PIN yang hanya dimiliki
oleh masyarakat Korea Selatan. Hal ini dilakukan untuk menghindari spam atau laporan palsu
oleh pihak yang tidak bertanggungjawab. Terdapat berbagai kategori formulir yang dapat
digunakan, pembagian kategori tersebut adalah sebagai berikut :
 General Civil Application
 Enterprise Application Complaints
 Civil and Policy Question and Answer
 Complaints Practice

181
Gambar 11.3 Laporan e-People

Sumber: http://www.epeople.go.kr/jsp/user/pc/pccase/UPcCaseList.jsp

Contoh pada gambar di atas merupakan pengajuan protes yang dilakukan oleh
masyarakat. (versi Google Translate).
Selain sebagai portal untuk bersuara, portal e-government ini juga memberikan
berita-berita terkait dengan pelayanan pemerintahan kepada publik.

Gambar 11.4 Berita e-People

Sumber: http://www.epeople.go.kr/jsp/user/UserMain.jsp

182
B. Postal Logistics Information System - PostNet : http://www.epost.go.kr

Gambar 11.5 e-Post

Sumber: http://www.epost.go.kr/main/eng/Enpost_Introduction1.html

Korea Selatan memiliki portal untuk pengiriman surat dan paket yang dikelola oleh
pemerintahan layaknya Pos Indonesia. Portal ini tersedia dalam bahasa Korea dan bahasa
Inggris. Adapun jasa yang disediakan ada berbagai jenis yaitu:
 Portal Service
 e-Post Shipping
 Express Mail Service
 e-Post Shopping
 e-Post Open Market
 Mail Service
 Smartphone Services

183
Gambar 11.6 Smart Phone Service

Sumber: http://www.epost.go.kr/main/eng/Enpost_Services7.html

Gambar 11.7 e-Post Shopping

Sumber: http://www.epost.go.kr/main/eng/Enpost_Services4.html

Sebelum dapat menggunakan jasa-jasa dari portal ini, setiap orang harus melakukan
pendaftaran terlebih dahulu. Pendaftaran ini terbagi menjadi beberapa kategori antara lain
umur di atas 14 tahun, warga negara asing, umur di bawah 14 tahun, dan untuk bisnis.

184
Gambar 11.8 Registrasi e-Post

Sumber: https://www.epost.go.kr/usr/member/cafzb000k01.jsp

Proses validasi registrasi akan dilakukan menggunakan i-PIN maupun nomor


telepon genggam yang sedang digunakan.

Gambar 11.9 Validasi Registrasi e-Post

Sumber: https://www.epost.go.kr/usr/member/cafzb000k03.jsp

185
Masyarakat di Korea Selatan dapat menikmati berbagai macam jasa melalui portal
ini dan dikelola oleh pemerintahan Korea Selatan.

Gambar 11.10 e-Post Service

Sumber: http://www.epost.go.kr/main.retrieveMainPage.comm

a. Employment Portal - WORKNET : http://www.work.go.kr

Gambar 11.11 WORKNET Portal

Sumber: http://www.work.go.kr/index.jsp

186
Portal e-government ini memungkinkan masyarakat di seluruh Korea
Selatan untuk mencari pekerjaan. Selain itu juga, data-data mengenai informasi
karyawan juga tersimpan di portal ini sehingga perusahaan yang ingin mencari
pekerja dapat mencarinya melalui portal ini.

Gambar 11.12 Pencarian pekerjaan WORKNET

Sumber: http://www.work.go.kr/seekMain.do

Portal ini sangat bermanfaat untuk mengurangi jumlah pengangguran di Korea


Selatan. Hal ini terbukti dengan tingkat pengangguran yang hanya sebesar 3.9% saja.

Gambar 11.13 Tingkat Pengangguran Korea Selatan

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_menurut_tingkat_pengangguran

187
Bagaimana dengan e-government di Indonesia jika dibandingkan dengan Korea
Selatan ? Jika kita membahas mengenai e-people, e-post, dan worknet pada Korea Selatan, di
Indonesia kita hanya memiliki sejenis e-post saja, yaitu Pos Indonesia.

Gambar 11.14 Pos Indonesia

Sumber: http://www.posindonesia.co.id/

Layanan logistik yang disediakan oleh Pos Indonesia tidak sebanyak yang dimiliki
oleh Korea Selatan dan manejemennya juga kurang. Akan tetapi, jika dikelola secara serius
oleh pemerintahan Indonesia, portal Pos Indonesia ini dapat menjadi layanan logistik
pemerintahan yang terkemuka. Untuk saat ini masyarakat Indonesia secara umum
menggunakan jasa logistik pihak swasta seperti JNE, TIKI, WAHANA, dan lain-lain.
Indonesia belum memiliki portal protes dan kritik dan saran langsung melalui satu
jendela kepada pemerintahan secara online. Hal ini mengakibatkan banyak sekali suara rakyat
yang tidak terdengar oleh penguasa pemerintahan. Pengelolaan kritik dan saran kepada
pemerintahan Indonesia masih dilakukan secara primitif di setiap daerah. Misalnya jika di
DKI Jakarta, masyarakat dapat memberikan keluhan melalui email maupun SMS.
Untuk portal pencarian pekerjaan, di Indonesia memang banyak sekali tapi semuanya
di kelola oleh pihak swasta dan bergerak dalam bidang e-commerce. Dengan adanya portal
pencarian pekerjaan yang dikelola oleh swasta, memiliki berbagai keterbatasan antara lain :
Keterbatasan data kependudukan yang merupakan karyawan
Keterbatasan keuangan dalam mengembangkan sistem

188
Duplikasi data akibat banyaknya portal pencarian pekerjaan
E-government di Indonesia juga masih tidak terintegrasi seperti Korea Selatan dimana
tiap otonomi daerah masih mengelolanya secara individual tanpa adanya integrasi.

Gambar 11.15 e-government DKI Jakarta

Sumber: http://www.jakarta.go.id/

Walaupun tiap daerah di Korea Selatan juga memiliki portal e-government sendiri,
namun integrasinyalah yang menjadi perbedaannya dengan di Indonesia.

Gambar 11.16 Portal e-government Korea Selatan

Sumber: http://korea.go.kr/eng/sub/gov_website02.jsp

189
Di Indonesia tiap semua daerah memiliki e-government.

Gambar 11.17 e-government Indonesia

Sumber: http://www.indonesia.go.id/

Bagaimana Trend E-government di masa depan?


Tujuan awal dari e-government adalah untuk meningkatkan efisiensi pemerintah.
Dikarenakan kemajuan teknologi informasi dan peningkatan partisipasi warga, konsep baru
dari e-government telah difokuskan pada efisiensi serta demokrasi. Bahkan, e-government
telah menyaksikan perkembangan masyarakat sipil dan proses demokrasi dengan tren baru
partisipasi politik menggunakan teknologi informasi. Tren ini telah menempatkan penekanan
pada demokrasi dan partisipasi yang mengarah ke pengembangan e-democracy. (Fuchs &
Kase, 2000; Norris, 2001).
Perencanaan dan pelaksanaan e-government, karena terus tumbuh dan berkembang
di seluruh dunia, harus fokus pada mencari metode untuk mengatasi berbagai masalah.
Beberapa sumber yang paling penting dari informasi tentang menghadapi tantangan untuk e-
government yang efektif adalah inisiatif e-government yang sebenarnya saat ini beroperasi.
Pelajaran yang dapat dipelajari dari proyek-proyek e-government yang sedang berlangsung,
baik dari segi apa yang berhasil dan apa yang tidak, akan memberikan bimbingan yang
berarti dalam mengembangkan dan menyempurnakan e-government. Namun, e-government
telah diubah oleh teknologi informasi baru dan sedang mengejar pemerintah (di mana-mana)
untuk menyediakan pelayanan publik bagi pemerintah, bisnis, dan warga oleh terminal
nirkabel, PDA, ponsel, dan sebagainya. U-government menyediakan layanan dengan jaringan
kabel dan nirkabel. M-government (mobile) dan t-government (televisi) milik u-government.

190
M-government, merupakan bagian integral dari e-government dan layanan pengiriman
melalui telepon seluler, termasuk layanan seperti bagian dari transpirasi, pencegahan
kejahatan, catatan penerbitan, dan sebagainya, di negara-negara di Eropa dan Amerika
Serikat, Jepang, dan sebagainya. San Carlos di AS memperkenalkan sistem pemadam
kebakaran baru yang menghubungkan secara real time dengan server peralatan setelah
memeriksa rencana pembangunan saat terjadi kebakaran. Sebuah sistem manajemen jalan
raya di Finlandia menyediakan driver dengan informasi jalan raya dan situasi cuaca dengan
menggunakan GPS di dalam mobil. Dalam contoh lain, m-government telah dimasukkan
dalam sistem bimbingan dan portabel sistem lokasi bus di Jepang, sistem bimbingan
perjalanan kereta api di Inggris, dan catatan mengeluarkan layanan di Austria.
E-government menggabungkan kemungkinan menawarkan layanan publik dengan
TV seperti pemeriksaan dan penerbitan dokumen aplikasi sipil, pembayaran pajak dan biaya
umum, dan sebagainya, dan partisipasi dalam survei saat menonton TV. Selain itu, adalah
mungkin untuk cadangan semua jenis fasilitas dan memperoleh bantuan dan layanan.
Layanan Inggris online Interaktif telah berkembang dan diinstal "Thin Portal" untuk
pelayanan publik dari tahun 2002 (Digitv.org.uk). Lebih dari 100 milyar orang telah
menggunakan situs web dan ada sekitar 600 miliar pengguna TV. Situs ini menawarkan
layanan publik berdasarkan proyek e-government untuk pendidikan, pekerjaan dan pelatihan,
kesejahteraan kesehatan, pembangunan daerah, dan sebagainya. Kangnam County di
Republik Korea menawarkan layanan jaringan dua arah sebagai t-government.
Tujuan dari e-government adalah mewujudkan layanan seperti kapan saja, di mana
saja, jaringan, perangkat apapun, dan layanan apapun serta 5 K (komputasi, komunikasi,
konektivitas, konten, dan kenyamanan). Artinya, teknologi komputasi di mana-mana
diterjemahkan sebagai sarana layanan menggunakan semua peralatan dan teknologi kapan
saja, di mana saja, dan jaringan apapun. Selain itu, e-Korea Visi 2006 telah menyarankan
rencana untuk mewujudkan informasi canggih jalan raya super (IPv6, Internet nirkabel, dll),
infrastruktur jaringan rumah, kabel dan infrastruktur integrasi nirkabel, infrastruktur mobile
e-government, saluran aplikasi sipil, layanan umum mobile, dan sebagainya. Pada tahun
2007, infrastruktur jaringan di mana-mana akan membangun sebuah negara pengetahuan-hub
di dunia yang menghubungkan rumah-rumah pribadi, tempat umum, dan fasilitas sipil di
seluruh negeri. Hari-hari ini adalah mungkin untuk menyediakan teknologi praktis yang luas
untuk e-Korea (2005-2013) melalui dokumentasi masalah dengan printer, fax, mesin tak
berawak banding sipil, dan sebagainya, jika warga ingin menerapkan banding sipil dengan
kabel dan nirkabel situs melalui ponsel, personal digital assistant (PDA), sistem rekam

191
canggih (ARS), dan sebagainya. Strategi ini juga telah memainkan peran terbaik dalam
pembangunan TIK.
Strategi penggerak e-goverment dibagi menjadi infrastruktur, teknologi, efisiensi
publik, pelayanan publik, dan sebagainya.
Aspek Insfrastruktur : Lingkungan komunikasi informasi yang terintegrasi harus
diselesaikan atas dasar infrastruktur standardisasi. Penyebaran jaringan komunikasi
broadband lingkungan kabel diperlukan, bersama dengan teknologi infrastruktur nirkabel.
Terutama, ini perlu menyebar ke penggunaan teknologi nirkabel dan mobile dan transmisi
dari IPv4 ke IPv6. Ini melibatkan pembangunan lingkungan mobile yang memungkinkan
koneksi dari waktu universal dan biasa melalui pelebaran lingkup kabel dan nirkabel jaringan
komunikasi seperti DTV, telepon, KIOSK, dan peralatan rumah elektronik lainnya.
Aspek Teknologi : layanan baru dan teknologi aplikasi untuk (bidang ICTS, medis dan
mendistribusikan menggunakan chip minimum) pelayanan administrasi perlu dikembangkan
dalam hal konsep ruang ketiga, yang merupakan realita tambahan yang menghubungkan
dengan dunia maya dan aktualitas. Penerimaan teknologi P2P, atau teknologi komunikasi
nirkabel dan mobile, akan mendukung lingkungan ini.
Aspek efisiensi administrasi : kolaborasi antara kementerian pemerintah yang berbeda ,
pemerintah pusat dan pemerintah daerah, dan pemerintah dan warga negara perlu untuk
mengamankan transparansi dan meningkatkan efisiensi administrasi. Terutama diperlukan
adalah persiapan hukum dan peraturan untuk membangun sistem pemerintahan.
Aspek pelayanan warga : layanan yang ditawarkan kepada warga kapan saja dan di mana
saja. Untuk mempromosikan layanan untuk mengurangi kesenjangan digital dan untuk
memperluas akses ke layanan informasi, CRM telah diperpanjang sebagai komunikasi dua
arah, aktivasi e-saran, dan eksekusi e-voting untuk e-democracy.
Selanjutnya, pemeriksaan proyek e-government dari berbagai tingkat pemerintahan
dan berbagai belahan dunia menawarkan metode untuk berbagi pengetahuan tentang e-
government. Dalam banyak hal, arah masa depan untuk pengembangan e-government akan
menghadapi isu-isu kebijakan penting. Studi seperti studi saat ini menjadi berharga bagi
konseptualisasi dan penerapan proyek e-government saat ini dan masa depan, terlepas dari
mana proyek terjadi.

192
TATAP MUKA 11

MEDIA PEMBELAJARAN: Modul

JUDUL
12. Hasil Implementasi E-Government di Indonesia

TUJUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN :


1. Mampu menjelaskan tentang dampak-dampak E-Government.
2. Mampu mengetahui pengaruh pada bagi Keterbukaan dan Pemberantasan Korupsi.
3. Mampu menguasai komponen utama dalam sistem open government.

URAIAN MATERI
E-government memiliki potensi untuk mengubah lembaga dan kegiatan pemerintah dan
memfasilitasi interaksi dengan stakeholdernya. Transisi dari model tradisional pemerintah
menjadi digital melibatkan dimensi-dimensi teknologi, kelembagaan, ekonomi, sosial, hukum
dan politik. Selain itu, sejumlah tantangan dan risiko telah diidentifikasi dan harus diselesaikan
dari dua sisi: pemerintah (misalnya infrastruktur teknologi informasi, sumber daya manusia,
kendala keuangan, masalah hukum yang komplek dan kurang memadai) dan pengguna (misalnya
kurangnya kepercayaan dan kesenjangan digital).
Pada buku ini, penulis menekankan beberapa kebijakan dan bentuk pelayanan publik
masih belum mampu memenuhi harapan masyarakat, terutama dalam model interaksi atau
transaksi antara masyarakat dengan pemerintah secara bebas, tanpa terikat biaya, waktu dan
ruang, serta pemilihan bentuk dan sarana pelayanan. Oleh karena itu, sudah saatnya bagi
pemerintah untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik melalui perumusan kembali
kebijakan-kebijakan yang lebih memenuhi tuntutan masyarakat dan tantangan perubahan
zaman, serta pengembangan sarana dan prasarana yang lebih strategis, di antaranya menerapkan
E-Gov sebagai upaya untuk memfasilitasi interaksi antara pemerintah dan masyarakat, suatu hal
yang sangat signifikan dalam suatu bentuk pelayanan publik yang ideal. Namun demikian,
beberapa hal harus dipehatikan dalam implementasi EGov secara benar. Dalam bidang
kebijakan, kelihatannya pemerintah belum berhasil menyusun suatu langkah konkrit yang dapat
menggerakkan berbagai komponen pemerintah (lintas sektor) untuk saling bekerja sama
membangun dan menjalankan aplikasi yang memang harus disinergikan.
Demikian juga masih mahalnya tarif Internet masih menjadi kendala implementasi,
meskipun pada beberapa daerah masalah ini dapat diatasi dengan pola kemitraan antara
193
pemerintah dan masyarakat. Begitu pula alternatif penyediaan infrastruktur telematika di
beberapa daerah, terutama daerah terpencil, perbatasan dan tertinggal masih belum bisa
memaksimalkan pemanfaatan Universal Service Obligation (USO).

194
Di samping berbagai kondisi yang kurang mendukung seperti diuraikan di atas,
lambatnya pengembangan E-Gov di Indonesia menjadi bukti bahwa pemahaman akan potensi
telematika, khususnya E-Gov, masih rendah. Oleh karena itu, sudah saatnya bagi setiap aparatur
pemerintah-terutama para calon pimpinan birokrasi pemerintahan-untuk mulai mengembangkan
visi dan mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan implementasi EGov di daerahnya.
Terakhir, inisiatif e-government perlu lebih difokuskan dalam rangka mengintegrasikan
semua proses administratif secara bertahap dimana semua proses bisnis dapat berinteraksi
dengan lembaga-lembaga pemerintah. Tanpa adanya standar e-government, akan terjadi in
efisiensi berupa duplikasi dan tumpang tindih pembangunan e-government oleh berbagai
lembaga pemerintah, serta menciptakan pulau-pulau sistem informasi. Kebijakan tentang
standard e-government harus dapat mengantisipasi adanya perubahan akibat kemajuan teknologi
dan dinamika manajemen kepemerintahan seperti otonomi daerah.

195
UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membatu dalam penyelesaian modul ini
terutama teman sejawat yang telah membantu dalam memberikan masukan untuk
penyelesaian Modul Pembelajaran ini.

Judul : E-GOVERNMENT
Penulis : Febby Apri Wenando, S.Pd., M.Eng
NIDN : 1017049102
Program Studi : Teknik Informatika
Pekanbaru, Tanggal-Bulan-2020
Penulis

Febby Apri Wenando, S.Pd., M.Eng


NIDN : 1017049102

Rekan Sejawat Ka. Program Studi

Nama & Gelar Nama & Gelar


NIDN : NIDN :

Diketahui oleh,

Dekan Ketua
Fakultas LP2KM

Nama & Gelar M. Fikry Hadi,SE., M.Si


NIDN : NIDN : 1010018103

201

Anda mungkin juga menyukai