Teknik-Fotografi PDF
Teknik-Fotografi PDF
Belajar fotografi harus belajar juga tentang konsep selain mengasah teknik. Teknik memotret adalah suatu
cara dalam memotret setelah diketahui bagaimana tahapan memotret. Apa saja tahapan tersebut ? kecepatan
rana, diafragma, iso yang biasa disebut segitiga exposure. Kemudian komposisi dan fokus untuk
menghasilnya foto yang tajam.
Keempat tahapan di atas penting diperhatikan pada saat memotret untuk dapat menghasilkan foto yang baik
secara teknik. Penguasaan tahapan serta teknik memotret merupakan hal yang penting bagi seorang
fotografer. Ini tentu saja harus dimulai dengan mengenal kamera yang akan kita gunakan untuk memotret.
Karena dengan mengenali kamera yang kita gunakan, kita dapat menggunakan fasilitasnya dengan baik
sehingga menghasilkan foto dengan teknik yang sempurna. Baiklah mari kita ulas satu persatu dari 4 tahap
tersebut untuk sekedar mengingat walapun sebelumnya pada artikel fotografi di tipsfotografi.net sudah
ditulis.
Garis-garis ini adalah garis bantu yang akan memposisikan objek atau garis horizon hingga gambar yang
dihasilkan menjadi lebih proporsional dan lebih menarik. Karena komposisi foto adalah salah satu komponen
penting selain exposure triangle atau segitiga exposure untuk menyampaikan karya foto. Komposisi juga
merupakan bagian “Seni” dari fotografi. Selayaknya seni yang lain maka bagian ini memang ada pakem /
aturannya, tapi pada akhirnya komposisi dinilai dari indah / menarik atau tidaknya suatu foto.
Perlu di ingat Rule of Thirds bukanlah aturan baku ataupun utama didalam dunia fotografi, tapi ini hanyalah
sekedar panduan untuk mendapatkan foto yang ‘lebih pas’ komposisinya didalam frame foto. Bagaimana kita
meletakkan sebuah obyek utama didalam frame foto yang kita ambil.
Memang seharusnya dalam memotret kita tidak harus terpaku pada suatu teori atau aturan. Bahkan ada yang
bilang, aturan terkadang perlu untuk dilanggar. Namun jika teori atau aturan itu dapat membuat foto menjadi
lebih menarik, kenapa tidak kita terapkan.
Konsep Rule of Third sudah sejak lama diterapkan, bahkan melukis yang terlebih dahulu ada sebelum
fotografi juga menerapkan konsep ini. Pada intinya tujuan Rule of Third adalah menempatkan point of
interest di persinggungan garis vertikal & horizontal tersebut.
Di kamera digital terbaru saat ini sudah menanamkan fitur grid line untuk memudahkan penggunaan konsep
Rule of Third saat memotret. Salah satu contoh dari penggunaan rule of third adalah meletakkan horizon
pada pemotretan landscape. Jika kita menempatkan horizon di tengah foto, foto akan cenderung kurang
menarik.
Dengan konsep komposisi Rule of third mengajarkan kita untuk meletakkan horizon di garis horisontal
(pembagi foto menjadi 3 bagian) atas atau bawah. Pemilihan garis atas atau bawah umumnya ditentukan
mana yang lebih menarik, langit atau daratannya. Misalkan ada awan dan reflesi awan yang sama-sama
menarik, saatnya Anda untuk mencoba menentang aturan. Coba Anda tepatkan horizon di tengah, maka hasil
foto tidak kalah menariknya.
Memahami Segitiga Exposure Shutter Speed,
Aperture dan ISO
Artikel fotografi kali ini kami akan mencoba mengulas tentang Segitiga Exposure Shutter Speed, Aperture
dan Iso. Istilah fotografi Exposure bisa diartikan sebagai kemampuan kamera mengumpulkan cahaya yang
masuk. Ada tiga hal yang penting untuk mengatur exposure di kamera yaitu Shutter speed, Aperture dan Iso.
Hubungan ketiganya biasa disebut dengan segitiga exposure.
Kamera pada dasarnya adalah sebuah alat yang berguna untuk menangkap cahaya melalui sensor kamera.
Cahaya yang masuk akhirnya diterjemahkan oleh sensor menjadi sebuah gambar. Sederhana saja, jika cahaya
sedikit, gambar akan gelap atau disebut dengan (underexposed/UE). Dan jika cahaya yang ketangkap sensor
kamera banyak, gambar akan menjadi terlalu terang (overexposed/OE).
Ok mari kita mencoba untuk berandai-andai, jika exposure diibaratkan sebagai sebuah gelas, dan cahaya
adalah air yang akan dituangkan ke gelas. Maka exposure yang tepat adalah saat gelas terisi air hingga tepat
di bibir gelas. Jika isi air tidak mencapai bibir gelas, maka gambar underexposed/UE, dan saat air tumpah
karena kepenuhan maka gambar overexposed/OE. Sederhana kan ? motret itu menyenangkan kok :).
Untuk menggunakan manual exposure, Anda harus memahami terlebih dahulu tentang shutter speed,
aperture dan Iso. Jika ketiganya sudah dipahami, kami yakin untuk menuangkan air di dalam gelas tanpa
harus tumpah ataupun kurang adalah hal mudah. Baca apa itu aperture baca terlebih dulu artikel Memahami
Definisi Aperture Secara Detail dan juga artikel Memahami Istilah Kecepatan Rana atau Shutter Speed dalam
Fotografi.
Perlu diingat, exposure compensation adalah bukan bagian dari faktor penentu exposure. Exposure
compensation hanya mengubah hasil perhitungan autoexposure saja. Jika kita menerapkan exposure
compensation positif, maka hasil perhitungan autoexposure kamera akan lebih terang daripada sebelumnya.
Jika kita menerapkan exposure compensation negatif, maka hasil perhitungan autoexposure akan lebih gelap
daripada sebelumnya.
Segitiga Exposure Shutter Speed, Aperture dan Iso adalah multak untuk dipelajari jika Anda ingin belajar
fotografi lebih lanjut. Tidak hanya untuk yang ingin berkarir di fotografi, jika Anda hanya hobi, wajib juga
untuk mengerti tips fotografi dasar seperti segitiga exposure ini.
Memahami Istilah Kecepatan Rana atau
Shutter Speed dalam Fotografi
Satuan shuuter speed atau kecepatan rana sampai saat ini masih menggunakan satuan detik. Berikut contoh
nilai shutter speed pada kamera digital.
(nilai besar) Bulb, 32, 16, 8, 4, 2, 1s, 1/2, 1/4, 1/8, 1/16, 1/32, 1/64, 1/125, 1/250, 1/500, 1/1000, 1/2000,
1/4000, 1/8000 (nilai rendah)
1/2 lebih cepat dari pada 1s. Artinya semakin 1/… lebih besar berarti lebih cepat juga kecepatan rana yang
didapatkan. Pada beberapa kamera digital yang baru , kecepatannya bisa lebih dari angka di atas, sehingga
bisa menangkap gerakan peluru melesat misalnya.
Lalu kapan menggunakan shuttter speed yang cepat ataupun lambat ? OK, sebelumnya kami perkenalkan
dulu dua istilah fotografi yang akan selalu berhubungan dengan shutter speed/kecepatan rana yaitu “Slow
Shutter Speed dan High Shutter Speed”. Baiklah mari kita bahas satu persatu.
Kapan menggunakan teknis slow speed ? kapan saja. Karena dengan menggunakan teknis SS ini, berbagai
macam efek foto yang beragam. Misal digunakan jika malam hari untuk memotret jalan raya yang dilalui
kendaran bersliweran. Dengan teknis slow shutter speed tersebut akan mendapatkan efek jalur
cahaya/lightrail. Dengan efek sperti itu, seakan lampu-lampu mobil menyatu dan memanjang seolah seperti
bayangan.
Contoh penggunaan slow speed saat memotret air yang mengalir misal di air terjun. Makan Anda akan
mendapatkan foto dengan efek dinamis. Gerakan air menjadi seperti kapas dengan efek yang memukau.
Di level slow speed shutter, ada juga istilah BULB. Jika menggunakan teknis ini, maka berapa lamanya shutter
terbuka itu akan tergantung kemauan kita. Mau berapa menit, berapa jam ? dengan teknis bulb bisa
mengabulkan permintaan anda. Segelap apapun suasananya, dengan bulb anda masih bisa menghasilkan
gambar bagus.
Lalu kapan teknis bulb digunakan ? Pernah melihat foto pergerakan bintang-bintang di langit ? nah, untuk
mendapatkan foto startrail anda bisa menggunakan teknis bulb.
Tripod dan slow shutter speed adalah dua hal yang selalu bergandengan sperti sandal jepit :). Menggunakan
teknis slow speed multak hukumnya untuk menggunakan tripod. Dengan menggunakan besi berkaki tiga ini,
mampu membuang efek goyangan kamera yang mengakibatkan hasil foto blur. Selain tripod, Anda juga bisa
menggunakan media seperti pasir atau kacang-kacangan untuk menahan kamera agar tidak gerak saat
shutter terbuka.
2. High Shutter Speed
Teknis high shutter speed ditandai dengan nilai yang rendah dan mendapatkan kecepatan rana yang cepat.
Dengan teknis ini Anda bisa menangkap momen yang terjadi. Misal orang berlari, dengan kecepatan rana
yang cepat maka kamera mampu menghasilkan gambar tepat diposisi dimana kita menekan tombol shutter
kamera.
Teknis ini biasanya digunakan untuk pemotretan sport, satwa dan objek yang memiliki gerakan cepat lainnya.
Dengan high shutter speed biasanya fotografer mengusahakan dirinya agar tidak tertinggal momen-momen
menarik.
Kebalikan dengan teknis slow shutter speed, tripod tidak diperlukan lagi saat menggunakan teknis high
shutter speed. Namun jika anda merasa berat mengangkat kamera, monopod bisa anda gunakan.
Shutter speed atau kecepatan rana akan selalu berkaitan dengan aperture. Seperti artikel sebelumnya
tentang Memahami Definisi Aperture Secara Detail, aperture adalah seberapa lebar diafragma lensa terbuka.
Dalam fotografi kita mengenal istilah EXPOSURE, yaitu kemampuan kamera mengumpulkan cahaya yang
masuk. Exposure sendiri akan selalu berkaitan dengan shutter speed, aperture/bukaan diafragma serta
dengan ISO.
Definisi dan Fungsi ISO pada Fotografi
Secara arti ISO atau ASA (dalam fotografi film) adalah kemampuan atau tingkat
sensitifitas sensor pada kamera terhadap cahaya. Sebagai dasar fungsi ISO
pada fotografi, semakin besar nilai pada setingan ISO kamera, maka semakin
sensitif dan besar cahaya yang didapatkan. Fitur ISO pada kamera akan menjadi
bagian dari segitiga exposure selain Shutter Speed dan Aperture.
Ok mari kita berandai lagi, misal ISO=kerikil kemudian dimasukkan ke gelas
yang akan diisi air. Dengan bantuan kerikil tersebut, untuk mengisi air kedalam
gelas hingga pas di bibir gelas, maka tidak memerlukan air yang banyak. Begitu juga dengan ISO pada
fotografi, semakin tinggi ISO semakin sedikit cahay yang dibutuhkan untuk mencapai exposure yang tepat.
Selain AUTO, satuan nilai ISO pada kamera ditandai dengan nilai yang dimulai dari angka 50/100, 200, 400,
800, 1600 dan seterusnya sesuai spesifikasi kamera. Pada kamera DSLR profesional, ISO Nikon D600 misalnya
mampu mencapai ISO hingga nilai 25000.
Selain bisa menambah sensitifitas cahaya yang didapatkan, ISO juga bisa menimbulkan noise pada hasil
fotonya. Namun untuk kamera digital di era perkembangan teknologi saat ini, ISO tinggi sudah bukan
menjadi kendala. D3 dengan ISO 25600 masih mendapatkan foto dengan noise yang rendah.
Ada yang belum tahu istilah fotografi NOISE ? Noise adalah bintik-bintik kecil yang ada pada foto. Selain
Noise, dengan menggunakan nilai ISO yang tinggi juga dapat menyebabkan berkurangnya kualitas foto yang
dihasilkan. Misalkan warna kurang keluar, foto jadi kurang detail/tajem dll.
Kapan Menggunakan ISO
Iso tinggi biasanya digunakan saat kondisi kurang cahaya, misalnya saat motret malam hari atau indoor.
Kapan saat yang tepat memperhatikan atau menggunakan ISO pada kamera ? saat kombinasi 2 bagian
segitiga exposure shutter speed dan Aperture belum mendapatkan exposure atau cahaya yang tepat.
Pada saat kondisi seperti itulah Anda bisa menaikkan nilai ISO sampai mendapatkan cahaya yang cukup dan
memperoleh shutter speed yang ideal. Misalkan pada suatu kesempatan Anda ingin memotret momen yang
bergerak di dalam ruangan yang minim cahaya. Idelanya untuk menangkap momen yang cepat adalah
menggunakan kecepatan rana yang tinggi, soal besarnya aperture terserah deh, adanya berapa :).
Dalam contoh kasus di atas, saya harus menggunakan kecepatan 1/250 agar kamera mampu merekam
momen yang bergerak di ruangan indoor tersebut. Namun lensa hanya memiliki aperture terlebar F3.5. Tanpa
menambah nilai ISO, saya hanya mendapatkan hasil foto yang underexposured (UE) gelaaap. Nah, dengan
mengunci shutter speed 1/250 dan aperture F3.5 saya harus menambah nilai ISO sampai mendapatkan
exposure yang tepat.
Pada umumnya, dalam fotografi banyak yang menganjurkan untuk menggunakan ISO sekecil mungkin. Untuk
menghindari Noise dan mendapatkan foto yang tajam. Apalagi jika hasil foto akan Anda print dengan ukuran
besar, Iso kecil sudah menjadi keharusan. Akan tetapi dalam beberapa kasus, Noise kadang diperlukan untuk
menambah kesan foto yang lebih dramastis, misalnya foto BW.
Cara Membaca Histogram Foto dari Kamera Digital
Sebelum berlanjut menulis cara membaca histogram sebuah foto pada kamera, terlebih dahulu kami coba
jelaskan sedikit apa itu histogram. Histogram adalah sebuah grafik yang menghitung dan menunjukkan
jumlah pixel yang ada antara tone hitam dan tone putih atau grafik yang memberitahu kita mengenai
informasi dalam file pada skala terang ke gelap. Pada sisi kiri untuk warna hitam (RGB 0,0,0) dan pada sisi
kanan untuk warna putih (RGB 255,255,255). Jadi, kalau kita lihat grafiknya dari kiri ke arah kanan, kita
sebenarnya membaca seberapa banyak pixel yang jatuh di warna hitam, lalu abu-abu, dan akhirnya putih
murni di sebelah kanan.
Nah dengan cara melihat histogram sebuah foto di kamera digital ataupun di software editing foto, kita bisa
mengetahui apakah foto tersebut memiliki exposure yang pas atau tidak, kita bisa tahu apakah cahaya yang
ada dalam foto keras atau flat (datar), yang pada akhirnya bisa menentukan proses editing mana yang paling
pas untuk foto bersangkutan.
Walau histogram sebenarnya sangat bermanfaat, banyak fotografer yang justru tidak paham tentang fungsi
dan cara menggunakannya. Memang terkesan rumit, tetapi coba kita luangkan waktu sejenak untuk
menyoba cara membaca histogram sebuah foto, grafik histogram sejatinya sangat sederhana kok. Ada lima
tipe histogram yg perlu anda ketahui:
5 Jenis atau Tipe Histogram
1. Histogram yang overexposed, menunjukkan banyak jumlah pixel dengan nilai 255 atau mendekati
255, yang berarti foto terlalu terang atau overexposed, sehingga banyak sekali detail yang hilang
terutama di pakaiannya.
2. Histogram yang underexposed, menunjukan banyak jumlah pixel dengan nilai 0, yang berarti terlalu
gelap atau underexposed, sehingga ada beberapa detail juga hilang. Kecuali ada kasus lain yang
memang benar-benar ada warna hitam pekat, yg juga merupakan detail dari objek tersebut.
3. Histogram yang contrast, menunjukkan warna yang overexposed dan underexposed bergabung jadi
satu, biasanya histogram yang menunjukan contrast.
4. Histogram yang warnanya suram (dull/haze),
5. Histogram yang sempurna, memiliki data/nilai RGB yang didistribusikan di seluruh panjang
histogram
Bukan berarti setiap hasil karya foto harus memiliki histogram yang sempurna. Semua yang saya jelaskan
diatas supaya anda dapat mengerti dan bisa membaca histogram dalam suatu karya. Banyak sekali kasus
yang histogramnya tidak sempurna tapi bisa dikatakan lebih “bagus”. Kondisi pemotretan tidak semuanya
ideal dan kadang fotografer justru sengaja membuatnya tidak ideal dengan tujuan tertentu.
Cara membaca histogram Level di Photoshop dan cara membaca histogram di kamera intinya sama saja,
terdapat tiga titik yang masing-masing menunjuk pada shadow (sebelah kiri), midtone (tengah) dan highlight
(sebelah kanan). Hasil pemotretan yang baik (untuk sebagian besar pemotretan) umumnya menunjukkan
pola histogram berupa gunung dengan lembah di kiri dan kanan dengan ujung yang bisa berakhir mendekati
atau tepat pada titik shadow dan highlight.
Foto yang baik akan menjaga detail shadow di sebelah kiri grafik dan highlight di sebelah kanan grafik, bukan
memotong data-data tersebut. Lihat ilustrasi singkat seputar histogram di bawah ini.
Histogram hanyalah satu dari sekian banyak perangkat yang dapat (dan harus) digunakan untuk mengeva-
luasi kualitas data dalam foto Anda. Banyak kamera digital yang sudah dilengkapi histogram untuk membantu
anda mengevaluasi warna tone yang anda potret. Dan jika mungkin, ulangi motret dengan pengaturan
exposure yg berbeda untuk mendapatkan gambar yang lebih baik.
Untuk gambar landscape yang “ideal” adalah memiliki data/nilai RGB yang didistribusikan di seluruh panjang
histogram. Hal ini menunjukkan berbagai macam warna tone. Jika hasil membaca histogram foto menunjuk-
kan rentang dinamis yang rendah atau kurangnya kontras, anda dapat menggunakan alat-alat dalam
Photoshop untuk memperluas jangkauan nilai dalam gambar.
Enaknya memiliki kamera digital adalah, bahwa kita bisa langsung mengetahui nilai histogram dengan
cara membaca histogram di kamera langsung begitu anda selesai memotret. Dengan begitu kita bisa
langsung tahu apakah kualitas tonal (tingkat gelap terang) foto kita sudah sesuai maksud yang ingin kita
capai atau belum.
Definisi dan Cara Setting White Balance Kamera Digital
Hai hai hai… apa kabar kawan ? kali ini tipsfotografi.net akan membahas tentang Definisi dan Cara Setting
White Balance pada Kamera Digital. Anda mungkin sudah tahu bahwa fitur kamera bernama white balance
ini merupakan salah satu aspek penting dalam fotografi digital karena akan mempengaruhi hasil foto kita.
Arti/definisi white balance atau lebih sering disebut WB adalah kemampuan kamera membaca/mengukur
temperatur warna berdasarkan cahaya yang ada. Fungsi dari white balance sendiri adalah mengantur
komposisi warna berdasarkan cahaya yang ada, agar mendapatkan foto yang akurat/tepat warna fotonya
sesuai dengan warna aslinya (natural color) dengan kata lain supaya yang putih terlihat putih, merah terlihat
merah dan hijau terlihat hijau dst.
Pada umumnya, sebagian dari kita pengguna kamera digital tidak pernah memperhitungkan setting white
balance, kita hanya senang bahkan selalu menggunakan setting auto white balance (AWB) serta
menggunakan teknik segita exposure. Padahal WB Auto akan menganggap bagian tercerah adalah warna
putih, walau mungkin sebenarnya bukan. AWB cuman akurat kalau ada banyak warna putih di depan kemera
kita. Namun jika Anda menggunakan kamera Infra Red white balance adalah hal penting untuk menghasilkan
foto yang tepat sesuai warna yang diinginkan meskipun menggunakan format RAW.
Meskipun kamera digital terbaru saat ini sudah semakin canggih dan mampu menghasilkan foto yang bagus.
Namun kamera dengan teknologi saat ini masih memiliki kelemahan, kamera tidak selalu mampu
menyesuaikan kondisi warna obyek yang sebenarnya. Dengan kata lain, apa yang terlihat di kamera, belum
tentu sama dengan kondisi aslinya. Nah dengan menggunakan fitur white balance inilah kamera mampu
mengurangi kelemahannya untuk mengatur komposisi warna dengan tepat.
Skedar tips untuk mengurangi kesalahan warna pada fotografi, pilihlah format RAW saat memotret. Karena
dengan setingan format RAW Anda masih bisa melakukan perbaikan warna di olah digital dengan mudah
menggunakan software pengolah file RAW sesuai kamera digitalnya. Saat menggunakan setingan RAW,
metode white balance mungkin masih bisa diabaikan. Namun jika tetap memilih white balance yang tepat,
Anda akan mengurangi waktu untuk proses digital di komputer.
Ada banyak pilihan preset white balance pada kamera digital, berikut ini beberapa preset WB dan fungsinya
yang umumnya tersedia di kamera digital. Berbicara memilih white balance adalah bukan soal salah atau
benar, namun kita mau seperti apa warna fotonya. Karena terkadang meskipun saat tidak tepat memilih WB
justru menghasilnya foto dengan warna yang unik dan menarik. Penentuan White Balance adalah elemen
sangat penting dalam fotografi digital karena di situ kita menentukan warna foto kita.
Jenis dan Fungsi Preset White Balance :
Auto – Kamera akan mencari pengaturan white balance yang paling sesuai dengan kondisi lapangan.
Tapi dalam kondisi tertentu seringkali kurang tepat sehingga hasilnya standard, kurang maksimal.
Tungsten/Incandescent – disimbolkan dengan ikon bohlam. WB itu cocok digunakan saat anda
memotret di ruangan dengan sumber cahaya bohlam. Karena Tungsten menormalkan obyek yang
berada di ruangan seperti ini. Tetapi ketika menggunakan di luar ruangan atau kondisi normal, hasil
fotonya akan menimbulkan efek kebiru-biruan.
Fluorescent – disimbolkan dengan ikon lampu neon, gunakan saat memotret di ruangan dengan
pencahayaan lampu neon. Jika memasuki ruangan seperti ini, maka gunakanlah mode white balance
Fluorescent. Mode ini bisa menetralkan temperatur obyek dengan cara meredam pijaran warna putih
yang berlebihan.
Daylight/Direct Sunlight – biasanya dengan simbol matahari, sesuai simbulnya gunakan saat berada
di bawah sinar matahari. Karena sistem menormalkan cahaya yang berlebih sehingga hasinya relatif
lebih maksimal dibanding mode Auto White Balance.
Cloudy – disimbolkan dengan awan, gunakan saat memotret di cuaca mendung. Bagus juga dipakai
saat matahari terbit di pagi hari atau senja hari. Modus ini digunakan untuk menambah dan
memperkuat warna kuning kecokelatan.
Flash – simbolnya kilat, jika Anda menggunakan flash hasil warna pada gambar akan kebiru-biruan
karena cahaya flash sifatnya lembut maka gunakanlah flash wb untuk menaikkan warna.
Shade – biasanya simbolnya rumah atau pohon, gunakan saat memotret dalam rumah (siang hari)
atau anda berada di daerah bayangan, bukan bayangan dari sinar matahari langsung. Karena mode
ini bisa menetralkan kesan dingin dengan warna biru yang biasanya diperoleh pada kondisi
lingkungan yang berbayang.
Dengan berbagai pengaturan WB, seperti jenis preset white balance diatas, kita bisa menghasilkan warna
yang akurat sesuai warna aslinya.
Bermula dari seorang ilmuwan bernama Lord Kelvin (William Thomson), yang juga menciptakan lemari es,
cahaya dikelompokkan dalam skala Kelvin. Warna cahaya dimulai dari warna merah sampai ungu. Skala 0
derajat Kelvin adalah sangat merah, sementara skala 10.000 derajat Kelvin adalah sangat ungu. Untuk
acuan cara seting WB kelvin berikut kami berikan daftar temperatur/kelvin sesuai kondisi cahaya:
Daylight = 5.500 Kelvin,
Cloudy = 7.000 Kelvin,
Tungsten = 3.000 Kelvin,
Shade = 8.000 Kelvin,
Fluorescent = 4.000 Kelvin.
Kekurang tepatan dalam pengaturan derajat Kelvin akan menghasilkan warna yang tidak sesuai dengan warna
obyek aslinya. Karena untuk mendapatkan WB yg tepat, kita harus tahu persis suhu warna yang ada di area
pemotretan. Sebagai patokan dalam menggunakan kelvin, berikut ini patokannya :
Jika hasil foto berwarna kebiruan, berarti setting kelvin/temperatur terlalu rendah
Jika hasil foto berwarna kekuningan, berarti setting kelvin/temperatur terlalu tinggi
Semoga pembahasan tentang white balance ini bisa berguna bagi Anda
Cara Menggunakan dan Setting Exposure Compensation
Artikel berikut akan mengajak Anda untuk memahami Exposure Compensation dan bagaimana cara setting
Exposure Compensation pada kamera digital Nikon, Canon atau merek lainnya. Seperti kita ketahui, salah
satu fitur pada kamera digital yang amat penting dalam menentukan eksposure yang tepat adalah Exposure
Compensation (EV +/-).
Pada artikel sebelumnya tentang Segitiga Eksposur atau Exposure Triangle dalam fotografisudah kami bahas
sedikit apa itu xposure Compensation. Deskripsi singkat Exposure Compensation adalah salah satu fitur dari
kamera yang dapat memudahkan membuat sebuah foto tampak lebih terang atau lebih gelap dengan
mudah.
Perlu diingat fungsi Exposure compensation sendiri adalah untuk mengubah hasil dari auto exposure. Dengan
exposure compensation kita bisa mengembalikan foto yang under ataupun over, warna putih akan kembali
putih dan hitam kembali terlihat hitam. Manfaat Exposure compensation selain mampu menjadikan foto lebih
terang atau gelap, juga bisa digunakan agar foto lebih artistik.
Fitur Exposure Compensation ini bisa sangat berguna ketika Anda memotret yang didominasi oleh warna
hitam atau putih. Coba cermati ketika Anda memotret yang didominasi dengan warna putih! Kamera akan
lebih cenderung memberikan hasil under-exposure pada foto tersebut, yah jadinya kamera akan secara tidak
langsung merubah warna putih menjadi abu-abu.
Begitu juga ketika memotret subyek yang didominasi warna hitam. Dengan hanya menggunakan fitur
metering, foto akan cenderung lebih terang ke abu-abuan. Semua situasi ini bisa kita atasi dengan
menggunakan fitur Exposure Compensation yang ada pada kamera digital kita.
Cara Setting Exposure Compensation
Berikut ini adalah cara setting Exposure Compensation di kamera DSLR Canon dan Nikon, untuk kamera lain
kurang lebih sama hanya beda menu saja, alangkah baiknya untuk kamera lain, silahkan cek di buku manual
atau silahkan otak-atik sendiri.
Cara Setting Exposure Compensation di kamera DSLR Canon
Gunakan jempol anda untuk memutar quick contol dial kekanan atau kekiri sembari mata anda
melihat panel LCD atas.
Memutar tombol ke kiri memerintahkan kamera untuk meng-underexpose foto sementara memutar
kekanan memerintahkan kamera untuk over
Anda juga bisa memanfaatkan layar LCD dibelakang dengan Quick Control screen seperti dalam
gamar sebelah kiri diatas
Cara Setting Exposure Compensation di kamera DSLR Nikon
Pencet tombol exposure compensation (EV +/-), biasa ada di dekat tombol shutter.
Dengan tombol exposure compensation tetap ditekan, gunakan jempol anda untuk memutar roda
command dial dibelakang kamera ke kekiri atau kekanan
Lihat panel LCD kamera Nikon Anda, disaat Anda memutar terlihat seberapa besar kompensasi
expsoure yang anda setel.
Catatan disaat menggunakan exposure compensation (EV +/-) :
Jangan menggunakan Exposure Compensation pada mode otomatis atau mode scene seperti sport,
landscape, portrait, dan lain-lain! Gunakan Exposure Compensation saat memotret menggunakan mode
Manual (M), Program (P), Aperture Priority (A atau Av), Shutter Priority (S atau Tv).
Bila kita tidak yakin akan metering yang dilakukan kamera dan ingin mengambil beberapa foto dengan nilai
eksposure yang berbeda, gunakan fitur Ev bracketing. Dengan menentukan rentang nilai negatif dan positif
eksposure, kamera akan mengambil sekaligus tiga foto yang berbeda. Kita bisa memilih mana dari ketiganya
yang menurut kita paling tepat.
Tidak ada standar baku tentang pemakaian exposure compensation ini. Gunakan sesuai kondisi pencahayaan,
tujuan pemotretan dan tentunya selera kita. Meski demikian, fotografer umumnya menghindari banyak area
foto yang over-exposure, karena akan banyak detil foto akan hilang. Satu hal, setelah selesai memotret
dengan fitur Ev, jangan lupa untuk menormalkan kembali setting Ev ini ke posisi default supaya foto-foto
lainnya terhindar dari kesalahan eksposure.
Memahami Definisi Aperture Secara Detail
Pada artikel tips memotret tentang Istilah Dasar Fotografi Yang Wajib Anda Pahami disebutkan istilah Bukaan,
Diafragma, Aperture. Nah pada kesempatan kali ini, kami akan membahas arti aperture secara lebih detail.
Bukaan atau Diafragma atau Aperture adalah istilah fotografi yang mendefinisikan seberapa besar lensa
terbuka (bukaan lensa) saat kita mengambil foto.
Fungsi dari aperture sendiri adalah mengontrol seberapa banyak cahaya yang masuk ke sensor kamera lewat
bukaan pada lensa tersebut. Ketika tombol shutter dipencet, saat itulah lubang di depan sensor kamera akan
terbuka. Dan setingan aperture lah yang menentukan seberapa besar lubang itu terbuka. Semakin besar
terbuka, maka makin banyak cahaya masuk yang akan dibaca oleh sensor kamera.
Aperture atau bukaan dinyatakan dalam satuan F-stop. Seperti diungkap diatas, fungsi utama aperture adalah
sebagai pengendali seberapa besar lubang didepan sensor terbuka. Semakin besar nilai F-nya , makin kecil
diameter / diafragmanya terbuka dan begitu juga sebaliknya, makin kecil angka F-nya makin besar diafragma
terbuka.
Perhatikan ilustari bukaan lensa di bawah ini:
Pada gambar di atas terlihat, F4, F8 dan F16 memiliki perbedaan bukaan lubang/diafragma sebuah lensa. F4
lebih besar terbuka dari pada F8. Dan F8 lebih besar terbuka diafragmanya ketimbang F16.
Berikut nilai aperture yang umum pada sebuah lensa : f/1.4, f/1.8, f/2, f/2.2, f/2.8, f/4.0, f/5.6, f/8, f/11, f/16,
f/22, f32 … Pengaturan aperture dari f/1.4 ke f/1.8 akan membuat cahaya berkurang setengah dari
sebelumnya karena memang diameternya mengecil menjadi setengah seperti yang sudah dijelaskan di atas.
Memahami Teknik Dasar Pencahayaan atau
Lighting dalam Fotografi
Seperti yang sudah sering kami sampaikan bahwa fotografi itu adalah teknik
bermain cahaya, lebih bagus cahaya maka potensi foto bagus akan semakin besar.
Maka dari itu cahaya adalah salah satu pertimbangan paling penting bagi seorang
fotografer.
Fotografer yang sudah berpengalaman selalu akan mempertimbangkan arah
cahaya baik cahaya alami maupun cahaya buatan. Kualitas cahaya itu sendiri sangat
beragam dari ketika matahari terbit di pagi hari sampai terbenam di sore hari.
Keseimbangan antara highlight dan shadow merupakan salah satu efek yang timbul
dari mempertimbahkan arah pencahayaan.
Seperti yang telah disebutkan, terdapat dua cara pencahayaan pada fotografi, Available lighting dan Artificial
lighting.
1. Available lighting (ambient) : Definisi Available lighting adalah pemotretan dengan memanfaatkan
cahaya yang tersedia, baik natural light maupun room light.
2. Artificial lighting : Definisi Artificial lighting adalah pemotretan dengan menggunakan sumber cahaya
yang sengaja ditambahkan seperti penggunaan flash, strobist, studio light, dan alat-alat pendukung
lainnya.
Dasar Pencahayaan atau Lighting Fotografi
Pada artikel fotografi tentang teknik dasar pencahayaan/lighting fotografi kali ini akan kami berikan
contoh dasar lighting fotografi yang sangat simpel. Ada 5 dasar model arah/posisi pencahayaan dalam
fotografi baik alami (sinar matahari) maupun dari sumber cahaya buatan (flash), front light, oval light, side
light, rim light dan back light.
1. Oval Light : posisi lightinng berada di 3/4 object, maka yang terjadi adalah sedikit bagian bayangaan
pada bagian belakang objek
2. Side Light : posisi lighting tepat di samping objek, maka yang terjadi adalah bayangan pada setengah
objek pada sisi yang lain objek yang difoto.
3. Rim Light : posisi berada di bagian belakang dengan sudut 1/4 object, maka yang terjadi adalah bagian
depan gelap sehingga akan terjadi garis pada objeck.
4. Back Light : posisi lighting berada tepat di belakang objek, sehingga bagian depan sepenuhnya gelap
namun di sisi belakang tercipta garis yang sangat jelas.
5. Front Light : posisi lighting berada tepat di depan objek, sehingga bagian depan akan mendapatkan
cahaya yang penuh.
Menikmati setiap hasil jepretan pada subyek dengan berbagai karakter cahaya adalah cara terbaik untuk
mempelajari cahaya mana yang tepat bagi subyek foto kita. Satu hal yang patut diingat adalah cahaya bagus
tidaklah konstan, terkadang kita harus menunggu momen yang pas untuk menghasilkan foto yang sempurna,
atau kita bisa saja kembali ketempat yang sama untuk memotret sebuah subyek, dikarenakan cahaya kurang
bagus ketika pertama kali memotret di tempat tersebut.
Salah satu teknik dasar pencahayaan fotografi ketika berhadapan dengan cahaya matahari yang kuat di siang
hari serta bayangan jelek adalah dengan mencari naungan bagi subyek foto kita. Arah cahaya akan membuat
subyek foto kita menjadi terlihat lebih memiliki dimensi.
15 Tips Fotografi Mendapatkan
Foto Tajam atau Tack Sharp
Tips fotografi cara untuk mendapatkan foto yang tajam atau biasa disebut tack sharp akan melibatkan
banyak hal dengan sebaik-baiknya. Dalam istilah fotografi tack sharp adalah menggambarkan foto yang
menunjukkan fokus yang tajam pada subjek utama, dengan unsur garis yang indah, detail yang tajam, dan
tidak ada bagian yang kabur.
Mendapatkan foto dengan ketajaman maksimal adalah salah satu kunci foto Anda akan menjadi enak
dilihat. Cara mendapatkan foto tack sharp atau foto yang tajam salah satunya dengan mengurangi goyongan
kamera sekecil mungkin.
Ada banyak cara untuk mengurango goyangan kamera yang dapat dilakukan untuk mendapatkan foto yang
tajam. Beberapa berlaku untuk semua situasi, sementara yang lain hanya dapat digunakan dalam keadaan
tertentu, tetapi masing-masing membantu mengurangi jumlah goyangan kamera.
Shutter speed atau kecepatan rana adalah alat yang hebat untuk menyempurnakan eksposur, mengendalikan
foto kabur, dan menciptakan efek menarik.
Kami selalu percaya bahwa dalam fotografi, kita harus menghindari kebuntuan di sisi teknis dari hobi kita ini,
dan fokus pada pengembangan bakat kreatif kita. Namun, ada unsur-unsur teknis tertentu yang penting
untuk mendapatkan foto yang baik, shutter speed atau kecepatan rana adalah salah satunya.
Kecepatan rana adalah 1 dari 3 unsur yang menentukan eksposur foto. Kecepatan rana juga mengontrol
seberapa tajam foto kita, dan memungkinkan kita memperkenalkan banyak efek kreatif menarik ke dalam
foto. Mari kita bahas apa itu kecepatan rana, mengapa hal itu penting, dan bagaimana kita dapat
menggunakannya.
Apa Shutter Speed ?
Di dalam kamera kita, tepat di depan sensor, adalah flap kecil yang disebut rana. Ketika kita mengambil foto,
flap membuka dan menutup untuk membiarkan cahaya mencapai sensor untu menciptakan foto kita.
Kecepatan rana menggambarkan seberapa cepat atau lambat rana membuka dan menutup lagi.
Kecepatan rana rana cepat berarti bahwa ini hanya terbuka untuk waktu singkat, kecepatan rana lambat
berarti rana terbuka lebih lama.
Bagaimana Kecepatan Shutter Diukur ?
Kecepatan rana diukur dalam detik, atau sepersekian detik. Sebagai contoh, kecepatan rana 1/100 berarti
1/100th detik, atau 0,01 detik. Hal ini juga dikenal sebagai “exposure time”, karena berpengaruh pada jumlah
waktu sensor terkena cahaya.
Kebanyakan kamera menawarkan berbagai kecepatan rana, mulai dari hanya sekian detik dan akan sampai
beberapa detik. Kamera digital di era sekarang juga memiliki mode “Bulb” di mana kita dapat menentukan
shutter terbuka selama yang kita inginkan, mau sehari penuh juga bisa :).
Memilih Kecepatan Shutter Terbaik
Dalam modus otomatis, kamera Anda akan mencoba menerka kecepatan rana terbaik untuk menangkap
adegan Anda. Sayangnya, itu tidak selalu bisa melakukannya dengan benar, dan foto Anda dapat berakhir
tidak bagus atau malah kabur.
Sebuah pilihan yang lebih baik untuk beralih ke mode manual dan mengambil kendali kecepatan shutter
sendiri. Ketika melakukannya, Anda perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:
1. Kamera Goyang
Kamera goyang terjadi ketika tangan memegang kamera Anda. Tidak peduli seberapa stabil kekuatan Anda,
karena kita tidak pernah bisa berdiri diam, dan ini menyebakan munculnya gerakan kecil di foto sebagai
blurriness atau kurangnya ketajaman.
Terjadi goyangan kamera ketika memotret, dan menyebabkan obyek kabur. Image by Ayres Dean.
Anda dapat menghindari guncangan kamera dengan menggunakan kecepatan rana yang lebih cepat. Ini
lebih terlihat ketika menggunakan lensa dengan focal length yang panjang, sehingga semakin berat lensa,
semakin Anda harus meningkatkan kecepatan rana Anda untuk menghindari guncangan kamera.
Sebagai aturan praktis, Anda harus menggunakan kecepatan rana minimum panjang 1/focal. Jadi untuk lensa
200mm, gunakan shutter speed minimal 1/200. Saat menghitung ini, gunakan panjang efektif fokus lensa
Anda, yang ditemukan dengan mengalikan panjang fokus dengan kamera Anda crop factor.
2. Motion Blur
Keburaman gerakan yang terjadi ketika kita memotret subjek yang bergerak, katakanlah seorang pelari. Jika
Anda menggunakan kecepatan rana lambat, pelari akan bergerak melintasi frame sementara shutter terbuka,
menyebabkan pelari terlihat kabur di gambar akhir.
Kita dapat menghindari blur dengan menggunakan kecepatan rana yang lebih cepat. Melakukan hal itu
berarti subjek akan bergerak sementara rana terbuka, mengurangi efek kabur. Dengan kecepatan rana cukup
cepat, hal ini akan membekukan gerakan pelari.
Tapi sebelum kita mengatur kecepatan rana setinggi yang kita inginkan, kita juga harus mempertimbangkan
apakah kita benar-benar ingin menghilangkan motion blur. Karena perlu diketahui, efek motion blur adalah
cara terbaik untuk menyampaikan kecepatan atau gerakan dalam sebuah adegan. Kita juga dapat menggeser
kamera kita untuk menjaga subjek tajam dan mengaburkan latar belakang menggunakan teknik panning.
3. Pencahayaan
Kita juga perlu memastikan bahwa subjek yang difoto terkena cahaya. Sebuah kecepatan rana lambat
memungkinkan lebih banyak cahaya, sementara kecepatan rana yang lebih cepat memungkinkan cahaya
yang masuk lebih sedikit. Kita harus memilih kecepatan rana yang memungkinkan hanya dalam jumlah cahaya
yang tepat, untuk memberikan foto yang tidak terlalu terang (overexposed) atau gelap (underexposed), dan
yang memiliki tingkat detail yang baik di daerah yang paling penting.
Ingat, pada teori segita exposore bahwa eksposur tidak hanya tentang kecepatan rana, namun juga
tergantung pada aperture dan ISO. Sebuah teknik yang baik adalah untuk memilih kecepatan rana yang
memberikan jumlah yang diinginkan, dan kemudian menyesuaikan aperture dan ISO untuk memberikan
eksposur secara keseluruhan.
4. Efek Kreatif
Dengan menggunakan kecepatan rana yang sangat lambat atau sangat cepat, kita dapat memperoleh
beberapa efek kreatif menarik ke dalam foto kita. Dengan menggunakan kecepatan rana lambat kita bisa
membuat efek kabut pada ombak lautan yang dramastis. Atau, dengan menggunakan kecepatan rana yang
sangat cepat, kita bisa menangkap beberapa gerakan beku yang menakjubkan. Seperti burung terbang, aksi
olahragawan, atau percikan air.
Penggunaan kecepatan rana sangat cepat untuk membekukan gerakan. Image by Diego Diaz.
Jangan takut untuk mencoba pengaturan shutter speed. Yang biasanya kita hindari, sekali-kali boleh untuk
dicoba siapa tahu mendapatkan perspektif baru dengan efek foto yang lebih menarik. Cara terbaik
untuk belajar fotografi tentang kecepatan rana adalah atur kamera Anda menggunakan mode manual atau
mode shutter priority.
Menghindari Kesalahan Saat Pemotretan
Ada pepatah aturan itu dibuat untuk dilanggar. Nah seperti itulah di dunia fotografi. Terkadang saat kita
melanggar aturan juga bisa mendapatkan foto yang bagus. Misalkan saja kita menempatkan garis horison di
tengah-tengah frame foto, padahal di aturan Rule Of Third Fotografi disarankan untuk menempatkan garis
horison di bagian 2/3 foto.
Jika kita menempatkan horison di tengah-tengah namun masih ada refleksi awan misalnya, foto kita masih
akan tetap kelihatan bagus. Percaya atau tidak banyak orang yang sudah mempraktekkan hal ini kok. Apakah
hal yang sama pernah terjadi pada Anda, melakukan kesalahan namun hasilnya masih bagus ?
Kembali dengan pepatah belajar dari kesalahan, coba jangan pernah menganggap foto yang pernah kita
hasilkan adalah foto yang tak luput dari kesalahan. Eksplorasi sebuah scene foto Anda lebih dalam lagi, dan
jangan pernah menganggap foto sebelumnya yang Anda ambil adalah yang terbaik.
Pengalaman membuktikan bahwa Kita akan mendapatkan foto yang lebih bagus lagi hanya dengan
meluangkan waktu menemukan dan mencoba semua prespektif yang ditawarkan oleh sebuah obyek.
Foto Blur
Siapa bilang foto blur itu jelek, bahkan ada komunitas yang hanya fokus untuk belajar mendapatkan foto-
foto blur yang bagus. Secara teori foto blur disebabkan karena gerakan kamera saat memotret terlebih
pengaturan speed yang lambat.
Masih ingat artikel cara mendapatkan foto yang tajam kan ? di artikel tersebut disebutkan salah satu cara
untuk mendapatkan foto tajam adalah dengan berusaha sebaik mungkin agar kamera tidak bergerak. Pernah
melihat foto penari balet yang hasilnya blur ? gimana ? tetap keren bukan ?
Lensa Wide Untuk Foto Portrait
Ada yang bilang foto portrait menggunakan lensa wide haram hukumnya :). Tak perlu kuatir akan hal itu.
Banyak foto portrait yang menggunakan lensa wide bahkan lensa fish eye yang mampu mendapatkan efek
distorsi yang diakibatkan oleh focal length pendek bisa menghasilkan foto bagus kok.
Gari Horizon Di Tengah Frame
Mengacu rule oh third, saat memotret landscap horison ditempatkan di 2/3 bagian frame foto. Namun coba
lihat foto di bawah ini. Horison di tengah frame juga tidak kalah cantiknya bukan.
Ok aturan untuk dilanggar ada benarnya, namun tetap menggunakan seni untuk melanggar aturan tersebut.
Selamat berkaya, salam fotografi !
Tiga Hal Yang Harus Diperhatikan
Sebelum Membuat Komposisi
Memang teknik fotografi itu penting, bahkan puenting buwanget. Tapi…dengan menguasai teknik fotografi
saja belum cukup. Misal kita bisa memotret dengan penguasaan bagus, tapi kalau hasil fotonya tidak memiliki
komposisi foto tersebut sudah tentu tidak menarik pemirsa.
Komposisi dalam fotografi adalah menyusun elemen-elemen menjadi satu foto. Elemen sendiri ada beberapa
jenis, misalnya garis, warna, bentuk, pattern, gelap terang dan lain-lain.
Nah setelah memahami apa itu komposisi dan mengerti teknik fotografi, sekarang Anda harus tahu, ada tiga
hal yang harus diperhatikan sebelum membuat komposisi dalam fotografi. 3 hal utama ini sangat penting
untuk modal awal membuat komposisi foto agar lebih menarik dilihat pemirsa.
3 Hal Utama Yang Harus Diperhatikan Sebelum Membuat Komposisi
1. Point of Interest atau Subjek Foto
Biasa disebut POI atau Point of Interest atau subjek foto atau titik fokal menjadi modal awal membuat
komposisi. Apa itu POI ? baca artikel tentang definisi Point of Interest yang sudah ditulis terlebih dahulu.
Anda harus tahu, foto tanpa memiliki POI akan membuat bingung mata pemirsa mengartikan maksud dari
foto tersebut. Memang, tidak semua foto perlu subjek, contohnya foto abstrak. Tapi sebagian besar foto
membutuhkan subjek.
Tujuan utama memberikan subjek foto itu agar pemirsa jangan sampai bersusah payah menemukan arti dari
hasil foto Anda. Salah satu cara supaya jelas adalah dengan membuat ukuran subjek lebih besar atau
menonjol dibandingkan dengan orang atau benda yang lain.
Selain subjek foto atau POI, lengkapi juga komposisi foto Anda dengan rumus subjek-predikat-objek. Contoh
komposisi foto misalnya seorang nelayan di pinggir laut sedang duduk sambil ngopi dengan latar belakang
lautan yang terlihat biru.
2. Foreground dan Background
Setelah subjek foto Anda juga harus memperhatikan foreground dan background hanya sebagai pelengkap.
Jangan sampai background dan foreground memiliki kesan terlalu kuat yang dapat mengalihkan perhatian
pemirsa foto Anda. Misalnya saja Anda memotret seorang model cantik, kemudian lupa memperhatikan ada
pohon di belakangnya, alhasil foto model yang ada pohon dibelakang kepala akan menjadi perhatian
tersendiri. Kecuali jika melakukan pemotretan dengan lensa bukaan diafragma super lebar.
Foto oleh studiohappymoment
Begitu juga dengan foreground atau sesuatu yang ada didepan subjek bisa memberikan kesan dimensi pada
foto Anda. Foreground bisa menguatkan foto akan tetapi juga bisa mengacaukan komposisi foto Anda jika
tidak dipilih dan ditempatkan dengan baik. Contoh foreground yang sering digunakan misalnya dedaunan,
bingkai seperti pintu, jendela.
3. Memilih Sudut Pandang
Yang ketiga yang menjadil hal utama untuk membuat komposisi adalah pentingnya memilih sudut
pandang. Memilih posisi memotret dan lensa yang digunakan akan membuat perspektif yang berbeda.
Imajinasikan dan tentukan dulu hasil foto yang ingin didapat, baru memilih lensa dan posisi yang tepat.
Dengan kata lain, jangan diam di tempat saja saat tiba di lokasi, carilah sudut pandang dan juga gunakan
lensa dengan jarak fokus yang bervariasi.
Fotografi Travel
Apa yang membedakan fotografi travel dengan fotografi landscape, human interest, street photography, dan
lain-lain? Semua bagian dari genre itu ada dalam foto travel, karena dalam perjalanan kemana pun, kita pasti
bisa menemukan semua unsur landscape, Human Interest, still life, food, street dan bahkan sport
photography.
Foto travel itu lengkap dan sangat fleksibel, hanya saja dalam foto travel lebih diutamakan keaslian dari
gambar dengan situasi asli gambar itu berasal. Mengapa demikian?
Foto travel merupakan referensi bagi kita dan orang lain yang sedang menyimak foto kita. Untuk
menceritakan dengan baik, berikut adalah tips fotografi travel untuk pembaca yang sedang belajar tips
fotografi.
Tips Fotografi Travel
• Check list lokasi pariwisata & Kuliner. Buatlah check list sebelum kita berangkat pergi berlibur. Checklist
yang berisi tentang lokasi pariwisata tujuan kita. Browsing dan melihat referensi tentang foto-foto daerah
tersebut bisa membantu.
• Siapkan peralatan kamera yang praktis dan ringan. Membawa kamera yang besar, lengkap dan berat bisa
mengurangi mobilitas kita. Siapkan kamera dan lensa yang bisa memotret segala kondisi. Pastikan semua
peralatan kamera lengkap termasuk bateray.
• Siapkan memory cards dengan kapasitas yang besar atau miliki beberapa memory cards kapasitas
medium. Hal ini untuk mencegah foto yang tersimpan penuh sehingga harus menghapus beberapa foto
selama perjalanan.
• Usahakan paham dengan situasi cuaca didaerah yang ingin kita kunjungi. Apabila sedang musim hujan,
jangan kuatir tidak bisa memotret. Siapkan jas hujan untuk kamera (bisa dibeli di toko kamera atau buat
sendiri)
• Pahami situasi sosial daerah tujuan wisata beserta adat istiadatnya. Kesopanan masing- masing daerah
tentu berbeda. Memotret penduduk lokal sebagai salah satu bagian dari dokumentasi bisa membuat
permasalahan jika tidak meminta ijin terlebih dahulu.
• Selalu memotret dengan alternatif shot Wide angle, medium dan close up dan bahkan format portrait
dan landscape.
• Jika sempat catatlah beberapa informasi dari foto, seperti nama lokasi, keunikan tempat tersebut dan
peristiwa pribadi yang terjadi ketika foto itu diambil. Catat di ponsel, buku harian atau unggah ke media
sosial untuk mengingat.
Memotret Manusia Saat Travelling
Masalah bahasa biasanya menjadi persoalan utama ketika kita sedang melancong atau traveling ke suatu
wilayah, terutama saat hendak memotret orang-orang yang kita temui. Gara-gara itu, tak jarang kita pun
menjadi tidak pede untuk berkomunikasi atau melakukan pendekatan personal dengan mereka.
Namun, tahukah Anda bahwa bahasa itu tidak verbal saja, melainkan juga non-verbal? Yang lebih
mencengangkan, ternyata keberhasilan komunikasi justru didominasi oleh bahasa non-verbal. Dari sebuah
penelitian diperoleh hasil bahwa hampir 60% keberhasilan itu ditentukan oleh bahasa non-verbal, 30 % oleh
intonasi suara atau vokal, dan 10% oleh bahasa verbal.
Kesimpulannya, kita tidak perlu merasa ragu atau tidak percaya diri untuk membangun komunikasi dengan
siapapun di tempat-tempat yang kita kunjungi. Setidaknya itulah yang sering dilakukan banyak orang
fotografer ketika traveling ke berbagai daerah baik di dalam maupun luar negeri.
Tips Memotret Manusia Saat Travelling
3 Kata-kata Ajaib
Ada tiga kata penting yang biasanya digunakan untuk membangun komunikasi, yaitu terima kasih (thanks/
thank you), maaf (sorry) dan tolong (please). Untuk keperluan photo trip, tiga kata ajaib tersebut bisa saja
dimodifikasi seperti ini: “halo, apa kabar?,” “maaf” dan “terima kasih”.
Setiap orang akan lebih merasa dekat ketika kita ajak bertegur sapa dengan bahasa (daerah) mereka.
Meskipun kita mengucapkannya dengan terbata-bata atau sedikit salah, mereka akan lebih menghargai kita.
Cobalah untuk menguasai minimal tiga sapaan tersebut dalam bahasa daerah yang kita kunjungi. Rasakan
keajaiban dalam diri kita bahwa kita akan lebih percaya diri dalam mendekati mereka, dan mereka pun akan
lebih mudah akrab dengan kita. Dengan begitu, kita akan lebih mudah untuk memotret tanpa membuat
mereka marah atau curiga terhadap kita.
Mengapa kita harus repot-repot menyiapkan komunikasi sedemikian rupa, padahal kita hanya bermaksud
memotretnya? Dalam tips memotret orang, hal utama yang harus kita perhatikan adalah personality, itulah
yang membedakan dari subyek-subyek lainnya. Kita tidak hanya memotret wajah dan tubuhnya saja, tetapi
juga jiwa, emosi dan karakternya.
Bahasa Tubuh Saat Berkomunikasi
Selain kata-kata ajaib tadi, bahasa tubuh juga punya peran penting dalam membangun komunikasi
ketika memotret manusia saat travelling. Kita perlu membiasakan diri menggunakan gerakan- gerakan di
wajah (termasuk senyum), tangan atau badan ketika berbicara atau berkomunikasi dengan orang lain. Ini
akan menjadikan suasana lebih hangat/akrab, bayangkan betapa kakunya bila kita hanya bicara tanpa disertai
gerakan-gerakan tersebut.
Ketika kita mendengarkan penjelasan dari lawan bicara, kita harus menunjukkan bahwa kita memperhatikan
secara seksama dengan menggunakan bahasa tubuh, misalnya dengan memosisikan tangan lebih menyatu
ke badan, serta wajah yang konsentrasi memperhatikan-nya.
Selanjutnya, kita juga perlu belajar memahami bahasa tubuh yang menjadi ciri khas daerah yang kita tuju. Di
Jepang, misalnya, saat mengucapkan terima kasih atau selamat tinggal, kita perlu membungkuk agak dalam
beberapa kali. Di India, kita perlu menggelengkan kepala untuk mengiyakan, atau di Thailand, kita sebaiknya
menangkupkan telapak tangan saat bertemu atau mengucapkan terima kasih. Jadi, tiga kata ajaib dan bahasa
tubuh mampu membuat kita akrab, dan juga membuat saya bisa memotret mereka dengan baik.
Jadikan Teman
Menjadikan orang yang kita temui sebagai teman juga bisa memperlancar jalinan komunikasi kita, termasuk
dalam urusan potret-memotret. Ketika kita ingin memotret seorang penjual cendera mata, misalnya, mungkin
kita perlu membeli dagangannya terlebih dulu sambil menjalin komunikasi sampai terjalin keakraban
layaknya teman. Barulah setelah itu kita meminta izin untuk memotretnya.
Contoh lainnya, selagi kita menjadi pelanggan di sebuah restoran atau rumah makan tradisional, manfaatkan
waktu untuk berkenalan dengan pelayan atau pengelolanya. Di saat sudah akrab, kita baru meminta izin untuk
memotret subyek-subyek yang ada di situ, seperti makanan, orang-orangnya sampai dapurnya. Perlihatkan
beberapa jepretan kita yang menarik kepada mereka. Kalau mereka menginginkan gambarnya, kita cukup
meminta e-mail mereka untuk mengirim foto-foto yang diinginkan di kemudian hari.
Semi Otomatis
Dari berbagai pengalaman traveling, kemampuan non-teknis, seperti membangun komunikasi, memang lebih
menentukan keberhasilan kita dalam mendapatkan gambar-gambar terbaik. Keakraban yang terbangun akan
membuat kita lebih leluasa dalam melakukan pemotretan, termasuk dalam memilih angle atau memposisikan
diri kita untuk mendapatkan titik pemotretan terbaik. Bahkan apa yang disebut decisive moment pun
mungkin bisa kita dapatkan gambarnya.
Dalam memotret manusia saat traveling, seringkali memilih mode semi otomatis seperti mode “A” (Aperture
Priority) dan ISO yang paling aman, sehingga saya tinggal menentukan aperture-nya dan kamera yang akan
menentukan kecepatan rananya. Dengan demikian, kita bisa lebih banyak berkonsentrasi untuk mencari angle
yang akan membangun komposisi-komposisi kreatif, serta siap menangkap momen yang mungkin terjadi,
dan mungkin hanya berlangsung sepersekian detik.
Foto Selfie Agar Terlihat Keren
Foto selfie adalah kegiatan memotret diri sendiri sudah semakian sudah untuk dihindari. Tua muda dan tanpa
mengenal biodata, kegiatan foto selfie sudah menjadi keharusan tersendiri bagi sebagian orang. Dimanapun
berada, baik itu dirumah, dikamar, di mobil, di mall bahkan dijalan sekalipun ‘mereka’ akan mencoba
memotret selfi.
Kegiatan foto selfie pun idak hanya berasal dari kalangan orang biasa, kalangan sekelas kepala negara pun
gemar ber-selfie-ria dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi saat ini dalam bentuk smartphone
ataupun kamera saku. Beberapa waktu yang lalu bahkan bahkan telah beredar foto selfie Jokowo dan JK calon
presiden dan wakil presiden Indonesia saat ini.
Namun tanpa disadari banyak orang, terkadang hasil foto selfie yang mereka hasilnya hanya sekedar sebuah
jepretan tanpa ada arti dan seni. Nah, agar hasil foto selfie pembaca tipsfotografi.net ini mendapatkan hasil
yang sempurna, lakukan tips foto selfie berikut ini:
Tips Foto Selfie Agar Terlihat Keren dan Sempurna
Bagaimanapun juga fotografi adalah bermain dengan cahaya gelap dan terang. Sehingga pencahayaan
menjadi tips dan triks foto selfie yang terpenting. Dengan cahaya yang cukup maka kita bisa memotret foto
selfie dan mendapatkan objek foto dengan maksimal. Tak hanya wajah, namun juga keindahan lain dari Anda,
misalkan rambut.
Tak ada aturan khusus untuk memotret foto selfie, selama foto tersebut sopan dan tidak mengandung unsur
SARA. Tapi, ada sejumlah trik sederhana untuk mengubah foto selfie biasa menjadi luar biasa. Persiapan
menjadi salah satu tips foto selfie yang keren. Persiapan ini yang bisa membuat Anda tampil menarik dan
percaya diri. Apapun wujudnya, pokoknya persiapkanlah.
Elemen penting lainnya untuk menghasilkan foto selfie yang keren adalah background atau latar belakang
yang bersih. Foto Selfie tidak akan bagus jika melakukannya di dalam ruangan kotor atau berantakan. Untuk
itu, Anda harus selalu memeriksa lingkungan sekitar ketika melakukan selfie. Latar belakang foto seperti
dinding berwarna cerah dan tirai bertekstur bisa menjadi pilihan.
Tongsis atau tongkat narsis saat ini sudah menjadi properti wajib bagi penggemar foto selfie. Jika kamera
depan Anda tidak wide angle, masih bisa disiasati dengan aksesori pendukung yaitu tongsis semacam
monopod. Tongis akan berguna kita Anda sedang melakukan traveling dan tidak ingin merepotkan orang di
sekitar dengan meminta bantuan untuk memotret karena bisa melakukan sendiri berkat tongsis.
Jenis fotografi apapun, komposisi adalah hal penting yang tidak bisa dihilangkan. Jika ingin menghasilkan
foto selfie yang bagus, sebaiknya gunakan komposisi yang seimbang. Ingatlah ketika Anda sedang berselfie
ria, Anda tidak sedang foto untuk KTP atau paspor. Jadi, jangan tegang dan datar. Jangan ragu-ragu untuk
menunjukkan ekspresi dengan berbagai gaya wajah. Inilah waktunya untuk seru-seruan dengan mencoba
berbagai ekspresi. Terlepas dari akurasinya yang masih perlu dipertanyakan, selfie dengan gaya unik atau
gokil memang lebih memancing minat untuk dilihat. Banyak orang tidak mempertimbangkan sudut
pengambilan foto (angle) saat melakukan selfie. Cobalah berbagai gaya agar foto tampak menarik.
Tips foto selfie yang terakhir yang perlu Anda coba adalah aplikasi pengedit foto. Tips untuk menghasilkan
foto selfie yang lebih bagus, Anda bisa menggunakan aplikasi pengedit foto dengan memberikan berbagai
filter sesuai selera. Gunakan filter yang tersedia pada kamera ponsel, untuk membuat wajah terlihat lebih
putih dan bersih. Anda bisa menggunakan filter untuk memberikan kesan vintage atau lainnya.
Dari semua tips foto selfie di atas, hal terpenting untuk keberhasilan foto selfie adalah percaya diri. Karena
selfie biasanya dilakukan untuk bersenang-senang, tidak hanya sendiri, tapi juga bisa bersama teman-teman
dan keluarga. Karena itu jangan takut mencoba berbagai gaya yang berbeda untuk mendapatkan foto selfie
yang keren dan sempurna.
Memotret Landscape
Gampang atau sulitkah memotret lansekap itu? Jawabnya tentulah bisa gampang dan bisa sulit. Gampangnya,
ke mana pun mata memandang, itulah lansekap.
Semudah itukah memotret lansekap? Ya, apabila itu sudah memenuhi sejumlah hal, atau sebutlah
persyaratan, untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Fotografi panggung menjadi salah satu jenis fotografi yang cukup unik, karena dalam setiap pengambilan
gambarnya fotografer dituntut memahami teknik memotret panggung dalam pengambilan gambarnya.
Fotografi panggung sendiri bertujuan untuk merekam acara pertunjukan, apa pun pertunjukannya baik
konser musik, pertunjukan tari kontemporer Dll.
Secara umum, pertunjukan panggung itu dirancang oleh penyelenggara untuk ditonton, bukan difoto. Jadi
jangan berharap soal kerataan cahaya dall. Maka dari itu ketika memotret panggung, fotografer harus bisa
menyiasati beberapa penyesuaian diri, khususnya dalam hal pencahayaannya fotografi panggung.
Ada kalimat yang masih teringat, tapi lupa ini diucapkan oleh siapa. Jadi untuk menghasilkan fotografi
panggung yang baik, pengetahuan fotografi saja tidak cukup. Dibutuhkan pendekatan-pendekatan dan
adapatasi lainnya sebagai bekal tambahan.
Adaptasi dalam membaca perubahan mood sampai dengan sifat pencahayaan yang menantang yang harus
kita hadapi saat mengatur setting di kamera untuk memotret aksi panggung sangat diperlukan. Jika anda
yang belum pernah memotret panggung semacam konser musik dll-nya, berikut beberapa tips singkat
fotografi panggung supaya hasil foto Anda lebih menarik.
Persiapan
Sebagai persiapan awal memotret aksi panggung yang tak boleh dilupakan adalah susunan acara. Dengan
mengetahui susunan acara ketika memotret panggung kita bisa lebih santai sedikit. Kita juga bisa hemat
waktu kapan kita harus mendekati panggung dan kapan juga kita bisa leluasa menjauh. Dengan begitu kita
bisa lebih berkonsentrasi ketujuan semula yaitu belajar fotografi panggung.
Persiapan kedua yaitu bawalah peralatan fotografi Anda yang seperlunya saja. Dengan bawaan sedikit kita
bisa bebas dari beban berat dan tentu saja kita jadi bebas bergerak dan tak mudah capek. Selain susuna acara
cari tahu juga tentang tema, kondisi panggung, denah panggung, dan kalau bisa mengikuti gladi bersih.