Struktur Bidang PDF
Struktur Bidang PDF
Struktur Bidang
Kedudukan sebuah struktur bidang dapat diwakili oleh sepasang angka. Terdapat
dua cara penulisan yang dapat digunakan untuk menuliskan sepasang angka
tersebut, yaitu :
Sebuah garis jurus (stike line) dapat didefinisikan sebagai sebuah garis horizontal
yang terletak pada suatu struktur bidang. Sebuah garis jurus pada suatu struktur
bidang dapat dibayangkan sebagai perpotongan antara bidang horizontal imajiner
dengan struktur bidang tersebut (ingat bahwa perpotongan antara dua buah
bidang adalah sebuah garis).
Di beberapa lokasi tertentu di lapangan, garis jurus dapat dilihat secara langsung,
misalnya di tebing-tebing yang berada di pinggir laut yang tenang (Gambar 3.1).
Perpotongan antara permukaan laut dengan permukaan tebing merupakan garis
jurus pada permukaan tebing tersebut.
Gambar 3.1. Perpotongan antara permukaan laut (bidang horizontal) dan permukaan tebing
adalah garis pantai. Garis pantai ini dapat mewakili garis jurus pada permukaan tebing tersebut.
Tebing A memiliki jurus N-S, Tebing B memiliki jurus NE-SW, and Tebing C memiliki jurus E-W*.
Jurus suatu struktur bidang pada lokasi tertentu adalah sudut antara garis jurus
dengan utara sebenarnya. Dengan kata lain, jurus adalah sudut antara garis
horizontal pada suatu struktur bidang dengan utara sebenarnya. Jurus merupakan
besaran sudut yang diukur dalam satuan derajat (0) dengan menggunakan
kompas. Setiap sudut yang diukur dengan menggunakan kompas disebut arah
(baearing atau azimuth) (lihat Sub Bab 2.2).
Jurus suatu struktur bidang dapat dideskripsikan dengan dua cara. Cara pertama
dikenal sebagai konvensi kuadran. Dalam konvensi ini, seluruh kemungkinan
*
Dalam diktat ini, arah mata angin dalam bentuk singkatan dalam Bahasa Inggris tidak diterjemahkan ke
Bahasa Indonesia.
arah dibagi ke dalam empat kuadran (NE, SE, NW, dan SW) yang masing-masing
kuadran memiliki besar 900 (Gambar 3.2a), dan jurus ditentukan dengan
memberikan angka dalam derajat yang mewakili besar sudut (bisa ke arah barat
atau timur) antara garis jurus dengan utara sebenarnya. Beberapa contoh
penentuan dan penulisan jurus dalam konvensi kuadran adalah sebagai berikut :
• Jika garis jurus pada suatu struktur bidang tepat berarah N-S, dalam
konvensi kuadran jurus struktur bidang tersebut ditulis N00E atau N00W,
dan dibaca "north nol derajat east" atau "north nol derajat west".
• Jika garis jurus pada struktur bidang tepat berarah NW-SE, dalam konvensi
kuadran jurus struktur bidang tersebut ditulis N450W atau S450E dan
dibaca "north empat puluh lima derajat west" atau "south empat puluh lima
derajat east".
• Jika garis jurus pada struktur bidang tepat berarah NE-SW, dalam konvensi
kuadran jurus struktur bidang tersebut ditulis N450E atau S450W dan
dibaca "north empat puluh lima derajat east" atau "south empat puluh lima
derajat west".
Gambar 3.2. Konvensi untuk mendeskripsikan jurus. (a) Konvensi kuadran. (b) Konvensi azimuth.
Dari contoh-contoh di atas, dapat dilihat bahwa penulisan dan penyebutan jurus
dengan mengacu terhadap arah utara selalu memiliki pasangan yang sama
dengan penulisan dan penyebutan jurus dengan mengacu terhadap arah selatan.
Hal ini disebabkan karena tidak ada keharusan untuk membedakan titik-titik
ujung dari sebuah garis horizontal. Namun, jika konvensi kuadran harus
digunakan, telah menjadi kebiasaan bagi para ahli geologi untuk selalu menulis
dan menyebut jurus dengan mengacu terhadap arah utara.
• Jika garis jurus tepat berarah N-S, maka jurusnya adalah N00E atau N1800E.
• Jika garis jurus tepat berarah E-W, maka jurusnya adalah N900E atau
N2700E.
• Jika garis jurus tepat berarah NW-SE, maka jurusnya adalah N1350E atau
N3150E.
• Jika garis jurus tepat berarah NE-SW, maka jurusnya adalah N450E atau
N2250E.
• Kemiringan (Dip) Struktur Bidang
Kemiringan sebenarnya (true dip) dari suatu struktur bidang adalah sudut antara
struktur bidang tersebut dan sebuah bidang horizontal yang diukur pada bidang
vertikal tertentu. Bidang vertikal yang tertentu ini memiliki orientasi yang tepat
tegak lurus dengan garis jurus (Gambar 3.3a). Pada sebuah struktur bidang,
kemiringan sebenarnya selalu merupakan kemiringan lereng yang paling besar,
dan arah kemiringan sebenarnya merupakan arah yang tepat tegak lurus jurus.
Arah kemiringan sebenarnya selalu ditentukan pada arah turun lereng
(downslope).
Gambar 3.3. Diagram blok yang memperlihatkan arti dari kemiringan. (a) Kemiringan sebenarnya
(δ), dengan arah panah menunjukkan arah kemiringan. (b) kemiringan semu (α).
Kemiringan yang diukur pada bidang vertikal yang tidak tegak lurus garis jurus
disebut sebagai kemiringan semu (apparent dip) (Gambar 3.3b). Besar kemiringan
semu harus selalu lebih kecil dari pada besar kemiringan sebenarnya. Besar
kemiringan semu yang diukur pada bidang vertikal yang mengandung garis jurus
adalah nol derajat (00).
Kemiringan* dideskripsikan sebagai sudut yang memiliki besar antara 00 dan 900.
Bidang dengan kemiringan 00 adalah bidang horizontal, sedangkan bidang
dengan kemiringan 900 adalah bidang vertikal. Pada umumnya, kemiringan
antara 00 dan 200 dianggap sebagai kemiringan landai (shallow), kemiringan antara
200 dan 500 dianggap sebagai kemiringan sedang (moderate), dan kemiringan
antara 500 dan 900 dianggap sebagai kemiringan terjal (steep) (Gambar 3.4). Untuk
lapisan terbalik (overturned), kemiringan tetap dideskripsikan sebagai sebuah
sudut yang lebih kecil daripada 900, tetapi pada peta digunakan simbol yang
berbeda.
Gambar 3.4. Klasifikasi untuk kemiringan sebuah lapisan. Gambar ini menunjukkan adanya
lipatan terbalik (overturned). Panah-panah di dalam lapisan menunjukkan stratigrafi ke arah muda.
Kedudukan suatu struktur bidang secara lengkap terdeskripsikan jika (i) jurus, (ii)
kemiringan, dan (iii) arah umum dari kemiringan, ditunjukkan. Sebagai contoh :
*
Untuk selanjutnya, dalam banyak tempat, "kemiringan sebenarnya" akan ditulis sebagai
"kemiringan" saja.
Tabel 3.1. Contoh cara penulisan kemiringan dan arah kemiringan untuk struktur bidang.
Dalam konvensi azimuth, jurus harus selalu dituliskan dengan tiga digit angka dan
kemiringan harus selalu dituliskan dengan dua digit angka ditambah dengan arah
kemiringan. Banyak ahli geologi menggunakan sistem yang lebih cepat untuk
dituliskan, dan sistem ini dikenal sebagai aturan tangan kanan (right-hand rule)*.
Jika kita mengikuti aturan tangan kanan, kita harus memilih arah jurus sehingga,
jika kita menghadap pada arah jurus tersebut, struktur bidang miring ke arah
*
Aturan tangan kanan telah lama diterapkan, sehingga dalam kasus di mana penulisan kedudukan struktur
bidang dalam konvensi azimuth tidak mencantumkan arah umum kemiringan, maka arah kemiringan
ditentukan dengan menganggap penulisan kedudukan tersebut mengikuti aturan tangan kanan.
kanan (Gambar 3.5a). Dengan demikian, dari setiap pengukuran struktur bidang
dengan menggunakan kompas, arah kemiringan akan selalu dapat ditentukan
dengan menambahkan 900 searah perputaran jarum jam (clockwise) terhadap besar
jurus (Gambar 3.5b). Salah satu keuntungan dari penerapan aturan ini adalah
kedudukan strutur bidang dapat dideskripsikan secara keseluruhan dalam angka.
Gambar 3.5. Ilustrasi aturan tangan kanan (right-hand rule) untuk mendeskripsikan jurus dan
kemiringan. (a) Struktur bidang miring ke arah kanan terhadap garis pandang. (b) Angka dip
ditentukan dengan menambahkan 900 searah perputaran jarum jam (clockwise) terhadap besar
jurus.
Pada peta, jurus ditandai dengan garis yang digambarkan sejajar dengan garis
jurus. Garis jurus sebaiknya digambarkan dengan panjang yang cukup (± 10 mm)
sehingga arahnya dapat ditentukan secara akurat di peta. Tanda kemiringan
diterakan pada titik tengah garis jurus, digambar menunjukkan arah kemiringan
dengan panjang 1/3 panjang garis jurus. Besar kemiringan dicantumkan di ujung
tanda kemiringan, ditulis dengan orientasi sejajar garis batas bawah/atas peta.
25
75
Jurus dan kemiringan lapisan Jurus dan kemiringan belahan (cleveage)
60
Lapisan membalik Belahan vertikal
90
Lapisan vertikal top Belahan horisontal
50
Jurus dan kemiringan foliasi Kekar vertikal
Gambar 3.7. Perpotongan antar korok (garis tebal) dengan dinding penambangan. Jurus korok
tidak tegak lurus dinding penambangan, karena itu sudut yang dibentuk oleh jejak (trace) korok
pada dinding penambangan dengan garis horizontal adalah kemiringan semu. φ adalah
kemiringan sebenarnya, µ adalah kemiringan semu pada bidang penambangan berarah E-W, dan
δ adalah kemiringan semu pada bidang penambangan berarah N-S.
Masalah 2-1
Dengan menggunakan geometri deskriptif, tentukan kemiringan sebenarnya dari
sebuah bidang perlapisan jika diketahui jurus bidang perlapisan = 3300 dan
kemiringan semu pada arah 2600 = 250.
Gambar 3.8.
3. Jadikan AB sebagai garis lipat F1, dan putar proyeksi penampang (bidang
penambangan) ke bidang proyeksi peta. Gambar garis AN yang memiliki
sudut δ terhadap AB, dan gambar garis yang tegak lurus AB dan
memotong AN (garis BB'). Sedapat mungkin, jadikan panjang BB' memiliki
angka yang bulat dalam satuan milimeter. Beda tinggi (jarak) antara B dan
B' adalah sebesar d.
4. Gambar garis XY yang sejajar garis jurus dan melalui titik B. Gambar garis
dari A yang tegak lurus garis jurus dan memotong XY. Namakan
Masalah 2-2
Dua buah kemiringan semu terletak pada sebuah struktur bidang. Kemiringan
semu pertama berarah 2400 dengan besar 250, kemiringan semu kedua berarah
1700 dengan besar 200. Tentukan jurus dan kemiringan struktur bidang tersebut.
Pada peta geologi, jurus dan kemiringan sebenarnya dari struktur-struktur bidang
diplot. Penampang geologi pada peta seringkali tidak tegak lurus jurus, sehingga
kemiringan yang harus diplot pada penampang geologi adalah kemiringan semu.
Karena itu, dalam banyak kasus, kita perlu untuk menentukan kemiringan semu
pada arah tertentu berdasarkan jurus dan kemiringan sebenarnya.
Gambar 3.9.
Masalah 2-3
Pada bidang perlapisan dengan kedudukan N450W/300SW, tentukan kemiringan
semu pada arah N800W.
Gambar 3.10.
Selain dengan cara geometri deskriptif, besar kemiringan semu atau kemiringan
sebenarnya dapat juga ditentukan dengan menggunakan "diagram garis
(alignment diagram)" dan “tabel koreksi kemiringan” apabila diketahui sudut
antara kemiringan semu dan arah kemiringan sebenarnya. (Gambar 3.11 dan
Tabel 3.2).
Kemiringan
89º
Kemiringan semu
89º
Sudut arah penampang
90º
80º
70º
60º
85º 50º
40º
85º
80º
30º
70º
80º
60º 20º
50º
40º
70º
30º
20º
60º 10º
50º 10º
40º 5º
5º
30º
20º
1º
30'
10º
10'
5º
1º
Gambar 3.11. Diagram garis (alignment diagram) untuk menentukan besar kemiringan
semu.
Pada prinsipnya sebuah bidang dapat digambarkan dari sebuah titik dan sebuah
garis, atau tiga buah titik. Dalam pengertian geologi titik ini dapat berupa
singkapan, sehingga kedudukan batuan dan penyebarannya pada peta dapat
diketahui.
Masalah 2-4
Titik A, B, dan C merupakan batas suatu lapisan batuan dengan ketinggian
masing-masing titik 100, 50 dan 25 meter. Koordinat geografis ketiga titik ini
sudah diukur dan yang diketahui. Tentukan kedudukan bidang lapisan batuan
tersebut.
(a) (b)
Gambar 3.12.
1. Gambarkan posisi titik A, B, dan C berdasarkan koordinatnya.
2. Tentukan titik B’ pada garis AC dengan titik sama dengan titik B (50 m).
Posisi B’ didapatkan dari perbandingan AC : AB’ = 75 : 50. B'' dan B'''
berturut-turut merupakan proyeksi titik B dan B' pada bidang peta.
3. Gambar garis BB’. Garis ini mengandung dua titik yang sama tinggi (B dan
B') , karena itu merupakan garis horizontal. Garis BB' terletak pada bidang
lapisan batuan yang dimaksud, karena itu garis ini merupakan garis jurus
dari bidang lapisan batuan. Orientasi BB' terhadap sumbu koordinat utara
adalah jurus bidang lapisan batuan.
4. Gambarkan garis-garis jurus melalui A dan C sejajar BB'.
5. Buat garis OD tegak lurus jurus. Buat garis DE sejajar jurus dan dengan
jarak yang sama dengan beda tinggi antara titik A dan titik B (50 meter).
Pada bidang gambar, jarak DE ini tergantung dari skala peta yang
digunakan.
6. Buat garis OE. Kemiringan dari bidang lapisan batuan adalah sudut DOE
(α).
7. Kedudukan bidang lapisan batuan adalah N450E/150SE.
1. Gambarkan simbol peta untuk kedudukan struktur bidang pada Tabel 3.1 di
atas.
2. a) Dari dua lokasi singkapan yang berdekatan dan pada batuan yang sama
hanya dapat diukur besar dan arah kemiringan semu yaitu : lokasi 1, 200,
N800W dan lokasi 2, 400, S450E. Tentukan kedudukan dari singkapan
tersebut, dan tuliskan kedudukannya dengan konvensi azimuth maupun
kwadran.
b) Idem dengan a, tetapi dengan kemiringan semu pada lokasi 1, 300, N600E
dan pada lokasi 2, 500, S450E.
Penyelesaian dilakukan dengan metoda grafis (geometri deskriptif).