Anda di halaman 1dari 2

Nama : Ni Putu Intan Maha Ayu Diyanti

NIM : P07134220061
Kelas/Prodi : 2B/ STR TLM
Mata Kuliah : Patofisiologi
Dosen Pengampu : Dr. drg. I Gusti Agung Ayu Dharmawati, M. Biomed
Hari/Tanggal : Selasa, 19 Januari 2021

Patofisiologi 5 Gejala Radang/Inflamasi

1. Rubor (Kemerahan)
Kemerahan terjadi pada tahap pertama inflamasi. Waktu reaksi peradangan mulai timbul,
maka arteriol yang mensuplai darah itu melebar, dengan demikian banyak darah mengalir
ke dalam mikrosirkulasi lokal, kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong atau sebagian
saja yang meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah. Keadaan ini dinamakan
hyperemis atau kongesti, menyebabkan warna merah local karena peningkatan
jumlah/volume darah. Timbulnya hyperemis diatur oleh tubuh baik secara kimia melalui
pelepasan mediator kimia tubuh seperti kinin, histamine, dan prostaglandin.
2. Tumor (Pembengkakan)
Pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian besar ditimbulkan oleh
pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial. Tumor
timbul karena pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan interstitial.
Plasma darah merembes ke dalam jaringan intestinal pada tempat cidera. Kinin
mendilatasi asteriol sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler yang akan
menyebabkan pembengkakan (tumor). Campuran dari cairan dan sel yang tertimbun di
daerah peradangan disebut eksudat meradang. Kemudian sel-sel darah putih atau leukosit
meninggalkan aliran darah dan tertimbun sebagai bagian dari eksudat.
3. Calor (Panas)
Kolor (panas), dapat disebabkan oleh bertambahnya pengumpulan darah atau mungkin
karena pirogen yaitu substansi yang menimbulkan demam, yang mengganggu pusat
pengaturan panas pada hipotalamus. Ini terjadi karena tubuh mengkompensasi aliran
darah lebih banyak ke area yang mengalami infeksi untuk mengirim lebih banyak
antibodi dalam memerangi antigen atau penyebab infeksi. Daerah peradangan pada kulit
menjadi lebih panas dari sekelilingnya sebab darah yang disalurkan oleh tubuh menuju
permukaan daerah yang meradang lebih banyak daripada yang disalurkan ke daerah
normal.
4. Dolor (Nyeri)
Dolor (nyeri), disebabkan oleh pengaruh zat pada ujung saraf perasa yang dilepaskan
oleh sel yang cedera (histamin). Ini terjadi karena sel yang mengalami infeksi bereaksi
mengeluarkan zat tertentu sehingga menimbulkan nyeri. Rasa nyeri mengisyaratkan
bahwa terjadi gangguan atau sesuatu yang tidak normal (patologis). Dolor atau rasa sakit,
dari reaksi peradangan dapat dihasilkan dengan berbagai cara. Perubahan pH lokal atau
konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf. Rasa nyeri juga
diakibatkan oleh tekanan yang meninggi dalam jaringan akibat terjadinya eksudat.
Pembengkakan jaringan yang meradang mengakibatkan peningkatan tekanan lokal yang
tanpa diragukan lagi dapat menimbulkan rasa sakit/nyeri.
5. Functio Laesa
Functio Laesa adalah perubahan fungsi dari jaringan yang mengalami infeksi. Contohnya
jika luka di kaki mengalami infeksi maka kaki tidak akan berfungsi dengan baik seperti
sulit berjalan atau bahkan tidak bisa berjalan. Ini disebabkan karena penumpukan cairan
pada cidera jaringan dan karena rasa nyeri. Keduanya mengurangi mobilitas pada daerah
yang terkena.

Sumber:
Amirof, Etif. 2011. Diunduh pada Selasa, 19 Januari 2021 pada halaman
http://eprints.ums.ac.id/15218/2/BAB_I.pdf
Presentasi PPT Inflamasi oleh Dosen Pengampu Mata Kuliah Patofisiologi Politeknik
Kesehatan Kemenkes Denpasar, Dr. drg. I Gusti Agung Ayu Dharmawati, M.
Biomed, pada Selasa, 12 Januari 2021
Tim Unit Bedah Sentral RSU Bhakti Rahayu Denpasar. Infeksi Pasca Operasi. Diunduh pada
rumhSelasa, 19 Januari 2021 pada halaman https://bit.ly/3qympFj

Anda mungkin juga menyukai