Anda di halaman 1dari 2

Membangun Kembali Madrasah Tarbiyah

Islam tegak di masyarakat melalui upaya Tarbiyah yang panjang dan bertahap. Melalui fase tarbiyah
itu terbentuklah masyarakat yang saling melengkapi. Bertolak dari aqidah tauhid itulah kemudian
diterjemahkan dalam langkah –langkah membuat fondasi bangunan sebuah masyarakat. Inti dari
tegaknya syariat adalah tertanamnya nilai-nilai Islam secara mendasar di masyarakat. Dan nilai-nilai
itu takkan bisa tegak tanpa ada orang yang yakin dengan ide dan pemikiran tersebut lalu
menyerukan pemikiran itu ke banyak orang. Inilah jalan dakwah dan tarbiyah. Dan karenanya,
perubahan yang diinginkan, tak dilakukan dengan mengedepankan kekerasan.

Islam tidak berdiri kecuali dengan prilaku orang-orang yang meyakini misinya. Orang-orang yang
mengimani Allah dan berorientasi akhirat, dengan posisi keimanan yang begitu agung dalam hati
mereka. Orang-orang yang terus berusaha untuk tunduk dan taat kepada Allah. Orang-orang yang
dunia menjadi sederhana dan kecil di mata mereka. Orang-orang yang bertahan untuk tidak tergilas
oleh syahwat dan nafsu. Orang-orang yang bukan suci, tapi hati selalu dibersihkan dan terlapangkan.
Mereka menuju Allah dengan semangat tinggi, keinginan kuat dan tekad bulat. Didorong oleh
aqidah, mereka menerjemahkan fikrah mereka di atas bumi. Mereka orang-orang yang
mengatakan:

َ ‫َربَّنَا آ َمنَّا بِ َما أَ ْنزَ ْلتَ َواتَّبَ ْعنَا ال َّرس‬


َ‫ُول فَا ْكتُ ْبنَا َم َع ال َّشا ِه ِدين‬

“Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti
rasul, karena itu masukanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang
keesaan Allah).” (QS. Ali Imran : 53)

Suatu ide, gagasan, pemikiran (fikrah) takkan nyata kecuali jika diperjuangkan dengan orang-orang
yang yakin terhadap ide, gagasan dan pemikiran itu. Tiga hal yang menjadi kunci sukses menerapkan
ide dan pemikiran adalah ketika fikrah tersebut ; dipersepsi secara jelas, diyakini secara mendalam,
didukung kumpulan kuat para pejuang fikrah. Tanpa tiga kunci itu, semua upaya yang dilakukan bisa
sia-sia, semua harapan akan gagal dan percuma. Yang ada hanya letih, lelah tapi hasilnya tak
berbekas. Jiwa manusia selalu terdorong oleh tujuan yang ingin dicapai dari kerja yang dilakukan.
Semakin besar dan mulia tujuan yang dinginkan, letih dan lelah mungkin tak dirasakan. Orang yang
benar-benar yakin dengan tujuan amal yang dilakukan, meskipun jauh, ia takkan berhenti dari apa
yang sedang dilakukan sampai ia bisa mencapainya. Mungkin saja seseorang mengalami kesulitan
dan penderitaan sebelum sampai tujuan, tapi jika tujuannya mulia, ia takkan dikejutkan dengan
problematika itu. Dan jika tujuannya itu adalah ridha Allah dan surga, maka Rasulullah shallallaahu
alaihi wa sallam telah menyatakan, “Surga dikelilingi oleh sesuatu yang tidak disukai.”

Inilah fakta yang kita pelajari dari Madrasah Tarbiyah. Orang yang tidak meyakini tujuan dan sasaran
perjuangannya, takkan sampai pada tujuan yang diinginkan. Dua syarat penting dalam hal ini adalah
keyakinan terhadap suatu aktifitas yang dilakukan, dan tujuan yang ingin dicapai dari aktifitas itu.
Itulah yang dilakukan Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam yakin terhadap dakwah yang
diperjuangkannya, dan tujuan dakwah yang pasti mendapat pertolongan Allah, meski waktunya
tidak cepat. Itulah tahapan pertama dakwah kita sebelum pembentukan pribadi Muslim. Yakni,
yaqzah ruuhiyyah iimaniyah, yakni mewujudkan kebangkitan ruhiyah dan keimanan.

Sistem dan struktur organisasi pun menjadi lumpuh tanpa landasan terbentuknya pribadi Muslim
yang menopang perjuangannya. Segalanya tetap harus dimulai dengan penguatan pilar bangunan itu
sendiri, yang terdiri dari orang-orang beriman yang meyakini Islam dan siap berkorban untuk
mewujudkan tujuannya.

Itu sebabnya Umar bin Khattab radhiallahu anhu menekankan hal keimanan saat berwasiat pada
pasukannya:

‫أخوف ما أخاف عليكم الذنوب فإن ذنوب الجيش أخوف من عدوه‬

“Yang paling aku takutkan atas kalian adalah dosa-dosa yang kalian lakukan. Sesungguhnya dosa-
dosa pasukan itu lebih aku takutkan daripada musuh. “

Abu Darda radhiallahu anhu mengatakan hal senada dengan Umar bin Khattab radhiallahu anhu:

‫ عمل صالح قبل الغزو فإنما تقاتلون بأعمالكم‬,‫أيها الناس‬

“Wahai manusia... ingatlah, amal shalih sebelum kalian berperang. Sesungguhnya kalian berperang
tergantung dengan amal-amal kalian.”

Begitupun Fudhail bin Iyadh radhiallahu anhu menegaskan,

‫عليكم بالتوبة فإنها ترد عنكم ما ال ترده السيوف‬

“Kalian harus bertaubat. Sebab taubat itu akan mampu membentengi dirimu dari sesuatu yang tidak
bisa dihadang oleh pedang sekalipun.”

Kebangkitan ruhiyah (yaqzhah ruuhiyyah). Itu titik tolak kita. Mari tengok dan evaluasi kembali
langkah-langkah kita di belakang. Untuk kembali melangkah dengan
“Bismillaahirrahmaanirrahiim ...”

Anda mungkin juga menyukai