PENDAHULUAN
Para mahasiswa selamat berjumpa lagi dengan pembelajaran PAI, bagaomana keadaan
pada pagi hari ini? Mudah-mudahan heri ini adalah hari yang penuh dengan keberkahan,
kesehatan dan kebahagiaan. Pada hari yang baik ini kita akan belajar bersama tentang
pembinaan keimanan.
Para mahasiswa yang dirahmati Allah Swt. Untuk mengukur apakah keimanan sudah
menjadi akidah anda? cobalah rasakan apakah ketika anda lapar, lagi galau lalu anda zikir
“ Allah, Allah….atau hasbunallah wanikmal waki..” maka rasa lapar hilamng dan galau berubah
menjadi ketentraman? Kalau masih tetap lapar dan galau berarti iman belum menjadi akidah,
iman belum kokoh. Kareana komitmen keimanan yang tinggi dia akan penuh kepercayaan dan
kepasrahan yng tunggal pada Dzat yang Agung Allah Swt, yng kondisi ini akan mengadirkan
kenyamanan dan keberkahan bersama Allah Swt.
Pertanyaan muncul mungkinkah umat Islam bangsa ini dapat dikembalikan pada
keimanan yang benar, sehingga umat Islam dapat berpegang teguh dan perilaku keseharian
dalam kehidupannya senantiasa selaras dengan nilai ajaran Islam. Umat yang punya
komitmen dalam setiap aktivitasnya untuk mengubah kelemahan/kerusakan perilakunya dan
meninggalkan semua penyimpangan dan keengganan menjalankan Islam secara kaffah.
Ummat yang menjadikan Allah yang pertama dan utama dalam setiap aspek kehidupannya?
Apalagi di tengah zaman akhir yang dilingkungi dengan berbagai macam fitnah; syahwat,
syubhat, harta, ketergantungan, kedustaan, kekejaman, dan sejenisnya yang semua itu menjadi
kendala ummat dalam merealisasikan dirinya sebagai muslim, apakah masih dapat dibina
keimanannya?
Harapan perbaikan kualitas kekaffahan keislaman ummat, baru akan terjawab manakala
semua umat Islam mengubah dirinya menjadi ahlul haq, yang punya prinsip yang kokoh
untuk menjalankan keimanan yang diyakini benar, walau dihadapkan pada permasalahan dan
tantangan seberasat apapun. Ahlul haq, akan dengan sendirinya terbentuk manakala seseorang
telah memiliki keimanan yang haq, dengan keimanan ini telah terbukti membawa semangat
pengabdian dan pengorbanan yang tangguh yang telah dicontohkan para sahabat Rasulullah
saw pada awal sejarah Islam. Salah satu kisah adalah sahabat Bilal yang beliau rahimahullah
begitu syahadat tetap istiqamah dengan kepatuhannya mengikuti perinntah Islam, meski
dirinya harus mendapat ancaman pemecatan pekerjaan, ancaman kehilangan nyawanya dan
keluarganya. Keimanan yang benar inilah yang membuat para sahabat tidak ada satupun yang
murtad pada zaman itu, sebagai mana dijelaskan oleh Abu Sufyan bin Harab ketika ditanya
raja Herkules: Apakah ada pada zaman Rasulullah saw. orang yang murtad? jawabnya: Tidak
ada satu pun, demikianlah keimanan jika telah melekat ke dalam hati (Farid, 2011: 168).
Para mahasiswa yang dirahmati Allah Swt., sebagai Clon penerus perjuangan Islam
untuk kemajuan bangsa ini, harus menempa diri anda dengan menanamkan keimanan secara
benar. Modul ini adalah salah satu sarana yang harus dipelajarai mahasiswa, dengan harapan
mahasiswa setelah mempelajari modul ini dapat:
PETA KONSEP
IMAN
RUKUN IMAN
IMAN: ALLAH, MALAIKAT, KITAB, RASUL, HARI AKHIR, TAKDIR
BUKTI TAUHIDULLAH
SISTEM HIDUP CARA PANDANG
TAUHIDULLAH TAUHIDULLAH
RUKUN IMAN
KEGIATAN BELAJAR 1: KONSEP KEIMANAN
Para mahasiswa yang di rahmati Allah Swt.untuk memahami keimanan anda perlu
membaca buku-buku keimanan dan ketauhidan. Diskusikan dengan teman, apa hakikat
keimanan yang kokoh, dan cari pengalaman nyata pengamalan prinsip-prnsip keimanan
dalam kehidupan sehari–hari? Sebagai kajian awal silahkan pelajari materi pada modul di
bawah ini!
A. Pengertian Keimanan
Pengertian keimanan diambil dari kata imanan merupakan bentuk masdar dari kata
amana, yang memiliki arti percaya dan kepercayaaan. Percaya berarti menggambarkan
sikap jiwa seseorang yang meyakini sesuatu yang dipercayai kebenarannya, sedang
kepercayaan adalah obyek dari sikap mempercayai, atau sebagai sesuatu yang
diyakininya. Secara istilah keimanan didefinisikan sebagai pernyatan keyakinan dengan
lisan, dibenarkan dengan hatinya, dan dilaksanakan dengan anggota badannya.
Keimanan menurut Shobir Tho’imah tidak cukup dengan sekedar keyakinan pada
umumnya, melainkan harus menjadi keyakinan yang pasti dan hakiki, bulat dan kokoh,
tidak ada lagi sedikitpun keraguan dan tidak lagi ada diskusi dan bertanya-tanya dalam
keimanannya (Ainain, 1980: 177). Berdasar pengertian ini maka seseorang baru dapat
dinyatakan memiliki keimanan manakala keimanan itu sudah menjadi akidah, secara
bulat menerima dan menjalankan konsekwensi keimanan dan menolak semua yang
dapat membatalkan keimanan.
Makna keimanan di atas sejalan dengan kritikan Alquran pada orang Arab Badui
yang menyatakan keimanan:
B. Prinsip Keimanan
Keimanan merupakan perkara yang harus dipegang teguh bagi yang seorang baru
mengawali berislam, yang mau memproses dalam kehidupannya sebagai muslim, dan
harus dipegang juga sebagai akhir dari kehidupannya. Keimanan sebagai langkah awal
yang pertama harus ditempuh, oleh karenanya setiap muslim diwajibkan membaca
kalimah syahadat la ilaha illallah. Keimanan dijadikan yang pertama harus ditanamakan,
sehingga Rasulallah saw berpesan kepada Muadz mau dakwah ke yaman: “Kamu akan
mendatangi kaum ahli kitab. Oleh karena itu, hendaknya hal pertama yang kamu serukan kepada
mereka adalah , bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah” (Fathul Bari, 3: 1496). Keimanan
kepada Allah Swt menjadi pertama yang harus diyakini umat Islam. Keimanan juga
harus diwujudkan dalam menjalankan aktivitas hidup, agar hidup terarah dengan benar
dan terbebas dari kemaksiatan dan kemusyrikan. Demikian juga keimanan harus
menjadi akhir hidup, dengan menutup kehidupan dengan kalimah la ilaha illallah.
Sayyid Quthub (2002: 293), dalam menafsirkan surat al-Ikhlas menjelaskan
keyakinan akan ketauhidan pada Allah Swt harus tertanam menjadi aqidatun fiddlamir,
tafsirun lilwujud, dan manhaj filhayat. Keimanan akan keesaan Allah Swt harus jadi akidah
dalam hati (diikatkan dan dipatrikan terus dalam hati), sehingga yang ada dihatinya
hanya keyakinan bahwa tidak ada hakikat kecuali hakikat-Nya dan tidak ada wujud
yang hakiki kecuali wujud-Nya. Allah Swt. adalah esa dalam pelaku, tidak ada selain
Allah Swt sebagai pelaku yang hakiki terhadap segala seuastu yang ada di alam wujud.
Hati perlu diikat dengan keimanan karena jika hati kosong dari keimanan maka yang
akan mengendalikan hati adalah thahut (yang dipertuhan selain Allah Swt). Oleh karena
itu, keimanan dan kemaksiatan tidak akan pernah masuk bersama dalam hati, melainkan
jika seseorang berbuat kemaksiatan maka imannya pergi, dan sebaliknya jika seseorang
mengikatkan keimanan di hati maka kebencian pada kemaksiatan sangat nyata.
Keimanan harus menjadi tafsir lilwujud, yakni agar sikap hidup orang yang beriman
memiliki prinsip segala sesuatu yang ada di alam wujud ini harus dikembalikan kepada
aturan dan di jelaskan dengan cara pandang tauhidullah. Prinsip ini sangat penting agar
orang beriman terbebas dari ketergantungan hidup pada selain Allah Swt, dan bebas dari
keyakinan keyakinan yang akan menjerumuskan pada kemaksiatan dan kemusyrikan.
Prinsip ini akan terus mengembalikan semua peristiwa di alam wujud kepada kekuasaan
Allah Swt dan akan terus memanfaatkan alam wujud dengan hanya mengikuti syariat
yang dibenarkan Allah Swt.
Keimanan yang terikat kuat di hati dan cara pandang dan falsafah hidup yang
bertauhid, selanjutnya akan menghasilkan prinsip keimanan yang ketiga manhaj filhayat.
Sistem kehidupan sempurna yang ditegakkan atas dasar keimanan yang telah tumbuh
dalam jiwa yang telah terukir dalam cara pandang, perasaaan, dan arah hidupnya. Sistem
hidup yang mesti terwujud dalam kehidupan seorang beriman adalah, 1) Hidup hanya
untuk beribadah kepada Allah Swt. 2) Harapan, rasa takut, sedih dan bahagia, senang
dan kesulitan hidup semua diarahkan dalam rangka menuju Allah Swt. 3) Hanya
menerima akidah, pandangan hidup, tata nilai, syariat, undang-undang dari Allah Swt.
4) Bergerak dan beramal karena Allah Swt. saja. 5) Menumbuhkan sikap hidup saling
kasih sayang , cinta, dan kelembutan kepada sesama manusia. Prinsip ini yang akan
membuat orang beriman menjadi memiliki sikap zuhud, dengan tetap melakukan usaha
secara istiqamah dan berjuang dengan serius untuk meningkatkan kualitas kemanusiaa
secara keseluruhan.
Menurut Abdullah bin Abdul Aziz Aljarir (1425 H: 34-36), keimanan bahwa tiada
Tuhan selain Allah Swt. akan tidak banyak manfaatnya bagi seseorang tanpa memenuhi
syarat-syarat keimanan. Di antara syarat keimanan akan keesaan Allah Swt adalah
sebagai berikut.
1. Memahami maknanya keimanan, yakni tidak ada yang hak diibadahi kecuali hanya
Allah Swt.
2. Memiliki keyakinan yang bulat bahwa tiada yang hak diibadahi kecuali Allah Swt.
Karena keimanan harus menghilangkan keraguan, bukan sekedar prasangka, dan
pembiasaan.
3. Menerima keimanan dengan hati,lisan dan perbuatan. Orang beriman harus
menghilangkan sikap menolak nilai-nilai yang terkandung dalam keimanan.
4. Menjalankan syariaat-Nya, keimanan yang sempurna akan menumbuhkan sikap
hidup senantiaya menjalankan ibadah dan amal-amalnya berdasar syariat Allah Swt.,
dan tidak akan mau mengamalkan apapun yang tidak sesuai/tidak ada rujukaknya
pada dalil yang dibenarkan Islam.
5. Memiliki sikap shidiq/jujur senantiasa sesuai antara apa yang ada di hati dengan yang
diucapkan, dan menghindari perilaku kemunafikan.
6. Memiliki sikap hidup ikhlas, yakni melakukan segala sesuatu atas dasar perintah
Allah Swt. dan hanya berharap balasan dari keridaan-Nya. Menghindari segala jenis
kemusyrikan baik yang besar maupun kemusyrikan yang kecil.
7. Mencintai keimanan, mencintai orang yang beriman. Kecintaan ini yang akan bisa
jadi dasar terciptanya ukhuwah keimanan yang dapat memperkokoh persatuan
ummat.
A. Hakikat Syahadatain
Syahadatain merupakan kalimat yang mulia, kalimat ini dijadikan sebagai
kewajiban seseorang ketika mau menjadi muslim. Kalimat ini menjadi fondasi petama
yang akan merubah keyakinan ketuhanan dan falsafah hidup manusia , dan sekaligus
memmpunyai makna mendorong manusia menjalankan aktivitas hidupnya diarahkan
dengan tujuan tinggi pengambdian dan keikhlasan hidup semata-mata untuk Allah Swt.
Kalimat ini menjadi inti dari seluruh rukun iman, dengan mengamalkan pesan nilai dari
kalimat ini secara langsung manusia sudah dipastikan memiliki keimanan dan
keislaman.
Makna syahadah secara global adalah bahwa tidak ada yang haq diibadahi selain
Allah Swt, yakni tidak satupun yang mempunyai hak disembah kecuali hanya Allah saja,
dan tidak diperkenankan berdoa kecuali kepada Allah Swt., dan tidak dibenarkan
melakukan salat, nadzar, berkurban kepada selain Allah Swt (Aljabir, 1425 H: 32). Makna
syahadat bisa berarti sebagai pengakuan, kesaksian, kesepakatan, akad, dan janji setia.
Oleh karenanya, dalam bersyahadat diperlukan adanya kesadaran pemahaman makannya
yang benar, sehingga dapat membuat siapapun yang melakukan janji setia ini akan
menjadi manusia yang hanya beribadah kepada Allah Swt., mengarahkan hidup untuk
rida-Nya, serta takut dan hanya minta pertolongan kepada-Nya.
Kalimat syahadat menurut Mujahid adalah mengesakan Allah Swt. dalam
peribadahan dan ketuhanan, dan menolak semua peribadahan kepa selain Allah. Hal ini
karena Ilah adalah segala sesuatu yang disembah dan ditaati, yang dengan hatinya
manusia menyembahnya disertai dengan penuh cinta, mengagungkan, tunduk, takut
dan lain sebagainya yang merupakan ciri dari penghambaan. Kalimah syahadat dengan
demikian mempunya dua rukun, yang harus dipenuhi ketika mengharapkan
kesempurnaan janjinya. 1. Bersyahadat berararti harus menolak semua peribadahan
selain hanya kepada Allah Swt. 2. Menetapkan peribadahan hanya kepada Allah Swt.,
karena hanya Dia yang berhak disembah dan tiada sekutu/tanpa kemusyrikan
sedikitpin. Realisasi dua rukun ini, berdasar pada keyakinan karena hanya Allah
memang yang maha pencipta, pemberi rizki, raja, dan pengatur segala urusan. Hal inilah
yang mewajibkan semua hambanya untuk mengesakan-Nya dengan menjalankan
peribadahan kepada-Nya sebagai bukti rasa syukur atas kenikmatan yang sangat
berlimpah.
Felix Y Siauw (2013 : 151-154 ) mengilustrasikan dengan sangat baik untuk
merealisasikan rukun syahadat, sebagaimana dalam dunia pemograman komputer yang
hanya mengenal angka 1 dan 0. Komposisi semua program dibangun atas angka 1 dan 0,
dan tidak ada anggka lainnya ataupun angka di antara 1dan 0. Begitu pula dalam
keimanan pilihan angkanya hanya 1 dan 0. Angka 1-0 merupakan konsep syahadat yang
sempurna yang akan mengahsilkan ruh sebagai kesadaran keimanannya. Nol adalah
lambang keterbatasan , kepasrahan, ketundukan, kelemahan, dan ketidak
mampuannnya. Sedangkan 1 adalah lambang kesempurnaan, kekuatan, keperkasaan,
kebaikan dan keseluruhan. Manusia dinyatakan sempurna syahadatnya apabila berhasil
men-1-kan Allah secara totalitas dalam aktivitas hidupnya, dan meng-0-kan dirinya
sendiri.
Satu (1) adalah Allah, keagungan-Nya meliputi kemahakuasan sebagaimana
tercakup pada sifat-sifat terbaiknya (al-asmaul husna). Dialah yang mncipta, mengatur
dan menjaga semua ciptaan di alam semesta. Dia pula yang pengetahuannya meliputi
segala sesuatu dan yang mampu membuat manusia memahami pengetahuan untuk
keperluan menjadi khalifah di bumi. Dia yang maha kaya dan yang mengatur rizki untuk
keperluan ummatnya. Dia maha rahman dan rahim, yang kasih sayangnya dilimpahkan
juga pada manusia.
Nol (0) adalah manusia, makhluk yang sangat terbatas, sangat hina, dan tidak
memiliki apapun selain yang dipinjamkan Allah kepadanya. Manusia kadangkala lupa
diri sehingga muncul kesombongan, merasa mulia dan merasa harus dimulyakan
padahal tidak memiliki apapun yang bisa disombongkan, kelkayaan, kepintaran, jabatan
adalah pemberian-Nya, dal kadang lupa bahwa dalam dirinya ada unsur kehinaan
karena berasal dari tanah lempung dan sperma yang hina. Manusia terkadang merasa
dengan keahliannya bisa memperoleh kesuksesan dan menjadi hebat, tanpa menyadari
bahwa sebenarnya Allah bisa saja dalam hitungan detik dan kapan saja akan menariknya.
Manusia sering merasa menjadi mulia karena kebaikan-kebaikan yang mereka lakukan,
tanpa pernah menyadari bagaimana kalau Allah membuka kelemahan dan aib dirinya.
A. Rukun Syahadat
Masih dengan mengambil ilustrasi di atas, maka rukun syahadat mengharuskan
manusia memposisikan dirinya sebagai 0 dan Allah adalah 1. Manusia menjadi rusak
dan tidak sempurna syadatnya apabila dirinya tidak menjadi 0, sehingga konsekwensinya
Allah tidak menjadi 1. Keimanan menjadi tidak sempurnan ketika tanpa sadar dia
mengambil sesembahan selain Allah. Ketika manusia mengambil sifat Allah Yang Maha
Kaya sehingga dirinya merasa kaya serta kekayaan diyakininya bisa melindungi dan
membantunya, dan selanjutnya meyakini kekayaan dan hartanya bisa menyelesaikan
segala sesuatu dengan uangnya, maka akan berakibat dia semakin jauh dengan Allah dan
merasa tidak perlu bergantung/mendekatkan diri pada Allah. Keitika manusia merasa
sangat pakar dan menguasai keahlinnya yang sebenarnya sifat sifat al-alim adalah sifat
Allah, maka yang terjadi dia akan membuat dan menentukan hukum sendiri, dan akan
mengabaikan/tanpa perlu untuk merujuk pada aturan/syariat yang dibuat Allah.
Contoh-contoh manusia mengambil sifat Allah dalam kehidupan sangat banyak,
dan inilah salah satu yang membuat banyak manusia yang menjadi enggan konsisten
dengan ajaran Islam. Keengganan berislam secara konsisten dengan demikian karena
manusia dalam syahadatnya belum sampai memposisikan dirinya menjadi 0, sehingga
secara otematis melakukan halhal yang seharusnya tidak dilakukan oleh manusia.
Syahadat mestinya membuat manusia mengosongkan dirinya dari mengambil
hak/sifat Allah, dan harus mengosongkan hatinya dari Tuhan lain yang juga tidak
memiliku hak disembah. Ketundukan dan kecintaan pada makhluk yang 0, harta,
kerabat, adat istiadat yang ada dimasyarakat, syahwat, jabatan, dan berbagai thaghut
(yang disembah selain Allah) harus dicabut dan dibuang dai hatinya, dan sisakan satu
saja yakni Allah Swt sebagai pusat peribadahan, ketundukan, dan kecintaan.
Pengosongan hati dari Tuhan-Tuhan yang tidak haq dan memposisikan diri sebagai
makhluk yang lemah 0, kemudian hati diisi dengan Allah sebagai tuhan yang haq dan
memiliki sifat ketuhanan yang baik, adalah merupakan fungsi syahadat. Fungsi ini tidak
lain agar semua orang Islam memposisikan dirinya menjadi 0 , dan menghadirkan Allah
sebagai dzat yang-1 , sehingga akan terbentuk falsafah hidup yang lurus yang diarahkan
pada penyerahan pengabdian secara total (100%) kepada Allah Swt. Dengan kesadaran
inilah manusia akan secara istiqamah hidup berpegang pada prinsip yang tunduk pada
aturan Allah.
Abdullah bin Abdul Aziz Aljibrin (1425: 32) menegaskan, syahadat yang
merupakan kalimat yang agung mengandung dua rukun, yaitu:
1. Penolakan, yakni menolak semua Tuhan dari selain Allah Swt., yang makna ini
ditunjukan dari kata “la ilaha” yang artinya menafikan hak peribadahan kepada
Tuhan selain hanya kepada Allah Swt.
2. Penetapan, yakni penetapan ketuhanan hanya milik Allah Swt. yang ditunjukkan
dengan kata “illallah” yakni menetapkan bahwa Allah Swt. saia yang berhak
diibadahi secara esa dan tanpa menyekutukanNya, karena Dialah yang Maha
Pencipta, Maha Pemberi rizqi, Maha Raja dan yang mengatur segala permasalahan,
sehingga wajib bagi hambanya untuk mengesakan-Nya dengan menjalankan ibadah
sebagoi bukti rasa syukur atas kenikmatannya yang sangat luas.
RANGKUMAN
1. Syahadat: adalah bersaksi bahwa tidak ada yang haq diibadahi selain Allah Swt, yakni
tidak satupun yang mempunyai hak disembah kecuali hanya Allah saja, dan tidak
diperkenankan berdoa kecuali kepada Allah Swt., dan tidak dibenarkan melakukan salat,
nazar, berkurban kepada selain Allah Swt.
2. Rukun syahadat: menolak semua peribadahan pada Tuhan selain Allah Swt., dan
menetapkan keyakinan hanya Allah saja yang berhak diibadahi.
Keimanan pada Allah Swt. yang benar merupakan kewajiban yang paling utama,
karena semua amal perbuatan tidak akan diterima tanpa dasar ini, demikian pula
manusia tidak akan dapat mendekatkan diri beribadah dengan benar tan pa keimanan
ini. Syaikh Muhammad ibnu Shalih Utsaimin (2008: 11) menjelaskan faidah dari
keimanan yang benar pada Allah Swt.:
1. Menjadi tonggak yang besar yang akan membuat seseorang cinta ketaatan kepada
Allah Swt. Hal ini karena orang yang beriman akan melakukakan segala amal atas
dasar karena Allah Swt/lillah, baik yang rahasia dalam kesendirian, maupun amal
yang terang-terangan ditengah banyak orang. Orang beriman berprinsip “Aku
mencintai dan mendekat kepada Allah Swt. dengan penuh ketaan yang tidak ada siappun yang
mengetahui ketaatanku kecuali hanya Allah Swt."Berbeda dengan ahli riya, yang
bersedekah, salat dan zikir ketika dilihat orang lain saja.
2. Keimanan akan dapat memberikan keamanan jiwa seseorang dan akan mendapatkan
petunjuk dari Allah Swt. Keamanan bisa keamanan secara mutlak dari semua aspek
kehidupan, maupun kemanan mutlak dari kemusyrikan. Mendapat petunjuk
maksudnya baik dalam menjalankan kehidupan dunia dengan memahami dan
mengamalkan syariat Allah, sehingga akhirnya mendapat petunjuk untuk
mengantarkan pada kehidupan di akhirat/surga.
B. Fitrah Keimanan
Keimanan yang utama dan akan menentukan tumbuhnya keimanan yang lainnya
adalah keimanan kepada Allah Swt. Siapa pun yang memiliki kekokohan keimanan
kepada Allah Swt., secara otematis akan meyakini adanya malaikat, Rasul-rasul-Nya,
kebenran Kitab-kitab-Nya, hari akhir dan ketetapan qada dan qadar-Nya. Keimanan
kepada Allah yang paling pokok adalah mentauhidkan-Nya baik dalam asma’ washshifat,
rububiyyah, dan uluhiyyah.
Keyakinan terhadap ketauhidan kepada Allah Swt yang menjadi inti dari rukun
iman, sesungguhnya merupakan prinsip hidup manusia yang secara fitriah telah
dicelupkan/shibghah-kan sejak manusia dalam kandungan ibunya. Secara fitrah manusia
telah dilahirkan untuk mentauhidkan Allah Swt., meyakini tiada Tuhan selain Dia, dan
bersedia patuh dan tunduk pada syariat yang di buat-Nya.
ِِكِم أِنِبَنِِءَ َاد َِمِم أِنِظهوره أِمِذريَّتَ ه أِمِ َوأَ أش َِه َْده أِمِ َعلَىِأَنأفسه أِمِأَلَ أست َِ َُُّ َِذِ َرب
َ َوإ أِذِأ
َِ بَربك أِمِقَالواِبَلَىِ َشه أْد َِنِأَ أِنِتَقولِواِيَ أوَِمِالأقيَ َامةِِإ َّنِِكِنَّاِ َع أِنِ َه َذاِ َغافل
ِي
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku
Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami
(Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)"(Q.S. Al-A’raf, 7:
172).
Ayat ini menjelaskan adanya perjanjian primordial manusia di alam kandungan
dengan Allah Swt. dengan melakukan kesediannya untuk menjadikan Allah Swt sebagai
satu-satunya Tuhan yang akan diibadahi dalam dunia kehidupan setelah manusia lahir.
Perjanjian ini memberikan pemahaman bahwa sebenarnya sejak manusia dalam
kandungan telah dibekali dengan fitrah menjadi manusia yang akan berkeyakinan untuk
hanya menjadikan Allah Swt. menjadi sebagai satu-satunya Tuhan yang mencipta dan
mengaatur kehidupan. Rasulullah saw. bersabda : Semua anak yang lahir telah dilahirkan
dalam keadaan fitrah (mentauhidkan-Nya), maka kedua orang tuanya yang kemudian
menyebabkan anaknya itu menjadi yahudi, nasrani, atau majusi (H.R. Muslim )
Manusia dengan demikian sesungguhnya pada awalnya semuanya adalah
berkeyakinan sama, yakni mentauhidkan Alah Swt., dan keadaan ini berlangsung terus
untuk semua keturunan Nabi Adam a.s. (Aljabir, 1425 H: 19). Dan keyakinan jiwa akan
keagungan dan keharusan ketundukan kepada Allah ini tidak akan hilang dalam jiwa
manusia, karenya maka tidak ada alasan untuk melalaikan perintah Allah Swt. dalam
seluruh aktivitas kehidupannya. Manusia yang dalam kehidupannya meninggalkan
larangan dan perintah Allah akan dikenakan sangsi di akhirat, karena ketika manusia
melanggar perjanjian sebenarnya ada suara hati yang mengingatkan pada kesadaran
untuk menjauhi semua itu. Pelanggaran terhadap tauhidullah yang dilakukan manusia
adalah karena kekalahan jiwanya menghadapi bisikan kejahatan setan dan nafsu
keburukannya. Dalam hadis qudsi Allah Swt. berfirman: Sesungguhnya Aku menciptakan
hambaku semuanya dalam keadaan hanif (menjalankan agama Allah), kemudian datang kepada
mereka syaithan yang mengelincirkan mereka dari agama yang benar (H.R. Muslim).
Jiwa ketauhidan ini senantiasa muncul dalam diri manusia, apalagi bagi mereka
yang mau merenungkan dengan hati yang jernih. Apabila manusia duduk dengan
khusuk sendirian dan pikiran tenang, kegalauan hidup sudah teratasi, secara otematasi
akan muncul suara hati yang mengajak berdialog dan mendekat bahkan menyatu dengan
Dzat yang Maha mutlak. Demikian pula dalam realitas aktivitas kehidupan manusia
senantiasa ketika mau menunaikan sesuatu perbuatan ada suara hati yang terus
mengingatkan ketika akan melakukan pilihan amal yang mengarah pada kemaksiatan.
Dan inilah suara fitrah yang ada dalam hati manusia yang diciptakan dengan potensi
mentauhidkan Allah Swt.
Suara hati ketauhidan apabila didengar dan diresapkan dalam hati, akan dapat
memantapkan manusia dari ketergantungan kepada Tuhan-tuhan lain selain Allah,
sehingga mereka akan mengarahkan hidup pada mencari yang diridai Allah, berharap
dan menyerahkan segala urusan semata sebagai pengabdian kepada Allah Swt. Manusia
seperti ini yang akan memiliki sikap istiqamah memegang kebenaran, tidak ada rasa
takut yang menghantui, dan tidak pula ada rasa sedih yang mencekam dalam
menjalankan tugas idup di dunia sebagai khalifah di bumi.
َِّاستَ َقامواِتَتَ نَ َّزلِِ َعلَأيهمِِالأ َم ََلئ َكةِِأ
َِلِ ََتَافواِ َوَِلِ َأَتَزنواِ َوأَِبأِشروا اّللِ ِثَِّ أ َِ إ َِّنِالَّذ
َِّ ِينِقَالواِ َربُّنَا
َ ِب أْلَنَّةِِالَّتِِِكأن ت أِمِت
وعْدو َِن
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" Kemudian
mereka meneguhkan pendirian mereka. Maka malaikat akan turun kepada mereka dengan
mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka
dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu" (Q.S. Fushshilat, 41: 30).
RANGKUMAN
1. Keimanan adalah aspek ajaran Islam yng harus diutamakan pembelajarannya, hal ini
karena keimanan merupakan tonggak ketaan, dakwah utama para Rasul, dasar diterima
sebagai seorang muslim, dan merupakan pangka seseorang akan mendapatkan
keamanan dan petunjuk kebenaran
2. Keimanan adalah fitrah yang telah diciptakan sebagai potensi yang dimiliki semua
manusia.
3. Penanaman keimanan dibelajarkan melalui, 1) penenaman keimanan harus diupayakan
dari sejak anak usia dini, perlu penanaman yang berkesinambungan dan berjenjang. 2)
penanaman keimanan tidak hanya mengajarkan apa itu keimanan, melainkan harus
sampai tertanam dalam lubuk hatinya ketauhidan, perasaan mengagungkan, perasan
kepengawasan, perasaan kemaha rahmatan yang melekat kuat dalam setiap aktivitas dan
keadaan. 3) penanaman keimanan harus mengikuti tahapan dan strategi yang teruji
kualitasnya, yang sudah diteladankan oleh Rasululah yang beliau dalam
pembelajarannya mendapat bimbingan langsung wahyu Allah. Pengajaran harus
terhindar dari sekecil apapun yang justru dampaknya dapat mengotori akidah itu sendiri,
sehingga media, sarana, materi dan lingkungan harus diseterilkan dari hal yang
mengandung penyimpangan akidah.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar Jabir Al-Jaziri, Insiklopei muslim, Jakarta Timur : Darul Falah, 2006.
Ainain, Ali Khalil Abu. (1980). Falsafah Tarbiyah Al-Islamiah fi Alquran Al-Karim. Beirut: Dar
Fikr Araby.
Ainain, Ali Khalil Abu. (1980). Falsafah Tarbiyah Al-Islamiah fi Alquran Al-Karim. Beirut: Dar
Fikr Araby.
Al-Jaziri, Abdullah Ibnu Abdul Aziz. (1425 H). Tahdzib Tashil Al-Aqidah Al-Islamiah, Riyad: Dar
al-Falah.
Al-Jaziri, Abu Bakar Jabir. (2006). Insiklopei muslim. Jakarta Timur: Darul Falah.
Al-Utsaimin, Muhammad Ibnu Shalih. (2008). Al-haram wal Haram Fi Al-Islam. Kairo:
Darulmuslim.
Sabiq, Sayid. (1978). Aqidah Islam Pola Hidup Manusia Beriman. Bandung: Darul Kutub.
Saeed, Abullah. (2014). Pemikiran Islam sebuah Pengantar. Yogyakarta: Baitul Hikmah Press.
Shihab, M. Quraish. (1996). Wawasan Alquran. Jakarta: Mizan.
Siauw, Felix Y. (2013). Beyond the Inspriration. Jakarta: Alfatih Press.
GLOSARIUM
Aqidah: keimanan yang pasti, yang sudah tidak ada lagi unsur keraguan dan bertanya-tanya.
Hayat: kehidupan.
Ilah: sesuatu yang dipertuhan, disembah, diibadahi.
Keimanan: keyakinan yang diyakini dalam hati, diucapkan pada lisan dan diwujudkan dalam
perbuatan.
Manhaj: sistem yang terdiri dari bebarapa aspek yang menjadi satukasatuan ydng tidak
terpisahkan.
Rukun: sesuatu yang harus dikerjakan dalam melakukan sesuatu perbuatan
Syahadat: sumpah, janji suci bahwa tidak ada Tuhan yng berhak diibadahi kecuali Allah Swt.
Tafsir: penjelasan atau keterangan dari sesuatu.
Thoghut: segala sesuatu yang dipertuhan dan dia ridho disembah, selain Allah Swt.
Wujud: realitas yang ada di alam raya, bisa nama, benda dan peristiwa.