BAHASA JAWA
Disusun oleh:
XI MIPA 1
Puji syukur selalu kita panjatkan atas kehadiran Tuhan yang Maha Esa, yang
senantiasa merahmati kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
lancar, tepat pada waktunya, dan tanpa halangan suatau apapun. Ucapan terimakasih juga
kami sampaikan pada teman-teman semua yang membantu memperlancar penyelesaian
makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung, dan terimakasih kepada Orang Tua
kami yang telah memberi dukungan kepada kami.
Makalah ini berisi tentang perlengkapan, cara pemakaian dan, filosofi dari Busana
Adat Jawa Gaya Yogyakarta. Dengan makalah ini kami mengajak untuk bersama sama
meningkatkan rasa cinta terhadap keberagaman budaya Indonesia, agar kita lebih mengenal
budaya-budaya di Indonesia. Seperti, Busana Adat Jawa Gaya Yogyakarta khususnya.
Kami sepenuhnya menyadari makalah ini tidak terlepas dari kekurangan. Untuk itu,
kami memohon maaf dan mengharapkan saran dan tanggapan agar kami dapat
menyempurnakan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kami sendiri khususnya dan kita semua pada umumnya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………................... 1
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..
2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………
3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang…………………………………………………..............4
B. Rumusan Masalah……………………………………………………....4
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………..4
BAB II PEMBAHASAN
A. Perlengkapan Busana Adat Jawa Gaya Yogyakarta………….……….. 5
B. Cara Pemakaian Busana Adat Jawa Gaya Yogyakarta……………....... 6
C. Filosofi Perlengkapan Busana Adat Jawa Gaya Yogyakarta………...... 7
D. Gambar Perlengkapan Busana Adat Jawa Gaya Yogyakarta ………… 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………….......……. 14
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………... 15
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Busana Adat Jawa Gaya Yogyakarta merupakan pakaian adat khas
Yogyakarta. Pakaian adat Yogyakarta memiliki banyak ke khasan yaitu
perlengkapannya yang beragam dan memiliki filosofi disetiap perlengkapan pakaian
adatnya.
B. Rumusan Masalah
1. Perlengkapan Busana Adat Jawa Gaya Yogyakarta
2. Cara Pemakaian Busana Adat Jawa Gaya Yogyakarta
3. Filosofi Perlengkapan Busana Adat Jawa Gaya Yogyakarta
C. Tujuan Penulisan
Dalam rangka menambah pengetahuan tentang seluk beluk Busana Adat Jawa
Gaya Yogyakarta dan pengenalan lebih dalam tentang Busana Adat Jawa Gaya
Yogyakarta pada umumnya. Serta pada khususnyauntuk melaksanakan kegiatan
pembelajaran Bahasa Jawa di sekolah.
Selain itu tujuan penulisan makalah ini untuk menambah nilai pada mata
pelajaran Bahasa Jawa disekolah.
4
BAB II
PEMBAHASAN
d. berwarna hitam
Lonthong, sabukbagian ujungnya
panjang meruncing.dengan lingkar pinggang seseorang, dengan
yang disesuaikan
lebar 13 cm. Ketentuan pemakaian lonthong :
b. –Nyamping/
Untuk jarik, mempunyai :berbagai
bangsawan macamdepan
bagian motif. Nyamping
dilapisi yangkaindikenakan
sutra
–berupaUntuk
batik tulisumum
dan batik :cap-capan.
terbuatKetentuan
dari enggunaan
kain motif batik dibedakan
tenunan khusus
–berdasarkan :
Untuk pengantin pria: motif cinde
e. a. Keturunan,
Kamus, semacam motif yang
sabuk hanya
untuk boleh dipergunakan
mengancing untuk
lonthong. Letak kaum tengah
dibagian bangsawan terdiri
lonthong.
–dariUntuk
: parangbangsawan biasanya
barong, parang dihiasirusak,
garudo, parang ornamen yang terbuat
parang kusumo, dari parang
parang klitik, emas.
–tuding,
Untukceplok
umum kasatriyan.
biasanya polos
f. Timang,
b. Jabatan, pejabat mengancing
berfungsi yang diangkatkamus.
olehContoh bahan:
raja boleh emas, perak,motif
menggunakan gading gajah
sama yang
dengan
diukir,
sentanaemas dilengkapi permata, dsb.
dalem.
g. Keris/wangkingan/duwung,
c. Kesempatan, setiap motif batik mempunyai angsar terhadap suatu upacara tertentu.
c. Kendhit,
ada ikat pinggang untuk mengencangkan kain agar tidak melorot.Terbuat dari kain
dua macam:
yang– dibentuk
Keris branggah/ladrangan
menjadi seutas tali: ataupun
biasanyadari
dipakai
lawe. oleh orang yang masih muda dan
mempunyai bentuk tubuh besar dan tinggi
– Keris gayaman : biasanya dipakai mereka yang berusia lanjut.
h. Rasukan, meliputi :
– Surjan, kemeja khas yogya. Pemakaiannya bagian kanan baju menutup bagian kiri
baju sehingga bagian dada ditutup kain rangkap. Dalam istana yang boleh memakai
surjan hanya kerabat raja dengan kain sutra/ kain bermotif kembangbatu. Untuk
umum sehari-hari bermotif lurik.
– Peranakan, semacam surjan berpentuk kaos, biasa dipakai abdi dalem yang
melaksanakan caos di istana, bermotif lu pat berwarna hitam biru tua/hitam hijau tua
– Beskap, sejenis surjan dengan kancing dibagian tengah seperti kemeja. Ada dua
jenis beskap yaitu : beskap pethak dan beskap cemeng. Biasa dikenakan pejabat
istana yang berkedudukan bupati saat upacara grebeg dan pertemuan resmi di istana.
Beskap pethak siang hari, beskap cemeng malam hari. Jika dipakai umum biasanya
mereka yang mempunyai hajat menantu.
i. Desthar/blangkon, hiasan kepala berfungsi agar rambut tidak terurai kesana-kemari.
Untuk gaya yogya terdapat mondolan dibelakang, konon merupakan sanggul yang
ditutup kain dikanan-kiri mondolan terdapat kain melebar disebut sithingan, macam
sinthingan : kamicucen, nyinthing, njebeh, asu nguyuh, nyekok, kagok, kupu tanrung,
5
ngobis. Ngobis ini digunakan untuk mempelai laki-laki. Motif batik untuk blangkon :
gadung melati dan modang dengan beberapa macam warna.
6
b. Kenakan stagen atau lonthong dengan melilitkannya di perut untuk
mengencangkan jarik yang dipakai agar nyaman dikenakan dan hanya satu
sap.
c. Memakai kamus atau timang dengan cara dililitkan di perut atau tepatnya di
tengah tengah stagen atau lonthong.
f. Mengenakan selop.
C. Filosofi Perlengkapan Busana Adat Jawa Gaya Yogyakarta
1. Filosofi Perlengkapan Busana Adat Jawa Gaya Yogyakarta Putra
a. Surjan
Surjan/sur·jan/ Jw. Adalah baju laki-laki khas Jawa berkerah tegak;
berlengan panjang, terbuat dari bahan lurik atau cita berkembang Kata surjan
merupakan bentuk tembung garba (gabungan dua kata atau lebih, diringkas
menjadi dua suku kata saja) yaitu dari kata suraksa-janma (menjadi
manusia). Surjan menurut salah satu makalah yang diterbitkan oleh Tepas
Dwarapura Keraton Yogyakarta berasal dari istilah siro + jan yang berarti
pelita atau yang memberi terang.
Dikatakan (pakaian) surjan berasal dari zaman Mataram Islam awal.
Pakaian adat pria ini merupakan pakaian adat model Yogyakarta walaupun
konon katannya Surjan merupakan pakaian khas dari kerajaan Mataram
sebelum terpecah menjadi dua, Surakarta dan Yogyakarta. Surjan awalnya
diciptakan oleh Sunan Kalijaga yang diinspirasi oleh model pakaian pada
waktu itu dan selanjutnya digunakan oleh Mataram.
Pakaian surjan dapat disebut pakaian “takwa”, karena itu di dalam baju
surjan terkandung makna-makna filosofi, di antaranya: bagian leher baju
surjan memiliki kancing 3 pasang (6 biji kancing) yang kesemuanya itu
menggambarkan rukun iman. Rukun iman tersebut adalah iman kepada
Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab-kitab, iman kepada utusan
Allah, iman kepada hari kiamat, iman kepada takdir. Selain itu surjan juga
7
memiliki dua buah kancing di bagian dada sebelah kiri dan kanan. Hal itu
adalah simbol dua kalimat syahadat yang berbunyi, Ashaduallaillahaillalah
dan Waashaduanna Muhammada rasulullah. Disamping itu surjan memiliki
tiga buah kancing di dalam (bagian dada dekat perut) yang letaknya tertutup
(tidak kelihatan) dari luar yang menggambarkan tiga macam nafsu manusia
yang harus diredam/dikendalikan/ditutup. Nafsu-nafsu tersebut adalah nafsu
bahimah (hewani), nafsu lauwamah (nafsu makan dan minum), dan nafsu
syaitoniah (nafsu setan).
Jadi jenis pakaian atau baju ini bukan sekadar untuk fashion dan
menutupi anggota tubuh supaya tidak kedinginan dan kepanasan serta untuk
kepantasan saja, namun di dalamnya memang terkandung makna filosofi
yang dalam.
Surjan sendiri terdapat dua jenis yaitu surjan lurik dan surjan
Ontrokusuma, dikatakan Surjan lurik karena bermotif garis-garis, sedangkan
Surjan Ontrokusuma karena bermotif bunga (kusuma). Jenis dan motif kain
yang digunakan untuk membuat surjan tersebut bukan kain polos ataupun
kain lurik buatan dalam negeri saja, namun untuk surjan Ontrokusuma
terbuat dari kain sutera bermotif hiasan berbagai macam bunga.
Surjan ontrokusuma hanya khusus sebagai pakaian para bangsawan
Mataram, sedangkan pakaian seragam bagi aparat kerajaan hingga prajurit,
surjan seragamnya menggunakan bahan kain lurik dalam negeri, dengan
motif lurik (garis-garis lurus). Untuk membedakan jenjang
jabatan/kedudukan pemakainya, ditandai atau dibedakan dari besar-kecilnya
motif lurik, warna dasar kain lurik dan warna-warni luriknya. Semakin besar
luriknya berarti semakin tinggi jabatannya; atau semakin kecil luriknya
berarti semakin rendah jabatannya. Demikian pula warna dasar kain dan
warna-warni luriknya akan menunjukkan pangkat (derajat/martabat) sesuai
gelar kebangsawanannya.
b. Blangkon
Blangkon adalah tali kepala yang dibentuk sedemikian rupa sehingga
berbentuk penutup kepala. Cara mengenakan blangkon harus kenceng, kuat
supaya ikatannya tidak mudah terlepas. Bagi orang Jawa arti iket adalah agar
manusia memiliki pamikir atau pemikiran yang kencang, tidak mudah
8
terombang – ambing hanya karena factor situasi atau orang lain tanpa
pertimbangan yang matang.
c. Benik
Busana Jawa seperti surjan selalu dilengkapi dengan benik ( kancing )
disebelah kiri & kanan. Lambing dari benik itu adalah bahwa manusia dalam
melakukan tindakannya dalam segala hal selalu diniknik; artinya
diperhitungkan dengan cermat. Apapun yang dilakukan janganlah sampai
merugikan orang lain, dapat menjaga antara kepentingan pribadi dan
kepentingan umum.
d. Sabuk
Sabuk digunakan dengan cara melingkarkan di badan atau lebih tepatnya
dipinggang. Sa-buk artinya hanya impas saja, ngga untung & ngga rugi.
Makna sabuk adalah agar manusia menggunakan badannya untuk bekerja
sungguh – sungguh, jangan sampai pekerjaannya tidak menghasilkan atau
tidak menguntungkan ( buk ).
e. Timang
Timang adalah pralambang bahwa ilmu yang ditempuh harus dipahami
dengan jelas & gamblang, agar tidak gamang atau menimbulkan rasa kuatir.
(samang – samang; berasal dari kata timang )
f. Jarik
Jarik adalah kain panjang yang dikenakan untuk menutupi tubuh
sepanjang kaki. Jarik artinya aja serik. Jangan mudah iri terhadap orang lain,
karena iri hati hanya akan menimbulkan rasa emosional, grusa – grusu dalam
menanggapi segala masalah.
g. Wiru
Mengenakan jarik atau kain selalu dengan cara mewiru ujungnya
sedemikian rupa. Wiru atau wiron bisa terjadi dengan cara melipat – lipat
ujung jari sehingga berwujud wiru. Wiru artinya wiwiren aja nganti kleru.
Olahlah segala hal sedemikian rupa sehingga menumbuhkan rasa
menyenangkan dan harmonis, jangan sampai menimbulkan kekeliruan dan
disharmoni.
h. Bebed
Bebed adalah kain atau jarik yang dikenakan laki – laki. Bebed artinya
manusia harus ubed yakni tekun & rajin dalam bekerja mencari rezeki.
9
i. Canela
Canela dijabarkan dari canthelna jroning nala, atau peganglah kuat di
dalam hatimu. Canela sama dengan selop,cripu atau sandal. Canela
dikenakan di kaki dengan maksud agar kita selalu menyembah lahir & batin,
hanya di kaki-Nya
j. Curiga & Rangka
Curiga atau keris berujud wilahan, bilahan dan terdapat didalam
warangka atau wadahnya. Curiga dan warangka adalah pralambang bahwa
manusia sebagai ciptaan menyembah Tuhan sebagai penciptanya dalam
sebuah hubungan kawula jumbuhing Gusti. Curiga ditempatkan di belakang
artinya dalam menyembah yang Maha Kuasa hendaknya manusia bisa
ngungkurake godhaning Syetan yang senantiasa mengganggu manusia ketika
akan bertindak kebaikan.
k. Kamus
Kamus atau ikat pinggang dalam busana jogja yang memiliki filosofi
yaitu menjaga tujuan hidup manusia agar jangan sampai goyah dan tetap
konsisten tidak berubah ubah.
10
Canela dijabarkan dari canthelna jroning nala, atau peganglah kuat di
dalam hatimu. Canela sama dengan selop,cripu atau sandal. Canela
dikenakan di kaki dengan maksud agar kita selalu menyembah lahir & batin,
hanya di kaki-Nya
m. Kamus
Kamus atau ikat pinggang dalam busana jogja yang memiliki filosofi
yaitu menjaga tujuan hidup manusia agar jangan sampai goyah dan tetap
konsisten tidak berubah ubah.
n. Sanggul
Sanggul terletak di belakang kepala memiliki filosofi yaitu seorang
perempuan atau seorang istri harus mampu menyimpan atau menjaga semua
persoalan permasalahan dan aib rumah tangganya di belakang sehingga tidak
ada orang lain yang mengetahui
o. Kebaya
Bentuk kebaya yang sederhana melambangkan kesederhanaan yang
dimiliki wanita, kemudian model bentuknya yang melambangkan tindak
tanduk wanita yang gemulai, pelan pelan, dan tidak tergesa gesa. Motifnya
menggambarkan sifat wanita yang halus, lembut, sopan, dan santun.
11
2. Perlengkapan Busana Adat Jawa Gaya Yogyakarta Putri
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari berbagai penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa Busana Adat
Jawa Gaya Yogyakarta memiliki berbagai macam ke khasan, dan memiliki berbagai
macam filosofi. Untuk itu, sebagai generasi penerus bangsa sudah sepatutnya kita ikut
melestarikan budaya Indonesia.
13
DAFTAR PUSTAKA
file:///D:/Pakaian%20Adat%20D.I%20Yogyakarta%20_%20Jenis%20_%20Macam
%20Pakaian.htm
file:///D:/b%20jawa.htm
14
15