Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan

Volume 1 No. 2 Mei 2012 Halaman 113-120

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN


USAHA KECIL MENENGAH (UKM) NATA DE COCO
DI SUMEDANG, JAWA BARAT
Parama Tirta Wulandari Wening Kusuma

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Subang

Email: paramatirtawwk@gmail.com

ABSTRAK

Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk membantu UKM Aneka Sari melihat
kelayakan usaha pengembangan yang akan dijalankan. Beberapa hal yang dikaji dan dalam analisis
kelayakan finansial antara lain biaya investasi dan produksi, harga pokok penjualan, dan kriteria
kelayakan usaha yang meliputi Break Even Point (BEP), Net Present Value (NPV), Payback
Period (PP), dan Incremental Rate of Return dan Ratio B/C. Hasil perhitungan kelayakan
finansial UKM Aneka Sari adalah, akan mencapai BEP dengan menjual produk sebanyak 15.560
kg atau senilai Rp. 21.783.556 setiap bulannya. NPV senilai Rp 119.278.467,41, Payback Perode
selama 2 tahun 9 bulan, IRR senilai 71,2 % serta Ratio B/C 1.13 di tahun pertama dan 1,45 pada
tahun kedua dan ketiga.

Kata kunci: Pengembangan UKM, analisis kelayakan finansial, kriteria kelayakan

PENDAHULUAN aspek permodalan, yang meliputi


Keberadaan Usaha Kecil dan Menengah keterbatasan teknologi, peralatan, sarana dan
(UKM) di Indonesia menjadi faktor pendorong prasarana yang dimiliki UKM dalam rangka
dalam terciptanya pembangunan ekonomi memenuhi pesanan pelanggan dan
nasional, karena dapat memacu pertumbuhan ketersediaan di pasar.
ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Sebuah rencana pengembangan UKM
Terbukti pada krisis ekonomi yang kita alami selayaknya memerlukan pemenuhan dalam
beberapa waktu lalu ditengah kebangkrutan aspek penambahan modal kerja yang akan
usaha berskala besar, UKM dapat bertahan dialokasikan oleh UKM untuk menyediakan
menghadapi krisis tersebut dan berkontribusi teknologi, peralatan, sarana dan prasarana
terhadap peningkatan (PDB) Produk Domestik yang dibutuhkan. Penambahan modal kerja ini
Bruto Indonesia. Melihat potensi tersebut sangat membutuhkan Analisis kelayakan
maka pengembangan UKM perlu mendapat finansial untuk melihat apakah usaha yang
perhatian yang besar baik dari pemerintah akan dijalankan dapat memberikan
maupun masyarakat agar tumbuh dan keuntungan atau tidak dan layak secara
berkembang lebih kompetitif dibanding sektor ekonomi. Pengkajian aspek finansial meliputi
usaha lainnya (Adiningsih, 2011). berapa besar biaya yang dibutuhkan untuk
Rencana pengembangan UKM sering kali merealisasikan usaha, penentuan jumlah
terbentur pada permasalahan diantaranya modal yang diperlukan dan alokasi
masih rendahnya komitmen UKM dalam penggunaannya secara efisien dengan
memenuhi pesanan pelanggan dan harapan keuntungan yang optimal. Analisis
ketersediaan di pasar. Hal ini terjadi karena kelayakan finansial untuk mengetahui
permasalahan dalam aspek produksi dan juga gambaran usaha ke depan dan menjaga profit

113
Inovasi dan Kewirausahaan, Vol. 1, No. 2 Mei 2012

yang bisa diperoleh. nata yang sedang berkembang pesat di


Analisis kelayakan finansial relatif sudah Sumedang, Jawa Barat yaitu UKM Aneka Sari
banyak mendapatkan perhatian dari para yang memberdayakan lebih dari 4 kepala
akademisi untuk analisis di berbagai bidang rumah tangga di sekitarnya untuk
industri (Kusuma, 2010; National Association memproduksi nata de coco. Permintaan nata
of Certified Valuation Analysts, 2005; Sutojo, de coco tidak hanya datang dari kalangan
2000). Selain itu, analisis kelayakan finansial industri pangan skala rumah tangga namun
juga dilaksanakan oleh para pelaku di bidang permintaan juga datang dari industri pangan
industri manufaktur menggunakan berbagai skala besar di area Jawa Barat hingga Jawa
metode (Firmansyah, 2006; Wolf, 2005; Timur. UKM Aneka Sari sampai saat ini hanya
Mc.Keough, 2005) dan termasuk juga pada mampu memenuhi 50% dari total permintaan
industri berbasis agro atau pertanian (Erlina, pasarnya karena memiliki hambatan dalam
2006; Rantala, 2010). peningkatan kapasitas produksi, sedangkan
Pada awalnya, industri pengolahan nata untuk bahan baku yaitu air kelapa masih
diawali di tingkat usaha rumah tangga (home tersedia melimpah dan belum termanfaatkan
industry) dengan menggunakan sari buah secara optimal di UKM tersebut.
nanas sebagai bahan bakunya sehingga Pengembangan UKM Aneka Sari
produknya sering disebut nata de pina. mengalami keterbatasan modal peralatan
Seperti pada umumnya usaha buah-buahan yang akan digunakan untuk peningkatan
musiman lainnya, keberlangsungan produksi kapasitas produksi. Keterbatasan tekonologi
nata de pina terbentur dengan kendala sifat peralatan yang dikuasai UKM menyebabkan
musiman tanaman nanas. Sehingga produksi kapasitas produksinya terbatas, sehingga
nata de pina tidak dapat dilakukan sepanjang keuntungan yang diterima produsen belum
tahun. Keberlangsungan input merupakan hal maksimal. Adanya keterbatasan teknologi
yang penting dalam manajemen agribisnis peralatan yang digunakan, dapat
termasuk nata de coco. Untuk mengatasi menyebabkan ketidakmampuan UKM
kendala tersebut, alternatif penggunaan memberikan nilai tambah yang nyata bagi
bahan lain yang mudah didapat, tersedia keberlangsungan usahanya. UKM Aneka Sari
sepanjang tahun dan harganya murah adalah akan melakukan peningkatan kapasitas
air kelapa (Bank Indonesia, 2011). produksi melalui penambahan modal untuk
Nata de coco tidak hanya memiliki pasar teknologi peralatan, sarana dan prasarana
domestik tetapi juga pasar ekspor terutama produksi. Oleh karena itu UKM memerlukan
Eropa, Jepang, Amerika Serikat dan negara- Analisis kelayakan finansial untuk
negara Timur Tengah. Begitu banyaknya mengetahui, apakah dengan adanya
permintaan pada waktu-waktu tersebut, penambahan modal untuk teknologi peralatan,
banyak rumah tangga yang secara sporadis sarana dan prasarana produksi, usaha ini
membuat nata de coco untuk memanfaatkan masih layak untuk dikebambangkan dan untuk
kesempatan tersebut. Semakin meningkatnya mengetahui apakah UKM mampu
permintaan nata de coco dari industri pangan mengembalikan modal pinjaman tersebut.
menyebabkan UKM yang memproduksi nata Tujuan kajian ini adalah mengAnalisis
de coco semakin meluas dan tersebar di kelayakan finansial pada UKM dalam
berbagai daerah di Indonesia seperti di usahanya meningkatkan kapasitas produksi,
Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, melalui pinjaman modal dengan masa
Lampung Selatan dan sebagainya.[10] pengembalian modal selama tiga tahun.
Namun tantangan atas tingginya permintaan
nata de coco masih belum dapat dipenuhi METODE PENELITIAN
oleh para UKM yang memproduksi nata de Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian
coco. ini dilakukan di UKM Aneka Sari, Sumedang,
Hal tersebut menimpa pula perusahaan Jawa Barat, yaitu UKM yang melakukan

114
Kusuma

usaha produksi nata de coco. Waktu tetap tidak tergantung pada kapasitas
Pelaksanaan penelitian pada bulan Januari produksi, pada umunya terdiri atas biaya
sampai bulan Maret 2011. tenaga kerja, biaya administrasi, biaya listrik
Metode Penelitian. Metode yang dan biaya pemeliharaan.
digunakan pada penelitian ini adalah studi Perhitungan HPP kapasitas terpasang atau
kasus. Mengumpulkan informasi mengenai aktual, dilakukan melalui penetapaan harga
biaya investasi, biaya produksi, biaya variabel, jual dikalangan produsen nata de coco, dan
biaya tetap, biaya untuk upah tenaga kerja perhitungan penerimaan atau revenue melalui
serta data-data lain yang terkait dengan kajian persamaan (Idham, 2011) :
ini. Informasi didapat melalui wawancara
dengan pemilik UKM dan penanggung jawab Harga Pokok = TC/Kapsitas
produksi serta melalui penelaahan buku Produksi Aktual (2)
catatan keuangan yang ada di UKM. Revenue = Harga Jual x
Metode Pengolahan Data. Data diolah Total produksi (3)
dalam bentuk tabulasi, kemudian dianalisis
Perhitungan cashflow, untuk melihat
secara matematis dengan merujuk pada
perkembangan aliran finansial yang bisa
aspek-aspek perhitungan Analisis kelayakan
diperoleh oleh UKM. Perhitungan cashflow
finansial, yaitu Break Even Point (BEP), Net
dilakukan untuk Cashflow Before Tax dan
Present Value (NPV), Payback Period,
Cashflow After Tax (Blank, 2002; Pujawan,
Incremental Rate of Return (IRR), dan Rasio
2004).
B/C.3 Data biaya variabel dan biaya tetap
Analisis kelayakan finansial menggunakan
digunakan untuk mengetahui total biaya
perhitungan:
produksi atau total cost, dengan perhitungan :
BEP adalah suatu titik jumlah produksi atau
penjualan yang harus dilakukan agar biaya
TC = VC + FC (1)
yang dikeluarkan dapat tertutupi kembali atau
Dimana : TC = Total Cost
nilai dimana profit yang diterima UKM adalah
VC =Variabel Cost
nol (Pujawan, 2004).
FC = Fixed Cost

Penetapan asumsi dilakukan untuk = atau ℎ=


membantu pengolahan data, penetapan harga (4)
pokok produksi (HPP) dan pembuatan Dimana : FC = Biaya Tetap
cashflow. Asumsi yang ditetapkan meliputi P = Harga jual per unit
jumlah hari kerja karyawan, harga jual produk, VC = Biaya Variabel per unit
peningkatan kapasitas produksi yang
diharapkan, peningkatan harga bahan baku, Analisis NPV dilakukan untuk melihat
umur usaha (Idham, 2011). bagaimana nilai investasi dengan
Perhitungan biaya investasi, biaya variabel, mempertimbangkan perubahan nilai mata
dan biaya tetap. Biaya investasi adalah uang. NPV merupakan perbedaan antara nilai
sejumlah modal atau biaya yang digunakan sekarang dari keuntungan dan biaya
untuk memulai usaha atau mengembangkan (Pujawan, 2004).
usaha. Biaya variabel merupakan biaya yang
rutin dikeluarkan setiap dilakukan usaha = ∑ (5)
produksi dimana besarnya tergantung pada
jumlah produk yang ingin diproduksi. Biaya
tetap adalah jenis biaya yang lain yang rutin Dimana : Bt = Penerimaan kotor tahun
dikeluarkan oleh perusahaan selama ke-t
perusahaan melakukan kegiatan produksi N = Umur ekonomi
(Pujawan, 2004). Akan tetapi besarnya biaya Ct = Biaya kotor tahun ke-t

115
Inovasi dan Kewirausahaan, Vol. 1, No. 2 Mei 2012

I = tingkat suku bunga UKM nata de coco dapat dilihat pada


IRR tingkat investasi adalah tingkat suku Lampiran 1.2. Biaya Tetap yang dikeluarkan
bunga yang berlaku (discount rate) yang untuk produksi Nata de Coco Rp. 11,227,778-
menunjukkan nilai sekarang (NPV) sama , seperti ditunjukkan pada Lampiran 1.2
dengan jumlah keseluruhan investasi proyek. Setelah diketahui biaya variabel dan biaya
Suatu rancangan usaha dikatakan layak tetap maka didapat total biaya produksi
ketika nilai IRR lebih besar daripada Marginal (persamaan 1) sebesar Rp. 21.355.778,-.
Avarage Revenue Return (MARR). [14] Biaya-biaya ini menunjukan pengeluaran
Estimasi jangka waktu pengembalian produsen untuk setiap bulannya, sehingga
investasi suatu industri dapat ditunjukkan produsen dapat mencari tahu harga pokok
dengan perhitungan payback period.19 Yaitu produksi untuk nata de coco.
waktu minimum untuk mengembalikan Penentuan Harga Pokok Produksi (HPP)
investasi awal dalam bentuk aliran kas yang dan Harga Jual Produk. Penentuan harga
didasarkan atas total penerimaan dikurangi pokok produksi perlu memperhitungkan biaya-
semua biaya.[8] biaya produksi yang dikeluarkan. Penentuan
harga jual juga harus mempertimbangkan
! "#$ %$ %&%' laba atau margin yang ingin diperoleh.
= ×1 ℎ (6)
# #( )%% *#( +,#
Penentuan harga jual terkadang juga
cenderung subjektif.11,15 Harga jual produk
Perhitungan B/C ratio merupakan
Nata de Coco ini harus bisa menutup biaya
perbandingan antara penerimaan total dan
produksi yang telah dikeluarkan. Biaya
biaya total, yang menunjukkan nilai
produksi yang utama dalam hal ini adalah
penerimaan yang diperoleh dari setiap rupiah
biaya variabel dan biaya tetap. Kapasitas
yang dikeluarkan.17
produksi UKM Aneka Sari saat ini mampu
menghasilkan nata de coco sebanyak 800
B/C Ratio = ∑ − 0 ⁄ 1 + 233 (7)
loyang nata/hari atau sebanyak 19200
loyang/bulan dalam 24 hari produksi. Dengan
Dimana : Bt = Keuntungan kotor tahun
mempertimbangkan biaya tersebut, didapat
ke-t
HPP Rp. 1.112,. Harga jual ditetapkan oleh
N = Umur ekonomi
harga di tingkat produsen nata de coco di
Ct = Biaya kotor tahun ke-t
Sumedang, sehingga UKM memiliki
keuntungan Rp. 288/kg atau margin 20.57%
HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan harga jual per kg ditentukan sebesar
Biaya Investasi, Biaya Variabel (Variabel
Rp 1400/kg (Tabel.1).
Cost), Biaya Tetap (Fixed Cost). Biaya yang
tergolong dalam kategori biaya investasi Tabel 1. Rekapitulasi VC,FC,TC, dan penentuan
dalam pengembangan UKM Nata de Coco ini HPP
adalah biaya modal selama 3 tahun. Biaya Uraian Satuan Jumlah
investasi tetap pada UKM Nata de Coco Kapasitas Produksi Kg 21120
meliputi biaya-biaya pembelian mesin dan Kapasitas Produksi Loyang 19.200
peralatan yang akan digunakan selama masa Total FC Rp/Bln 11.227.778
investasi. Pembelian mesin dan peralatan ini Total VC Rp/Bln 10.128.000
hanya dilakukan sekali di awal investasi, Total Cost Rp/Bln 21.355.778
kecuali jika ada pengembangan usaha HPP Rp/Bln 1.112
(Lampiran 1.1). Biaya investasi merupakan Harga Jual Rp/Kg 1.400
dana pinjaman dari pemodal sebesar Margin % 20,6
Rp.57.000.000,-.
Biaya variabel yang dikeluarkan sebesar Analisis Kelayakan Finansial UKM
Rp. 10.128.000,-. Perincian biaya variabel Aneka Sari. Penentuan Break Event Point

116
Kusuma

(BEP), Net Present Value (NPV), Payback pada bulan 7-12 meningkat menjadi 1000
Period, Incremental Return Rate (IRR) dan loyang/hari dan untuk seterusnya
B/C Ratio ini digunakan untuk mengetahui meningkat menjadi 1200 loyang/hari.
kelayakan suatu usaha agroindustri dilihat dari Kapasitas terpasang apabila peralatan
aspek kelayakan finansial.8 Untuk dan sarana prasarana produksi telah
memudahkan penentuan BEP, NPV, Payback diimplementasikan pada UKM yaitu
Period, IRR dan B/C Ratio terlebih dahulu sebanyak 1200 loyang/hari.
dilakukan perhitungan dan pembuatan Peningkatan kapasitas produksi pada UKM
cashflow .[14,16] akan berpengaruh terhadap penurunan harga
Perhitungan Cashflow. Cashflow Before HPP sehingga dapat meningkatkan margin
Tax adalah aliran finansial pada UKM kontribusi atau keuntungan bagi UKM (Tabel.
sebelum UKM melakukan pengembalian 3).
terhadap dana pinjaman, sedangkan Tabel 3. Perubahan HPP pada UKM
Cashflow After Tax adalah aliran finansial Keterangan
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
pada UKM setelah UKM melakukan Satuan
pengembalian terhadap dana pinjaman. Umur Biaya Tetap
11,227,778 11,227,778 11,227,778
Rp/bulan
proyek pada UKM ini ditentukan oleh umur
Biaya Variabel
atau masa pengembalian pinjaman yaitu 10,128,000 12,660,000 15,192,000
Rp/bulan
selama tiga tahun. Cashflow Before Tax dan
Total Biaya
Cashflow After Tax dapat dilihat pada Tabel.2 21,355,778 23,887,778 26,419,778
Rp/bulan
dan rinciannya pada Lampiran 2 sampai Produksi
dengan Lampiran 3. 19,200 24,000 28,800
Loyang/bulan
Produksi
Tabel 2. Perbandingan Cashflow Before Tax 21.120 26.400 31.680
Kg/Bulan
dan Cashflow After Tax HPP
1.112 995 917
Cashflow After Rp/Kg
Thn Cashflow Tax Harga Jual
Before Tax (Rp) (Rp) 1,400 1,400 1,400
Rp
0 -57,000,000 -57,000,000 Margin
1 14,007,700 -42,621,733 Kontribusi 20.57 % 28.9 % 34.5 %
2 155,874,800 151,524,800 Rp
3 155,874,800 151,524,800
Break Event Point (BEP). Dari persamaan
Asumsi yang digunakan adalah : (4) didapat nilai BEP produksi nata de coco
1. Asumsi peningkatan penjualan,bulan 1 sebanyak 15.560 kg nata de coco atau Rp.
sampai bulan 6 di tahun pertama adalah 21.783.556.
80%, kemudian pada bulan 7-12
meningkat menjadi 85 % dan untuk Tabel 4. Perhitungan BEP
seterusnya meningkat menjadi 90%. Uraian Satuan Jumlah
Dikarenakan UKM harus melakukan Penjualan/bulan Kg 21.120
penetrasi dan pengisian kepada pasar Penjualan Rp 29.568.000
baru yang berada di luar area pemasaran Laba Bersih Rp 7,784,444
sebelumnya serta merupakan grace BEP Kg 15,560
periode atau waktu tenggang kepada UKM BEP Rp 21,783,556
untuk beradaptasi dengan adanya
penambahan peralatan baru. [16,17] Net Present Value (NPV). Nilai NPV yang
2. Asumsi peningkatan kapasitas produksi positif menunjukkan bahwa proyek atau
[17,18], bulan 1 sampai bulan 6 di tahun industri tersebut layak untuk dilaksanakan
pertama adalah 800 loyang/hari, kemudian sementara nilai NPV negative berarti proyek
tidak layak dilakukan.[15] Dari persamaan (5)
117
Inovasi dan Kewirausahaan, Vol. 1, No. 2 Mei 2012

didapat nilai NPV produksi nata de coco untuk penerimaan dan pengeluaran (TC) dari
periode tiga tahun dengan nilai Cashflow After Tax untuk setiap tahun
Rp119.278.467,41. selama umur proyek yaitu tiga tahun. Pada
Payback Period. Suatu usaha dikatakan Tabel.6, dengan menggunakan persamaan
layak jika nilai payback period lebih kecil atau (7) dapat dilihat bahwa B/C ratio pada tahun
sama dibandingkan umur investasi pertama adalah 1,13 dan untuk tahun kedua
usaha.[10,17] Melalui persamaan (6) serta tahun ketiga mengalami kenaikan senilai
didapatkan hasil payback perode yang dapat 22 % (1.45), sehingga dapat dikatakan bahwa
dipercepat selama tiga bulan (0,92) dari masa untuk tahun kedua dan ketiga dari setiap
pengembalian pinjaman selama tiga tahun satuan biaya yang dikeluarkan akan terjadi
(Tabel.5). Merujuk pada penelitian terdahulu peningkatan benefit sebesar 22%.
beberapa UKM nata de coco memiliki
payback periode senilai 0,69 dan 0,92 untuk Tabel 6. Perhitungan B/C Ratio
umur proyek 4 tahun.[10] Tahun Benefit Cost B/C ratio
1 283.248.000 249.869.733 1.13
Tabel 5. Perhitungan payback period 2 435.456.000 299.764.533 1.45
Cashflow 3 435.456.000 299.764.533 1.45
Thn Keterangan
(Rp)
0 -57,000,000 Bernilai Negatif Pada Tabel.7 dapat dilihat perubahan NPV
1 -106,461,733 Bernilai Negatif dan IRR pada Cashflow Before Tax dan
2 32,287,659 Bernilai Positif Cashflow After Tax. Meskipun terjadi
3 187,686,978 Bernilai Positif perubahan nilai yaitu penurunan IRR sebesar
PP = 2 Tahun 9 Bulan (0,92) 37% dan penurunan NPV sebesar 30%,
namun NPV masih bernilai positif dan IRR
Incremental Return Rate (IRR). Nilai IRR masih 6 kali lebih tinggi dari pada penetapan
yang lebih besar dibandingkan dengan tingkat MARR (12%). Penurunan terhadap IRR terjadi
suku bunga (MARR) yang berlaku karena dalam perhitungan Cashflow After Tax
menunjukkan usaha layak untuk ditambahkan pembebanan biaya diantaranya
dikembangkan. Dari hasil perhitungan biaya pajak perbankan 10%, biaya depresiasi
diperoleh nilai IRR usaha produksi Nata de peralatan serta biaya management fee
Coco dalam penelitian ini adalah 71,2 % dan (Lampiran.3).
MARR yang digunakan adalah 12 %, dengan
Tabel 7. Perubahan NPV dan IRR
merujuk pada penelitian terdahulu yang
Cashflow Cashflow After
menetapkan nilai MARR 12%.[16,17,18] Nilai
Before Tax Tax
MARR juga bisa menggunakan tingkat suku NPV Rp170.283.853 Rp119.278.467,41
bunga pinjaman dari BANK10, walaupun belum IRR 113.11% 71,20%
ada penetapan secara pasti cara untuk nilai MARR 12% 12%
MARR.[21] Mengingat nilai IRR jauh lebih
besar daripada nilai MARR yang ditetapkan Dalam implementasi perhitungan Analisis
(12%), maka pengembangan usaha nata de kelayakan finansial yang akan lebih mudah
coco ini layak dikembangkan. digunakan oleh UKM, saat ini telah tersedia
program sederhana Excel dan dapat
B/C Ratio. Nilai Rasio B/C lebih besar dari digunakan secara praktis.
satu maka proyek maka dinyatakan layak.
Kemudian niilai Rasio B/C sama dengan satu KESIMPULAN
maka proyek disebut impas, sedangkan jika Pengembangan usaha UKM Nata de Coco
Rasio B/C lebih kecil dari satu maka proyek memiliki potensi ekonomi yang cukup bagus
atau industri dinyatakan rugi.[11] Analisis B/C dan layak untuk dikembangkan, ditunjukan
Ratio menggunakan total atau akumulasi dari perhitungan analisis kelayakan finansial.
118
Kusuma

Selain memberi keuntungan bagi UKM, Erlina. 2006. Analisis Perancangan Agroindustri
pengembangan usaha ini juga dapat Berbasis Karet. Jurnal Bisnis dan Manajemen,
meningkatkan kapasitas produksi untuk 3(1):73-92.
memenuhi permintaan pasar. Rantala, J., P. Harstela, V.M Saarinen and L. Tervo,
A Techno-Economic Evaluation Of Bracke
REFERENSI And M-Planter Tree Planting Devices. Research
Adiningsih, S. Regulasi dalam Revitalisasi Usaha Article The Finnish Society of Forest Science
Kecil Dan Menengah di Indonesia. ISSN 0037-5330. The Finnish Forest Research
(http://www.lfip.org/english/pdf/baliseminar/Reg Institute Silva Fennica : p 43(4)
ulasi%20dalam%20revitalisasi%20- Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK) Industri
%20sri%20adiningsih.pdf) diakses pada tanggal 7 Pengolahan Nata De Coco. Bank Indonesia
April 2011. Direktorat Kredit, BPR dan UMK.
Kusuma, P.T.W.W dkk. 2010. Financial Analysis (http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/4EA31DE1-
Pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) 5AD4-4466-ACC0-
Produsen Flakes Ubi Jalar (Emergency Food) 0A12628B5167/15987/IndustriPengolahanNata
(Studi Kasus UKM Mandiri Pangan Mapan deCoco.pdf) , diakses pada tanggal 7 April
Makmur, Gunung Kidul). Proceeding Seminar 2011.
on Application and Research in Industrial Idham, A., T.Lestari dan D. Adriani. Analisis
Technology 2010 (SMART) Tahun 2010 : C1- Finansial Sistem Usaha Tani Terpadu
C6. Yogyakarta, 29 Juli 2010 : Universitas (Integrated Farming System) Berbasis Ternak
Gadjah Mada Yogyakarta Sapi di Kabupaten Ogan Ilir. Jurnal
National Association of Certified Valuation Pembangunan Manusia Edisi 6.
Analysts. 2005. Analysis of The Statement of http://balitbangdasumsel.net/data/download/201
Cash Flow and Financial Ratio Analysis, 00414125413.pdf, diakses pada tanggal 3 April
Fundamentals, Techniques & Theory 1995– 2011)
2005. De Garmo, E. E. Paul, W.G. Sullivan, and J.R.
Sutojo, S. 2000. Studi Kelayakan Proyek, Teori dan Canada, 1984 Engineering Economic. 7th
Praktek. Jakarta:Gramedia. Edition. New York : Mac Millan Pub.Co.
Firmansyah, B.A., A. Veronika, dan B. Blank, Leland and Anthony Tarquin. 2002.
Trigunarsyah. 2006. Risk Analysis In Feasibility Engineering Economy Fifth Ed. New York :
Study Of Building Construction Project: Case Mc.Graw Hill.
Study-PT. Perusahaan Gas Negara Indonesia. Pujawan, I.N. 2004. Ekonomi Teknik. Surabaya :
The Tenth East Asia-Pacific Conference on Penerbit Guna Widya.
Structural Engineering and Construction, Ardana, K., B. Pramudya, M. Hasanah, dan A.H.
Bangkok, Thailand Tahun 2006. Bangkok 3-5 Tambunan. 2008. Pengembangan Tanaman
Agustus, Thailand Jarak Pagar (Jatropha Curcas L) Mendukung
Wolf, O.M. et.al. 2005. Techno-economic Kawasan Mandiri Energi Di Nusa Penida, Bali.
Feasibility of Large Scale Production of Bio- Jurnal Littri 14(4) : 155–161.
based Polymers in Europe. Technical Report Sudaryanto, A., Surahman, D.N dan Joewenda, J.
Series European Commission. Institute for 2008. Teknologi Tepat Guna Wilayah
Prospective Technological studies, Joint Kepulauan. Subang : LIPI Press.
research, ISBN 92-79-01230-4, Technical Surahman, D.N., H.M. Astro, dan H. Priyatna.
Report EUR 22103 EN. 2007. Business Plan : Kajian Bisnis Agroindustri,
Mc.Keough,P., et. al. 2005. Techno-economic Studi Kasus UKM Nanas. Jakarta : LIPI Press.
Analysis of Biotrade Chains. Proceeding Surahman, D.N., H.M. Astro, dan H. Priyatna.
Upgraded Biofuels from Russia and Canada to 2007. Nanas dan Produk Olahannya. Jakarta :
the Netherlands Espoo 2005. Research VTT LIPI Press
Tiedotteita . Research Notes 2312. pp. 25.

119
Inovasi dan Kewirausahaan, Vol. 1, No. 2 Mei 2012

Fazwa, M.A.F., P.A. Fauzi, A.G. Ab. Rasip dan M.M. Sudong, Y., and R.L.K. Tiong. 2002. NPV-at Risk
Noor. 2001. A Preliminary Analysis On Method in Infrastructure Project Investment
Financial Assessment Of Citrus Hystrix (Limau Evaluation”. Journal of Construction
Purut) Grown On Plantation Basis, Forest Engineering and Management, 126(3), 227-233.
Research Institute Malaysia (FRIM), 52109 Kepong, Wibowo, A . 2006. Mengukur Risiko dan
Selangor Darul Ehsan, (Project No. 01-04-01- Atraktivitas Investasi Infrastruktur di Indonesia.
0094-EA001). Jurnal Teknik Sipil, 13: 123-132

120

Anda mungkin juga menyukai