ABSTRAK
Hematothorax merupakan akumulasi darah dalam dada, paling sering yaitu akibat cedera dinding
dada. Darah yang terdapat pada rongga dada akan menempati rongga pleura. Hematothorax sendiri
dapat disebabkan karena traumatis maupun nontraumatis. Angka penderita hematothorax selama 1
tahun terakhir ini mengalami peningkatan dan sebagian besar disebabkan oleh trauma. Tujuan umum
dari penulisan karya tulis ilmiahini adalah mampu melakukan asuhan keperawatan kepada pasien
Tn.R dengan Hematothorax. Metode yang dipakai dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah
menggunakan bentuk laporan studi kasus dengan menggunakan metode deskriptif dengan teknik
pengumpulan data yaitu wawancara, pemeriksaan fisik dan observasi.Hasil pengkajian awal pada
Tn.R yang dirasakan nyeri pada tempat pemasangan alat WSD ketika batuk dan bergerak, batuk
dengan sekret yang sedikit, badan terasa lemas, tidak mampu ADLs dengan mandiri, tidak mampu
mobilisasi. Diagnosa keperawatan yang muncul adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
fisik, hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, dan resiko ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret dan penurunan kemampuan batuk. Rencana
asuhan keperawatan dan intervensi dilakukan sesuai dengan NANDA NIC/NOC sebagai acuan.
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang dibuat dan dilakukan evaluasi. Hasil evaluasi
selama empat hari adalah ke 3 diagnosa tersebut pada evaluasi hari keempat diagnosa 1 dan diagnosa
2 masalah teratasi sebagian, diagnosa 3 masalah teratasi.Laporan studi kasus ini diharapkan pembaca
mampu mengerti tentang penyakit hematothorax dan penatalaksanaannya sekaligus menjadi bahan
referensi untuk melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan hematothorax.
ABSTRACT
Hematothorax an accumulation of blood in the chest, which is most often due to chest wall injury.
Blood found in the chest cavity will occupy the pleural cavity. Hematothorax itself can be caused by a
traumatic or nontraumatis. Hematothorax number of patients during the last 1 year has increased and
largely caused by trauma. The general objective of writing scientific papers are able to perform
nursing care to patients with Hematothorax Tn.R. The method used in the preparation of scientific
papers are using a form of case study by using descriptive method with data collection techniques are
interview, physical examination and observation. The results of the initial assessment on Tn.R felt
pain at the site of installation of equipment WSD when coughing and moving, a little cough
secretions, the body feels weak, unable to ADLs independently, are not able to mobilize. Nursing
diagnoses that arise are acute pain associated with physical injury agents, barriers to physical mobility
related to pain, and the risk of ineffectiveness clearance of airway secretions associated with increased
production and decreased ability to cough. The nursing care plan and interventions carried out in
accordance with NANDA NIC / NOC as a reference. Implementation is done in accordance with the
interventions made and evaluated. The evaluation results for the four days of the diagnosis is to 3 on
the fourth day of evaluation and diagnosis diagnostics 1 2 issue is resolved in part, diagnostics third
issue is resolved. This case is expected the reader is able to understand more about the disease and its
management hematothorax well as reference material to perform nursing care in patients with
hematothorax.
2. Wawancara
3.7.1 Data Primer Wawancara adalah suatu metode
Data primer adalah secara yang dipergunakan untuk
langsung diambil dari obyek penelitian mengumpulkan data, dimana
oleh peneliti perorangan atau peneliti mendapatkan keterangan
organisasi (Ridwidikdo, 2013). Data atau informasi secara lisan dari
primer dalam penelitian ini meliputi : seorang sasaran penelitian, atau
bertatap muka (face to face)
1. Pemeriksaan fisik (Notoatmodjo, 2012). Wawancara
Menurut Nursalam (2013), ini dilakukan secara langsung untuk
pemeriksaan fisik digunakan untuk menilai keadaan suatu masalah
mengetahui keadaan fisik pasien pasien.
secara sistematis dengan cara : 3. Observasi
a) Inspeksi Observasi adalah suatu prosedur
Inspeksi merupakan proses yang berencana meliputi : melihat,
observasi yang dilaksanakan mendengar, dan mencatat sejumlah
secara sistematik dengan situasi tertentu yang ada
menggunakan indra penglihatan, hubungannya dengan masalah yang
pendengaran, dan penciuman, diteliti (Notoatmodjo, 2012) . Pada
sebagai alat untuk kasus hematothorax observasi
mengumpulkan data. Pada kasus dilakukan dengan mengobservasi
hematothorax inspeksi keadaan umum, tanda-tanda vital
dilakukan untuk mengetahui (nadi, respirasi, suhu), intake dan
tingkat kesadaran, gerakan yang output cairan dengan cara inspeksi,
ekstrim dan ketegangan otot. palpasi, perkusi, dan auskultasi.
b) Palpasi
Palpasi merupakan teknik 3.7.2 Data Sekunder
pemeriksaan yang Data sekunder adalah data yang di
menggunakan indra peraba, dapat tidak secara langsung dari obyek
tangan dan jari adalah instrumen penelitian. Peneliti mendapatkan data
yang paling sensitive dan dapat yang sudah jadi yang di kumpulkan
digunakan untuk pihak lain dengan berbagai metode
mengumpulkan data tentang baik secara komersil maupun non
suhu, turgor, bentuk, komersil (Riwidikdo, 2013). Data
kelembaban, vibrasi, dan sekunder di peroleh dengan cara
ukuran. sebagai berikut :
c) Perkusi 1. Studi Dokumentasi
Perkusi merupakan teknik Studi dokumentasi adalah setiap
pemeriksaan dengan mengetuk- bahan tertulis yang disiapkan
ngetukkan jari perawat (sebagai karena adanya permintaan
alat untuk menghasilkan suara) seorang penyidik. Pada laporan
kebagian tubuh klien yang akan kasus ini penulis
dikaji untuk membandingkan mendokumentasikan setiap
bagian yang kiri dan kanan, tahapan asuhan keperawatan
bertujuan untuk dengan system SOAP (Nursalam,
mengidentifikasi lokasi, ukuran 2013). Pengambilan studi kasus
bentuk, dan konsistensi ini menggunakan catatan
jaringan. informasi dan catatan medik yang
d) Auskultasi ada di ruang 19 instalasi rawat
Auskultasi merupakan teknik inap rumah sakit saiful anwar
pemeriksaan dengan malang jawa timur.
menggunakan stetoskop untuk 2. Studi Kepustakaan
mendengarkan bunyi yang 3. Bahan pustaka merupakan hal
dihasilkan oleh tubuh. yang penting dalam menunjang
latar belakang teoritis dari suatu
59
melihat sirine lampu kereta api. Pada saat mampu melakukan aktivitas dengan mandiri
kecelakaan pasien terpental sejauh 6 meter, seperti mandi, berpakain/berdandan, toileting,
pasien dalam keadaan mabuk, pasien mobilisasi ditempat tidur, dan berpindah.
mengatakan tidak pingsan dan masih bisa
berjalan dari tempat kejadian kerumah. 4.1.4 Pola Nutrisi Metabolik
Kecelakaan dialami sekitar pukul 21.00 WIB
malam jumat tgl 14/10/2016. Pada saat Di rumah: Di rumah pasien makan tidak ada
dirumah, istri pasien berteriak karena melihat masalah dengan menu nasi, sayur dan ikan dan
tangan pasien patah dan berdarah, ketika itu di tambah kadang-kadang dengan tahu dan
pasien baru merasakan kesakitan. Kemudian tempe. Pasien makan dengan frekuensi 3x/hari
pasien dilarikan ke PMI Kebon Agung sekitar 1 porsi, minuman yang sering di konsumsi di
pukul 21.30 WIB, pasien mengalami sesak rumah adalah air putih dan kadang minum
nafas, patah tulang tangan kiri dan tulang kopi di saat santai dan pagi hari. Di rumah
rusuk. Tetapi karena sarana prasaran di PMI pasien tidak ada masalah dengan makanan dan
Kebon Agung kurang memadai, pasien pencernaan. Dan tidak ada penurunan BB
kemudian dirujuk ke RSSA Malang dan dalam 6 bulan terakhir.
diterima di UGD pada tgl 15/10/2016 sekitar Di rumah sakit: pasien mampu mengunyah dan
pukul 05.00 WIB dan dilakukan penangan menghabiskan 1 porsi makanan, Frekuensi
terhadap pasien kemudian dilakukan makan 3x sehari dengan menu nasi, ikan dan
pemasangan WSD. Setelah itu pasien sayur yang di buat oleh rumah sakit. Minuman
diindahkan ke ruang 13 pada hari sabtu tgl yang di minum di rumah sakit yaitu hanya air
15/10/2016 dan dilakukan perawatan selama 5 putih. pasien tidak mempunyai masalah
hari. Keadaan pasien sudah sedikit membaik dengan makanan dan pencernaan. Diit dari ahli
diindahkan ke ruang 19 pada hari rabu siang gizi yaitu TKTP (tinggi karbohidrat tinggi
tgl 19/10/2016. protein).
3. Riwayat Kesehatan Terdahulu 4.1.5 Pola Eliminasi
Pasien mengatakan pernah mengalami KLL Di rumah: pasien BAB di rumah ± 2-3x sehari
tahun 2013 dan ernah dioperasi di Rumah dengan konsistensi padat dan berwarna
Sakit Saiful Anwar karena mengalami patah kuning dengan bau khas feces. Di rumah tidak
tulang kaki kanan. Tetapi pasien tidak ada kesulitan saat BAB dan masalah pada
memiliki riwayat penyakit yang lain seperti saluran pencernaan. BAK ± 2.000 ml/hari.
diabetes melitus dan sebagainya. Tidak terdapat masalah (lancar).
4.Riwayat Keluarga Di rumah sakit: Pasien mengatakan semenjak
Pasien mengatakan ayah pasien sudah masuk rumah sakit tanggal 15 oktober 2016
meninggal. Ibu pasien mempunyai penyakit pasien belum BAB sampai sekarang. Kesulitan
darah tinggi. Anak-anak pasien tidak memiliki untuk BAB tetapi tidak ada masala pada
penyakit menular cuman batuk pilek. Keluarga saluran pencernaan. BAK ± 1500 ml/hari
tidak memiliki penyakit Stroke dan Diabetes dengan menggunakan kateter urin, tidak
melitus terdapat masalah (lancar).
Pasien bekerja sebagai mekanik PLN. Di rumah: pasien tidur siang jarang sekali
kadang ada waktu tidur siang hanya sekitar ½-
4.1.3 Pola Aktivitas - Latihan 1 jam. Tidur malam pasien sekitar 7-8 jam dan
tidak ada masalah saat bangun tidur dan tidak
Di rumah: pasien makan/minum, mandi, ada kesulitan sebelum tidur.
berpakain/berdandan, toileting, mobilisasi
ditempat tidur, berpindah, berjalan dan naik Di rumah sakit: pasien sering tidur siang,
tangga dengan sendiri tidak dibantu orang lain. jamnya tidak menentu tetapi badan terasa tidak
segar pada saat bangun tidur. Pasien tidak bisa
Di rumah sakit: pasien dirumah sakit semua tertidur pada malam hari, merasa tidak nyaman
aktivitas dibantu oleh istrinya. Pasien tidak dan gelisah, pasien memilki kesulitan untuk
61
tidur karena nyeri disekitar tempat rumah sakit selama proses perawatan keluarga
pemasangan WSD dan tidak terbiasa dengan saling bergantian menjaga pasien.
ruangan.
4.1.11 Pola Komunikasi
4.1.7 Pola Kebersihan Diri
Pasien berkomunikasi dengan baik dan
Di rumah: Pasien di rumah mandi 2-3x/hari pelafalan kata baik serta mengerti dengan apa
dengan menggunakan sabun, sampo, gosok yang disampaikan perawat. Pasien tinggal
gigi menggunakan pasta gigi dan tidak ada dirumah mertuanya bersama istri dan anak –
masalah dalam perawatan diri. anaknya. Adat yang dianut keluarga yaitu adat
Jawa dan keluarga beragama Islam.
Di rumah sakit: pasien mandi dengan diseka
oleh istrinya 2x sehari dengan menggunakan 4.1.12 Pola Nilai dan Kepercayaan
air bersih dan sabun. Pasien belum keramas
dan tidak menggosok gigi cuman dikumur – Pasien mengatakan “agama itu penting karena
kumur, pasien juga belum pernah ganti baju mendekatkan kita kepada sang pencipta dan
semenjak MRS tanggal 15 oktober 2016 membatasi setiap perbuatan kita dengan
karena patah tulang pada tangan kiri. ajarannya”. Di rumah setiap hari besar
keagamaan selalu merayakan seperti lebaran
4.1.8 Pola Toleransi - Koping Stress dan lain-lain, dan kewajiban setiap hari adalah
sholat. Selama di rumah sakit pasien tidak bisa
Pengambilan keputusan dibantu oleh istri. sholat karenan perawatan mengharuskannya
Masalah biaya perawatan semua di tanggung untuk mobilisasi ditempat tidur. Namun pasien
oleh keluarga pasien. Saat pasien stress/ mampu berdoa. Pasien berharap setelah
mengalami masalah biasanya berbicara dengan sembuh akan melaksanakan ibadah sholat
istrinya. Pasien berharap setelah menjalani sesuai rukun iman dalam kepercayaannya.
perawatan bisa sembuh total dan tidak sakit
kembali serta bisa berkerja mencari nafkah. 4.1.13 Persepsi Klien Terhadap Penyakitnya
atara perawat dan pasien (Hernawatie, 2011). kesesuaian antara rencana yang
Dalam proses pelaksanaan tindakan dibuat dengan pelaksanaan
keperawatan, perlu adanya pengorganisasian tindakan, karena sebelum
tugas antara perawat yang lain agar dapat merumuskan rencana tindakan
tercapai suatu pelaksanaan asuhan keperawatan, penulis telah
keperawatan yang berkesinambungan, mempertimbangan faktor-faktor
pendokumentasi juga merupakan suatu hal penunjang seperti fasilitas yang
yang sangat penting dalam pelaksanaan ada diruangan. Adanya kerjasama
tindakan keperawatan agar tercipta suatu antara penulis dengan perawat
komunikasi yang efektif antara tim kesehatan ruangan, mengingat penulis
dan pemberi layanan kesehatan yang dapat bertugas dalam rentang waktu
dipertanggung jawabkan. yang terbatas, faktor penghambat
yang dirasakan dalam
Pelaksanaan tindakan diagnosa keperawatan 1 pelaksanaan tindakan pada Tn.R
pada praktiknya tidak semua dilakukan, adalah kurangnya pengalaman
dikarenakan keterbatasan waktu dan ilmu yang klinis penulis dalam proses
dimiliki oleh penulis. Tindakan yang pelaksanaan tindakan
dilakukan hanya, mengajarkan tehnik relaksasi keperawatan di lapangan sehingga
(latihan napas dalam), mengobservasi skala banyak hal yang masih harus
nyeri, mengukur vital sign (nadi, tekanan diperbaiki dan dipelajari.
darah, suhu dan nafas), memonitor perfusi
jaringan perifer (cyanosis, akral dingin, CRT 4.6 Evaluasi Keperawatan
<2 detik), memonitor stabilisasi alat WSD,
memonitor kualitas nyeri pasien, Menurut Muttaqin, 2010 evaluasi merupakan
mengobservasi reaksi nonverbal dan langkah terakhir dari proses keperawatan
ketidaknyamanan, mempertahankan kestabilan dengan cara melakukan identifikasi sejauh
imobilisasi bagian tubuh yang sakit dengan mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai
tirah baring, gips, traksi, dan pembebatan. atau tidak. Pada bagian evaluasi hanya
sebagian masalah yang teratasi. Evaluasi
Pelaksanaan tindakan diagnosa merupakan bagian akhir dari proses
keperawatan yang ke 2 dilakukan keperawatan. Pada setiap akhir pelaksanaan
yaitu mengajarkan pasien dan tindakan keperawatan dilakukan evaluasi
keluarga tentang tindakan untuk menilai sejauh mana tujuan yang telah
ambulasi, mengkaji kemampuan dibuat dapat tercapai. Dari ketiga diagnosa
pasien dalam mobilisasi, utama keperawatan yang dikelola penulis
mengajarkan cara merubah posisi selama satu hari didapatkan hasil sebagai
di atas tempat tidur dan berikut:
memberikan bantuan.
1. Diagnosa 1 nyeri akut berhubungan
Pelaksanaan tindakan diagnosa dengan agen cidera fisik, evaluasinya
keperawatan ke 3 yaitu berupa: Pasien mengatakan rasa nyeri
memonitor status oksigenasi dan sudah berkurang dengan skala 3, hanya
respirasi pasien, menganjurkan masih terasa agak tertusuk di bagian
pasien untuk istirahat dan napas dada apabila bergerak dan batuk dengan
dalam, mengajarkan pad pasien tanda dan gejala pasien masih tampak
teknik nafas dalam dan batuk grimace, masih terpasang selang WSD,
efektif, jelaskan pada pasien dan nyeri tekan (+) di area sekitar selang
keluarga tentang penggunaan WSD, vital sign: Nadi: 97x/menit,
peralatan oksigen, berkolaborasi Nafas: 18x/menit, Tekanan darah
dengan tim medis dalam 130/90 mmHg. Kesimpulan: Masalah
pemberian mukolitik, teratasi sebagian kecil, Lanjutkan
bronchodilator. intervensi sesuai kebutuhan.