Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

R DENGAN HEMATOTHORAX DIRUANG 19


INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT SAIFUL ANWAR MALANG JAWA TIMUR

Fadila Adhayani S. Hanafi, S. Kep*, Ns. Wiwik Agustina S. Kep., M. Biomed**


*Program Studi Profesi Ners, STIKes Maharani Malang
**Dosen S1 Ilmu Keperawatan, STIKes Maharani Malang

ABSTRAK

Hematothorax merupakan akumulasi darah dalam dada, paling sering yaitu akibat cedera dinding
dada. Darah yang terdapat pada rongga dada akan menempati rongga pleura. Hematothorax sendiri
dapat disebabkan karena traumatis maupun nontraumatis. Angka penderita hematothorax selama 1
tahun terakhir ini mengalami peningkatan dan sebagian besar disebabkan oleh trauma. Tujuan umum
dari penulisan karya tulis ilmiahini adalah mampu melakukan asuhan keperawatan kepada pasien
Tn.R dengan Hematothorax. Metode yang dipakai dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah
menggunakan bentuk laporan studi kasus dengan menggunakan metode deskriptif dengan teknik
pengumpulan data yaitu wawancara, pemeriksaan fisik dan observasi.Hasil pengkajian awal pada
Tn.R yang dirasakan nyeri pada tempat pemasangan alat WSD ketika batuk dan bergerak, batuk
dengan sekret yang sedikit, badan terasa lemas, tidak mampu ADLs dengan mandiri, tidak mampu
mobilisasi. Diagnosa keperawatan yang muncul adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
fisik, hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, dan resiko ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret dan penurunan kemampuan batuk. Rencana
asuhan keperawatan dan intervensi dilakukan sesuai dengan NANDA NIC/NOC sebagai acuan.
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang dibuat dan dilakukan evaluasi. Hasil evaluasi
selama empat hari adalah ke 3 diagnosa tersebut pada evaluasi hari keempat diagnosa 1 dan diagnosa
2 masalah teratasi sebagian, diagnosa 3 masalah teratasi.Laporan studi kasus ini diharapkan pembaca
mampu mengerti tentang penyakit hematothorax dan penatalaksanaannya sekaligus menjadi bahan
referensi untuk melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan hematothorax.

Kata kunci: Asuhan Keperawatan,Hematothorax, WSD (Water Seal Drainage).

ABSTRACT

Hematothorax an accumulation of blood in the chest, which is most often due to chest wall injury.
Blood found in the chest cavity will occupy the pleural cavity. Hematothorax itself can be caused by a
traumatic or nontraumatis. Hematothorax number of patients during the last 1 year has increased and
largely caused by trauma. The general objective of writing scientific papers are able to perform
nursing care to patients with Hematothorax Tn.R. The method used in the preparation of scientific
papers are using a form of case study by using descriptive method with data collection techniques are
interview, physical examination and observation. The results of the initial assessment on Tn.R felt
pain at the site of installation of equipment WSD when coughing and moving, a little cough
secretions, the body feels weak, unable to ADLs independently, are not able to mobilize. Nursing
diagnoses that arise are acute pain associated with physical injury agents, barriers to physical mobility
related to pain, and the risk of ineffectiveness clearance of airway secretions associated with increased
production and decreased ability to cough. The nursing care plan and interventions carried out in
accordance with NANDA NIC / NOC as a reference. Implementation is done in accordance with the
interventions made and evaluated. The evaluation results for the four days of the diagnosis is to 3 on
the fourth day of evaluation and diagnosis diagnostics 1 2 issue is resolved in part, diagnostics third
issue is resolved. This case is expected the reader is able to understand more about the disease and its
management hematothorax well as reference material to perform nursing care in patients with
hematothorax.

Keywords: Nursing, Hematothorax, WSD (Water Seal Drainage).


56

PENDAHULUAN antara pleura parentalis dan pleura viseralis)


agar tekanan intrapleura kembali normal.
Hematothorax terjadi karena adanya Pemasangan WSD bertujuan untuk membuat
perdarahan pada thorax/trauma thorax. Sumber tekanan dalam rongga toraks menjadi negatif
terjadi darah di dinding dada, parenkim paru, kembali. Kondisi-kondisi ini yang
jantung atau pembuluh darah besar. Kondisi memerlukan pemasangan WSD adalah semua
ini biasanya merupakan konsekuensi dari hal yang menyebabkan tekanan intrapleura
trauma benda tumpul atau benda tajam. Ini positif meningkat, antara lain Pnemothorak,
juga mungkin merupakan komplikasi dari Hematothoraks, Efusi pleura, Empiema
beberapa penyakit (Wulandari, 2012). thoraks, Chylothorax, dan pasca operasi
torakotomi (Wulandari, 2012).
Akumulasi darah dalam dada atau Pelaksanaan perawatan WSD sangat
hematothorax adalah masalah yang relatif penting dimana dalam prosesnya bertujuan
umum, paling sering akibat cedera untuk agar paru yang mengalami kolaps dapat
intrathoracic struktur atau dinding dada. mengembang kembali. Bila perawatan WSD
Hematothorax yang tidak berhubungan dengan tidak optimal akan menyebabkan
trauma jarang terjadi dan dapat disebabkan pengembangan paru menjadi lambat sehingga
oleh berbagai penyebab. Identifikasi dan menyebabkan hari rawat menjadi panjang dan
pengobatan traumatik hematothorax adalah akan menambah biaya perawatan dan
bagian penting dari perawatan pasien yang pengobatan selama di rumah sakit. Lebih jauh
terluka. bisa berakibat fatal dan akan membahayakan
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia jiwa pasien dimana paru menjadi kolaps
(WHO) angka penderita hematothorax selama sehingga terjadi gagal nafas dan
10 tahun terakhir ini mengalami peningkatan, mengakibatkan kematian (Muttaqin, 2008).
dari 177 juta penduduk dunia yang menderita Berbagai permasalahan keperawatan
Hematothorak, sekitar 76% diantaranya berada yang timbul baik masalah aktual maupun
di negara berkembang, dan 62 % disebabkan potensial akibat adanya hematothorax antara
karena trauma. Pada tahun 2009 penduduk lain adalah ketidakefektifan pola nafas,
Amerika Serikat yang menderita hematothorax gangguan rasa nyaman, gangguan pemenuhan
sebanyak 7,8 juta orang. Di Asia, prevalensi kebutuhan istirahat tidur, kurangnya
penduduk Cina, angka penderita hematothorax pengetahuan proses penyakit serta masih
sebanyak 1,5%, di hongkong 4,3% dan untuk banyak permasalahan yang timbul (Wulandari,
Cina Singapura sebanyak 6,2%. 2012).
Sebagai pemberi asuhan keperawatan,
Pada tahun 2000 penderita perawat membantu pasien mendapatkan
hematothorax di Indonesia mencapai 1,6 juta kembali kesehatannya melalui proses
adapun prevalensi kejadian hematothorax ini penyembuhan. Pada operasi darurat, dengan
tersebar diberbagai kota di Indonesia. Di teknik bersih pada perawatan WSD dengan
Indonesia, pada tahun 2008 terdapat 60% pasien hematothorax sering terdapat infeksi 2-
mengalami kasus trauma dada (hematothorax) 4%. Terdapat tanda-tanda infeksi antara lain
dan menggunakan penatalaksanaan WSD. demam tinggi, nyeri, luka bernanah, luka
Untuk wilayah Malang Jawa Timur masih operasi terbuka sampai dengan sepsis. Salah
terdapat 35% menggunakan WSD sebagai satu pencegahan infeksi pada luka insisi
penatalaksanaan kasus hematothorax terpasang WSD adalah dengan dilakukannya
(Encyclopedia, 2008). Sedangkan di Rumah perawatan WSD. Perawatan luka pasca operasi
Sakit Dr. Saiful Anwar tepatnya di ruang 13 dapat terjadi infeksi dan sering berkembang
pada tahun 2000 terdapat 37% pasien antara 3-6 hari pasca operasi. Balutan pertama
terpasang WSD dengan kasus trauma dada pasca operasi diganti oleh ahli bedah, tetapi
(medical record RS Dr. Saiful Anwar). balutan berikutnya diganti dan dirawat oleh
Manfaat pemasangan water sealed perawat. Peran perawat sebagai pelaksana
drainage pada pasien hematothorax adalah perawatan luka harus mengerti teknik aseptik
untuk pengeluaran udara, cairan atau keduanya setiap penggantian balutan dan perawatan
dari rongga toraks. Untuk mengatasi masalah WSD serta mengobservasi keadaan umum
gangguan pulmonal tersebut, selang pasien untuk mencegah komplikasi. Perawat
dimasukan ke dalam rongga pleura (rongga bertanggung jawab dalam observasi keadaan
57

umum pasien dan memberikan tehnik lingkup penelitian tersebut (Notoatmodjo,


perawatan yang aman dan nyaman bagi pasien. 2012). Lokasi yang digunakan dalam
Hasil pengkajian yang dilakukan melaksanakan pengambilan kasus ini adalah
penulis saat di Ruang 19 Rumah Sakit Saiful di di Ruang 19 Instalasi Rawat Inap Rumah
Anwar Malang pada Tn. R dengan Sakit Saiful Anwar Malang Jawa Timur, yang
Hematothorax didaatkan data: Pasien terletak di Jalan Jaksa Agung Suprapto No.2
mengeluh batuk dan nyeri ditempat Kota Malang.
pemasangan WSD. Nyeri dirasakan saat batuk 3.3 Subyek Studi Kasus
seperti tertusuk-tusuk diarea dada tempat Subyek studi kasus merupakan hal atau
pemasangan selang WSD, skala nyeri yang orang yang akan dikenai kegiatan pengmabilan
dirasakan yaitu 6 (nyeri sedang) dan nyeri kasus (Notoatmodjo, 2012). Subyek yang
yang dirasakan kadang-kadang. Pasien tampak digunakan dalam kasus ini adalah Tn.R
tenang, tampak sedikit meringis ketika batuk. dengan Hematothorax.
Ekstremitas kiri atas terpasang gisp. 3.4 Waktu
Berdasarkan pengkajian diatas, maka Waktu pelaksanaan merupakan batas
penulis tertarik menyusun karya tulis ilmiah waktu yang digunakan penulis untuk
dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Tn.R melakukan pengambilan kasus yang diambil
dengan Hematothorax”. (Notoatmodjo, 2012). Pada kasus ini
dilaksanakan pada tanggal 19 November 2016.
3.5 Instrument
METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian ini yang
menjadi instrument penelitian adalah peneliti.
3.1 Rancangan Penelitian Peneliti melakukan wawancara mendalam.
Rancangan penelitian merupakan hasil Dalam penelitian kualitatif peneliti bertindak
akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat
sebagai instrument (Sugiyono, 2011). Jadi,
oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana
Instrumen penelitian ini adalah peneliti, karena
suatu penelitian bisa diterapkan (Nursalam,
penelitian ini memakai metode kualitatif untuk
2013).
menggali penyakit yang dialami pasien secara
Penelitian ini menggunakan metode
mendalam. Indikator yang dilihat Asuhan
kualitatif. Menurut Brog and Gall (1989)
Keperawatan pada pasien Tn.R dengan tujuan
dalam Sugiyono (2011) penelitian kualitatif
untuk megetahui, mengidentifikasikan dan
adalah metode yang sering kali disebut dengan
menganalisis penyakit hematothorax pada
metode penelitian naturalistik karena
pasien dengan membuat format pengkajian
penelitiannya dilakukan pada kondisi yang
asuhan keperawatan meliputi pengkajian,
alamiah (natural setting).
analisa data, diagnosa keperawatan,
Pada penyusunan karya tulis ilmiah ini
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
menggunakan bentuk laporan studi kasus
3.6 Definisi Operasional
dengan menggunakan metode diskriptif.
Asuhan keperawataan pada pasien
Laporan studi kasus adalah laporan yang
hematothorax yaitu suatu tindakan yang
dilakukan dengan cara meneliti suatu
diberikan pada pasien yang mengalami
permasalahan melalui suatu kasus yang
keluhan akibat penyakit yang diderita dengan
terdiridari unit tunggul (Notoatmodjo, 2012).
tujuan mampu mengurangi keluhan sakit yang
Metode deskriptif adalah suatu metode
dialami pasien dan menangani secara
studi kasus yang dilakukan dengan tujuan
komprehensif seperti bio-spiko-sos-ekonomi.
utama membuat gambaran atau deskriptif
Sehingga pasien mampu merasa sehat, nyaman
tentang suatu keadaan secara obyektif
dan mampu beraktifitas seperti biasanya serta
(Notoatmodjo, 2012). Studi kasus ini
dapat menerima penyakit yang dialaminya.
dilakukan pada Tn.R umur 27 tahun dengan
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Hematothorax di Ruang 19 Instalasi Rawat
Teknik pengumpulan data merupakan
Inap Rumah Sakit Saiful Anwar Malang Jawa
suatu proses pendekatan kepada subyek dan
Timur.
proses pengumpulan karakteristik subyek yang
3.2 Lokasi
diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam,
Lokasi merupakan tempat yang di
2013). Ada 2 metode untuk memperoleh data,
gunakan penulis untuk pengambilan laporan
yaitu :
kasus dilaksanakan sekaligus membatasi ruang
58

2. Wawancara
3.7.1 Data Primer Wawancara adalah suatu metode
Data primer adalah secara yang dipergunakan untuk
langsung diambil dari obyek penelitian mengumpulkan data, dimana
oleh peneliti perorangan atau peneliti mendapatkan keterangan
organisasi (Ridwidikdo, 2013). Data atau informasi secara lisan dari
primer dalam penelitian ini meliputi : seorang sasaran penelitian, atau
bertatap muka (face to face)
1. Pemeriksaan fisik (Notoatmodjo, 2012). Wawancara
Menurut Nursalam (2013), ini dilakukan secara langsung untuk
pemeriksaan fisik digunakan untuk menilai keadaan suatu masalah
mengetahui keadaan fisik pasien pasien.
secara sistematis dengan cara : 3. Observasi
a) Inspeksi Observasi adalah suatu prosedur
Inspeksi merupakan proses yang berencana meliputi : melihat,
observasi yang dilaksanakan mendengar, dan mencatat sejumlah
secara sistematik dengan situasi tertentu yang ada
menggunakan indra penglihatan, hubungannya dengan masalah yang
pendengaran, dan penciuman, diteliti (Notoatmodjo, 2012) . Pada
sebagai alat untuk kasus hematothorax observasi
mengumpulkan data. Pada kasus dilakukan dengan mengobservasi
hematothorax inspeksi keadaan umum, tanda-tanda vital
dilakukan untuk mengetahui (nadi, respirasi, suhu), intake dan
tingkat kesadaran, gerakan yang output cairan dengan cara inspeksi,
ekstrim dan ketegangan otot. palpasi, perkusi, dan auskultasi.
b) Palpasi
Palpasi merupakan teknik 3.7.2 Data Sekunder
pemeriksaan yang Data sekunder adalah data yang di
menggunakan indra peraba, dapat tidak secara langsung dari obyek
tangan dan jari adalah instrumen penelitian. Peneliti mendapatkan data
yang paling sensitive dan dapat yang sudah jadi yang di kumpulkan
digunakan untuk pihak lain dengan berbagai metode
mengumpulkan data tentang baik secara komersil maupun non
suhu, turgor, bentuk, komersil (Riwidikdo, 2013). Data
kelembaban, vibrasi, dan sekunder di peroleh dengan cara
ukuran. sebagai berikut :
c) Perkusi 1. Studi Dokumentasi
Perkusi merupakan teknik Studi dokumentasi adalah setiap
pemeriksaan dengan mengetuk- bahan tertulis yang disiapkan
ngetukkan jari perawat (sebagai karena adanya permintaan
alat untuk menghasilkan suara) seorang penyidik. Pada laporan
kebagian tubuh klien yang akan kasus ini penulis
dikaji untuk membandingkan mendokumentasikan setiap
bagian yang kiri dan kanan, tahapan asuhan keperawatan
bertujuan untuk dengan system SOAP (Nursalam,
mengidentifikasi lokasi, ukuran 2013). Pengambilan studi kasus
bentuk, dan konsistensi ini menggunakan catatan
jaringan. informasi dan catatan medik yang
d) Auskultasi ada di ruang 19 instalasi rawat
Auskultasi merupakan teknik inap rumah sakit saiful anwar
pemeriksaan dengan malang jawa timur.
menggunakan stetoskop untuk 2. Studi Kepustakaan
mendengarkan bunyi yang 3. Bahan pustaka merupakan hal
dihasilkan oleh tubuh. yang penting dalam menunjang
latar belakang teoritis dari suatu
59

kasus (Notoatmodjo, 2013). Studi fisik, dokumentasi, maupun


kasus ini di ambil dari buku-buku observasi langsung.
referensi tentang hematothorax. 2. Penyederhanaan atau Reduksi Data
3.8 Analisa Data Peneliti memilih informasi mana
Menurut Sugiyono (2010), analisis data yang sesuai dan tidak sesuai
adalah proses mencari dan menyusun secara dengan masalah penelitian.
sistematis data yang diperoleh dari hasil 3. Penyajian Data
wawancara, catatan lapangan, dan Data disajikan dalam bentuk
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan laporan yang diketik dan disusun
data kedalam kategori, menjabarkan kedalam rapi, agar mudah dibaca dan
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun dipahami.
kedalam pola, memilih bagianmana yang 4. Penarikan dan Pengujian atau
penting dan yang akan dipelajari, dan Verifikasi Kesimpulan
membuat kesimpulan sehingga mudah Pada tahap akhir akan ditarik
dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. kesimpulan dari seluruh rangkain
Tujuan menganalisa data yang kegiatan penelitian ini.
dikumpulkan dalam studi kasus adalah Kesimpulannya dapat berupa
untuk menggambarkan data yang isi perawatan berhasil dilakukan atau
bermakna. Untuk menganalisis penelitian, sebaliknya.
maka dilakukan dengan beberapa analisis
sebagai berikut : PEMBAHASAN
3.8.1 Content Analysis
Content analysis (analisisisi) 4.1 Pengkajian Kasus
dengan menggukan interactive model.
Model ini mengandung 4 komponen 4.1.1 Identitas Klien
yang saling berkaitan yaitu : Pengkajian dilakukan pada tanggal 19 oktober
1. Pengumpulan data. 2016, sekitar pukul 13.25 WIB diruang 19.
2. Penyederhanaan atau reduksi data. Pasien bernama Tn. RBS, usia 27 thn, alamat
3. Penyajian data. Jl. Kyai Sofyan Yusuf RT 5/1 Kedung
4. Penarikan dan pengujian atau Kandang, pasien sudah menikah, pasien
verifikasi kesimpulan. beragama islam, suku jawa, pendidikan
3.8.2 Pattern Matching terakhir pasien SMP, pekerjaan swasta, No.
Teknik analisis pencocokan pola RM 163xxxx, tanggal masuk 19 Oktober 2016.
(pattern matching) yaitu
membandingkan antara pola-pola yang 4.1.2 Status Kesehatan Saat Ini
diperoleh secara empiric dengan pola
yang dipredikskan secara teoritik. 1.Keluhan Utama
3.8.3 Analysis
Teknik analisis yaitu cara a.Saat MRS : Nyeri dada
menganalisis data studi kasus dengan
b.Saat Pengkajian : Pasien mengeluh
membangun penjelasan secara sangat
batuk dan nyeri ditempat pemasangan
rinci tentang kasus tersebut. Teknik
WSD. Nyeri dirasakan saat batuk seperti
terakhir ini sangat relevan untuk
tertusuk-tusuk diarea dada tempat
menjawab pertanyaan kausal
pemasangan selang WSD, skala nyeri
"mengapa".
yang dirasakan yaitu 6 (nyeri sedang) dan
Dalam penelitian ini peneliti
nyeri yang dirasakan kadang-kadang.
menggunakan content analisis dengan
menggunakan interactive model. 2.Riwayat Kesehatan Saat Ini
Model ini mengandung empat
komponen yang saling berkaitan Pasien mengalami kecelakaan kereta api waktu
yaitu : sedang nongkrong disamping rel kereta api.
1. Pengumpulan Data pasien mengatakan malam itu sedang diadakan
Peneliti mengumpulkan informasi acara ulang tahun kabupaten, jadi semua
melalui wawancara, pemeriksaan lampu dimatikan diganti dengan lampu warna
warni sehingga pada saat kejadian pasien tidak
60

melihat sirine lampu kereta api. Pada saat mampu melakukan aktivitas dengan mandiri
kecelakaan pasien terpental sejauh 6 meter, seperti mandi, berpakain/berdandan, toileting,
pasien dalam keadaan mabuk, pasien mobilisasi ditempat tidur, dan berpindah.
mengatakan tidak pingsan dan masih bisa
berjalan dari tempat kejadian kerumah. 4.1.4 Pola Nutrisi Metabolik
Kecelakaan dialami sekitar pukul 21.00 WIB
malam jumat tgl 14/10/2016. Pada saat Di rumah: Di rumah pasien makan tidak ada
dirumah, istri pasien berteriak karena melihat masalah dengan menu nasi, sayur dan ikan dan
tangan pasien patah dan berdarah, ketika itu di tambah kadang-kadang dengan tahu dan
pasien baru merasakan kesakitan. Kemudian tempe. Pasien makan dengan frekuensi 3x/hari
pasien dilarikan ke PMI Kebon Agung sekitar 1 porsi, minuman yang sering di konsumsi di
pukul 21.30 WIB, pasien mengalami sesak rumah adalah air putih dan kadang minum
nafas, patah tulang tangan kiri dan tulang kopi di saat santai dan pagi hari. Di rumah
rusuk. Tetapi karena sarana prasaran di PMI pasien tidak ada masalah dengan makanan dan
Kebon Agung kurang memadai, pasien pencernaan. Dan tidak ada penurunan BB
kemudian dirujuk ke RSSA Malang dan dalam 6 bulan terakhir.
diterima di UGD pada tgl 15/10/2016 sekitar Di rumah sakit: pasien mampu mengunyah dan
pukul 05.00 WIB dan dilakukan penangan menghabiskan 1 porsi makanan, Frekuensi
terhadap pasien kemudian dilakukan makan 3x sehari dengan menu nasi, ikan dan
pemasangan WSD. Setelah itu pasien sayur yang di buat oleh rumah sakit. Minuman
diindahkan ke ruang 13 pada hari sabtu tgl yang di minum di rumah sakit yaitu hanya air
15/10/2016 dan dilakukan perawatan selama 5 putih. pasien tidak mempunyai masalah
hari. Keadaan pasien sudah sedikit membaik dengan makanan dan pencernaan. Diit dari ahli
diindahkan ke ruang 19 pada hari rabu siang gizi yaitu TKTP (tinggi karbohidrat tinggi
tgl 19/10/2016. protein).
3. Riwayat Kesehatan Terdahulu 4.1.5 Pola Eliminasi
Pasien mengatakan pernah mengalami KLL Di rumah: pasien BAB di rumah ± 2-3x sehari
tahun 2013 dan ernah dioperasi di Rumah dengan konsistensi padat dan berwarna
Sakit Saiful Anwar karena mengalami patah kuning dengan bau khas feces. Di rumah tidak
tulang kaki kanan. Tetapi pasien tidak ada kesulitan saat BAB dan masalah pada
memiliki riwayat penyakit yang lain seperti saluran pencernaan. BAK ± 2.000 ml/hari.
diabetes melitus dan sebagainya. Tidak terdapat masalah (lancar).
4.Riwayat Keluarga Di rumah sakit: Pasien mengatakan semenjak
Pasien mengatakan ayah pasien sudah masuk rumah sakit tanggal 15 oktober 2016
meninggal. Ibu pasien mempunyai penyakit pasien belum BAB sampai sekarang. Kesulitan
darah tinggi. Anak-anak pasien tidak memiliki untuk BAB tetapi tidak ada masala pada
penyakit menular cuman batuk pilek. Keluarga saluran pencernaan. BAK ± 1500 ml/hari
tidak memiliki penyakit Stroke dan Diabetes dengan menggunakan kateter urin, tidak
melitus terdapat masalah (lancar).

5.Riwayat Lingkungan 4.1.6 Pola Istirahat - Tidur

Pasien bekerja sebagai mekanik PLN. Di rumah: pasien tidur siang jarang sekali
kadang ada waktu tidur siang hanya sekitar ½-
4.1.3 Pola Aktivitas - Latihan 1 jam. Tidur malam pasien sekitar 7-8 jam dan
tidak ada masalah saat bangun tidur dan tidak
Di rumah: pasien makan/minum, mandi, ada kesulitan sebelum tidur.
berpakain/berdandan, toileting, mobilisasi
ditempat tidur, berpindah, berjalan dan naik Di rumah sakit: pasien sering tidur siang,
tangga dengan sendiri tidak dibantu orang lain. jamnya tidak menentu tetapi badan terasa tidak
segar pada saat bangun tidur. Pasien tidak bisa
Di rumah sakit: pasien dirumah sakit semua tertidur pada malam hari, merasa tidak nyaman
aktivitas dibantu oleh istrinya. Pasien tidak dan gelisah, pasien memilki kesulitan untuk
61

tidur karena nyeri disekitar tempat rumah sakit selama proses perawatan keluarga
pemasangan WSD dan tidak terbiasa dengan saling bergantian menjaga pasien.
ruangan.
4.1.11 Pola Komunikasi
4.1.7 Pola Kebersihan Diri
Pasien berkomunikasi dengan baik dan
Di rumah: Pasien di rumah mandi 2-3x/hari pelafalan kata baik serta mengerti dengan apa
dengan menggunakan sabun, sampo, gosok yang disampaikan perawat. Pasien tinggal
gigi menggunakan pasta gigi dan tidak ada dirumah mertuanya bersama istri dan anak –
masalah dalam perawatan diri. anaknya. Adat yang dianut keluarga yaitu adat
Jawa dan keluarga beragama Islam.
Di rumah sakit: pasien mandi dengan diseka
oleh istrinya 2x sehari dengan menggunakan 4.1.12 Pola Nilai dan Kepercayaan
air bersih dan sabun. Pasien belum keramas
dan tidak menggosok gigi cuman dikumur – Pasien mengatakan “agama itu penting karena
kumur, pasien juga belum pernah ganti baju mendekatkan kita kepada sang pencipta dan
semenjak MRS tanggal 15 oktober 2016 membatasi setiap perbuatan kita dengan
karena patah tulang pada tangan kiri. ajarannya”. Di rumah setiap hari besar
keagamaan selalu merayakan seperti lebaran
4.1.8 Pola Toleransi - Koping Stress dan lain-lain, dan kewajiban setiap hari adalah
sholat. Selama di rumah sakit pasien tidak bisa
Pengambilan keputusan dibantu oleh istri. sholat karenan perawatan mengharuskannya
Masalah biaya perawatan semua di tanggung untuk mobilisasi ditempat tidur. Namun pasien
oleh keluarga pasien. Saat pasien stress/ mampu berdoa. Pasien berharap setelah
mengalami masalah biasanya berbicara dengan sembuh akan melaksanakan ibadah sholat
istrinya. Pasien berharap setelah menjalani sesuai rukun iman dalam kepercayaannya.
perawatan bisa sembuh total dan tidak sakit
kembali serta bisa berkerja mencari nafkah. 4.1.13 Persepsi Klien Terhadap Penyakitnya

4.1.9 Konsep Diri Pasien mengatakan penyakit yang dideritanya


sangat mengganggu karena tidak bisa
Secara identitas diri, klien merupakan seorang melakukan aktivitas dan bekerja untuk
ayah dari 3 orang anak laki-laki dan suami dari memebuhi kebutuhan keluarganya, pasien
seorang istri. Sehari-hari klien berperan tulang unggung keluraga. Tetapi pasien ikhlas
sebagai seorang ayah bagi anak-anaknya dan dengan penyakitnya karena merupakan suatu
sebagai kepala rumah tangga yang cobaan dari Yang Maha Kuasa. Pasien
bertanggung jawab mencari nafkah. klien bersyukur diberi kesempatan unttuk hidup
merasa bahwa kondisi (musibah/penyakit) setelah kecelakaan yang dideritnya.
yang dialaminya saat ini merupakan ujian dari
yang maha kuasa. Klien berharap dirinya cepat 4.1.14 Pemeriksaan Fisik
sembuh. Klien merasa seluruh keluarganya
sangat menyanyanginya, meskipun dengan 1).Keadaan Umum
kondisinya seperti saat ini. Anak-anak dan
istrinya merupakan semangat kesembuhan Keadaan umum pasien baik, terpasang infus
bagi klien. ditangan kanan. Tangan sebelah kiri terpasang
gips. Kesadaran pasien Compos Mentis
4.1.10 Pola Peran dan Hubungan dengan GCS: 4-5-6 dan orientasi terhadap
waktu dan orang lain baik. Tanda vital pasien
Di dalam keluarganya pasien berperan sabagi yang dilakukan pemeriksaan di UGD yaitu,
seorang ayah dan kepala rumah tangga. Di Tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 107
dalam keluarganya yang selalu mendukung x/menit, nafas 20x/menit dan suhu 36,8 ºC.
pasien adalah istri dan anaknya. Di dalam
keluarganya pasien tidak pernah ada masalah 4.1.15 Terapi Farmakologi
dengan istri dan anaknya serta semua
berkomunikasi dengan baik terutama kepada • Terapi infus: NaCl 0,9 % 20 tpm
saudara yang lain dan tetangga pasien. Saat di • Terapi obat-obatan:
62

- Piracetan 3 gr mmHg, nadi 107/menit, respirasi


20/menit, suhu 36,8 o C.
- Citicolin 250 mg
2) Trauma thorax yang dialami pasien
- Ketorolac 30 mg menyebabkan terjadinya penumpukan
cairan/darah dicavum pleura yang salah
- Ranitidin 50 mg satu penatalaksaannya yaitu
- Ceftriaxone 1 gr pemasangan WSD. Pemasangan WSD
merangsang reseptor nyeri sehingga
- Omz 40 mg menyebabkan terjadinya kerusakan pada
kemampuan mobilitas fisik. Hal ini
4.2 Perumusan dan Analisa Data dibuktikan dengan pasien mengatakan
tidak mampu bergerak bebas seperti
Bedasarkan hasil pengkajian yang telah biasa seperti miring kiri dan kanan.
dilakukan pada Tn.R dengan hematothorax, Secara objektif dapat dibuktikan dengan
maka data-data tersebut dapat diuraikan seluruh aktivitas harian klien dibantu
sebagai berikut: oleh perawat dan keluarga, seperti
berpindah (duduk, miring kanan dan
1) Trauma yang dialami pasien saat
kiri), merapikan diri (seka), makan,
terjadi kecelakaan lalu lintas
minum, toileting, berpakaian dan
menyebabkan terjadinya trauma pada
aktivitas harian lainnya. Keletihan (+),
thorax/ dinding dada. Sehingga
Lemas (+), Mobilisasi terbatas, ADL
terjadinya patah tulang yang mana
dibantu, Tekanan darah 140/80 mmHg,
fragmen tulang yang patah mendesak
Nadi 107x/menit, Respirasi 20x/menit,
jaringan sekitarnya yang menyebabkan
Suhu 36,8 oC, Kekuatan otot kuadran
penumpukan darah dalam cavum
bawah kiri kanan 5, kuadran atas kanan
pleura sehingga penatalaksanaannya
5 dan kuadran kiri atas 2.
yaitu pemasangan WSD. Pemasangan
WSD tersebut dapat menyebabkan 3) Trauma thorax yang dialami pasien
thorax bergeser sehingga terjadi cedera menyebabkan terjadinya penumpukan
pada sel, mengakibatkan pelepasan cairan/darah dicavum pleura yang salah
kandungan sel (degranulasi) yang satu penatalaksaannya yaitu
merupakan mediator kimia nyeri. Pada pemasangan WSD. Pemasangan WSD
proses ini, histamine, serotonin dan merangsang reseptor nyeri sehingga
bahan lainnya yang disintesi oleh sel menyebabkan terjadinya kerusakan pada
mast mengaktifkan respon nyeri. kemampuan mobilitas fisik. hambatan
Aktifnya respon nyeri ini mobilitas fisik menyebabkan terjadinya
menimbulkan sensasi yang tidak peningkatan produksi sekret dan
nyaman pada fisik pasien. Hal ini penurunan kemampuan batuk efektif
dibuktikan dengan pasien mengatakan karena disebabkan oleh tirah baring
merasa nyeri pada bagian selang yang lama. Secara objektif dapat
pemasangan WSD, Nyeri dirasakan dibuktikan dengan pasien batuk , adanya
saat batuk seperti tertusuk-tusuk, skala produksi sekret yang sedikit, ADLs
nyeri yang dirasakan yaitu 6 (nyeri dibantu, bedrest total, Tekanan darah
sedang) dan nyeri yang dirasakan 140/80 mmHg, Nadi 107x/menit,
kadang-kadang. Secara objektif dapat Respirasi 20x/menit, Suhu 36,8 oC,
dilihat bahwa ekspresi wajah pasien
tampak menahan nyeri (grimace), 4.3 Diagnosa Keperawatan
tampak kehati-hatian dari pasien saat
mencoba untuk mobilisasi mandiri, Berdasarkan hasil perumusan masalah dan
bagian bawah dada kiri terpasang analisa data, maka ditetapkan 3 diagnosa
WSD, tangan kiri terpasang gips. hasil utama dalam asuhan keperawatan pada Tn.R
pengukuran status Vital sign dengan diagnosis Hematothorax.
didapatkan hasil: tekanan darah 140/80
1. Nyeri Akut berhubungan dengan
agen cidera fisik.
63

2. Hambatan mobilitas fisik ADLs tidak dibantu (seperti makan


berhubungan dengan nyeri minum, berjalan, berpakaian), tidak
tampak lemas, tidak tampak lemah,
3. Resiko ketidakefektifan bersihan kekuatan otot atas 5/5 bawah 5/5,
jalan nafas berhubungan dengan tekanan dara 120/80 mmHg, nadi
peningkatan produksi sekret dan 60x/menit, pernafasan 20x/menit, suhu
penurunan kemampuan batuk 36,80C. Rencana keperawatan yang
disusun adalah ajarkan pasien dan
4.4 Rencana Asuhan Keperawatan keluarga tentang tindakan ambulasi,
Pada tahap perencanaan ini dirumuskan monitor vital sign sebelum dan setelah
rencana tindakan keperawatan yang bertujuan latihan, observasi respons pasien selama
untuk mengatasi masalah-masalah pasien. latihan berlangsung, kaji kemampuan
Tahap yang dilakukan dalam perencanaan imobiliasi, latih pasien dalam
yaitu: menyusun prioritas, membuat tujuan dan pemenuhan kebutuhan aktivitas harian
kriteria hasil yang diharapkan dan menentukan secara mandiri sesuai kemampuan, dan
intervensi keperawatan. ajarkan cara merubah posisi di tempat
tidur.
1. Pada diagnosa pertama dengan nyeri
akut berhubungan dengan agen cidera 3. Diagnosa ke tiga dengan resiko
fisik. Diharapkan setelah diberikan ketidakefektifan bersihan jalan nafas
tindakan keperawatan selama 3x8 jam berhubungan dengan adanya sekret pada
oleh peneliti, nyeri dapat berkurang jalan nafas akibat ketidakmampuan
atau hilang. Kriteria hasil yang batuk efektif. Diharapkan setelah
diharapkan adalah pasien mengatakan dilakukan tindakan keperawatan selam
sudah tidak nyeri pada saat batuk 3x8 jam oleh peneliti, bersihan jalan
diarea selang tempat pemasangan nafas pasien efektif. Kriteria hasil yang
WSD, skala nyeri 2 (ringan), tidak diharapkan muncul adalah pasien
tampak grimace, sudah tidak terpasang mengatakan sudah tidak batuk, tidak
WSD, sudah mampu mobilisasi adanya sekret, mobilisasi mandiri,
mandiri, nadi 60x/menit, pernafasan tekanan darah 120/80 mmHg nadi
20x/menit, tekanan darah 120/80 60x/menit, pernafasan 20x/menit..
mmHg . Rencana keperawatan yang Rencana keperawatan yang disusun
disusun adalah monitor status vital adalah memonitor status oksigenasi dan
sign (tekanan darah, nadi, suhu dan respirasi pasien, menganjurkan pasien
pernafasan), monitor tanda-tanda untuk istirahat dan napas dalam,
infeksi, monitor perfusi jaringan mengajarkan pad pasien teknik nafas
perifer (cyanosis, diaphoresis, CRT <2 dalam dan batuk efektif, jelaskan pada
detik), monitor stabilisasi alat WSD, pasien dan keluarga tentang penggunaan
monitor kualitas nyeri, observasi peralatan oksigen, berkolaborasi dengan
reaksi nonverbal dan tim medis dalam pemberian mukolitik,
ketidaknyamanan, ajarkan teknik bronchodilator.
distraksi dan relaksasi (nafas dalam, 4.5 Implementasi Keperawatan
mendengarkan music), dan tindakan
kolaborasi dengan tim medis dalam Pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan
pemberian anti nyeri (analgesic). sesuai dengan rencana tindakan keperawatan
yang telah dibuat dan didokumentasi dalam
2. Diagnosa ke dua dengan kerusakan pencatatan dan pelaporan. Pelaksanaan terdiri
mobilitas fisik berhubungan dengan dari 3 fase yaitu, meliputi fase persiapan
nyeri. Diharapkan setelah diberikan pengetahuan perawat mengenai rencana,
tindakan keperawatan selama 3x8 jam validasi, serta persiapan pasien dan
oleh peneliti, tidak terjadi kerusakan lingkungan. Fase operasional dapat dilakukan
dalam mobilitas fisik pasien. Kriteria dengan intervensi independent (mandiri),
hasil yang diharapkan muncul adalah dependent (tergantung) dan interdependent
pasien sudah mampu bergerak bebas (kolaborasi). Fase terakhir adalah terminasi
seperti biasanya, mobilisasi mandiri,
64

atara perawat dan pasien (Hernawatie, 2011). kesesuaian antara rencana yang
Dalam proses pelaksanaan tindakan dibuat dengan pelaksanaan
keperawatan, perlu adanya pengorganisasian tindakan, karena sebelum
tugas antara perawat yang lain agar dapat merumuskan rencana tindakan
tercapai suatu pelaksanaan asuhan keperawatan, penulis telah
keperawatan yang berkesinambungan, mempertimbangan faktor-faktor
pendokumentasi juga merupakan suatu hal penunjang seperti fasilitas yang
yang sangat penting dalam pelaksanaan ada diruangan. Adanya kerjasama
tindakan keperawatan agar tercipta suatu antara penulis dengan perawat
komunikasi yang efektif antara tim kesehatan ruangan, mengingat penulis
dan pemberi layanan kesehatan yang dapat bertugas dalam rentang waktu
dipertanggung jawabkan. yang terbatas, faktor penghambat
yang dirasakan dalam
Pelaksanaan tindakan diagnosa keperawatan 1 pelaksanaan tindakan pada Tn.R
pada praktiknya tidak semua dilakukan, adalah kurangnya pengalaman
dikarenakan keterbatasan waktu dan ilmu yang klinis penulis dalam proses
dimiliki oleh penulis. Tindakan yang pelaksanaan tindakan
dilakukan hanya, mengajarkan tehnik relaksasi keperawatan di lapangan sehingga
(latihan napas dalam), mengobservasi skala banyak hal yang masih harus
nyeri, mengukur vital sign (nadi, tekanan diperbaiki dan dipelajari.
darah, suhu dan nafas), memonitor perfusi
jaringan perifer (cyanosis, akral dingin, CRT 4.6 Evaluasi Keperawatan
<2 detik), memonitor stabilisasi alat WSD,
memonitor kualitas nyeri pasien, Menurut Muttaqin, 2010 evaluasi merupakan
mengobservasi reaksi nonverbal dan langkah terakhir dari proses keperawatan
ketidaknyamanan, mempertahankan kestabilan dengan cara melakukan identifikasi sejauh
imobilisasi bagian tubuh yang sakit dengan mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai
tirah baring, gips, traksi, dan pembebatan. atau tidak. Pada bagian evaluasi hanya
sebagian masalah yang teratasi. Evaluasi
Pelaksanaan tindakan diagnosa merupakan bagian akhir dari proses
keperawatan yang ke 2 dilakukan keperawatan. Pada setiap akhir pelaksanaan
yaitu mengajarkan pasien dan tindakan keperawatan dilakukan evaluasi
keluarga tentang tindakan untuk menilai sejauh mana tujuan yang telah
ambulasi, mengkaji kemampuan dibuat dapat tercapai. Dari ketiga diagnosa
pasien dalam mobilisasi, utama keperawatan yang dikelola penulis
mengajarkan cara merubah posisi selama satu hari didapatkan hasil sebagai
di atas tempat tidur dan berikut:
memberikan bantuan.
1. Diagnosa 1 nyeri akut berhubungan
Pelaksanaan tindakan diagnosa dengan agen cidera fisik, evaluasinya
keperawatan ke 3 yaitu berupa: Pasien mengatakan rasa nyeri
memonitor status oksigenasi dan sudah berkurang dengan skala 3, hanya
respirasi pasien, menganjurkan masih terasa agak tertusuk di bagian
pasien untuk istirahat dan napas dada apabila bergerak dan batuk dengan
dalam, mengajarkan pad pasien tanda dan gejala pasien masih tampak
teknik nafas dalam dan batuk grimace, masih terpasang selang WSD,
efektif, jelaskan pada pasien dan nyeri tekan (+) di area sekitar selang
keluarga tentang penggunaan WSD, vital sign: Nadi: 97x/menit,
peralatan oksigen, berkolaborasi Nafas: 18x/menit, Tekanan darah
dengan tim medis dalam 130/90 mmHg. Kesimpulan: Masalah
pemberian mukolitik, teratasi sebagian kecil, Lanjutkan
bronchodilator. intervensi sesuai kebutuhan.

Faktor pendukung dalam 2. Diagnosa 2 hambatan mobilitas fisik


melaksanakan asuhan berhubungan dengan nyeri, evaluasinya
keperawatan pada Tn.R adanya berupa: Pasien mengatakan bahwa
65

belum mampu untuk miring ke kiri dan 3. Diagnosa 3 resiko ketidakefektifan


ke kanan. ADLs dibantu, rentang gerak bersihan jalan nafas berhubungan
sendi tidak terbatas, bed rest total, dengan peningkatan produksi sekret dan
terpasang gips pada tangan kiri dan penurunan kemampuan batuk,
terpasang selang WSD didada kiri, vital evaluasinya berupa: pasien mengatakan
sign: Tekanan darah 130/90 mmHg, batuk dengan tanda dan gejala pasien
Nadi: 97x/menit, Nafas: 20x/menit dan batuk pelan, sesak, masih adanya sekret
suhu: 36,9 oC. Kesimpulan: masalah warna putih, vital sign: Tekanan darah
belum teratasi, lanjutkan intervensi 130/80 mmHg, Nadi: 87x/menit, Nafas:
sesuai kebutuhan. 20x/menit dan suhu: 37 oC.
Kesimpulan: Masalah teratasi sebagian,
3. Diagnosa 3 resiko ketidakefektifan Lanjutkan intervensi sesuai kebutuhan.
bersihan jalan nafas berhubungan
dengan peningkatan produksi sekret dan Pada hari yang ke-3 didapatkan hasil evaluasi
penurunan kemampuan batuk, sebagai berikut:
evaluasinya berupa: pasien mengatakan
batuk dengan tanda dan gejala pasien 1. Diagnosa 1 nyeri akut berhubungan
batuk pelan, adanya sekret warna putih, dengan agen cidera fisik, evaluasinya
vital sign: Tekanan darah 130/90 berupa: Pasien mengatakan rasa nyeri
mmHg, Nadi: 97x/menit, Nafas: sudah berkurang dengan skala 2, hanya
20x/menit dan suhu: 36,9 oC. masih terasa agak tertusuk di bagian
Kesimpulan: Masalah teratasi sebagian dada apabila bergerak dengan tanda dan
kecil, Lanjutkan intervensi sesuai gejala pasien masih tampak grimace,
kebutuhan. nyeri tekan berkurang di area sekitar
selang WSD, vital sign: Nadi:
Pada hari yang ke-2 didapatkan hasil evaluasi 82x/menit, Nafas: 20x/menit dan
sebagai berikut: Tekanan darah 120/90 mmHg.
Kesimpulan: Masalah teratasi sebagian,
1. Diagnosa 1 nyeri akut berhubungan Lanjutkan intervensi sesuai kebutuhan.
dengan agen cidera fisik, evaluasinya
berupa: Pasien mengatakan rasa nyeri 2. Diagnosa 2 hambatan mobilitas fisik
sudah berkurang dengan skala 3, hanya berhubungan dengan nyeri, evaluasinya
masih terasa agak tertusuk di bagian berupa: Pasien mengatakan bahwa
dada apabila bergerak dan batuk mampu untuk miring ke kiri dan ke
dengan tanda dan gejala pasien masih kanan. Tetapi sambil dibantu keluarga,
tampak grimace, nyeri tekan (+) di area rentang gerak sendi terbatas, tidak
sekitar selang WSD, vital sign: Nadi: bedrest total, terpasang gips pada tangan
87x/menit, Nafas: 20x/menit, Tekanan kiri dan terpasang selang WSD didada
darah 130/80 mmHg. Kesimpulan: kiri, Tekanan darah 120/90 mmHg.
Masalah teratasi sebagian, Lanjutkan Kesimpulan: masalah teratasi sebagian,
intervensi sesuai kebutuhan. lanjutkan intervensi sesuai kebutuhan.

2. Diagnosa 2 hambatan mobilitas fisik 3. Diagnosa 3 resiko ketidakefektifan


berhubungan dengan nyeri, evaluasinya bersihan jalan nafas berhubungan
berupa: Pasien mengatakan bahwa dengan peningkatan produksi sekret dan
sedikit mampu untuk miring ke kiri dan penurunan kemampuan batuk,
ke kanan. ADLs masih dibantu, rentang evaluasinya berupa: pasien mengatakan
gerak tidak sendi terbatas, bed rest total, batuk berkurang dengan tanda dan
terpasang gips pada tangan kiri dan gejala pasien batuk berkurang, sekret
terpasang selang WSD didada kiri, vital berkurang, vital sign: Tekanan darah
sign: Tekanan darah 130/80 mmHg, 120/90 mmHg, Nadi: 82x/menit, Nafas:
Nadi: 87x/menit, Nafas: 20x/menit dan 21x/menit dan suhu: 37,2 oC.
suhu: 37 oC. Kesimpulan: masalah Kesimpulan: Masalah teratasi sebagian,
teratasi sebagian, lanjutkan intervensi Lanjutkan intervensi sesuai kebutuhan.
sesuai kebutuhan.
66

Pada hari yang ke-4 didapatkan hasil evaluasi KESIMPULAN


sebagai berikut:
1) Pengkajian yang dilakukan pada Tn.R
1. Diagnosa 1 nyeri akut berhubungan didapatkan yaitu keadaan umum pasien
dengan agen cidera fisik, evaluasinya cukup, Pasien mengeluh batuk dan nyeri
berupa: Pasien mengatakan rasa nyeri ditempat pemasangan WSD. Nyeri
sudah berkurang dengan skala 2, dirasakan saat batuk seperti tertusuk-
hanya masih terasa sedikit tertusuk di tusuk diarea dada tempat pemasangan
bagian dada apabila bergerak dengan selang WSD, skala nyeri yang dirasakan
tanda dan gejala pasien masih tampak yaitu 6 (nyeri sedang) dan nyeri yang
sedikit grimace, nyeri tekan berkurang dirasakan kadang-kadang.
di area sekitar selang WSD, vital sign:
Nadi: 85x/menit, Nafas: 20x/menit dan 2) Penegakan diagnosa keperawatan pada
Tekanan darah 120/80 mmHg. kasus Tn.R dibuat berdasarkan
Kesimpulan: Masalah teratasi kebutuhan dasar manusia menurut
sebagian, Lanjutkan intervensi sesuai hirarki maslow dan prioritas masalah
kebutuhan. yang mengancam kehidupan pasien,
uraian teoritis mengenai diagnosa
2. Diagnosa 2 hambatan mobilitas fisik keperawatan yang mungkin timbul pada
berhubungan dengan nyeri, evaluasinya pasien dengan hematothorax. Diagnosa
berupa: Pasien mengatakan bahwa keperawatan yang sesuai prioritas yang
mulai belajar untuk miring ke kiri dan muncul pada Tn.R ada 3 yaitu: Nyeri
ke kanan secara mandiri menggunakan akut berhubungan dengan agen cidera
peyangga bed. ADLs dibantu, rentang fisik. Hambatan mobilitas fisik
gerak sendi tidak terbatas, tidak bedrest berhubungan dengan nyeri.
total, terpasang gips pada tangan kiri
dan terpasang selang WSD didada kiri, Resiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas
vital sign: Tekanan darah 120/80 berhubungan dengan peningkatan produksi
mmHg, Nadi: 85x/menit, Nafas: secret dan penurunan kemampuan batuk.
20x/menit dan suhu: 37,5 oC.
Kesimpulan: masalah teratasi sebagian, 3) Perencanaan keperawatan yang
lanjutkan intervensi sesuai kebutuhan. dirumuskan pada Tn.R dibuat
berdasarkan diagnosa yang muncul.
3. Diagnosa 3 resiko ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan 4) Tindakan keperawatan pada pasien Tn.R
dengan peningkatan produksi sekret dan pada dasarnya mengikuti perencanaan
penurunan kemampuan batuk, yang telah dibuat dalam intervensi
evaluasinya berupa: pasien mengatakan keperawatan yang disesuaikan dengan
sudah tidak batuk dengan tanda dan kondisi pasien. Pelaksanaan tindakan
gejala pasien tidak sudah batuk, tidak keperawatan harus melibatkan semua
adanya sekret, vital sign: Tekanan pihak yaitu pasien, keluarga dan semua
darah 120/80 mmHg, Nadi: 85x/menit, pemberi pelayanan kesehatan agar dapat
Nafas: 20x/menit dan suhu: 37,5 oC. terselenggara suatu pemberian asuhan
Kesimpulan: Masalah teratasi, Hentikan keperawatan yang komprehensif.
intervensi. 5) Evaluasi tindakan yang dilakukan selama
Faktor pendukung dalam melakukan evaluasi 4 hari, sejak tanggal 19 -22 oktober 2016
hasil adalah adanya kerjasama yang terjalin berdasarkan tujuan dan kriteria hasil. Dari
antara penulis, pasien dan perawat ruangan 19 tiga diagnosa keperawatan yang diangkat
dalam memberikan terapi dan keterbukaan didapatkan hasil evaluasi, yaitu masalah
perawat dalam proses pengobatan atau nyeri dapat diatas sebagian, masalah
perawatan terhadap pasien dan keluarga. hambatan mobilitas fisik dapat diatasi
Selama melakukan evaluasi hasil tidak sebagian, dan masalah resiko
ditemukan adanya faktor penghambat dalam ketidakefektifan bersihan jalan nafas
melakukan evaluasi hasil. dapat diatasi.
67

DAFTAR PUSTAKA Sugiyono, 2011 metodologi Penelitian


Kuantitatif Kualitatif R&D.
Bandung: Alfabeta.
Barbara C long. 1996. Perawatan Medical Wulandari , Cahyani Fitri (2012) Asuhan
Bedah.Pajajaran Bandung Keperawatan Pada Klien Ny. K
Dengan Hematothorax Dextra Di
Brunner & Suddarth.2005. Keperawatan Ruang Instalasi Rawat Intensive
Medikal Bedah. Edisi 2. Jakarta : (IRI) RSUP Dr. Soeradji
EGC Tirtonegoro Klaten. Tugas Akhir
David C, 1994. Buku Ilmu Bedah, Jakarta : thesis, Universitas
EGC Muhammadiyah Surakarta.

Doenges,M.E.2000. Rencanan Asuhan dan


Dokumentasi Keperawatan. Edisi
3. Jakarta :EGC

Hardisma, 2014. Gawat Darurat Medis raktis


MHID, DIH. Yogyakarta: Pustaka
Baru.

Muntaqqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan


Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba
Medika

Musliha, 2010. Keperawatan Gawat Darurat.


Yogyakarta: Nuha Medika Book.

NANDA NIC/NOC, 2015. Panduan


Penyusunan Asuhan Keperawatan
Profesional. Yogyakarta: enerbit
Mediaction Jogja.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2012. Metodologi


Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.

Nursalam, 2013. Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan: Pendekatam
Praktis, Edisi3. Jakarta: Salemba
Medika.

Prince, Sylvia.2006. Ptofisiologi ; Komsep


Klinis Proses-Proses Penyakit,
Edisi 6. Ptofisiologi ; Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit,
Edisi 6.Jakarta : EGC.

Rahajoe, 2012. Buku Ajar Resirologi Anak,


Edisi 1. IDAI.

Saferi, Andra Wijaya dan Yessie Mariza Putri.


2013. KMB Keperawatan
Dewasa. Jakarta : Numed

Anda mungkin juga menyukai