Anda di halaman 1dari 16

SMART-FLOUR DALAM PENCE GAHAN KARIES

DANPENGEMBANGANNYA

UNIVERSITAS GADJAH MADA

Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar


pada Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Gadjah Mada

Oleh:
Prof. Dr. Widjijono, drg., SUo

.,
SMART-FLOUR DALAM PENCEGAHAN KARIES
DANPENGEMBANGANNYA

UNIVERSIT AS GADJAH MADA

Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar


pada Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Gadjah Mada

Diucapkan di depan Rapat Terbuka Majelis Guru Besar


Universitas Gadjah Mada
pada tanggal26 Maret 2014
di Yogyakarta

Oleh:
Prof. Dr. Widjijono, drg., SUo

."
Assalamu 'alaiklll11 waralzmawllolzi wabarakatlllz

Yang terhormat, Kewa, Sekretaris dan Anggota Majelis Wali Amanalz


Universitas Gadjalz Mada
Yallg terilOrmat, Ketua. Sekretaris dan Anggota Majelis Guru Besar.
Universitas Gadjalz Mada
Yang terilOrmat, Ketlla, Sekretaris dan Anggota Sellat Akademik
Universitas Gadjalz Mada
Yang terhormat, Rektor. Wakil Rektor, Dekan. Wakil Dekan dall
segenap Pejabat Struktllral Universitas Gadjall Mada
Yang terhormat, rekan-rekan dosen dan segenap sivitas akademika
Universitas Gadjalz Mada
Para tamll undangan dan hadirin yang terhormat

Pertama-tama saya panjatkan puji syukur kehadirat Allah Swt


atas karunia, rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kita dapat
hadir dalam rapat Terbuka Majelis Guru Besar Universitas Gadjah
Mada saat ini. Suatu kehonnatan tersendiri bagi saya atas kesempatan
yang diberikan untuk menyampaikan pidato pengukuhan sebagai Guru
Besar dalam bidang Ilmu Biomaterial Kedokteran Gigi sesuai dengan
SK Mendikbud RI nomor: 164118/ A.4.3/KP/20 13 tel1anggal 31
Oktober 2013. Pidato pengukuhan ini merupakan penyampaian see a-
ra lisan dari pemikiran saya berjudul:

Smart-Fluor Dalam Pencegahan Karies Dan Pengembangannya

Pil11pinallsidang dan hadirill yang saya mliliakan


Bagian Ilmu Biomaterial Kedokteran Gigi yang merupakan
peeahan dari Ilmu Dental Material dan Teknologi Gigi dalam rangka
menuju global sciellce telah mengikuti perkembangan keilmuannya
dari paradigm synthetic dental materials menuju ke biological bioma-
terials. Ilmu Biomaterial dikembangkan berdasarkan sains dengan
jangka panjang berkesinambungan, sedangkan Teknologi Kedokteran
Gigi dikembangkan berdasarkan terapan dengan jangka pendek,

.r "
2 3

kontemporer dan fragmatis praktis. Diantara kedua paradigma terjadi bersifat pasif tanpa interaksi dengan lingkungan menuju bioactive
perkembangan era smart-materials. Senyawa fluOlide telmasuk dalam biomaterials dan true biological biomaterials. Sifat material yang
kategori smart material, sehingga senyawa fluor disebut sebagai bioactive adalah matelial setelah ditempatkan dalam jaringan mem-
smart-fluor. Material smart:I1/1orperlu dikembangkan untuk men- punyai mekanisme aktif sesuai tujuan perawatan. True biological
dapatkan efektivitas dan efisiensi yang optimum dalam pencegahan biomaterials terwujud apabila telah diketemukan suatu metode
katies gigi. Material dengan kandungan fluor mempunyai pengaruh restorasi secara alami yaitu menumbuhkan gigi dari stem cell
lebih meningkatkan ketahanan terhadap kmies gigi dan menghambat (McCabe dkk., 2009). Saat ini matelial dibidang kedokteran gigi yang
pertumbuhan bakteri kariogenik. Terkait dengan konsep minimal tersedia bersifat material symhetic, bioactive dan smart. Smart
invasive demistry (MID) pada perawatan gigi karies, telah dikem- behavior terkait dengan sifat biokompatibilitas yaitu material yang
bangkan metoda pemberian fluor secara sistemik berupa susuk dan digunakan mendapat respon dari jaringan sesuai tujuan perawatan.
plester fluor yang menunjukkan efektivitas dalam upaya peningkatan Material bioaktif merupakan material yang akan merespon secara
pencegahan karies gigi. Periode kedepan tantangan yang perlu diatasi aktif dalam pembentukan senyawa biologis pada waktu berkontak
adalah pembuatan: perangkat detektor fluor sensitive-portable. dengan dengan jaringan hidup.
teknik sentuhan pada saliva dan sediaan plester:f1uor dengan matriks Unsur penting dalam smart material adalah aksi dan respon dari
adhesive sel1amaterial restorasi berbasis polimer yang aman. stimuli menghasilkan efek yang diinginkan harus reversibel dan faktor
penentunya adalah bersifat asimetrikal. Stimuli pada smart material
Pimpinan sidang dan hadirin yang saya muliakan meliputi strain, stress, temperatur, kimiawi, medan listrik, medan
magnit, tekanan hidrostatis, radiasi dan lain-lain. Dari jenis stimuli
Pendahuluan yang ada smart material dapat diklasifikasikan menjadi: piezoelektrik
Ilmu Biomaterial, saat ini sedang mengalami transisi dali abad material, elektrostriktif matelial, magnetostriktif material, thelmores-
synthetic Dental Materials ke abad true biological materials. True ponsif material, pH sensitive material, light sensitive material,
biological biomaterials adalah ilmu biomaterial yang mengem- polimer smart, smart gels, smat1 katalis, dan shape memory alloys.
bangkan ke arah natural tissue restoration (Bayne, 2005). Transisi Senyawa fluor termasuk dalam klasifikasi piezoelektrik material.
keilmuan bertolak dari abad material plastis menuju ke abad material Piezoelektrik berasal dari kata piezo (Latin) yang berarti pemampatan
komposit. Diantara kedua abad ini berkembang era yang disebut atau squezze. dan electro, dengan pengertian bahwa piezomaterial
smart-material (Harvey, 2002). Smart materials adalah matelial yang adalah material yang mempunyai intisari: hasil pemampatan material
mempunyai sifat dan kemampuan untuk kembali ke status semula dan terkait dengan perubahan medan kelistlikan sesuai tujuan
sebelum ada stimulasi. Dalam" kerangka mengikuti perkembangan perlakuan (Harvey, 2002).
keilmuan tersebut, maka mulai tahun 1995 bagian IBKG FKG-UGM Material-matelial untuk pencegahan dan promosi kesehatan gigi
yang mempunyai perilaku smw1 adalah jenis: polimer resin akriIik,
"memisahkan disiplin ilmu dari Ilmu Dental Material & Teknologi
Kedokteran Gigi menjadi Ilmu Biomaterial Kedokterim Gigi (IBKG) ionomer kaca dan turunannya, senyawa fluor, serta biofilm. Khusus
dan Teknologi Kedokteran Gigi (TKG). TKG dikembalika~ ke induk untuk senyawa smart-fluor perlu ditingkatkan agar lebih efektif dan
ilmu dan diampu oleh Bagian Ilmu K~dokteran Gigi Dasiu' (IKGD). efisien tanpa dualisme dalam penggunaan fluor yang belum terpecah- .
Tahun itu.pula dimulainya transisi dari paradigma material tradisional kan seperti yang terjadi saat ini. Upaya pengurangan dan penghilangan
yang didesain untuk'penggunaan dalam jangka panjang, awet dan gap dualisme tersebut dipandang sangat perlu untuk dilakukan.

."
4 5

Gap dualisme penggunaan material fluor sudah lama teljadi. kadar yang memberi efek preventif tanpa atau minimal mengakibatkan
Sebenanya dualisme teljadi sebagai akibat ketidak sinkronisasi fluorosis. Rentang kadar fluor plasma normal antara 0,14-0,19 ppm
penggunaan fluor di masyarakat dan kemungkinan bagi penganut (Fejerkov dkk., 1996). Fluor dalam kadar normal terjadi dinamika
paham fundamental-minimalis. Fluor sendili diyakini bukan merupa- metabolisme secara efektif, efisien dan menguntungkan dalam
kan nutrien esensial tetapi merupakan mikronutrien atau sebagai pencegahan karies gigi. Akan tetapi fakta di lapangan menunjukkan
bahan suplemen (Munay, 1986), sehingga ditolak oleh kelompok ketidaksinkronan dalam pemberian fluor. lumlah asupan fluor ke
faham fundamental-minimalis. Dari pandangan kelompok pelaksana dalam tubuh tidak terkendali, berlebihan sehingga menyebabkan
kesehatan yang mempunyai pemahaman bahwa fluor sangat diyakini terjadinya fluorosis maupun penyimpangan lainnya. Sumber asupan
berperan membantu dalam penurunan prevalensi katies gigi. fluor dalam masyarakat berasal sebagian besar dati makanan-
Penurunan prevalensi karies gigi diakibatkan pembentukan fluor- minuman, air minum, pemberian fluor secara masal melalui pasta gigi
hidroksi apatit atau fluor apatit yang lebih tahan terhadap deminera- berftuorida dan sebagian kecil dari pemberian fluor profesional oleh
lisasi lingkungan asam. tenaga kesehatan.
Karies gigi merupakan penyakit major yang melanda sebagian
besar penduduk di dunia. Bank data kesehatan global (GODB),
Pimpinan sidang dal/ /wdirin yang saya 11luliakall
menunjukkan prevalensi karies gigi di negara-negara maju mengalami
penurunan, sedangkan di negara-negara berkembang dan negara Sumber Fluorida
sangat maju justru menunjukkan peningkatan prevalensi karies gigi.
Prevalensi karies gigi di negara sangat maju berubah dari moderat ke Fluor mempunyai sifat paling elektro negatif diantara elemen
tingkat tinggi. Dalam rangka pencegahan kenaikan prevalensi kalies kimiawi sehingga di alam tidak pemah didapatkan dalam bentuk
gigi, badan kesehatan dunia (WHO) membuat strategi antara lain elemental tetapi dalam bentuk persenyawaan. Senyawa fluorida
dengan langkah: (a) penurunan tingkat prevalensi secara berkesinam- terdapat berturut-turut dari jumlah besar ke kecil adalah: air laut, air
bungan di negara industri, dan (b) menghentikan atau membalikkan tanah, tanaman dan udara. Senyawa fluorida di alam berupa
kecenderungan laju peningkatan prevalensi karies gigi di negara kombinasi kimiawi dari berbagai mineral seperti fluorspar. cryolite.
berkembang (Mun'ay, 1986). Dalam bidang Kedokteran Gigi, untuk appatite, mika dan lain-lain. Fluor dalam batuan vulkanik hampir
pencegahan katies gigi mendasarkan pada konsep etiologi. Secat'a sarna yang terkandung di lautan. Kandungan fluor dalam minyak,
teoritis terdapat keniscayaan memodifikasi faktor-faktor etiologi atau makin ke dalam jaraknya dari permukaan tanah makin tinggi kadar
peningkatan faktor-faktor yang memperkuat ketahanan gigi terhadap fIuo1l1ya.Di area pegunungan yang tinggi kandungan fluor tanahnya
kelarutan dalam suasana asam. WHO telah memutuskan dengan relatif rendah. Fluor di darah pegunungan akan terlarut dalam air dan
resolusi dalam World Health Assembly (WHA) nomor 31.50 tahun ditransfer ke dataran rendah atau ke laut melalui sungai menyebabkan
1979 menganjurkan pemberian suplemen fluor dan aplikasi topikal kandungan fluor laut relatif tinggi sehingga kandungan fluor di benua
fluor untuk daerah dengan kandungan fluor air minum kurang ini relatif konstan sesuai siklus ekologi.
optimum (WHO, 1984). kandungan fluor yang tinggi biasanya didapatkan di kaki
Para pelaku tenaga kesehatan menggunakan prinsip dasar dalam gunung dan daerah geological deposit yang dulunya lautan, seperti
sabuk geografis Siria-Jordan-Mesir-Libia, Algeria-Maroko, lembah
pemberilln fluor. Prinsip dasar tersebut adalah menggunakan dosis
terapeutik dan besa1' dosis terapeutiknya ditunjukkan dalam kadar Rift Sudan-Kenya. Turki-Irak-Iran-Afganistan sampai India-Thailand-
fluor plasma darah. Kadar ideal untuk prevensi karies gigi adalah Cina. Kandungan fluor tCI1inggi dalam air didapatkan di danau

.,
6 7

Nakuru lembah Rift (2800 mg/liter) dan dalam tanah dipantai danau oral melalui alur glikolitik. Dalam alur glikolitik, fluorida akan
sampai 5600mg ion F/kg. Fluor dalam makanan padat berasal dari menghambat proses enzimatik. FluOlida bereaksi dengan enzim
fluor tanah. Tanaman yang tumbuh di daerah tanah asam mempunyai metaloenzim yang memerlukan kation divalen untuk aktivitasnya.
kadar fluor tinggi dan fluor terdapat dalam helaian daun, biji atau Fluorida dengan metaloenzim akan membentuk jluor-metallocomplex
buah. Daun teh merupakan salah satu tanaman yang mengandung yang tidak reaktif lagi. Fluorida menghambat metaloenzim seperti
fluor tinggi. Fluor dari daun teh dengan cepat terlepas pada waktu enzim-enzim: enolase, suksinikdehidrogenase, fosfoglukomutase, di-
diseduh dengan air panas. Produk ikan (terutama salmon dan sarden) samping itu fluor juga menghambat nonmetaloenzim seperti enzim-
kaya kandungan fluor yang berasal dari fluor laut yang terserap enzim: fosfogliseromutase, fosfatase dan asetilkolinesterase. Gang-
bersama makanan ikan. Kadar fluor tinggi juga didapatkan pada guan enzim enolase akan menghambat pembentukan fosfoenol piruvat
daging ayam yang ditemak dengan pemberian pakan fis1zmeal atau dari 2-fosfogliserat dalam siklus Kreb's. Dengan demikian produksi
b01lemeal. Ketela di daerah Amerika Utara dan Pasifik juga karbohidrat intra selular akan terhambat dan menurunkan produksi
mengandung kadar fluor tinggi. Air minum dari sumur juga asam. Dengan kata lain penghambatan enzim enolase pada siklus
mengandung fluor akibat fluor tanah yang terlarut dan merupakan Kreb's akan menurunkan insidensi karies gigi (Wefel, 1982).
sumber asupan fluor bagi tubuh (Murray, 1986). Sifat-sifat pokok fluorida dalam kondisi fisiologis normal
adalah: (a) fluor diabsorpsi dalam bentuk ion fluor atau hydrogen
fluoride mengikuti hukum difusi pasif. Sekitar 75 persen fluor darah
Pimpi1la1l sida1lg da1l /Zadiri1l ya1lg saya muliaka1l
terdapat dalam plasma, (b) kadar puncak fluor sekitar '/2 jam pada
Metabolisme Fluorida puasa, (c) waktu paroh fluor plasma antara 4 sampai 8 jam, (d) sedikit
ion fluor dalam plasma yang terikat protein, (e) deposisi fluor terjadi
Masukan fluorida baik berasal dmi makanan maupun minuman cepat pada jaringan terkalsifikasi, (f) terdapat kesetimbangan antara
akan segera diabsorpsi dalam darah. Mekanisme absorpsi fluor kadar fluor tulang dan kadar fluor plasma, (g) ekskresi fluor normal
merupakan suatu difusi melewati membran yang permeabel. Fluorida terjadi melalui ginjal (Ericsson, 1983).
yang tidak dapat diabsorpsi akan dielimi~asi melalui tinja. Apabila Kondisi kadar fluor tinggi menyebabkan penghambatan secara
dalam makanan atau minuman bersama-sama fluor terdapat mineral- partial pada proteinase yang memecah protein matriks email, sehingga
mineral kalsium, magnesium, aluminium maka absorpsi fluor dapat modulasi pengeluaran protein terhambat dan tidak terjadi proses
terganggu karena membentuk senyawa yang tidak larut (i1lsoluble) kalsifikasi. Kenaikan dosis fluor akan menurunkan secara progresif
(Murray, 1986). Penampungan fluor (seeki1lg) dalam tubuh terjadi modulasi ameloblas selama fase maturasi perkembangan email.
sebagian kecil pada jaringan lunak dan terletak dalam cairan Apabila kenaikan kadar fluor terjadi secara ekstrim, maka modulasi
intersisial, sedangkan fluor dalam jumlah besar terjadi pada jaringan ameloblas akan hilang sarna sekali. Kegagalan dalam proses
terkalsifikasi (tulang, sementum, dentin dan email). Fluor yang pengeluaran protein matriks email, menyebabkan terjadinya kelainan
terdapat dalam jaringan tulang dapat terjadi dekalsifikasi dan reposisi dalam ukuran dan morfologi kristal berupa porus atau tidak terbentuk
akibat proses remodeling dinamis tulang, sedangkan pada sementum, kristal ~ama sekali (Bawen dkk., 1995) dan dikenal sebagai kelainan
dentin dan email apabila terjadi demineralisasi sangat sukar terjadi fluorosis gigi.
remodeling seperti pada tulang.
Fltlorida mempunyai efek langsung terhadap: (a) permukaan
gigi dengan sifat reaksi elektro negatif fluor dan (b) mikroorganisme

."
8 9

Pimpinan sid(l1lg dan/wdirin yang saya 11l11liakan akan tampak lebih nyata bila diberikan melalui air minum. Pada anak
Mekanisme fluor terhadap hidroksiapatit usia 5 sampai 9 tahun yang diberi suplemen fluor air minum selama 2
sampai 4 tahun menurunkan karies gigi sampai 40 persen, pada
Fluor merupakan unsur yang sangat elektronegatif dan sangat pemberian suplemen fluor setiap hari selama 8 sampai 11 tahun dapat
reaktif. Di alam tidak pemah didapatkan fltior dalam bentuk elemental menurunkan karies sampai 80 persen (Wei, 1982).
(F2), tetapi selalu diperoleh dalam bentuk senyawa fluorspar (CaF2), Aksi fluorida dalam pencegahan terhadap karies gigi melalui
fluorapatit (FAP) atau cryolite (Na)AlF6). Fluor dalam bentuk ion mekanisme: a) Penghambatan proses demineralisasi. Ion fluor yang
banyak terdapat dalam air segar, air laut, tanaman dan dalam senyawa berada dalam cairan email dan terjerap dalam kristal email mencegah
organik lain. FIuorida sendiri terakumulasi dalam skeleton yang proses demineralisasi, b) Promosi remineralisasi terjadi pada area
dikenal sebagai bone seeker. Gigi tersusun dari kristal-kristal hidroksi yang mengalami demineralisasi pada medium pH dibawah 5,5.
apatit. Hidroksi apatit merupakan senyawa klasium fosfat dengan Remineralisasi tetjadi disebabkan adanya kadar ion mineral jenuh dan
rumus empiris CalO(P04MOHh. Senyawa fluorida termasuk smart tetjadinya proses penggabungan dengan kristal email di ruang karies.
materials kedokteran gigi karena terjadi pelepasan fluor dari bentuk Kunci strategi dalam remineralisasi dalam mulut untuk pengendalian
asal berupa garam menjadi ion fluor yang mampu mensubstitusi atau arrestment carious lesions adalah tersedianya ion fluor dalam
gugus hidroksi kristal gigi, membentuk kalsium hidroksida apatit dan kadar terapeutik (de Sousa dkk., 2012).
memberi manfaat ketahanan gigi terhadap demineralisasi akibat asam Penggunaan smart-fluor untuk pencegahan karies gigi yang
(McCabe dkk., 2009). Penggabungan atau subtitusi ion fluor kedalam terbaik dilakukan dengan cara: pemberian dalam jangka panjang,
kristal hidroksi apatit selama periode pertumbuhan gigi, maka akan berkesinambungan, dalam kadar rendah, berdasarkan dosis terapeutik
terbentuk fluor apatit (FAP) atau fluor-hidroksi apatit (fluoridated (Widjijono, 2001) dan dilaksanakan secara terpadu dari tenaga medis,
l1ydroxyappatite) hal ini terjadi karena tidak seluruh gugus hidroksi pabrik pembuat material berfluorida dan penggunanya. Kebanyakan
tergantikan oleh fluoride (Wefel, 1982). fluorida di ekskresi melalui ginjal berupa urin dan sebagian kecil di
Aksi fluor sebagai material pencegahan mempunyai r~aksi ekskresi melalui air ludah, susu, keringat, bahkan air mata. Alur
terhadap hidroksiapatit gigi sebagai berikut: (1) Dalam kadar tinggi metabolisme fluorida yang masuk melalui saluran pencemaan dan
akan membentuk endapan kalsium fluorida dan menutup pori atau saluran pemafasan secara skematis adalah sebagai berikut:
permukaan email gigi, (2) Dalam kadar rendah membentuk fluor (a) fluorida masuk melalui rongga mulut, masuk lambung dan diserap
apatit, (3) Dosis fluor terapeutik dalam narrow window, (4) Kadar dalam usus halus kedalam darah. Fluor yang tidak terserap oleh usus
fluor yang tinggi dalam plasma darah mengakibatkan gangguan halus diekskresi melalui tinja, (b) Fluorida yang masuk melalui
pengeluaran protein matriks jaringan terkalsifikasi sehingga terjadi saluran pemafasan langsung diserap dalam darah, (c) Dari dalam
fluorosis gigi. darah ditampung dalam jaringan keras-terkalsifikasi dan jaringan
Di negara-negara maju yang menggunakan jaminan kesehatan lunak, (d) Kelebihannya diekskresi melalui urin, saliva, keringat atau
dalam anggaran belanja negaranya, program pemberian suplemen air mata. Fluor yang diekskresi melalui saliva akan masuk lagi dalam
fluoridamerupakanagen kariostatikyangefektif,terutamapada anak- saluran pencemaan (Terhune, 1974).
anak yang hidup di daerah non fluoridasi air minum. Apabila
suplemen fluorida dilakukan setiap.hari dan berkelanjutan mulai dari
usia <1inisampai umur belasan tahun dapat dipastikan berdampak
tinggi terhadap prbteksi karies gigi. Sebenamya suplemen fluorida ini

. ...
10 11

Pimpinan sidang dan Iwdirin yang saya muliakan dapur atau lainnya, untuk Indonesia belum memungkinkan karena
beberapa persyaratan tidak terpenuhi. Menurut WHO pemilihan
Pemberian dengan metode komunitas, individual dan profesional metode yang tepat dalam pencegahan karies gigi secara misal
Berdasarkan klasifikasi pemberian fluor yang diusulkan de diperlukan pedoman antara lain: (a) analisis demografi (total
Soausa dkk., (2012), meliputi : (1) metode komunitas yaitu dengan penduduk, pcrsebaran umur, persebaran geogafis, populasi urban dan
pemberian fluor dalam garam, susu, air minum dalam masyarakat, rural, umur anak dan jenis sekolah) (b) data epidemiologi karies gigi
(2) metoda individual yakni pemberian fluor kepada perorangan (prevalensi, insidensi, jenis serangan kmies, (c) asesmen kandungan
berupa pasta gigi, obat kumur, suplemen fluorida dan (3) metoda fluor air minum yang tiap daerah harus mempunyai alat detektor
profesional yakni pemberian fluor yang dilakukan oleh pemangku pengukur kadar fluor (elektroda ion spesifik fluor), (d) asesmen
tenaga ke- sehatan berupa tindakan topikal aplikasi dengan vamish asupan tluor diluar sumber air minum, dan (e) ketersediaan pelaksana
dan fluorgel. Di Indonesia metode pemberian fluor metoda komunitas dan sumber dana. Dari ke lima syarat utama ini hanya butir a dan b
belum diIakukan, sedangkan yang paling umum dilakukan adalah yang dapat dipenuhi. Informasi lain yang diperlukan dalam
metode pemberian kepada individual baik atas kemauan pasien sendiri perencanaan dan pemilihan metode fluoridasi yang tepat meliputi:
maupun oleh tenaga kesehatan (metode profesiona1). organisasi pengelolaan kesehatan, adanya pramusiwi klinik, organisasi
Pemberian fluor metoda komunitas dapat berupa fluoridasi air day-care untuk anak prasekolah, sistem pendidikan, sistem
minum, garam dapur dan susu. Secara pribadi saya menyarankan transportasi, pola konsumsi makanan, sikap nara sumber profesi
pemberian fluor metode komunitas melalui fluoridasi air minum tidak terhadap fluoridasi dan sikap masyarakat terhadap fluoridasi dan
perlu dilakukan di Indonesia selama belum ada undang-undang yang target usia. Untuk penentuan pemilihan metoda fluoridasi persyaratan
menjamin keselamatan akibat pemberian fluor air minum. Di Ameli- utama maupun tambahan harus terpenuhi (MUl1"aY, 1986).
ka Utara yang menggunakan fluoridasi air minum dalam skala Pembelian secara masal pada kelompok masyarakat mengguna-
program kesehatan giginya telah menimbulkan efek samping berupa kan pasta berfluorida menunjukkan tingkat efektivitas yang tinggi
peningkatan prevalensi fluorosis sebesar tiga kali dibanding negara dalam pencegahan karies gigi. Jones dkk., (2005) melaporkan peneliti-
yang tidak melakukan fluoridasi air minum dengan besar prevalensi annya pada anak-anak umur 6 sampai 10 tahun di Kalimantan Barat
fluorosis sepuluh kali. Demikian pula negara-negara lain yang menggunakan pasta gigi berfluOlida menunjukkan bahwa pada anak
menggunakan fluoridasi air minum dilaporkan terjadi kenaikan yang mendapatkan perlakuan penyikatan gigi berfluorida (1.000
prevalensi fluorosis seperti di Eropa, New Zealand dan Hong Kong mg/kg) paling sedikit menyikat selama 1 menit kemudian berkumur,
(Pendrys dan Stamm, 1990). Air merupakan komponen yang amat maka evaluasi setelah 3 tahun diperoleh penurunan karies gigi sebesar
penting dalam mata rantai masukan fluor dalam tubuh, disamping itu 23%. Kesimpulan penggunaan pasta gigi berfluorida efektif untuk
makanan yang mengandung fluor tinggi sangat menentukan kadar pengendalian karies gigi. Pemberian fluor seCaI'a individual dan
fluor dalam plasma. Hasil penelitian epidemiologi tentang fluorosis profesional juga menunjukkan efektivitasnya dalam penurunan terha-
akibat pemaparan fluor pada periode pertumbuhan, sebagai akibat dap karies gigi. Perawatan dengan topikal aplikasi kadar fluor tinggi,
peran air dan makanan ini, kadar fluoridasi air minum dari 1 ppm terbentok endapan CaCh dan menutup pori gigi. Diyakini bahwa
disesuaikan misalnya menjadi 0,6 ppm di Jepang, sedangkan di Hong kelarutan endapan CaClz merupakan sumber fluor kadar rendah dalam
Kong diturunkan menjadi 0,7 ppm per liter (Evans, 1990). saliva, berlangsung lama dan meningkatkan remineralisasi email gigi.
Untwkpengembangan dan pelaksanaan pemberian fluor dengan Pemberian seCaI'atopikal lebih efektif karena memberikan kadar F
metode komunitas baik menggunakan fluoridasi air minum, garam rendah dan jangka lama pada fasa cairan mulut (de Sousa dkk., 2012).

.,.."
-
12 13

Pemberian sediaan yang mengandung unsur remineralisasi efek estrogenik dalam tubuh (Anusavice, 2003). Berdasarkan hal
kepada pasien pada tahap awal katies gigi (bersifat reversible) akan tersebut perlu dilakukan pengembangan material restorasi berfluorida
tetjadi proses kalsifikasi. Kalsifikasi yang melibatkan difusi ion Ca yang terbebas dati pengaruh senyawa estrogenik.
dan fosfat (dati sediaan mineral dan saliva) ke dalam ruang lesi
sehingga tetjadi remineralisasi dan perbaikan struktur gigi dalam
Pill1pinansidang dan hadirin yang saya muliakan
ruang lesi katies. Hasil remineralisasi lebih tinggi pada pemberian
sediaan remineralisan berfluotida dibanding pembetian secara sis- Pemberian dengan sediaan remineralisasi
temik (Hedge dan Moany, 2012). Dati pembetian fluor dengan
Penggunaan caseinophosphatepeptide (CPP) merupakan protein
metode komunitas di Indonesia belum memungkinkan, . sehingga
susu yang bersifat bioaktif sebagai material penghambat
pembetian dengan metode individual dan profesional yang sangat
demineralisasi gigi dan penghambatan mikro kariogenik telah
memungkinkan dikembangkan. Untuk kedua metode ini diperlukan
dilakukan. CPP menunjukkan daya penghambat terhadap cariogenic
satu syarat utama yakni harus diketahui kadar fluor plasma darah
bacteria streptococcus mutans, bersama-sama dengan amorphous
individu. Kadar fluor plasma berkisar 10 kali lipat dari kadar fluor
calcium phosphate (ACP) membentuk nanokluster pada permukaan
saliva. Sebagai tantangan masa depan diperlukan perangkat detektor
gigi dan membetikan ion kalsium dan fosfat sebagai cadangan dan
spesifik fluor yang fortable, lebih praktis, lebih sensitif dan volume
memelihara supersaturation pada permukaan remineralisasi email.
sampel minimal cukup disentuhkan pada sampel, untuk menentukan
kadar fluor dalam saliva. CPP memperlihatkan aktivitas penghambatan demineralisasi dan
meningkatkan remineralisasi email gigi (Aimutis, 2004). Konversi
ACP menjadi hidroksi apatit, diawali dengan deposisi butiran-butiran
Pi1llpinan sidang dan hadirin yang saya lI1uliakan mineral dalam mattiks membran vesicle jaringan terkalsifikasi
(Becker, 2006)
Pembel'ian material tumpatan berfluorida
Ion F dan fosfat dari CPP yang terkait pada proses reminera-
Material untuk tumpatan gigi dan berfungsi untuk pencegahan lisasi berasal dati kelarutan kalsium difluorida hasil endapan pada
karies gigi biasanya mengandung senyawa fluor seperti glass ionomer proses topikal aplikasi fluor dengan kadar tinggi. Proses kelarutan
(01), resin-modifikasi glass ionomer (RMOI), metal-modified glass kalsium difluotida berlangsung lama, terjadi sedikit demi sedikit dan
iono1llerdan c01llpomer(Craig dkk., 2000). Material tumpatan yang masuk ke dalam cairan saliva. Fluoridasi terjadi dari ion fluor dengan
berfluorida ini dapat dilakukan recharging F dengan medium ikatan longgar y~mg terdapat di luar permukaan email gigi, fluor
berfluorida seperti bentuk pasta gigi. Pelepasan fluor dati tumpatan dalam cairan saliva, fluor dalam biofilm atau dati suplemen larutan
hasil recharging F berlangsung dalam jangka panjang lebih penting kalsium-fluor-fosfat. Pengen:bangan sediaan untuk remineralisasi
dibanding ledakan pelepasan awal dalam jangka pendek. Proses berbasis kasein, dengan dasar kerja bahwa pada tahap awal katies gigi
recharging F pada bahan tumpatan lebih cepat terjadi bila dilakukan yang bersifat reversible dengan melalui suatu proses remineralisasi
pada suhu yang hangat. Pada suhu yang hangat tersebut terjadi pele- yang melibatkan difusi ion Ca dan fosfat ke dalam ruang lesi sehiIigga
pasan F berkesinambungan dati tumpatan berfluotida (McCabe dkk., terjadi perbaikan struktur gigi (Hedge dan Moany, 2012). Pemberian
2009). lonomer kaca yang dimodifikasidengan resin (RMOI) dan casein plwsphorpeptide-amorpholls calcium phosphate (CPP-ACP)
kompomer dengan mattiks polimer berbasis resin akrilik, mengandung dan casein plwsplwr-peptide-amorplwus calcium phosphate fluoride
gugus bis-OMA yang,bersifat estrogenisitas sehingga menyebabkan (CPP-ACPF) pada pasien tahap karies awal yang bersifat reversibel,

.,
-- ---..-
14 15

menunjukkan adanya peningkatan .yang bermakna terhadap penurunan Pada awal perkembangan sistem pelepasan obat terkendali
karies gigi dan terjadi kalsifikasi serta perbaikan struktur gigi. Pada berdasarkan atas biokompatibilitas polimer organik non degradabel,
pemberian CPP-ACPF teljadi kesetimbangan ion CaHP04 dan HF sehingga pada akhir masa pengobatan harus dilakukan pembedahan
netral. Kedua ion ini mempunyai kemaknaan tinggi dalam untuk mengeluarkan selongsongnya. Perkembangan lebih lanjut
remineralisasi lesi karies gigi. Sifat netral dari kedua ion CaHP04 dan menggunakan bahan polimer biodegradabel, <lalam hal ini bahan
HF menyebabkan terjadinya difusi kedalam celah kristal lesi karies pembawa obat akan habis bersamaan dengan bahan aktif termasuk di
gigi dan terjadi deposisi mineral (Cochrane dkk., 2008). Disamping dalamnya adalah susuk fluor. Pembelian implan fluor bawah kulit,
hal tersebut pada pemberian CaHP04 dan HF terjadi pula kalsium terinspirasi dari penggunaan susuk KB. Jika hormon bisa dilepas
hidroksida dan kalsium fluorida. Bentuk pemberian secara topikal secara lambat dalam jangka lama dari suatu matriks pembawa, kenapa
menggunakan CaHP04 dan HF akan membetuk struktur 3 lapis fluor tidak dapat dilakukan pelepasannya secara lambat dan dalam
terdiri dari: fluorapatit, kalsium fluorida dan kalsium hidroksida. jumlah kecil? Inspirasi lain berdasarkan hasil-hasil penelitian wahana
Kalsium hidroksida dan kalsium fluorida ini akan menginduksi pencegahan karies gigi antara lain: (a) penggunaan i1ltraoralfluoride
remineralisasi pada lesi kalies gigi (Gerth dkk, 2007). Pada penam- releasing device menggunakan HEMA-MMA (Mirth dkk., 1983),
bahan NaF 0,2% pada CPP-ACPF menghasilkan remineralisasi lebih (b) HEMA-MMA sebagai pembawa MFP menghasilkan lepasan
tinggi dibanding dengan CPP-APP (Javarajan dkk., 2011). Fluor yang linear dan dalam jumlah kecil (Widjijono dkk., 1993), senyawa
telah terikat dalam kristal apatit gigi tidak mempunyai peran dalam polilaktat sebagai pembawa antibiotik pada dental pack melepas obat
proses remineralisasi. Ion fluor untuk fluoridasi ini berasal dari ion secara perlahan dan implan habis (Ryder, 1997). Konsep dasar
fluor yang terikat longgar pada email atau ion fluor bebas dalam pemberian susuk fluor adalah bertolak dari pemberian obat dengan
cairan saliva berasal dari suplemen fluorida. sistem lepasan terkendali. Medikamen yang digunakan adalah
polilaktat (PLA) sebagai pembawa zat aktif. Polilaktat mempunyai
Pimpillall sidallg dall hadirill yallg saya muliakall sifat: mekanis, elastisitas, kompatibilitas polimer-obat, biokom-
patibilitas, permeabi-litas dan kecepatan biodegradasi yang baik (Pitt
Pemberian susuk fluor
dan Schlindler, 1983). Zat aktif yang digunakan berupa natrium
Sebenamya upaya pendekatan pencegahan karies gigi meng- monofluorofosfat (MFP) yang secara fisiologis akan terhidrolisis oleh
gunakan bahan khemoterapi khususnya senyawa fluor sudah dilaku- enzim fosfatase menjadi ion monofluorofosfat. Ion monofluorofosfat
kan sejak awal abad 19, akan tetapi sampai saat ini keberhasilannya sendiri merupakan senyawa i1ltermediate dalam metabolism karbo-
belum terealisasoidengan sempuma. Secar'a garis besar terdapat dua hidrat dan bersifat endogenosa terhadap tubuh. Ion monofluorofosfat
cara menuju efektivitas penggunaan senyawa fluorida yaitu dengan akan terurai menjadi ion fluor dan ion fosfat (Pearce, 1983).
memodifikasi struktur kimiawi dan penggunaan bahan pembawa zat. Keniscayaan pemberian fluor menggunakan susuk fluor secara
aktif. Modifikasi struktur kimiawi bertujuan untuk mendapatkan skematis dapat digambarkan sebagai berikut:
molekul senyawa fluorida yang mempunyai aktivitas sebagai 1. Implap lepas lambat dibuat dengan dosis terapeutik yakni
antikaries lebih tinggi dibanding senya~a fluorida alami, sedangkan menggunakan campuran PLA-MFP 20%.
penggunaan bahan pembawa (carrier) agar dapat mengatur pelepasan 2. Fluor dari implan PLA-MFP 20% akan di absorpsi melewati
fluor dalam jumlah kecil dan berlangsung lama dengan istilah drug lapisan kulit, langsung maSukdalam darah.
delivery system, susklilled released, IOllgacting dan sejenisnya. 3. Ion fluor dalam plasma darah akan normal (:t 0,01 ppm).

."
16 17

4. Ion fluor bereaksi dengan hidroksi apatit kristal gigi membentuk fluor sistemik berupa plester-fluor yang kemungkinan dapat diterima
senyawa fluor apatit. secara sosial-budaya.
5. Fluor apatit lebih tahan terhadap pengaruh lingkungan asam, dan
berperan sebagai agen anti karies gigi. Pimpinan sidang dan hadirin yang saya muliakall
Pemberian secara transdermal
Widjijono (2001) melaporkan penelitian dengan penggunaan
implan polilaktat-nattium monofluorofosfat (PLA-MFP) dengan Berdasarkan konsep promotif-preventif terhadap karies gigi,
muatan MFP 15 sampai 30% pada tikus putih, menunjukkan bahwa: telah dicanangkan dalam perawatan gigi dengan program "minimal
(1) Implan PLA-MFP 15-30% mempunyai pola lepasan mengikuti illvasive delltistry (MID) "(Adyatmaka, 2000). Adanya kemungkinan
garis regresi linear, (2) Makin besar muatan MFP, makin besar besar tidak diterimanya implantasi fluor pada usia balita, maka dikem-
availabilitas dalam larutan faalis, (3) Secara in vitro terbukti bangkan pemberian fluor melalui kulit (transdermal) berbentuk plester
mempunyai sifat biokompatibilitas dalam darah, tidak menurunkan (patch). Menurut Aggarwal (2009), ada beberapa keuntungan
viabilitas makrofag, tidak menurunkan aktivitas fagositosis makrofag pemberian fluor berbentuk plester antara lain: (1) dosis yang diberikan
dan makin besar muatan MFP makin besar pertinent change pada dapat dipertahankan untuk jangka waktu yang cukup lama, (2) tidak
jaringan sekitar implant, (4). Pemberian secara subkutan implan PLA- memberikan rasa sakit, (3) tidak memengaruhi lambung atau liver,
MFP dengan muatan MFP makin besar menunjukkan: makin besar (4) efek samping minimal, (5) kadar terapeutik dalam darah stabil dan
availabilitas F dalam darah, tetapi makin menurun kadar F gigi dan (6) bioavailabilitas obat dalam darah meningkat. Mekanisme
makin besar jumlah sisa amelogenin dalam email, (5) Implan penyerapan obat melalui kulit terjadi melalui proses difusi pasif
polilaktat-natrium monofluorofosfat (PLA-MFP) 20% merupakan berdasarkan hukum difusi Fick's meliputi faktor peningkatan
sediaan yang memenuhi efek terapeutik sebagai susuk fluor. petmeabilitas kulit, perbedaan konsentarsi bahan, luas permukaan
Perspektif masa depan pengembangan material pencegahan membran penyerap, berat molekul material. Fatmasari, (2013) telah
karies gigi menggunakan polimer PLA dan senyawa MFP sebagai. melakukan pemberian fluor melalui plester-fluor terdiri dari serbuk
susuk fluor cukup menjanjikan untuk pemenuhan kebutuhan bagi: NaP, menggunakan bahan pemacu transfor (ellhallcer) yaitu asam
(1) masyarakat modem yang menuntut segala aspek bersifat praktis, oleat dan isopropil alkohol (IPA) dengan matriks dari polimer
efektif dan efisien, (2) penyandang cacat mental, kelompok ini dalam polivinil alkohol (PVA) dan polivinil pirolidon (PVP). NaF
pemeliharaan kebersihan mulut dan gigi memerlukan bantuan orang merupakan senyawa fluoride yang telah lazim diguna~an di
lain dan, (3) penyandang kelainan gangguan kelenjar saliva yang pada kedokteran gigi dalam pencegahan karies gigi dan mudah larut dalam
umumnya terjadi kekeringan mulut, kebersihan mulut dan giginya air. Peran asam oleat sebagai penembus kulit dengan cara berinteraksi
jelek, serta rentan terhadap karies gigi (Widjijono, 2001). dengan struktur kulit dengan melarutkan struktur lipid membentuk
Upaya penggunaan susuk-fluor untuk pencegahan karies gigi pori sehingga memudahkan NaF melewati pori kulit (Benson, 2005).
menunjukkan adanya efektivitas dalam peningkatan kadar fluor gigi Isopropil.alkohol (IPA) bersifat larut dalam air dan alkohol, mempu-
tikus. Dalam penerapannya pada masyarakat umum terjadi hambatan nyai mekanisme untuk peningkatan difusi obat dalam memengaruhi
sosial-budaya yang mana orang tua tidak rela anaknya untuk lipid intrasel dengan cara membuka lapisan antar lipid (Fox dkk.,
dilakukan implantasi fluor, maka perlu'dicari jalan keluamya dalam 2011), kombinasi antara asam oleat dan isopropil alkohol akan
pemberian. fluor secar~ sistemik dalam jangka panjang dan kadar menyebabkan ikatan lipid menjadi longgar mudah ditembus oleh obat
rendah. Salah satu metoda yang perlu dikembangkannya pemberian

."
18 19

(Banweer dkk., 2010). Polimer polivinil alkohol dan polivinil Ucapan terima kasih
pirolidon bersifat hidrofilik sehingga mudah menyerap air dan
menyebabkan plester menjadi lembab dan permeabilitasnya mening- Ucapan terimakasih yang tidak terkira saya sampaikan kepada:
kat (Prabhakara dkk., 2009). Penelitian dilakukan dengan kadar fluor 1. Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
antara 500 sampai dengan 1.000 ppm yang ditempelkan pada yang telah memberikan amanat sebagai Guru Besar.
punggung tikus. Secara in vitro penelitian menunjukkan hasil: (1) Ion 2. Bapak Rektor UGM dan Majelis Guru Besar UGM telah
F dapat menembus kulit tikus, (2) Penambahan enhancer (asam oleat mengabulkan pelmohonan saya untuk mendapatkan jabatan Guru
Besar.
dan IPA) meningkatkan jumlah pelepasan fluor ke dalam larutan
resipien. Secara ill vivo diperoleh hasil: (3) terjadi peningkatan kadar 3. Prof. R.H. Hat10no drg., FADI (aIm) membimbing sampai akhir
F dalam plasma darah sesuai penambahan kadar fluor dalam plester, hayat beliau dan mengantarkan saya menuju ke jenjang Guru
dan (4) Terjadi peningkatan kadar fluor gigi tikus putih serta (5) Besar serta Prof. Dr. Suwaldi Martodihardjo, MSc., Apt., Prof. Dr.
pemberian plester-fluor menyebabkan peradangan dan masih dapat I Gusti Ngurah Rai, drg., dan Prof. Dr. Fasich, Apt., yang telah
diterima kulit kemungkinan akibat tegangan (stress) dari material menyempumakan bekal saya kejenjang Guru Besar.
fiksasi plester yang dikenakan (Fatmasari, 2013). 4. Prof. dr. Marsetyawan HNES, M.Sc., Ph.D., Prof. Dr. Iwa
Upaya pengembangan penggunaan plester-fluor menunjukkan Sutardjo RS., SU., SpKGA(K), Prof. Dr. Munakhir, Dr. EtWan
efektivitas dalam peningkatan kadar fluor gigi tikus. Dari penelitian Sugiatno, dr,g., MS., Sp.Pros(K) atas dorongan dan semangat
ini terdapat kelemahan yaitu plester belum dapat menempel langsung untuk menggapai Guru Besar.
pada kulit, sehingga perlu pengembangan lebih lanjut untuk menda- 5. Dekan FKG UGM dan Senat & anggota Senat Fakultas
patkan plester-fluor dengan matriks material adhesif tanpa stress Kedokteran Gigi yang telah mengarahkan dan mendorong untuk
terhadap jaringan kulit. mencapai gelar ini.
6. Segenap guru-guru saya: SDN Pendowoharjo II, SMPN 8
Yogyakarta, SMAN 3 Yogyakarta, dosen-dosen saya Strata 1
Pimpillall sidallg dall hadirill yallg saya muliakall FKG UGM, Strata 2-PPs UGM dan Strata 3-PPs UNAIR yang
Penutup telah membekali ilmu pengetahuan untuk mencapai jabatan
tertinggi di bidang pendidikan.
Dari beberapa hal yang dibicarakan tersebut di atas dapat
7. Ternan sejawat di Bagian IBKG: drg. Ridwan Hari Suatmadji
disimpulkan: (1) Smart-fluor untuk prevensi karies gigi perlu dikem-
(aIm), Prof. Dr. drg. Widowati Siswomihardjo, M.S.,
bangkan secara berkelanjutan untuk mengurangi/menghilangkan gap
drg. PUlwanto Agustiono, SU., drg. Harsini, M.S., drg. Dyah
dualisme penggunaan fluor, (2) Senyawa dan material restorasi gigi
Imawati, MS, Dr. drg. Siti Sunarintyas, M. Kes., dan Dewi Riasti
yang berfluorida berperan dalam peningkatan efektivitas pencegahan
atas dukungan dan pemberian semangatnya.
karies gigi perlu dikem~ngkan, (3) Pengembangan material dalam 8. Kedua orang tua saya bapak Martosudjijo (aIm) dan Ibu Soeginem
pencegahan karies gigi berupa pembuatan: perangkat detektor spesifik
(aIm} atas bimbingan dan pallggulawellthah nya sejak kecil
fluor yang portable, lebih praktis, lebih sensitif dan volume sampel
sampai akhir hayat beliau. Sri Emawati istri yang telah
minimal cukup disentuhkan pada sampel, untuk menentukan kadar
mendampingi dan memberi semangat serta anak-anak saya EtWid
fluor dalam saliva dan sediaan plester'adhesif dan material restorasi
Musthofa Jadied, ST., M.Eng., drg. Erwid Fatchur Rahman &
gigi berfluorida dengan matriks polimer yang aman, (4) Mengem-
drg. Yuli Berliani, Ahmad Rifai Kautsar, serta Ahmad Hajan
bangkan true biological biomaterial untuk Kedokteran Gigi.
.
.,
- --.
20 21

Nurqadry sebagai penyemangat dalam penggapaian ke jenjang DAFT AR PUST AKA


Guru Besar. Terima kasih kepada adik-adik saya yang mendorong
saya untuk mencapai gelar guru besar: Hartono & Sugiyarti Aimutis WR, 2004. Bioactive Properties of Milk Proteins with
(Jakarta), drh. Suhardono, M.Sc. & dr. Ratna Yunita Pumawanti Particular Focus on Anticariogenesis. J Nutr 134: 989s-95s.
(Bogor), drg. Supartinah & Drs. Akhwan Fathony (Sleman), Drs. Anusavice KJ, 2003. Phillips' Science of Dental Materials. 11th.ed.
Hardiyono & Dra. Ninik Endah Pratiwi (Banyuwangi), Sri Saunders-Elsevier, USA.
Supartini & Drs. Broto Purwanto (Sleman). Bawden JW, Crenshaw MA, Wright JT, LeGeros RZ, 1995.
9. Keluarga besar Trah Kertopawiran Grojogan dan Trah Ket10wi- Consideration of Possible Biologic Mechanisms of Fluorosis, J
harjan Sawahan terima kasih atas dorongannya. Dent Res 74 (7): 1349-52.
10. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dan Banweer J, Pandey S, Pathak AK, 2010. Formulation, optimization
perhomonan maaf tidak dapat saya sebutkan satu-persatu semoga and evaluation of matrix type transdermal system of lisinopril
menjadi ladang amal yang di ridloi Allah Swt. dehydrate using permeation enhancer, Drug Invention Today, 2
(2) 134-37.
Wabillahit taufiq wal hidayal1. Bayne SC, 2005. Dental Biomaterials: Where Are We and Where Are
Wassalal11u 'alaiklll11 warahmatlillahi wabarakatlllz. We Going, J. of Dental Education 69 (5): 571-83.
Becker GL, 2006. Calcification Mechanisms: Role for Cells and
Mineral. J o.fOral Pathology 6: 307-15
Benson HAE, 2005. Transdermal Drug Delivery: Penetration,
Enhancement Technique, Current Drug Delivery, 2: 23-33.
Cochrane NJ, Saranathan S, Cai F, Cross KJ, Reynolds FC, 2008.
Enamel Subsurface Lesion Remineralization with Casein
Phosphopeptide Stabilized Solutions of Calcium, Phosphate and
Fluoride. Caries Res 42 (2): 88-97.
De Sousa CFM, Junior JFL, Adriano MSFP, Sampaio FC 2012
Systemic Methods of FluOlideand the Risk for Dental Fluorosis,
Oral Health Care Prosthodontic, Periodontics, Biology, Rese-
arch and Systemic Conditions, (edit Vird M) Federal University
of Paraiba & Federal University of Campina Gande Brazil.
Duncan GW, Burton FG, Skien WE, 1980. Device design and System
Application, dalam Biodegradables and Delivery System for
Contraception, Boston, GK Hall Medivcal Pub 109-22.
Ericsson Y: 1983. Monofluorophosphate Physiology: General Consi-
derations. Caries Res 17 (Supp Iss) 46-55.
Evan RW, 1990. An Epidemiological Study of the Dependence of
Dental Fluorosis on Fluoride Exposure during Ctitical Periods
of Tooth Development. J. Delll Res 69 (Spec Iss):829.

.,
--
22 23

Fatmasali D, 2013. Pengembangan Plester Natrium Fluorida dengan Pearce ELF1983. Biochemistry of Monofluorophos-phate, Caries Res,
Enhacer dalam Kedokteran Gigi Prospek Penghantaran Trans- 17 (Suppl 1): 21-35.
dermal secara in vitro dan in vivo. Disertasi, FKG UGM. Pitt CG, Schindler A, 1983. Biodegradation of Polymers, (Bruck SD,
Fox LT, Gerber M, Du Plessis J, Hamman JH, 2011. Transdermal eds) Controlled Drug Delivery Systems for Contraception, GK
Drug Delivery Enhancement by Compound of Natural Origin, Hall Medical Pub., Boston.
Molecules 16: 10507-40. Prabhakkara P, Koland M, Vijjaynarayana K, Haris NM, Shankar G,
Graig RG, Powers JM, Wataha JC, 2000. Dental Materials Propel1ies Mohd GA, Narayana C, Satyanarayana, 2010. Preparation and
and Manipulation, Mosby, St. Louis. Evaluation of Transdermal Patches of Papaverine Hydro-
Gerth HU, Dammaschke T, Schafer E, Zuchner H, 2007. A Three chlOlide,J. Res. Pharm 1(3):259-66.
Layer Structure Model of Fluoridated Enamel Containing CaF2, Ryder MI, 1997. The Use Polylactic Acid Polymersin Local Drug
Ca(OH)2 and FAp. Dent Mater 23 (12): 1521-8. Delivery and Guided Tissue Regeneration, J Nihon Univ Sch
Harvey JA, 2002. Smart Materials dalam Handbook of Materials Dent 39: 1-7.
Science, John Wiley & Son, New York. Terhune RC, 1974. Fluorides (Holroyd, dkk., eds) Clinical
Hegde MN dan Moany A, 2012. Remineralization of Enamel Pharmacology in Dental Practice, CV Mosby, St. Louis, 225-
Subsurface Lesions with Casein Phosphor-Peptide-Amorphous 41.
Calcium Phosphate: A Quantitative Energy Dispersive X-ray Wei SHY, 1982. Fluoride Supplmentation, Pediatric Dentistry, CV
Analysis Using Scanning Electron Microscopy: An in vitro Mosby, St. Louis, 737-44
study J Conserv Dem. 2012, 15(1): 61-67. Wefel JS, 1982. Mechanism of actions of fluoride, Pediatric Dentistry,
Jayarajan J, Janardhanam P, Jayakumar P; Deepika Effi-cacy of CPP- CV Mosby, St. Louis, 772-77
ACP and CPP-ACPF on Enamel Remineralization - an in vitro WHO, 1984. FluOline and Fluorides, En\'ironmental Health Criteria
Study Using Scanning Electron Microscope and DIAGNO dent. no 36, Geneva, 38-69
Indian J Dent Res. 2011, 22(1):77-82. Widjijono, 2001. Penggunaan Implan Polilaktat-Natrium Monofluoro-
Jones S, Burt BA, Petersen PE, Lennon MA, The Effective of fosfat dengan Kajian Availabilitas Fluor, Sediaan, Biokompati-
Fluorides in Public Health, Bulletin of the WHO 2005, 83(9): bilitas dan Bioavailabilitas Fluor dalam Darah dan Gigi pada
670 -76. Tikus Putih, Disertasi PPS UNAIR, Surabaya.
McCabe JF, Yan Z, Ai Naimi OT, Mahmoud G, Rolland SL, 2009, Widjijono, Widowati S, Sunarintyas S, 1993. Hubungan antara Lama
Smart Materials in Dentistry - Future Prospects, Dent Mater J Perendaman terhadap Pelepasan Ion F dari Campuran HEMA-
2009,28(1): 37-43. MMA-Fluor dalam Larutan Fisiologis. Ceril III: 32-37.
Mirth DB, Adderly DB, Amsbaugh SM, Monell-TOITensE, Li SH,
Bowen WHo 1983. Inhibition of experiment Dental Caries using
an Intra Oral Fluoride-releasing Device. JADA 107: 55-58.
MUITay11, 1986. Appropriate use of Fluorides for Human Health,
WHO, Geneva, 116-18.
Pendrys DG, Stamm JW, 1990. Relationship of Total Intake to
Beneficial Effects and Enamel Fluorosis, J. Dent Res. 69
(Spec.Iss): 529-38.

.r "
24 25

BIODATA 2007-2009 : Kctua Prodi S2-1KG


2005-2007 dan 2009-sekarang: Ketua Minat Biomatetial Prodi S2-
Nama : Widjijono lKG
Tempat, Tgl Lahir : Yogyakarta, 19-10-1949 201O-sekarang : Kepala Bagian lBKG
NIP : 194910191979031001
Pangkat/Gol : Pembina
Jabatan : Guru Besar Karya IlmiahlPublikasi (5 tahun terakhir dari 17 judul tentang
Alamat Kantor : Bag. IBKG FKG-UGM fluorida)
Sekip Utara, Yogyakarta l. Widjijono, 2010. The Effect of Monofluorophosphate Implant in
White Rat Mothers Toward the Level of Fluor in the Incisors of the
A1amatRumah : JI. Mliwis S-18, Sidoarum III, Godean Young Babies (rattus-rattus) (Dental Journal)
Sleman 55512 2. Widjijono, 2010. Pengaruh mfp-implan terhadap tisslie pertinellt
Te1p.(0274) 798497, HP: 0811282096 changes pada tikus putih (rattlls-rattus) galur Wistar (Majalah
Farmasi Indonesia 20(1) :
e-mail: widji_biomat@yahoo.com
3. Widjijono, 2010. The Effect of Monofluorophosphate Implant in
White Rat Mothers Towards the Level of Fluor in the Incisors of
Keluarga the Young Babies (Rattlls-rattus). Delltal Journal vol 43 (2): 72-
Istri : Sri Emawati 75, ISSN- 1978-3728.
Anak : Erwid Musthofa Jadied, ST., M.Eng. 4. Widjijono, Akhmad Khmis Nugroho, Iwan Owi Prahasto, Oiyah
Erwid Fatchurahman, drg. Fatmasari, 2012. Can Fluolide Penetrate to The Skin? The Second
Ahmad Rifai Kautsar
Intemational Joint Symposium on Oral and Dental Sciences,
Ahmad Hajan Nurqadry Yogyakm1a,ISBN: 978-602-9461-16-6.
5. Diyah Fatmasari, Iwan Dwi Prahasto, Akhmad Khmis Nugroho,
Pendidikan Widjijono, 2012. Additional of Chemical Enhancer for Increasing
Strata 3 : Ilmu Kedokteran, PPs UNAIR (2001) the Penetrational Fluoride Mouse Skin, Dentika JOlln/al vol 17 (1),
Strata 2 : Ilmu Kesehatan, PPs UGM (1984) ISSN 1693-67IX: 14-18.
Strata 1 : Pendidikan Ookter Gigi FKG-UGM (1980)
SLTA : SMAN 3 Yogyakarta (1970)
SLTP : SMPN 8 Yogyakarta (1966 )
SO : SO Pendowohardjo II, Sleman (1963)

Riwayat Pekerjaan
1979-sekarang : Tenaga ~dukatifFKG-UGM
1984-1988 dan 1992-1996 : Sekretaris KKN-UGM
1996-2001. : Kepala Pusat KKN-UGM

. ...
..
"

Anda mungkin juga menyukai