Disusun oleh :
Kelas : VIII B
Kepala Sekolah,
ii
HALAMAN MOTTO
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayahnya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
HasilStudy Tour dan Ziarah
Laporan Perjalanan Ziarah Wisata ini menyajikan berbagaikan penjelasan tentang objek
yang telah kami kunjungi yaitu Makam Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, Sunan Ampel, KH.
Cholil Bangkalan Madura serta Wahana Bahari Lamongan. Agar pembaca dapat lebih jelas
mengenai keterangan objek – objek tersebut..
Ucapan terima kasih tidak lupa kami haturkan kepada :
1. Bapak H. Ahmad Syafi’I selaku Kepala SMP Nurul Ulum Semarang
2. Bapak/Ibu wali kelas SMP Nurul Ulum Semarang
3. Bapak dan Ibu guru pendamping yang telah memberikan bimbingan selama Perjalanan dan
penyusunan laporan Studi Wisata
Mengingat keterbatasan kemampuan kami, maka sekiranya dapat dimaklumi apabila
nantinya di dalam laporan ini banyak terdapat kesalahan. Kami menyadari akan hal tersebut,
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Demikian yang dapat
kami sampaikan, apabila banyak kesalahan dalam penulisan ini mohon dimaafkan.
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………….... i
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………………….. ii
HALAMAN MOTTO…………………………………………………………………........ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………………….... iv
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………... v
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………
vi
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ……………………………………………………………… 1
2. Tujuan ……………………………………………………………………….. 1
BAB II ISI
A. Persiapan Pemberangkatan…………………………………………………… 2
1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan………………………………………… 2
2. Perjalanan………………………………………………………………….. 2
B. Obyek Wisata dan Ziarah
1. Makam Sunan Kalijaga ……………………………………………………. 3
2. Masjid 1001 Malam dan Makam SunanBonang………………………….. 4
3. Makam Syekh Kholil Bangkalan Madura…………………………………. 4
4. Makam Sunan Ampel……………………………………………………… 7
5. Wahana Bahari Lamongan………………………………………………… 8
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan…………………………………………………………………. 10
2. Saran ………………………………………………………………………… 10
DAFTAR PUSTAKA DAN LAMPIRAN-LAMPIRAN………………………………… 11
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kelas VIII SMP Nurul Ulum Semarang mengadakanStudi Wisata dan Ziarah ke Jawa
Timur untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta mempelajari alam secara nyata.
Dengan ini siswa dapat membuktikan sejarah yang diberikan guru dengan melihat secara
langsung dan menambah wawasan yang lebih banyak.
2. Tujuan Laporan Perjalanan
Untuk menambah wawasan, membuktikan pelajaran dan pengetahuan siswa mengenai
daerah Jawa Timur dan sejarah Walisongo yang ada di Jawa Timur, serta Wisata Bahari
Lamongan.
1
BAB II
ISI
A. Persiapan Pemberangkatan
1. Waktu Dan Tempat Perjalanan
Studi Wisata dan Ziarah Makam Wali dilaksanakan pada tanggal 3-5 Februari
2019 di Jawa Timur
2. Perjalanan
Pertama kami mengunjungi tempat ziarah ke makam Sunan Kalijaga di Kadilangu
Demak, kedua kami berziarah ke Sunan Bonang, ketiga kami berziarah ke makam
Syaikhona Kholil Bangkalan Madura, keempat kami melanjutkan ziarah ke makam Sunan
Ampel dan yang ke lima ini adalah tujuan wisata kami yaitu Wisata Bahari Lamongan
atau WBL.
2. Sunan Bonang
Sunan Bonang – Raden Makhdum Ibrahim atau yang dikenal sebagai Sunan
Bonang, merupakan salah satu dari sembilan wali yang berperan dalam menyiarkan Islam
di Indonesia. Sunan Bonang sendiri merupakan putra pertama dari Sunan Ampel
(Surabaya). Beliau juga merupakan seorang guru sekaligus imam besar yang sangat
terkenal dan dihormati di pulau Jawa. Dan sebagai waliyullah, sunan Bonang banyak
dianugerahi dengan ilmu yang sangat tinggi.
Beberapa sumber menyebutkan bahwa Sunan Bonang lahir sekitar 1465 M.
Beliau merupakan putra dari Sunan Ampel dan Dewi Condrowati, atau yang biasa disebut
Nyai Ageng Manila. Maka dari itu, Sunan Bonang juga merupakan cucu dari Syekh
Maulana Malik Ibrahim, yang jika diteruskan akan bertemu dengan silsilah Nabi
Muhammad SAW. Sedangkan ibunya, merupakan putri dari seorang adipati Tuban yakni
Aryo Tejo.
4
Nama asli Sunan Bonang yaitu Syekh Maulana Makdum Ibrahim atau Raden
Makdum Ibrahim. Beliau juga merupakan kakak dari Raden Qosim atau yang dikenal
sebagai Sunan Drajad. Sejak kecil Sunan Bonang telah dibekali dengan ajaran agama
Islam oleh ayahnya dengan tekun dan disiplin. Bahkan Sunan Bonang yang masih muda
pernah melakukan perjalanan jauh untuk mendapatkan latihan atau riyadhoh sebagai
seorang wali.
Saat masih remaja, Sunan Bonang pernah menyeberang hingga ke daerah Pasai,
Aceh untuk mendapatkan ajaran agama Islam dari Syekh Maulana Ishak bersama dengan
Raden Paku (Sunan Giri). Setelah kembali ke tanah Jawa, beliau menetap di daerah
Bonang atau pantai utara. Beberapa sumber menyebutkan bahwa Beliau tidak menikah
dan tidak memiliki keturunan, karena lebih memilih mengabdikan hidup untuk
menyebarkan agama Islam.Sepulangnya Sunan Bonang dari riyadhoh, beliau kemudian
diperintahkan oleh Sunan Ampel untuk melakukan dakwah di daerah Tuban, Jawa Timur.
Beliau kemudian mendirikan pondok pesantren sebagai pusat dakwah dan menyebarkan
agama Islam melalui penyesuaian adat Jawa. Sementara itu, murid-murid atau santri
beliau berasal dari berbagai penjuru Nusantara. Ada yang asli dari Tuban, dari pulau
Madura, pulau Bawean, dan juga Jawa Tengah
6
Teman seangkatan Mbah Kholil antara lain: Syeikh Nawawi Al-Bantani, Syeikh
Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, dan Syeikh Muhammad Yasin Al-Fadani. Mereka
semua tak habis pikir dengan kebiasaan dan sikap keprihatinan temannya itu.Mbah Kholil
sewaktu belajar di Mekkah seangkatan dengan KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab
Chasbullah dan KH. Muhammad Dahlan. Namum Ulama-ulama dahulu punya kebiasaan
memanggil Guru sesama rekannya, dan Mbah Kholil yang dituakan dan dimuliakan di
antara mereka.
4. Sunan Ampel
Sunan Ampel adalah salah seorang wali di antara Walisongo yang menyebarkan
ajaran Islam di Pulau Jawa. Ia lahir 1401 di Champa. Ada dua pendapat mengenai lokasi
Champa ini. Encyclopedia Van Nederlandesh Indie mengatakan bahwa Champa adalah
satu negeri kecil yang terletak di Kamboja. Pendapat lain, Raffles menyatakan bahwa
Champa terletak di Aceh yang kini bernama Jeumpa. Menurut sebagian riwayat, orang
tua Raden Rahmat, nama lain Sunan Ampel, adalah Maulana Malik Ibrahim (menantu
Sultan Champa dan ipar Dwarawati). Riwayat lain yang lebih kuat menisbahkan beliau,
Sunan Ampel, sebagai putra Ibrahim Asmarakandi yang dimakamkan di Tuban. Ibrahhim
Asmarakandi merupakan putrah Syekh Jumadil Kubro.
Raden Rahmat dan Raden Santri adalah anak Makhdum Ibrahim (putra Haji Bong
Tak Keng), keturunan suku Hui dari Yunnan yang merupakan percampuran bangsa
Han/Tionghoa dengan bangsa Arab dan Asia Tengah (Samarkand/Asmarakandi). Raden
Rahmat, Raden Santri dan Raden Burereh/Abu Hurairah (cucu raja Champa) pergi ke
Majapahit mengunjungi bibi mereka bernama Dwarawati puteri raja Champa yang
menjadi permaisuri raja Brawijaya. Raja Champa saat itu merupakan seorang muallaf.
Raden Rahmat, Raden Santri dan Raden Burereh akhirnya tidak kembali ke negerinya
karena Kerajaan Champa dihancurkan oleh Kerajaan Veit Nam.
Menurut Hikayat Banjar dan Kotawaringin (= Hikayat Banjar resensi I), nama asli
Sunan Ampel adalah Raja Bungsu, anak Sultan Pasai. Dia datang ke Majapahit
menyusul/menengok kakaknya yang diambil istri oleh Raja Mapajahit. Raja Majapahit
saat itu bernama Dipati Hangrok dengan mangkubuminya Patih Maudara (kelak
7
Brawijaya VII) .Dipati Hangrok (alias Girindrawardhana alias Brawijaya VI) telah
memerintahkan menterinya Gagak Baning melamar Putri Pasai dengan membawa
sepuluh buah perahu ke Pasai. Sebagai kerajaan Islam, mulanya Sultan Pasai keberatan
jika Putrinya dijadikan istri Raja Majapahit, tetapi karena takut binasa kerajaannya
akhirnya Putri tersebut diberikan juga. Putri Pasai dengan Raja Majapahit memperoleh
anak laki-laki. Karena rasa sayangnya Putri Pasai melarang Raja Bungsu pulang ke Pasai.
Sebagai ipar Raja Majapahit, Raja Bungsu kemudian meminta tanah untuk menetap di
wilayah pesisir yang dinamakan Ampelgading. Anak laki-laki dari Putri Pasai dengan
raja Majapahit tersebut kemudian dinikahkan dengan puteri raja Bali. Putra dari Putri
Pasai tersebut wafat ketika istrinya Putri dari raja Bali mengandung tiga bulan. Karena
dianggap akan membawa celaka bagi negeri tersebut, maka ketika lahir bayi ini (cucu
Putri Pasai dan Brawijaya VI) dihanyutkan ke laut, tetapi kemudian dapat dipungut dan
dipelihara oleh Nyai Suta-Pinatih, kelak disebut Pangeran Giri. Kelak ketika terjadi huru-
hara di ibukota Majapahit, Putri Pasai pergi ke tempat adiknya Raja Bungsu di
Ampelgading. Penduduk desa-desa sekitar memohon untuk dapat masuk Islam kepada
Raja Bungsu, tetapi Raja Bungsu sendiri merasa perlu meminta izin terlebih dahulu
kepada Raja Majapahit tentang proses islamisasi tersebut. Akhirnya Raja Majapahit
berkenan memperbolehkan penduduk untuk beralih kepada agama Islam. Petinggi daerah
Jipang menurut aturan dari Raja Majapahit secara rutin menyerahkan hasil bumi kepada
Raja Bungsu. Petinggi Jipang dan keluarga masuk Islam. Raja Bungsu beristrikan puteri
dari petinggi daerah Jipang tersebut, kemudian memperoleh dua orang anak, yang tertua
seorang perempuan diambil sebagai istri oleh Sunan Kudus (tepatnya Sunan Kudus
senior/Undung/Ngudung), sedang yang laki-laki digelari sebagai Pangeran Bonang. Raja
Bungsu sendiri disebut sebagai Pangeran Makhdum.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengalaman tadi dapat disimpulkan
1. Dengan ziarah wisata peserta dapat menambah pengetahuan, wawasan dan pembuktian
pelajaran
2. Siswa dapat mempelajari langsung objek dengan pendekatan kontekstual.
B. Saran
Adapun saran-saran yang disampaikan penulis :
1. Dengan ziarah wisata dilakukan dua semester sekali agar peserta dapat memaksimalkan
belajar
2. Sebelum berangkat persiapan baik-baik apa yang dibutuhkan dalam perjalanan.
10
LAMPIRAN-LAMPIRAN