Anda di halaman 1dari 59

Lembaran 

Pengesahan 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
BUKU AJAR 
MEKANIKA REKAYASA 2 
(EDISI‐1) 
 
 
 
 
 
 
 
 
  Ambon, 19 Maret 2014 
Mengetahui:   
Ketua Jurusan Teknik Sipil,  Penulis, 
   
   
   
   
   
Ir. S. Metekohy, ST., MT.  Vector R. R. Hutubessy, ST., M.Eng. 
NIP. 19621114 199403 1 001  NIP. 19740205 200604 1 002 
 
 
 
Menyetujui : 
Pembantu Direktur I 
Politeknik Negeri Ambon, 
 
 
 
 
 
Ir. J. Buyang, MT. 
NIP. 19580603 198903 1 001 
KATA PENGANTAR 
 
Mekanika Rekayasa 2 merupakan matakuliah lanjutan dari mekanika rekayasa 1 yang dipelajari 
oleh  mahasiswa  Program  Studi  Teknik  Sipil.  Tujuan  pembelajaran  matakuliah  ini  adalah  mahasiswa 
mampu  menerapkan  prinsip‐prinsip  dasar  mekanika  teknik  untuk  menganalisis/menghitung  serta 
merancang konstruksi sederhana dalam bidang mekanika teknik statis tertentu. 
Untuk  mencapai  tujuan  tersebut,  perlu  disiapkan  bahan  ajar  yang  dapat  dijadikan  acuan  oleh 
mahasiswa  dalam  proses  pembelajaran.  Buku  ajar  ini  disusun  dengan  tujuan  memberikan  panduan 
mahasiswa  dalam  proses  pembelajaran,  sehingga  lebih  terarah.  Diharapkan  melalui  buku  ajar  ini, 
mahasiswa  lebih  mampu  untuk  memahami  konsep‐konsep  dasar  Mekanika  Teknik  Statis  Tertentu 
khusus  untuk  struktur  portal  dan  struktur  rangka  batang  dimana  penulis  juga  memberikan  contoh 
penyelesaian secara manual dan dibandingkan dengan hasil analisis dengan menggunakan program SAP 
2000 v.11. 
Penulis menyadari bahwa buku ini masih perlu penyempurnaan terus menerus. Penulis sangat 
berharap masukan dari para Pembaca, untuk proses perbaikan dan penyempurnaan buku ini sehingga 
menjadi lebih bermutu. Semoga buku ajar ini dapat dipergunakan oleh mahasiswa Teknik Sipik maupun 
praktisi. 
 
 
 
Ambon, 19 Maret 2014 
Penulis, 
 
 
 
 
 
Vector R. R. Hutubessy, ST., M.Eng. 
NIP. 19740205 200604 1 002 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
DAFTAR ISI 
 
Lembaran Pengesahan  ....................................................................................................................   i 
Kata Pengantar  ................................................................................................................................   ii 
BAB I  STRUKTUR PORTAL 
1.1 Umum  .........................................................................................................................   I‐2 
1.2 Struktur Portal Sederhana  ..........................................................................................   I‐2 
1.3 Komponen‐Komponen Reaksi dan Gaya‐Gaya Dalam  ...............................................   I‐3 
1.4 Portal Tiga Sendi  .........................................................................................................   I‐10 
 
BAB II  STRUKTUR RANGKA BATANG 
2.1. Umum  .........................................................................................................................   II‐2 
2.2. Rangka‐Rangka Bidang  ...............................................................................................   II‐2 
2.3. Elemen Dasar  ..............................................................................................................   II‐4 
2.4. Analisa Struktur Rangka Batang (Truss)  ......................................................................   II‐5 
 
BAB III  METODE ANALISIS STRUKTUR RANGKA 
3.1.  Analisis Struktur Rangka Batang Dengan Metode Keseimbangan Titik Buhul  ...........   III‐2 
3.2.  Analisi Struktur Rangka Batang Dengan Metode Potongan (method of section)  ......   III‐11 
3.3.  Analisi Struktur Rangka Batang Dengan Grafis (Method Cremona)  ...........................   III‐16 
 
BAB IV  TEGANGAN DAN REGANGAN 
4.1 Pengertian Tegangan   .................................................................................................   VI‐2 
4.2 Dasar‐Dasar Tegangan  ................................................................................................   VI‐2 
 
Daftar Pustaka 
 
I. STRUKTUR PORTAL

Tujuan Instruksional Umum


Menjelaskan secara umum tentang struktur portal sederhana, dan mampu menganalisis
serta menghitung struktur portal sederhana Statik Tertentu dengan muatan statis.

Tujuan Instruksional Khusus


9 Menjelaskan secara umum struktur, beban dan idialisasi
9 Memberikan contoh tentang bentuk-bentuk Struktur Portal Sederhana
9 Menghitung komponen-komponen reaksi tumpuan.
9 Mengidentifikasi gaya geser, gaya akskial dam momen lentur pada setiap bagian
struktur dengan menggunakan diagram benda bebas (Free Body).

Materi Pembahasan
1.1 Umum
1.2 Struktur Portal Sederhana
1.3 Komponen-Komponen Reakasi Tumpuan dan Gaya-Gaya Dalam
1.4 Portal Tiga Sendi

Hasil Belajar
Setelah selesai semua materi pada bab I, mahasiswa diharapkan menjelaskan secara umum
tentang portal sederhan serta mampu menganalisis serta menghitung portal sederhana dan
portal tiga sendi dengan baik dan benar.

Mekanika Rekayasa II - Struktur Portal I-1


1.1. Umum
Sebuah Struktur yang terdiri dari beberapa komponen elemen batang yang
masing-masingnya dapat menahan gaya geser, gaya normal dan momen lentur
disebut sebagai struktur portal.
Portal adalah Suatu sistem yang terdiri dari bagian-bagian struktur yang saling
berhubungan merupakan sambungan jepit secara kaku (joint kolom dan balok) yang
berfungsi untuk menahan gaya geser, gaya aksial maupun momen lentur.
Portal dalam aplikasinya sering digunakan pada struktur seperti struktur bangunan
gedung, jembatan dan menara air.
Portal pada gambar 1-1, Elemen 1 dan 2 tersambung secara kaku di joint C,
demikian pula dengan elemen 3 dan 2 terhubung secara kaku di joint D.

K A KU

C 2 D
K A KU

1 3

A B
Gambar I-1

1.2. Struktur Portal Sederhana

Dalam perencanaan struktur gedung sering dijumpai portal yang diidialisai sebagai
portal rangka terbuka (open frame) yang terdiri dari kolom dan balok dengan kata
lain juga merupakan struktur utama (main structure) yang berfungsi untuk menahan
beban statik maupun beban dinamis.
Didalam perhitungan (analisis) untuk menentukan gaya-gaya dalam dan besaran
gaya, portal dapat diidialsasi sebagai struktur statik tertentu maupun statis tak tentu
yang dapat disederhanakan dalam bentuk 2 dimensi namun tak dapat dipungkiri
bahwa didalam analisa struktur sebenarnya yang paling realistis adalah apabila
struktur tersebut dihitung secara 3 dimensi.

Mekanika Rekayasa II - Struktur Portal I-2


1.3. Komponen-Komponen Reaksi Tumpuan dan Gaya-Gaya Dalam

Pada bagian ini pembahasan portal hanya terfokus untuk Portal Statik Tertentu
dengan 3 syarat persamaan-persamaan kesetimbangan yaitu :
1. Σ V = 0 ( Jumlah gaya-gaya vertikal harus sama dengan 0 )
2. Σ H = 0 ( Jumlah gaya-gaya horisontal harus sama dengan 0 )
3. Σ M = 0 ( Jumlah gaya-gaya momen harus sama dengan 0 )
portal dapat diselesaikan dengan cara statik tertentu apabila memenuhi ketiga
persyaratan kesetimbangan diatas.
Jika dalam perhitungan suatu struktur dalam hal ini portal sederhana. Terlebih
dahulu kita mengidentifikasi reaksi tumpuan yang terjadi dengan membuat suatu
asumsi awal arah dari pada masing-masing reaksi. Kemudian dengan menggunakan
ketiga persamaan kesetimbangan statika diperoleh komponen-komponen reaksi
tumpuan untuk masing-masing perletakan.
Contoh :
P Suatu portal dengan beban P seperti pada
Gambar 1.2
C D Titik A = Sendi di idntifikasi mempunyai 2
Reaksi (RAV dan RAH)
Titik B = Rol di identifikasi mempunyai 1
Reaksi (RBV)

Dengan demikian portal tersebut mempunyai tiga


R AH reaksi yang belum diketahui dan tidak lebih dari
A B 3 persamaan kestimbangn sehingga dalam
perhitungan dapat diselesaikan dengan cara statik
R AV R BV
tertentu.
Gambar 1-2.

Dan sebagai aplikasi perhitungan dapat dilihat pada contoh dibawah ini.

Mekanika Rekayasa II - Struktur Portal I-3


Kasus 1
Hitung komponen reaksi yang terjadi akibat muatan segitiga dan muatan terpusat pada
tumpuan A dan E seperti terlihat pada Gambar 1.3.

q= 5 KN/m
P1=2 KN

45.00°

B C D
Q
3.00

RHA
A

RVA 2.00
E

RVB
6.00 1.50

Gambar 1-3.

1. Menhitung komponen reaksi pada tumpuan A


Pada tumpuan A menerimah 2 komponen reaksi yaitu reaksi vertikal dan reaksi
horisontal.
Untuk beban segitiga dibuat sebagai beban terpusat yang bekerja pada titik berat
dari bidang segitiga sebesar :
Q = ½xLxq
= ½x6x5
= 15 kN
ΣH = 0
P1 sin 45
P1=2 KN
RHA + P1 cos 45 + = 0
RHA = 2 cos 45 P1 cos 45

= 1,412 kN

ΣME = 0
RVA (6) + RHA (2) - Q (1/3 . 6) + P1 sin 45 (1,5) - P1 cos 45 (5) = 0
RVA (6) + 1,412 (2) - 15 (2) + 1,412 (1,5) - 1,412 (5) = 0
6 RVA + 2,824 – 30 + 2,118 - 7,06 = 0
32,118
RV A = = 5,353 kN
6

Mekanika Rekayasa II - Struktur Portal I-4


2. Menhitung komponen reaksi pada tumpuan E
ΣMA = 0
-RVE (6) + Q (2/3 . 6) + P1 sin 45 (7,5) - P1 cos 45 (3) = 0
-RVE (6) + 15 (4) + 1,412 (7,5) - 1,412 (3) = 0
6 RVE + 60 + 10,59 - 4,236 = 0
66,354
RVE = = 11,059 kN
6
3. Periksa Hasil Perhitungan :
ΣV = 0
RVA + RVE - Q - P1 sin 45 = 0
5,353 + 11,059 – 15 – 1,412 = 0 → Terbukti

Kasus 2.
Portal dengan beban yang bekerja diatasnya seperti terlihat pada Gambar 1.4. Hitung
komponen reaksi dan gambarkan diagram momen, gaya geser dan gaya normal.

P2=2.5KN P3=2.5KN

q= 5 KN/m'
P1=10KN
C D

3.50

RHA
A B

RVA RVB

5.00

Gambar 1-4.

Mekanika Rekayasa II - Struktur Portal I-5


1. Menhitung komponen reaksi pada tumpuan A
Pada tumpuan A menerimah 2 komponen reaksi yaitu reaksi vertikal dan reaksi
horisontal.
Untuk beban merata dibuat sebagai beban terpusat yang bekerja pada titik berat dari
bidang empat persegi panjang sebesar :
Q = qxL
= 5 x 5 = 25 kN
ΣH = 0
RHA + P1 = 0
RHA = 10 kN

ΣMB = 0
RVA (5) + RHA (0) + P1 (3,5) – P2 (5) - Q (1/2 . 5) + P3 (0) = 0
RVA (5) + 10 (0) + 10 (3,5) - 2,5 (5) - 25 (2,5) + 2,5 (0) = 0
5 RVA + 0 + 35 - 12,5 – 62,5 + 0 = 0
40
RV A = = 8 kN
5
2. Menhitung komponen reaksi pada tumpuan B
ΣMA = 0
-RVB (5) + RHA (0) + P1 (3,5) + P2 (0) + Q (1/2 . 5) + P3 (5) = 0
-RVB (5) + 10 (0) + 10 (3,5) + 2,5 (0) + 25 (2,5) + 2,5 (5) = 0
-5 RVB + 0 + 35 + 0 + 62,5 + 12,5 = 0
− 110
RVB = = 22 kN
−5
3. Periksa Hasil Perhitungan :
ΣV = 0
RVA + RVB – P2 – P3 – Q = 0
8 + 22 – 2,5 – 2,5 – 25 = 0 → Terbukti

C
4. Menghitung Besaran Gaya-Gaya Dalam :
9 Elemen AC ( 0 < x < 3,5 m)
3.50
Momen Lentur :
Mx = RHA . x
A RHA
x

= 10 x RVA

Mekanika Rekayasa II - Struktur Portal I-6


x (m) 0 0,5 1 1,5 2 2.5 3 3,5
Mx (kNm) 0 5 10 15 20 25 30 35

Gaya Geser/Gaya Lintang :


Gaya geser dapat dihitung dengan penjumlahan aljabar gaya yang bekerja tegak
lurus pada bagian sisi kiri elemen yang di tinjau atau turunan pertama dari momen.
Dx = 10 kN

Gaya Normal :
Lihat gaya luar maupun reaksi yang bekerja serah dengan elemen kolom.
Nx = RVA
= 8 kN (gaya normal tekan)

9 Elemen CD ( 0 < x < 5 m)


Lihat elemen balok CD setelah di buat Free Body seperti terlihat pada gambar 1.5

P2=2.5KN P3=2.5KN
35 KNm
8 KN q= 5 KN/m' 22 KN

C D
P1=10KN
8 KN 22 KN

35 KNm 5.00
x

3.50

RHA
A B

RVA RVB

Gambar 1-5.

Momen Lentur :
Mx = Mc + RVA . x - P2 . x – ½ q . x2
= 35 + 8x – 2,5x – 2,5 . x2
= 35 + 5,5x – 2,5x2
x (m) 0 0,5 1 1,5 2 2.5 3 3,5 4 4,5 5
Mx (kNm) 35 37,125 18 37,625 36 33,125 29 23,625 17 9,125 0

Mekanika Rekayasa II - Struktur Portal I-7


dmx
= 0 → 5,5 – 5x = 0
dx
x = 1,1 m dari titik C
Mmaks = 35 + 5,5 (1,1) – 2,5(1,12)
= 38,025 kNm

Gaya Geser/Gaya Lintang :


Gaya geser dapat dihitung dengan penjumlahan aljabar gaya yang bekerja tegak
lurus pada bagian sisi kiri elemen yang di tinjau atau turunan pertama dari momen
(lihat gambar 1.5).
Dx = 5,5 x – 5x → (turunan pertama dari momen)
x (m) 0 0,5 1 1,1 1,5 2 2.5 3 3,5 4 4,5 5
Dx (kNm) 5,5 3 0,5 0 -2 -4,5 -7 -9,5 -12 -14,5 -17 -20

Gaya Normal :
Lihat gaya luar maupun reaksi yang bekerja serah dengan elemen kolom.
Nx = 0 (tidak ada gaya yang searah elemen balok)

9 Elemen BD ( 0 < x < 3,5 m)


Dari hasil penggambaran free body jelas terlihat bahwa tidak ada gaya luar maupun
reaksi yang bekerja tegak lurus elemen kolom BD, namun yang terlukis hanya gaya
sejajar dengan elemen. Dengan demikian maka Momen maupun Gaya Geser sama
dengan nol (lihat gambar 1.5).
Gaya Normal :
Lihat gaya luar maupun reaksi yang bekerja searah dengan elemen kolom.
Nx = RVB
= 22 kN (gaya normal tekan)

5. Gambar Diagram Gaya-Gaya Dalam :


Diagram gaya-gaya dalam dapat di lihat pada Gambar 1.6.

Mekanika Rekayasa II - Struktur Portal I-8


35 KNm 0
C D
(+)

35 KNm
(+) 38.025 KNm

3.50

Momen (M)

0 A A 0

1.10 RB.V

5.00

19.50 KN
10 KN (+)
5.5 KN C 0 D

1.10
(+)

3.50
Lintang (D)

0 10 KN 0
A A

1.10 RB.V

5.00

8 KN 22 KN
C 0 D

1.10
(-)

(-)

3.50
Normal (N)

A B
1.10

Gambar 1-6.

Mekanika Rekayasa II - Struktur Portal I-9


1.4. Portal Tiga Sendi

Struktu portal yang sering dijumpai dilapangan adalah struktur portal statik tidak
tertentu, yaitu jumlah komponen reaksinya lebih dari tiga. Misalnya struktur portal
yang didukung oleh dua perletakan sendi dimana masing-masing tumpuan
mempunyai dua buah komponen reaksi, sehingga komponen reaksi pada portal
tersebut ada empat reaksi. Untuk menghitung empat komponen reaksi tersebut tentu
tidak bisah karena hanya mempunyai tiga syarat keseimbangan statika. Untuk itu
ditambahkan satu buah sendi pada portal diantara dua buah tumpuan dengan syarat
pada sendi tersebut tidak terjadi momen, sehingga timbul satu persamaan baru yang
dapat digunakan untuk menyelesaikan empat buah komponen reaksi tersebut.
Sebagai aplikasi perhitungan dapat dilihat pada contoh kasus 3.

Kasus 3.
Struktur Portal 3 sendi di bebani beban merata dan beban terpusat (lihat Gambar 1.7),
dimana joint E akan ditempatkan pin (sendi).

Sendi
P1=10kN
E

2.00 D

q= 5 kN/m'

C 4.00

3.00

B
RHB 1.00
RVB
A
RHA
RVA

5.00

Gambar 1-7.

Mekanika Rekayasa II - Struktur Portal I-10


1. Menhitung Komponen Reaksi.
Untuk menghitung komponen rekasi horisontal pada tumpuan B maka yang dilihat
adalah hanya pada komponen elemen BE.
ΣME = 0
-RHB (4) + q.l (1/2.h) 0
-RHB (4) + (5 . 4) (1/2 . 4) = 0
-4 RHB + 40 = 0
− 40
RH B = = 10 kN (arah gaya ke kanan)
−4
Untuk reaksi horisontal pada tumpuan A dapat di hitungan dengan penjumlahan
aljabar gaya-gaya lateral yang bekerja pada portal.
ΣH = 0
RHA + RHB – (q . l) = 0
RHA + 10 – (5 . 4) = 0
RHA = -10 + 20
= 10 kN (arah gaya ke kanan)
ΣMA = 0
-RVB (5) + RHB (1) - q . l (3) + P1 (2,5) = 0
-RVB (5) + 10 (1) - (5 . 4) (3) + 10 (2,5) = 0
-5 RVB + 10 - 60 +25 = 0
25
RVB = = −5 kN (arah gaya ke bawah)
−5
ΣMB = 0
RVA (5) – RHA (1) – P1 (2,5) – q . l (2) = 0
RVA (5) – 10 (1) – 10 (2,5) – (5 . 4) (2) = 0
5 RVA – 10 – 25 – 40 = 0
75
RVA = = 15 kN (arah gaya ke atas)
5

Kontrol:
ΣV = 0
RVA + RVB – P1 = 0
15 – 5 – 10 = 0 → Terbukti

Mekanika Rekayasa II - Struktur Portal I-11


2. Menhitung Besaran Gaya-Gaya Dalam.

9 Elemen BE ( 0 < x < 4 m) 5 kN

Momen Lentur : 10 kN E

Mx = -RHB . x – ½ qx2
= -10 x + 2,5 . x2 q= 5 kN/m'

4.00

x
RHB=10 kN
B

RVB =5 kN

x (m) 0 1 2 3 4
Mx (kNm 0 -7,5 -10 -7,5 0

dmx
= 0 → -10 + 5x = 0
dx
x = 2 m dari titik B
Mmaks = -10 (2) + 2,5(22)
= -10 kNm
Gaya Geser/Gaya Lintang :
Gaya geser dapat dihitung dengan penjumlahan aljabar gaya yang bekerja tegak
lurus pada bagian sisi kiri elemen yang di tinjau atau turunan pertama dari momen
(lihat gambar 1.8).
Dx = -10 + 5x → (turunan pertama dari momen)
x (m) 0 1 2 3 4
Dx (kNm -10 -5 0 5 10

Gaya Normal :
Lihat gaya luar maupun reaksi yang bekerja serah dengan elemen kolom BE.
Nx = RVB
= 5 kN (gaya normal tarik)

Mekanika Rekayasa II - Struktur Portal I-12


9 Elemen AC ( 0 < x < 3 m) 15 kN
10 kN
C
Momen Lentur :
Mx = -RHA . x
= -10 x 3.00

x
RHA=10 kN
A

RVA = 15 kN

x (m) 0 1 2 3
Mx (kNm 0 -10 -20 -30

Gaya Geser/Gaya Lintang :


Gaya geser dapat dihitung dengan penjumlahan aljabar gaya yang bekerja tegak
lurus pada bagian sisi kiri elemen yang di tinjau atau turunan pertama dari momen
(lihat gambar 1.8).
Dx = -10 kN→ (turunan pertama dari per momen)

Gaya Normal :
Lihat gaya luar maupun reaksi yang bekerja serah dengan elemen kolom AC.
Nx = RVa
= 15 kN (gaya normal tekan)

9 Elemen CD ( 0 < x < 2,5 m)


Lihat elemen balok CD setelah di buat Free Body seperti terlihat pada gambar 1.8
s E
1 0co
P1=10 kN 5 sin 10 kN

s 1 0sin
1 0co 1 0sin
5 kN
5 kN 5cos

30 KNm D
10 kN Sendi
1 0sin 21.8°
10 kN
s
1 0co
C 1 5sin 15cos
15 kN
15 kN q= 5 T/m'
10 kN
4.00

30 KNm

3.00
Gambar 1-8.
x

RHB=10 kN
B
1.00
RHA=10 kN RVB=5 kN

RVA=15 kN
5.00

Mekanika Rekayasa II - Struktur Portal I-13


Momen Lentur :
Mx = RVA . x – RHA (3+y) y 2 2
= → y = x = 0,4 x
x 5 5
= 15 x – 10 (3 + 0,4x)
= 15x – 30 – 4x
= 11x – 30
x (m) 0 0,5 1 1,5 2 2,5
Mx (kNm) -39 -24,5 -19 -14 -8 -2,5

Gaya Geser/Gaya Lintang :


Gaya geser dapat dihitung dengan penjumlahan aljabar gaya yang bekerja tegak
lurus pada bagian sisi kiri elemen yang di tinjau atau turunan pertama dari momen
(lihat gambar 1.8).
Dx = RVA . cos α - RHA . sin α
⎛2⎞
= 15 cos (21,80) – 10 sin (21,80) α = tan −1 ⎜ ⎟ = 21,800
⎝5⎠
= 19,93 – 3,7139
= 10,21 kN

Gaya Normal :
Lihat gaya luar maupun reaksi yang bekerja serah dengan elemen kolom CD.
Nx = RVa sin α + RHA cos α
= 15 sin (21,80) – 10 cos (21,80)
= 5,5709 + 9,285
= 14,856 kN (gaya normal tekan)

9 Elemen DE ( 0 < x < 2,5 m)


Lihat elemen balok DE setelah di buat Free Body seperti terlihat pada gambar 1.8
Momen Lentur :
Mx = RVA (2,5 + x) – RHA (4+y) – Px y 2 2
= → y = x = 0,4 x
x 5 5
= 15 (2,5 + x) – 10 (4 + 0,4x) – 10 x
= 37,5 + 15x – 40 + 4x – 10x
= -2,5 + x
x (m) 0 0,5 1 1,5 2 2,5
Mx (kNm) -2,5 -2 -1,5 -1 -0,5 -0

Mekanika Rekayasa II - Struktur Portal I-14


Gaya Geser/Gaya Lintang :
Gaya geser dapat dihitung dengan penjumlahan aljabar gaya yang bekerja tegak
lurus pada bagian sisi kiri elemen yang di tinjau atau turunan pertama dari momen
(lihat gambar 1.8).
Dx = RVA . cos α - RHA . sin α - P . cos α ⎛2⎞
α = tan −1 ⎜ ⎟ = 21,800
= 15 cos (21,80) – 10 sin (21,80) – 10 cos (21,80) ⎝5⎠

= 19,93 – 3,7139 – 9,285


= 0,928 kN

Gaya Normal :
Lihat gaya luar maupun reaksi yang bekerja searah dengan elemen kolom DE.
Nx = RVa sin α + RHA cos α - P sin α
= 15 sin (21,80) – 10 cos (21,80) – 10 sin (21,80)
= 5,5709 + 9,285 – 3,714
= 11,142 kN (gaya normal tekan)

3. Gambar Diagram Gaya-Gaya Dalam :


Diagram gaya-gaya dalam dapat di lihat pada gambar 1.9.

Mekanika Rekayasa II - Struktur Portal I-15


0 Tm
E
30 kNm
30 kNm

(-) D

10 kNm ( + )
30 kMm C

(-) Momen (M)

B 0 Tm

0 kNm A
10 kN
E

(-)
5 kN
0 .92
D
1 kN (+ )
1 0 .2

C 10 kN

Lintang (D)
(-)
(+)
10 kN
B

10 kN

A E
N
46 k
1 1.1
(- )

6 kN D
1 4 .8 (- )
(+)

C 15 kN

Normal (N)
(-)

5 kN

15 kN

Gambar 1-9.

Mekanika Rekayasa II - Struktur Portal I-16


Soal latihan :
1. Struktur tangga dengan beban-beban seperti tergambar. Hitung komponen
reaksi serta gambakan diagram gaya-gaya dalam.

P=10 kN

B
'
/m
5 kN
q=
2.50

A
3.00 1.50

2. Portal dengan beban-beban seperti tergambar. Hitung komponen reaksi serta


gambakan diagram gaya-gaya dalam.
P2=10KN q2=5 KN/m'

q1=2,5 KN/m'

C D E

P1=5KN
3.00

1.500

A B
1,50 1,50
3.00 1.50

3. Portal dengan beban-beban seperti tergambar. Hitung komponen reaksi serta


gambakan diagram gaya-gaya dalam.
P2= 3 KN
P1= 2 KN
q= 7,5 KN/m

C D s E

4.00 4.00

1.50
A

2,50 1,25 1,25

5.00

Mekanika Rekayasa II - Struktur Portal I-17


II. STRUKTUR RANGKA BATANG

Tujuan Instruksional Umum


Mengetahui apa itu struktur rangka batang (Truss) Statik Tertentu dengan berbagai tipe
yang sering digunkan pada struktur rangka jembatan dan kuda-kuda.

Tujuan Instruksional Khusus


9 Menguasai macam-macam konstruksi rangka batang bidang
9 Menjelaskan tentang elemen dasar rangka batang
9 Menyimpulkan beberapa anggapan yang dipakai dalam melakukan analisis sruktur
rangka batang.

Materi Pembahasan
2.1. Umum
2.2. Rangka Batang Bidang
2.3. Elemen Dasar
2.4. Analisa struktur rangka batang (Truss)

Hasil Belajar
Setelah selesai semua materi pada bab II, mahasiswa diharapkan mampu menerapkan
prinsip-prinsip dasar rangka batang serta dapat menganalisa struktur rangka batang dengan
baik dan benar.

Mekanika Teknik II - Struktur Rangka Batang II-1


2.1. Umum

Struktur rangka batang tersusun dari batang-batang yang terhubungkan satu dengan
yang lainnya pada suatu titik simpul untuk membentuk suatu struktur yang stabil.
Rangka batang tersebut tersusun dalam satu atau lebih segitiga-segitiga yang
mentransfer beban-beban dengan membangun gaya-gaya aksial.
Pada ilmu sipil pada umumnya struktur rangka (truss) banyak digunakan pada
struktur jembatan, menara-menara, rangka kuda-kuda atap. Batang-batang (frame)
yang sering digunakan antara lain adalah balok I, balok alur, baja siku atau
bentuk-bentuk khusus yang dipasang terpadu pada ujung-ujungnya.

2.2. Rangka Batang Bidang

Rangka batang bidang adalah rangka batang yang terletak hanya pada sebuah
bidang tunggal.
Beberapa contoh rangka batang yang umumnya banyak digunakan dan dapat
dianalisa sebagai rangka batang bidang (Gambar 2.1a dan 2.1b) yang biasanya
dipakai untuk struktur jembatan dan kuda-kuda atap antara lain type Warren,
Howe, Pratt, rasuk K, rasuk N, Baltimore, Petit, Camel Back, dan Fink.

Type Struktur Jembatan

WARREN TRUSS LOW WARREN TRUSS

HOWE TRUSS BALTIMORE TRUSS

Mekanika Teknik II - Struktur Rangka Batang II-2


K- TRUSS PETIT TRUSS

N - TRUSS QUADRANGULAR WARREN TRUSS

CAMEL BACK TRUSS

Gabmbar 2.1a

Type Struktur Kuda-Kuda Atap

HOWE TRUSS PRATT TRUSS

FINK TRUSS

Mekanika Teknik II - Struktur Rangka Batang II-3


Gabmbar 2.1b

2.3. Elemen Dasar

Elemen dasar dari rangka batang adalah batang-batang yang tersusun dan saling
berhubungan satu dengan yang lainnya pada sebuah pin/engsel yang membentuk
segitiga.

Gambar 2.2a menunjukan suatu kerangka yang


tegar (stabil) dimana elemen-elemen dasar dari
rangka batang yang terdiri tiga batang yang
disatukan oleh pin/engsel (jepit putar) pada
ujungnya,
Gambar 2.2a
P

Gambar 2.2b menunjukan suatu kerangka yang


tidak stabil (labil) dimana elemen-elemen dasar
dari rangka batang tersebut terdiri empat batang
atau lebih yang disatukan oleh pin/engsel
membentuk polygon yang terdiri dari banyak
sisi.
Gambar 2.2b

Pada gambar 2.2b akan menjadi kerangka yang


stabil apabila ditambahkan batang miring
(diagonal) yang menghubungkan titik simpul A
dan C seperti terlihat pada gambar 2.2c

Gambar 2.2c
Mekanika Teknik II - Struktur Rangka Batang II-4
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa suatu kerangka dikatakan stabil apabila
kerangka tersebut membentuk segitiga-segitiga.

2.4. Analisa struktur rangka batang (Truss)


Ada beberapa anggapan yang dipakai dalam penyelesaian struktur rangka :
1. Batang-batang (members) saling terhubung pada titik buhul (joint) melalui plat
buhul (gusset plate) dengan hubungan sendi (pin jointed)
2. Beban-beban luar yang dilimpahkan ke rangka batang hanya pada titik
simpul/pertemuan.
3. Sumbuh-sumbuh batang yang melalui pusat penampang bertemu pada sebuah
titik simpul, pada titik dimana batang-batang tersebut diikat/diengsel satu sama
lain dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa :


9 Semua titik simpul/pertemuan dianggap sebagai pin/engsel dimana hanya
terdapat satu gaya dalam yang bekerja yaitu gaya aksial.
9 Semua beban-beban luar yang bekerja pada rangka batang hanya pada titik-titik
simpul/pertemuan.
Plat Buhul (Gusset Plate)

Sering digunakan
sebagai jepit

Sumbu 2 Batang
bertemu pada satu
Titik Buhul (joint) titik

Gambar 2.3 Idealisasi dan Asumsi

Rangka Batang Sederhana


Struktur yang dibentuk dari sebuah segitiga dasar seperti yang telah disebutkan
diatas dikenal sebagai rangka batang sederhana.
Rangka batang disebut statis tertentu jika dapat dinalisa, dengan hanya
memakai persamaan-persamaan keseimbangan satika.

Mekanika Teknik II - Struktur Rangka Batang II-5


Untuk memenuhi sifat statis tertentu, rangka batang harus memenuhi
syarat-syarat :
a. Statis Tertentu Luar
Persyaratan keseimbangan memberikan 3 syarat persamaan yaitu :
1. Σ V = 0 ( Jumlah gaya-gaya vertikal harus sama dengan 0 )
2. Σ H = 0 ( Jumlah gaya-gaya horisontal harus sama dengan 0 )
3. Σ M = 0 ( Jumlah gaya-gaya momen harus sama dengan 0 )
Sehingga gaya-gaya yang tidak diketahui ( reaksi ) yang dapat diselesaikan
maskimum 3 reaksi.
Dapat dibuktikan lihat contoh pada Gambar 2.4 apabila :
r < 3 : struktur akan labil (Gbr. 2.4a)
r = 3 : struktur akan stabil dan dapat dianalisa dengan statis tertentu
(Gbr. 2.4b)
r > 3 : stutkur akan stabil tetapi struktur tersebut sudah termasuk
struktur statis tak tertentu (Gbr. 1.4c)

RHA
A B
A B
RVA RVB
Gambar 2.4a RVA Gambar 2.4b RVB

RHC C

RHA

A B

RVA RVB

Gambar 2.4c

b. Statis Tertentu Dalam


Untuk struktur rangka batang dengan jumlah joint sebanyak ( j ) maka akan
mempunyai komponen gaya sebanyak 2 j (arah vertikal dan horisontal), bila
jumlah gaya batang ( m ) dan reakasi sebanyak ( r ) maka harus memenuhi
syarat :
m + r = 2j, atau m = 2j - r
Lihat contoh struktur rangka batang jembatan pada Gambar 2.5a,b dan c
yang merupakan struktur stabil statis tertentu dalam.

Mekanika Teknik II - Struktur Rangka Batang II-6


RHA RHB

RVA
Gambar 2.5a

r = 3 ( RVA, RHA dan RHB )


m = 7 ( jumlah batang )
j = 5 ( jumlah joint )
7 + 3 =2.5
10 = 10

r = 3 ( RVA, RHA dan RVB )


m = 5 ( jumlah batang )

j = 4 ( jumlah joint )
5 + 3 =2.4
8 =8
Gambar 2.5b

r = 4 ( RVA, RHA, RVC dan RHC )


m = 18 ( jumlah batang )

j = 11 ( jumlah joint )
18 + 4 = 2 . 11
22 = 22
Gambar 2.5c

Mekanika Teknik II - Struktur Rangka Batang II-7


III. METODE ANALISIS STRUKTUR RANGKA

Tujuan Instruksional Umum


Menghitung suatu struktur rangka batang (Truss) Statik Tertentu dengan berbagai tipe
struktur rangka antara lain struktur rangka kuda-kuda dan struktur rangka jembatan.

Tujuan Instruksional Khusus


9 Menjelaskan tentang metode yang digunakan
9 Menghitung komponen-komponen reaksi tumpuan.
9 Menghitung gaya-gaya yang terjadi pada masing-masing elemen rangka batang

Materi Pembahasan
Dalam analisis struktur rangka batang, ada 3 Metode Sederhana terkenal antara lain :
1. Metode Keseimbangan Titik Buhul (method of joint)
2. Metode Potongan (method of section)
3. Metode Grafis (cremona)

Mekanika Teknik II - Struktur Rangka Batang III-1


3.1. Analisis Struktur Rangka Batang Dengan Metode Keseimbangan Titik Buhul.

Hasil Belajar :
Setelah selesai materi ini mahasiswa diharapkan mampu menganalisis dan
menghitung komponen reaksi serta gaya-gaya batang dengan
metode keseimbangan titik buhul (method of joint)

Prinsip dasar yang dipergunakan dalam metode ini adalah :


1. Seluruh gaya yang bekerja pada titik kumpul (gaya luar maupun gaya dalam)
harus memenuhi persamaan Σ V = 0 dan Σ H = 0
2. Perhitungan gaya batang dapat dimulai dari titik kumpul yang diketahui gaya
luarnya (reaksi, beban P), sedangkan jumlah gaya batang yang belum diketahui
maksimum adalah 2 batang.
3. Setelah dibuat free body, batang yang akan dihitung gaya batangnya dianggap
mengalami tarik dengan asumsi bahwa arah dari masing-masing gaya batang
semuanya meninggalkan titik kumpul dan diberi nilai positip.
4. Bila ditinjau dari titik kumpul dapat di lihat pada Gambar 3.1, maka yang
dimaksud dengan :
9 Batang Tarik, adalah batang yang memberikan gaya dengan arah
meninggalkan titik buhul.
9 Batang Desak, adalah batang yang memberikan gaya dengan arah menuju
titik buhul.

Batang Tarik, Gaya


meninggalkan joint

Batang Desak, Gaya


menuju joint

Gambar 3.1

Mekanika Teknik II - Struktur Rangka Batang III-2


Contoh 1 :
Hitung komponen-komponen reaksi dan gaya-gaya batang pada struktur rangka seperti
pada Gambar 3.2.
P1=300N

P1=200N
D
4

3
β E
5 7
6
α
RHA
B
A 1 C 2

RVA RVB
Gambar 3.2

Penyelesaian :
1. Reakasi Tumpuan
Σ MA = 0
- RBV ( 5 ) + P2 (2,5) = 0
- RBV ( 5 ) + 200 (2,5)= 0
RBV = -500 / -5
RBV = 100 N ( ↑ )

Σ MB = 0
RAV ( 5 ) - P1 ( 5 ) - P2 ( 2,5 ) = 0
RAV ( 5 ) - 300 ( 5 ) - 200 (2,5) = 0
RAV = 2000 / 5
RAV = 400 N ( ↑ )
Kontrol :
ΣV=0
RAV + RBV - P1 - P2 = 0
400 + 100 - 300 - 200 = 0 (Okey)

2. Menghitung Gaya-Gaya Batang


Sebelum menghitung gaya-gaya batang terlebih dahulu struktur diamati untuk
menentukan langkah-langkah yang akan diambil sehingga titik-titik buhul yang ditinjau
tidak mempunyai gaya-gaya batang yang lebih dari 2 gaya yang belum diketahui.

Mekanika Teknik II - Struktur Rangka Batang III-3


Titik Buhul B :
r = (5 2 + 2 2 ) = 5,3852
y 2
α
tg α = = = 0,4
x 5
x 5
Cos α = = = 0,9285
r 5,3852
y 2
Sinα = = = 0,3714
r 5,3852

ΣV=0
RVB + F7 Sin α =0
F7
7 100 + 0,3714 F7 =0
F7 = -100 / 0,3714
α
F2 F7 = -269,3 N (tekan)
B
2
ΣH=0
RVB
-F2 - F7 Cos α = 0
-F2 - (-269,3) (0,9285) =0
F2 = 250 N (tarik)

Selanjutnya kita akan lihat lagi titik simpul yang mempunyai hanya maksimum 2 gaya
yang belum diketahui.
Titik Buhul C :

F6
ΣV=0
F6 = 0
F1 F2
C ΣH=0
-F1 + F2 =0
-F1 + 250 =0
F1 = + 250 N (tarik)

Titik Buhul A :
ΣH=0
F5 Cos α + F1 =0
F3 0,9285 F5 + 250 =0
F5
F5 = -250 / 0,9285
F5 = -269,3 N (tekan)
RHA α F1
A
ΣV=0
RVA RVA - F5 Sin α + F3 =0
400 + (-269,3) (0,3714) + F3 = 0
F3 = -300 N (tekan)

Mekanika Teknik II - Struktur Rangka Batang III-4


Selanjutnya kita tinjau titik buhul D untuk kontrol batang F3.
Titik Buhul D :

ΣH=0
F4 Cos α =0
F4 =0
P1=300N

ΣV=0
D
α -P1 - F4 Sin α - F3 =0
-300 + (0) (0,3714) + F3 = 0
F4
F3 = -300 N (tekan)

F3

Hasil perhitungan diatas dapat dibanding dengan hasil analisis dengan menggunakan
bantuan program computer SAP 2000 v.11. seperti terlihat pada Tabel 1 dan Gambar 3.3.
Tabel 1. Gaya-gaya Batang
No Gaya Batang ( N ) Gaya Batang (N)
Batang Perhitungan Manual Dengan SAP 2000
Tarik ( + ) Tekan ( - ) Tarik ( + ) Tekan ( - )
1 250 - 250 -
2 250 - 250 -
3 - 300 - 300
4 - - - -
5 - 269,3 - 269,25
6 - - - -
7 - 269,3 - 269,25

Hasil analisis dengan SAP 2000 v.11

Gambar 3.3

Mekanika Teknik II - Struktur Rangka Batang III-5


Contoh 2
Suatu struktur rangka seperti terlihat pada Gambar 3.4, hitung komponen reaksi dan gaya-
gaya batang. P=150N
D
4

β
C
5 6.00

2 3
3.00

α1 α2 α3
RHA
A 1 B
5.00 3.00
RVA RVB

Gambar 3.4

Penyelesaian :
1. Reakasi Tumpuan
Σ MA = 0
- RBV ( 5 ) + P (6) = 0
- RBV ( 5 ) + 150 (6) = 0
RBV = -900 / -5
RBV = 180 N ( ↑ )

Σ MB = 0
RAV ( 5 ) + P(6) = 0
RAV ( 5 ) + 150 (6) = 0
RAV = -900 / 5
RAV = -180 N ( ↓ )
Kontrol :
ΣV=0
RAV + RBV = 0
-180 + 180 = 0 (Okey)
ΣH=0
RAH +P =0
RAH = -150 N (←)

Mekanika Teknik II - Struktur Rangka Batang III-6


2. Menghitung Gaya-Gaya Batang
Sebelum menghitung gaya-gaya batang terlebih dahulu struktur diamati untuk
menentukan langkah-langkah yang akan diambil sehingga titik-titik buhul yang ditinjau
tidak mempunyai gaya-gaya batang yang lebih dari 2 gaya yang belum diketahui.

r = (82 + 6 2 ) = 10
y 6
tg α 1 = = = 0,75
6.00 x 8
x 8
α1
Cos α 1 = = = 0,8
r 10
y 6
8.00 Sinα 1 = = = 0,6
r 10

Titik Buhul A :

ΣV=0
RVA + F2 Sin α1 =0
-180 + 0,6 F2 =0
α1 F2 = 180 / 0,6
RHA F2 = 300 N (batang tarik)
A ΣH=0
RVA
- RHA + F2 Cos α1 + F1= 0
-150 + 300 (0,8) + F1 = 0
F1 = -90 N (batang tekan)

Titik Buhul B :
Ttiik simpul B dipilih karena batang 1 sudah dihitung dan mempunyai 2 batang yang
belum di ketahui antara lain batang 3 dan batang 5.

r = (12 + 32 ) = 3,1623 r = (32 + 6 2 ) = 6,7082


y 3 y 6
3.00 tg α 2 = = =3 tg α 3 = = =2
x 1 6.00 x 3
α2 x 1 x 3
Cos α 2 = = = 0,3162 Cos α 3 = = = 0,4472
r 3,1623 r 6,7082
1.00
y 3 α3 y 6
Sinα 2 = = = 0,9487 Sinα 3 = = = 0,8944
r 3,1623 r 6,7082
3.00

Mekanika Teknik II - Struktur Rangka Batang III-7


Jika dihitung dengan persamaan keseimbangan gaya vertikal maupun horisontal, maka
akan diperoleh 2 bilangan anu.

ΣV=0
RVB + F3 Sin α2 + F5 Sin α3 = 0
0,9487 F3 + 0,8944 F5 = -180 ……..(1)
α2 α3

B ΣH=0
RVB F1 - F3 Cos α2 + F5 Cos α3 =0
-0,3162 F3 + 0,4472 F5 = -90………(2)

Eliminasi Pers 1 dan Pers 2 :


0,9487 F3 + 0,8944 F5 = -180 -0,3162
-0,3162 F3 + 0,4472 F5 = -90 0,9487

-0,3000 F3 - 0,2828 F5 = 56,916


-0,3000 F3 + 0,4243 F5 = -85,383 -
0 - 0,7071 F5 = 142,299
F5 = -201,243 N (batang tekan)

F5 dimasukan ke persamaan 1 maka diperoleh F3 = 0 N

Titik Buhul D :

⎛ y⎞ ⎛6⎞
α 1 = tan −1 ⎜ ⎟ = tan −1 ⎜ ⎟ = 36 ,86989765
⎝x⎠ ⎝8⎠

β = 90 − 36 ,86989765 = 53,13010235
β 6.00
Cos β = 0,6
Sin β = 0,8
α1

φ = 0,5 × β = 0,5 × 53,13010235 = 26 ,56505118


8.00

Cos φ = 0,8944
Sin φ = 0,4472

Mekanika Teknik II - Struktur Rangka Batang III-8


P=150N
D
ΣV=0
- F5 Cos φ - F4 Cos β = 0
φ -(-201,243) (0,8944) - 0,6 F4= 0
β
179,992 - 0,6 F4 =0
F4 = 299,986 N (batang tarik)
= 300 N (dibulatkan)
φ

ΣH=0
P - F5 Sin φ - F4 Sin β =0
150 – (-201,243) (0,4472) - 0,8 F4 = 0
150 + 89,996 – 0,8 F4 = 0
F4 = 300 N (batang tarik)

Hasil perhitungan diatas dapat dibanding dengan hasil analisis dengan menggunakan
bantuan program computer SAP 2000 v.11. seperti terlihat pada Tabel 2 dan Gambar 3.5.
Tabel 2. Gaya-gaya Batang
No Gaya Batang ( N ) Gaya Batang (N)
Batang Perhitungan Manual Dengan SAP 2000
Tarik ( + ) Tekan ( - ) Tarik ( + ) Tekan ( - )
1 - 90 - 90
2 300 - 300 -
3 - - - -
4 300 - 300 -
5 - 201,243 - 201,25

Hasil analisis dengan SAP 2000 v.11

Gambar 3.5

Mekanika Teknik II - Struktur Rangka Batang III-9


Soal Latihan :
1. Suatu struktur rangka Kuda-Kuda seperti terlihat pada Gambar 3.6a dan 3.6b, periksa
stabilitas dalam maupun stabilitas luar serta hitung komponen reaksi dan gaya-gaya
batang.

231 mm

115.5 mm
30

200 mm 200 mm 200 mm 200 mm

(a)

231 mm

115.5 mm
30

200 mm 200 mm 200 mm 200 mm

(b)
Gambar 3.6

2. Suatu struktur rangka seperti terlihat pada Gambar 3.7, periksa stabilitas dalam maupun
stabilitas luar serta hitung komponen reaksi dan gaya-gaya batang.

5.00 5.00

RHC
α

RVC
2.00

RVE

Gambar 3.7

Mekanika Teknik II - Struktur Rangka Batang III-10


3.2. Analisi Struktur Rangka Batang Dengan Metode Potongan (method of section).

Hasil Belajar :
Setelah selesai materi ini mahasiswa diharapkan mampu menganalisis dan
menghitung komponen reaksi serta gaya-gaya batang dengan
metode potongan (method of section)

Prinsip dasar yang dipergunakan dalam metode ini adalah :


1. Seluruh gaya yang bekerja pada potongan (tinjau bagian kiri atau kanan struktur
yang terpotong) harus memenuhi persamaan Σ M = 0 (titik kumpul/joint dianggap
sebagai sendi), Σ V = 0 dan Σ H = 0
2. Perhitungan gaya batang tidak harus dimulai secara berurutan tetapi dapat
langsung pada batang yang diinginkan.
3. Potongan harus melalui/memotong batang yang akan di hitung gayanya, sehingga
dapat digambarkan freebody diagramnya.
4. Batang yang akan dihitung gaya batangnya dianggap mengalami tarik dan
diberikan nilai positip.

Contoh 3 :
Suatu struktur rangka jembatan type Low Waren seperti terlihat pada Gambar 3.8. hitung
komponen reaksi dan gaya-gaya batang

3.00

α
RHA

5.00 5.00

RVA RVB

Gambar 3.8

Mekanika Teknik II - Struktur Rangka Batang III-11


Penyelesaian :
1. Menghitung Reaksi Tumpuan
Σ MA = 0
- RBV ( 10 ) + P (5) = 0
- RBV ( 10 ) + 300 (5) = 0
RBV = -1500 / -10
RBV = 150 N ( ↑ )
Σ MB = 0
RAV ( 10 ) - P(5) = 0
RAV ( 10 ) - 300 (5) = 0
RAV = 1500 / 10
RAV = 150 N ( ↑ )

Kontrol :
ΣV=0
RAV + RBV – P =0
150 + 150 – 300 = 0 (Okey)

ΣH=0
RAH = 0

2. Menghitung Gaya-Gaya Batang


Potongan I :

r = (2,52 + 32 ) = 3,9051
y 3
3.00 tg α 2 = = = 1,2
x 2,5
α x 2,5
Cos α 2 = = = 0,6402
r 3,9051
5.00 2.50 y 3
RVA
Sinα 2 = = = 0,7682
r 3,9051

Gaya batang F1 dihitung terlebih dahulu dengan memilih pusat momen berada di joint D
Σ MD = 0
RAV ( 2,5 ) - F1 (3) = 0
150 ( 2,5 ) - F1 (3) = 0
375 – 3 F1 =0
F1 = -375 / -3
= 125 N (batang tarik)

Mekanika Teknik II - Struktur Rangka Batang III-12


Setelah F1 diketahui langkah selanjutnya maka gaya batang F3 dapat dihitung dengan
memilih joint E sebagai pusat momen.
Σ ME = 0
RAV ( 7,5 ) - F1 (3) + F3 sin α(5) = 0
150 ( 7,5 ) - 125 (3)+ F3 (0,7682)(5) = 0
1125 – 375 + 3,841 F3 = 0
F3 = -750 / 3,841
= -195,26 N (batang tekan)

Potongan II :

3.00

5.00 2.50

RVA

Pada potongan II Gaya batang F5 dihitung terlebih dahulu dengan memilih pusat momen
berada di joint C
Σ MC = 0
RAV (5) + F5 (3) = 0
150 (5 ) + F5 (3) = 0
750 + 3 F5 = 0
F5 = -750 / 3
= -250 N (batang tekan)
Setelah F5 diketahui langkah selanjutnya maka gaya batang F4 dapat dihitung dengan
memilih joint A sebagai pusat momen.
Σ MI = 0
F5 (3) + F4 sin α(5) = 0
-250 (3) + F4 (0,7682)(5) = 0
-750 + 3,841 F4 = 0
F4 = 750 / 3,841
= 195,26 N (batang tarik)
Hasil perhitungan diatas dapat dibanding dengan hasil analisis dengan menggunakan
bantuan program computer SAP 2000 v.11. seperti terlihat pada Tabel 3 dan Gambar 3.9.

Mekanika Teknik II - Struktur Rangka Batang III-13


Tabel 3. Gaya-gaya Batang
No Gaya Batang ( N ) Gaya Batang (N)
Batang Perhitungan Manual Dengan SAP 2000
Tarik ( + ) Tekan ( - ) Tarik ( + ) Tekan ( - )
1 125 - 125 -
2 125 - 125 -
3 - 195,26 - 195,26
4 195,26 - 195,26 -
5 - 250 - 250
6 195,26 195,26
7 - 195,26 - 195,26

Hasil analisis dengan SAP 2000 v.11

Gambar 3.9

Mekanika Teknik II - Struktur Rangka Batang III-14


Soal Latihan :
1. Suatu struktur rangka jembatan seperti terlihat pada Gambar 3.10, periksa stabilitas
dalam maupun stabilitas luar serta hitung komponen reaksi dan gaya-gaya batang.

A
10

IV
8
450 9
II
300
7
6 4
150 60° 5
49°
30°
I
B 1 V 2 III 3
259 259 259

P=200N

A
10

IV
8
450 9
II
300
7
6 4
150 60° 5
49°
30°
I
B 1 V 2 III 3
259 259 259

P=200N

A
10

IV
8
450 9
II
300
7
6 4
150 60° 5
49°
30°
I
B 1 V 2 III 3
259 259 259

P=200N

Gambar 3.10

Mekanika Teknik II - Struktur Rangka Batang III-15


3.3. Analisi Struktur Rangka Batang Dengan Grafis (Method Cremona).

Hasil Belajar :
Setelah selesai materi ini mahasiswa diharapkan mampu menganalisis dan
melukiskan secara grafis untuk mengetahui komponen reaksi
serta gaya-gaya batang dengan metode cremona

Prinsip dasar yang dipergunakan dalam metode ini adalah :


1. Seluruh gaya yang bekerja pada struktur pada dasarnya dapat dinyatakan sebagai
vektor, sehingga selain dapat dinyatakan besarannya dapat pulah dilukiskan
arahnya.
2. Gaya luar maupun gaya dalam (gaya batang) bila dilukiskan dalam bentuk vektor
akan membentuk suatu poligon tertutup untuk memenuhi syarat keseimbangan.
3. Untuk menggambar poligon tersebut maka dapat dimulai dengan
menggambarkan vektor gaya yang sudah diketahui besar dan arahnya (misalkan
beban luar dan reaksi tumpuan) pada salah satu titik simpul (joint), selanjutnya
dengan mengambik suatu putaran maka dapat digambarkan poligon tertutup dari
seluruh gaya yang bekerja pada titik simpul (joint) tersebut.
4. Tiap-tiap gaya dilukiskan dua kali yang berlawanan arahnya, tetapi arah pananya
tidak perlu digambarkan. Namun diganti dengan tanda positip dan negatip.
5. Dengan mengikuti proses diatas maka dapat digambarkan gaya batang
keseluruhan

Contoh 4 :
Suatu struktur rangka jembatan type Low Waren seperti terlihat pada Gambar 3.11. analisis
secara garafis (cremona) untuk mendapatkan besaran komponen reaksi dan gaya-gaya
batang
F 12 G 13 H

7 9
5 11
6 8 10
4.00

45.00°
RHA 1 2 3 4
A C D E B
4.00 4.00 4.00 4.00 RVB
RVA
P1=20KN P2=25KN P3=20KN

Gambar 3.11

Mekanika Teknik II - Struktur Rangka Batang III-16


Sebagai langkah awal gambarkan secara grafis dengan syarat keseimbangan untuk
mendapatkan besaran komponen reaksi yang terjadi pada perletakan sendi di titik A dan
perletakan rol di titik B.
Langka Kerja :
1. Lukiskan gaya luar berupa beban P1, P2 dan P3 dengan skala gaya 1 cm = 10 kN
2. Tentukan kutub nol (kutub nol di tempatkan sembarang)
3. Buat garis kutub dari 0 keujung-ujung gaya antara lain P1, P2 dan P3 yaitu
garis-garis kutub 1 sapai dengan 4.
4. Buat garis sembarang yang sejajar dengan garis kutub 1 dan akan memotong garis
kerja reaksi di titik A.
5. Melalui titik A dibuat garis yang sejajar garis kutub 2 dan akan memotong garis
kerja P1 di titik B.
6. Melalui titik B dibuat garis yang sejajar garis kutub 2 dan akan memotong garis
kerja P2 di titik C.
7. Melalui titik C dibuat garis yang sejajar garis kutub 2 dan akan memotong garis
kerja P3 di titik D.
8. Melalui titik D dibuat garis yang sejajar garis kutub 2 dan akan memotong garis
kerja Reaksi di titik E.
9. Buat garis yang menghubungkan antara titik A ke titik E yang disebut sebagai garis
pembagi jari-jari pada kutub 0 dengan notasi S.
Hasil grafis dapat di lihat pada Gambar 3.12.

F 12 G 13 H

5 7 9 11
4.000
6 8 10

RHA 1 2 3 4
A C D E B
RVA RVB
P1 1
P1=20KN P2=25KN P3=20KN RVA=32.5 KN

4.000 4.000 4.000 4.000 2


S
Kutub 0
3
P2
4
RVB=32.5 KN

S P3
A E

4
1

B D
3
2
C

Gambar 3.12

Mekanika Teknik II - Struktur Rangka Batang III-17


Gaya-gaya batang secara grafis dapat dilihat pada Gambar 3.13.
Langka kerja :
1. Dimulai dari titik simpul A, dengan arah putaran searah jarum jam secara berurutan
dapat dilukiskan mulai dari RVA sebagai titik awal kemudian garis 5 sejajar batang
5 dan terakhir garis 1 sejajar batang 1 yang akan kembali ke titik awal sebagai
poligon tertutup.
2. Titik simpul F, dengan arah putaran searah jarum jam secara berurutan dapat
dilukiskan mulai dari garis sejajar batang 5 dengan arah yang terbalik sebagai titik
awal kemudian garis 12 yang sejajar batang 12 dan terakhir garis 6 yang sejajar
batang 6 yang akan kembali ke titik awal sebagai poligon tertutup.
3. Titik simpul C, dengan cara yang sama secara berurutan dapat dilukiskan mulai
dari P1, batang 1, batang 6, batang 7 dan terakhir batang 2.
4. Titik simpul D, dengan cara yang sama secara berurutan dapat dilukiskan mulai
dari P2, batang 2, batang 8 dan terakhir batang 3.
5. Titik simpul G, dengan cara yang sama secara berurutan dapat dilukiskan mulai
dari batang 8, batang 7, batang 12, batang 13 dan terakhir batang 9.
6. Titik simpul E, dengan cara yang sama secara berurutan dapat dilukiskan mulai dari
P3, batang 3, batang 9, batang 10 dan terakhir batang 4.
7. Titik simpul H, dengan cara yang sama secara berurutan dapat dilukiskan mulai
dari batang 10, batang 13 dan terakhir batang 11.
8. Titik simpul B, dengan cara yang sama secara berurutan dapat dilukiskan mulai
dari batang RVB, batang 4 dan terakhir batang 11.

Mekanika Teknik II - Struktur Rangka Batang III-18


S2
S12

)
KN
8
.6
17
(-
7
12 (- 32.5 KN)
2 (+ 45 KN)
S6

6 (+ 32.5 KN)

)
P1

KN
6
.9
1

45
(-
S6 32.5 KN

5
1 (+32.5 KN)
3 (+ 45 KN)
9

2
(-
17
.6
8
KN
8 (+ 25 KN)

S
)

1=4 (+32.5 KN)


12=13 (- 32.5 KN)
P2 Kutub 0
)

3
KN
.68
17
(-
7

4 (+ 45 KN)
2 (+ 45 KN) 4
S10 32.5 KN
10 (+ 32.5 KN)

11
(-
45

P3
.9
6
KN
)

S10 13 (- 32.5 KN)

3 (+ 45 KN)
9
(-
17
.6
8
KN
)

S4
S3

Gambar 3.13 Diagram Cremona

Mekanika Teknik II - Struktur Rangka Batang III-19


Soal Latihan :
Suatu struktur kuda-kuda seperti tergambar, dianalisis secara grafis dengan metode
cremona.

P3=5 N

P2=10 N G P4=15 N

6 7

P1=15T F 11 H P5=10 N 2.500


5 10 12
8
9 13 1.250
α
1 2 3 4 B
A C D E

2.000 2.000 2.000 2.000

Mekanika Teknik II - Struktur Rangka Batang III-20


IV. TEGANGAN DAN REGANGAN

Tujuan Instruksional Umum


Setelah belajar pokok bahasan ini mahasiswa diharapkan mengetahui dasar-dasar
tegangan dan regangan yang terjadi pada komponen elemen struktur serta dapat
menghitung secara baik dan benar.

Tujuan Instruksional Khusus


9 Menjelaskan tentang pengertian tegangan dan regangan
9 Menghitung tegangan dan regangan yang terjadi pada penampang.

Materi Pembahasan
1. Pengertian Tegangan dan regangan
2. Dasar-dasar tegangan

Mekanika Teknik II – Tegangan III-1


1.1 Pengertian Tegangan
Hukum Newton pertama tentang aksi dan reaksi, bila sebuah balok terletak di atas lantai,
balok akan memberikan aksi pada lantai, demikian pula sebaliknya lantai akan
memberikan reaksi yang sama, sehingga benda dalam keadaan setimbang. Gaya aksi
sepusat (F) dan gaya reaksi (F”) dari bawah akan bekerja pada setiap penampang balok
tersebut. Jika kita ambil penampang A-A dari balok, gaya sepusat (F) yang arahnya ke
bawah, dan di bawah penampang bekerja gaya reaksinya (F”) yang arahnya ke atas.

Pada bidang penampang tersebut, molekul-molekul di atas dan di bawah bidang


penampang A-A saling tekan menekan, maka setiap satuan luas penampang seperti terlihat
pada Gambar 4.1 akan menimbulkan tegangan.
Secara umum tengangan dapat ditulis dengan persamaan sebagai berikut :

Gambar 4.1. Tegangan yang timbul pada penampang A-A

1.2 Dasar-Dasar Tegangan


Tegangan timbul akibat adanya tekanan, tarikan, bengkokan, dan reaksi. Pada pembebanan
tarik terjadi tegangan tarik, pada pembebanan tekan terjadi tegangan tekan, begitu pula
pada pembebanan yang lain.

a. Tegangan Normal
Pengetahuan dan pengertian tentang bahan dan perilakunya jika mendapat gaya atau beban
sangat dibutuhkan di bidang teknik bangunan. Jika suatu batang prismatik, dengan luas
tampang seragam di sepanjang batang, menerima beban atau gaya searah dengan panjang
batang, maka gaya tersebut akan menimbukan tegangan atau tekanan pada tampang batang.

Mekanika Teknik II – Tegangan III-2


Tegangan atau tekanan merupakan besaran gaya per satuan luas tampang. Sehingga besar
tegangan yang dialami batang prismatik tersebut masing-masing sebesar P/A. Pada gambar
4.2a, A merupakan luas tampang melintang batang yang dikena P.

P P

δ
δ

P P
(a) (b)
Gambar 4.2. Tegangan normal tarik dan tekan pada batang prismatik
Jika batang tersebut menerima gaya tarikan (Gambar 4.2a), maka akan timbul tegangan
tarik. Sedang jika batang menerima gaya tekan, (Gambar 4.2b) akan menyebabkan
tegangan tekan pada tampang melintang batang. Tegangan dinyatakan dengan simbol σ.
Secara umum besaran tegangan dapat ditulis dengan formula sebagai berikut.

Dimana : σ = tegangan
F = besaran gaya
A = luas tampang

Menurut Hukum Hooke, setiap batang bahan akan berubah mengalami perubahan bentuk
(deformasi), baik perpanjangan atau perpendekan saat menerima gaya. Bertambah panjang
jika menerima tegangan tarik, bertambah pendek jika menerima gaya tekan. Perubahan
panjang – pendek batang, diberi symbol δ, dipengaruhi oleh pajang batang, tegangan yang
terjadi, dan modulus elastisitas dari bahan (E). Besaran perubahan akibat gaya tersebut
dapat ditulis dengan formula sebagai berikut.
δ=ε.L
Dimana : δ = perubahan panjang = perpanjangan/perpendekan
ε = regangan bahan = σ/E
L = panjang batang
E = Modulus elastisitas bahan

Mekanika Teknik II – Tegangan III-3


b. Tegangan Geser
Tegangan geser terjadi jika suatu benda bekerja dengan dua gaya yang berlawanan arah,
tegak lurus sumbu batang, tidak segaris gaya namun pada penampangnya tidak terjadi
momen. Tegangan ini banyak terjadi pada konstruksi. Misalnya: sambungan keling,
gunting, dan sambungan baut.

Gambar 4.3 Tegangan Geser


Pada gambar diatas adalah sebuah sambungan dengan menggunakan paku keeling, ada dua
gaya F sama besar berlawanan arah. Gaya F bekerja secara merata pada luas penampang
paku keeling (A) sehingga akan menimbulkan tegangan geser, sebesar :

Persamaan keseimbangan :
ΣF = 0
Fbolt – F = 0
Fbolt = F
Tegangan geser rata-rata yang terjadi pada paku keeling dapat dihitung sebagai berikut :

Dimana,
A = luas penampang paku keling = π.r2bolt

Mekanika Teknik II – Tegangan III-4


c. Tegangan Puntir
Terkadang suatu komponen struktur menerima puntiran, kopel punter atau momen
puntiran. Puntiran tersebut menimbulkan tegangan geseran yang disebut sebagai tegangan
geser puntir. Ilustrasi batang yang mengalami torsi ditunjukkan pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 batang yang mengalami puntiran


Besarnya tegangan yang diakibatkan oleh momen puntir/torsi pada tampang batang
lingkaran dan lingkaran berlubang dituliskan dengan formula sebagai berikut.
.

Dimana : τ = tegangan geser torsi


T = besaran momen torsi
r = jari-jari batang terpuntir
Ip = momen inersia polar tampang tergeser :
- Lingkaran pejal Ip = πd4/32
- Lingkaran berlubang Ip = π/32 (d24 – d14)

Gambar 4.5 torsi tampang pejal dan berlubang

d. Tegangan Lentur Pada Balok


Balok merupakan struktur yang menerima beban tegak lurus terhadap arah panjang.
Karenanya balok umumnya mengalami lenturan dan geseran pada bagian di dekat
dudukan. Gaya geser, sering disebut gaya lintang akan menyebabkan tegangan geser.
Gambar 4.6 menunjukkan diagram geser balok yang terjadi di sepanjang batang.
Ditunjukkan pula diagram gaya momen yang menyebabkan lenturan pada balok. Momen
penyebab lenturan tersebut disebut sebagai momen lentur.

Mekanika Teknik II – Tegangan III-5


Gambar 4.6 Struktur balok yang mengalami lentur dan geser

Gaya geser dan momen lentur tersebut akan menyebabkan tegangan geser dan tegangan
lentur. Tegangan lentur maksimum seperti terjadi pada batang tepat di bawah P, berjarak a
dari dudukan A. Diagram momen lentur maksimum terjadi pada titik dimana geseran
memiliki nilai = 0. Sedangkan geseran maksimum terjadi umumnya di daerah dudukan.
Pada gambar gaya lintang masimum/ D maks terjadi di atas dudukan B.
Terdapat dua macam momen lentur, momen lentur positif dan momen lentur negatif.
Tampang balok yang mengalami lenturan positif akan mengalami tegangan dengan arah
sejajar panjang batang (tegangan normal). Di bagian atas sumbu tengah tampang akan
mengalami tegangan tekan (Compression Stress). Bagian bawah sumbu tampang
mengalami tegangan tarik (tension stress).
Sedangkan tampang dengan lenturan negatif berlaku kebalikannya, tegangan tarik di
bagian atas dan tegangan tekan di bagian bawah sumbu tampang. Besaran tegangan akibat
lenturan pada balok dapat ditulis dengan formula sebagai berikut.
.

Dimana : σ = tegangan lentur yang terjadi pada batang


M= momen lentur
y = jarak terjauh dari sumbu tampang
I = momen inersia tampang

Mekanika Teknik II – Tegangan III-6


e. Tegangan Geser Pada Balok
Balok yang menerima lentur dapat mengalami geseran ke arah memanjang. Ilustrasi
perilaku balok yang mengalami geseran pada arah memanjang beserta diagram tegangan
geser yang terjadi ditunjukkan seperti pada Gambar 4.13.

Gambar 4.13 Struktur balok yang mengalami geser arah memanjang


Tegangan geser paling besar terjadi pada garis netral tampang. Besaran tegangan geser
maksimum ke arah memanjang balok dengan tampang persegi panjang ditunjukkan
gambar 4.13, dapat dihitung dengan formula sebagai berikut.
3
2
Dimana : V = gaya geser / gaya lintang
A = luas tampang melintang batang

Sedangkan formula tegangan geser maksimum yang terjadi untuk tampang lingkaran
adalah sebagai berikut.
4 4
3 3
Dimana : V = gaya geser / gaya lintang
A = luas tampang melintang batang

Mekanika Teknik II – Tegangan III-7


Contoh Aplikasi :
Balok kantilever penampang T seperti tergambar menerima beban merata sejarak 1.5 m.
Hitung tegangan mksimum yang terjadi pada penampang tersebut.

Gambar 4.7 Struktur balok kantilever


Penyelesaian :
1. Menghitung Gaya-gaya Dalam

Gaya geser maksimum terdapat pada


daerah tumpuan :
Σv = 0
RVA – (2400 x 1.5) = 0
RVA = 3600 N

Gambar 4.8 Diagram gaya-gaya dalam

2. Menghitung letak garis netral


Balok T di bagi dalam 2 segmen (lihat gambar 4.9a dan 4.9b)

Gambar 4.9a Segmen 1 Gambar 4.9b Segmen 1


Mekanika Teknik II – Tegangan III-8
Tabel 4.1 Perhitungan tinggi garis netral
Dimensi (mm)
Segmen Luas A yi yi Ai
b h
1 2 3 4 5 6 = [4] x [5]
I 115 15 1725 127.5 219937.5
II 10 120 1200 60 72000
JUMLAH 2925 291937.5

Garis nertral dapat dihitung dengan rumus :

∑ .

99.80 Gambar 4.10 Letak garis netral

3. Menghitung Momen Inersia (moment of inertia)

Gambar 4.11a Segmen 1 Gambar 4.11b Segmen 1

Tabel 4.2 Perhitungan momen inersia


Dimensi (mm) 2
Segmen Luas A yi yi Ai Ici di di Ai Izi
b h
3 2
1 2 3 4 5 6 = [4] x [5] 7 = 1/12 [2][3] 8 9 = [8] x [4] 10 = [7]+[9]
I 115 15 1725 127.5 219937.5 32,343.75 -27.69 1,322,840.24 1,355,183.99
II 10 120 1200 60 72000 1,440,000.00 39.81 1,901,582.84 3,341,582.84
JUMLAH 2925 291937.5 Iz= 4,696,766.83

.
Dimana : Ici = momen inersia dari masing-masing segmen
di = jarak dari titik berat segmen ke sumbu netral
Ai = luas tampang untuk masing-masing segmen

Mekanika Teknik II – Tegangan III-9


4. Menghitung Tegangan yang terjadi pada balok T

Gambar 4.12 Tampang yang ditinjau

Dari gambar diatas, hitung tegangan yang terjadi pada titik D sejarak 500 mm dari
tumpuan.
Momen yang terjadi sejarak 500 mm dari tumpuan adalah sebesar -6,300 Nm
.

6,300 69.8 1000


93.6
4,696,767.83

Soal latihan dan tugas :

Mekanika Teknik II – Tegangan III-10


DAFTAR PUSTAKA 
 
1. Canonica, Lucio, Memahami Mekanika Teknik 1, Penerbit Angkasa, Bandung, 1991 
2. Djaja  Putra  Rusad,  Mekanika  Rekayasa  Statika  Jilid  1,  Penerbit  LPP  Bina  Maju  Bangsa,  Jakarta, 
2006 
3. E. P. Popov, Mechanics of Material Edisi Kedua ver. SI, Penerbit Erlangga, 1984 
4. Gere & Timoshenko, Mekanika Bahan Jilid 1 dan 2, Penerbit Erlangga, 1997 
5. Haryanto  Yoso  Wigroho  dkk,  Analisa  Struktur  Statik  Tertentu,  Penerbit  Universitas  Atma  Jaya, 
Yogyakarta, 1999 
6. Iman Satyarno dkk, Belajar SAP 2000, Seri I, Penerbit Zamil Publishing, Yogyakarta, 2011 
7. Soemono, Statika I, Edisi Kedua, Penerbit ITB, Bandung, 1985 
 

Anda mungkin juga menyukai