Tipe editorial:
1. Memaparkan atau menginterpretasikan:
Redaksi terkadang menggunakan editorial untuk
menjelaskan alasan mengapa medianya
mengangkat sebuah subjek yang sensitif atau
kontrovesial.
2. Mengkritik: Editorial semacam ini
menyampaikan kritik secara konstruktif terhadap
sebuah kebijakan, keputusan, atau keadaan,
sembari memberikan solusi terhadap persoalan
yang sudah diidentifikasi. Tujuan editorial
semacam ini adalah agar pembaca dapat melihat
persoalan, bukan solusinya.
3. Mengajak: Editorial bertipe mengajak
bertujuan untuk melihat solusi, bukan masalah.
Dari paragraf pertama, pembaca akan didorong
untuk turut memikirkan solusi yang positif.
4. Pujian: Editorial semacam ini mengomentari
orang dan lembaga atas sesuatu yang dilakukan
dan memberikan hal yang baik. Editorial ini
berbeda dengan tiga sebelumnya.
Menulis editorial:
1. Ambil topik penting yang tengah menjadi
perhatian publik
2. Kumpulkan informasi dan fakta; lakukan riset
3. Ungkapkan opini anda dengan singkat
4. Uraikan persoalan/isu secara objektif, dan
sampaikan alasan mengapa hal ini penting
5. Berikan sudut pandang yang berseberangan
6. Sangkal (bantah) sisi berseberangan itu
dengan fakta, detail, angka, atau kutipan
7. Berikan pula pengakuan (jika perlu) terhadap
sikap yang berseberangan –karena, meski
bertolak belakang dengan sikap kita, itu tentu juga
memiliki argumentasi. Ini agar editorial yang kita
buat menjadi rasional
8. Ulangi kata-kata kunci untuk menguatkan ide
ke pikiran pembaca
9. Berikan solusi yang realistis terhadap
persoalan
10. Akhiri dengan “pukulan” yang mengulangi
kata-kata pembuka
11. Buatlah sebanyak 500 kata; Jangan pernah
gunakan kata “Saya”
Reporter.
Mereka dalah para jurnalis yang secara
lansgung berada dibawah editor dan dibebani
tugas meliput subjek tertentu. mengingat
bdiang liputan yang demikian luas, pada
umumnya mereka mengkhususkan dri pada
bidang tertentu saja, seeprti kriminalitas,
politik, olahraga. di orarn-koran besar bahkan
dibakukan dengan maksud agar setiap
reporter benar-benar menguasai bidangnya,
selain reporter spesialis, reporter generalis
yakni para reporter yang dituntut untuk
menguasai banyak bidang sekaligus
meskipun tidak terlalu mendlaam. suatu berita
yang dimuat biasanya disertai dengan insiial
nama reporer yang melaporkannya, praktik ini
biasa disebut by-line.
Koresponden khusus (Special
correspondents)
mereka adalah para penulis yang sengaja
mengkhususkan diri pada bidang-bidang tertentu
seperti bidang insustri, iptek, pendidikan dan
sebagainya.para jurnalis ini mengisi koloms ecara
teratur atau ditugaskan secara insidental ketika
subjek yang mereka kuasai sedangan hangat
dibicarakan. banayk pula diantara mereka yang
menjalankan fungsi editing disuatu majalah
muingguan atau budlana emngenai subjek yang
mereka kuasai serta mnegisi koom-kolom khusus
pada berbagai suarat kabar sebagai penulis
kontributor.
Wartawan lokal (stringers)
tidak semua surat kabar mampu untuk
memperkerjakan sejumlah besar karyawan guna
meliput berbagai daerah. oleh karena itu, cukup
banyak penerbit koran, khususnya korankecil yang
menjali kerjasama dengan para jurnalis lokal
(biasanya mereka bekerja pada koran-koran
daerah setempat) guna meliput berbagai berita
dan peristiwa menarik di daerah tersebut. para
wartawan lokal ini memang sering memasok
berita-berita lokal kepada pers nasional.
Koresponden asing/luar negeri (Foreign
correspondents)
koran-koran yang besar biasanya
memperkerjakan sejumlah koresponden asing
dibebrapa kota utama dunia. mereka bisa kerja
secara penuh atau paruh waktu (freelance). bagi
koresponden yang berkekrja secara paruh waktu,
mereka biasanya sudah memiliki perkjaan pada
koran-korn lain dinegaranya sendiri.
Penulis artikel
mereka adalah para jurnalis yang menulis artiekl
di luar laporan berita. artikel itu bisa berupa ulasan
latar belakakng atau pelengkap yang mendampigi
berita utama untukmenciptakan suatu kupasan
lebih mendalam dan lengkap. pada ummnya
mereka mengkhususkan diri pada bidang tertentus
eprti seni, politik atau hmaniora, dll.
Sumber :
Public Relation, Frank Jefkins, Ed V, terj. Haris
Munanadar, Airlangga, Jakarta, 2003.
http://www.menuliscepat.com/
http://blogfajri.wordpress.com
http://manajemenkomunikasi.blogspot.co.id/2010/11/cara-kerja-
pers-teknik-menulis.html