Anda di halaman 1dari 17

CARA KERJA PERS : TEKNIK MENULIS EDITORIAL

ISTILAH editorial   menurut bahasa . 


1. A person responsible for the editorial aspects
of publication; the person who determines the final
content of a text (especially of a newspaper or
magazine) 
2. In computer science :  a program designed to
perform such editorial functions as rearrangement
or modification or deletion of data
3. One who edits; esp., a person who prepares,
superintends, revises, and corrects a book,
magazine, or newspaper, etc., for publicatio
Dalam media komunikasi editor adalah orang yg
mengedit naskah tulisan atau karangan yg akan
diterbitkan dl majalah, surat kabar, dsb;
penyunting; -- bahasa penyunting naskah yg akan
diterbitkan dng memperhatikan ejaan, diksi, dan
struktur kalimat; --pengelola petugas yg
bertanggung jawab atas penyampaian berita di
televisi dan radio (pd surat kabar dan majalah
disebut redaktur pelaksana); -- penyelia manajer
penyunting yg bertanggung jawab atas
pelaksanaan tugas para penyunting secara tepat
dan efisian sesuai dng yg telah ditentukan.

Jadi editorial sendiri adalah artikel yang mewakili


opini atau sikap media terhadap sebuah isu.
Editorial merefleksikan sikap mayoritas dari dewan
redaksi. Penulis editorial mencoba membangun
argumentasi dan mencoba mengajak pembaca
berpikir seperti apa yang tengah
dipikirkannya. Editorial dimaksudkan untuk
mempengaruhi opini publik, menyodorkan
pemikiran kritis, dan terkadang dapat untuk
membuat pembaca mengambil sikap. Esensinya,
editorial adalah berita yang dogmatis.

Sebuah editorial memiliki:


1. Pendahuluan
2. Penjelasan objektif tentang isu
3. Sudut pandang yang tengah berkembang
4. Opini dari sudut pandang yang berseberangan
5. Opini penulis yang disampaikan dengan cara
profesional
6. Solusi alternatif dari masalah atau isu yang
dikritisi. Setiap orang dapat mengeluhkan sebuah
persoalan, namun sebuah editorial yang baik
harus mengambil pendekatan yang proaktif untuk
membuat situasi menjadi lebih baik dengan
menggunakan kritik yang konstruktif dan memberi
solusi
7.  Sebuah solusi yang padat dan singkat
mampu meringkas opini dari penulis

Tipe editorial:
1. Memaparkan atau menginterpretasikan:
Redaksi terkadang menggunakan editorial untuk
menjelaskan alasan mengapa medianya
mengangkat sebuah subjek yang sensitif atau
kontrovesial.
2. Mengkritik: Editorial semacam ini
menyampaikan kritik secara konstruktif terhadap
sebuah kebijakan, keputusan, atau keadaan,
sembari memberikan solusi terhadap persoalan
yang sudah diidentifikasi. Tujuan editorial
semacam ini adalah agar pembaca dapat melihat
persoalan, bukan solusinya.
3. Mengajak: Editorial bertipe mengajak
bertujuan untuk melihat solusi, bukan masalah.
Dari paragraf pertama, pembaca akan didorong
untuk turut memikirkan solusi yang positif.
4. Pujian: Editorial semacam ini mengomentari
orang dan lembaga atas sesuatu yang dilakukan
dan memberikan hal yang baik. Editorial ini
berbeda dengan tiga sebelumnya.

Menulis editorial:
1. Ambil topik penting yang tengah menjadi
perhatian publik
2. Kumpulkan informasi dan fakta; lakukan riset
3. Ungkapkan opini anda dengan singkat
4. Uraikan persoalan/isu secara objektif, dan
sampaikan alasan mengapa hal ini penting
5.  Berikan sudut pandang yang berseberangan
6.  Sangkal (bantah) sisi berseberangan itu
dengan fakta, detail, angka, atau kutipan
7. Berikan pula pengakuan (jika perlu) terhadap
sikap yang berseberangan –karena, meski
bertolak belakang dengan sikap kita, itu tentu juga
memiliki argumentasi. Ini agar editorial yang kita
buat menjadi rasional
8. Ulangi kata-kata kunci untuk menguatkan ide
ke pikiran pembaca
9. Berikan solusi yang realistis terhadap
persoalan
10. Akhiri dengan “pukulan” yang mengulangi
kata-kata pembuka
11. Buatlah sebanyak 500 kata; Jangan pernah
gunakan kata “Saya”

Contoh struktur editorial:


1. Awali dengan penjelasan
persoalan/isu/kontroversi
2.  Hadirkan opini anda
3. Sangkal opini yang berseberangan dengan
anda
4. Berikan alasan lain atau analogi
5. Akhiri dengan “pukulan” yang menohok

Cara kerja para editor

Cara kerja pertama yang membutuhkan perhatian


khusus yang menyangkut berbagai bahan yang
dibutuhkannya. seorang redaksi majalah, misalnya
harus menentukan salah dari sekian topik yang
menarik sebagai sajian utama seeprti topik
pekanan, topik rublik, feature, dll.
Hal berarti bahwa para editor harus memiliki suatu
pola kerja yang jelas serta memastikan bahwa
mereka selalu memperoleh pasokan materi yang
memadai dari bulan kebulan. Para editor tidak
boleh menunggu sesuatu menjadi basi bahkan
untuk suatu berita yang masih berkembang, para
editor harus menyajikan sesuatu yang aktual dan
menarik mengenai berita tersebut, karena
beritanya masih berkembang dan belum bisa
dipastikan, misalnya musibah meletusnya gunung
merapi yang super panjang, atau berita aktual
kehadiran Obama ke Indonesia atau lolosnya
Gayus yang sedang nonton pertandingan tennis
dunia di Bali padahal dalam amsa tahanan POLRI.

Para editor juga harus mempertimbangkan berapa


halaman dan kandungan beritanya sesuai dengan
efisiensi biaya. ia harus mengatur penempatan
artikel berita sedemikain rupa sehingga hemat dan
masih bisa menyisakan kolom-kolm untuk iklan.
Kemampuan editorial inipun harus dikuasai para
praktisi public relations, mereka juga harus
memahami dan mengenali berbagai macam
tekanan dan hambatan yang seringkali dihadapi
para editor.
Berikut ini beberapa metode pengumpulan berita,
kolom iklan, gambar-gambar dan berbagai macam
materi editorial lainnya yang sudah sering
dipraktikan. Disini titik beratnya diletakan pada
fungsi-fungsi atau orang yang menjalankan
peranannya.

 Reporter.
Mereka dalah para jurnalis yang secara
lansgung berada dibawah editor dan dibebani
tugas meliput subjek tertentu. mengingat
bdiang liputan yang demikian luas, pada
umumnya mereka mengkhususkan dri pada
bidang tertentu saja, seeprti kriminalitas,
politik, olahraga. di orarn-koran besar bahkan
dibakukan dengan maksud agar setiap
reporter benar-benar menguasai bidangnya,
selain reporter spesialis, reporter generalis
yakni para reporter yang dituntut untuk
menguasai banyak bidang sekaligus
meskipun tidak terlalu mendlaam. suatu berita
yang dimuat biasanya disertai dengan insiial
nama reporer yang melaporkannya, praktik ini
biasa disebut by-line.
 Koresponden khusus (Special
correspondents)
mereka adalah para penulis yang sengaja
mengkhususkan diri pada bidang-bidang tertentu
seperti bidang insustri, iptek, pendidikan dan
sebagainya.para jurnalis ini mengisi koloms ecara
teratur atau ditugaskan secara insidental ketika
subjek yang mereka kuasai sedangan hangat
dibicarakan. banayk pula diantara mereka yang
menjalankan fungsi editing disuatu majalah
muingguan atau budlana emngenai subjek yang
mereka kuasai serta mnegisi koom-kolom khusus
pada berbagai suarat kabar sebagai penulis
kontributor.
 Wartawan lokal (stringers)
tidak semua surat kabar mampu untuk
memperkerjakan sejumlah besar karyawan guna
meliput berbagai daerah. oleh karena itu, cukup
banyak penerbit koran, khususnya korankecil yang
menjali kerjasama dengan para jurnalis lokal
(biasanya mereka bekerja pada koran-koran
daerah setempat) guna meliput berbagai berita
dan peristiwa menarik di daerah tersebut. para
wartawan lokal ini memang sering memasok
berita-berita lokal kepada pers nasional.
 Koresponden asing/luar negeri (Foreign 
correspondents)
koran-koran yang besar biasanya
memperkerjakan sejumlah koresponden asing
dibebrapa kota utama dunia. mereka bisa kerja
secara penuh atau paruh waktu (freelance). bagi
koresponden yang berkekrja secara paruh waktu,
mereka biasanya sudah memiliki perkjaan pada
koran-korn lain dinegaranya sendiri.
 Penulis artikel
mereka adalah para jurnalis yang menulis artiekl
di luar laporan berita. artikel itu bisa berupa ulasan
latar belakakng atau pelengkap yang mendampigi
berita utama untukmenciptakan suatu kupasan
lebih mendalam dan lengkap. pada ummnya
mereka mengkhususkan diri pada bidang tertentus
eprti seni, politik atau hmaniora, dll.

Hal lain selain diatas adalah Kontributor lepas,


jasa telegram,kantor berita, agen-perpustakan
photo, sindkikasi (syndication).

 Langkah-langkah menulis editorial


Ketika menulis editorial, Anda harus berusaha
mengidentifikasi isu, melihat dari sudut pandang
yang berbeda, dan menawarkan tindak lanjut
menghadapinya(Holland).

Dalam bahasa Sebranek dan Kemper, langkah


penulisan editorial dapat disimpulkan dalam empat
kata kerja: memilih (selecting), mengumpulkan
(collecting), mengaitkan (connecting), dan
memperbaiki (correcting).

Pada langkah pertama, pilihlah isu-isu yang


hendak diangkat. Perlu pertimbangan tersendiri
untuk menentukan isu apa yang hendak diangkat.
Perbedaan pertimbangan inilah yang
membedakan pengangkatan isu setiap media
berbeda-beda. Misalnya saja, pada Kamis, 7
September 2007, Media Indonesia mengangkat
masalah buruknya kompetensi transportasi di
Indonesia. Sementara Seputar Indonesia
mengangkat masalah siginifikansi APEC.

Tahap berikutnya, kumpulkan pendukung yang


akan memperkuat opini yang hendak
disampaikan. Pendukung berupa fakta-fakta
seputar topik yang diangkat ini akan memberi nilai
objektivitas pada tulisan daripada sekadar opini
belaka. Untuk memberikan nilai yang lebih kuat,
kumpulkanlah pendapat-pendapat yang
berotoritas agar opini yang hendak dikemukakan
lebih berbobot.

Langkah ketiga ialah menghubungkan atau


mengaitkan. Sebelum menyusun draf editorial,
rembukkan dulu dengan anggota redaksi (ingatlah
bahwa editorial itu mewakili sikap media terkait).
Isi editorial yang disampaikan harus jelas dan
menyampaikan detail-detail yang akurat,
dilengkapi dengan contoh-contoh pendukung.
Berikan argumen yang kuat pada awal dan akhir
editorial. Dalam hal ini, argumen yang
dipertentangkan, berikut kelemahan-
kelemahannya dapat ditunjukkan. Jangan lupa,
tawarkan solusi pada akhir editorial

Akhirnya, lakukan pemeriksaan menyeluruh


terhadap hasil tulisan tersebut. Editorial itu harus
jelas dan bertenaga. Tapi jangan sampai
menyerang pihak lain. Upayakan pula untuk tidak
terlalu mengajari. Susunan paragraf sebaiknya
ringkas dan lugas. Sekali lagi, berbagai contoh
dan ilustrasi akan bermanfaat. Apalagi kutipan-
kutipan yang berbobot, akan menguatkan opini
kita. Yang lebih penting lagi, kemukakan semua
dengan jujur dan akurat.

Langkah-langkah yang ditawarkan oleh Alan


Weintraut berikut mungkin perlu diperhatikan pula.
1. Tentukan topik yang signifikan dengan sudut
pandang berita terkini yang akan menarik minat
pembaca.
2. Kumpulkan berbagai informasi dan
fakta,termasuk laporan objektif; lakukan penelitian.
3. Kemukakan opini Anda secara singkat dengan
model pernyataan tesis.
4. Jelaskan isu tertentu secara objektif sebagai
wartawwan dan katakan mengapa situasi tersebut
sangat penting dibicarakan.
5. Berikan terlebih dahulu sudut pandang
berlawanan bersama beberapa kutipan dan fakta
yang ada.
6. Sanggah atau tolak sisi yang lain dan
kembangkan kasus Anda dengan menggunakan
fakta-fakta, detail-detail, tokoh-tokoh, dan kutipan-
kutipan. Kesampingkan sisi logika lainnya.
7. Akui poin yang berlawanan--poin-poin
tersebut tentu memiliki poin yang baik yang dapat
diakui untuk membuat Anda tampak rasional.
8. Ulangi frasa kunci untuk memperkuat ide
hingga melekat dalam benak pembaca.
9. Berikan solusi yang realistik kepada masalah
yang di luar pengetahuan umum. Berikan
dorongan untuk pemikiran kritis dan tindakan yang
proaktif.
10. Ringkaslah menjadi suatu kesimpulan yang
menegaskan kembali pernyataan pada tesis awal.
11. Jagalah agar tidak lebih dari 500 kata; setiap
tulisan diperhatian, hindari penggunaan kata
"saya". (Pada faktanya, hal ini tergantung
kebijaksanaan dari masing-masing media.)

Ada beberapa struktur yang bisa digunakan


untuk menyusun sebuah editorial :

1. "Lead" dengan penjelasan yang objektif


terhadap isu/kontroversi tertentu. Jangan lupa
menyertakan prinsip 5W 1H.
* Tariklah beragam fakta dan kutipan dari bahan-
bahan yang relevan.
* Untuk memperkuat posisi, lakukan riset
tambahan seperlunya.
 
2. Kemukakan opini oposisi Anda terlebih dahulu.
Sebagai penulis editorial, Anda tidak hendak
menyetujui suatu opini yang mengemuka.
Identifikasikan pihak-pihak yang bertentangan
dengan Anda.
* Gunakan beragam fakta dan kutipan untuk
menyatakan opinin mereka secara objektif.
* Berikan posisi oposisi yang kuat. Anda tidak
akan mendapat apa pun kalau menyanggah posisi
yang lemah.
 
3. Sanggah keyakinan pihak oposisi secara
langsung.
Sebelum benar-benar menyanggah, artikel Anda
dapat diawali dengan sebuah transisi.
* Tariklah fakta-fakta dan kutipan-kutipan dari
orang-orang lain yang mendukung posisi Anda.
* Akui poin yang valid dari pihak oposisi yang akan
membuat Anda tampak rasional, yang
mempertimbangkan seluruh pilihan.
 
4. Berikan alasan/analogi asli lainnya.
Untuk mempertahankan posisi Anda, berikan
alasan yang disajikan dalam urutan semakin kuat.
* Gunakan alusi budaya atau literer yang akan
memberikan kredibilitas dan rasa inteligensi.
5. Simpulkan dengan tegas.
Berikan solusi dari masalah atau tantang pembaca
untuk berbagian memecahkan masalah.
* Sebuah kutipan akan efektif, khususnya jika
berasal dari sumber terpercaya.
* Pertanyaan retoris dapat menjadi simpulan yang
efektif juga. Sebab sering kali pertanyaan seperti
ini menyadarkan kalangan tertentu.

Hampir serupa dengan itu, Sebranek dan Kemper


juga menawarkan lima butir berikut ini.

1. Kemukakan pengalaman pribadi dalam bentuk


pernyataan yang menjadi sebuah tesis.
2. Berikan penjelasan dari sudut pandang yang
berbeda dengan isu yang diangkat.
3. Angkat contoh-contoh yang akan mendukung
sudut pandang kita.
4. Berikan alasan terhadap opini yang kita
kemukakan.
5. Paragraf terakhir hendaknya diakhiri dengan
penegasan ulang akan tesis yang dikemukakan di
awal. Akhiri pula dengan catatan yang positif.
Dirangkum oleh: R.S.
Kurnia/www.pelitaku.sabda.org

Kebjakan editorial dalam penulisan hasil


liputan
Apa yang membedakan satu koran dengan koran
lainnya dalam liputan ? Jawaban simplenya:
kebijakan editorial. Editorial masing-masing surat
kabar atau media berbeda satu sama lain. Boleh
dikatakan tidak ada media yang sama persis
kebijakan editorialnya dalam pemberitaannya.
Kebijakan editorial inilah yang “membimbing”
seorang jurnalis menuliskan laporan liputannya.
Dengan adanya editorial ini juga memudahkan
liputan di lapangan, menggarisbawahi liputan dan
mengangkat tema-tema liputan.

Kompas misalnya sangat kuat dalam kebijakan


editorial dengan menyandarkan apa yang disebut
humanismei transendental. Humanisme atau
kemanusiaan dipahami dalam konteks manusia
sebagai orang yang memiliki nilai hidup
keagamaan. Humanisme transedental merupakan
pilar Komapas dalam semua liputan mulai dari
hiburan sampai dengan berita politik.
Dalam sebuah tulisan tepat 40 tahun Kompas,
Jacob Oetama menulis seperti ini soal kebijakan
editorial:

Pandangan, sikap hidup, dan orientasi nilai


Kompas adalah faham kemanusiaan yang
beriman, yang percaya kepada nilai abadi dan
nilai kemanusiaan.

Bukan saja pendidikan yang diperlukan anak


manusia, tetapi juga pencerahan, pendidikan akal
budi. Ilmu, kepandaian, kecerdasan menjadi
bagiannya. Tetapi juga watak atau karakter,
kepribadian, rasa tanggung jawab, kejujuran, dan
ketulusan.

Orang Perancis menyebut surat kabar sebagai un


journal c’est un monsieur, surat kabar bersosok,
berpribadi justru karena memiliki pandangan hidup
yang transenden serta pandangan hidup
kemasyarakatan.

Lebih dari sekadar suatu informasi dan peliputan


perihal peristiwa dan permasalahan, surat kabar
adalah juga interaksi. Dalam bahasa sehari-hari
karena itu surat kabar mempunyai policy, editorial
policy, kebijakan editorial. Juga kebijakan
perusahaan.

Pandangan dasar koran atau media apapun


memang penting untuk memiliki semacam falsafah
atau hal-hal fundamental yang membuat sebuah
lembaga media berdiri. Jika hanya kebutuhan
komersial, lembaga media memang bisa menjadi
kaya tetapi tidak memberikan “daya pikat” yang
kuat untuk sebuah bangsa secara keseluruhan.
Media komersial hanya akan memperkaya para
pemilik media itu secara materi tetapi mungkin
tidak akan “memperkaya” khasanah kebudayaan
bangsa.

Oleh sebab itulah maka sebuah kebijakan redaksi


sangat penting dalam liputan di lapangan. Terjun
ke lapangan tanpa panduan akan menyulitkan
para jurnalis. Selain itu tanpa sebuah semangat
kebersamaan dalam sebuah media maka bisa
terjadi ketidakharmonisan dalam penyajian berita
dan liputan. 

Sumber : 
Public Relation, Frank Jefkins, Ed V, terj. Haris
Munanadar, Airlangga, Jakarta, 2003.
http://www.menuliscepat.com/
http://blogfajri.wordpress.com

http://manajemenkomunikasi.blogspot.co.id/2010/11/cara-kerja-
pers-teknik-menulis.html

Anda mungkin juga menyukai