Anda di halaman 1dari 2

AVANT MUHAMMAD ARMADAN

XII MIPA 2

Tugas Novel Bahasa Indonesia

Negeri Ku Terjajah Kembali

Tersebutlah di Negeri Kong Kalikong di waktu pagi. Pagi yang sejuk dan aroma petrikor sehabis hujan
masih menghampiri Negeri ini, dengan limpahan Sumber Daya Alam serta Nikmat dan Karunia-Nya.
Alhamdulillah Negeri ini masih makmur sentosa. Di dalamnya petani yang sedang sibuk bersuka ria pergi
ke sawah hendak memanen hasil panennya, para pekerja yang berangkat kerja, anak sekolah yang
hendak menimba ilmu agar kelak berisi tetapi tetap seperti padi.

Pada situasi inilah tinggal seorang anak bernama Sarip. Sarip tinggal di keluarga yang cukup tapi tidak
kaya, kurang tapi tak miskin, biasa-biasa saja. Dengan latar belakang pekerjaan orang tuanya yang
kurang lebih sepernasiban dengan orang orang di negeri Kong Kalikong ini.

Sarip masih remaja, tetapi otaknya sudah dewasa. Ia sering merenung di malam hari tepatnya di bale-
bale depan rumah kayunya. Merenungi apa yang seharusnya belum menjadi urusannya. Dia bertanya-
tanya dalam hati, apakah kehidupan sosial yang dialami rakyat Negeri Kong Kalikong sama juga seperti
yang dialami rakyat di Negeri lain. Lantas siapa yang memimpin Tiap-tiap negeri.

Ah, ribetnya isi kepala Si Sarip ini.

Tidak sepatutnya dia memikirkan kehidupan sosial dan politik yang makin hari makin kejam ini!.

Lama dia bercakap dalam hatinya, seseorang memecah lamunannya.

"Rip, kau sedang apa?" Tanya Bapak.

"Ah, Bapak. Tidak apa-apa pak" jawab Sarip.

"Ada pertanyaan yang mengganjal di hati Sarip, Pak" ujar Sarip merasa gundah.

"Apakah gerangan anakku?" Tanya Bapak dengan suara pelan.

"Apakah benar Pak Negeri Kong Kalikong ini akan selamanya aman, makmur dan sejahtera? Jikalau
suatu saat Negeri ini berada di ujung tanduk, lantas siapa orang yang akan menyelamatkan kita semua
dari keterpurukan kelak?" sahut Sarip dengan penuh tanda-tanya.
"Nak..." Bapak menghela napas, lalu melanjutkan "Janganlah engkau bergundah hati seperti itu, Anakku.
Ambil dan kerjakan apa yang kita bisa dahulu, tak payah kita memikirkan nasib yang akan datang. Jika
Engkau bertanya perihal siapa yang akan menjadi pahlawan keterpurukan di masa yang akan datang,
Naudzubillah Hi Min Dzalik. Ialah tugas pemimpin Nak. Seluruh rakyat Negeri Kong Kalikong ini
sebenarnya sudah punya angan-angan untuk menemukan sesosok pemimpin itu. Hanya kita belum tahu
bibit bebet bobot yang baik yang hendaknya menjadi pemimpin itu, masih simpang siur. Tugas kau
belajar lah dulu Nak, cari ilmu setinggi langit. Nasib baik nanti kau pulang dari perantauan dalam
keadaan kaya dan barokah sehingga tak perlu lagi Kau risau memikirkan nasib yang akan datang" Sahut
Bapak memberi nasehat.

"Iya Pak, Sapri paham. Sapri hanya penasaran" timpal Sapri.

Percakapan pun berakhir, waktu berlalu dan hari menjelang malam.

Anda mungkin juga menyukai