Anda di halaman 1dari 10

A.

PENDAHULUAN
Dua Wajah Ibu merupakan sebuah cerita pendek karya Guntur Alam yang
diterbitkan oleh Kompas pada tahun 2012. Dipilihnya judul cerpen ini bukan tanpa
alasan, sebab bagi saya pribadi cerpen Dua Wajah Ibu memiliki keistimewaan sendiri
dibandingkan dengan cerpen-cerpen lain. Keistimewaannya yaitu terletak pada tema
yang tak biasa namun begitu familier terdengar oleh telinga kita, tentang kehidupan
perantau di kota besar yang berbanding terbalik dengan apa yang dipikirkan si tokoh.
Selain itu, penulisan yang rapi dan pemilihan kata yang terasa begitu pas menambah
nilai plus pada cerpen ini.
Cerita pendek ini saya kutip dari cerpenkompas.wordpress.com dimana cerpen
karya Guntur Alam ini menjadi salah satu cerpen pilihan di situs web tersebut

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa cerita pendek itu?
2. Apa unsur-unsur karya sastra dalam cerita pendek?
3. Bagaiman unsur instrinsik dan ekstrinsik cerpen Dua Wajah Ibu karya Alam
Guntur?

C. PEMBAHASAN MASALAH
1. Cerita Pendek atau yang sering disingkat sebagai cerpen adalah salah satu
bentuk karya sastra atau prosa yang bersifat menuturkan dan biasanya dikemas
menggunakan bahasa yang mudah dipahami juga memiliki jalan cerita yang
bisa dibilang singkat atau pendek dan hanya berfokus pada satu konflik saja.
2. Unsur-unsur karya sastra ada dua, yaitu:
a. Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik merupakan unsur yang membangun cerita dari dalam.
Unsur intrinsik meliputi:
1) Tema, adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita.
2) Alur atau plot, adalah rangkaian jalannya cerita dari awal sampai
dengan akhir.
3) Tokoh dan penokohan, tokoh adalah orang atau peran yang ada dalam
cerita, sementara penokohan merupakan cara pengarang
menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam
cerita.
4) Latar atau setting, adalah tempat, waktu, dan suasana terjadinya
peristiwa dalam cerita.
5) Sudut pandang, adalah cara pengarang menempatkan diri dalam sebuah
cerita.
6) Amanat, merupakan ajaran atau pesan yang hendak disampaikan
pengarang.
7) Gaya bahasa, adalah majas yang digunakan untuk menghidupkan cerita.
b. Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik merupakan unsur yang membangun cerita dari luar.
Berikut unsur ekstrinsik cerpen:
1) Latar belakang masyarakat, merupakan faktor lingkungan masyarakat
sekitar yang memengaruhi penulis dalam membuat cerpen tersebut.
2) Latar belakang penulis, adalah sebuah faktor dari dalam diri penulis
yang mendorong penulis dalam membuat cerpen.
3) Nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen, yaitu:
a) Nilai Agama
b) Nilai Sosial
c) Nilai Moral
d) Nilai Budaya
3. Unsur-unsur cerpen Dua Wajah Ibu karya Guntur Alam
a. Unsur Intrinsik
1) Tema
Cerpen Dua Wajah Ibu bertemakan kehidupan perantau di kota
Jakarta. Kita dapat menyimpulkan tema tersebut berdasarkan bukti yang
kuat dari bacaan berikut,
“Kebingungan Mak Inang pada orang-orang yang saban waktu
datang ke Jakarta untuk mengadu nasib kian besar saja. Apa hal yang
membuat mereka tergoda ke kota bacin lagi pesing ini? Segala apa yang
ia lihat satu-dua pekan ini, tak ada yang membuat hatinya mengembang
penuh bunga. Lebih elok tinggal di kampung, menggarap huma,
membajak sawah, mengalirkan getah-getah karet dari pokoknya, batin
Mak Inang.”
2) Alur
Cerpen ini memiliki jenis alur campuran. Alasannya, karena setelah
pembaca membaca karangan ini, mereka dapat menyimpulkan bahwa
cerpen ini mengandung unsur pengangan-anganan tokoh. Seperti
mengingat masa lalu, kemudian kembali lagi ke masa depan.
3) Tokoh dan Penokohan
 Mak Inang:
- Mudah percaya=> Ketika teman-temannya (Mak Rifah dan
Mak Sangkut) bercerita tentang keadaan anaknya yang serba
mewah di Jakarta, Mak Inang langsung percaya.
- Ingin mencoba coba=> “Telah lama ia ingin melihat Jakarta.
Ibu kota yang telah dikunjungi karib-karibnya.”
- Suka membanding bandingkan=> “Lebih elok tinggal di
kampung, menggarap huma, membajak sawah, mengalirkan
getah-getah karet dari pokoknya, batin Mak Inang.”
- Penyayang=> “Benak Mak Inang pun hendak bertanya:
Mengapa kau tak pulang saja, Mal? Ajak anak-binimu di
kampung saja.”
 Mak Rifah:
- Pembohong=> “Suatu tempat yang sangat asing, aneh, dan
begitu menakjubkan dalam cerita Mak Rifah, Mak Sangkut,
dan beberapa perempuan kampung karibnya, lepas perempuan-
perempuan itu mengunjungi anak bujang atau pun gadis
mereka. Sesuatu yang terdengar seperti surganya dunia. Serba
mewah, serba manis, serba tak bisa ia bayangkan.”
 Mak Sangkut:
- Pembohong=> “Suatu tempat yang sangat asing, aneh, dan
begitu menakjubkan dalam cerita Mak Rifah, Mak Sangkut,
dan beberapa perempuan kampung karibnya, lepas perempuan-
perempuan itu mengunjungi anak bujang atau pun gadis
mereka. Sesuatu yang terdengar seperti surganya dunia. Serba
mewah, serba manis, serba tak bisa ia bayangkan.
 Jamal:
- Sibuk dengan urusannya sendiri=> “Pabrik juga tengah banyak
order, belum bisa aku kawani Mak jalan-jalan mutar Jakarta.”
 Mai:
- Berusaha membuat orang tua bahagia=> “Nanti kuminta ia
mengawani Mak jalan-jalan.”
 Kurti:
- Menghormati atau menuruti keinginan orang tua=> “Serupa
kali pertama Kurti mengantarnya ke muka kontrakan anak
lanangnya, seperti itulah keterkejutan Mak Inang saat
menjejakkan kaki di kontrakan anak Mak Sangkut dan Mak
Rifah.”
-
4) Latar atau setting
 Tempat:
- Di ibu kota Jakarta=> “…, kalau akhirnya ia menjejakkan kaki
di ibu kota Jakarta.”
- Di rumah kontrakan Jamal=> “Dua-tiga hari pertama, Mak
Inang cukup senang berada di rumah berdinding batu setengah
triplek Jamal.”
- Di kontrakan anak Mak Rifah dan Mak Sangkut=> “…, seperti
itulah keterkejutan Mak Inang saat menjejakkan kaki di
kontrakan anak Mak Sangkut dan Mak Rifah.”
- Di belantara beton => “Nyamuk di belantara beton ternyata
lebih ganas …”
- Di pedalaman Sumatera Selatan=> “…, saat menyadap karet
nun jauh di pedalaman Sumatera-Selatan sana: Tanah Abang”
- Tempat mencuci=> “Lalu, bangkit dari jongkoknya, menekan
tuas sumur pompa.”
 Waktu
- Di pagi=> “…, lontar Mak Inang di pagi yang tak bisa ia tahan
lagi.”
- Di sore hari=> “Di langit petang yang temaram …”
- Di waktu subuh=> “Keterkejutannya kian bertambah saat
perutnya melilit di subuh buta.”
 Suasana
- Kaget=> “Walau, sesungguhnya Mak Inang terkaget-kaget saat
Kurti mengantarnya ke rumah Jamal.”
- Tercengang=> “Allahurobbi, alangkah banyak cucu Mak
Sangkut, menyempal macam rayap. Berteriak, menangis,
merengek minta jajan, dan tingkah pola yang membuat Mak
Inang hendak mati rasa.
- Kebingungan=> “Kebingungan Mak Inang pada orang-orang
yang saban waktu datang ke Jakarta untuk mengadu nasib kian
besar saja.”
5) Sudut Pandang
Dalam cerpen ini, sudut pandang yang dipakai adalah sudut
pandang orang ketiga serba tahu. Hal tersebut berdasarkan pada
pengarang yang menceritakan tokoh utama sampai pada perasaanya.
Sebagai buktinya terdapat dalam kalimat berikut:
“Ada keinginan yang menyeruak seketika di dada Mak Inang.
Keinginan yang sejatinya sudah lama terpendam.”
6) Amanat
Amanat yang terkandung dalam cerpen Dua Wajah Ibu yaitu kita
tidak boleh langsung begitu percaya dengan perkataan orang lain.
Seperti yang diceritakan dalam cerpen ini, ketika kita mendengar
sebuah cerita dari orang lain, kita jangan langsung menelan cerita
tersebut bulat-bulat. Ada baiknya jka kita mengkaji apa yang kita dengar
tersebut secara logis, atau setidaknya kita tidak perlu menggantungkan
harapan tinggi pada penuturan orang lain jika kita tidak mau merasa
kecewa di akhir.
7) Gaya Bahasa
 Hiperbola, adalah gaya bahasa yang sengaja dibuat berlebihan.
 Belum genap satu purnama perempuan tua itu terdampar di
rimba Jakarta.
 Tautologi, adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu secara
berulang-ulang dengan kata yang maknanya sama.
 Serba mewah, serba manis, serba tak bisa ia bayangkan.
 Persamaan atau simile, adalah gaya bahasa kiasan yang
membandingkan suatu hal dengan hal yang lain.
 …, karena duduk sehari-semalam di bus reot yang berjalan
macam keong …
 Sarkasme, adalah gaya bahasa yang penyampaiannya sangat kasar.
 Hatinya menyumpah-serapah kepada binatang laknat tak tahu
diri itu.

b. Unsur Ekstrinsik
1) Latar Belakang Masyarakat
Faktor lingkungan masyarakat sekitar yang memengaruhi penulis
dalam membuat cerpen tersebut yaitu kemungkinaan dari keadaan
penulis yang merasakan menjadi seorang perantau di kota besar
sementara ia sendiri dilahirkan di Tanah Abang, Muara Enim, Sumatera
Selatan. Selain itu, fenomena menjadi orang perantau bukanlah hal
asing bagi masyarakat di daerah-daerah pedalaman.
2) Latar Belakang Penulis
Guntur Alam merupakan seorang penulis novel dan cerpen remaja
serta nonfiksi, lahir pada tanggal 20 November 1986 di Tanah Abang,
Muara Enim, Sumatera Selatan. Menyelesaikan pendidikan di Teknik
Sipil Universitas Islam “45”, Bekasi. Belajar menulis di Bengkel
Cerpen Nida tahun 2005. Cerpen-cerpennya tersebar di berbagai media
massa nasional dan lokal. Salah satu prestasi yang telah diraihnya yaitu
menjadi satu dari lima belas penulis yang lulu seleksi kurator untuk
berpartisipasi dalam Ubud Writers and Readers Festival 2012.
Guntur Alam menulis berdasarkan fakta yang terjadi di tanah
kelahirannya. Fakta tersebut diramu dan dirancang bukan sekadar
menyampaikan fakta nyata belaka. Tetapi, Guntur Alam menulisnya
menjadi sebuah bacaan yang indah dan mengasyikkan dengan nuansa
lokal yang hampir selalu terasa dalam setiap karyanya.
3) Nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen
a) Nilai Agama
Nilai agama yang terkandung dalam cerpen ini yaitu untuk
selalu menyempatkan diri pergi ke musala guna ikut salat
berjemaah.
b) Nilai Sosial
Cerpen ini mengandung nilai sosial dengan mengajarkan untuk
tidak mudah percaya pada perkataan orang.

c) Nilai Moral
Nilai moral cerpen Dua Wajah Ibu adalah untuk selalu berusaha
membuat orang tua bahagia.
d) Nilai Budaya
Nilai budaya yang bisa kita petik dari cerpen ini adalah
penggunaan sapaan yang berasal dari Bahasa Palembang seperti
sapaan mak dan wak.
D. PENUTUP
1. Simpulan
a. Cerita Pendek adalah salah satu bentuk karya sastra atau prosa yang
memiliki jalan cerita yang bisa dibilang singkat atau pendek dan sederhana.
b. Unsur-unsur karya sastra merupakan unsur-unsur penting yang mendukung
serta membangun keutuhan karya sastra tersebut.
c. Unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen Dua Wajah Ibu sudah dibangun secara
lengkap dan kuat di dalam ceritanya yaitu seperti, penonjolan tema, latar
belakang masyarakat, tempat kelahiran, dan juga pengalaman penulis.
2. Saran
a. Cerpen Dua Wajah Ibu cocok untuk bacaan segala usia. Tema yang tidak
begitu berat dengan menghadirkan konflik yang sederhana namun dikemas
dengan begitu apik membuat cerpen ini layak diterima oleh kalangan
umum.
b. Untuk mencari unsur-unsur cerpen, kita harus membaca dengan seksama
dari awal hingga akhir cerita.
DAFTAR PUSTAKA

https://cerpenkompas.wordpress.com/2012/08/05/dua-wajah-ibu/

https://negerigunturalam.wordpress.com/

https://negerigunturalam.wordpress.com/about/

http://tutorialinternetdanberita12.blogspot.com/2016/08/unsur-pembangun-karya-
sastra-cerpen.html?m=1

https://www.kompasiana.com/achnes/58b22bbc0e9373c70453bdd/menganalisa-
unsur-intrinsik-dari-cerpen-dua-wajah-ibu?page=all

Anda mungkin juga menyukai