Anda di halaman 1dari 5

KISAH NYATA MENGGUGAH HATI-1

Soto Babat Bu Karmen


Bu Karmen janda bersahaja berusia 75 tahun. Kesehariannya beliau berjualan Soto Babat di
samping teras rumahnya. Pasca Suaminya meninggal, pesangon yang diberikan dibuat
renovasi tempat dan belanja barang.

7 anaknya sudah mentas semua bahkan melarang ibu Karmen untuk berjualan. Beliau tinggal
pilih mau tinggal di anak keberapa dan mau apa tinggal bilang saja. Namun ibu Karmen tak
mau !

Entahlah, mungkin tersisa banyak kenangan manis bersama mendiang suaminya dirumah
khas 80an yang memiliki pelataran luas ini. Disatu sisi beliau juga terkenal sebagai wanita
mandiri yang tak mau merepotkan orang. Sifatnya yang supel, sabar dan penyayang membuat
para tetangga bersimpati mempromosikan dari mulut kemulut, terlebih oleh tempat
pengajiannya.

Anak anak sudah mentas, dikaruniai cucu cucu yang lucu dan sehat, Wanita sepuh yang tak
pernah lepas tahajud ini merasa bersyukur. Namun masih ada satu yang beliau rasakan
kurang yakni berangkat ke tanah suci. Beliau terus memohon pada Allah penuh harap tanpa
henti. Ia meminta agar bisa ketanah suci sebelum dipanggil pulang.

Sebetulnya kalau bu Karmen mau, ia bisa saja mengumpulkan anak anaknya dan
mengutarakan niatnya namun hal itu tak dilakukan. Beliau merasa malu.

Tahukah teman teman, ibu Karmen ini memiliki kebiasaan yang mulia. Seringkali ia
menggratiskan sotonya untuk dhuafa yang melintas didepan rumahnya bahkan tak jarang
dibungkuskan pulang untuk keluarga dirumah.

Kebiasaan beliau dikritisi oleh anak sulungnya yang memang mengontrol keuangan bu
Karmen. Namun catatan penjualan soto bu Karmen sama sekali tidak minus dan bahkan terus
bertambah. Si sulung pun bingung. Ia hapal persis kebiasaan ibunya yang murah hati dan
tidak tegaan. Menurut kalkulasinya, kebiasaan sang ibu menggratiskan soto harusnya sudah
mampu membuat warungnya bangkrut gulung tikar !

Apa jawab bu Karmen ? “Nak, kamu jangan samakan matematikanya manusia dengan
matematikanya Tuhan dong sayaaang. Ibu selalu yakin rezeki yang kita keluarkan untuk ke
sesama pastiiii diganjar Tuhan berkali kali lipat.” Si sulung hanya tersenyum saja.

Syahdan suatu sore hujan lebat. Dari dalam rumahnya ibu Karmen melihat Kakek tua
membawa gembol berjalan perlahan melintasi depan rumah dalam kondisi basah kuyup. Tak
berpikir panjang bu Karmen Bergegas mengambil dua payung dan menghampiri si kakek tua.
“Pak, pak hujan pak, ayo mampir dulu berteduh di teras rumah saya pak..” Sejenak si kakek
tua ragu namun ibu Karmen terus memaksa.
Tak menunggu lama tangan renta beliau secara cekatan menyiapkan soto hangat plus sepiring
nasi mengepul untuk si kakek tua. “Monggo pak disambi biar perutnya anget.” Bu Karmen
menemani kakek tua mengisi perutnya sambil mengajaknya ngobrol.

Pembawaan beliau yang luwes membuat si kakek tak canggung. Setengah jam kemudian
hujan reda. Si Kakek pun pamit, “Ibu, terima kasih banyak sudah menjamu saya. Semoga
dalam tempo dekat ini ibu mendapatkan apa yang selama ini ibu doakan...” Ibu Karmen
tertegun.

Namun sejurus kemudian ia tersentak dan buru buru mengingatkan si kakek, “Pak pak
sebentar, jangan pergi dulu. tunggu ya !” Bu Karmen bergegas kedalam membuka dompet
dan mengambil selembar lima puluh ribu hasil keuntungan dagang. Namun Setiba diluar sang
kakek sudah tidak ada. Bu Karmen mengejar keluar si kakek sudah tak terlihat lagi.

Bu Karmen menoleh kekiri dan kekanan namun si kakek sudah tak ada. Tetiba wanita sholih
ini kembali teringat perkataan si Kakek tua.....

Malam ba’dha Isya ibu ibu pengajian kampung bersilaturahmi ke tempat ibu Karmen yang
sudah mereka anggap sebagai bunda mereka sendiri.

Setelah mengobrol agak lama maka salah satu dari ibu ibu pengajian memberanikan diri
angkat bicara, “Bunda ini kami ada rencana bulan depan mau umrah bersama. Sudah kami
rencanakan sejak lama. Tapi bun rasanya kurang lengkap kalau kami pergi ke tanah suci
tanpa bunda. Jadi kami sepakat untuk mengajak bunda berangkat bersama kami. Bunda mau
ya......?”

Allah Yaa Karim, suasana hening. Ibu Karmen menangis tak sanggup mengiyakan hanya
kepalanya saja yang mengangguk angguk perlahan. Ia memeluk ibu ibu pengajian satu
persatu.

Segala Puji Bagi Allah Semesta Alam


KISAH NYATA MENGGUGAH HATI-2

Pak Sampurno Dan Do’a Tulusnya


Sebut saja pak Sampurn, pria Kalimantan berbadan kekar dan murah senyum yang terdaftar
menjadi jamaah kami. Pekerjaan sehari harinya adalah tukang getek ( Perahu terikat tambang
untuk menyeberangkan penumpang dari satu sisi sungai ke sisi sungai lainnya ).

Disudut getek yang memiliki atap tersebut, terpampang kaleng susu Dancow diikat kawat
untuk tempat penumpang menaruh ongkos. Uniknya, pak Sampurno tak pernah memasang
tarif khusus untuk biaya penyeberangan. Alakadarnya atau seikhlasnya saja. Lebih lebih
kalau yang naik anak sekolah. Ya, budi pekerti pria gagah ini memang baik.

Pak Sampurno memiliki cita cita yang tak pernah padam. Ia selalu berdo’a agar mampu
berangkat ke tanah suci. Dalam sholat dan do’anya, beliau tak kunjung putus memanjatkan
niat mulianya. Sebuah hal yang kontradiktif dan sulit diterima logika mengingat biaya umrah
jauh dari penghasilan harian beliau. Apa boleh dikata, pak Sampurno hidup pas pasan.
Penghasilan dari narik geteknya hanya cukup untuk makan sehari hari.

Hal yang menakjubkan ialah, pak Sampurno tak pernah berhenti melafadzkan do’a dan dzikir
saat bekerja. “Suatu saat kelak saya pasti diizinkan Allah berangkat ke tanah suci !” dalam
hati. Penuh optimis, masyaa Allah ! Hingga seorang ibu senyum senyum dan bertanya pada
pak Sampurno, “Pak Purno, saya perhatiin bapak ini rajin lo sholawat bahkan ngucap kalimat
talbiyah saat nggeret tali getek. emang kenapa sih pak ?” Pria yang terkenal ramah ini pun
menjawab, “Saya do’a bu. Saya terus minta pada Allah Ta’ala agar dimudahkan ke tanah
suci...” Kontan si ibu terharu dan langsung mendoakan pak Sampurno agar hajatnya terkabul.
Dan tahukah kita betapa do’a seorang saudara pada saudara muslim lainnya sangat
mustajab ya akhiy ?

Hari demi hari berlalu, hingga suatu ketika dari atas perahu pak Sampurno melihat seorang
gadis kecil terjatuh dari sepeda. Lututnya berdarah dan kakinya terkilir tak bisa jalan.
Sepedanya pun rusak ! Spontan saja beliau langsung menolong. Stang sepeda si gadis kecil
dibetulkan lututnya diobati. Tak cukup disitu, si anak ditaruh di sepeda dan dituntun pak
Sampurno hingga tiba di depan rumah.

Setiba di lokasi, pak Sampurno terperangah, alangkah besarnya rumah orang tua si gadis
kecil. Beliau dipersilakan pekerja rumah untuk menunggu di ruang tamu. Tak lama keluarlah
wanita yang tak lain adalah mama si gadis kecil, “Waduuuh bapaak maaf anak saya
merepotkan yaa. Terima kasih sekali ya pak. Waduh Saya nggak tau deh gimana jadinya
kalau nggak ada bapak.“ Pak Sampurno mengangguk ramah, “Wah nggak apa apa bu.
Alhamdulillah kok ya pas kejadian eee pas kebetulan saya ada disitu..!”
Tetiba mama si gadis kecil memberikan amplop tebal berisi lembaran uang ratusan ribu
banyak sekali ! Pak Sampurno menolak sopan meskipun dipaksa berulang kali. “Ibu masyaa
Alloh, saya ridho ikhlas nolong anak ibu. Saya nggak minta imbalan bu.” Pak Sampurno
langsung pamit pulang.

Sore hari papa si gadis kecil tiba dari kantor. Segera saja istrinya menghambur keluar dan
menceritakan apa yang terjadi. Mobil tak sempat diparkir dan bahkan si suami tak sempat
masuk dalam rumah, ia bersama istrinya langsung pergi mencari rumah pak Sampurno !

Bukan hal yang sulit mencari rumah beliau. Pak Sampurno Sholih, baik hati, ringan tangan
dan murah senyum. Tak heran pria simpatik ini sangat terkenal di wilayahnya. Semua orang
tahu rumah beliau.

Rumah pak Sampurno sederhana namun rapi. Satu satunya yang menarik dari design
interiornya adalah gambar Ka’bah besar yang menempel di dinding.

Setelah memperkenalkan diri ayah si gadis kecil serta merta memeluk pak Sampurno, “Pak,
terima kasih atas kebaikan bapak pada anak saya. Tadi istri saya kasih bungkusan kecil buat
bapak namun bapak tak berkenan menerimanya. Kami malu hati pada budi baik bapak. Saya
datang kemari juga tulus ikhlas sama seperti bapak saat menolong anak kami..”

Kemudian dari saku kemejanya, papa si gadis kecil mengeluarkan sebuah kertas licin
mengkilap. Voucher ! Ia berkata pelan penuh harap, “Pak Sampurno, mohon maaf kami
sekeluarga akan melaksanakan ibadah umrah ke tanah suci. Sedianya voucher ini untuk ibu
saya yang kebetulan sudah berpulang bulan lalu. Sepertinya sudah menjadi takdir bahwa pak
Sampurno yang menggantikan ibu. Kami dan bahkan mendiang ibu senang sekali kiranya
kalau bapak bisa ikut ibadah bersama kami. Sungguh ini hadirnya dari dalam hati saya pak
Purno, mohon yang ini jangan ditolak ya pak.........”

Berderailah air mata pak Sampurno. Beliau sujud syukur seraya kumandangkan kalimat
takbir dan lafadz hamdalah. Masyaa Allah...!! Sungguh Allah Maha Santun dan Maha
Lembut. Ia malu mengabaikan do’a para hambaNya yang menengadahkan tangan penuh
harap !

Dan tahukah teman teman ? Pak Sampurno ini menjadi kesayangan para jamaah di grupnya.
Ia rajin mengantar bolak balik rombongan ibu ibu sepuh yang akan berangkat ke Masjid.
Atau sekedar menemani siapapun yang akan jalan jalan diseputar Makkah Madinah.

Saat berpisah di tanah air, dengan mata berkaca kaca semua menyalami dan memeluk pak
Sampurno. Beliau dibawakan oleh oleh untuk anak istri dari para jama’ah. Banyak sekali
hingga pak Sampurno kewalahan membawanya !

Segala Puji Bagi Allah Rabb Semesta Alam.


Dan Bila Kendala Menjadi Biaya, Maka Ingatlah : Ada Allah Yang Maha Kaya !

Anda mungkin juga menyukai