Tokoh
Arai
Pembuat onar : Disampingnya, Araibiang keladi seluruh kejadian ini, lebih
menyedihkan. Sudah dua kali ia muntah. Ia lebih menyedihkan dari si Invalid itu.
Dalam situasi apapun, Arai selalu menyedihkan. Kami bertiga baru saja berlari
semburat, pontang-panting lupa diri karena dikear-kejar seorang tokoh paling
antagonis.”
Pintar : Karena kepribadian terbuka, memiliki mentalitas selalu ngin tau dan terus
bertanya, Arai berkembang menjadi anak yang pintar. Ia selalu ingin mencoba
sesuatu yang baru.
Baik hati : Air mataku mengalir pelan. Sungguh tak sedikit pun kuduga Arai
merencanakan sesuatu yang sangat mulia untuk Mak Cik.
Ikal
Baik hati : “Aku ingin membahagiakan Arai, aku ingin berbuat sesuatu seperti
yang ia lakukan pada jimbron.”
Rasa simpati : “Aku tak tega melihat Arai yang bercucuran keringatnya. Ia sendiri
tampak kesusahan menahan tawanya. Suaranya melemah. Ia sadar Nat King Cole
sama sekali bukan tandinganya. Kugenggam stang gitar aria, senyap. Ksadarkan
ia bahwa rencana manisnya telah gagal total.”
Jimbron
Taat pada Agama : “Jimbron adalah seorang yang membuat kami takjub dengan
tiga macam keheranan. Pertama, kami heran karena kalau mengaji, ia selalu
diantar seorang pendeta. Sebetulnya beliau adalah seorang pastor karena beliau
seorang Katolik, tapi kami memanggilnya Pendeta Geovany. Rupanya setelah
sebatang kara seperti Arai ia menjadi anak asuh sang pendeta. Namun, pendeta
berdarah Itali itu tak sedikit pun bermaksud mengonversi keyakinan Jimbron.
Beliau malah tak pernah telat jika mengantarkan Jimbron mengaji ke masjid.”
Tergila-gila dengan kuda : “dari tadi, sejak dua jam yang lalu, ia terus
menyerocos tentang kuda. Mulut dan hidungku tertutup rapat sapu tangan untuk
menghalangi bau busuk yang menusuk-nusuk. Saputangan itu sudah kulumuri
remasan daun bluntas dan masih tak mampu melawan bau WC.
Pak Mustar
Berjiwa keras : Pak mustar berubah menjadi seorang guru bertangan besi.
Pemarah dan galak : Pak Mustar ngamuk. Ia meloncat dari podium dan mengajak
dua orang penjaga sekolah mengejar kami.
Ibu Ikal
Baik hati : Ibuku memberi isyarat dan Arai melesat ke gudang peregasan. Ia
memasukkan beberapa takar beras ke dalam karung, kembali ke pekarangan,
memberikan karung beras itu kepada inuku yang kemudian melangsurkannya
kepada Mak Cik.
Peduli : “Jangan sekali-kali kau pisahkan Nurmi dari biola ini, Maryamah. Kalau
berasmu habis, dating lagi ke sini.”
Ayah Ikal
Penuh kasih sayang : Anak sekecil itu telah belajar menguatkan dirinya. Ayahku
berlinangan air mata. Dipeluknya pundak Arai erat-erat.
Baik hati :
Pak Balia
Bukti :
Jimbron orang yang baik hati, ia menghadiahkan kedua celengan kuda miliknya
yang berisi tabungannya selama ini kepada Arai dan Ikal. Ia yakin mereka akan
sampai Perancis, maka jiwa Jimbron akan selalu bersama mereka.
Pada momen ini kami memahami bahwa persahabat kami yang lama dan lekat
lebih dari saudara, berjuang senasib sepenanggungan, bekerja keras bahu
membahu sampai titik keringat terakhir untuk sekolah dan keluarga, tidur
sebantal, makan sepiring, susah senang bersama.