Anda di halaman 1dari 7

Nama : Rani Septiyani

Kelas : XII Farmasi B


Tugas Bahasa Indonesia

ANALISIS NOVEL SANG PEMIMPI


Karya Andrea Hirata

A. Tema
Tema yang diangkat dari novel ini yaitu persahabatan dan perjuangan dalam
mengarungi kehidupan serta kepercayaan terhadap kekuatan sebuah mimpi. Hal ini
dibuktikan oleh pengarang dengan menceritakan kisah tiga orang sahabat yang
membuktikan kepercayaan terhadap kekuatan sebuah mimpi sehingga mereka bisa
melewati kerasnya hidup.

B. Tokoh
1. Ikal :
Baik Hati, Aku dan Jimbron berusaha menahan diri tak tertawa untuk
menjaga perasaan Arai. Sang Pemimpi
Optimis, Sejak kejadian pembagian rapor kemarin, aku berjanji kepada
Ayah untuk mendudukkannya lagi di bangku garda depan. Sang Pemimpi
Peduli, Aku cemas akan keadaan Jimbron yang untuk pertama kalinya...
Sang Pemimpi
Pantang menyerah, Aku dan Arai berlari terbirit-birit menuju sekolah.
Sang Pemimpi
Pintar, Beruntungnya, aku dan Arai selalu berada di garda depan. Aku di
urutan ketiga, sedangkan Arai di urutan kelima. Sang Pemimpi

2. Arai :
Perhatian, Sering ketika bangun tidur, aku menemukan kuaci, permen gula
merah, dan mainan kecil dari tanah liat sudah ada di saku bajuku. Arai diam-
diam membuatnya untukku. Sang Pemimpi
Kreatif dan Penuh inspirasi, Aku melirik benda itu dan aku makin pedih
membayangkan dia membuat mainan itu sendiri, memainkannya juga
sendiri... Sang Pemimpi
Gigih, Dua bulan terakhir, dia menyerahkan diri pada penindasan Capo
yang terkenal keras, semuanya demi Jimbron. Sang Pemimpi
Rajin, Sstiap habis maghrib, Arai melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran di
bawah temaram lampu minyak. Sang Pemimpi
Pintar, Beruntungnya, aku dan Arai selalu berada di garda depan. Aku di
urutan ketiga, sedangkan Arai di urutan kelima. Sang Pemimpi
Pantang menyerah, Arai terus melolong gagah berani. Dia bersahut-
sahutan dengan Nat King Cole. Sang Pemimpi
Tulus, Arai menyerahkan karung-karung tadi kepada Mak Cik. Sang
Pemimpi
3. Jimbron :
Tabah, Suatu hari, belum empat puluh hari ibunya wafat, Jimbron
bepergian naik sepeda dibonceng ayahnya. Masih berkendara, ayahnya
terkena serangan jantung. Sang Pemimpi
Pekerja keras, setiap hari dia bekerja part time di kapal milik salah satu
nahkoda.
Polos, Jimbron berdiri mematung. Dia seakan tak percaya kalau aku tega
membentakknya sekeras itu. Sang Pemimpi
Tulus, dia memberikan kedua celengan kudanya yang selama ini telah ia
persiapkan untuk Ikal dan Arai. Sang Pemimpi
Baik hati, Setiap Minggu pagi, Jimbron menghambur ke pabrik cincau.
Dengan senang hati, dia menjadi relawan membantu Laksmi. Sang
Pemimpi

4. Pak Mustar :
Disiplin, Setengah jam sebelum masuk, Pak Mustar mengunci pagar
sekolah. Sang Pemimpi
Tegas, Pak Mustar mengancam tak main-main. Sang Pemimpi
Peduli, Beliau tidak mau murid-muridnya terjerumus ke masa depan yang
suram.

5. Bapak Saman Said Harun (Bapaknya Ikal) :


Pendiam, Ayah turun dari sepeda, seperti biasa, hanya satu ucapan pelan
Assalamualaikum, tak ada kata lain Sang Pemimpi
Sabar dan Baik hati, Lalu, Ayah bersepeda ke Magai, ke SMA negeri, 30
kilometer jauhnya untuk mengambil rapor anak-anaknya. Sang Pemimpi
Bijaksana, Ayah senantiasa menerima bagaimanapun keadaan kami.
Sang Pemimpi

6. Ibunya Ikal :
Perhatian, Saat pembagian rapor, Ibu pun tak kalah repot. Sehari semalam,
dia merendam daun pandan dan bunga kenanga untuk dipercikkan di baju
safari empat saku Ayah itu ketika menyetrikanya. Sang Pemimpi
Baik hati,Ibuku tersenyum memandangi Nurmi. Jangan sekali-kali
kaupisahkan Nurmi dari biolanya, Maryamah. Kalau berasmu habis, datang
lagi ke sini. Sang Pemimpi

7. Bapak Drs. Julia Ichsan Balia :


Kreatif, Kreatif merupakan daya tarik utama kelasnya. Sang Pemimpi
Bijaksana, Pak Balia terpana dan berkerut keningnya,tapi memang sudah
alamiahnya, beliau menghargai siswanya. Sang Pemimpi
Pintar, Mulut murid-muridnya ternganga mendengar kalimat yang agung
itu. Sang Pemimpi
Tokoh pendukung : Zakia Nurmala, Laksmi, Bang Zaitun, Mak Cik
Maryamah, Nurmi, A Kiun, Capo, Taikong Hamim, Pak Cik Basman,
Nyonya Deborah, Mei Mei, Makruf, Mahader.
C. Alur
Novel ini menggunakan alur campuran (maju dan mundur). Alur maju ketika
pengarang menceritakan tokoh dari lulus SMP sampai kuliah. Dan alur mundur
ketika menceritakan saat tokoh masih kecil.

D. Latar
1. Latar tempat :
a. Kamar Kontrakan di Belitong, Aku, Jimbron, dan Arai baru pulang
sekolah dan sedang duduk santai berada di beranda los kontrakan kami...
Sang Pemimpi
b. SMA Bukan Main, di tengah lapangan sekolah, Pak Mustar dan para
penjaga sekolah telah menyiapkan lokasi shooting. Sang Pemimpi
c. Bioskop, Kami mengambil tempat duduk di tengah. Bau pesing tercium
dari sudut-sudut bioskop. Sang Pemimpi
d. Gudang, Kami memasuki labirin gang yang membingungkan. Akhirnya,
di gudang peti es itulah kami terperangkap Sang Pemimpi
e. Dermaga Magai, Namun, sejak pukul dua, dermaga telah dipadati orang
Melayu yang ingin melihat langsung hewan yang hanya pernah mereka
lihat dalam gambar. Sang Pemimpi
f. Pasar Magai, Lewat tengah malam, aku berjalan sendiri menelusuri gang-
gang sempit Pasar Magai. Sang Pemimpi
g. Rumah Mak Cik Maryamah, Kami masuk ke dalam rumah yang senyap.
Dari dalam kamar, sayup terdengar Nurmi sedang menggesek biola. Sang
Pemimpi
h. Tanjung Priok, Jakarta. Aku dan Arai gemetar melihat demikian banyak
manusia di Tanjung Priok. Sang Pemimpi
i. Terminal Bogor, Dua lampu neon panjang menyinari tuisan nama terminal
di gerbang itu: Terminal Bus Bogor. Sang Pemimpi
j. Pabrik Cincau, Setiap Minggu pagi, Jimbron menghambur ke pabrik
cincau. Dengan senang hati, dia menjadi relawan membantu Laksmi. Sang
Pemimpi
k. Rumah Bang Zaitun, Kami memasuki ruang tamu Bang Zaitun yang
dipenuhi beragam pernak-pernik,... Sang Pemimpi
l. Kamar Kos di Bogor, Kamar kos kami berdinding gedek bambu dan
berlantai semen yang sebagian berlantai tanah. Sang Pemimpi
m. Kios Fotokopi, kami berdiri dari pagi sampai malam di depan mesin
fotokopi yang panas. Sang Pemimpi
n. Kantor pos, Berbulan-bulan aku menyortir. Ribuan surat bertumpuk setiap
hari. Setiap kali kantong pos dicurahkan, aku selalu berdoa dengan pedih,
semoga ada surat dari Arai untukku. Sang Pemimpi

2. Latar waktu :
a. Pagi, Senin pagi itu tidak ada siswa yang terlambat apel karena semuanya
ingin menyaksikan tiga pesakitan dieksekusi. Sang Pemimpi
b. Siang, aku selalu berlari sepulang sekolah, tapi siang ini, di depan restoran
Tionghoa, langkahku terhenti. Sang Pemimpi
c. Sore, Sore itu, aku dan Arai sedang bermain di pekarangan waktu seorang
yang biasa kami Mak Cik Maryamah datang. Sang Pemimpi
d. Malam, Setiap malam, dari los kontrakan, kami benci melihat orang-orang
berkerudung mengantre tiket. Sang Pemimpi

3. Latar suasana :
a. Bersemangat
b. Putus asa
c. Kerja keras
d. Kebersamaan

4. Latar sosial :
a. Belajar
b. Bekerja
c. Bermain

E. Sudut Pandang
Pengarang menggunakan sudut pandang pertama serba tahu aku untuk tokoh
utama (Ikal) dan sudut pandang ketiga pengamat untuk tokoh pendukung.

F. Gaya Bahasa
Novel ini ditulis dengan gaya realis bertabur metafora, penuh inspirasi dan
imajinasi. Juga menggunakan kata-kata yang mudah dipahami, bahasa yang
komikal dan tidak membosankan membuat pembaca merasa ikut menjadi bagian
dari cerita.

G. Amanat
1. Kita tidak boleh putus asa
2. Kita tidak boleh berhenti bermimpi
3. Kita tidak boleh mendahului takdir (berhenti sebelum tercapai)
4. Kita harus menjalin persahabatan dengan baik
5. Kita harus selalu bersyukur
6. Keberhasilan harus diwujudkan dengan pengorbanan
7. Saling membantu dan menghargai sesama
8. Memahami kelebihan dan kekurangan masing-masing
9. Usaha harus beriringan dengan doa
SINOPSIS NOVEL SANG PEMIMPI
Karya Andrea Hirata

Arai adalah saudara jauh Ikal yang telah menjadi yatim piatu sejak kelas 3
SD, ia adalah anak yang sangat tabah menjalani hidupnya. Bayangkan saja, ketika
Ikal dan Ayahnya menjemput Arai, mereka sedih melihat keadaan Arai, namun Arai
menghibur Ikal dengan mainan buatannya. Sedangkan Jimbron adalah sahabat setia
mereka yang juga yatim piatu. Ia menjadi gagap sejak ayahnya meninggal dan iapun
diangkat menjadi anak asuhnya Pendeta Geovanny. Ia sangat fanatik kepada kuda
yang dianggap hewan asing di lingkungannya, bahkan ia mengerti seluk beluk
setiap kuda.Tiga orang bersahabat itu tinggal di satu kamar kontrakan di pinggir
Dermaga Magai. Setiap pukul 2 pagi mereka harus bangun untuk bekerja sebagai
kuli ikan di Dermaga Magai.
Mereka sering dimarahi Pak Mustar karena ulah mereka. Pak mustar adalah
sosok orang yang sangat bersahaja, tegas, dan disiplin. Ia adalah pahlawan bagi
anak-anak di Belitong, karena berkatnya Ikal dan teman-temannya tidak perlu
menempuh jalan sejauh ratusan kilometer untuk pergi ke sebuah sekolah negeri.
Pak Mustar menjadi galak karena anaknya tidak dapat masuk ke sma yang susah
dibangunnya karena nemnya kurang 0.25 dari batas minimal.
Sore itu, Mak Cik Maryamah bersama anaknya datang untuk meminjam
beras. Sebenarnya mereka sudah datang tiga kali minggu ini. Mata Arai berkaca-
kaca melihatnya. Arai seketika menyeret Ikal ke dalam mengambil tabungan
mereka. Ikal bingung melihat tingkah Arai. Mereka mengambil uang tabungan
mereka lalu melesat ke toko untuk membeli tepung, gula, gandum, dan minyak.
Yang benar saja, Arai meberikan itu semua kepada Mak Cik Maryamah supaya
dapat membuat roti untuk dijual sebagai penghasilan.
Pak Balia adalah kepala sekolah sekaligus guru sastra mereka, ia selalu
mempunyai kata-kata yang membuat muridnya takjub. Tiba-tiba tanpa diminta Pak
Balia, Arai melompat , melolong keras sekali "Tak semua yang dapat dihitung,
diperhitungkan, dan tak semua yang diperhitungkan dapat dihitung! Albert
Einstein, fisikawan nomor wahid!"
Ikal mengerti taktik tengik Arai untuk membuat Nurmala berkesan.
Setiap Minggu Pagi, Jimbron melesat ke Pabrik Cincau. Dengan senang hati
Jimbron membantu Laksmi. Sorang anak yang tidak pernah tersenyum sejak
keluarganya meninggal di sebuah muara yang sejak kejadian tersebut tempat
itu diberi nama Semenanjung Ayah. Laksmi diselamatkan oleh seorang Tionghoa
Thong San dan kemudian diangkatlah laksmi menjadi anak angkatnya. Seperti
Jimbron dengan Pendeta Geovanny, bapak asuh Laksmi justru menumbuhkan
Laksmi menjadi muslimah yang taat.
Dua hari sebelum penerimaan rapor, ayah dan ibu Ikal mempersiapkan segala
perlengkapan dengan sangat baik. Ayah Ikal juga harus bersepeda sejauh 30
kilometer untuk mengambil rapor anak kesayangannya itu. Orang tua murid duduk
berkumpul di aula dan di kursi yang sudah diberi nomor besar-besar sesuai urutan
rangking anaknya. Pak Mustar juga sudah menyiapkan sepuluh kursi didepan yang
sedikit dipisahkan untuk orang tua murid yang anaknya mendapat nilai lebih baik
dari teman-temannya yang lain. Beruntung kali ini Ikal dan Arai dapat
mempersembahkan kursi nomor tiga dan lima untuk ayah mereka.
Kini Ikal telah menjadi seorang yang pesimis, malas belajar, dan tak
bersemangat untuk berlari. Hawa positif di dalam di Ikal telah menguap dibawa
hasutan-hasutan yang melemahkannya. Bahkan yang kemarin ayahnya duduk di
barisan garda depan, kini ia harus duduk dikursi nomor 75. Ikal dimarahi habis-
habisan oleh Arai dan Pak Mustar.
Berbeda dengan Jimbron yang sangat optimis dan satu minggu yang lalu ia
memesan 2 celengan kuda dari Jakarta. Dan hari ini dua celengan itu datang,
Jimbron senang bukan main, sejak saat itu Jimbron menjadi semangat bekerja dan
upah yang diterimanya dibagi rata untuk dua celengan kudanya.
Bendera Kapal Bintang Laut Selatan telah tampak di horizon pukul 3 sore.
Dermaga itu telah dipadati orang-orang yang ingin melihat hewan yang hanya
pernah dilihatnya digambar.
Seusai zuhur, Jimbron bolos sekolah, dia hilir mudik di dermaga. Dia
bersembunyi dibelakang tong-tong aspal. Dia seperti cemas dan malu.
Keinginannya selama belasan tahun sebentar lagi akan terwujud di depan batang
hidung.
Kapal itupun merapat, pintu utama dibuka. Tampaklah tujuh ekor kuda. Ya
tujuh ekor kuda yang dipesan Capo dari Tasmania, Australia. Yang paling
menakjubkan yaitu kuda yang ketujuh, ia memiliki rambut putih yang bersih dan
halus membuatnya tampak gagah berani "Subhanallah! Maha Besar Allah."
Kuda tersebut oleh Capo diberi nama Pangeran Mustika Raja Brana.
Kemerosotan mulai tampak pada diri Arai dan Jimbron. Keadaan semakin
parah sejak Arai memutuskan untuk berhenti sementara menjadi kuli ngambat, ia
lebih memilih menjadi kuli bangunan musiman di Gedong.
Arai kian tenggelam dalam pekerjaan bangunannya itu di Gedong. Ikal juga
sibuk mengejar ketinggalan pelajarannya karena ujian semakin dekat. Jimbron
semakin terabaikan.
Waktu itu hari Minggu, Ikal dan Jimbron kembali tidur setelah shalat subuh.
Baru beberapa menit terlelap, terdengar ketukan pelan di jendela. Di luar masih
gelap, suara itu semakin dekat, Ikal dan Jimbron semakin ketakutan. Ikal
memberanikan dirinya melihat di luar jendela, ia menjerit sejadi-jadinya. Pangeran
Mustika mendongakkan kepalanya memasuki jendela kamar. Jimbron tak berkutik,
matanya berkaca-kaca. Jimbron diberi kesempatan menungganginya. Ia sangat
senang, ia memacu kudanya keluar dari batas pantai dan memasuki pasar. Ikal dan
arai panik, namun mereka sadar dan mengerti tujuan Jimbron, merekapun
mengambil jalan pintas tercepat ke Pabrik Cincau. Dan bertepatan dengan Jimbron,
Ikal dan Arai sampai di tempat itu. Jimbron memperlihatkan kemampuannya di
depan Laksmi. Setelah segala upaya dikerahkan kini berkat Jimbron ia dapat
kembali tersenyum.
Luas samudra dapat diukur, namun luasnya hati siapa sangka. Itulah Arai.
Dua bulan yang lalu, dia menyerahkan diri kepada penindasan yang dilakukan Capo
demi Jimbron. Waktu dia mengatakan ingin jadi kuli bangunan di Gedong tempo
hari, sebenarnya diam-diam dia melamar kerja kepada Capo dengan satu tujuan,
agar Jimbron dapat mendekati Pangeran.
Tibalah tanggal 14 september.
Usai shalat isya, Arai sudah berdandan rapi dan dia telah menyiapkan seikat
bunga. Dengan bersepeda mereka bertiga menuju rumah Nurmala. Suasana sepi dan
sendu. Keringat Arai bercucuran. Dia berusaha keras menenangkan dirinya.
Nurmala yang tengah hilir mudik terhenti langkahnya dan menoleh ke jendela. Arai
mengeraskan suaranya. Syair lagu When I Fall in Love mengalun.
Mereka bertiga pulang dengan tangan hampa. Mereka pulang melewati kebun
jagung yang daunnya basah menyayat lengan mereka, gatal dan perih. Wanita
Indifferent di dalam rumah victoria itu masih sama sekali tidak dapat didekati.
Ikal, Arai, dan Jimbron telah menyelesaikan SMA. Hasil ujian akhir Ikal
sangat baik sehingga dapat mendudukkan kembali ayahnya di deretan garda depan.
Ikal dan Arai akan berangkat ke Jakarta untuk mengadu nasib. Mereka akan
menumpang kapal Bintang Laut Selatan. Sebuah kapal ternak yang kotor dan
jorok. Hari keberangkatan merekapun datang, Jimbron menyerahkan dua celengan
kudanya untuk Arai dan Ikal. Celengan itu telah disiapkan dari dulu oleh Jimbron
untuk mereka.
Setelah lima hari berada di laut, akhirnya Arai dan Ikal dapat melangkahkan
kakinya di tanah ibukota. Sampai di Jakarta mereka menaiki bus. Mereka berhenti
di Kota Bogor yang masih asing bagi mereka. MISI PERTAMA menemukan
Terminal Ciputat gagal.
Setelah berhari-hari mereka tidak menemukan pekerjaan yang menerimanya,
bekal mereka menipis. Pekerjaan door to door salesmanpun gagal dijalaninya.
Akhirnya ada tetangga kos yang mengajak mereka untuk bekerja di kios
fotokopinya. Dari pekerjaan itu, Ikal menemukan pekerjaan baru yang memberinya
gaji tetap. Namun sebelum bekerja, calon pegawai dilatih dahulu selama sebulan.
Satu bulan telah berlalu, Ikal kembali ke kamar kos mereka, namun ia tidak
menemui Arai. Terdapat surat yang tergeletak di depan pintu, surat itu berisi bahwa
Arai telah pergi merantau ke Kalimantan.
Sudah empat tahun berlalu, Ikal dapat mendapatkan gelar sarjana di
Universitas Indonesia. Akhirnya, Arai dan Ikal dipertemukan saat tes wawancara
beasiswa ke Eropa. Laporan mereka diterima dengan baik oleh juri, dan mereka
akan kuliah di universitas yang sama di Eropa.

Anda mungkin juga menyukai