Anda di halaman 1dari 9

PERENCANAAN TAMBANG

Perencanaan tambang merupakan suatu tahapan awal yang harus ada di dalam
serangkaian kegiatan penambangan. Hal ini disebabkan karena perencanaan tambang adalah
sebagai panduan utama dari seluruh kegiatan penambangan guna mencapai kegiatan
penambangan yang efektif, efisien, produktif dan aman.

Berdasarkan perencanaan tambang tersebut, kegiatan tambang akan memperoleh manfaat


sebagai berikut :

1. Menambang batubara dengan biaya produksi persatuan berat batubara adalah


minimal.
2. Mengupayakan operasi penambangan berjalan lancar dan aman.
3. Mengupayakan selalu tersedia stock batubara untuk mencegah jika terjadi kesalahan
data eksplorasi.
4. Selalu siap terhadap perubahan strip tanpa pengerahan peralatan, tenaga, schedule
produksi.
5. Operasi berjalan logis sejak schedule awal (pelatihan tenaga, peralatan, logistic, dll).
Hal ini untuk memperkecil resiko penundaan posisi cash flow positif.
6. Memaksimalkan rancangan lereng pit sehingga memperkecil kemungkinan terjadi
kelongsoran.
7. Upayakan pencapaian keuntungan ekonomi pada kondisi produksi yang wajar.

Guna mencapai manfaat positif tersebut di atas, maka pada tahapan perencaaan tambang ini
harus mempertimbangkan beberapa point berikut yang merupakan faktor-faktor yang sangat
mempengaruhi jalannya operasional penambangan, yaitu :

1. Validasi Data (Geologi, Topografi, Jumlah Data).


2. Model geologi (Geological Resources, Bentuk Cadangan, Kualitas dsb.).
3. Cut of Grade/Optimum Pit Limit.
4. Penentuan metoda Penambangan.
5. Pembuatan Layout tambang & Design.
6. Perhitungan Blok Cadangan.
7. Pembuatan Schedule Produksi.
8. Pemilihan Alat dan type alat yang “Suitable”.
9. Penentuan Urutan (sequence) Tambang.
10. Penentuan System Drainase.
11. Analisa Lingkungan dan Rencana Rehabilitasi.

Dalam suatu perencanaan tambang, khususnya tambang bijih nikel terdapat dua
pertimbangan dasar yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Pertimbangan Ekonomis
Pertimbangan ekonomis ini menyangkut anggaran. Data untuk pertimbangan
ekonomis dalam melakukan perencanaan tambang batubara,yaitu:
a. Nilai (value) dari endapan per ton batubara
b. Ongkos produksi, yaitu ongkos yang diperlukan sampai mendapatkan
produk berupa bijih nikel diluar ongkos stripping.
c. Ongkos”stripping of overburden”dengan terlebih dahulu mengetahui
“stripping ratio”nya.
d. Keuntungan yang diharapkan dengan mengetahui “Economic Stripping
Ratio”.
e. Kondisi pasar

2. Pertimbangan Teknis
Yang termasuk dalam data untuk pertimbangan teknis adalah:
a. Menentukan “Ultimate Pit Slope (UPS)”
Ultimate pit slope adalah kemiringan umum pada akhir operasi
penambangan yang tidak menyebabkan kelongsoran atau jenjang masih
dalam keadaan stabil. Untuk menentukan UPS ada beberapa hal yang
harus diperhatikan yaitu:
- Stripping ratio yang diperbolehkan.
- Sifat fisik dan mekanik batuan
- Struktur Geologi
- Jumlah air dalam di dalam batuan
b. Ukuran dan batas maksimum dari kedalaman tambang pada akhir
operasi
c. Dimensi jenjang/bench
Cara-cara pebongkaran atau penggalian mempengaruhi ukuran jenjang.
Dimensi jenjang juga sangat tergantung pada produksi yang diinginkan
dan alat-alat yang digunakan. Dimensi jenjang harus mampu menjamin
kelancaran aktivitas alat mekanis dan faktor keamanan. Dimensi jenjang
ini meliputi tinggi, lebar, dan panjang jenjang.
d. Pemilihan sistem penirisan yang tergantung kondisi air tanah dan
curah hujan daerah penambangan.
e. Kondisi geometrik jalan
Kondisi geometrik jalan terdiri dari beberapa parameter antara lain lebar
jalan, kemiringan jalan, jumlah lajur, jari-jari belokan,superelevasi,cross
slope, dan jarak terdekat yang dapat dilalui oleh alat angkut.
f. Pemilihan peralatan mekanis yang meliputi:
- Pemilihan alat dengan jumlah dan type yang sesuai.
- Koordinasi kerja alat-alat yang digunakan.
g. Kondisi geografi dan geologi
● Topografi
Topografi suatu daerah sangat berpengaruh terhadap sistem
penambanganyang digunakan. Dari faktor topografi ini,dapat ditentukan
cara penggalian, tempat penimbunan overburden, penentuan jenis alat,
jalur-jalur jalan yang dipergunakan,dan sistem penirisan tambang.
● Struktur geologi
Struktur geologi ini terdiri atas lipatan, patahan, rekahan, perlapisan dan
gerakan-gerakan tektonis.
● Penyebaran batuan
● Kondisi air tanah terutama bila disertai oleh stratifikasi dan
rekahan.Adanya air dalam massa ini akan menimbulkan tegangan air pori.

Upaya untuk mencapai produksi yang baik yaitu dengan membuat suatu perencanaan
penambangan yang berkesinambungan yaitu salah satunya adalah dengan membuat suatu
perencanaan sequence penambangan sehingga dengan adanya sequence penambangan,
pemilihan lokasi-lokasi yang akan ditambang kedepannya dapat diketahui untuk mencapai
target produksi yang diinginkan.
Dalam perencanaan pembuatan sequence penambangan harus diikuti dengan pembuatan
desain dumpingan hal ini berguna selain sebagai tempat dimana waste akan dibuang juga
untuk menentukan jalan tambang yang akan ditempuh oleh alat angkut dari loading point
hingga dumping point. Selain menentukan sequence penambangan dan desain dumpingan
untuk mendukung tercapainya target produksi maka harus dilakukan juga kajian terhadap
kebutuhan alat mekanis yang akan digunakan nantinya dengan melihat performance nyata
alat mekanis yang ada di lapangan pada saat ini karena performance nyata alat mekanis di
lapangan langsung dipengaruhi oleh keadaan lapangan itu sendiri.

1. Sequence Penambangan
Dalam proses penambangan terbagi menjadi beberapa planning, yang
diantaranya rencana daily dan weekly (short term), rencana monthly dan quarter (mid term)
serta rencana annual hingga life of mine (long term). Perencanaan sequence penambangan
merupakan bagian dari long term planning, yang mana perencanaan ini berguna untuk
menentukan lokasi-lokasi mana saja yang akan ditambang perbulannya dalam jangka waktu
satu tahun ke depan dengan target produksi yang telah ditentukan tiap bulannya untuk
mencapai target produksi dalam satu tahun.
Selain menentukan lokasi-lokasi mana saja yang akan ditambang tiap
bulannya juga dapat menentukan alat gali muat (excavator) tipe apa saja yang akan
digunakan untuk mengexcavasi lokasi-lokasi yang telah ditentukan.
Perencanaan sequence penambangan ini dilakukan dengan menggunakan
software Minescape dan Xpac. Dengan software Minescape tersebut dapat dibuat permodelan
akhir tambang sebuah pit sehingga dengan acuan tersebut selain dapat menentukan lokasi-
lokasi, elevasi, luas atau batasan-batasan lokasi yang akan ditambang perkurun waktu, juga
dapat mendesain bentuk pit, bench, jalan tambang (ramp), dumping area, stockpile, serta
reserve. Dengan Minescape sebuah pit dibagi menjadi beberapa blok dengan interval sekian
meter antar bloknya hal ini untuk mempermudah dalam kontrol penambangannya.
Blok-blok tersebut selanjutnya diintersection dengan strip atau floor batubara
yang hasilnya nantinya akan diexport ke Xpac. Di Xpac, blok-blok hasil intersection tadi
akan ditentukan blok mana saja yang akan ditambang untuk memenuhi target produksi yang
telah ditentukan sebelumnya dan alat gali muat (excavator) jenis apa yang akan digunakan
tiap sequence penambangan perbulannya. Perencanaan sequence penambangan ini dibuat
perbulan hingga akhir tahun. Setelah itu dengan acuan dari hasil dari Xpac tadi, dengan
menggunakan Minescape dapat membuat pace position atau lokasi-lokasi atau blok-blok
yang menjadi target untuk ditambang perbulannya.
2. Desain Dumpingan
Dumpingan merupakan suatu tempat di mana material lepas atau overburden dibuang.
Dalam menentukan lokasi dumpingan perlu diperhatikan beberapa factor yaitu lokasinya
tidak terlalu jauh dari loading point, luas, dan tidak menggangu proses penambangan
sekarang hingga akhir tambang. Sebelum melakukan dumpingan, top soil pada lokasi
dumpingan yang telah ditentukan harus diexcavasi dan ditempatkan pada top soil dump.
Luasnya dumpingan didesain sesuai dengan jumlah waste atau overburden yang
diexcavasi atau yang ditambang tiap face position perbulannya, tentunya harus
diperhitungkan faktor pengembangannya. Dalam penelitian ini swell factor overburden
adalah 80 %. Dengan adanya material balance antara material yang ditambang (BCM)
dengan material lepas (LCM) maka dapat ditentukan lokasi dumpingan untuk masing-masing
sequence penambangan tiap bulannya. Seperti dalam persamaan sebagai berikut :
VLob =

Dimana :
Vlob : Volume Material Lepas (LCM)
Viob : Volume Material Insitu (BCM)
SF : Swell Factor (%)
Sedangkan untuk mencari luas area dumpingan yang diperlukan menggunakan persamaan
sebagai berikut :

Lob =

Dimana :
Lob : Luas area dumpingan (M2)
Tb : Tinggi Bench
Desain dumpingan juga berguna untuk menentukan haul profile atau jalan tambang
dari loading point hingga dumping point. Jalan tambang ini akan mengalami sedikit
perubahan tiap sequence penambangan disesuaikan dengan letak loading point masing-
masing sequence penambangan.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Performance Alat Mekanis

Performance alat mekanis dapat dilihat dari kemampuan alat tersebut dalam
penggunaannya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah sebagai berikut :
1. Pola Penggalian dan Pemuatan
Untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan sasaran produksi maka pola pemuatan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi waktu edar alat. Pola pemuatan yang
digunakan tergantung pada kondisi lapangan operasi pengupasan serta alat mekanis yang
digunakan dengan asumsi bahwa setiap alat angkut yang datang, mangkuk (bucket) alat gali-
muat sudah terisi penuh dan siap ditumpahkan.
Setelah alat angkut terisi penuh segera keluar dan dilanjutkan dengan alat angkut
lainnya sehingga tidak terjadi waktu tunggu pada alat angkut maupun alat gali-muatnya. Pola
pemuatan dapat dilihat dari beberapa keadaan yang ditunjukkan alat gali-muat dan alat
angkut, yaitu:
a. Pola pemuatan yang didasarkan pada keadaan alat gali-muat yang berada di atas atau di
bawah jenjang (Gambar 3.1).
a) Top Loading, yaitu alat gali-muat melakukkan penggalian dengan menempatkan dirinya di
atas jenjang atau alat angkut berada di bawah alat gali-muat.
b) Bottom Loading, yaitu alat gali-muat melakukan penggalian dengan menempatkan dirinya
di jenjang yang sama dengan posisi alat angkut.

Pola pemuatan berdasarkan jumlah penempatan posisi alat angkut untuk dimuati terhadap
posisi alat gali-muat (Gambar 3.2).
a) Single Back Up, yaitu alat angkut memposisikan diri untuk dimuati pada satu tempat
sedangkan alat angkut berikutnya menunggu alat angkut pertama dimuati sampai penuh,
setelah alat angkut pertama berangkat alat angkut kedua memposisikan diri untuk dimuati
sedangkan truk ketiga menunggu, dan begitu seterusnya.
b) Double Back Up, yaitu alat angkut memposisikan diri untuk dimuati pada dua tempat,
kemudian alat gali-muat mengisi salah satu alat angkut sampai penuh setelah itu mengisi alat
angkut kedua yang sudah memposisikan diri di sisi lain sementara alat angkut kedua diisi,
alat angkut ketiga memposisikan diri di tempat yang sama dengan alat angkut pertama dan
seterusnya.

2. Lebar Jalan Angkut


Jalan angkut pada lokasi tambang sangat mempengaruhi kelancaran operasi penambangan
terutama dalam kegiatan pengangkutan. Beberapa geometri yang perlu diperhatikan agar
tidak menimbulkan gangguan/hambatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan kegiatan
pengangkutan. Perhitungan lebar jalan angkut didasarkan pada lebar kendaraan terbesar yang
dioperasikan. Semakin lebar jalan angkut yang digunakan maka operasi pangangkutan akan
semakin aman dan lancar.
a. Lebar Jalan Angkut Minimum pada Jalan Lurus
b. Lebar jalan angkut minimum yang dipakai untuk jalur ganda atau lebih menurut
“AASHTO Manual Rural High-Way Design” adalah :
L = n. Wt + (n + 1) (0,5. Wt)
Keterangan :
L = Lebar jalan angkut minimum, meter
n = Jumlah jalur
Wt = Lebar truk jungkit, meter
c. Lebar Jalan Angkut Minimum Pada Tikungan
Lebar jalan angkut minimum pada tikungan selalu lebih besar daripada jalan angkut
pada jalan lurus. Rumus yang digunakan untuk menghitung lebar jalan angkut minimum pada
belokan adalah

W = 2 ( U + Fa + Fb + Z ) + C
C = Z = ½ (U + Fa + Fb)
Keterangan
U = Jarak jejak terluar roda depan dengan jejak terluar rodabelakang kendaraan, meter.
Fa = Jarak roda depan dengan sisi samping terluar dump truck dikalikan sinus sudut
penyimpangan roda, meter
Fb = Jarak roda belakang dengan sisi samping terluar dump truck dikalikan sinus sudut
penyimpangan roda, meter
Z = Jarak sisi luar dump truck ke tepi jalan, meter
C = Jarak antara dua dump truck yang akan bersimpangan, meter

3. Faktor Pengembangan Material


Material di lapangan jika digali akan mengalami pengembangan. Perbandingan volume
sebelum digali (V1) dan volume setelah digali (V2) diartikan sebagai faktor pengembangan.
Faktor pengembangan juga dapat diketahui dari perbandingan densitas material lepas dengan
densitas material insitunya.
4. Waktu Edar
Pada Saat ini tambang di sangatta menerapkan sistem konvensional dalam sistem
produksinya. Menurut Partanto, dalam suatu sistem produksi pada tambang terbuka yang
menerapkan sistem konvensional (dump truck dan excavator) sebagai alat tambang utama,
untuk kerja dump truck sebagai alat angkutnya sangat berperan dalam pencapaian target
produksi. Dapat juga dikatakan, dump truck adalah alat yang fleksibel serta jumlah dan
kapasitasnya dapat disesuaikan dengan alat gali/muat yang melayaninya.
Produktivitas dump truck dipengaruhi oleh waktu edar, dimana waktu edar dump
truck tergantung pada jumlah dump truck yang dapat dilayani oleh satu buah excavator.
Menurut Partanto, waktu edar dump truck adalah terdiri dari 4 (empat) segmen besar,
yaitu loading time (waktu memuat, yaitu frekuensi pengisian dikali waktu edar excavator),
hauling time (waktu mengangkut), dumping time (waktu pembongkaran) dan return time
(waktu kembali). Menurut Peurifoy, waktu edar dump truck terdiri dari 5 (lima) segmen,
yaitu ditambah dengan spoting at the excavator yang terdiri dari waktu manuver dump truck
di lokasi penggalian dan penimbunan serta waktu tunggu dump truck sebelum diisi excavator.
Sedangkan waktu edar excavator terdiri dari fill dipper (waktu pada saat excavator
mengisi bucket), swing (waktu manuver bucket untuk mengisi bak dump truck), dump (waktu
saat bucket menumpahkan galiannya ke bak dump truck), dan return (waktu excavator
kembali mengisi bucket) dan delay (waktu tunggu excavator sebelum mengisi bak dump
truck). Excavator yang berfungsi sebagai alat gali muat dalam kerjanya mengalami digging
resistance, yaitu tahanan yang dialami oleh alat gali pada waktu melakukan penggalian tanah.
Tahanan ini disebabkan oleh :
a. Gesekan antara alat gali dan material yang digali, dimana semakin besar kelembaban dan
kekerasan butiran material semakin besar pula gesekan yang terjadi.
b. Kekerasan material yang umumnya bersifat menahan masuknya alat gali kedalam material.
c. Roughness (kekasaran) dan ukuran butiran material.
d. Adanya gaya adhesi antara material dengan alat gali dan kohesi antara butiran-butiran
material itu sendiri.
e. Berat jenis material.

Secara garis besar, waktu edar alat berat terdiri dari dua bagian, yaitu:
a. Waktu Tetap (Fixed Time)
b. Waktu Tidak Tetap (Variable Time)
Waktu tetap adalah waktu yang diperlukan untuk gerakan-gerakan tetap. Besarnya
hampir selalu konstan, walaupun ada perbedaan kondisi kerja, pengaruhnya sangat kecil.
Tiap-tiap jenis alat memiliki gerakan-gerakan konstan yang berbeda-beda. Misalnya waktu
tetap pada excavator adalah mengayun (swing) baik dalam keadaan bermuatan maupun dalam
keadaan kosong. Untuk dump truck waktu tetapnya adalah membuang muatan.
Sedangkan waktu variabel adalah waktu yang diperlukan untuk gerakan-gerakan tidak
tetap. Waktu ini lebih banyak tergantung pada kondisi pekerjaan. Misalnya untuk excavator,
kekerasan material akan berpengaruh terhadap waktu isi bucketnya.
Sedangkan untuk dump truck waktu angkut merupakan waktu yang bervariasi sesuai
dengan jenis permukaan jalan dan jarak angkut. Dengan mengetahui waktu tetap dan waktu
tidak tetap maka waktu edar dapat dihitung. Waktu edar atau Cycle Time (CT) adalah jumlah
waktu tetap dan waktu tidak tetap. Waktu tetap (fixed time) didownload dengan
menggunakan suatu software yaitu software dmedland. Dengan software tersebut secara
otomatis data-data fixed time alat mekanis di lapangan terecord.
4. Kebutuhan Alat Gali Muat Dan Angkut
Software Talpac merupakan software yang digunakan salah satunya untuk menghitung
kebutuhan alat mekanis yang akan digunakan untuk setiap haul profile yang ada di tambang.
Dengan Talpac kebutuhan alat angkut tiap sequence penambangan perbulannya untuk
masing-masing excavator yang akan digunakan dapat dihitung.
Selain jumlah truck yang dibutuhkan Output dari Talpac berupa data cycle time
excavator tiap sequence penambangan, bucket passes, queue time, produksi excavator dan
dump truck perjamnya. Pada input data di Talpac terdapat parameter yang harus diisi
diantaranya spesifikasi alat angkut dan excavator yaitu diantaranya kapasitas bucket dan
payload dari dump truck, bucket cycle time masing-masing excavator, spot time at loader,
spot time at dump, dumping time, dan lain sebagainya.
Secara teori perhitungan kebutuhan alat angkut dapat dicari dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut :
Wt =

CTt = FT + Wt
Tt =

Dimana :
Wt : Waktu yang diperlukan truck terisi penuh
(menit)
Vt : Kapasitas truck (m3)
Vex : Kapasitas Bucket excavator (m3)
CTt : Cycle time truck (menit)
FT : Waktu tempuh dan dumping (menit)
Tt : Jumlah truck yang dibutuhkan (Unit)
Hasil dari perhitungan dengan persamaan diatas akan menghasilkan bilangan yang
tidak bulat untuk itu perlu dilakukan pembulatan, dan dapat dicari effesiensi kerja truck dari
masing-masing hasil pembulatan, apabila pembulatan ke atas maka effesiensi kerja excavator
100 % dan untuk truck dicari dengan persaman :
Wtn = n x Wt
Eff Truck =

Sedangkan apabila dilakukan pembulatan ke bawah maka effesiensi kerja truck 100% dan
excavator dicari dengan persamaan :
Wtn = n x Wt
Eff excavator =

Dimana :
Wtn : Waktu yang diperlukan untuk pengisian
sejumlah n truck
n : Jumlah truck (hasil pembulatan)

I. METODOLOGI PENELITIAN
Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Identifikasi Masalah
Dalam identifikasi masalah, dilakukan pengamatan lapangan dan studi
literatur mengenai hal-hal yang berhubungan dengan desain dumpingan serta mengenai
evaluasi kebutuhan alat angkut yang akan digunakan.
2. Perumusan Masalah
Pada perumusan masalah, dicari faktor-faktor yang mempengaruhi
perencanaan desain dumpingan seperti di mana lokasi dumpingan yang nantinya berguna
untuk menentukan jalan tambang yang akan dibuat sesuai dengan kemajuan tambang,
berapa banyak material yang ditambang tiap bulannya dengan memperhitungkan faktor
pengembangannya, dan juga untuk mencari keefektifan dan keefesienan dalam penggunaan
alat mekanis pada tiap sequence penambangan, untuk meminimalisir terdapatnya penggunaan
truck yang berlebihan yang menyebabkan terjadinya waktu antri truck atau waktu tunggu
excavator yang besar.
3. Pengamatan dan Pengambilan Data
Data-data yang diperlukan adalah berupa data primer dan sekunder. Data
primer merupakan data yang lansung dikumpulkan oleh Penulis di lapangan, sedangkan data
sekunder merupakan data yang didapatkan dari software-software (Minscape dan Talpac) dan
literatur (kepustakaan) yang berhubungan dengan penulisan ini yaitu dapat berbentuk peta,
tabel, gambar, dan grafik.

Anda mungkin juga menyukai