Cerdas Berbahasa Indonesia Hal 60-62
Cerdas Berbahasa Indonesia Hal 60-62
OLEH :
SHALVYNIA NATHAN’S H. P XII-10 / 29
Teks I
Perang Banten Menghadapi Belanda
Banten merupakan bandar pertama yang didatangi Belanda pada tahun 1596.
Ketika itu, Banten telah tumbuh menjadi bandar internasional yang sangat ramai.
Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis menyebabkan pedagang-pedagang menyingkir
ke Aceh dan Banten.
Sejak kedatangan Belanda ke daerah itu, rakyat Banten telah mencurigai dan
menolaknya. Akan tetapi, kemudian, mereka diterima baik setelah pimpinan
rombongan, Cornelis de Houtman dan Pieter Keyser, menjelaskan bahwa
kedatangan mereka untuk berdagang. Namun, dalam kenyataannya orang-orang
Belanda bersikap kasar dan menimbulkan aneka keonaran. Akibatnya, beberapa
orang Belanda termasuk de Houtman ditangkap. Setelah memberi tebusan untuk
membebaskan teman-temannya yang disekap penguasa Banten, Belanda kembali
meninggalkan Banten tanpa membawa apa-apa.
Pada tahun 1598, Belanda datang lagi dipimpin oleh van Neck dan Warwijk.
Belanda kemudian mengepung Banten. Pada tahun 1659, Sultan Ageng Tirtayasa
terpaksa menandatangani perjanjian damai dengan Kompeni. Namun, pada tahun-
tahun berikutnya, Sultan Ageng tetap melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan
ekonominya. Usaha tersebut cukup berhasil. Hal ini terbukti dengan adanya loji-loji
Inggris dan Prancis di bandarnya. Akhirnya, Banten kembali menjadi saingan berat
bagi Kompeni yang waktu itu sudah bermarkas di Batavia. Pada masa Kerajaan
Banten, meriam Ki Amuk dipergunakan sebagai senjata perang. Sayangnya, di
pihak intern Kerajaan Banten itu sendiri, terjadi perpecahan. Sultan Ageng dengan
puteranya yang kemudian terkenal dengan sebutan Sultan Haji. Sultan Haji
mengadakan hubungan gelap dengan Belanda untuk melawan ayahnya.
Tindakannya itu tidak menyenangkan sebagian besar tokoh-tokoh kerajaan. Pada
akhirnya, pecahlah perang terbuka antara ayah dan anak. Kompeni ikut campur.
Dengan bantuan Belanda, pada tahun 1683, Sultan Haji berhasil mengalahkan dan
menawan ayahnya. Pada tahun 1684, Sultan Haji menandatangani perjanjian
dengan Belanda yang isinya menyatakan bahwa Banten takluk kepada Kompeni.
Teks II
Perang Mataram Menghadapi Belanda
Mataram mencapai puncak kejayaannya semasa pemerintahan Sultan Agung
Hanyokrokusumo. Seluruh wilayah di Jawa Tengah dan Jawa Timur ada di bawah
kekuasaan Sultan Agung. Hanya Jawa Barat, yang sebagian wilayahnya merupakan
kekuasaan VOC, yang masih belum dapat dikuasai. Pada tahun 1628, Sultan Agung
mengadakan serangan mendadak terhadap Benteng Batavia. Di tengah-tengah
pertempuran dahsyat, prajurit Mataram kehabisan perbekalan sehingga serangan itu
mengalami kegagalan dan pimpinannya bernama Baurekso gugur dalam
pertempuran itu.
Sultan Agung segera menghimpun kembali kekuatannya untuk melakukan
penyerbuan berikutnya. Kali ini, sebelum serangan dimulai, telah dipersiapkan
perbekalan yang cukup untuk menunjang kebutuhan makan prajuritnya. Sepanjang
jalan menuju Batavia, dibangun gudang-gudang beras.
Setelah persiapan selesai, kemudian, dilanjutkan penyerbuan ke Batavia
pada tahun 1629. Benteng VOC dikepung dari segala penjuru membuat serdadu-
serdadu Belanda kewalahan. Kekuatan prajurit Mataram dalam serangan kali ini
dilipatgandakan. Namun, Belanda memang pandai dan licik, melalui kaki-kaki
tangannya, VOC berhasil membumihanguskan gudang-gudang beras Mataram.
Akibatnya, prajurit Mataram mengalami lagi kekurangan perbekalan sehingga
serangan ini pun mengalami kegagalan.
Sultan Agung wafat pada tahun 1645. Putranya, Amangkurat I, menggantikan
kedudukannya menjadi raja Mataram (1645-1677). Berbeda dengan ayahnya, ia
mengizinkan VOC berdagang di bandar-bandar Mataram. Sebaliknya, Mataram juga
diperbolehkan berdagang di seluruh Nusantara, kecuali di Maluku. Namun, raja-raja
Mataram berikutnya tetap menentang kekuasaan VOC di Mataram. Mereka yang
menentang VOC di Mataram, antara lain, Amangkurat III, Untung Surapati, Paku
Buwono II sampai dengan Pangeran Diponegoro.
Teks
Aspek Sejarah I Sejarah II
Persamaan 1. Kedua teks memiliki struktur yang sama, yaitu
orientasi, komplikasi, dan resolusi.
7. Berpola kronologis.