Latar Belakang Datangnya Belanda pada abad ke-17 membuat mencetusnya persaingan Belanda dengan Portugis. Pada tahun 1605, Belanda dapat menjatuhkan dominasi Portugis dan menduduki benteng Portugis di Ambon dan melakukan pengusiran Portugis dari Maluku. Kemudian, merasa saingannya sudah tidak ada, Belanda membuat kesewenang-wenangan di Maluku. Beberapa di antaranya: Rakyat wajib menyerahkan hasil bumi berupa rempah-rempah kepada VOC. Diterapkannya hak ekstirpasi oleh Belan da yaitu hak untuk menebang tanaman rempah-rempah agar harga tetap terjaga dan ketika harga rempah-rempah di pasaran meningkat maka secara serentak diwajibkan menanam rempah-rempah. Pelayaran Hongi atau patroli laut, merupakan gagasan dari Frederick de Houtman, yang menjadi gubernur pertama Ambon ketika itu. Pelayaran Hongi dilakukan bertujuan mencegah adanya perdagangan gelap dan seluruh Maluku diawasi dalam hal monopoli perdagangannya. Proses Pada akhir abad ke-18 perlawanan yang dasyat datang dari Teidore untuk mengguncang dominasi VOC. Hal tersebut terjadi karena tipu muslihat Belanda sehingga seolah-olah Tidore memiliki hutang besar kepada VOC dan diharuskan menyerahkan daerahnya kepada VOC. Namun, Tidore memilih mengangkat senjata daripada harus memenuhi membayar todongan hutang dari VOC. Tahun 1780, terjadi kebangkitan rakyat Tidore di bawah pimpinan Sultan Nuku. Kebangkitan tersebut membuahkan hasil pengusiran VOC keluar dari Maluku. Selain itu, Sultan Nuku dapat mempersatukan Ternate dan Tidore. Akhir Perlawanan Setelah meninggalnya Sultan Nuku (1805), tidak ada perlawanan yang kuat, sekuat ketika dipimpin Sultan Nuku, akibatnya VOC kembali menduduki Maluku. Kesewenang-wenangan VOC mulai lagi ditemukan di daerah-daerah di Maluku.
2. Perlawanan Mataram terhadap VOC
· Latar Belakang Di Jawa, keberhasilan VOC menguasai Batavia membuatnya ingin merambah kekuasaannya ke daerah lain. VOC merambahkan pengaruhnya ke kerajaan-kerajaan di Jawa. Salah satu kerajaan yang mendapatkan gempuran pengaruh VOC adalah kerajaan Mataram. Proses Kerajaan Mataram dipimpin oleh Sultan Agung. Pada masa kepemimpinan Sultan Agung, kerajaan Mataram berada pada puncak kejayaannya (tahun 1613-1645). Sultan Aagung memunyai niat untuk mempersatukan kerajaan-kerajaan di Pulau Jawa di bawah kekuasaan Mataram. Namun, kedatangan VOC- lah yang menjadi “tembok” penghambat kerajaan Mataram, yang dipimpin oleh Sultan Agung. Disamping itu, monopoli perdagangan yang dilakukan VOC membuat rakyat menderita. Penerapan monopoli perdagangan oleh VOC, perdagangan Mataram di Malaka terganggu oleh kehadiran Belanda, dan keinginan Mataram mengusir VOC yang menjadi alasan perlawanan Mataram di bawah kepemimpinan Sultan Agung untuk melancarkan serangannya melawan VOC. Ada dua kali penyerangan Mataram terhadap VOC: 1) Pertama, tahun 1628, yang ditandai dengan penyerangan Mataram ke benteng Hollandia. Pada penyerangan pertama ini Tumenggung Baurekso dan putranya gugur dalam pertempuran. Pertempuran ini menggunakan tantik dengan membendung Sungai Ciliwung. Pada penyerangan ini, Sultan Agung beserta pasukan mengalami kegagalan. Kegagalan yang dialami dijadikan semangat untuk membuat penyerangan yang lebih hebat lagi di penyerangan kedua. 2) Kedua, tahun 1629, Mataram melakukan penyerangan ke Batavia dengan persenjataan yang lebih hebat. Di antaranya menggunakan meriam dan senjata api, pasukan berkuda dan beberapa gajah, serta pengadaan makanan dengan membuat lumbung-lumbung padi di Cirebon dan Tegal. Penyerangan kedua berhasil menghancurkan benteng Hllandia dan menewaskan J.P Coen ketika memertahankan benteng Meester Cornellis. Banyak pasukan Mataram dan Belanda yang tewas pada penyerangan kedua ini. Karenanya, daerah yang menjadi pertempuran dinamakan Rawa Bangke. Akhir Perlawanan Keberhasilan Mataram dapat dibalas oleh VOC. VOC mengalahkan Mataram dengan menghancurkan lumbung-lumbung padi di Cirebon dan Tegal dengan cara dibakar. Akibatnya, pasukan Mataram yang menyerang VOC kesulitan pangan. Selain itu jarak antara Yogyakarta dengan Batavia, kalahnya persenjataan, dan penyakit malaria menjadi alasan kekalahan Mataram dalam menghadapi VOC. Kegagalan yang kedua kalinya ini tidak membuat Sultan Agung, malah membuat Sultan Agung memunyai keinginan membuat penyerangan yang ketiga. Namun, hal tersebut tidak terwujud karena tahun 1645 Sultan Agung meninggal dunia.