Judul Kegitan :
Pendugaan Stratifikasi Tropogenic Layer (fotik, afotik, epilimnion,
hypolimnion) dan Carrying Capacity beban pakan dari KJA di
Waduk Kedung Ombo dan Gajah Mungkur, Jawa Tengah. “,
Oleh :
Emmy Dharyati, M.Si, Ir.Agus Djoko Utomo,Msi, Drs. Susilo Adjie, Drs. Asyari
Danu Wijaya, Spi, Gatot Subroto, Busrol, Dwi Ismeywati, S.Si
Elva Dwi Harmilia, S.Si, Dr. Rasyid Ridho, Dr. Dinar Putranto, Dr. Sukimin
Judul Kegitan :
Pendugaan Stratifikasi Tropogenic Layer (fotik, afotik, epilimnion,
hypolimnion) dan Carrying Capacity beban pakan dari KJA di
Waduk Kedung Ombo dan Gajah Mungkur, Jawa Tengah. “,
Oleh :
Emmy Dharyati, M.Si, Ir.Agus Djoko Utomo,M.Si, Drs Susilo Adjie, Drs. Asyari
Danu Wijaya, Spi, Gatot Subroto, Busrol, Dwi Ismeywati, S.Si , Elva Dwi Harmilia,S.Si.
Dr. Rasyid Ridho, Dr. Dinar Putranto, Dr. Sukimin .
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui,
Kepala Balai Riset Perikanan Perairan Umum
ABSTRAK
Waduk merupakan tipe perairan umum yang dibuat untuk keperluan irigasi, PLTA, PAM, Perikanan,
Pariwisata. Dalam masa mendatang perairan waduk akan terus berkembang dengan seiring keperluan
pertanian. Waduk Kedungombo (4.800 ha) dan Gajah Mungkur (8.800 ha) merupakan waduk serbaguna
yang dapat dimanfaatkan sebagai irigasi persawahan, pembangkit tenaga listrik, sumber air minum, pariwisata,
perikanan budidaya dan perikanan tangkap. Walaupun perikanan dapat memberikan nilai tambah di perairan
waduk, namun harus ramah lingkungan. Untuk itu perlu adanya riset tentang lingkungan, potensi dan daya
dukung guna memberikan masukan agar pemanfaatan tersebut tetap tidak mengganggu lingkungan dan
memperhatikan aspek sumberdaya yang berkesinambungan. Tujuan akhir dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis dan mendiskripsikan lingkungan, potensi sumberdaya perikanan dan pemanfaatan perikanan
KJA di waduk Gajah Mungkur serta Waduk Kedung Ombo.
Hasil penelitian dapat menyatakan terdapat 21 jenis ikan di waduk Gajah Mungkur 19 jenis dan di
Waduk Kedung Ombo 15 jenis dan jenis ikan yang ada rata rata termasuk dalam kelompok herbivora,
karnivora dan omnivora. Hasil penelitian menunjukan tingkat kesuburan Waduk Gajah mungkur dan Waduk
Kedung Ombo dengan nilai Index- TRIX = 5,2 pada waduk Gajah Mungkur dan 5,45 untuk waduk Kedung
Omboh, kedua waduk ini termasuk dalam perairan (Eutroph) bearti yang termasuk golongan perairan dengan
tingkat kesuburan tinggi. Pendugaan lapisan Fotik dan Afotik pada stasiun Sendang (Februari) di Waduk
Gajah Mungkur kecerahan dengan alat schi disk mencapai 101 cm dan berdasarkan perhitungan formula
Smith lapisan fotik mencapai 8,67m (terdalam) dengan ciri airnya jernih sehingga banyak terjadi proses
sintesa dan lapisan afotik sedalam 4,73 m. Waduk Kedung Ombo pada stasiun KJA Aquafarm kecerahan 122
cm, lapisan Fotik terdalam 10,47 cm dan afotik 22,45 m, sedangkan kedalaman air 32,92 m. Pada kedua
waduk terdapat afotik dengan nilai 0 hal ini terjadi umumnya pada stasiun yang airnya dangkal.
Daya dukung pada Waduk Gajah mungkur berjumlah 1054 buah KJA dan Waduk Kedung Omboh
berjumlah 1506 buah KJA berarti (Waduk Gajah Mungkur telah mencapai titik Optimum) sedangkan Waduk
kedung Ombo (sudah tingkat lebih optimum dan tidak mungkin ditambah lagi KJA). Beban pakan yang lolos
keperairan di Waduk Gajah Mungkur dari total P (98,25 ton/tahun) dan total N (65,5 ton/tahun) sedangkan
Waduk Kedung Ombo beban pakan yang lolos keperairan mencapai dari total P (33,3 ton/tahun) dan total N
(22,2 ton/tahun).
Kata kunci : Jenis ikan, kesuburan (trophic level), daya dukung waduk dan stratifikasi
tropogenic layer.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, akhirnya kami dapat menyelesaikan dengan baik
Laboran Teknis Penelitian Tahun Anggaran 2009 yang berjudul ”Pendugaan Stratifikasi
Tropogenic Layer (fotik, afotik, epilimnion, hypolimnion) dan Carrying Capacity beban
pakan dari KJA di waduk Kedung Ombo dan Gajah Mungkur, Jawa Tengah.“ Riset tahun
pertama (2009) adalah bagian dari Proposal (KAK) yang berjudul BIO-EKOLOGI DAN
POTENSI SUMBERDAYA PERIKANAN DI WADUK KEDUNG OMBO DAN GAJAH
MUNGKUR DI JAWA TENGAH
Tujuan Penelitian Pendugaan stratifikasi tropogenis layer (fotik, afotik, epilimnion
hypolimnion) dan Carrying Capacity beban pakan dari KJA diwaduk Kedung Ombo dan
Gajah Mungkur Jawa Tengah adalah untuk menganalisis dan mendiskripsikan potensi
sumberdaya perikanan, stratifikasi perairan berdasarkan tropogenic layer, carrying capasity
beban pakan dari KJA dan analisis dampak lingkungan di wilayah waduk. Sasaran pada
penelitian adalah diharapkan dapat mendiskripsi stratifikasi tropogenic layer dan
rasionalisasi perkembangan dari kedua waduk ini untuk masa yang akan datang.
Dengan berakhirnya penelitian tahun anggaran 2009, kami mengucapkan terima
kasih Kepada Bapak Kepala Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan kami menyadari
sepenuhnya bahwa Laporan ini masih banyak kekurangannya, oleh sebab itu masukan dan
saran sangat diperlukan guna penyempurnaan laporan ini.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN i
ABSTRAK ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR GRAFIK v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB I. PENDAHULUAN
1. Latar belakang 1
2. Permasalahan 3
3. Tujuan dan Sasaran 3
4. Manfaat Riset dan Perkiraan Keluaran 3
5. Tinjauan Pustaka 4
DAFTAR PUSTAKA 51
LAMPIRAN 54
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 1 Total Alkalinitas Waduk Gajah Mungkur Wonogiri 18
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Parameter dan metode analisis sampel air 16
22 Hasil panen dan total pakan yang diberikan setiap tahun serta 45
konversi pakan selama pemeliharaan di kedua waduk di Jawa
Tengah.
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Lapisan Perairan Danau/Waduk Berdasarkan Suhu 6
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran : 1 PETA LOKASI PENELITIN WADUK GAJAH MUNGKUR 54
DAN PETA DAS WADUK GAJAH MUNGKUR JAWA
TENGAH DAN PETA DAS WADUK WONOGIRI
8 KUALITAS AIR 61
WADUK GAJAH MUNGKUR BULAN FEBRUARI 2009
(KJA Aquafarm dan Inlet S Wiroko)
9 KUALITAS AIR 62
WADUK GAJAH MUNGKUR BULAN MEI 2009
(Outlet dan Tengah)
10 KUALITAS AIR 63
WADUK GAJAH MUNGKUR BULAN MEI 2009
(KJA Aquafarm dan Outlet)
11 KUALITAS AIR 64
WADUK GAJAH MUNGKUR BULAN MEI 2009
(Tengah dan Outlet S Wiroko)
13 KUALITAS AIR 66
WADUK GAJAH MUNGKUR BULAN JULI/AGUSTUS 2009
(Tengah dan Outlet S Wiroko)
14 KUALITAS AIR 67
WADUK GAJAH MUNGKUR BULAN JULI/AGUSTUS 2009
(Tengah 2 dan Inlet S Keduang)
15 KUALITAS AIR 68
WADUK GAJAH MUNGKUR BULAN NOVEMBER 2009
(KJA Aquafarm dan Outlet)
16 KUALITAS AIR 69
WADUK GAJAH MUNGKUR BULAN NOVEMBER 2009
(Tengah dan Outlet S Wiroko)
17 KUALITAS AIR 70
WADUK GAJAH MUNGKUR BULAN NOVEMBER 2009
(Tengah II)
18 KUALITAS AIR 71
WADUK KEDUNG OMBO BULAN JULI 2009
(Ngasinan dan Tengah)
19 KUALITAS AIR 72
WADUK KEDUNG OMBO BULAN JULI 2009
(Outlet Boyolayar dan Inlet Serang)
20 KUALITAS AIR 73
WADUK KEDUNG OMBO BULAN JULI 2009
(KJA Aquafarm dan Inlet Samudro)
21 KUALITAS AIR 74
WADUK KEDUNG OMBO BULAN NOVEMBAR 2009
(Ngasinan dan Tengah)
22 KUALITAS AIR 75
WADUK KEDUNG OMBO BULAN NOVEMBAR 2009
(Outlet Boyolayer dan KJA Aqua Farm)
BAB 1. PENDAHULUAN
Waduk merupakan tipe perairan umum yang dibuat untuk keperluan irigasi,
PLTA, PAM, Perikanan, Pariwisata. Dalam masa mendatang perairan waduk akan terus
berkembang dengan seiring keperluan pertanian. Waduk Kedungombo (4.800 ha) dan
Gajah Mungkur (8.800 ha) merupakan waduk serbaguna yang dapat dimanfaatkan
sebagai irigasi persawahan, pembangkit tenaga listrik, sumber air minum, pariwisata,
perikanan budidaya dan perikanan tangkap. Waduk Kedung ombo yang berada di Kab.
Grobogan Jawa Tengah secara resmi mulai dioperasikan tahun 1991. Daerah genangan
air menyebar ke tiga wilayah administrasi Kabupaten yaitu Kab. Grobogan, Boyolali
dan Sragen. Waduk Kedung Ombo terletak di pegunungan Kendeng sebelah selatan
Grobogan, daerah huluannya yaitu digunung Merbabu. Sumber mata air yang penting
Waduk Kedung Ombo (WKO) yaitu sungai Jerabung, Tuntang, Serang, Lusi dan Juwana
(JRATUNSELUNA). Setelah Kedung Ombo digenangi air menjadi waduk maka banyak
masyarakat yang perprofesi sebagai nelayan dan petani karamba jaring apung. Seperti di
Dukuh Bulu (Boyo Lali) ada 120 petak KJA dan Dukuh Ngasinan (Sragen) ada 518
petak KJA, pemilik KJA di Sragen adalah masyarakat setempat sedangkan di Boyo Lali
umumnya investor dari luar. Jumlah nelayan di Kab. Boyo Lali ada 664 KK, Sragen ada
860 KK dan Grobogan ada 108 KK ( Dinas Peternakan dan Perikanan Sragen, 2006;
Depertemen Pekerjaan Umum Ditjen Sumberdaya Air, 2006).
Waduk Gajah Mungkur terletak di Kab. Wono Giri Jawa Tengah, berada di Kaki
gunung Seribu. Sumber Mata air yang Penting yaitu Kali Keduang, Bengawan Solo,
Kali Tirtomoyo, Kali Mlati. Pengelolaan usaha perikanan waduk Gajah mungkur telah
terencana dengan baik, pada tahun 1981 hingga 2003 telah dilaksanakan penebaran benih
1.911.000 ekor benih ikan Tawes/ Nila oleh peperintah setempat, juga oleh swadaya
masayarakat sebanyak 593.000 ekor jenia ikan Tawes, Nila dan Jambal sius. Pada tahun
2002 Pusat Riset Perikanan Tangkap telah menebar ikan Patin sebanyak 30.000 ekor
untuk kepentingan penelitian.Berdasarkan penelitian Utomo et al,2005, ikan Jambal sius
(Patin) telah berkembang dan hasil tangkapan menempati urutan pertama. Kelompok
nelayan telah terbentuk dengan baik, ada 18 kelompok nelayan dengan 584 orang
anggota. Kegiatan penangkapan pada umumnya menggunakan Jaring (gill net), pada
tahun 2003 produksi perikanan tangkap mencapai 946,290 ton. Usaha budidaya ikan
dalam karamba jarting apung (KJA) telah berkembang dengan baik. Jenis ikan yang
dipelihara yaitu Nila dan Jambal Sius. Pada tahun 2003 tercatat ada 451 petak KJA
(Dinas Kehewanan dan Perikanan Wono Giri, 2003). Beberapa hasil penelitian telah
banyak meberikan informasi penting antara lain yaitu Purnomo (2000) melaporkan
bahwa di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri terdapat 15 jenis ikan. Selanjutnya pada
tahun 2005 menurut Utomo et al 2005 menyatakan diwaduk wonogiri terdapat 20 jenis
ikan. Jenis ikan introduksi banyak ditemukan di Waduk Gajah Mungkur (Wonogiri)
antara lain Nila (Oreochromis niloticus), Jambal Sius (Pangasius hypophthalmus),
Tawes (Barbodes gonionotus), Ikan Nila dan Tawes dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik di Waduk Gajah Mungkur disebabkan karena ikan tersebut dapat
memanfaatkan relung ekologi banyaknya tumbuhan air (Purnomo 2000). Disisi lain
Jambal Sius dapat tumbuh dan berkembang dengan baik karena di waduk Gajah
Mungkur banyak tersedia pakan alami yang sesuai yaitu plankton dan detritus (Purnomo
et al 2003), ditambahkan pula bahwa menurut Utomo et al 2005, bahwa Jambal Sius
dapat berkembang dengan baik karena Waduk Gajah Mungkur banyak terdapat nursery
ground (daerah pemijahan).
Tahapan pada tahun ini 2009 melaksanakan penelitian pendugaan lapisan fotik,
afotik, epilimnion dan hypolimnion dan pendugaan Carrying Capacity beban pakan ikan
dari KJA yang dapat diterima di waduk.
1.2.Permasalahan
Dampak Kegiatan:
Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai masukan dalam pengelolaan
perikanan tangkap di waduk Kedung Ombo dan Gajah Mungkur, sehingga dapat lestari.
Penelitian” Pendugaan Stratifikasi Tropogenic Layer (fotik, afotik, epilimnion,
hypolimnion) dan Carrying Capacity beban pakan dari KJA diWaduk Kedung Ombo 3
dan Waduk Gajah Mungkur, Jawa Tengah .
LAPTEK T.A. 2009
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Perairan Waduk.
Waduk merupakan badan air yang terbentuk karena pembendungan aliran air
sungai oleh manusia, yang mempunyai karakteristik fisik, kimia dan biologinya berbeda
dengan sungai. Dengan terbentuknya sungai menjadi waduk maka kualitas air waduk
lebih stabil dan produksi perikanannya lebih tinggi (Ilyas et al., 1989). Pembuatan waduk
biasanya digunakan untuk keperluan pembangkit tenaga listrik, irigasi pertanian,
pariwisata dan perikanan (Nurdin, 2003).
Terbentuknya waduk yaitu karena pembedungan sungai, beberapa wilayah akan
ditengelamkan. Sehingga dasar waduk banyak materi materi yang terendam seperti
kebun, rumah, danlain sebgainya. Disamping itu waduk bentuknya tidak beraturan,
banyak teluk, dan lain sebgainya. Waduk merupakan perairan yang relatip tergenang,
aliran air tidak deras, ada daerah inlet (air masuk), ada daerah outlet (air keluar), ada
daerah yang dalam dan ada daerah yang dangkal. Walupun aliran air tidak deras namun
sering terjadi gelombang yang disebabkan oleh angin yang kencang. Pengaturan air
menggunakan puntu air di oulet, bila diperlukan untuk pengairan pertanian maka pintu
air di buka, dan bila untuk menyimpan air maka pintu air ditutup. Sehingga waduk
mempunyai fluktuasi air yang besar, kandungan lumpur biasanya banyak terdapat di
dekat pintu air
Berdasarkan terbentuknya waduk maka waduk ada tiga macam yaitu waduk
Lapangan, waduk irigasi dan waduk serba guna. Waduk lapangan terbentuk karena
pembendungan sungai episodic (berisi air hanya saat hujan), luasan kurang dari 10 ha,
kedalaman maksimal 5 m, masa berisi air krang dari 9 bulan, funsi irigasi lokal. Waduk
irigasi terbentuk karena pembendungan sungai intermiten (berisi air saat musim
penghujan), luasan 10–500 ha, kedalaman maksimal 25 m, masa simpan air 9- 12 bulan,
fungsi irigasi. Waduk serba guna terbentuk karena pembendungan sungai permanen,
luasan lebih besar 500 ha, kedalam maksimal 100 m, masa berisi air 12 bulan;
mempunyai funsgi sebagai irigasi, pembangkit tenaga listrik, sumber air minum,
pengendali banjir (Departemen Pekerjaan Umum Dirjen Sumberdaya air, 2006).
Waduk mempunyai ciri fisik sebagai berikut; banyak teluk, daerah tangkap hujan luas,
garis pantai panjang, pengeluaran air dari bawah, fluktuasi air besar (5-25 m), masa
simpan air sebentar karena sering diperlukan untuk irigasi, daerah litoral luas, tidak terjal
seperti danau (Departemen Pekerjaan Umum Dirjen Sumberdaya air, 2006.).
Bendungan waduk Kedung Ombo terletak di Sungai Serang Kabupaten
Grobokan Jawa Tengah. Bendungan ini merupakan bagian dari sub system
pengembangan wilayah sungai Serang-Lusi-Juana dalam proyek pengermbangan
wilayah sungai Jratun-Seluna. DAS Seluna di hulu bendungan Kedung Ombo mencakup
daerah seluas 614 Km2, yang merupakan daerah perbukitan. Sungai Serang berawal dari
lereng Gunung Merbabu yang mengalir kea rah timur laut (Anonimous, 1989).
Waduk Serbaguna gajah Mungkur Wonogiri terletak dibagian hulu sungai Bengawan
Solo atau sekitar 2 km sebelah selatan kota Wonogiri Kabupaten Wonogiri Propinsi
Jawa Tengah. Pelaksanaan konstruksinya selesai pada tahun 1980 dan mulai digenangi
air pada awal tahun 1981 serta dilanjuti dengan tahap operasional (difungsikan) pada
tahun 1982, (Anonimus, 1990).
penurunan suhu yang tajam. Lapisan hypolimnion yaitu lapsan dibawah termoklin yang
suhunya lebih dingin (Mitsch and Jorgensen 2004).
Perairan waduk yang dalam berdasarkan cahaya matahari yang masuk maka
lapisan Fotik dan Afotik (lihat Gambar 2). Lapisan fotik berada di permukaan, banyak
cahaya matahari yang masuk, tumbuhan maupun phyto-plankton dapat melakukan proses
fotosintesa, kondungan oksigen relatip tinggi. Sedangkan lapisan afotik merupakan
lapisan yang berdada di dasar perairan, tidak ada sinar matahari yang masuk, tidak ada
aktivitas fotosintesa. Lapisan afotik banyak terdapat gas CO2, H2S, NH3, NH4 sebagai
hasil proses dekomposisi bahan organik yang mengendap di dasar perairan. Batas
diantara lapisan fotik dan afotik disebut titik kompensasi, yaitu oksigen hasil fotosintesa
impas untuk kebutuhan respirasi organisme yang ada di lapisan tersebut.
Pada saat musim penghujan apabila beberapa hari terjadi hujan terus menerus
maka suhu permukaan menjadi dingin, berat jenis air menjadi besar, maka akan terjadi
perputaran air secara vertikal, lapisan atas turun ke bawah dan lapisan bawah naik ke
atas. Peristiwa ini disebut ”UP-WELLING” (Odum, 1996). Teraduknya air
menyebabkan nutrient bisa merata, sehingga perairan menjadi subur. Namun sering juga
terjadi gas beracun sperti CO2, NH3, NH4, H2S di dasar perairan juga ikut teraduk ke atas
sehingga akan menyebabkan kematian ikan, terutama ikan yang dipelihara di Keramba
Jaring Apung. Kejadian ini telah menimpa beberapa kali di Waduk Jatiluhur dan Cirata,
peristiwa tersebut oleh masyarakat setempat dinamakan ”UMBALAN”.
Selanjutnya dikatakan oleh Krismono, 2003 bahwa terjadinya Upwelling di
waduk mempunyai indikasi sebagai berikut transpiransi air mengecil, kelimpahan
Microcytis sp, menurunnya kadar oksigen, menurunnya kedalaman air di inlet.
Penurunan kadar oksigen dan teraduknya gas beracun dari dasar perairan akan
menyebabkan kematian masal bagi ikan.
Menurut Effendi, 2000, menyatakan bahwa perairan oligotrophic mempunyai
kadar Fospor total kurang dari 10 (µg/ l), Nitrogen total kurang dari 200 (µg/
l),Klorofil-a kurang dari 4 (µg/ l). Perairan Mesotrophic mempunyai kadar Fospor total
10-20 (µg/l), Nitrogen total 200-500 (µg/ l ), Klorofil a 4-10 (µg/l ). Sedangkan perairan
eutrophic mempunyai kadar Fospor total lebih besar 20 ( µg/ l ), Nitrogen total lebih
besar 500 ( µg/ l ), Klorofil-a lebih besar 10 ( µg/ l ).
Perairan Danau yang dalam biasanya Oligotrophic (miskin unsur hara),
sedangkan Waduk pada umumnya mesotrophic (unsur hara sedang) (Odum 1996;
Mitsch and Jorgensen 1934). Perairan Oligotrophic mempunyai lapisan hypholimnion
yang besar dibanding epilimnion, densitas plankton kecil, perairan jernih, tumbuhan
litoral kurang. Sedangkan perairan Eutrophic sperti rawa kaya nutrien, densitas
plankton tinggi, kecerahan kurang, banyak tumbuhan litoral. Kandungan nutrien di
waduk tinggi disebabkan karena sungai dan anak sungai yang masuk ke waduk banyak,
daerah tangkap hujan luas, sering mendapatkan masukan nutrient dari pemelihara ikan di
Waduk. Perairan waduk dapat mengalami eutrofikasi (pengayaan unsur hara) bila ada
masukan kadar fosfor dan nitrogen. Eutrofikasi dapat menyebabkan blooming algae,
tumbuhan air berkembang pesat. Keadaan tersebut akan mengganggu fungsi waduk
sebagai sumber air minum dan wisata.
Pencemaran di Waduk
Menurut Ekho dalam Febrian et al 2004: tingkat pencemaran air waduk cirata
sudah berada atas tingkat baku mutu air. Dari hasil kajian, ternyata penyebabnya selain
polutan yang dibawa dari Sungai Citarum juga berasal dari pakan ikan yang mengandung
zat kimia yang mengendap di dasar waduk menyebabkan peralatan waduk mengalami
korosi. Di Waduk Cirata, menurut Eman, saat ini ada sekitar 39.000 petak jaring apung.
Padahal, berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 41 Tahun 2002 jumlah
jaring apung dibatasi hanya 12.000 petak saja dan harus seizin instansi terkait. Bahkan di
Waduk Saguling jaring apung penduduk, jumlahnya tidak banyak karena mutu air
Saguling sudah tidak memungkinkan ikan jenis tertentu, kandungan belerang yang
berasal dari aktivitas Gunung Patuha dan Tangkuban Perahu yang dialirkan oleh Sungai
Citarum, mengendap di dasar waduk, bahkan ketika memasuki areal Saguling bau
belerang sangat kuat tercium.
Selanjutnya Surachman dalam Febrian et al 2004 menyatakan bahwa kematian
sekitar 300 ton ikan mas di Waduk Cirata pada pertengahan bulan Juli 2004 bukan
Penelitian” Pendugaan Stratifikasi Tropogenic Layer (fotik, afotik, epilimnion,
hypolimnion) dan Carrying Capacity beban pakan dari KJA diWaduk Kedung Ombo 8
dan Waduk Gajah Mungkur, Jawa Tengah .
LAPTEK T.A. 2009
hanya disebabkan oleh koi herpes virus saja. Namun akibat dari naiknya limbah yang
mengendap di dasar Waduk waktu hujan pertama yang deras turun setelah kemarau yang
panjang. Nelayan jaring apung Waduk Cirata di Desa Margalaksana mengakui tingkat
pencemaran air di waduk menyebabkan ikan mati, pakan ikan yang biasa ia berikan
merupakan penyebab polusi. Pakan ikan per harinya sebanyak 2 kuintal untuk empat
petak jaring apung.
Menurut Febrian, et al 2004 menyatakan bahwa sepuluh tahun lalu air di waduk
Jati Luhur masih berwarna biru bening. Sekarang, yang ada adalah warna kuning keruh.
Keruhnya waduk terjadi sejak bermunculannya keramba jaring-jaring terapung milik
para petambak. Saat ini di waduk seluas 83 kilometer persegi itu tersebar 3.083 unit
keramba milik 209 petambak. Dari ribuan keramba itu setiap tahun dikeruk 16.869 ton
ikan. Dan setiap hari, pemilik tambak menebar sekitar 10 ton pakan ikan. Dengan
tebaran sebanyak itu, bagaimana mungkin air waduk bisa bening? Tak hanya membuat
air jadi keruh, berton-ton pakan ikan juga menyebabkan air waduk berbau amis. Padahal,
danau buatan ini adalah sumber pengairan bagi sekitar 240 ribu hektare areal persawahan
di wilayah Jakarta, Kabupaten/Kota Bekasi, Karawang, Subang, dan sebagian
Indramayu. "Sebelum ada keramba, air waduk tak seperti sekarang ini.
Menurut Tahlan (Corporate Secretary PT Indonesia Power) 2004 yang
menangani Waduk Saguling dalam Febrian et al 2004 mengatakan timbunan limbah
pakan ikan itu hanyalah bagian kecil dari penyebab tercemarnya air waduk.,yang paling
parah adalah limbah buangan rumah tangga dan industri yang mengotori daerah aliran
Sungai Citarum. Sungai ini sekaligus pula menjadi tempat pembuangan limbah dari
sekitar 1.500 industri di Cekungan Bandung, seperti Majalaya, Banjaran, Rancaekek,
Dayeuhkolot, Ujung Berung, Cimahi, dan Padalarang. Sungai Citarum harus
menampung 280 ton limbah kimia anorganik setiap hari.
Menurut Lilik dalam Febrian et al 2004 menyatakan hasil penelitian yang
dilakukan PT Indonesia Power bersama Pusat Penelitian Sumber Daya Alam dan
Lingkungan (PPSDAL) Universitas Padjadjaran, Bandung, pada tahun 2004 kualitas air
Waduk Saguling sudah di atas ambang batas normal. Kandungan merkuri (Hg),
misalnya, meroket hingga menembus angka 0,236. Padahal,menurut standar baku mutu
Penelitian” Pendugaan Stratifikasi Tropogenic Layer (fotik, afotik, epilimnion,
hypolimnion) dan Carrying Capacity beban pakan dari KJA diWaduk Kedung Ombo 9
dan Waduk Gajah Mungkur, Jawa Tengah .
LAPTEK T.A. 2009
angka aman adalah 0,002. Logam merkuri itu, berasal dari pakan ikan dan industri
plastik. Sedangkan logam berat lainnya berasal dari pabrik tekstil untuk proses
pewarnaan kain Sekarang air Waduk Saguling tidak layak lagi dimanfaatkan untuk
konsumsi, pertanian dan perikanan.
Kepala Badan Pengelola Waduk Cirata, Surachman dalam Febrian et al 2004
menyatakan sampel ikan mas dan nila yang diambil dari jaring apung petambak di
waduk seluas 6.200 hektare itu, ditemukan empat kandungan logam berat. "Keempatnya
adalah timbel (Pb) 0,6 part per million (ppm), zinc/seng (Zn) 22,45 ppm, krom (Cr) 0,1
ppm, dan air raksa atau merkuri (Hg) 179,13 partikel per berat badan (ppb), pada
pertengahan Juli 2004 kematian ikan di Waduk Cirata, yang mencapai 300 ton, adalah
akibat koi herpes virus dan pekatnya limbah. Air Waduk Saguling dan Cirata kini tak
lagi layak konsumsi karena baku mutu air normal untuk minum sudah terlewati.
Menurut Kartamihardja 1997 menyatakan bahwa Waduk Saguling, Cirata, dan
Jatiluhur terdapat ribuan unit jaring terapung yang membudidayakan ikan air tawar
seperti ikan mas dan ikan nila. Jaring terapung di Waduk Cirata dinilai sudah melampaui
kapasitas tampung waduk. Dewasa ini, jumlah jaring terapung di perairan itu sekitar
30.000 unit padahal daya dukungnya hanya untuk 3.000 unit. Kandungan H2S (asam
sulfida) air buangan Waduk Jatiluhur cukup tinggi. Asam sulfida merupakan uraian sisa
protein, sisa pakan yang tidak termakan dan terbuang. Pengaruh lainnya bisa dilihat dari
beberapa jenis ikan lokal, sekarang jenis-jenis ikan seperti jambal, beliga, baung, dan
sebagainya.
Surachman 2002 dalam Febrian et al 2004 menyatakan bahwa keberadaan
Waduk Cirata sebagai sumber listrik tenaga air berkekuatan 1.000 megawatt (MW) kini
dalam kondisi yang memprihatinkan karena sedikitnya 30.000 petak jaring apung milik
masyarakat membentang di waduk ini yang berakibat pengendapan limbah secara luar
biasa, pengendapan limbah pakan ikan telah cukup mengganggu turbin pembangkit
listrik di waduk itu, beberapa jenis pakan ikan dari senyawa kimia telah memberi
kontribusi terjadinya korosi pada peralatan turbin, sedangkan kerusakan lainnya
disebabkan oleh endapan sisa pakan yang mencapai ribuan ton di dasar waduk. Kotoran
sisa pakan ikan akan mengapung menuju turbin apabila terjadi arus balik di sekitar
Penelitian” Pendugaan Stratifikasi Tropogenic Layer (fotik, afotik, epilimnion,
hypolimnion) dan Carrying Capacity beban pakan dari KJA diWaduk Kedung Ombo 10
dan Waduk Gajah Mungkur, Jawa Tengah .
LAPTEK T.A. 2009
waduk. Arus balik itu terjadi apabila terjadi hujan. Selain pakan ikan, limbah yang
masuk ke Waduk Cirata melalui aliran Sungai Citarum cukup banyak, terutama dari
buangan industri tekstil di sekitar Kabupaten Bandung. Limbah pakan dan tekstil itu
telah menurunkan kualitas air waduk.
Krismono, 1992 menyatakan bahwa keramba jaring apung dengan ukuran 7 x7
x3 m3 pakan yang keluar ke perairan 20 – 30 %, sedangkan ukuran 1 x1 x 1 m3 pakan
yang keluar 30–5- %. Waduk Jatiluhur, Saguling, Cirata masing masing mengeluarkan
pakan yang lepas ke perairan 5,9 ton/tahun, 8,7 ton/tahun, 4,7 ton /tahun, dalam pakan
tersebut mengandung 4,86 % N dan 0,26 P. Selanjutnya dikatakan oleh Ryding and
Rast 1989 dalam Krismoni et al 2008 bahwa tiap satu ton ikan akan melepaskan
nutrient ke perairan 85 – 90 kg P dan 12- 13 kg N. Sehingga waduk Saguling, Cirata dan
Jatiluhur disamping mendapatkan beban dari pakan yang lolos dari sangkar juga beban
nutrien yang dikeluarkan oleh ikan. Beban nutrien dari ikan dalam sangkar pada masing
masing Waduk Cirata, Saguling dan Jati Luhur yaitu N= 1428,8 ton/tahun dan P =
10120,95 ton/tahun, N = 261,8 ton/tahun dan P= 1854,36 ton/tahun; N = 1268,8
ton/tahun dan P = 179,13 ton/tahun.
Waduk Serbaguna Gajah Mungkur Wonogiri adalah bagian areal usaha
perikanan masyarakat dan dalam pengawasan Dinas Kehewanan, Perikanan dan
Kelautan Kabupaten Wonogiri. Dalam bidang Pengelolaan Kelestarian Sumberdaya
Hayati, Dinas Perikanan telah menebar benih ikan di waduk Gajah Mungkur sejumlah
3.272.000 ekor benih ikan Tawes, Nila, Karper melalui APBD Kabupaten maupun
APBD Propinsi Jawa Tengah, (Pemda Wonogiri, 2006). Bidang Penangkapan Dinas
Perikanan Kabupaten Wonogiri telah membentuk 28 kelompok nelayan penangkap
ikan dengan jumlah 825 orang di waduk Gajah Mungkur Wonogiri dengan Produksi
ikan hasil tangkapan tahun 2006 sebesar 826,699 ton, (Pemda Wonogiri, 2006). Pada
tahun 2007 hasil tangkapan ikan di perairan Waduk Gajah Mungkur Wonogiri mencapai
837,434 ton ikan, (Pemda Wonogiri, 2007). Pada tahun 2008 hasil tangkapan ikan di
perairan Waduk Gajah Mungkur Wonogiri mencapai 916,030 ton ikan, (Pemda
Wonogiri, 2008).
melakukan observasi pada daerah penangkapan dan sentra pendaratan ikan di Sendang
dan Wuryantoro (Waduk Gajah Mungkur) dan pendaratan ikan Ngasinan dan Jurang
Gandul (Waduk Kedung Ombo), selain itu perlu mengetahui jenis plankton, benthos
dan habitat untuk kesuburan perairan, (Tabel 2).
Pengumpulan Data
Pengambilan sampel air dengan alat (water sampler) dengan kedalaman 1m,
3m, 5 m dan dasar yang langsung dikerjakan ditempat seperti suhu dengan menggunakan
Thermometer, Kecerahan menggunakan (piring schidis), DHL (SCT meter), pH
(universal indicator), Karbondioksida (metode Winkler, titrimetri dengan NaOH sebagai
titrant), Oksigen terlarut (O2) dengan (metode Winkler, titrimetri dengan larutan
thiosulfat sebagai titrant), alkalinitas (metode Winkler, titrimetri dengan larutam H 2SO4
sebagai titrant) dan BOD dengan (metode Winklerdengan larutan thiosulfat sebagai
titrant). Hasil pemeriksaan sampel air dan analisa langsung dilokasi penelitian dapat
dikumpulkan dan dicatat tempat dan tanggal. Pengambilan sampel ikan untuk
mengetahui jenis ikan dengan mengukur panjang dan berat ikan secara insitu dari hasil
tangkapan sendiri dan nelayan.
Pengambilan sampel air dengan alat water sampler dengan kedalaman 1m, 3m,
5 m dan dasar untuk diperikasa dan dianalisa dilaboratorium Balai Riset Perikanan
Perairan Umum serta laboratorium lainnya, terlebih dulu sampel dimasukan dalam
botol sampel dan dilabel berdasarkan lokasi pengambilan. Sampel air tersebut digunakan
untuk mendapatkan data PO4, PO4, TSS, TDS dan Chlorophyle-a. Pengambilan plankton
dengan alat yang sama diatas untuk mengetahui jenis plankton dan zooplankton
diawetkan dengan lugol dimasukan dalam botol sample pankton dan diberi label dicatat
tempat pengambilannya kemudian disimpan cool box untuk diidentifikasi di
laboratorium. Ikan yang belum diketahui jenisnya diawetkan dengan formalin yang
dicairkan 5-10% dimasukan dalam kantong plastic dan diberi label dicatat tempat
Penelitian” Pendugaan Stratifikasi Tropogenic Layer (fotik, afotik, epilimnion,
hypolimnion) dan Carrying Capacity beban pakan dari KJA diWaduk Kedung Ombo 13
dan Waduk Gajah Mungkur, Jawa Tengah .
LAPTEK T.A. 2009
penangkapannya dan tanggal kemudian disimpan cool box untuk diidentifikasi di labor
dengan panduan buku Kottelat, at all, 1993 dan Weber and De Beaufort, 1916.
Pengambilan bentos dengan alat eksmandrage kemudian disaring dengan ayakan dan
diawetkan dengan formalin yang telah dicairkan 5-10% dimasukan dalam botol sample
benthos diberi label dicatat tempat pengambilan tanggal kemudian disimpan dalam cool
box dan didentifikasi dilaboratorium.
Analisis Data
k i n ( LogM LogL)
TRIX
n ( LogU LogL )
Keterangan:
n = Jumlah variabel.
M = Angka variabel
U = Batas atas
L = Batas bawah
Rfish x1xR
Dimana: 1
R
1 0 . 747 0 . 507
X = konstante (0,5)
P* Z *
Lfish
(1 Rfish)
4. TAL (Total Acceptable Loading )= L fish x A.
P s 0 , 495
Sn
0 ,117
Keterangan:
Sn = Kedalaman lapisan fotik (cm)
Ps = Kedalaman pembacaan Schi Disk (cm).
12. Chlorophyle-a
Kualitas air.
Berdasarkan pemeriksaan fisika kimia perairan di waduk Gajah Mungkur dan
Kedung Ombo didapatkan bahwa kandungan total alkalinitasnya tergolong tinggi
(Grafik 1). Hal ini disebabkan karena kedua waduk ini dikelilingi oleh daerah perbukitan
kapur sehingga menyebabkan nilai pH juga tinggi.
Kedalaman: -Permukaan
-1 meter
- 3 meter
- Dasar
Grafik 1. Total Alkalinitas Waduk Wonogiri 2009
SUHU (oC)
28 29 30 31 32
KJA AQUAFARM
INLET S.SERANG
1
KEDALAMAN (m)
2
INLET SAMUDRO
TENGAH
Kedalaman:
-Permukaan 4
- 1 meter
KJA NGASINAN
OUTLET BOYOLAYAR
- 3 meter 5
- Dasar
6
Pada Grafik 3, terlihat pada stasiun Inlet Samudro bulan Februari konsentrasi
total nitrogen cenderung meningkat, berbeda di stasiun lain dimana konsentrasi
nitrogennya semakin menurun dengan bertambahnya kedalaman. Sedangkan pada bulan
Mei konsentrasi total nitrogen tertinggi yaitu di stasiun KJA Aquafarm pada kedalaman
tiga meter. Tingginya kandungan total nitrogen di stasiun KJA Aquafarm ini disebabkan
karen a adanya pakan ikan yang lolos di perairan sebagai sumber N, selain karena masih
adanya cahaya matahari yng memungkinkan terjadinya proses fotosintesis yang
menghasilkan oksigen. Oksigen terlarut di perairan dapat meningkatkan kadar nitrogen
melalui reaksi kimia yang menyertainya.
Kedalaman:
-Permukaan
- 1 meter
- 3 meter
- Dasar
Pada Grafik 4, Total Phospor tertinggi di waduk Kedung Ombo yaitu di stasiun
Inlet Samudro. Hal ini disebabkan karena stasiun ini merupakan daerah pertanian dan
perkebunan. Selain itu sumber phospor juga berasal daerah sekitar bukit berkapur yang
Kedalaman:
-Permukaan
- 1 meter
- 3 meter
- Dasar
Pada Grafik 5, terlihat grafik pada bulan Februari dan Mei pada lengkungan
KJA Aquafarm terlihat sangat tinggi clorophilnya sebaliknya pada KJA masyarakat/
petani ikan terlihat lengkungannya grafik berbalik dengan KJA Aquafarm. Hal ini dapat
terjadi karena banyak lolosnya unsur hara dari pakan ikan sehingga tumbuh clorofil
lebih tinggi pada karamba milik PT Aquafarm dibanding dengan karamba yang
diusahakan oleh nelayan atau masyarakat sendiri, yang memberi pakan ikan terbatas
sesuai ukurannya yang dikehendaki. Jumlah pakan selama tahun 2009 selama
pemeliharaan ikan di Waduk Gajah Mungkur pada KJA Aquafarm 7.392 ton/tahun
Kedalaman:
-Permukaan
- 1 meter
- 3 meter
- Dasar
Kedalaman:
-Permukaan
- 1 meter
- 3 meter
- Dasar
Grafik 6. Suhu Air di Waduk Kedung Ombo Bulan Februari dan Mei 2009
0 1 2 3 4 5 6
Kedalam an (m )
Pada gambar Grafik 6 dan 7, suhu air pada bulan Mei 2009 di stasiun Ngasinan
terjadi pada permukaan suhu air 29,2 0 C, pada kedalaman 3 meter suhu berkisar 30 0 C
0
dan pada kedalaman 5 meter suhu juga mencapai 30 C (Grafik 7). Data ini diambil
setelah terjadi hujan dilokasi penelitian sehari sebelumnya dimana banyak ikan yang
mati. Saat terjadi hujan bisa terjadi berat jenis air hujan lebih berat dari air waduk
sehingga dapat masuk kedasar waduk, sebaliknya endapan penumpukan bahan organic
bercampur kotoran yang terdapat didasar waduk naik keatas yang dikenal dengan up-
welling yang biasa mematikan ikan. Suhu air permukaan lebih rendah (dingin)
dibandingkan dengan suhu air didasar perairan waduk, kondisi ini biasa terjadi pada
perairan waduk yang dalam dan terjadi di waduk Kedung Ombo setiap dua kali dalam
satu tahun.
Tabel 3. Kedalaman Fotik dan A Fotik di Waduk Gajah Mungkur dan Kedung Ombo
1. Kedalaman Fotik dan A Fotik di Waduk Gajah Mungkur
Stasiun Kecerahan Kedalaman Fotik A Fotik
(Schi disk) Air Waduk (m) (m)
(cm) (m)
Sendang KJA 101 13,4 8,67 4,73
Aquafarm
Inlet Wiroko 87 7,3 7,48 0
Outlet (PLTA) 82 8 7,05 1
Tengah 53 13,6 4,57 9,03
2. Kedalaman Fotik dan A Fotik di Waduk Kedung Ombo
Kecerahan Kedalaman Fotik A Fotik
Stasiun (Schi disk) Air Waduk (m) (m)
(cm) (m)
Inlet Serang 75 5,8 6,45 0
FAUNA IKAN
Selama pengamatan di lapangan diperoleh 22 jenis ikan yang terdiri dari 20 jenis
ikan di waduk Gajah Mungkur dan 15 jenis ikan di waduk Kedung Ombo (Tabel.4).
Menurut Purnomo (2000) bahwa di waduk Gajah Mungkur Wonogiri terdapat 15 jenis
ikan. Utomo et al, 2006 melaporkan bahwa jenis ikan asli yang masih sering ditemukan
di waduk Gajah Mungkur yaitu sogo (Mystus nemurus), lukas (Dangila cuvieri), nilem
(Osteochilus hasselti) dan beberapa jenis ikan asli yang kadang-kadang masih
didapatkan yaitu betutu (Oxyeleotris marmorata), gabus (Channa striata), karper lumut
(Osteochilus schlegeli), keprek merah (Barbodes sp). Jumlah jenis ikan yang
tertangkap di waduk Kedung Ombo sebanyak 9 jenis yaitu nila, tawes, mujair, mas,
gabus, lalawak, genggehek, wader dan lele (Anonim, 1992).
Tabel 4. Jenis-jenis Ikan yang Tertangkap Di Waduk Gajah Mungkur dan Waduk
Kedung Ombo Jawa Tengah.
Lokasi
No Nama lokal Nama ilmiah Familia Gajah Kedung
Mungkur Ombo
1 Bader Barbodes gonionatus Cyprinidae * *
2 Betutu Oxyeleotris Eleotrididae ** -
marmorata
3 Jambal siam Pangasius Pangasiidae * -
hypophthalmus
4 Karper lumut Osteochilus schlegeli Cyprinidae * *
5 Keprek abang Barbodes balleroides Cyprinidae * *
6 Kutuk Channa striata Channidae * *
7 Lukas Labiobarbus Cyprinidae * *
leptocheilus
8 Nila Oreochromis nilotica Cichlidae ** *
9 Nilem Osteochilus hasselti Cyprinidae * -
10 Palung Hampala Cyprinidae * -
macrolepidota
Pola kebiasaan makan ikan bisa dilihat pada Tabel 5. Beberapa jenis ikan yang
termasuk kelompok herbivora yaitu pemakan mikro organisme, detritus, mikro alga,
lumut dan potongan tumbuhan antara lain ikan bader, ikan karper lumut, ikan keprek
abang, lukas, nila, nilem, tawes. Usus ikan yang termasuk kelompok herbivora panjang
ususnya jauh lebih panjang dari pada ukuran tubuhnya. Menurut Kottelat et al, 1993
bahwa cara menentukan jenis makanan yang dimakan oleh ikan selain dari kebiasaan
makannya dapat juga diketahui dengan melakukan pengamatan panjang usus dan
hubungannya dengan panjang tubuh ikan. Beberapa jenis ikan antara lain ikan betutu,
kutuk, palung, sogo, sili, red devil dan golsom yang termasuk kelompok karnivora yaitu
pakan alaminya berupa potongan ikan, potongan udang dan serangga air. Sedangkan ikan
jambal siam, wader termasuk kelompok omnivora dengan pakan alaminya mikro algae,
detritus, potongan ikan. Pakan ikan di beberapa waduk di Indonesia pada umumnya tidak
jauh berbeda (Tjahjo, 1991).
Tabel 5. Pola Kebiasaan Makan Beberapa Jenis Ikan di waduk Gajah Mungkur dan
Kedung Ombo
No Jenis ikan Jenis makanan
1 Bader (Barbodes gonionotus) Detritus, mikro alga, potongan tumbuhan
2 Betutu (Oxyeleotris marmorata) Ikan, udang, serangga air, detritus
3 Jambal siam (Pangasius hypophthalmus) Ikan, serasah, detritus
4 Karper lumut(Osteochilus schlegeli) Mikro alga, potongan tumbuhan, mikro
organisme
5 Keprek abang (Mystacoleucus marginatus) Plankton, perifiton, detritus
6 Kutuk (Channa striata) Potongan ikan
7 Lukas (Labiobarbus leptocheilus) Plankton, perifiton
8 Nila (Oreochromis nilotica) Tumbuhan air, mikro alga, plankton
9 Nilem (Osteochilus hasselti) Mikro alga, mikro organisme, serangga
air
10 Palung (Hampala macrolepidota) Ikan, udang, insekta air, larva insekta
11 Sogo (Mystus nemurus) Ikan, udang, larva insekta
12 Tawes (Barbodes gonionotus) Detritus, mikro alga, lumut, plankton
13 Wader (Rasbora argirotaenia) Mikro alga, lumut, detritus
14 Wader (Rasbora lateristriata) Detritus, mikro alga
15 Sili (Macrognatus aculeatus) Ikan, detritus
16 Red devil (Amphilopus sp) Ikan, udang
17 Golsom (Aequidens sp) Ikan
18 Gurameh (Osphronemus goramy)
19 Lele (Clarias batrachus)
20 Mujair (Oreochromis mo sambicus)
21 Sepat siam (Trichogaster pectoralis)
Berdasarkan macam makanan yang dimakan oleh ikan maka dapat dibedakan
adanya ikan-ikan herbivora, karnivora, ikan pemakan segala (omnivora) (Tabel. 6).
Pengetahuan tentang makanan suatu jenis ikan sangat berguna untuk pengembangan
jenis ikan terutama ikan-ikan ekonomis penting agar dapat diambil langkah-langkah
selanjutnya untuk mendukung pembudidayaannya.
Penelitian” Pendugaan Stratifikasi Tropogenic Layer (fotik, afotik, epilimnion,
hypolimnion) dan Carrying Capacity beban pakan dari KJA diWaduk Kedung Ombo 28
dan Waduk Gajah Mungkur, Jawa Tengah .
LAPTEK T.A. 2009
Tabel 6. Pola Kebiasaan Makan Ikan di Waduk Gajah Mungkur dan Waduk Kedung
Ombo
Lokasi
No Nama lokal Nama ilmiah Gajah Kedung
Mungkur Ombo
1 Bader Barbodes gonionatus Herbivora Herbivora
2 Betutu Oxyeleotris marmorata Karnivora Karnivora
3 Jambal siam Pangasius Omnivora Omnivora
hypophthalmus
4 Karper lumut Osteochilus schlegeli Herbivora Herbivora
5 Keprek abang Barbodes balleroides Herbivora Herbivora
6 Kutuk Channa striata Karnivora Karnivora
7 Lukas Labiobarbus leptocheilus Herbivora Herbivora
8 Nila Oreochromis nilotica Herbivora Herbivora
9 Nilem Osteochilus hasselti Herbivora Herbivora
10 Palung Hampala macrolepidota Karnivora Karnivora
11 Sogo Mystus nemurus Karnivora Karnivora
12 Tawes Barbodes gonionotus Herbivora Herbivora
13 Wader Rasbora argyrotaenia Omnivora Omnivora
14 Wader Rasbora lateristriata Omnivora Omnivora
15 Wader bang Puntius strigatus Karnivora Karnivora
16 Sili/cucut Macrognatus aculeatus - Karnivora
17 Red devil Amphilopus sp - Karnivora
18 Golsom Aequidens sp Herbivora -
19 Gurameh Osphronemus goramy Karnivora -
20 Mujair Oreochromis Omnivora Omnivora
mosambicus
21 Sepat siam Trichogasterpectoralis Herbivora Herbivora
Tingkat Kematangan Gonad ikan diperoleh dari ikan jambal siam (Pangasius
hypophthalmus) di waduk Gajah Mungkur yaitu berkisar antara tingkat II-III, sedangkan
di waduk Kedung Ombo belum didapat ikan yang ada TKG .(Tabel 7).
Tabel 7. Tingkat Kematangan Gonad Ikan di Waduk Gajah Mungkur dan Waduk
Kedung Ombo
No Jenis Panjang Berat (gram) TKG Keterangan
(cm)
1 Jambal siam 58 1800 II Betina
2 Jambal siam 50 1500 II Betina
3 Jambal siam 51 1550 - Jantan
4 Jambal siam 57 1650 - Jantan
5 Jambal siam 53 1600 - Jantan
6 Jambal siam 56 1700 - Jantan
7 Jambal siam 45 1200 II Betina
8 Jambal siam 40,8 1100 - Jantan
9 Jambal siam 62,1 3450 II / III Betina
10 Jambal siam 52,4 2655 - Jantan
11 Jambal siam 58,2 3150 II Betina
Plankton
Cara kerja
KR = Kelimpahan relatif
Ni = jumlah individu dari jenis ke-i
N = jumlah individu total
H’ = Indeks keanekaragaman
S = jumlah makrozoobentos
ni
pi =
N
ni = jumlah individu dari jenis ke-i
N = jumlah total individu
Makrozoobentos
Makrozoobentos diambil dengan menggunakan Ekman grab pada tiap stasiun.
Sampel kemudian diawetkan dengan menggunakan formalin. Sampel yang telah
diawetkan selanjutnya akan dibawa ke laboratorium untuk disortir dari sedimen dan
serasah dan selanjutnya di identifikasi.
Hasil Penelitian
Plankton
Waduk Gajahmungkur
Tabel 8. Kelimpahan Individu Plankton Waduk Gajah Mungkur berdasarkan per kedalaman
Kelimpahan Individu (ind/L)
Stasiun
Jenis Inlet Tengah KJA Aquafarm Outlet
No
3
1m 3m 1m 3m 1m 3m 1m
m
FITOPLANKTON
1 Amphora sp - - - - 42 - - -
2 Anabaena sp - - 42 - 125 114 - -
3 Ankistrodesmus sp - - 42 - - - - -
4 Chroococcus sp 1.083 8.523 3.417 6 958 5.682 625 -
5 Closterium sp - 227 42 - 167 - 167 -
6 Coconeis sp - - - - 42 - - -
7 Cosmarium sp 125 - 125 - - 568 - -
8 Cyclops sp - 455 - - - - - -
9 Cymbella sp - 114 - - - - - -
10 Merismopedia sp - 455 1.625 16 1.167 2.159 333 -
11 Microcystis sp 1.000 2.386 - 84 750 227 125 -
12 Mougeotia sp 42 - - - 167 - - -
13 Navicula sp 250 455 958 3 125 1.136 - -
14 Nitzschia sp 250 - - - 833 125 -
15 Pediastrum sp 208 1.932 42 72 167 568 292 -
16 Peridinium sp - - 256 - - - -
17 Phacus sp - 341 - - - - - -
18 Pinularia sp - - - - 114 - -
19 Staurastrum sp 500 3.523 917 178 1.333 2.727 833 -
20 Synedra sp 66.458 50.909 43.958 1.641 85.208 72.727 26.250 -
21 Trachelomonas sp - 227 - - - - - -
22 Ulotrix sp - 1.023 - 3 - 227 42 -
ZOOPLANKTON
1 Ceratium sp - - - 6 - - - -
2 Cyclops sp - - - 44 - 144 42 -
3 Difflugia sp 83 - - -
4 Keratella sp - 114 - - - - - -
5 Phacus sp - - - - 375 - - -
6 Trachelomonas sp 42 - - 6 125 114 125 -
7 Trichocerca sp - - - - 42 - - -
Jumlah Total 69.958 70.684 51.168 2.315 91.709 86.507 28.959 0
Tabel 9. Kelimpahan Individu (KI) dan Kelimpahan Relatif (KR) Plankton Waduk
Gajah Mungkur per stasiun
Stasiun
Inlet Tengah KJA Aquafarm Outlet
No Jenis
KI KI KI KI
KR(%) KR(%) KR(%) KR(%)
(ind/L) (ind/L) (ind/L) (ind/L)
FITOPLANKTON
1 Amphora sp - - - - 42 0,02 - -
2 Anabaena sp - - 42 0,08 239 0,13 - -
3 Ankistrodesmus sp - - 42 0,08 - - - -
4 Chroococcus sp 9.606 6,83 3.423 6,40 12.322 6,70 625 2,16
5 Closterium sp 227 0,16 42 0,08 167 0,09 167 0,58
6 Coconeis sp - - - - 42 0,02 - -
7 Cosmarium sp 125 0,09 125 0,23 568 0,31 - -
8 Cyclops sp 455 0,32 - - - - - -
9 Cymbella sp 114 0,08 - - - - - -
10 Merismopedia sp 455 0,32 1.641 3,07 3.326 1,81 333 1,15
11 Microcystis sp 3.386 2,41 84 0,16 977 0,53 125 0,43
12 Mougeotia sp 42 0,03 - - 167 0,09 - -
13 Navicula sp 705 0,50 961 1,80 1.261 0,69 - -
14 Nitzschia sp 250 0,18 - - 833 0,45 125 0,43
15 Pediastrum sp 2.140 1,52 114 0,21 735 0,40 292 1,01
16 Peridinium sp - - 256 0,48 - - - -
17 Phacus sp 341 0,24 - - - - - -
18 Pinularia sp - - - 114 0,06 - -
19 Staurastrum sp 4.023 2,86 1.095 2,05 4.060 2,21 833 2,88
20 Synedra sp 117.367 83,45 45.599 85,26 157.935 85,88 26.250 90,65
21 Trachelomonas sp 227 0,16 - - - - -
22 Ulotrix sp 1.023 0,73 3 0,01 227 0,12 42 0,15
ZOOPLANKTON - - - -
1 Ceratium sp - - 6 0,01 - - - -
2 Cyclops sp - - 44 0,08 144 0,08 42 0,15
3 Difflugia sp - - 83 0,05 - -
4 Keratella sp 114 0,08 - - - - - -
5 Phacus sp - - - - 375 0,20 - -
6 Trachelomonas sp 42 0,03 6 0,01 239 0,13 125 0,43
7 Trichocerca sp - - - - 42 0,02 - -
Jumlah Total 140.642 100 53.483 100 183.898 100 28.959 100
Tabel 10. Indeks Keanekaragaman (H’) dan Indeks Keseragaman (e) Plankton Waduk Gajah
Mungkur
Stasiun H' e
Permukaan 0,29 0,12
Inlet 0,76 0,26
3 meter 1,10 0,42
Permukaan 0,61 0,26
Tengah 0,66 0,24
3 meter 1,09 0,44
Permukaan 0,25 0,09
KJA Aquafarm 0,59 0,19
3 meter 0,51 0,20
Outlet Permukaan 0,49 0,49 0,20 0,20
Tabel 11. Kelimpahan Individu (KI) dan Kelimpahan Relatif (KR) Plankton Waduk
Kedung Ombo per stasiun
No Jenis Inlet Inlet Tengah KJA KJA Outlet
Serang Samodro Aquafarm Ngasinan Boyolayar
KI KI KI KI (ind/L) KI KI
(ind/L) (ind/L) (ind/L) (ind/L) (ind/L)
FITOPLANKTON
1 Ankistrodesmus sp - - - 42 - -
2 Ceratium sp - - 682 - - -
3 Chroococcus sp 10.214 - 6.029 4.352 3.265 6.428
4 Closterium sp 568 - 341 - 341 228
5 Coconeis sp 227 - - - 83 -
6 Coscinodiscus sp 117 83 - - - -
7 Cosmarium sp 3.767 83 4.773 2.773 3.038 1.738
8 Cyclotella sp 3 - - - 114 -
9 Cymbella sp 3 42 - - - 228
10 Fragillaria sp - - - - 114 125
11 Merismopedia sp 795 - 471 572 683 239
12 Microcystis sp 17.572 42 3.607 3.685 3.269 7.333
13 Navicula sp 117 125 457 651 879 1.560
14 Nitzschia sp 1.932 - - - - 352
15 Oscillatoria sp - - - - - -
16 Pediastrum sp 1.966 667 2.458 1.469 9.193 2.284
17 Peridinium sp - - 4.347 - 7.841 -
18 Scenedesmus sp 133 - - - - -
19 Staurastrum sp 10.976 250 19.042 9.042 13.787 11.758
20 Surirella sp - 42 - - - -
21 Synedra sp 267.656 50.833 190.618 267.455 250.511 315.777
22 Trachelomonas sp - - - - 114 -
23 Ulotrix sp 1.746 - 571 - 909 1.242
ZOOPLANKTON - - -
1 Brachionus sp - 125 - - - -
2 Ceratium sp 5.034 1.208 233 1.364 12.273 341
3 Cyclops sp 801 167 385 - 1.985 1.035
4 Difflugia sp - - - - - -
5 Keratella sp - - - - - -
6 Monostyla sp 16 - - 341 - -
7 Nauplius sp - - - 114 227 125
8 Notholca sp - - - - 83 -
9 Peridinium sp 3.052 625 3.523 5.000 5.508 6.625
10 Phacus sp 568 - - 1.060 114 568
11 Trachelomonas sp 1.269 208 688 424 1.364 538
12 Trichocerca sp 117 - - - -
Jumlah Total 328.649 54.500 238.225 298.344 315.695 358.524
Tabel 12. Indeks Keanekaragaman (H’) dan Indeks Keseragaman (e) Plankton Waduk Kedung
Ombo
Stasiun H' e
Permukaan 0,91 0,31
Inlet S. Serang 0,88 0,26
3 meter 0,88 0,29
Inlet Samodro Permukaan 0,38 0,38 0,14 0,14
Permukaan 1,09 0,44
Tengah 3 meter 0,56 0,90 0,22 0,32
5 meter 1,13 0,44
Permukaan 0,51 0,17
KJA Aquafarm 0,60 0,19
3 meter 0,63 0,23
Permukaan 1,01 0,38
Kja Ngasinan 3 meter 0,88 0,98 0,33 0,31
5 meter 0,91 0,33
Permukaan 0,48 0,18
Outlet Boyolayar 3 meter 0,42 0,62 0,16 0,21
5 meter 1,18 0,45
Tabel 13. Jumlah keramba, jenis ikan dan kepemilikan keramba jaring apung
(KJA) di Kedua waduk di Jawa tengah.
Tabel 14. Data Keramba Jaring Apung di Waduk Gajah Mungkur Kabupaten
Wonogiri Tahun 2009.
No. Pemilik (nama) Jumlah KJA Ukuran KJA Jenis ikan Status pemilik / lokasi
(unit) (m)
1. Suloso 6 6x6 nila merah Petani/Cakaran, Sendang
Kec.Wonogiri
2. Angga 53 6x6 = 29 nila merah sama
7x7 = 20
5x5 = 4
3. Widagdo 50 6x6 nila merah Sama
4. Sutrisno 30 6x6 = 14 nila merah Sama
5x5 = 14
5. Yatino 15 4x4 nila merah Sama
6. Agus 1. 18 6x6 nila merah Sama
7. Yandi 13 6 x6 nila merah Sama
8. Wondo 39 5 x5 nila = 30 Sama
jambal = 9
9. Edy 1 6 6x6 nila merah Sama
10. Ari 24 6x6 nila merah Sama
11. Gianto 8 6x6 nila merah Sama
12. Bumo 60 5,5x,5,5 =48 nila merah Petani/pengusaha
6 x 6 = 12 Cakaran, Sendang
13. Bowo 14 6 x 6 = 12 nila merah Petani/Cakaran
4x4=2
14. Sukamno 10 5x5 nila merah Sama
15. Fendi 6 6x6 nila merah Sama
16. Suim 6 6x6 nila merah Sama
17. Iswanto 10 6x6 nila merah Sama
18. Agus 2. 6 6x6 nila merah Sama
19. Bagong 18 6x6 = 12 nila merah Sama
5x5 = 6
20. Agus Kusmar 8 4x4 nila merah Sama
21. Putra/Iwan 18 5x5 nila merah Sama
22. Suradi 4 6x6 nila merah Petani/Cakaran Jauh
23. Wawan 10 6x6 nila merah Sama
24. Bendo 10 6x6 nila merah Sama
25. Heri 12 6x6 nila merah Sama
26. Chandra 12 7x7 nila merah Pengusaha keturunan
Ndawe/Gumiwang/Jatisari
Kec Wuriantoro
27. Nardi 8 6x6 nila merah Petani / sama
28. Pono 6 6x6 nila merah Sama
29. Mulyoko 14 6x6 nila merah Sama
30. Edy 2 8 6x6 nila merah Sama
31. Eko 8 6x6 nila merah Sama
32. Siswanto 14 6x6 nila merah Sama
33. Suprapto 24 6x6 nila merah Sama
34. Ari 12 5x5 nila merah Sama
35. Suwarno 14 6x6 nila merah Sama
36. PT. Aquafarm 480 6x6 nila merah Swasta, pemodal Asing dari
Swiss / sama
Jumlah ∑ = 1.054
Tabel 15. Data Keramba Jaring Apung (KJA) di Waduk Kedung Ombo Kabupaten
Boyolali dan Kabupaten Sragen Jawa Tengah 2009.
No. Nama pemilik Jumlah Ukuran KJA Jenis ikan Status pemilik / Lokasi
KJA (m)
(unit)
1. Sarwoto 35 7x7 nila merah= 26 Petani / Ngasinan
mas = 9 Kec. Sumber Lawang
Kab.Sragen
2. Paryoto 38 6 x 12 = 2 nila merah= 30 Sama
7x7=6 mas = 8
3. Sunarto 10 7x7 nila merah= 4 Sama
mas = 6
4. Taryono 17 7x7 nila merah= 14 Sama
mas = 3
5. Hartun 16 7x7 nila merah Sama
6. Nanang 21 7x7 nila merah Sama
7. Teha 28 8x8 nila merah Sama
8. Teha cs 32 8x8 nila merah Sama
9. Teha cs 16 8x8 nila merah Sama
10. Teha cs 24 8x8 nila merah Sama
11. Teha cs 20 8x8 nila merah Sama
12. Teha cs 28 8x8 nila merah Sama
13. Teha cs 38 8x8 nila merah Sama
14. Teha cs 25 8x8 nila merah Sama
15. Teha cs 44 8x8 nila merah Sama
16. Suyono 180 7x7 nila merah=156 PT.Mitra Usaha /
mas = 24 Jurang Gandul, Sumber
Lawang Sragen
17. Bambang 1. 14 7x7 nila merah Petani / sama
18. Bambang cs 26 7x7 nila merah Sama
19. Bambang cs 28 7x7 nila merah Sama
20. Bambang cs 12 7x7 nila merah Sama
21. Cholis 10 7x7 nila merah Sama
22. Anto 58 7x7 nila merah= 54 Sama
mas = 4
23. Sulardi 25 7x7 nila merah Sama
24. Bambang 2. 32 6x6 nila merah Sama
25. Bambang 2 cs 14 6x6 nila merah Sama
26. Warsono 12 6x6 nila merah Sama
27. Sumadi 44 7x7 nila merah= 26 Sama
mas = 18
28. Tarso 28 7x7 nila merah= 26 Sama
mas = 2
29. Nyoto Winarno 8 6x6 nila merah= 2 Petani /Desa Bulu Kec.
mas = 6 Kemusu Kab. Boyolali
30. Nugroho.W 6 7x7=2 nila merah=2 Sama
6x6=4 mas = 4
31. Budi Suswanto 10 7x7 nila merah= 4 Sama
mas = 6
32. Doni Rohimin 18 7 x7=12 nila merah= 6 Sama
6x6= 6 mas = 12
33. Yani 12 7x7 = 6 nila merah= 6 Sama
6x6= 6 mas = 6
34. Kardio 10 6x6 nila merah Sama
35. Mulyono 12 6x6 nila merah Sama
36. Farid 24 6x6 nila merah= 4 Sama
mas = 20
37. Parmo 4 6x6 nila merah Sama
38. Salim 6 6x6 nila merah Sama
39. Yatmi 5 6x6 nila merah Sama
40. Sulistiadi 8 6x6 nila merah Sama
41. Jono 4 6x6 nila merah Sama
42. Mr X (orang 8 6x6 nila merah= 4 Peg Dinas Perikanan/
Dinas periknn) mas = 4 sama
43. Erna 3 6x6 nila merah Sama
44. Darwis 80 7x7 nila merah= 30 Pengusahadari Jatiluhur /
mas = 50 sama
45. Rismanto 20 7x7 nila merah Petani / sama
46. Widodo 10 6x6 nila merah Sama
47. Tri 20 6x6 nila merah Sama
48. Suparjo 15 6x6 nila merah Sama
49. Gunanto 22 7x7 nila merah Sama
50. Mucklis 24 7x7 nila merah Sama
51. Mucklis cs 30 6x6 nila merah Sama
52. Mucklis cs 32 6x6 nila merah Sama
53. PT.Aquafarm 240 6x6 nila merah Swasta, pemodal Asing
dari Swiss /Boyo Layar
Kec.Sumber Lawang.
Kab Sragen
Jumlah Total 1.506
bulan sesuai permintaan ukuran ikan yang dikehendaki oleh PT tersebut. Jumlah dan
sistem pemberian pakan pada petani keramba lokal adalah berdasarkan persentase berat
tubuh dan diberikan 2 sampai 4 kali per hari, sedangkan pada milik PT Aquafarm pakan
diberikan sebanyak mungkin dan sesering mungkin, jadi cenderung tidak efisien.
Di Waduk Kedung Ombo ada dua jenis ikan yang dipelihara dalam keramba yaitu
nila merah (Oreochromis niloticus) dan ikan mas (Cyprinus carpio) dengan pemberian
pakan pellet terapung. Lama pemeliharaan ikan yang dipelihara oleh petani lokal juga
bervariasi antara 3 – 4 bulan. Sedangkan lama pemeliharaan oleh milik PT Aquafarm
juga antara 7 – 8 bulan sesuai permintaan ukuran ikan yang dikehendaki oleh PT
tersebut.
Tabel 16. Jumlah, cara dan sistem pemeliharaan ikan nila merah dalam keramba
jaring apung (KJA) milik petani lokal di Waduk Wonogiri Jawa Tengah.
Sistem pemeliharaan ikan dalam keramba di Waduk Gajah Mungkur pada (Tabel
13 dan 14) dan di Waduk Kedung Ombo pada (Tabel 15 dan 16) memperlihatkan bahwa
terdapat perbedaan dan kesamaan cara dan system pemeliharan di kedua waduk tersebut.
Adanya perbedaan dari cara dan system pemeliharaan itu disebabkan tujuan
pemeliharaan dari kedua pembudidaya itu. Pada petani keramba lokal ikan yang
dipelihara adalah untuk konsumen masyarakat sekitar, sedangkan pada pemeliharaan PT
Aquafarm adalah untuk dijadikan filled yang akan di export keluar negeri seperti ke
Hongkong, Jepang dan Taiwan bahkan sampai ke Eropah.
Tabel 17. Jumlah, cara dan sistem pemeliharaan ikan nila merah dalam keramba
jaring apung (KJA) milik PT Aquafarm (Swiss) di Waduk Wonogiri
Jawa Tengah.
Tabel 18. Jumlah, cara dan system pemeliharaan ikan nila merah dalam keramba
jaring apung (KJA) milik petani lokal di Waduk Kedung Ombo Jawa Tengah.
Ukuran ikan setelah panen 2 – 4 ekor/kg (500- 250 gr) Untuk konsumen local
Tabel 19. Jumlah, Cara dan System Pemeliharaan Ikan Nila Merah Dalam Keramba
Jaring Apung (KJA) milik PT Aquafarm (Swiss) di Waduk Kedung Ombo
Jawa Tengah
Parameter Hasil Keterangan
Jumlah sangkar 240 buah keramba Milik Aquafarm (Swiss)
Ukuran sangkar 6x6m Hanya 1 ukuran
Jenis ikan yang ditebar Nila merah
Ukuran ikan yang ditebar 12 gr, 15 gr,
( 6 – 8 cm)
Untuk melihat daya dukung perairan di kedua waduk, dapat ditentukan dengan
memperhatikan pertumbuhan ikan dan pengaruh pakan yang diberikan dari seluruh ikan
yang dipelihara dalam keramba di kedua waduk tersebut. Pertumbuhan ikan yang
dipelihara dalam keramba di kedua waduk terdapat pada Tabel 20 dan Tabel 21.
Pada keramba milik masyarakat ikan yang ditebar berukuran rata sekitar 20 gram, untuk
kedua waduk, sedangkan ukuran ikan setelah panen adalah antara 250 gram sampai 350
gram per ekor (4 atau 3 ekor) setiap kg ikan. Pada keramba milik PT Aquafarm
penebaran ikan rata-rata berukuran antara 200 – 400 gram per ekor ikan, sedangkan
ukuran ikan setelah panen harus di atas 1 kg. Hal ini adalah karena ikan hasil panen ini
akan di jadikan bentuk filled untuk komoditi ekspor.
Tabel 20. Pertumbuhan berat ikan nila merah dalam keramba jaring apung (KJA)
di Waduk Gajah Mungkur (WGM) Jawa Tengah.
Tabel 21. Pertumbuhan berat ikan nila merah dan ikan mas dalam Keramba Jaring
Apung (KJA) di Waduk Kedung Ombo (WKO) Jawa Tengah.
Tabel 22. Hasil panen dan total pakan yang diberikan setiap tahun serta konversi
pakan selama pemeliharaan di kedua waduk di Jawa tengah.
WGM
Nila masyarakat 774 1.664,6 2,15
Nila PT.Aquafarm 3.080 7.392 2,40
Jumlah total 3.854 9.056,6 Rata-rata 2,28
WKO
Nila masyarakat 3.515 6.502,6 1,85
Nila PT.Aquafarm 1.540 3.696 2,40
Mas masyarakat 790 1.540 1,95
Jumlah l 5.845 11.738,6 Rata rata 2,07
Keterangan : WGM = Waduk gajah Mungkur
WKO = Waduk Kedung Ombo
Pemberian pakan yang terlalu banyak dan tidak habis termakan, akan terbuang
dan menumpuk didasar perairan dan akan menyebabkan pembusukan yang menyebabkan
jeleknya kualitas perairan. Selain itu sisanya akan menjadi sedimentasi yang akan
mempengaruhi daya dukung terhadap kehidupan ikan. Pada keramba (KJA) petani
pertumbuhan ikan relatif lambat disebabkan pemberian pakan yang sangat efisien dan
kadang bahkan kurang, sedangkan pada pemeliharaan ikan oleh PT aquafarm
pertumbuhan relatif cepat karena pemberian pakan sangat banyak dan cenderung tak
terbatas, namun dari segi efiensi pemberian pakan ini tidak efisien.
KESIMPULAN
Berdasarakan hasil Penelitian Pendugaan Stratifikasi Tropogenic Layer (fotik, afotik,
epilimnion, hypolimnion) dan Carrying Capacity beban pakan dari KJA di Waduk Kedung
Ombo dan Gajah Mungkur, Jawa Tengah dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Tertangkap 21 jenis ikan dikedua waduk dengan jumlah di waduk Gajah Mungkur
tertangkap 19 jenis ikan dan di Waduk Kedung 15 jenis ikan dan jenis ikan yang ada rata
rata termasuk dalam kelompok herbivora, Karnivora dan omnivora.
2. Hasil penelitian menunjukan tingkat kesuburan Waduk Gajah mungkur dan Waduk Kedung
Omboh dengan nilai Index- TRIX = 5,2 pada waduk Gajah Mungkur dan 5,45 untuk waduk
Kedung Omboh, kedua waduk ini termasuk dalam perairan (Eutroph) bearti yang termasuk
golongan perairan dengan tingkat kesuburan tinggi.
3. Pendugaan lapisan Fotik dan Afotik pada stasiun Sendang (Februari) di Waduk Gajah
Mungkur kecerahan dengan alat schi disk mencapai 101 cm dan berdasarkan perhitungan
formula Smith lapisan fotik mencapai 8,67 m (terdalam) dengan ciri airnya jernih sehingga
banyak terjadi proses sintesa dan lapisan afotik sedalam 4,73 m. Waduk Kedung Ombo
pada stasiun KJA Aquafarm kecerahan 122 cm lapisan Fotik terdalam 10,47 m, kedalaman
air 32,92 m dan afotik 22,45 m hal ini biasa terjadi karena pada air yang dalam dan jernih
tentu sinar matahari dapat menembus lebih dalam. Pada kedua waduk terdapat afotik dengan
nilai 0 hal ini terjadi umumnya pada stasiun yang airnya dangkal.
4. Daya dukung pada Waduk Gajah Mungkur berjumlah 1054 buah KJA, pada Waduk
Kedung Omboh berjumlah 1506 buah KJA kenyataannya adalah pada Waduk Gajah
Mungkur telah mencapai titik Optimum sedangkan Waduk Kedung Ombo sudah tingkat
lebih optimum dan tidak mungkin ditambah lagi KJA.
5. Beban pakan yang lolos keperairan dari total P (98,25 ton/tahun) dan total N (65,5
ton/tahun) pada Waduk Gajah Mungkur sedangkan di Waduk Kedung Ombo total P (33,3
ton/tahun) dan total N (22,2 ton/tahun). Banyakknya unsur hara yang lolos keperairan
waduk cenderung menyebabkan memperkaya unsur hara yang pada ahirnya akan terjadi
blooming algae.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 1989. Studi erosi/sedimentasi Waduk Kedung Ombo dan perencanaan check
dam (Penahan Erosi) di DAS Serang. Volume I.Pusat Penelitian dan
Pengembangan Pengairan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pekerjaan Umum.
Departemen Pekerjaan Umum.
APHA, 1986. Standard methods for the examinations of water and wastewater. APHA
inc, Washington DC.
Beveridge, M.C.M 1996. Cage Culture, Second Edition. Fishing News Books, Ltd
Fornham Survey, England. 346 p
Dinas Kehewanan dan Perikanan Wono Giri, 2003. Pengelolaan Usaha Perikanan di
Waduk Gajah Mungkur Kabupaten Wonogiri.
Dinas Peternakan dan perikanan Sragen, 2006. Profil Waduk Kedung Ombo Sentra
Perikanan Kab. Sragen.
Effendie, M.I. 1992. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Agromedia. Bogor. 112 hal.
Endi, SK 1997 . apakabar@clark.net. Tue Apr 15 1997.
Febrian R; R. Srihartini dan N. Sutisna 2004. Bila Waduk Jadi Kubangan sampah.
Majalah Mingguan TEMPO 31/XXXIII 27 September 2004. Jakarta.
Krismono 1992. Hubungan antara tingkat trophic dengan populasi FCC mini disuatu
badan air. Buletin Penelitian Perikanan darat Bogor. 1 (3).
Krismono, ASN dan Krismono 2003. Indikator umbalan dilihat dari segi aspek kualitas
air di Waduk Ir. Djuanda, Jatiluhur Jawa Barat. JPPI 9(4)
Kottelat, M., J.A Whitten, N. Kartikasari & S. Wiryoatmojo. 1993. Freshwater Fishes of
Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Edition and EMDI Project Indonesia,
Jakarta. 221 p.
Mitsch, W.J and S.E Jorgensen 2004. Ecological Engeneering and Ecosystem
Restoration. John Wiley & Sons, Inc.Canada.
Schmittou, H.R 1991. Budidaya Keramba. Suatu Metode Produksi Ikan di Indonesia.
Puslitbang Perikanan dan Auburn University. Jakarta.
Utomo, AD; S. Adjie; N.Muflikah dan A. Wibowo, 2005. Distribusi jenis ikan dan
kualitas perairan di Bengawan solo. JPPI 12 ( 2 ). Pusat Riset Perikanan Tangkap
Jakarta
Utomo, A.D., S. Adjie., N. Muflikhah & A. Wibowo. 2006. Distribusi Ikan dan Kualitas
Perairan di bengawan Solo. JPPI. Vol. 2 No. 2. Hal. 89-103.
Weber, M and De Beaufort, 1916. The fishes of the Indo-Australian Archipelago. E.J
Brill Ltd. Leiden. 2: 404 pp
2
1
KJA
2
11 Aquafarm
Inlet Samudro 1
1
St Tengah
K e te ra n g a n 1 1
H u ta n
H u ta n J a ti
1 2
K o m p le k s P L T A
H u ta n J a ti
S e m a k B e lu k a r
K o m p le k s P L T A
S ungai M ak am
P e r m u k im a n
T e g a la n / T a n a h K o s o n g
S a w a h I r ig a s i T e k n is
T u b u h A ir S e m a k B e lu k a r
S un g ai
Tubuh B endung
T e g a la n / T a n a h K o s o n g
T u b u h A ir
T u bu h B en d un g
Stasiun Penelitian :
KJA Ngasinan
KJA Aquafarm
Tengah
Outlet Bayolayer (DAM)
Inlet Samudro
Inlet Serang
Lampiran : 3
DATA BIOLOGI IKAN
Lokasi : KJA Aquafarm, Waduk Kedung Ombo
26/07/2009
Tabel : Jenis Ikan di Stasiun KJA Aquafarm, Waduk Kedung Ombo 26/072009
Lampiran : 4
DATA BIOLOGI IKAN
Lokasi : Jurang gandul, Waduk Kedung Ombo
27/07/2009
Lampiran : 5
DATA BIOLOGI IKAN
Lokasi : Wuryantoro, Waduk Kedung Ombo
13/02/2009
No Panjang Berat
Jenis
(cm) (gr)
1 Palung (Hampala macrolepidota) 23,8 23,8
2 20,6 20,6
3 20,3 20,3
1 Sili (Macrognatus aculeatus) 25 25
1 24,7 24,7
2 24,6 24,6
3 Keprek abang (Barbodes balleroides) 15,8 15,8
1 12 12
2 Betutu (Oxyeleotris marmorata) 19 19
3 21,5 21,5
4 15,9 15,9
5 21,8 21,8
6 23,5 23,5
7 20,7 20,7
8 19,2 19,2
9 18 18
10 18,8 18,8
1 16,4 16,4
2 Palung (Hampala macrolepidota) 27,5 27,5
3 15,3 15,3
4 18,5 18,5
5 14,3 14,3
1 Mas 19 19
1 Nila (Oreochromis nilotica) 23,8 23,8
2 20,6 20,6
3 20,3 20,3
1 Tawes (Barbodes gonionotus) 25 25
2 24,7 24,7
1 Red devil ( Amphilopus sp) 24,6 120
2 15,7 60
3 15,2 60,5
4 13 50
5 12,5 40
6 10,6 20,5
Lampiran : 6
DATA BIOLOGI IKAN
9 10,6 20,5
10 16,8 100,5
Lampiran : 7
No Panjang Berat
(cm) (gr)
Jenis
1 Palung (Hampala macrolepidota) 23,8 200
2 20,6 100
3 20,3 110
1 Sili (Macrognatus aculeatus) 25 80
1 24,7 100
2 24,6 110
3 Keprek abang (Barbodes balleroides) 15,8 60
1 12 30
2 Betutu (Oxyeleotris marmorata) 19 110
3 21,5 120
4 15,9 80
5 21,8 140
6 23,5 200
7 20,7 140
8 19,2 100
9 18 100
10 18,8 110
1 16,4 80
2 Palung (Hampala macrolepidota) 27,5 330
3 15,3 60
4 18,5 90
5 14,3 50
1 Lukas (Labiobarbus leptocheilus) 19 90,5
1 19,7 100
2 19 90,5
3 18,9 80,5
1 18,3 80
2 21 110
3 Jambal siam (Pangasius hypophthalmus) 53 1320
Lampiran : 8
KEDALAMAN (m)
STASIUN TANGGAL PARAMETER 0 3 5 20 DASAR
KJA Aquafarm 21/02/2009 pH 8 8 8
o
Posisi (GPS) Suhu air ( C) 30 29.5 28 28
o
S : 07 51'26.3" O2 terlarut (mg/L) 7.05 7.02 6.64 6.2
o
E : 110 54'96,4" O2 saturasi (%) 93.25 92.86 84.8 79.56
CO2 (mg/L) 4.4 4.4 4.4 8.8
BOD (mg/L) -0.68 -0.58 -1.01
Klorofil-a (µg/L) 35.7 83.3 35.7
T-Alkalinitas (mg/L) 72 77 67
DHL (µS) 230 230 230
TDS (ppm) 120 120 120
TN (ppm) 3.21 0.75 11.45
o-PO4 (µg/L) 0.20 0.15 0.48
TP (µg/L) 0.61 1.09 0.73
TSS (mg/L) 1 3 5.9
Kecerahan (cm) 101
Kedalaman (m) 1.50
Lampiran : 9
Outlet 20/02/2009 pH 8 8 8
o
Posisi (GPS) Suhu air ( C) 31 28 28 28
S:
o
07 52'26.3" O2 terlarut (mg/L) 7.85 7.87 7.81 7.6
E:
o
110 54'33.9" O2 saturasi (%) 105.65 100.51 99.74 97.06
CO2 (mg/L) 4.4 4.4 4.4
BOD (mg/L) 0.10 0.08 0.07
Klorofil-a (µg/L) 23.8 0 17.85
T-Alkalinitas
(mg/L) 82 86 65
DHL (µS) 230 220 190
TDS (ppm) 120 110 100
TN (ppm) 13.05 11.41 13.87
o-PO4 (µg/L) 0.09 0.04 0.48
TP (µg/L) 0.26 0.37 1.93
Kecerahan (cm) 82
Kedalaman (m) 8
Tengah 20/02/2009 pH 8 8 8
o
Posisi (GPS) Suhu air ( C) 30 29 28
S:
o
07 52'26.3" O2 terlarut (mg/L) 7.90 7.72 7.23
E:
o
110 54'33.9" O2 saturasi (%) 104.50 100.39 92.34
CO2 (mg/L) 4.4 4.4 4.4
BOD (mg/L) -0.17 0.15 -0.35
Klorofil-a (µg/L) 83.3 11.9 11.9
T-Alkalinitas
(mg/L) 89 83 84
DHL (µS) 240 230 230
TDS (ppm) 120 130 120
TN (ppm) 8.13 11.41 13.05
o-PO4 (µg/L) 0.20 0.15 0.09
TP (µg/L) 0.61 0.49 0.26
TSS (mg/L) 4 68.5 18
Penelitian” Pendugaan Stratifikasi Tropogenic Layer (fotik, afotik, epilimnion,
hypolimnion) dan Carrying Capacity beban pakan dari KJA diWaduk Kedung Ombo 62
dan Waduk Gajah Mungkur, Jawa Tengah .
LAPTEK T.A. 2009
Kecerahan (cm) 53
Kedalaman (m) 13.60
Lampiran : 10
DATA KUALITAS AIR
KUALITAS AIR WADUK GAJAH MUNGKUR BULAN MEI 2009
KEDALAMAN (m)
STASIUN TANGGAL PARAMETER 0 3 5 DASAR
KJA Aquafarm 27/5/2009 pH 7.5 7.5 7.5
o
Posisi (GPS) Suhu air ( C) 30 30 30 29.5
o
S : 07 52'26.3" O2 terlarut (mg/L) 6.63 6.14 5.74 0.0
o
E : 110 54'33.9" O2 saturasi (%) 87.65 81.24 75.89 0.00
CO2 (mg/L) 0 0.88 1.76 13.2
BOD (mg/L) 0.40 0.24 0.24
Klorofil-a (µg/L) 15.47 3.57 5.95
T-Alkalinitas (mg/L) 67 79 53
DHL (µS) 230 250 250
TDS (ppm) 120 130 120
Turbidity (NTU) 1.56 2.71 1.94
TN (ppm) 4.25 6.99 4.25
N-NO3 (µg/L) 0.80 0.67 0.85
o-PO4 (µg/L) 2.23 3.07 2.23
TP (µg/L) 0.54 2.63 1.58
TSS (mg/L) 9 0 0
o
Suhu udara ( C) 31
Kecerahan (cm) 137.5
Kedalaman (m) 14.23
o
Suhu udara ( C) 31
Kecerahan (cm) 38.5
Kedalaman (m) 5.03
Lampiran : 10
DATA KUALITAS AIR
o
Suhu udara ( C) 31.5
Kecerahan (cm) 62.5
Kedalaman (m) 7.50
Lampiran : 11
DATA KUALITAS AIR
KUALITAS AIR WADUK GAJAH MUNGKUR BULAN AGUSTUS 2009
KEDALAMAN (m)
STASIUN TANGGAL PARAMETER 0 3 5 DASAR
KJA Aquafarm 01/08/2009 pH 8 7.5 7.5
o
Posisi (GPS) Suhu air ( C) 28.7 27 27
o
S : 07 52'185" O2 terlarut (mg/L) 6.71 4.04 3.88 3.7
o
E : 110 54'25.5" O2 saturasi (%) 87.22 50.70 48.67 46.64
CO2 (mg/L) 0 1.76 3.52 3.52
Klorofil-a (µg/L) 11.9 5.95 35.7
T-Alkalinitas (mg/L) 84 69 70
DHL (µS) 280 270 270
TDS (ppm) 140 140 130
Turbidity (NTU) 5.98 8.56 8.98
TN (ppm) 0.48 0.65 0.48
N-NO3 (µg/L) 0.27 0.28 0.26
o-PO4 (µg/L) 0.55 0.73 8.00
TP (µg/L) 0.86 1.29 0.86
TSS (mg/L) 8 10 12
o
Suhu udara ( C) 30.5
Kecerahan (cm) 75
Kedalaman (m) 15
Outlet 01/08/2009 pH 8 8
o
Posisi (GPS) Suhu air ( C) 27.4 26.5
o
S: 07 50'452" O2 terlarut (mg/L) 6.71 6.14
o
E: 110 55'620" O2 saturasi (%) 85.66 77.06
CO2 (mg/L) 0 0
BOD (mg/L)
Klorofil-a (µg/L) 15.47 35.7
T-Alkalinitas (mg/L) 55 61
DHL (µS) 270 260
TDS (ppm) 130
Turbidity (NTU) 7.48 47.6
TN (ppm) 0.83 1.18
N-NO3 (µg/L) 0.27 0.26
o-PO4 (µg/L) 1.45 3.82
TP (µg/L) 0.43 5.47
Lampiran : 12
DATA KUALITAS AIR
TP (µg/L) 1.58 1
TSS (mg/L) 3 9
o
Suhu udara ( C) 30
Kecerahan (cm) 64
Kedalaman (m) 4.80
Lampiran : 13
DATA KUALITAS AIR
Lampiran : 15
DATA KUALITAS AIR
Outlet 09/11/2009 pH 9 9
o
Posisi (GPS) Suhu air ( C) 33 31
o
S: 07 50'38.1" O2 terlarut (mg/L) 9.60 8.16
o
E: 110 55'32.5" O2 saturasi (%) 133.70 109.825
CO2 (mg/L) 0 0
BOD (mg/L) 6.56
T-Alkalinitas (mg/L) 31
DHL (µS) 280
TDS (ppm) 140
Kecerahan (cm) 45
Kedalaman (m) 1.30
Lampiran : 16
DATA KUALITAS AIR
Lampiran : 17
DATA KUALITAS AIR
Lampiran : 18
DATA KUALITAS AIR
KUALITAS AIR WADUK KEDUNG OMBO BULAN JULI 2009
KEDALAMAN (m)
STASIUN TANGGAL PARAMETER 0 3 5 DASAR
KJA Ngasinan 26/07/2009 pH 7.5 8 7.5
o
Posisi (GPS) Suhu air ( C) 29 27.5 27 27
o
S : 07 18'216" O2 terlarut (mg/L) 3.64 4.04 3.15 0.00
o
E : 110 49'940" O2 saturasi (%) 47.29 50.70 39.54 0.00
CO2 (mg/L) 1.76 1.76 2.64 11.4
BOD (mg/L) 2.20 1.88 0.21
Klorofil-a (µg/L) 9.52 3.57 3.57
T-Alkalinitas (mg/L) 35 36 34
DHL (µS) 350 350 340
TDS (ppm) 170 180 170
Turbidity (NTU) 0.65 0.59 0.9
TN (ppm) 0.65 3.46 4.69
N-NO3 (µg/L) 0.18 0.30 0.27
o-PO4 (µg/L) 2.00 4.73 5.82
TP (µg/L) 0.29 1 0.43
TSS (mg/L) 2 4 5
o
Suhu udara ( C) 30.5
Kecerahan (cm) 215
Kedalaman (m) 28.00
Tengah 26/07/2009 pH 8 8 8
o
Posisi (GPS) Suhu air ( C) 29 28 27.5 26.5
o
S: 07 16'186" O2 terlarut (mg/L) 4.2 6.14 4.53 0.00
o
E:110 49'342" O2 saturasi (%) 53.67 75.73 55.80 0.00
CO2 (mg/L) 0.88 0.88 1.76 6.16
BOD (mg/L) 0.20 1.01
Klorofil-a (µg/L) 5.95 21.42 14.28
T-Alkalinitas (mg/L) 44 52 59
DHL (µS) 320 320 320
TDS (ppm) 160 170 160
Turbidity (NTU) 2.24 1.22 1.45
TN (ppm) 0.45 0.65 3.46
Penelitian” Pendugaan Stratifikasi Tropogenic Layer (fotik, afotik, epilimnion,
hypolimnion) dan Carrying Capacity beban pakan dari KJA diWaduk Kedung Ombo 71
dan Waduk Gajah Mungkur, Jawa Tengah .
LAPTEK T.A. 2009
Lampiran : 19
DATA KUALITAS AIR
Lampiran : 20
DATA KUALITAS AIR
KEDALAMAN (m)
STASIUN TANGGAL PARAMETER 0 3 5 DASAR
KJA Ngasinan 13/11/2009 pH 8 8 8
o
Posisi (GPS) Suhu air ( C) 33 30 30 30
o
S : 07 18'13.1" O2 terlarut (mg/L) 6.08 5.92 4.80
o
E : 110 49'56.5" O2 saturasi (%) 84.68 78.31 63.49 21.16
CO2 (mg/L) 3.52 2.64 3.52 14.08
Klorofil-a (µg/L) 2.38 2.38 4.76
T-Alkalinitas (mg/L) 39 36 39
DHL (µS) 360 350 370
TDS (ppm) 190 180 180
TN (ppm) 5.22 3.5 5.91
o-PO4 (µg/L) 2.91 3.82 0.73
TP (µg/L) 2.85 1.95 0.85
Kecerahan (cm) 117
Kedalaman (m) 13.50
Tengah 13/11/2009 pH 8
o
Posisi (GPS) Suhu air ( C) 33
o
S: 07 16'09.9" O2 terlarut (mg/L) 8.32
o
E:110 49'19.9" O2 saturasi (%) 115.88
CO2 (mg/L) 0
Klorofil-a (µg/L) 8.33 11.9 15.47
T-Alkalinitas (mg/L)
DHL (µS) 340
TDS (ppm) 170
TN (ppm) 2.47 5.57 4.19
o-PO4 (µg/L) 2.91 0.73 1.09
Lampiran : 21
DATA KUALITAS AIR