Menurut Bpk Rano (staf dinas pariwisata kota Ambon)
Beliau mengatakan permainan atau tarian ini dilakukan tujuh orang. "Sebelum permainan atau tarian ini dimulai, sang pawang terlebih dahulu membakar kemenyan di dalam tempurung kelapa," ujarnya. Kemudian,beliau menceritakan setelah itu pawang pun membaca mantra dalam bahasa tradisional Maluku yang disebut 'Bahasa Tanah'. Setelah asap kemenyan membumbung tinggi, sang pawang menghembuskan asap tersebut pada batang bambu yang akan digunakan. "Kemudian, pawang itu mengunyah-ngunyah jahe dan menyemburkannya ke batang bambu. Lalu, sebatang bambu tersebut tiba-tiba dapat bergerak sendiri," ceritanya. Lanjut bercerita, beliau mengungkapkan konon kemenyan atau jahe tersebut digunakan sebagai pemanggil roh para leluhur agar selanjutnya dapat memberikan kekuatan mistis kepada bambu tersebut. Menurut beliau, roh-roh inilah yang kemudian membuat batang bambu seakan menggila. "Karena berguncang-guncang itu bambunya dan semakin lama semakin kecang, sampai sulit sekali dikendalikan," tuturnya. Atraksi si Bambu Gila ini juga belum hendak berhenti sebelum diberi makan api dari kertas yang dibakar. Sementara itu, pertunjukan ini sudah ada sejak sebelum masa Islam dan Kristen masuk ke Maluku. Bambu yang digunakan memang bambu loka biasa, namun pada proses pemilihan hingga proses pemotongan, sang pawang harus melakukan serangkaian ritual adat, seperti meminta izin kepada penghuni hutan bambu, serta membaca mantra-mantra khusus.