Anda di halaman 1dari 7

PERSIAPAN RANGKAIAN KEGIATAN DALAM MENYAMBUT

UPACARA PUJAWALI
PURA MERU CAKRANEGARA
(PPM KARANG KECICANG)

oleh :
1.
2.
3.
4.
5.

Luh Putu Asri Parwati


Ni Made Intan Kertiyani
Ni Nengah Ayu Lestari
Ni Putu Vanita Sari
Ni Wayan Siwi Yuliandari

PERSIAPAN RANGKAIAN KEGIATAN DALAM MENYAMBUT UPACARA


PUJAWALI PURA MERU CAKRANEGARA
(PPM KARANG KECICANG)
A. SeKilas tentang Pura Meru Cakranegara
Pura Meru, pura di tengah kota Cakranegrara. Pura ini merupakan pura terbesar di
Lombok. Dari jalan, terlihat gapura tinggi bernuansa merah bata dan tiga puncak yang
menjulang tinggi.
Wilayah suci pura dibagi menjadi tiga bagian, masing-masing dipisahkan dengan tembok
bata dan terdapat tiga pintu untuk masuk ke wilayah berikutnya. Setiap pintu melambangkan
sebagai pintu untuk tiga pura yang ada yaitu Brahma, Siwa dan Wisnu. Pintu Brahma dan Siwa
hanya dibuka setahun sekali, saat perayaan piodalan yang memperingati dibangunnya pura pada
tahun 1720 silam, bertepatan tanggal 23 September.
Di area kedua, terdapat dua buah beruga
sekutus (bale-bale dengan delapan pilar penopang).
Bangunan ini digunakan untuk mengadakan
musyawarah. Yang dimusyawarahkan biasanya
tentang pemeliharaan dan perbaikan pura. Memasuki
area ketiga terdapat satu bangunan sederhana, dua
buah beruga, tiga pura utama, dan 33 buah pura desa.
bangunan yang sederhana itu berfungsi untuk
meletakkan gamelan saat sedang mengadakan
perayaan keagamaan. Dua buah beruga digunakan
untuk pedande (pemuka agama) dan untuk
meletakkan sesajen. Pedande akan memimpin doadoa saat perayaan keagamaan. 33 buah pura desa
masing-masing mewakili desa yang terdapat di
sekitar Cakranegara.
Kompleks Pura Meru terdiri dari Pura
Brahma, Siwa dan Wisnu. Tiga pura utama beratap
susun 9 dan susun 11. Setiap pura utama mewakili gunung yang tertinggi dan disucikan dari tiga
pulau. Pura Brahma mewakili Gunung Agung di Bali, Pura Siwa mewakili Gunung Rinjani di
Lombok, dan Pura Wisnu mewakili Semeru di Jawa. Selain itu, saat perayaan piodalan setiap pura
akan dihias menggunakan kain ynag warnanya memiliki makna. Pura Brahma menggunakan
warna merah yang berarti api, simbol dari umat hindu yang meninggal dunia lalu dikremasi
menggunakan api dari Dewa Brahma. Pura Siwa menggunakan kain warna putih yang berarti air
yang mensucikan, abu hasil kremasi akan dilarung ke laut. Pura Siwa juga memiliki atap yang
paling tinggi, ini mewakili wilayah Lombok bahkan dunia yang sebagian besarnya merupakan laut.
Pura Wisnu hitam yang berarti malam dan kegelapan. Sebelum kita lahir, kita berada dalam
kegelapan.
Pura ini banyak dikunjungi masyarakat Lombok sebagai salah satu tempat beribadah dan
juga bukan hanya tempat ibadah juga dijadikan sebagai tempat wisata rohani. Pura Meru, sebuah
karya besar dan mengagumkan dari orang Bali, terletak berseberangan dengan Taman Mayura
dan dibangun bersamaan pada tahun yang sama (1720). Letak Pura ini di tengah kota

Cakranegara, mudah dijangkau, banyak kendaraan umum dan dekat dengan hotel, baik hotel
berbintang maupun hotel-hotel melati. Pura Meru, terletak di tengah Kota Cakranegara dibangun
pada tahun 1720 di bawah pangawasan Anak Agung Gde Karang Asem salah satu Raja Karang
Asem yang dapat menguasai sebagian Wilayah Pulau Lombok, berkuasa pada tahun 1740 -1894.
B. Sekilas tentang PPM Karang Kecicang
Ada sekitar 33 penyungsung Pura Meru Cakranegara dan salah satunya adalah PPM
Karang Kecicang. Sedikit tentang PPM Karang Kecicang, PPM Karang Kecicang sendiri baru
didirikan sekitar tahun 1800an dan setiap tahun sekali mengadakan upacara besar, tetapi karena
biaya untuk satu kali mengadakan upacara cukup besar yaitu sekitar 25 juta lebih maka warga
sepakat untuk mengadakan upacara besar 2 tahun sekali yang akan dilaksanakan selama tujuh
hari sehingga susunan acaranya pun cukup padat.
Di bulan Maret tahun depan, PPM Karang Kecicang
akan mengadakan upacara besar dan berbeda dari upacaraupacara besar yang ada di NTB pada khususnya. Hal itu
karena jempana yang akan digunakan nanti menggunakan
api dan bukan hanya itu pada saat ngelukar pemangku akan
disiram oleh darah, ujar Bapak Made Getul Arnawa yang
merupakan Ketua Krama Pura Meru Karang Kecicang.

C. Persiapan-Persiapan yang Dilakukan PPM Karang Kecicang


Warga lingkungan Karang Kecicang sudah melakukan persiapan-persiapan satu bulan
sebelum acara diadakan begitu pula penyungsung-penyungsung Pura Meru lainnya, mulai dari
penyusunan pengurus yang akan mengatur jalannya upacara sampai pembagian tugas baik di
pura-pura penyungsung Pura Meru maupun warga penyungsung Pura Meru seperti PPM
Karang Kecicang.
Pada hari Sabtu pagi, 8 Oktober 2011, warga Karang Kecicang ikut memasang abah-abah
di pura meru cakra. Besoknya, Minggu 9 Oktober 2011, sesuai jadwal yang telah direncanakan
semua warga Karang Kecicang membawa jempana atau tandu untuk mengiring batara ke Pura
Meru . Jempana merupakan tempat melinggh ida bhatara yang akan dibawa ke pura meru.
Jempana yang di sungsung oleh krama pura meru karang kecicang yaitu tempat melinggihnya
ida bhatara Gede Bukit Mangu. Sekitar jam 17.00 warga karang kecicang segera berkumpul di
pura ketika kul-kul di bunyikan, namun tempat yang akan dipakai untuk menghias jempana
bukan di pura meru karang kecicang melainkan di pra pempatan karang kecicang. Warga
Karang Kecicang secara bersama-sama menghias jempana atau biasa disebut adegan. Setelah

jempana di hias, para warga kemudian bersama-sama mengadakan persembahyangan. Setelah


itu barulah jempana di bawa ke pura meru. Setiap penghuni rumah di lingkungan Karang
Kecicang ngaturang segehan dan canang untuk menyambut datangnya jempana lalu berarakan
ke Pura Meru dengan beberapa warga Karang Kecicang . Malam harinya setelah jempana
keluar dari lingkungan masing-masing, beberapa orang akan ditugaskan untuk mekemit,
biasanya yang ditugaskan adalah para muda-mudi.

Suasana warga karang kecicang saat menghias jempana

Senin 11 Oktober 2011, beberapa orang berangkat ke Ampenan nunas tirta Bukit
Mangu yang merupakan Sad Kayangan di Bali yang menguasai delapan penjuru. Sore
harinya warga yang mengikuti acara piodalan mengarak jempana menuju pura tanggung
Desa Pajang untuk mendak tirtha . Semua jempana yang berasal dari 33 penyungsung
Pura Meru menuju ke Pajang secara berarakan yang diiring dengan tetabuhan khas Bali.

D. Upacara Odalan Pura Meru


Selasa 11 Oktober 2011 pada purnama, semua
penyungsung Pura Meru melasti ke Pura Kelepug
Mayura pada pukul 09.00 WITA, di sana jempana
dimandikan atau disucikan serta mengganti bunga atau
sarana yang dipakai untuk menghias jempana karena
sudah layu dengan tirta yang ada didalam botol serta
menggunakan daun andong. Selesai pada pukul 11.0012.00 WITA dilanjutkan dengan kembali ke Pura Meru.
Sore harinya, jam 16.00 acara piodalan pura meru dilaksanakan. Dengan susunan acara
yang begitu rapi, ditambah dengan adanya tari-tarian yang membuat acara lebih sakral. Acara
piodalan pura meru ini dimpin oleh Ida Pedanda Siwa Budha. Kemudian acara dilanjutkan
dengan ngelungsur wangsuhpada. Acara berakhir sekitar jam 21.00.

E. Kegiatan yang Dilakukan PPM Karang Kecicang Setelah Upacara


Rabu 12 Oktober 2011 pukul setengah sembilan pagi, melasti kembali ke Pura kelepug
Mayura dan baru kembali pukul 11.00 siang. Sorenya kegiatan upacara selanjutnya yaitu
ngelukar. Malam harinya yaitu mepurwa daksina, dengan mengelilingi pura, kemudian keluar
menuju perempatan cakra, disana juga melakukan kegiatan purwa daksina. Adapun banten
yang di pakai oleh PPM karang kecicang yaitu: ketipat ayunan dan segehan pempatan. Setelah
itu warga pulang untuk melakukan persembahyangan bersama di pura lingkungan masingmasing. Kemudian mepralina (mengembalikan beliau ketempat asal) dengan dipimpin oleh
pemangku. Barulah diperbolehkan ngelungsur tirtha yang dipakai nuur ke ampenan.
Sebelumnya sarana yang dipakai untuk menghias jempana dilepas terlebih dahulu.
Tidak berhenti sampai di situ, esok harinya Kamis 13 Oktober 2011, acara dilanjutkan
dengan pengelemek pada pukul 04.00 waktu setempat dengan tujuan semua sarana apa saja
yang telah digunakan kembali seperti semula. Tenaga yang sudah keluar bisa kembali fit begitu
pula tanam-tanaman yang sudah dipetik dapat kembali tumbuh subur. Setiap kegiatan upacara
pasti ada yang namanya pengelemek. Dilanjutkan dengan membuka abah-abah. Rentetan
kegiatan mulai dari persiapan sampai yang terakhir pengelepekan di PPM Karang Kecicang
akhirnya selesai.

Adapun banten-banten yang diunakan dalam rangka menyambut acara piodalan di Pura Meru
Cakranegara:
Ngadegang di pura pempatan (saat menghias jempana)
- Tadah sukla dan pecanangan jempana
- Gempolan jempana
- Ketipat ayunan
Mendak bhatara tirta ke ampenan
- Ayunan penuhur
- Ketipat ajengan
- Inum-inuman
Melasti kepura kelepug mayura (pada saat purnama)
- Gempolan dan pecanangan jempana
- Canang sari
- Bayuhan alit
Purnama pujawali
- Suci satu soroh
- Sumbu satu pasang
- Tegen-tegenan
- Kurenan
- Pras daksina
- Jerimpen benah
- Jerimpen sambutan
- Pengulap
- Pengambe
- Penyegjeg
- Puncak manik
- Semayut lembaran
- Pajegan dan ajengan pajrgan
- Ketipat ajengan
- Bayuhan
- Bras sokan
- Ayunan tamas dan ketipat tamas
- Semayut sudamala di balak
- Pras dan tehenan arepan
- Penyeneng dipura kelepug
Melasti e pura kelepug ngelukar
- Gempolan dan pecanangan
- Bayuhan alit
Ngelukar
- Ketipatayunan
- Segehan pempatan karang kecicang

Banten-banten ini dibuat oleh para krama pura dengan cara di kenai satu kepala keluarga
masing-masing membuat benten yang berbeda, hanya banten suci, sumbu, dan pras serta tehenan
arepan yang dibuat oleh krama pura.

Anda mungkin juga menyukai