Reviu Kajian Awal Prastudi Kelayakan (Outline Business Case)
Reviu Kajian Awal Prastudi Kelayakan (Outline Business Case)
Juli 2015
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Maksud dan Tujuan .................................................................................... 3
1.3 Lingkup Kegiatan ........................................................................................ 4
1.4 Keluaran Hasil Studi ................................................................................... 5
1.5 Waktu Pelaksanaan .................................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN WILAYAH STUDI ................................................................. 6
2.1 Profil Wilayah Studi..................................................................................... 6
2.1.1 Propinsi Sumatera Selatan................................................................... 6
2.1.2 Kota Palembang ................................................................................... 8
2.2 Alasan Kebutuhan Proyek .......................................................................... 9
2.3 Profil Proyek KPBU................................................................................... 10
2.4 Status Persiapan Proyek .......................................................................... 11
BAB 3 METODOLOGI ...................................................................................... 12
3.1 Tahap Pelaksanaan Pekerjaan ................................................................. 12
3.2 Kajian dan Analisis.................................................................................... 14
3.2.1 Kajian Hukum ..................................................................................... 14
3.2.2 Kajian Teknis...................................................................................... 15
3.2.3 Kajian Ekonomi dan Komersial........................................................... 18
3.2.4 Kajian Lingkungan dan Sosial ............................................................ 20
3.2.5 Kajian Bentuk KPBU........................................................................... 20
3.2.6 Kajian Risiko....................................................................................... 21
3.2.7 Dukungan Pemerintah dan Penjaminan ............................................. 21
BAB 4 TINJAUAN KAJIAN................................................................................ 22
4.1 Tinjauan Kajian Hukum dan Kelembagaan............................................... 29
4.1.1 Kesesuaian dengan peraturan perundangan ..................................... 29
4.1.2 Pengidentifikasian risiko hukum dan strategi mitigasi......................... 30
4.1.3 Penyempurnaan peraturan perundangan........................................... 30
2). Lingkup kegiatan kajian akhir prastudi kelayakan ini, secara umum, terdiri
dari substansi sebagai berikut:
a. Kajian Hukum dan Kelembagaan;
b. Kajian Teknis;
c. Kajian Kelayakan Proyek (Analisis Pasar, Ekonomi, Finansial, Risiko);
d. Kajian Lingkungan dan Sosial;
e. Kajian Bentuk Kerjasama dalam Penyediaan Infrastruktur;
f. Kajian Kebutuhan Dukungan Pemerintah dan Jaminan Pemerintah;
g. Rancangan Dokumen Pengadaan Badan Usaha
2.1.1.2 Topografi
Di pantai timur tanahnya terdiri dari rawa-rawa dan perairan payau yang
dipengaruhi oleh pasang surut. Vegetasinya berupa tumbuhan palmaseae dan
kayu rawa (bakau). Sedikit kearah barat merupakan dataran rendah yang luas.
Lebih jauh masuk ke dalam wilayah daratan bagian barat semakin berbukit-bukit
konturnya.
Sumatera Selatan memiliki Bukit Barisan yang membelah Sumatera Selatan dalam
daerah perbukitan dan daerah lembah. Daerah perbukitan memiliki ketinggian 900
sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Beberapa puncak tertinggi
pada Bukit Barisan antara lain puncak Gunung Seminung (1.964 meter), Gunung
Dempo (3.159 meter), Gunung Patah (1.107 meter) dan Gunung Bungkuk (2.125
m). Bagian barat Bukit Barisan merupakan lereng. Sepanjang wilayah ini terdapat
aerah-daerah perkebunan karet, kelapa sawit dan pertanian seperti kopi, teh dan
berbagai macam sayuran.
2.1.1.3 Penduduk
Penduduk Sumatera Selatan tahun 2012 berjumlah 7.701.528 jiwa. Sedangkan
jumlah penduduk tahun 2013 adalah 7.828.700 jiwa atau meningkat 1,65 persen
dari tahun 2012.
Rasio jenis kelamin Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2013 sebesar 103,34
persen. Hal ini berarti bahwa dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat 103
penduduk laki-laki.
Untuk wilayah kabupaten/kota, rasio jenis kelamin di atas 105 dimiliki oleh
kabupaten Musi Banyuasin sebesar 105,05 persen dan Kota Pagar Alam sebesar
105,16. Sedangkan Kabupaten Ogan Ilir dan Kota Palembang memiliki rasio jenis
kelamin paling kecil, yaitu masing-masing 100,15 persen dan 100,27 persen.
2.1.1.4 Transportasi
Pembangunan dan peningkatan fasilitas transportasi seperti jalan dan jembatan
penting untuk menunjang kemudahan komunikasi dan mobilisasi antar daerah.
Semakin baik kondisi jalan dan jembatan di suatu daerah, semakin lancar proses
pendistribusian barang dan jasa antar wilayah, selanjutnya akan berdampak pada
peningkatan pertumbuhan ekonomi. Seterusnya mobilitas penduduk dan modal
cenderung akan menjadi semakin tinggi dan daerah-daerah terisolir akan menjadi
terjangkau dan terbuka terhadap area lain.
Dinas Pekerjaan Umum sebagai perwakilan pemerintah dalam mengatur dan
memantau pembangunan dan peningkatan sarana jalan dan jembatan telah
berusaha melakukan penambahan panjang jalan setiap tahunnya. Pada tahun
2013, panjang jalan di Sumatera Selatan mencapai 1.462,87 km. Dari seluruh
panjang jalan tersebut 96,14 persen telah diaspal dan sisanya memiliki beraneka
jenis permukaan.
Pelabuhan laut di Palembang, Boom Baru, merupakan pusat kegiatan bongkar
muat barang dan jasa angkutan laut serta untuk memfasilitasi angkutan
penumpang laut. Kegiatan ini meliputi bongkar muat perdagangan dalam dan luar
negeri. Berbeda dengan angkutan barang, sistem angkutan penumpang hanya
beroperasi untuk penumpang dalam negeri.
Pada tahun 2013, jumlah kunjungan kapal asing meningkat dibanding tahun lalu
yaitu dari 820 unit tahun 2012 menjadi 835 unit tahun 2013. Demikian juga jumlah
unit kunjungan kapal domestik meningkat dari 2.790 tahun 2012 menjadi 3.019 unit
tahun 2013. Secara umum, volume bongkar muat barang perdagangan luar negeri
lebih kecil dibandingkan perdagangan dalam negeri. Pada tahun 2013, banyaknya
barang yang dimuat mencapai 2.308.784 ton sementara yang dibongkar mencapai
1.456.178 ton. Sedangkan volume perdagangan dalam negeri yang dimuat
mencapai 3.358.277 ton dan yang dibongkar mencapai 1.598.208 ton.
2.1.2.2 Topografi
Tanah relatif datar dan rendah, tempat - tempat yang agak tinggi terletak di bagian
utara kota. Sebagian Kota Palembang digenangi air terlebih lagi bila terjadi hujan
2.1.2.3 Kependudukan
Jumlah penduduk Kota Palembang pada pertengahan tahun 2013 adalah sebesar
1.535.900 jiwa dengan jumlah penduduk lakilaki sebanyak 769.000 jiwa dan
perempuan sebesar 766.900 jiwa; sedangkan jumlah penduduk pada pertengahan
tahun 2012 adalah sebesar 1.503.485 jiwa dengan pertumbuhan penduduk dari
tahun 2012 – 2013 adalah sekitar 1,02 persen.
Rasio Jenis Kelamin di Kota Palembang pada tahun 2013 sebesar 100,27 persen
yang berarti bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan dengan
jumlah penduduk perempuan. Untuk wilayah kecamatan, rasio jenis kelamin yang
tertinggi terdapat di kecamatan Seberang Ulu I sebesar 106,45 persen. Diurutan
kedua adalah kecamatan Gandus sebesar 102,61 persen, sedangkan diurutan
ketiga adalah kecamatan Kertapati dengan angka rasio jenis kelamin sebesar
101,23 persen.
2.1.2.4 Transportasi
b. Palembang saat ini menjadi salah satu kota tujuan untuk penyelenggaraan
event-event berskala nasional dan internasional. Salah satu kegiatan
terdekat yang akan dilaksanakan adalah penyelenggaraan Asian Games
2018. Oleh karena itu, Palembang membutuhkan sistem angkutan massal
yang memadai untuk memduahkan mobilitas para warga dan juga
wisatawan, baik domestik maupun asing, yang berkunjung ke Palembang.
c. Pelaksanaan Asian Games 2018 tersebut menjadi dasar pemerintah pusat
untuk melakukan penugasan kepada BUMN membangun LRT di Sumatera
Selatan. Penugasan itu rencananya akan memerintahkan pembangunan
prasarana oleh BUMN Karya, dan pengoperasian dan pemeliharaan sarana
oleh PT KAI. Akan tetapi, Badan Usaha Prasarana yang bertindak selaku
pengoperasi dan pemelihara prasara tidak ditentukan. Oleh karena itu,
skema KPBU mejadi salah satu alternatif pengadaan Badan Usaha
Prasarana.
investasi yang dilakukan. Data demand dengan metoda tertentu dapat juga
mengukur daya beli dari pengguna dan perspektif pengguna dari operasi kereta api.
Perhitungan perpindahan pengguna kendaraan pribadi dan moda angkutan umum
lainnya ke moda LRT juga akan memberikan masukan atau input terhadap
perhitungan kelayakan ekonomi. Kelayakan ekonomi dihitung dari penghematan
biaya operasi kendaraan dari nilai waktu di lintas yang dilalui LRT dan di lintas yang
tidak dilalui LRT (makro sistem).
PERSIAPAN N
• Administrasi & personel P A
P
A A
• Pemantapan Metodologi H IS
A
T R
• Pengumpulan data E
P
2) menentukan unit kerja, serta peran dan tanggung jawab unit kerja
tersebut, dan sistem pelaporan;
3) menentukan dan menyiapkan perangkat regulasi kelembagaan;
4) menentukan jenis-jenis perizinan/persetujuan yang diperlukan;
5) menetapkan kerangka pengambilan keputusan.
Matriks Asal
(Prior Matrix)
Jaringan Pembebanan Perjalanan Data Volume
Jalan (Trip Assignment) di ruas
Upper Level
tidak
Pembebanan Perjalanan
(Trip Assignment)
Matriks Terakhir
Sebagai Solusi
Prediksi Matriks
(Tij) Lower Level
Data Demand:
ta Volume di
Bangkitan-Tarikan
Ruas
Sebaran
Pergerakan
Rute Terpilih
Model Pemilihan
Moda
Prediksi Pengguna
LRT
Proses pemilihan teknologi LRT tahap kedua diawali dengan penentuan kriteria yang
akan digunakan dalam Analisis Multi Kriteria. Kriteria-kriteria ini akan dinilai tingkat
kepentingannya oleh semua wakil stakeholders melalui mekanisme wawancara. Ada
beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan kriteria yang akan
digunakan, yaitu :
i. Pengakomodasian terhadap kepentingan setiap stakeholders yang
berkepentingan (Potensi demand, Masyarakat, Pemerintah, dan Investor/
Operator).
ii. Pengakomodasian terhadap pertimbangan teknis yang perlu diperhatikan
dalam implementasi (biaya, pembebasan lahan, dll)
iii. Pengakomodasian terhadap kriteria konseptual dalam pengembangan sistem
angkutan umum massal.
Perpindahan Moda
dilintas atau
pergerakan antar zona
yang dilayani LRT
Penghematan Nilai
Waktu dan Biaya
Operasi Kendaraan
Tabel 2.2 Tabel 3.2 Komponen Biaya Perjalanan Masing-masing Jenis Sarana
No. Sarana Komponen Biaya Perjalanan
1 Kereta Api Biaya perjalanan akses ke stasiun (menggunakan
sarana yang biasa digunakannya ke bandara)
Tarif KA stasiun-Bandara
2 Mobil Pribadi Biaya operasi kendaraan ke/dari bandara
Tarif tol
3 Bus Biaya perjalanan akses ke terminal
Tarif bus terminal-bandara
4 Taksi Tarif taksi
Tarif tol
Keterangan: Semua komponen biaya perjalanan tersebut masih ditambah dengan biaya nilai waktu
perjalanan
Review Outline Business Case/ Kajian Awal Prastudi Kelayakan 19
PT. Taram
Indikator ekonomi baku yang biasa digunakan dalam evaluasi finansial dan ekonomi
antara lain adalah: Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit
Cost Ratio (BCR) dan Break Event Point (BEP). Secara umum semua indikator
tersebut akan memberikan suatu besaran yang membandingkan nilai manfaat dan
biaya dari setiap alternatif yang diusulkan, namun secara spesifik setiap indikator
tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Pada umumnya semua indikator
tersebut perlu diperiksa untuk menggambarkan secara lebih jelas kejadian-kejadian
ekonomi selama masa perencanaan. Pada bagian berikut ini disampaikan
penjelasan singkat mengenai indikator kelayakan yang dimaksud.
A. Net Present Value (NPV)
Net Present Value adalah selisih antara Present Value Benefit dikurangi dengan
Present Value Cost. Hasil NPV dari suatu proyek yang dikatakan layak secara
finansial adalah yang menghasilkan nilai NPV bernilai positif. Dalam hal ini semua
rencana dinyatakan layak apabila NPV > 0
B. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) adalah besarnya tingkat suku bunga pada saat nilai
NPV = 0. Nilai IRR dari suatu proyek harus lebih besar dari nilai suku bunga yang
berlaku atau yang ditetapkan dipakai dalam perhitungan kelayakan proyek. Nilai ini
digunakan untuk memperoleh suatu tingkat bunga dimana nilai pengeluaran
sekarang bersih (NPV) adalah nol. Perhitungan untuk dapat memperoleh nilai IRR
ini dilakukan dengan cara coba-coba (trial and error).
Jika nilai IRR lebih besar dari discount rate yang berlaku, maka proyek mempunyai
keuntungan ekonomi dan nilai IRR pada umumnya dapat dipakai untuk membuat
rangking bagi usulan-usulan proyek yang berbeda.
C. Payback period
Payback period digunakan untuk mengetahui jangka waktu pengembalian investasi
yang dilakukan. Payback period juga digunakan sebagai dasar untuk perhitungan
amsa konsesi.
Tinjauan kajian ini dilakukan atas dokumen Studi Kelayakan Monorel (LRT)
Sumatera Selatan yang diselenggarakan oleh pemerintah Dinas Perhubungan
Provinsi Sumatera Selatan dengan bantuan konsultan PT Dwi Eltis pada tahun
anggaran 2013, Laporan Akhir Basic Design Monorel Sumatera Selatan tahun
2014, Studi AMDAL dan izin lingkungan yang sudah diperoleh tahun 2014, dan izin
trase yang dikeluarkan Kementerian Perhubungan pada tahun 2015.
Secara umum hasil tinjauan atas kajian tersebut dirangkum pada tabel di bawah
ini.
Tabel 4.1 Rangkuman Hasil Tinjauan Kajian
ketersediaan kedalaman
Hasil review tidak
ada cukup kurang
ada
1. Hukum & Kelembagaan
1.1 Analisis Peraturan Perundang-undangan
memastikan bahwa KPBU dilaksanakan
1.1.1 sesuai dengan peraturan perundangan V X
antara lain :
a. pendirian Badan Usaha X
b. penanaman modal X
c. persaingan usaha X
d. Lingkungan V
e keselamatan kerja X
f pengadaan tanah V
pembiayaan KPBU termasuk
g V
mekanisme pembiayaan KPBU
h perizinan KPBU V
i Perpajakan X
j peraturan sectoral X
1.1.2 menentukan risiko hukum dan mitigasinya X
mengkaji kemungkinan penyempurnaan
1.1.3 peraturan perundangan atau menerbitkan X
peraturan perundangan yang baru
menentukan jenis jenis perijinan/persetujuan
1.1.4 X
yang diperlukan
ketersediaan kedalaman
Hasil review tidak
ada cukup kurang
ada
menyiapkan rencana & jadwal pelaksanaan
1.1.5 untuk kebutuhan mendapatkan izin dan X
persetujuan (poin 4)
2. Kajian Teknis
2.1 Analisis Teknis
2.1.1 standar kinerja teknis operasi X
alternatif tapak , besaran proyek, kualitas,
2.1.2 X
teknologi dan waktu pelaksanaan
a. Alternatif tapak
b. besaran proyek
c. kualitas & teknologi
d. waktu pelaksanaan
kapasitas keluaran dan standard teknis yang
2.1.3 diperlukan, serta menyiapkan rangcangan X
awal yang layak secara teknis
identifikasi aset BUMN/BUMD yang
2.1.4 X
digunakan untuk KPBU
identifikasi ketersediaan pasokan sumber
2.1.5 daya untuk keberlangsungan KPBU, (listrik, X
air)
identifikasi dan persyaratan SDM, bahan
2.1.6 X
baku, pelayanan jasa, akses ke tapak
2.1.7 CAPEX dan asumsi yang digunakan V X
2.1.8 Jenis Revenue & OPEX V X
2.1.9 mengidentifikasi Standar Pelayanan Minimal X
ketersediaan kedalaman
Hasil review tidak
ada cukup kurang
ada
(SPM)
ketersediaan kedalaman
Hasil review tidak
ada cukup kurang
ada
3.2.1 konsultasi public
tanggapan dan penilaian calon investor
3.2.2 terhadap kelayakan, risiko dan dukungan
dan atau jaminan pemerintah untuk KPBU
pengumpulan tanggapan dan penilaian
3.2.3 lembaga keuangaan nasional/internasional
mengenai potensi pemberian pinjaman
strategi mengurangi risiko pasar dan
3.2.4
meningkatkan persaingan dalam KPBU
penilaian struktur pasar untuk meningkatkan
3.2.5
tingkat kompetisi
ketersediaan kedalaman
Hasil review tidak
ada cukup kurang
ada
3.3.5 penilaian Kelayakan ekonomi (EIRR, ENPV) X
Analisis sensitivitas (ketidak pastian KPBU
3.3.6 X
vs tingkat kelayakan ekonomi)
ketersediaan kedalaman
Hasil review tidak
ada cukup kurang
ada
peningkatan kapasitas dan program
c. X
pelatihan, jika diperlukan
perkiraan biaya untuk proses perizinan
d. X
lingkungan
rencana dan jadwal kepatuhan
e. X
lingkungan
4.1.2 KA ANDAL V X
4.1.3 Prosedur Kajian Dampak Lingkungan X
Tanggung Jawab PJPK dalam Penyusunan
4.1.4 X
Dokumen AMDAL bagi KPBU
ketersediaan kedalaman
Hasil review tidak
ada cukup kurang
ada
6. Kajian Risiko
6.1 identifikasi risiko X
6.2 besaran risiko X
6.3 alokasi risiko X
6.4 mitigasi risiko X
4.2.1.5 Identifikasi SDM, bahan baku, pelayanan jasa, dan akses ke tapak
Pada studi kelayakan belum menyajikan identifikasi dan prasyarat sumber daya
manusia, bahan baku, pelayanan jasa, dan akses ke tapak. Studi ini penting
dilakukan untuk menjadi salah satu acuan penghitungan pada analisis keuangan.
4.2.1.6 CAPEX dan asumsi
Pada studi kelayakan terdapat perhitungan CAPEX, akan tetapi penjelasan asumsi
dan detail perhitungan masih harus dianalisis dan disesuaikan mendekati kondisi
riil.
4.2.1.7 Jenis revenue dan OPEX
Pada studi kelayakan, jenis pendapatan yang disampaikan adalah pendapatan dari
tiket dan keuntungan jasa, perlu analisis lebih lanjut mengenai potensi pendapatan
lainnya, seperti misalnya pendapatan dari parkir.
Studi kelayakan juga telah mencantumkan analisis perhitungan OPEX, akan tetapi
komponen-komponen dalam OPEX masih harus diperbaiki.
4.2.1.8 Identifikasi Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Pada studi kelayakan belum mencantumkan standar pelayanan minimal bagi LRT
Palembang.
PI-1 terletak di ruas Jl. Akses Bandara. Lengkung horizontal direncanakan dengan
jari-jari lengkung R = 200 m.
PI-2 terletak di ruas Jl. Akses Bandara. Lengkung horizontal direncanakan dengan
jari-jari lengkung R = 200 m.
PI-3 terletak di simpang Jl. Tanjung Api-Api dengan Jl. Akses Bandara. Lengkung
horizontal direncanakan dengan jari-jari lengkung R = 250 m.
PI-4 terletak di ruas Jl. Tanjung Api-Api. Lengkung horizontal direncanakan dengan
jari-jari lengkung R = 550 m.
PI-5 terletak di simpang Jl. Tanjung Api-Api dengan Jl. Kolonel H. Burlian.
Lengkung horizontal direncanakan dengan jari-jari lengkung R = 200 m.
Pada simpang Jl. Jend. Sudirman-Jl. Demang Lebar Daun, trase LRT dengan V
rencana = 60 km/jam menghasilkan jari-jari lengkung horizontal R= 200 m yang
memotong sebagian besar kolam. Jika menggunakan R = 100 m, trase LRT hanya
sedikit memotong kolam tetapi akan mengurangi V rencana menjadi 30 km/jam.
PI-13 terletak di ruas Jl. Angkatan 45. Lengkung horizontal direncanakan dengan
jari-jari lengkung R = 200 m.
PI-14 terletak di ruas Jl. Angkatan 45. Lengkung horizontal direncanakan dengan
jari-jari lengkung R = 1000 m.
PI-15 terletak di ruas Jl. Angkatan 45. Lengkung horizontal direncanakan dengan
jari-jari lengkung R = 200 m.
Pada persimpangan Jl. Kapten A. Rivai – Jl. Jend. Sudirman, trase LRT dengan V
rencana = 60 km/jam menghasilkan jari-jari lengkung horizontal R= 200 m yang
memotong beberapa gedung. Jika menggunakan R = 100 m, trase LRT hanya
memotong pelataran gedung tetapi akan mengurangi V rencana menjadi 30
km/jam.
19). Tikungan PI-19.
Tikungan PI-19 terletak di ruas Jl. Jenderal Sudirman. Lengkung horizontal
direncanakan dengan jari-jari lengkung R = 200 m. Tetapi untuk PI-19 dengan PI-
18 terjadi overlap lengkung sehingga untuk PI-18 tidak digunakan lengkung
perlaihan. Direkomendasikan agar lengkung PI-19 dan PI-18 digabung menjadi
satu lengkung, tetapi hal tersebut akan menambah luas lahan yang harus
dibebaskan karena jika digabung akan melewati beberapa gedung di
persimpangan Jl. Kapten A. Rivai - Jl. Jenderal Sudirman.
PI-20 terletak di ruas Jl. Jenderal Sudirman dekat dengan bundaran Masjid Agung.
Lengkung horizontal direncanakan dengan jari-jari lengkung R = 400 m.
PI-21 terletak di ruas Jl. Kolonel Abunjani (sebelum Jembatan Ampera). Lengkung
horizontal direncanakan dengan jari-jari lengkung R = 400 m.
22). Tikungan PI-22
PI-22 terletak di ruas Jl. Kolonel Abunjani (setelah Jembatan Ampera). Lengkung
horizontal direncanakan dengan jari-jari lengkung R = 400 m.
2. Non-Farebox (TOD, iklan, area parkir, sewa gudang, sewa internet, usaha
retail, dan usaha lainnya) 5.15 juta USD per tahun
Terdapat perhitungan keseimbangan antara biaya dan pendapatan KPBU selama
masa kerjasama melalui estimasi laba rugi dan proyeki arus kas, namun
dikarenakan kurang tepatnya asumsi asumsi makro seperti WACC (4.2%) maka
perlu perbaikan terkait hal keseimbangan antara biaya dan pendapatan KPBU.
Tidak ada kajian terkait kenaikan biaya, penyelesaian lebih awal, pengembalian
KPBU melebihi tingkat maksimum, dan pemberian insentif atau pemotongan
pembayaran dalam hal pemenuhan kewajiban.
oleh kegiatan sejenis akan dikaji dan digunakan sebagai analogi untuk
memperkirakan dampak pada studi Andal rencana pembangunan light rail
transit LRT Palembang. Misalnya, analogi studi andal yang dapat digunakan
dalam studi Andal rencana pembangunan yang sejenis.
C. Penilaian Para Ahli
Prakiraan dampak dilakukan berdasarkan pengalaman dan pengetahuan para
ahli apabila terdapat parameter yang sangat terbatas data atau informasi.
Dalam hal ini, pendekatan penilaian para ahli dalam memprediksi dampak
sosekbud, dilakukan melalui penilaian para ahli yang mendasarkan pada nilai
rata-rata (means) dengan memperhatikan tata nilai, adat istiadat dan budaya
masyarakat sekitar.
Proyek LRT Palembang ini merupakan proyek yang membutuhkan AMDAL,
meskipun dalam studi kelayakan tidak tercantum dengan jelas, namun izin AMDAL
sudah keluar. Kajian ini seharusnya mencakup:
1. Penapisan
2. KA ANDAL
3. Prosedur kajian dampak lingkungan
4. Tanggung jawab PJPK dalam penyusunan dokumen AMDAL bagi KPBU
1. Persepsi masyarakat
Tahap Konstruksi
1. Kesempatan kerja dan berusaha
Sumber dampak dari penerimaan tenaga kerja dalam bidang konstruksi
memberikan dampak terhadap masyarakat atas kesempatan bekerja di bidang
konstruksi dari pembangunan LRT. Kegiatan pembangunan LRT juga berdampak
kepada kreativitas masyarakat untuk menangkap atau memanfaatkan peluang
usaha yang berkenaan dengan pembangunan LRT. Salah satu jenis usaha yang
memungkinkan dikembangkan masyarakat adalah jasa pelayanan angkutan
material dan pekerja, dan jasa penyediaan konsumsi pekerja. Manusia yang
terkena dampak langsung yaitu mereka yang bekerja di tahap konstruksi sebanyak
320 orang. Dari penghasilan atau upah yang diperoleh, dimanfaatkan untuk
kebutuhan keluarga. Pada sisi lain, konstruksi pembangunan LRT juga
membangkitkan jenis-jenis usaha baru seperti jasa angkutan, jasa pemondokan,
jasa katering, dll., yang berhubungan dengan kegiatan pembangunan LRT. Oleh
karena itu besaran dampak dapat melibatkan sebanyak minimal 1500 orang baik
yang terlibat langsung maupun yang terlibat tidak langsung. Kemunculan usaha-
usaha lain yang menunjang kegiatan pembangunan LRT merupakan masukan
untuk besaran dampak dari kesempatan kerja dan usaha. Besar dampak yang
terjadi diperkirakan mempunyai kuantifikasi besaran dampak dengan nilai sebesar
satu skala kualitas lingkungan hidup dituangkan dalam tabel berikut.
Tabel 4.6 Besaran dan Sifat Penting Dampak Kesempatan Kerja dan Usaha
No. Kriteria Tolak Ukur Ada LRT Tanpa LRT
1. Jumlah manusia yang Rekruitmen 320 pekerja P TP
terkena dampak
2. Luas penyebaran Meliputi 4 kecamatan P TP
dampak dalam Kota Palembang
3. Lama dan intensitas < 4 th P TP
dampak berlangsung
Sumber: Kriteria Dampak Berdasarkan PP no. 27 tahun 2012; Permen LH no. 5 tahun 2012
P=penting; TP=Tidak Penting; nilai atau angka kesimpulan merupakan penjumlahan dari selisih angka ada
kegiatan dan tanpa kegiatan; bila ada nilai P di kolom 4, maka kesimpulan menjadi penting (P).
2. Peningkatan Pendapatan
Dengan keterlibatan masyarakat bekerja dan mengupayakan kegiatan usaha yang
berkaitan dengan pembangunan LRT adalah salah satu sumber dari dampak
peningkatan pendapatan masyarakat. Walaupun jumlah penduduk yang terlibat
dan berkesempatan bekerja sebanyak 320 orang termasuk relatif kecil tetapi
pendapatan dari bekerja dalam pembangunan LRT dapat nilai tambah ekonomi
untuk keluarga, dengan nilai tidak kurang dari upah minimum buruh. Bila upah rata-
rata buruh per bulan adalah 1,5 juta rupiah maka dana yang dapat diserap oleh
buruh berjumlah sekitar 500 juta rupiah. Nilai rupiah hasil kerja buruh dalam proses
pembangunan LRT Palembang merupakan besaran dampak yang terjadi terhadap
pendapatan. Kuantifikasi dampak yang terjadi dari peningkatan pendapatan terlihat
dalam tabel berikut.
Tabel 4.7 Besaran dan Sifat Penting Dampak Peningkatan Pendapatan
No. Kriteria Tolak Ukur Ada LRT Tanpa LRT
1. Jumlah manusia yang Jumlah manusia minimal P TP
terkena dampak yang dilibatkan dalam
dampak dapat mencapai
320 x 4 orang
2. Luas penyebaran Meliputi 4 kecamatan P TP
dampak dalam Kota Palembang
3. Lama dan intensitas < 4 th, terus menerus P TP
dampak berlangsung
4. Komponen LH yang Sosekbud P TP
kena dampak
5. Sifat kumulatif Satu dampak menjadi P TP
multi efek
6. Berbalik atau tidak Bisa berbalik TP TP
7. Teknologi Tidak diperlukan TP TP
teknologi
8. Peningkatan Memperoleh 5 4
pendapatan penghasilan minimal
UMR tingkat propinsi
Sumsel
Kesimpulan +1P
Sumber: Kriteria Dampak Berdasarkan PP no. 27 tahun 2012; Permen LH no. 5 tahun 2012
P=penting; TP=Tidak Penting; nilai atau angka kesimpulan merupakan penjumlahan dari selisih
angka ada kegiatan dan tanpa kegiatan; bila ada nilai P di kolom 4, maka kesimpulan menjadi
penting (P).
multi efek
6. Berbalik atau tidak Bisa berbalik TP TP
7. Teknologi Pemasangan pagar, P TP
rambu lalu lintas
8. Gangguan Jumlah kendaraan yang 4,5 5
kelancaran lalu lintas melintas: Sudirman
macet tahun 2035 dan
Jl. Ryakudu macet tahun
2025
Kesimpulan - 0,5 P
Sumber: Kriteria Dampak Berdasarkan PP no. 27 tahun 2012; Permen LH no. 5 tahun 2012
P=penting; TP=Tidak Penting; nilai atau angka kesimpulan merupakan penjumlahan dari selisih angka ada
kegiatan dan tanpa kegiatan; bila ada nilai P di kolom 4, maka kesimpulan menjadi penting (P).
Sumber: Kriteria Dampak Berdasarkan PP no. 27 tahun 2012; Permen LH no. 5 tahun 2012
P=penting; TP=Tidak Penting; nilai atau angka kesimpulan merupakan penjumlahan dari selisih angka ada
kegiatan dan tanpa kegiatan; bila ada nilai P di kolom 4, maka kesimpulan menjadi penting (P).
5. Persepsi masyarakat
Kegiatan konstruksi LRT memberikan dampak terhadap opini atau pendapat
masyarakat. Persepsi yang berlangsung dalam masyarakat dapat berupa persepsi
positif dan dapat juga persepsi negatif. Masyarakat yang setuju dan optimis tentang
konstruksi pembangunan LRT Palembang akan memberikan dampak persepsi
positif sebaliknya masyarakat yang tidak setuju atau pesimis terhadap konstruksi
pembangunan LRT Palembang akan mempunyai persepsi negatif. Besaran
dampak merupakan jumlah atau persentase (70-90 persen) masyarakat setuju dan
mengharapkan segera dibangun sehingga bukan sebagai angan-angan orang
Palembang. Besaran dampak yang terjadi dikuantifikasikan dengan nilai sebesar
0,5 skala kualitas lingkungan hidup.
Tabel 4.10 Besaran dan Sifat Penting Dampak Persepsi Masyarakat
No. Kriteria Tolak Ukur Ada LRT Tanpa LRT
1. Jumlah manusia yang Persentase orang yang P TP
terkena dampak mengalami keresahan
2. Luas penyebaran Meliputi 4 kecamatan P TP
dampak dalam Kota Palembang
3. Lama dan intensitas < 4 th TP TP
dampak berlangsung
4. Komponen LH yang Sosekbud P TP
kena dampak
5. Sifat kumulatif Satu dampak menjadi TP TP
multi efek
6. Berbalik atau tidak Bisa berbalik P TP
7. Teknologi Belum ada teknologi TP TP
mengatas persepsi
masyarakat
8. Persepsi masyarakat Antusias masyarakat 4,5 5
tentang pelaksanaan
pembangunan LRT
Kesimpulan +1P
Sumber: Kriteria Dampak Berdasarkan PP no. 27 tahun 2012; Permen LH no. 5 tahun 2012
P=penting; TP=Tidak Penting; nilai atau angka kesimpulan merupakan penjumlahan dari selisih angka ada
kegiatan dan tanpa kegiatan; bila ada nilai P di kolom 4, maka kesimpulan menjadi penting (P).
Tahap Operasi
Dampak penting hipotetik yang akan terjadi pada tahap operasi adalah
Sumber: Kriteria Dampak Berdasarkan PP no. 27 tahun 2012; Permen LH no. 5 tahun 2012
P=penting; TP=Tidak Penting; nilai atau angka kesimpulan merupakan penjumlahan dari selisih angka ada
kegiatan dan tanpa kegiatan; bila ada nilai P di kolom 4, maka kesimpulan menjadi penting (P).
2. Peningkatan kebisingan
Pengoperasian LRT Palembang diduga memberikan dampak penting terhadap
peningkatan kebisingan. Intensitas bising yang berlangsung tidak berlangsung
lama atau bising yang sesaat pada waktu tertentu yaitu saat kereta LRT melintas
akan berlangsung terus-menerus selama pengoperasian LRT Palembang. Nilai
kebisingan saat ini (th 2013) sudah melewati nilai ambang batas BML (> 55 dBA).
Tingkat kebisingan bersumber dari aktivitas kendaraan yang melintas di jalan.
Kegiatan pengoperasian LRT tentu menambah intensitas bising. Penambahan
intensitas bising tidak dapat ditentukan dengan menambah aljabar dari tingkat
kebisingan aktual dengan prediksi tingkat kebisingan dengan keberadaan kegiatan
pengoperasian LRT Palembang. Kondisi kebisingan yang telah mencapai 60
hingga 70 dBA tidak dapat diturunkan lagi. Besaran dampak yang disumbangkan
dalam integritas kegiatan transportasi adalah relatif kecil tetapi dapat meningkatkan
intensitas kebisingan. Besaran dampak relatif kecil tetapi berlangsung lama
sehingga kuantifikasi dampak menjadi bernilai 0,3 skala kualitas lingkungan hidup.
Tabel 4.12 Besaran dan Sifat Penting Dampak Peningkatan Kebisingan
No. Kriteria Tolak Ukur Ada LRT Tanpa LRT
1. Jumlah manusia yang Persentase orang yang P TP
terkena dampak mengalami keresahan
2. Luas penyebaran Meliputi 4 kecamatan P TP
dampak dalam Kota Palembang
3. Lama dan intensitas < 30 th TP P
dampak berlangsung
4. Komponen LH yang Sosekbud P TP
kena dampak
5. Sifat kumulatif Satu dampak menjadi TP TP
multi efek
6. Berbalik atau tidak Tidak berbalik P TP
7. Teknologi Menjaga kondisi TP TP
lokomotif dan rangkaian
tetap berstatus standar.
Diperlukan
pemeliharaan,
pengawasan dan
perbaikan rutin.
8. Peningkatan bising Skala rona awal adalah 0,7 1
1 skala kualitas LH
(bab2).
Kesimpulan - 0,3 P
Sumber: Kriteria Dampak Berdasarkan PP no. 27 tahun 2012; Permen LH no. 5 tahun 2012
P=penting; TP=Tidak Penting; nilai atau angka kesimpulan merupakan penjumlahan dari selisih angka ada
kegiatan dan tanpa kegiatan; bila ada nilai P di kolom 4, maka kesimpulan menjadi penting (P).
Sumber: Kriteria Dampak Berdasarkan PP no. 27 tahun 2012; Permen LH no. 5 tahun 2012
P=penting; TP=Tidak Penting; nilai atau angka kesimpulan merupakan penjumlahan dari selisih angka ada
kegiatan dan tanpa kegiatan; bila ada nilai P di kolom 4, maka kesimpulan menjadi penting (P).
Sumber: Kriteria Dampak Berdasarkan PP no. 27 tahun 2012; Permen LH no. 5 tahun 2012
P=penting; TP=Tidak Penting; nilai atau angka kesimpulan merupakan penjumlahan dari selisih angka ada
kegiatan dan tanpa kegiatan; bila ada nilai P di kolom 4, maka kesimpulan menjadi penting (P).
Pergerakan kereta LRT tidak ada hambatan sehingga ketepatan waktu tempuh
untuk mencapai stasiun atau feeder berikutnya menjadikan LRT sebagai alat
transportasi yang dapat diandalkan. Oleh karena itu masyarakat pengguna LRT
dapat mencapai lokasi tujuan dengan tepat waktu, sehingga LRT Palembang
memberikan dampak penting hipotetik terhadap peningkatan aksesibilitas lokasi
tujuan. Besaran dampak yang terjadi berupa tingkat kecepatan dan ketepatan
waktu mencapai lokasi tujuan penumpang dapat diandalkan.
Tabel 4.15 Besaran dan Sifat Penting Dampak Peningkatan Aksesibilitas
No. Kriteria Tolak Ukur Ada LRT Tanpa LRT
1. Jumlah manusia yang Jumlah manusia yang P TP
terkena dampak menggunakan LRT
2. Luas penyebaran Meliputi 4 kecamatan P TP
dampak dalam Kota Palembang
3. Lama dan intensitas < 30 th, terus menerus P TP
dampak berlangsung
4. Komponen LH yang Komponen: Sosekbud P TP
kena dampak
5. Sifat kumulatif Satu dampak menjadi P TP
multi efek
6. Berbalik atau tidak Bisa berbalik TP TP
7. Teknologi Pemeliharaan dan P TP
pengawasan
operasional LRT
8. Peningkatan Waktu tempuh tepat dan 5 4
aksesibilitas cepat sampai
Kesimpulan +1P
Sumber: Kriteria Dampak Berdasarkan PP no. 27 tahun 2012; Permen LH no. 5 tahun 2012
P=penting; TP=Tidak Penting; nilai atau angka kesimpulan merupakan penjumlahan dari selisih angka ada
kegiatan dan tanpa kegiatan; bila ada nilai P di kolom 4, maka kesimpulan menjadi penting (P).
kendaraan pribadi secara sadar dengan asumsi bahwa pengguna jalan tersebut
beralih kepada memanfaatkan jasa layanan transportasi LRT Palembang.
Tabel 4.16 Besaran dan Sifat Penting Dampak Penurunan Penggunaan BBM
No. Kriteria Tolak Ukur Ada LRT Tanpa LRT
1. Jumlah manusia yang Jumlah manusia yang P TP
terkena dampak menggunakan kendaraan
umum dan kendaraan
pribadi
2. Luas penyebaran Meliputi 4 kecamatan P TP
dampak dalam Kota Palembang
3. Lama dan intensitas < 4 th, terus menerus P TP
dampak berlangsung
4. Komponen LH yang Komponen: Sosekbud P TP
kena dampak
5. Sifat kumulatif Satu dampak menjadi P TP
multi efek
6. Berbalik atau tidak Bisa berbalik TP TP
7. Teknologi Pemasangan pagar yang P TP
rapi, spanduk, sponsor.
8. Penurunan Pengurangan ijin 4,5 3,5
penggunaan BBM operasional kendaraan
umum bus kota, kondisi
rona awal jumlah
kendaraan umum dan
pribadi
Kesimpulan +1P
Sumber: Kriteria Dampak Berdasarkan PP no. 27 tahun 2012; Permen LH no. 5 tahun 2012
P=penting; TP=Tidak Penting; nilai atau angka kesimpulan merupakan penjumlahan dari selisih angka ada
kegiatan dan tanpa kegiatan; bila ada nilai P di kolom 4, maka kesimpulan menjadi penting (P).
Tabel 4.17 Besaran dan Sifat Penting Dampak Peningkatan Kenyamanan dan
Keamanan Pengguna Transportasi Umum
No. Kriteria Tolak Ukur Ada LRT Tanpa LRT
1. Jumlah manusia yang Jumlah manusia yang P TP
terkena dampak menggunakan LRT
2. Luas penyebaran Meliputi 4 kecamatan P TP
dampak dalam Kota Palembang
3. Lama dan intensitas < 30 th, terus menerus P TP
dampak berlangsung
4. Komponen LH yang Komponen: Sosekbud P TP
kena dampak
5. Sifat kumulatif Satu dampak menjadi P TP
multi efek
6. Berbalik atau tidak Bisa berbalik TP TP
7. Teknologi Perawatan dan P TP
pengawasan sistem LRT
8. Peningkatan Pengguna LRT merasa 4,5 3,5
kenyamanan dan nyaman dan aman
keamanan
Kesimpulan +1P
Sumber: Kriteria Dampak Berdasarkan PP no. 27 tahun 2012; Permen LH no. 5 tahun 2012
P=penting; TP=Tidak Penting; nilai atau angka kesimpulan merupakan penjumlahan dari selisih angka ada
kegiatan dan tanpa kegiatan; bila ada nilai P di kolom 4, maka kesimpulan menjadi penting (P).
8. Persepsi masyarakat
Kegiatan pengoperasian LRT memberikan dampak terhadap opini atau pendapat
masyarakat. Persepsi yang berlangsung dalam masyarakat dapat berupa persepsi
positif dan dapat juga persepsi negatif. Masyarakat yang setuju dan optimis tentang
operasional LRT Palembang akan memberikan dampak persepsi positif sebaliknya
masyarakat yang tidak setuju atau pesimis terhadap operasional LRT Palembang
akan mempunyai persepsi negatif.
Tabel 4.18 Besaran dan Sifat Penting Dampak Persepsi Masyarakat
No. Kriteria Tolak Ukur Ada LRT Tanpa LRT
1. Jumlah manusia yang Persentase orang yang P TP
terkena dampak mengalami keresahan
2. Luas penyebaran Meliputi 4 kecamatan P TP
dampak dalam Kota Palembang
3. Lama dan intensitas < 4 th TP TP
dampak berlangsung
4. Komponen LH yang Sosekbud P TP
kena dampak
5. Sifat kumulatif Satu dampak menjadi TP TP
multi efek
6. Berbalik atau tidak Bisa berbalik P TP
7. Teknologi Belum ada teknologi TP TP
mengatasi persepsi
masyarakat
8. Persepsi masyarakat Antusias masyarakat 4,5 4
tentang pelaksanaan
pembangunan LRT
Kesimpulan +1P
Sumber: Kriteria Dampak Berdasarkan PP no. 27 tahun 2012; Permen LH no. 5 tahun 2012
P=penting; TP=Tidak Penting; nilai atau angka kesimpulan merupakan penjumlahan dari selisih angka ada
kegiatan dan tanpa kegiatan; bila ada nilai P di kolom 4, maka kesimpulan menjadi penting (P).
Kesimpulan review studi kelayakan LRT Palembang adalah bahwa analisis sosial
yang tercantum harus dilengkapi dengan:
1. Lembaga yang bertanggung jawab pada pembebasan tanah dan
permukiman kembali
2. Pihak yang terkena dampak dan kompensasinya
3. Kapasitas lembaga yang membayar kompensasi
4. Jadwal rencana permukiman kembali
5. Rencana pelatihan perlindungan sosial bagi masyarakat terkena dampak
(jika diperlukan)
C Pelaporan
1 Dokumen Review OBC
2 Draft FBC
3 Dokumen FBC
4 Dokumen Lelang
5 Draft Perjanjian Kerjasama (Term Sheet)
D Presentasi
1 Presentasi Dok. Review OBC
2 Presentasi Hasil Survey
3 Presentasi Draft FBC
4 Presentasi Dokumen Lelang & Perjanjian Kerjasama