AL- MATIN
2. QS. Az-Zariyat, 51 : 58
Al-MATIN –
Sebelum ayat ini, yaitu pada ayat 182 Allah menjelaskan bahwa orang-
orang yang mendustakan ayat-ayat-Nya akan dibiarkan dalam kesesatan
dengan nasib hidup yang tidak jelas. Mereka orang-orang kafir tidak
memahami sunnah-sunnah Allah tentang pertarungan antara sesuatu yang haq
dengan yang bathil ,dan yang bathil itu pasti hancur melawan yang haq.
Sebagaimana Allah jelaskan dengan firman-Nya :
“Sebenarnya Kami, melontarkan ayat yang haq kepada yang bathil, lalu yang
haq itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang bathil itu lenyap”.
(QS. Al-Anbiya’, 21 : 18).
Sedangkan dalam ayat berikutnya (QS. 7 : 183) menjelaskan bahwa
Allah memberi tangguh agar mereka bertaubat, bahkan Allah memberi
penghidupan yang lebih baik sesuai dengan sunnatullah, begitulah Allah
menjelaskan dengan firman-Nya :
Yang dimaksudkan ayat ini adalah : Aku (Allah) akan memberikan masa
tangguh kepada mereka, yaitu orang-orang kafir yang bersikeras tetap
mendustakan ayat-ayat-Nya. Dengan kata lain, Aku tenggelamkan mereka di
dalamnya dalam waktu yang cukup lama. Demikianlah penjelasan di dalam
Tafsir Ibnu Katsir.
Dalam Tafsir Al-Bayan, kalimat atau firman Allah ini dimaknai : “Tipu
daya-Ku adalah sangat kokohnya”. Dan dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan
bahwa yang dimaksud dengan firman Allah : “Sesungguhnya rencana-Ku amat
teguh” adalah : rencana Allah untuk mengazab mereka sangat kuat lagi keras.
Hadits Rasulullah Saw. riwayat Ibnu Bukhari dan Imam Muslim dari
Abu Musa :
Kata “Al-Matin” diartikan Yang Maha Kokoh atau Kukuh, begitu dalam
Ensiklopedi Islam menjelaskan dalam Tafsir Al-Bayan, kata “Al-Matin”
dimaknai: Yang Sangat Kokoh, dan firman Allah yang berbunyi ( ) –Kaidi
matin- dalam surat Al-A’raf tersebut berarti : tipu daya-Ku sangat kokohnya.
Dan dalam Al-Qur’an dan Tafsirnya Departemen Agama RI, firman Allah
tersebut diartikan : Rencana-Ku amat teguh. Sedangkan dalam buku
Menyingkap Tabir Ilahi, M. Quraish Shibab menjelaskan bahwa kata “Al-Matin”
terambil dari akar kata yang terdiri dari huruf-huruf mim, ta’ dan nun, yang
mengandung makna kekukuhan disertai dengan keterbentangan dan
kepanjangan. Tanah yang keras, tinggi dan memanjang dinamai “matn”. Tulang
punggung juga dinamai “matn”, karena dengannya badan menjadi kuat dan
tidak goyah. Menjauhkan seseorang atau mengasingkannya ke tempat yang
sangat jauh dilukiskan dengan kata “matana”. Di dalam Al-Qur’an kata “matin”
hanya ditemukan tiga kali. Dua ayat menyipati rencana Tuhan, yakni firman-
Nya dalam Surat Al-A’raf, 7 : 183 dan Surat Al-Qalam, 68 : 45. Sedangkan ayat
ketiga adalah ayat yang menyipati Allah, yaitu Surat Az-Zariat, 51 : 58.
Sifat “Al-Matin” disebutkan pula pada surat Az-Zariyat ayat 58 sebagai
berikut :
Ayat ini sangat erat dengan ayat sebelumnya (QS. 51 : 57) yang
menjelaskan bahwa sesungguhnya Dia-Allah tidak akan pernah meminta
bantuan kepada merkea, dan sebaliknya merekalah yang membutuhkan segala
dari pada-Nya.
Dan firman Allah dalam ayat berikutnya (QS. 51 : 58) “Sungguh, Allah
Dialah Maha Pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi Sangat Kokoh”.
Maksudnya adalah : Allah Swt. sama sekali tidak membutuhkan apapun dari
mereka. Karena sesungguhnya Dia-lah Pencipta segenap makhluk termasuk
mereka, dan Dia juga yang memberi dan menjamin rezekinya. Dia memiliki
kekuatan dan kekuasaan dan yang Maha Menang atas segala urusan-Nya.
Karena itu Dia yang Maha Kokoh terhadap segala sesuatu, namun sebagian
besar manusia tidak mengetahuinya.
Berkenaan dengan ayat tersebut (QS. 51: 58) dijelaskan dalam Tafsir
Al-Maraghi bahwa : Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah Ra. Salah satu
hadits Rasulullah Saw. Begitu juga dalam Tafsir Ibnu Kasir, ada keterangan dan
penjelasan hadits yang sama, Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan
kepada Kami Muhammad Ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami
Imran (yakni Ibnu Zaidah Ibnu Nasyit), dari Nasyit (yakni ayahnya), dari Abu
Khalid Al-Walibi, dari Abu Hurairah Ra. yang mengatakan bahwa Rasulullah
Saw. telah menceritakan hadits qudsi bahwa Allah Swt. telah berfirman :
Masih dalam kaitannya dengan ayat dan hadits tersebut, Imam Ahmad
meriwayatkan dari Waki’, dari Abu Mu’awiyah, dari Al-A’masy, dari Salam ibnu
Syurahbil yang mengatakan bahwa ia telah mendengar Habbah dan Sawa
(keduanya putra Khalid) mengatakan : Kami datang kepada Rasulullah Saw.
saat beliau sedang melakukan suatu pekerjaan atau sedang membuat suatu
bangunan –Menurut Abu Mu’awiyah sedang membetulkan sesuatu- kemudian
kami membantunya, dan setelah selesai, beliau Saw. mendoakan kami.
Sesudah itu beliau Saw. bersabda :
“Janganlah kamu berdua berputus asa dari rezeki selama kepalamu masih
dapat digerakkan. Karena sesungguhnya manusia itu dilahirkan oleh ibunya
dalam keadaan bayi merah tanpa mengenakan apa pun, kemudian Allah
memberi karunia dan rezeki”.
Ayat ini tidak terlepas kaitannya dengan ayat sebelumnya (QS. 68 : 44)
yang menjelaskan tentang pemberitahuan kepada Rasulullah Muhammad Saw.
agar menyerahkan urusannya kepada Allah bagi orang-orang yang tetap ingkar
dan mendustakan ayat-ayat-Nya (Al-Qur’an). Mereka diberi kesempatan
melakukan perbuatan dosa dan penganiayaan terhadap Rasul-Nya dan orang-
orang beriman bersamanya. Sehingga berangsur-angsur mereka melakukan
banyak dosa. Dengan demikian maka ancaman dan azab-Nya semakin
bertambah pula.
Selanjutnya dalam ayat berikutnya (QS. 68 : 45) Allah menegaskan
kembali bahwa : “Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya
rencana-Ku amat kokoh”. Yang dimaksud ayat ini adalah : Allah memberi
tangguh, tenggang waktu, dan kesempatan kepada mereka yang mendustakan
Allah dan Rasul-Nya, untuk melampiaskan nafsu dan kedudukannya. Dan dia
memberikan segala kesenangan dan apa-apa yang mereka inginkan. Dibalik itu
Allah mengakhirkan siksa dan azab-Nya. Itu semua merupakan tipu daya Allah
terhadap mereka, karena Allah adalah Zat Yang Maha Kokoh. Dia lah yang
sangat Teguh, dalam arti sangat kuat dan keras azab-Nya terhadap orang-
orang yang menantang perintah-Nya, durhaka terhadap diri-Nya dan Rasul-
Nya. Kebanyakan mereka tidak memperhatikan peringatan Allah dan Rasul-
Nya, sehingga pada akhirnya menyesal dan putus asa karena mendapatkan
siksa secara tiba-tiba. Hal ini sebagaimana firman-Nya dalam Surat Al-An’am :
KESIMPULAN