RANCANGAN AKTUALISASI
2. Deskripsi Organisasi
2.1 Profil Organisasi
a. Geografi
Puskesmas Sukajadi terletak di Jalan M. Yusuf Wahid
Perumnas Sukajadi Prabumulih. Wilayah kerjanya meliputi
Kelurahan Sukajadi dan Kelurahan Prabujaya, dengan luas
wilayah 1283 KM², dengan batas wilayah sebagai berikut :
1) Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan
Cambai
2) Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Prabumulih Utara
3) Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Sungai
Medang
4) Sebelah Timur : Berbatasan dengan Gunung Ibul Barat
Kelurahan Sukajadi terdiri dari 5 RW, 26 RT
sedangkan untuk Kelurahan Prabujaya terdiri dari 5 RW, 19
RT.
Jarak waktu tempuh sekitar 15 menit dan dapat dijangkau
dengan kendaraan bermotor.
b. Demografi
Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas
Sukajadi tahun 2019 sebanyak 25.498.
1) Luas Wilayah Kerja : 1283 KM²
2) Penduduk : 15.693 JIWA
3) Jumlah Kelurahan : 2 Kelurahan
Tabel I
Jumlah Sarana Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Sukajadi
Tahun 2019
JUMLAH
INSTITUSI
No SEKOLAH
PENDIDIKAN MURID GURU
Negeri Swasta
1 TK/PAUD - 9 374 30
2 SD/MI 8 - 2689 120
3 SMP 2 - 1509 110
4 SMA 2 3 2688 -
TOTAL 12 12 7260 -
Tabel II
Jumlah Kunjungan Pelayanan Kesehatan Dasar Di Puskesmas Sukajadi
Tahun2016- 2019
Tahun
NO Jenis Kunjungan
2017 2018 2019
A Umum 689 576 576
1 Bp. Umum 266 398 398
2 BP.Gigi 80 47 47
3 Bp Anak/MTBS 149 117 117
4 KIA/KB 105 68 68
5 LABOR 50 65 65
6 Gilingan Mas 39 211 211
B Jamsoskes 3503 5488 0
1 Bp.Umum 2370 1788 0
2 Bp.Gigi 114 267 0
3 BP Anak/MTBS 568 587 0
4 KIA/KB 115 189 0
5 Gilingan Mas 213 936 0
6 LABOR 123 167 0
C JAMKESMAS 0 0 0
D ASKES/BPJS 3186 5571 5571
1 Bp.Umum 1045
2 Gilingan Mas 478
3 BP Gigi 315
4 KIA/KB 515
5 BP Anak /MTBS 680
6 LABOR 153
1. Struktur Organisasi Puskesmas Sukajadi
c. Responsif
Program kesehatan harus sesuai dengan kebutuhan
dan keinginan rakyat, serta tanggap dalam mengatasi
permasalahan di daerah, situasi kondisi setempat, sosial
budaya dan kondisi geografis. Faktor-faktor ini menjadi dasar
dalam mengatasi permasalahan kesehatan yang berbeda-
beda, sehingga diperlukan penanganan yang berbeda pula.
d. Efektif
Program kesehatan harus mencapai hasil yang
signifikan sesuai target yang telah ditetapkan dan bersifat
efisien.
e. Bersih
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus
bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), transparan,
dan akuntabel.
Isu ini terkait dengan Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI
yaitu : Manajemen ASN dan Pelayanan Publik.
Kondisi Ideal: Petugas dapat melaksanakan pemberian Fe pada
ibu hamil.
Isu ini terkait dengan Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI
yaitu : Manajemen ASN dan Pelayanan Publik .
Kondisi Ideal : Ibu hamil resti >35 tahun terdata dan tertangani.
Isu ini terkait dengan Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI
yaitu : Manajemen ASN dan Pelayanan Publik.
Kondisi Ideal : Umur >35 tahun menggunakan KB MKJP agar
terhindar dari kehamilan.
4. Masih Banyak Ibu Hamil dengan Kekurangan Energi Kronik
(KEK) di Wilayah Kerja Puskesmas Sukajadi
Hasil analisis ibu hamil risiko KEK dengan jumlah sampel
total untuk seluruh Indonesia sebanyak 8187 ibu hamil. Prevalensi
ibu hamil risiko KEK di Indonesia sebesar (21,6%) dengan
prevalensi terendah terdapat di Provinsi Riau sebanyak 212 ibu
hamil risiko KEK(11,8%) dan tertinggi di Nusa Tenggara Timur
sebanyak 306 ibu hamil risiko KEK (32,4%) dan Papua barat
sebanyak 112 ibu hamil risikoKEK (30,4%). Bila dilihat menurut
wilayah, prevalensi ibu hamil risiko KEK umumnya lebih rendah di
Indonesia bagian barat dibanding di Indonesia bagian Timur. Di
wilayah Sumatra, prevalensi risiko KEK tertinggi di Provinsi
Bengkulu sebanyak 121 ibu hamil risiko KEK (25,6%), sedangkan
di wilayah Jawa dan Bali tertinggi di Provinsi Banten sebanyak
151 ibu hamil risiko KEK (27,8%), (Wahyuni, 2014).
Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Development
Goals/ MDGs, 2000) pada tahun 2015 diharapkan Angka
Kematian Ibu (AKI) menurun sebesar tiga-perempatnya dalam
kurun waktu 1990-2015 dan Angka Kematian Bayi dan Angka
Kematian Balita menurun sebesar dua-pertiga dalam kurun waktu
1990-2015. Berdasarkan hal itu Indonesia mempunyai komitmen
untuk menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 102/100.000 KH,
Angka Kematian Bayi dari 68 menjadi 23/1.000 KH, dan Angka
Kematian Balita 97 menjadi 32/1.000 pada tahun 2015
(Prasetyawati, 2012).
Isu ini terkait dengan Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI
yaitu : Manajemen ASN dan Pelayanan Publik.
Kondisi Ideal : Peningkatan pelayanan ibu hamil KEK
5. Kurang Optimalnya Pencatatn dan Pelaporan Kohort Ibu
Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sukajadi
Setiap hari seorang perempuan meninggal disebabkan
karena komplikasi dari kehamilan atau persalinan. Upaya untuk
mengatasi hal tersebut dengan persalinan yang sehat dan aman,
yaitu persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (Dinkes
Kota Semarang, 2017). Menurut (Runtunuwu, 2013) persalinan
merupakan proses di mana wanita mengeluarkan hasil konsepsi
dari dalam uterus yang dikeluarkan melalui vagina. Persalinan
dapat dilakukan dengan sectio caesaria ataupun normal.
Persalinan normal berawal dari pembukaan serta dilatasi yang
terjadi di serviks sebagai akibat dari kontraksi uterus dengan
durasi ataupun frekuensi serta kekuatan yang teratur (Astuti,
2017). Persalinan normal juga dapat diartikan sebagai lahirnya
janin dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat (Ujiningtyas,
2009).
Kurang optimalnya kohort yang ada dibidan wilayah, maka
kurang terdata nya ibu hamil yang bisa berpotensi mengalami
tanda bahaya dalam kehamilan yang tidak terdeteksi dari awal.
Isu ini terkait dengan Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI
yaitu :
H. Analisis Isu
Analisis isu dilakukan untuk menetapkan kriteria isu dan kualitas
isu. Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan kualitas isu tertinggi. Oleh
karena itu, perlu dikatakan analisis kriteria isu.
Alat analisis kriteria isu yang akan digunakan adalah dengan alat
analisis AKPK (Aktual, Kekhalayakan, Problematika, Kelayakan).
Bobot Keterangan
5 Sangat kuat pengaruhnya
4 Kuat Pengaruhnya
3 Sedang pengaruhnya
2 Kurang pengaruhnya
1 Sangat kurang pengaruhnya
Tabel 2.1. Bobot Penetapan Kriteria Kualitas Isu AKPK
ANALISIS KRITERIA ISU DENGAN ALAT ANALISIS AKPK
Tabel 2.2. Analisis kualitas isu dengan menggunakan alat analisis AKPK
b. Nasionalisme
Nasionalisme menurut modul nasionalisme (2017)
adalah pemahaman mengenai nilai-nilai kebangsaan.
Nasionalisme memiliki pokok kekuatan dalam menilai
kecintaan individu terhadap bangsanya. Salah satu cara untuk
menumbuhkan semangat nasionalisme adalah dengan
menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila.
Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang
meninggikan bangsanya sendiri. Secara politis nasionalisme
berarti pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia
terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada
nilai-nilai Pancasila.
Nilai-nilai dasar Nasionalisme meliputi: 45 butir
Pancasila. Nilai nasionalisme tersebut harus dimiliki oleh
setiap PNS dalam menjalankan fungsi dan tugas jabatannya.
Nilai-nilai nasionalisme yang sesuai lima sila dalam Pancasila,
yaitu sebagai berikut :
1) Ketuhanan Yang Maha Esa: Religius, toleran, amanah,
terpercaya, percaya diri.
2) Kemanusiaan yang adil dan beradab: humanis, tenggang
rasa, persamaan derajat, saling menghormati, tidak
diskriminatif.
3) Persatuan Indonesia : cinta tanah air, rela berkorban,
menjaga ketertiban, mengutamakan kepentingan publik,
gotong royong.
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan: musyawarah
mufakat, kekeluargaan, menghargai pendapat, bijaksana.
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia: Adil, tidak
serakah, tolong menolong, kerja keras, sederhana.
c. Etika Publik
Etika dapat dipahami sebagai sistem penilaian
perilaku serta keyakinan untuk menentukan perbuatan yang
pantas guna menjamin adanya perlindungan hak-hak individu,
mencakup cara-cara pengambilan keputusan untuk
membantu membedakan hal-hal yang baik dan buruk serta
mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan sesuai nila-nilai
yang dianut. Etika Publik merupakan refleksi tentang standar/
norma yang menentukan baik/ buruk, benar/ salah perilaku,
tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik
dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.
Nilai-nilai dasar ASN yang terkandung dalam etika
publik merujuk pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara yaitu :
d. Komitmen Mutu
Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri
ataupada orang lain yang tercermin dalam tindakan kita untuk
menjaga mutu kinerja pegawai. Bidang apapun yang menjadi
tanggung jawab pegawai negeri sipil semua mesti
dilaksanakan secara optimal agar dapat memberi kepuasan
kepada stakeholder. Komitmen mutu merupakan tindakan
untuk menghargai efektivitas, efisiensi, inovasi dan kinerja
yang berorientasi mutu dalam penyelenggaraan pemerintahan
dan pelayanan publik.
Nilai-nilai yang terkandung dalam komitmen mutu
adalah sebagai berikut:
1) Efektivitas, menunjukkan tingkat ketercapaian target
yang telah direncanakan, baik menyangkut jumlah
maupun mutu hasil kerja.
2) Efisiensi, merupakan tingkat ketepatan realisasi
penggunaan sumber daya dan bagaimana pekerjaan
dilaksanakan
3) Inovasi, adalah hasil pemikiran baru yang konstruktif,
sehingga sebagai aparatur yang diwujudkan dalam
bentuk profesionalisme layanan publik yang berbeda dari
sebelumnya, bukan sekedar menjalankan atau
menggugurkan tugas rutin.
4) Mutu, merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan
produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang
sesuai atau bahkan melebihi harapan konsumen.
e. Anti Korupsi
Menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001, korupsi adalah
tindakan melawan hukum dengan melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi
yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara. Identifikasi nilai dasar anti korupsi memberikan nilai -
nilai dasar anti korupsi yang prioritas dan memiliki signifikansi
yang tinggi bagi kita.
Nilai-nilai dasar anti korupsi penting untuk mencegah
terjadinya korupsi dan mendukung prinsip-prinsip anti korupsi
yang meliputi akuntabilitas, transparansi, kewajaran, kebijakan
dan kontrol kebijakan supaya semua dapat berjalan dengan
baik serta, untuk mencegah faktor eksternal penyebab korupsi.
4) Disiplin
Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang.
Ketekunan dan konsistensi untuk terus mengembangkan
potensi diri membuat seseorang akan selalu mampu
memberdayakan dirinya dalam menjalani tugasnya.
Kepatuhan pada prinsip kebaikan dan kebenaran menjadi
pegangan utama dalam bekerja. Seseorang yang
mempunyai pegangan kuat terhadap nilai kedisiplinan
tidak akan terjerumus dalam kemalasan yang
mendambakan kekayaan dengan cara yang mudah.
5) Tanggung Jawab
Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik
akan menyadari bahwa keberadaan dirinya di muka bumi
adalah untuk melakukan perbuatan baik demi
kemaslahatan sesama manusia. Segala tindak tanduk
dan kegiatan yang dilakukannya akan
dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang
Maha Esa, masyarakat, negara, dan bangsanya. Dengan
kesadaran seperti ini maka seseorang tidak akan
tergelincir dalam perbuatan tercela dan nista.
6) Kerja Keras
Individu beretos kerja akan selalu berupaya
meningkatkan kualitas hasil kerjanya demi terwujudnya
kemanfaatan publik yang sebesar-besarnya. Ia
mencurahkan daya pikir dan kemampuannya untuk
melaksanakan tugas dan berkarya dengan sebaik-
baiknya. Ia tidak akan mau memperoleh sesuatu tanpa
mengeluarkan keringat
7) Sederhana
Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang
yang menyadari kebutuhannya dan berupaya memenuhi
kebutuhannya dengan semestinya tanpa berlebih-lebihan.
8) Berani
Seseorang yang memiliki karakter kuat akan
memiliki keberanian untuk menyatakan kebenaran dan
menolak kebathilan. Ia tidak akan mentolerir adanya
penyimpangan dan berani menyatakan penyangkalan
secara tegas. Ia juga berani berdiri sendirian dalam
kebenaran walaupun semua kolega dan teman-teman
sejawatnya melakukan perbuatan yang menyimpang dari
hal yang semestinya. Ia tidak takut dimusuhi dan tidak
memiliki teman kalau ternyata mereka mengajak kepada
hal-hal yang menyimpang.
9) Adil
Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari
bahwa apa yang dia terima sesuai dengan jerih
payahnya. Ia tidak akan menuntut untuk mendapatkan
lebih dari apa yang ia sudah upayakan. Bila ia seorang
pimpinan maka ia akan memberi kompensasi yang adil
kepada bawahannya sesuai dengan kinerjanya. Ia juga
ingin mewujudkan keadilan dan kemakmuran bagi
masyarakat dan bangsanya.
b. Whole of Government
Pengertian Whole of Government (WoG)
Berdasarkan interpretasi analitis dan manifestasi empiris di
lapangan maka WoG didefinisikan sebagai “suatu model
pendekatan integratif fungsional satu atap” yang digunakan
untuk mengatasi wicked problems yang sulit dipecahkan dan
diatasi karena berbagai karakteristik atau keadaan yang
melekat antara lain: tidak jelas sebabnya, multi dimensi,
menyangkut perubahan perilaku. Sesuai dengan karakteristik
wicked problems, maka model pendekatan Penerapan Whole
of Government (WoG) dalam pelayanan terintegrasi.
c. Pelayanan Publik
Pelayanan publik adalah segala bentuk kegiatan
pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi
pemerintahan di pusat dan daerah, dan lingkungan BUMN
/BUMD dalam bentuk barang dan jasa untuk pemenuhan
kebutuhan masyarakat. Perhatian pemerintah terhadap
perbaikan pelayanan kepada masyarakat sebenarnya sudah
diatur dalam beberapa pedoman, antara lain adalah
Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
(MENPAN) Nomor 63 Tahun 2003 yang mengemukakan
tentang prinsip-prinsip pelayanan publik sebagai berikut :
1) Kesederhanaan
Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah
dipahami dan mudah dilaksanakan.
2) Kejelasan
Persyaratan teknis dan administratif pelayanan
3) Kepastian Waktu
Pelaksanaan pelayanan Publik dapat diselesaikan dalam
kurun waktu yang telah ditentukan.
4) Akurasi
Produk pelayanan Publik diterima dengan benar, tepat,
dan sah.
5) Keamanan
Proses dan produk pelayanan Publik memberikan rasa
aman dan kepastian hukum.
6) Tanggung jawab
Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat
yang ditunjuk bertanggungjawab atas penyelenggaraan
pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan dalam
pelaksanaan pelayanan publik.
K. Matrik Rancangan
Unit Kerja : UPTD Puskesmas Sukajadi
Identifikasi Isu :
1. Kurangnya kepatuhan cuci tangan petugas kesehatan di
puskesmas sukajadi
2. Belum optimalnya pengisian informed consent di Puskesmas
Sukajadi
3. Belum lengkapnya pengisian catatan keperawatan di
Puskesmas Sukajadi
4. Belum optimalnya penggunaan masker sebagai APD di
Puskesmas Sukajadi
5. Kurangnya promosi kesehatan dalam upaya peningkatan
kesehatan masyarakat terhadap wabah atau Kejadian Luar
Biasa (KLB) di wilayah kerja Puskesmas Sukajadi