Anda di halaman 1dari 29

BAB II

RANCANGAN AKTUALISASI

2. Deskripsi Organisasi
2.1 Profil Organisasi

a. Geografi
Puskesmas Sukajadi terletak di Jalan M. Yusuf Wahid
Perumnas Sukajadi Prabumulih. Wilayah kerjanya meliputi
Kelurahan Sukajadi dan Kelurahan Prabujaya, dengan luas
wilayah 1283 KM², dengan batas wilayah sebagai berikut :
1) Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan
Cambai
2) Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Prabumulih Utara
3) Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Sungai
Medang
4) Sebelah Timur : Berbatasan dengan Gunung Ibul Barat
Kelurahan Sukajadi terdiri dari 5 RW, 26 RT
sedangkan untuk Kelurahan Prabujaya terdiri dari 5 RW, 19
RT.
Jarak waktu tempuh sekitar 15 menit dan dapat dijangkau
dengan kendaraan bermotor.

b. Demografi
Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas
Sukajadi tahun 2019 sebanyak 25.498.
1) Luas Wilayah Kerja : 1283 KM²
2) Penduduk : 15.693 JIWA
3) Jumlah Kelurahan : 2 Kelurahan

c. Sarana dan Prasarana


1) Sarana Gedung :
a) Puskesmas Sukajadi
b) Pustu Sukajadi
c) Pustu Prabujaya
d) Pustu Prabujaya II
e) Poskeskel Sukajadi
f) Poskeskel Prabujaya
2) Sarana Kendaraan :
a) 2 buah kendaraan roda empat (Ambulance)
b) 3 buah kendaraan roda dua

d. Fasilitas pelayanan kesehatan


Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas
Sukajadi adalah tiga Puskesmas Pembantu dan dua
Poskeskel. Sedangkan di Puskesmas sendiri pelayanan
kesehatan yang ada yaitu : Pelayanan Kesehatan ibu dan
anak, Pelayanan KB, Pelayanan Gizi, Pelayanan Konseling,
Pelayanan Pengobatan Umum dan tindakan, Pelayanan
Kesehatan Gigi dan Mulut, Pelayanan MTBS, Poli PTM, Poli
PKPR, Poli Lansia, Pelayanan Imunisasi, Laboratorium dan
penyuluhan kesehatan.
Selain itu Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat yang
sudah berjalan dan berkembang adalah posyandu balita dan
lansia, dan masih banyak lagi upaya kegiatan pembangunan
yang sedang dirintis yaitu posyandu Remaja.

Diwilayah kerja Puskesmas Sukajadi terdapat sarana


pendidikan yang terdiri dari TK / PAUD, SD, SMP dan SMA /
SMK dan tidak ada perguruan tinggi di wilayah kerja
Puskesmas Sukajadi.

Tabel I
Jumlah Sarana Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Sukajadi
Tahun 2019

JUMLAH
INSTITUSI
No SEKOLAH
PENDIDIKAN MURID GURU
Negeri Swasta
1 TK/PAUD - 9 374 30
2 SD/MI 8 - 2689 120
3 SMP 2 - 1509 110
4 SMA 2 3 2688 -
TOTAL 12 12 7260 -

Tabel II
Jumlah Kunjungan Pelayanan Kesehatan Dasar Di Puskesmas Sukajadi
Tahun2016- 2019

Tahun
NO Jenis Kunjungan
2017 2018 2019
A Umum 689 576 576
1 Bp. Umum 266 398 398
2 BP.Gigi 80 47 47
3 Bp Anak/MTBS 149 117 117
4 KIA/KB 105 68 68
5 LABOR 50 65 65
6 Gilingan Mas 39 211 211
B Jamsoskes 3503 5488 0
1 Bp.Umum 2370 1788 0
2 Bp.Gigi 114 267 0
3 BP Anak/MTBS 568 587 0
4 KIA/KB 115 189 0
5 Gilingan Mas 213 936 0
6 LABOR 123 167 0
C JAMKESMAS 0 0 0
D ASKES/BPJS 3186 5571 5571
1 Bp.Umum 1045
2 Gilingan Mas 478
3 BP Gigi 315
4 KIA/KB 515
5 BP Anak /MTBS 680
6 LABOR 153
1. Struktur Organisasi Puskesmas Sukajadi

Kepala UPTD Puskesmas Sukajadi


Ismariana, SKM, M.Si
s Sukajadi Kasubag TU Puskesmas Sukajadi
Septi Lusiana, SKM

Data dan Informasi Perencanaan ADM Kepegawaian RumahKeuangan


Tangga Luar
dan Penilaian Janati, 1.
SKM Bend. Penerimaan : Arsyta Ruswan, AM.Kep
Joko Sutikno
Widiayani, SKM Umum 2. Rumah Tangga
Bend. Pengeluaran Dalam
: Melli Kristina, AM.Kep
Hanny R, AM.Keb
3. Melli Kristina, AM.Kep : Erpina,
Bend. BOK
.Kep,Ners
4. Bend. Penyimpan Barang : Rohila Martini,
AM.Kep
5. Bend. Pengurus Barang : Wina Octalusia,

Upaya Kesehatan Masyarakat Penanggung


UpayaJawab.
Kesehatan
Jaringan
Perorangan,
Pelayanan Puskesmas
DanKefarmasian
Jejaring Fasilitas
dan Laboratorium
Pelayanan Kesehatan
dr.dr.Esi
Rinda
Kustiarah
Amalia

Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial Upaya Kesehatan Pengembangan


Septi Lusiana, SKM Irma Suryani, AM.Keb
1. 1. Pustu Pemeriksaan
Pelayanan
Umuma. Pustu Prabujaya
dr. RindaI Amalia
1. Promkes : Indah Vizka, SKM 1. Pely Kesehatan Jiwa 2. Tamy DwiKes
Pelayanan Kartika,
Gigi &AM. Keb
Mulut
2. Kesehatan Lingkungan : Hariyanti, Lepi Iryani, AM.Kep b. Amkg
Bertha, Pustu Prabujaya
AMKL 2. Pely Kesehatan Gigi II
3. KIA / KB: Dina Mardiana, AM.Keb Masyarakat 3. Pelayanan Kesehatan KIA /
KB Hesti, AM. Keb
4. Penjab Anak : Ernawati, Amd.Keb Bertha, Amkg
5. Gizi : Indah Vizka, SKM c. Mardiana, AM.Keb
Dina Pustu Sukajadi
3. Pely Kes Tradisional
6. Pencegahan dan Pengendalian 4. Endang, AM.
Pelayanan Keb
Gawat Darurat
Komplementer
Penyakit 2.Vina Winata,
Poskeskel
AM.Kep
Hanny, Am.Keb
- DBD : Ety a. Poskeskel
4. Pely Kesehatan Olahraga 5. Pelayanan
Sunarty, SKM Prabujaya Gizi yang bersifat
Shenni Tripuspa, AM.Kep UKP Siti Asia, SST
- ISPA&DIARE : 5. Pely Kesehatan Indera Indah Vizka, SKM
Melli Sinaga, AM.Kep Lili Marlinai, AM.Kep
6. Pelayanan Kefarmasian
- Kusta : Marlina, 6. Pelayanan Kesehatan Lansia
Nova Annelin, S.Si. Apt
AM.Kep Indah Haryani, AM.Keb
- Malaria : Santi, 7. Pelayanan Kesehatan Kerja 7. Pelayanan Laboratorium
AM.Kep Sri, AM.Kep Idman Holik, AMd
- TB Paru : Marlina, 8. Pelayanan Kesehatan IVA 8. Pelayanan Rekam Medik
E. Visi, Misi, dan Nilai-Nilai Organisasi
AM.Kep Nurhayati, AM.Keb Fatama Yulie Arimalinda, ST
- Imunisasi : Yusika Eka 9. Pely Kesehatan Posyandu /
P, AM.Kep UKBM
1. Visi
Terwujudnya masyarakat sehat di wilayah kerja Puskesmas
Sukajadi yang mandiri untuk hidup sehat.
2. Misi
a. Meningkatkan kualitas pelayanan sumber daya manusia
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak
c. Meningkatkan pelayanan penyakit menular dan tidak menular
yang berbasis masyarakat
d. Meningkatkan kerja sama lintas sektor, lintas program dan
peran serta masyarakat
3. Nilai-Nilai Organisasi
Nilai-nilai organisasi Kementrian Kesehatan, yaitu :
a. Pro Rakyat
Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan,
Kementerian Kesehatan selalu mendahulukan kepentingan
rakyat dan harus menghasilkan yang terbaik untuk rakyat.
Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi
setiap orang adalah salah satu hak asasi manusia tanpa
membedakan suku, golongan, agama dan status sosial
ekonomi.
b. Inklusif
Semua program pembangunan kesehatan harus
melibatkan semua pihak, karena pembangunan kesehatan
tidak mungkin hanya dilaksanakan oleh Kementerian
Kesehatan saja. Dengan demikian, seluruh komponen
masyarakat harus berpartisipasi aktif, yang meliputi lintas
sektor, organisasi profesi, organisasi masyarakat pengusaha,
masyarakat madani dan masyarakat akar rumput.

c. Responsif
Program kesehatan harus sesuai dengan kebutuhan
dan keinginan rakyat, serta tanggap dalam mengatasi
permasalahan di daerah, situasi kondisi setempat, sosial
budaya dan kondisi geografis. Faktor-faktor ini menjadi dasar
dalam mengatasi permasalahan kesehatan yang berbeda-
beda, sehingga diperlukan penanganan yang berbeda pula.
d. Efektif
Program kesehatan harus mencapai hasil yang
signifikan sesuai target yang telah ditetapkan dan bersifat
efisien.
e. Bersih
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus
bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), transparan,
dan akuntabel.

F. Tugas Pokok dan Fungsi Bidan Pelaksana / Terampil


Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Bidan Pelaksan /
Terampil berdasarkan Peraturan Menteri Pendayaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Repubik Indonesia Nomor 36 Tahun 2019,
meliputi: 

1. Melakukan pengkajian pada ibu hamil fisiologis;


2. Melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana 
pada pelayanan kebidanan; 
3. Merencanakan asuhan kebidanan kasus 
fisiologis sesuai kesimpulan; 
4. Memfasilitasi informed choice dan/atau informed 
consent; 
5. Melakukan tindakan pencegahan infeksi; 
6. Memberikan nutrisi dan rehidrasi/oksigenisasi/
personal hygiene; 
7. Memberikan vitamin/suplemen pada klien/
asuhan kebidanan kasus fisiologis; 
8. Melaksanakan kegiatan asuhan pada kelas Ibu 
hamil; 
9. Memberikan KIE tentang kesehatan ibu pada 
individu/keluarga sesuai dengan kebutuhan;
10. Melakukan asuhan Kala I persalinan fisiologis;
11. Melakukan asuhan Kala II persalinan fisiologis;
12. Melakukan asuhan Kala III Persalinan fisiologis;
13. Melakukan asuhan Kala IV Persalinan fisiologis;
14. Melakukan pengkajian pada ibu nifas; 
15. Melakukan asuhan kebidanan masa nifas 6 jam 
sampai dengan hari ke tiga pasca persalinan (KF 
1);
16. Melakukan asuhan kebidanan masa nifas hari  ke
4-28 pasca persalinan (KF 2);
17. Melakukan asuhan kebidanan masa nifas hari  ke
29-42 pasca persalinan (KF 3);
18. Melakukan asuhan kebidanan pada gangguan 
psikologis ringan dengan pendampingan;
19. Melakukan fasilitasi Inisiasi Menyusu Dini (IMD) 
pada persalinan normal;
20. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal;
21. Melakukan penanganan awal kegawatdaruratan 
pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR); 
22. Memberikan Komunikasi Informasi dan Edukasi 
(KIE) tentang kesehatan anak pada 
individu/keluarga sesuai kebutuhan;
23. Melakukan pelayanan Keluarga Berencana (KB)
oral dan kondom;
24. Memberikan Komunikasi Informasi dan Edukasi 
(KIE) tentang kesehatan reproduksi perempuan 
dan Keluarga Berencana (KB) pada 
individu/keluarga sesuai kebutuhan;
25. Melakukan promosi dan edukasi tentang  perilaku
pola hidup sehat untuk remaja  termasuk
personal hygiene dan nutrisi;
26. Melakukan pendataan sasaran pada individu 
(WUS/PUS/Keluarga Berencana/Ibu hamil/ ibu 
nifas/ibu menyusui/ bayi dan balita) di wilayah 
kerja Puskesmas melalui kunjungan rumah;
27. Melakukan tabulasi sasaran pada individu 
(WUS/PUS/Keluarga Berencana/Ibu hamil/ ibu 
nifas/ibu menyusui/ bayi dan balita);
28. Mengikuti pelaksanaan kegiatan Survei Mawas 
Diri (SMD) atau Musyawarah Masyarakat Desa 
(MMD);
29. Melaksanakan pelayanan kebidanan di
Posyandu/Posbindu/kampung Keluarga 
Berencana (KB) atau tempat lain sesuai 
penugasan; dan 
30. Melakukan pemberian imunisasi rutin sesuai 
program pemerintah pada anak sekolah; 
G. Deskripsi Isu / Situasi Problematik
Pengertian isu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) adalah masalah yang dikedepankan untuk ditanggapi, kabar
yang tidak jelas asal usulnya dan tidak terjamin kebenarannya, kabar
angin, dan desas desus. Menurut Regester dan Larkin (2005) sebuah
isu yang timbul ke permukaan adalah suatu kondisi atau peristiwa,
baik di dalam maupun di luar organisasi, yang jika dibiarkan akan
menjadi efek yang signifikan pada fungsi atau kinerja organisasi
tersebut atau pada target-target organisasi tersebut dimasa
mendatang.
Sesuai dengan sasaran pelaksanaan aktualisasi ini, maka isu
yang akan diangkat terkait dengan agenda ketiga yaitu Kedudukan
dan Peran ASN dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
(Manajemen ASN, Pelayanan Publik dan Whole Of Government).
Adapun dari identifikasi masalah yang terjadi di Puskesmas Sukajadi,
penulis menetapkan beberapa isu yang menjadi topik, yaitu:
1. Masih terdapat ibu hamil dengan anemia di Puskesmas
Sukajadi
Anemia merupakan masalah gizi yang sangat umum
dijumpai di Indonesia dan dapat terjadi pada semua golongan
umur (Adriani, 2012). Di Indonesia, anemia umumnya disebabkan
oleh kekurangan zat besi, sehingga lebih dikenal dengan istilah
Anemia Gizi Besi (AGB). Anemia gizi besi banyak diderita oleh
wanita usia subur (WUS), ibu hamil, anak usia sekolah, dan
remaja. Kelompok yang beresiko tinggi menderita anemia gizi besi
adalah ibu hamil karena kebutuhan zat besi meningkat secara
signifikan selama kehamilan (Waryana, 2010). Anemia juga
merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit,
dan sel darah merah dibawah nilai normal yang dipatok untuk
perorangan (Arisman, 2010).

Prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia masih


tergolong tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan data Riskesdas (2013)
menurut kriteria anemia yang ditentukan WHO dan pedoman
Kemenkes 1999 menunjukkan bahwa 37,1% ibu hamil menderita
anemia dan proporsinya hampir sama antara ibu hamil di
perkotaan (36,4%) dan pedesaan (37,8%) dan mengalami
kenaikan pada tahun 2018 yaitu sebesar 48,9%.

Isu ini terkait dengan Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI
yaitu : Manajemen ASN dan Pelayanan Publik.
Kondisi Ideal: Petugas dapat melaksanakan pemberian Fe pada
ibu hamil.

2. Adanya ibu hamil resiko tinggi umur > 35 tahun di


Puskesmas Sukajadi
Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang dapat
menyebabkan ibu hamil dan bayi menjadi sakit atau meninggal
sebelum kelahiran berlangsung (Indrawati, 2016). Karakteristik ibu
hamil diketahui bahwa faktor penting penyebab resiko tinggi pada
kehamilan terjadi pada kelompok usia 35 tahun dikatakan usia
tidak aman karena saat bereproduksi pada usia 35 tahun dimana
kondisi organ reproduksi wanita sudah mengalami penurunan
kemampuan untuk bereproduksi, tinggi badan kurang dari 145
cm, berat badan kurang dari 45 kg, jarak anak terakhir dengan
kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun, jumlah anak lebih dari 4
(Hapsari, 2014).
Faktor penyebab resiko kehamilan apabila tidak segera
ditangani pada ibu dapat mengancam keselamatan bahkan dapat
terjadi hal yang paling buruk yaitu kematian ibu dan bayi. Faktor-
faktor penyebab tingginya angka kematian ibu di Indonesia adalah
perdarahan ekslampsia, aborsi tidak aman, partus lama, infeksi
dan lain-lain.(Aeni, 2013).

Isu ini terkait dengan Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI
yaitu : Manajemen ASN dan Pelayanan Publik .
Kondisi Ideal : Ibu hamil resti >35 tahun terdata dan tertangani.

3. Kurangnya Cakupan Akseptor KB Metode Kontrasepsi


Jangka Panjang (MKJP) di Puskesmas Sukajadi
Menurut World Health Organization (WHO) (2014)
penggunaan kontrasepsi telah meningkat di banyak bagian dunia,
terutama di Asia dan Amerika Latin dan terendah di Sub-Sahara
Afrika. Secara global, pengguna kontrasepsi modern seperti pil
KB, suntik KB, implan/norplant/susuk, AKDR/IUD/spiral, vasektomi
dan tubektomi telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada
tahun 1990 menjadi 57,4% pada tahun 2014. Secara regional,
proporsi Wanita Usia Subur (WUS) 15-49 tahun melaporkan
penggunaan metode kontrasepsi modern telah meningkat minimal
6 tahun terakhir.
Perencanaan keluarga yang dilakukan dengan matang,
akan membuat peristiwa kehamilan merupakan suatu hal yang
memang sangat diharapkan sehingga akan terhindar dari
perbuatan untuk mengakhiri kehamilan dengan aborsi dan
ekonomi bs teratasi sehingga berkurangnya ibu hsmil miskin yang
bisa mengarah ke ibu hamil KEK (Suratun dkk, 2008).

Isu ini terkait dengan Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI
yaitu : Manajemen ASN dan Pelayanan Publik.
Kondisi Ideal : Umur >35 tahun menggunakan KB MKJP agar
terhindar dari kehamilan.
4. Masih Banyak Ibu Hamil dengan Kekurangan Energi Kronik
(KEK) di Wilayah Kerja Puskesmas Sukajadi
Hasil analisis ibu hamil risiko KEK dengan jumlah sampel
total untuk seluruh Indonesia sebanyak 8187 ibu hamil. Prevalensi
ibu hamil risiko KEK di Indonesia sebesar (21,6%) dengan
prevalensi terendah terdapat di Provinsi Riau sebanyak 212 ibu
hamil risiko KEK(11,8%) dan tertinggi di Nusa Tenggara Timur
sebanyak 306 ibu hamil risiko KEK (32,4%) dan Papua barat
sebanyak 112 ibu hamil risikoKEK (30,4%). Bila dilihat menurut
wilayah, prevalensi ibu hamil risiko KEK umumnya lebih rendah di
Indonesia bagian barat dibanding di Indonesia bagian Timur. Di
wilayah Sumatra, prevalensi risiko KEK tertinggi di Provinsi
Bengkulu sebanyak 121 ibu hamil risiko KEK (25,6%), sedangkan
di wilayah Jawa dan Bali tertinggi di Provinsi Banten sebanyak
151 ibu hamil risiko KEK (27,8%), (Wahyuni, 2014).
Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Development
Goals/ MDGs, 2000) pada tahun 2015 diharapkan Angka
Kematian Ibu (AKI) menurun sebesar tiga-perempatnya dalam
kurun waktu 1990-2015 dan Angka Kematian Bayi dan Angka
Kematian Balita menurun sebesar dua-pertiga dalam kurun waktu
1990-2015. Berdasarkan hal itu Indonesia mempunyai komitmen
untuk menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 102/100.000 KH,
Angka Kematian Bayi dari 68 menjadi 23/1.000 KH, dan Angka
Kematian Balita 97 menjadi 32/1.000 pada tahun 2015
(Prasetyawati, 2012).

Isu ini terkait dengan Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI
yaitu : Manajemen ASN dan Pelayanan Publik.
Kondisi Ideal : Peningkatan pelayanan ibu hamil KEK
5. Kurang Optimalnya Pencatatn dan Pelaporan Kohort Ibu
Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sukajadi
Setiap hari seorang perempuan meninggal disebabkan
karena komplikasi dari kehamilan atau persalinan. Upaya untuk
mengatasi hal tersebut dengan persalinan yang sehat dan aman,
yaitu persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (Dinkes
Kota Semarang, 2017). Menurut (Runtunuwu, 2013) persalinan
merupakan proses di mana wanita mengeluarkan hasil konsepsi
dari dalam uterus yang dikeluarkan melalui vagina. Persalinan
dapat dilakukan dengan sectio caesaria ataupun normal.
Persalinan normal berawal dari pembukaan serta dilatasi yang
terjadi di serviks sebagai akibat dari kontraksi uterus dengan
durasi ataupun frekuensi serta kekuatan yang teratur (Astuti,
2017). Persalinan normal juga dapat diartikan sebagai lahirnya
janin dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat (Ujiningtyas,
2009).
Kurang optimalnya kohort yang ada dibidan wilayah, maka
kurang terdata nya ibu hamil yang bisa berpotensi mengalami
tanda bahaya dalam kehamilan yang tidak terdeteksi dari awal.
Isu ini terkait dengan Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI
yaitu :

Manajemen ASN, Pelayanan Publik, dan Whole of Goverment


(WoG).
Kondisi Ideal : kohort lengkap, pencatatan legkap sehingga ibu
hamil bisa terpantau semuanya di wilayah kerja puskesmas
sukajadi.

H. Analisis Isu
Analisis isu dilakukan untuk menetapkan kriteria isu dan kualitas
isu. Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan kualitas isu tertinggi. Oleh
karena itu, perlu dikatakan analisis kriteria isu.
Alat analisis kriteria isu yang akan digunakan adalah dengan alat
analisis AKPK (Aktual, Kekhalayakan, Problematika, Kelayakan).

Alat analisa dengan menggunakan AKPK (kriteria isu), yaitu:


1. Aktual : Benar-benar terjadi dan sedang hangat
dibicarakan dimasyarakat.
2. Kekhalayakan : Isu yang menyangkut hajat hidup orang banyak.
3. Problematik : Isu yang memiliki dimensi masalah yang
kompleks sehingga perlu dicarikan solusinya
sesegera mungkin.
4. Kelayakan : Isu yang masuk akal, realisitis serta relevan
untuk dimunculkan inisiatif pemecahan
masalahnya.

Pembobotan dan Analisis AKPK :

Bobot Keterangan
5 Sangat kuat pengaruhnya
4 Kuat Pengaruhnya
3 Sedang pengaruhnya
2 Kurang pengaruhnya
1 Sangat kurang pengaruhnya
Tabel 2.1. Bobot Penetapan Kriteria Kualitas Isu AKPK
ANALISIS KRITERIA ISU DENGAN ALAT ANALISIS AKPK

NO ISU A K P K TOTAL SCORE


1 Masih adanya Ibu Hamil 4 4 3 3 14 II
dengan Anemia di Wilayah
Kerja Puskesmas Sukajadi

2 Masih adanya Ibu Hamil 4 4 3 2 13 III


Resiko Tinggi umur >35
Tahun di Wilayah Kerja
Puskesmas Sukajadi
3 Kurangnya Cakupan 3 3 3 2 11 IV
Akseptor KB Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang
(MKJP) di Wilayah Kerja
Puskesmas Sukajadi
4 Masih Banyaknya Ibu Hamil 5 4 4 4 17 1
yang Mengalami
Kekurangan Energi Kronik
(KEK) di Wilayah Kerja
Puskesmas Sukajadi
5 Kurang Optimalnya 3 3 2 2 10 V
Pencatatan dan Pelaporan
Kohort Ibu Hamil di wilayah
kerja Puskesmas Sukajadi

Tabel 2.2. Analisis kualitas isu dengan menggunakan alat analisis AKPK

Berdasarkan penentuan kualitas isu dengan alat analisis AKPK


maka tergambar rangking tertinggi yang merupakan isu final yang
perlu dicarikan pemecahan masalahnya sesegera mungkin yaitu:
“Masih Banyaknya Ibu Hamil yang Mengalami Kekurangan Energi
Kronik (KEK) di Wilayah Kerja Puskesmas Sukajadi”

I. Argumentasi Terhadap Core Issue Terpilih


Setelah dilakukan analisis kriteria isu dengan alat analisis
AKPK (Aktual, Kekhalayakan, Problematik dan Kelayakan) ditemukan
core issue terpilih, yaitu kurangnya promosi kesehatan pada pasien
dan pengunjung di Puskesmas Sukajadi.
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan
masyarakat dimana promosi kesehatan sebagai upaya promotif dan
preventif menjadi salah satu upaya wajib di puskesmas, hal ini juga
tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1114/MENKES/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi
Kesehatan di Daerah, promosi kesehatan adalah upaya untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari,
oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong
diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat.
Dalam pelaksanaan pelayanan promosi kesehatan sudah
berjalan akan tetapi belum optimal dan perlu ditingkatkan, terutama
penggunaan ambulan keliling untuk promosi kesehatan di luar gedung
dan didalam gedung berupa penyuluhan atau pemberian informasi
secara langsung maupun melalui media seperti pemutaran video,
leaflet, dan media lain yang berisi tentang wabah atau Kejadian Luar
Biasa (KLB), cara pencegahannya, dan informasi kesehatan lain yang
mendukung upaya peningkatan kesehatan masyarakat karena
mencegah lebih baik daripada mengobati.
Hal ini juga sesuai dengan Visi Puskesmas Sukajadi yaitu
terwujudnya masyarakat sehat di wilayah kerja Puskesmas Sukajadi
yang mandiri untuk hidup sehat dan Misi Puskesmas Sukajadi yaitu
meningkatkan kualitas pelayanan sumber daya manusia,
meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak, meningkatkan
pelayanan penyakit menular dan tidak menular yang berbasis
masyarakat, meningkatkan kerja sama lintas sektor, lintas program
dan peran serta masyarakat.
Untuk itu, diperlukan gagasan pemecahan isu dengan
beberapa kegiatan dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat
dalam menanggulangi wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) melalui
promosi kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Sukajadi sehingga
dapat meningkatkan mutu pelayanan publik secara professional.

J. Nilai-nilai Dasar Profesi PNS


1. Keterkaitan dengan Nilai-nilai Dasar Profesi PNS
Penyelenggaraan Pelatihan Dasar CPNS berdasarkan
Peraturan LAN Nomor 12 Tahun 2018 yang bertujuan agar
peserta Latsar mampu menginternalisasi nilai-nilai dasar profesi
ASN yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitemen
Mutu, dan Anti Korupsi (ANEKA), serta nilai Peran dan
Kedudukan ASN dalam NKRI.
a. Akuntabilitas
Akuntabilitas menurut modul akuntabilitas (2017)
merujuk pada kewajiban kewajiban untuk memenuhi
tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Nilai-nilai dasar
akuntabilitas, yaitu:
1) Kepemimpinan
Pimpinan mempunyai peranan yang penting dalam
menciptakan lingkungan yang baik.
2) Transparansi
Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang
dilakukan.
3) Integritas
Konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.
4) Tanggung Jawab
Tanggung jawab merupakan perwujudan kesadaran akan
hak dan kewajiban seseorang terhadap suatu pekerjaan.
5) Keadilan
Kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu
hal, baik menyangkut benda ataupun orang.
6) Kepercayaan
Rasa keadilan akan membawa pada sebuah
kepercayaan. Kepercayaan ini yang akan melahirkan
akuntabilitas.
7) Kejelasan
Pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab harus
memiliki gambaran yang jelas sesuai tujuan dan hasil
yang diharapkan.
8) Konsistensi
Sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan sesuatu
sampai pada tercapai tujuan akhir.

b. Nasionalisme
Nasionalisme menurut modul nasionalisme (2017)
adalah pemahaman mengenai nilai-nilai kebangsaan.
Nasionalisme memiliki pokok kekuatan dalam menilai
kecintaan individu terhadap bangsanya. Salah satu cara untuk
menumbuhkan semangat nasionalisme adalah dengan
menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila.
Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang
meninggikan bangsanya sendiri. Secara politis nasionalisme
berarti pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia
terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada
nilai-nilai Pancasila.
Nilai-nilai dasar Nasionalisme meliputi: 45 butir
Pancasila. Nilai nasionalisme tersebut harus dimiliki oleh
setiap PNS dalam menjalankan fungsi dan tugas jabatannya.
Nilai-nilai nasionalisme yang sesuai lima sila dalam Pancasila,
yaitu sebagai berikut :
1) Ketuhanan Yang Maha Esa: Religius, toleran, amanah,
terpercaya, percaya diri.
2) Kemanusiaan yang adil dan beradab: humanis, tenggang
rasa, persamaan derajat, saling menghormati, tidak
diskriminatif.
3) Persatuan Indonesia : cinta tanah air, rela berkorban,
menjaga ketertiban, mengutamakan kepentingan publik,
gotong royong.
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan: musyawarah
mufakat, kekeluargaan, menghargai pendapat, bijaksana.
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia: Adil, tidak
serakah, tolong menolong, kerja keras, sederhana.

c. Etika Publik
Etika dapat dipahami sebagai sistem penilaian
perilaku serta keyakinan untuk menentukan perbuatan yang
pantas guna menjamin adanya perlindungan hak-hak individu,
mencakup cara-cara pengambilan keputusan untuk
membantu membedakan hal-hal yang baik dan buruk serta
mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan sesuai nila-nilai
yang dianut. Etika Publik merupakan refleksi tentang standar/
norma yang menentukan baik/ buruk, benar/ salah perilaku,
tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik
dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.
Nilai-nilai dasar ASN yang terkandung dalam etika
publik merujuk pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara yaitu :

1) Memegang teguh ideologi Pancasila.


2) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta
pemerintahan yang sah.
3) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
4) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
5) Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif.
6) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang
luhur.
7) Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya
kepada publik.
8) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
program pemerintah.
9) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap,
cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan
santun.
10) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
11) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama.
12) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja
pegawai.
13) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
14) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang
demokratis sebagai perangkat sistem karier.

Dimensi etika publik terdiri dari dimensi tujuan


pelayanan publik yang bertujuan untuk mewujudkan
pelayanan yang berkualitas dan relevan, dimensi modalitas
yang terdiri dari akuntabilitas, transparansi, dan netralitas,
serta dimensi tindakan integritas publik (LAN, 2015:11).
Ketiga dimensi tersebut dapat menjadi dasar untuk dapat
menjadi pelayan publik yang beretika.

d. Komitmen Mutu
Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri
ataupada orang lain yang tercermin dalam tindakan kita untuk
menjaga mutu kinerja pegawai. Bidang apapun yang menjadi
tanggung jawab pegawai negeri sipil semua mesti
dilaksanakan secara optimal agar dapat memberi kepuasan
kepada stakeholder. Komitmen mutu merupakan tindakan
untuk menghargai efektivitas, efisiensi, inovasi dan kinerja
yang berorientasi mutu dalam penyelenggaraan pemerintahan
dan pelayanan publik.
Nilai-nilai yang terkandung dalam komitmen mutu
adalah sebagai berikut:
1) Efektivitas, menunjukkan tingkat ketercapaian target
yang telah direncanakan, baik menyangkut jumlah
maupun mutu hasil kerja.
2) Efisiensi, merupakan tingkat ketepatan realisasi
penggunaan sumber daya dan bagaimana pekerjaan
dilaksanakan
3) Inovasi, adalah hasil pemikiran baru yang konstruktif,
sehingga sebagai aparatur yang diwujudkan dalam
bentuk profesionalisme layanan publik yang berbeda dari
sebelumnya, bukan sekedar menjalankan atau
menggugurkan tugas rutin.
4) Mutu, merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan
produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang
sesuai atau bahkan melebihi harapan konsumen.

e. Anti Korupsi
Menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001, korupsi adalah
tindakan melawan hukum dengan melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi
yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara. Identifikasi nilai dasar anti korupsi memberikan nilai -
nilai dasar anti korupsi yang prioritas dan memiliki signifikansi
yang tinggi bagi kita.
Nilai-nilai dasar anti korupsi penting untuk mencegah
terjadinya korupsi dan mendukung prinsip-prinsip anti korupsi
yang meliputi akuntabilitas, transparansi, kewajaran, kebijakan
dan kontrol kebijakan supaya semua dapat berjalan dengan
baik serta, untuk mencegah faktor eksternal penyebab korupsi.

Ada 9 (sembilan) indikator dari nilai-nilai dasar


anti korupsi yang harus diperhatikan, yaitu :
1) Jujur
Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi
landasan utama bagi penegakan integritas diri seseorang.
Tanpa adanya kejujuran mustahil seseorang bisa menjadi
pribadi yang berintegritas. Seseorang dituntut untuk bisa
berkata jujur dan transparan serta tidak berdusta baik
terhadap diri sendiri maupun orang lain, sehingga dapat
membentengi diri terhadap godaan untuk berbuat curang.
2) Peduli
Kepedulian sosial kepada sesama menjadikan
seseorang memiliki sifat kasih sayang. Individu yang
memiliki jiwa sosial tinggi akan memperhatikan
lingkungan sekelilingnya di mana masih terdapat banyak
orang yang tidak mampu, menderita, dan membutuhkan
uluran tangan. Pribadi dengan jiwa sosial tidak akan
tergoda untuk memperkaya diri sendiri dengan cara yang
tidak benar tetapi ia malah berupaya untuk menyisihkan
sebagian penghasilannya untuk membantu sesama.
3) Mandiri
Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada
diri seseorang menjadi tidak bergantung terlalu banyak
pada orang lain. Mentalitas kemandirian yang dimiliki
seseorang mengoptimalkan daya pikirnya guna bekerja
secara efektif. Pribadi yang mandiri tidak akan menjalin
hubungan dengan pihak-pihak yang tidak
bertanggungjawab demi mencapai keuntungan sesaat.

4) Disiplin
Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang.
Ketekunan dan konsistensi untuk terus mengembangkan
potensi diri membuat seseorang akan selalu mampu
memberdayakan dirinya dalam menjalani tugasnya.
Kepatuhan pada prinsip kebaikan dan kebenaran menjadi
pegangan utama dalam bekerja. Seseorang yang
mempunyai pegangan kuat terhadap nilai kedisiplinan
tidak akan terjerumus dalam kemalasan yang
mendambakan kekayaan dengan cara yang mudah.
5) Tanggung Jawab
Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik
akan menyadari bahwa keberadaan dirinya di muka bumi
adalah untuk melakukan perbuatan baik demi
kemaslahatan sesama manusia. Segala tindak tanduk
dan kegiatan yang dilakukannya akan
dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang
Maha Esa, masyarakat, negara, dan bangsanya. Dengan
kesadaran seperti ini maka seseorang tidak akan
tergelincir dalam perbuatan tercela dan nista.
6) Kerja Keras
Individu beretos kerja akan selalu berupaya
meningkatkan kualitas hasil kerjanya demi terwujudnya
kemanfaatan publik yang sebesar-besarnya. Ia
mencurahkan daya pikir dan kemampuannya untuk
melaksanakan tugas dan berkarya dengan sebaik-
baiknya. Ia tidak akan mau memperoleh sesuatu tanpa
mengeluarkan keringat

7) Sederhana
Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang
yang menyadari kebutuhannya dan berupaya memenuhi
kebutuhannya dengan semestinya tanpa berlebih-lebihan.
8) Berani
Seseorang yang memiliki karakter kuat akan
memiliki keberanian untuk menyatakan kebenaran dan
menolak kebathilan. Ia tidak akan mentolerir adanya
penyimpangan dan berani menyatakan penyangkalan
secara tegas. Ia juga berani berdiri sendirian dalam
kebenaran walaupun semua kolega dan teman-teman
sejawatnya melakukan perbuatan yang menyimpang dari
hal yang semestinya. Ia tidak takut dimusuhi dan tidak
memiliki teman kalau ternyata mereka mengajak kepada
hal-hal yang menyimpang.
9) Adil
Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari
bahwa apa yang dia terima sesuai dengan jerih
payahnya. Ia tidak akan menuntut untuk mendapatkan
lebih dari apa yang ia sudah upayakan. Bila ia seorang
pimpinan maka ia akan memberi kompensasi yang adil
kepada bawahannya sesuai dengan kinerjanya. Ia juga
ingin mewujudkan keadilan dan kemakmuran bagi
masyarakat dan bangsanya.

2. Keterkaitan Dengan Peran dan Kedudukan PNS


a. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk
menghasilkan pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai
dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Manajemen ASN lebih
menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga
diharapkan agar selalu tersedia sumber daya ASN yang
unggul selaras dengan perkembangan zaman.

Peran dan kedudukan PNS sebagai berikut :


1) Pelaksana Kebijakan Publik
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk
melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh pejabat
pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Untuk itu ASN harus
mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat luas
dalam menjalankan fungsi dan tugasnya, serta harus
mengutamakan pelayanan yang berorientasi pada
kepentingan publik.
2) Pelayanan Publik
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan
sesuai peraturan perundang-undangan bagi setiap warga
negara dan penduduk atas barang, jasa dan/atau
pelayanan administratif yang diselenggarakan oleh
penyelenggara pelayanan publik dengan tujuan kepuasan
pelanggan.
3) Perekat dan Pemersatu Bangsa
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk
mempererat persatuan dan kesatuan NKRI. ASN
senantiasa setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila,
UUD 1945, negara dan pemerintah. ASN senantiasa
menjunjung tinggi martabat dan mengutamakan
kepentingan negara daripada kepentingan diri sendiri,
seseorang dan golongan.

b. Whole of Government
Pengertian Whole of Government (WoG)
Berdasarkan interpretasi analitis dan manifestasi empiris di
lapangan maka WoG didefinisikan sebagai “suatu model
pendekatan integratif fungsional satu atap” yang digunakan
untuk mengatasi wicked problems yang sulit dipecahkan dan
diatasi karena berbagai karakteristik atau keadaan yang
melekat antara lain: tidak jelas sebabnya, multi dimensi,
menyangkut perubahan perilaku. Sesuai dengan karakteristik
wicked problems, maka model pendekatan Penerapan Whole
of Government (WoG) dalam pelayanan terintegrasi.

Nilai-nilai dasar Whole of Government yaitu :


1) Koordinasi
Kompleksitas lembaga membutuhkan koordinasi yang
efektif dan efisien antar lembaga dalam menjalankan
kegiatan kelembagaan.
2) Integrasi
Integrasi dilakukan dengan pembauran sebuah sistem
antar lembaga sehingga menjadi kesatuan yang utuh.
3) Sinkronisasi
Singkronisasi merupakan penyelarasan semua
kegiatan/data yang berasal dari berbagai sumber, dengan
menyingkronkan seluruh sumber tersebut.
4) Simplifikasi
Simplikasi merupakan penyederhanaan segala sesuatu
baik terkait data/proses di suatu lembaga untuk
mengefisienkan waktu, tenaga dan biaya.

c. Pelayanan Publik
Pelayanan publik adalah segala bentuk kegiatan
pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi
pemerintahan di pusat dan daerah, dan lingkungan BUMN
/BUMD dalam bentuk barang dan jasa untuk pemenuhan
kebutuhan masyarakat. Perhatian pemerintah terhadap
perbaikan pelayanan kepada masyarakat sebenarnya sudah
diatur dalam beberapa pedoman, antara lain adalah
Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
(MENPAN) Nomor 63 Tahun 2003 yang mengemukakan
tentang prinsip-prinsip pelayanan publik sebagai berikut :
1) Kesederhanaan
Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah
dipahami dan mudah dilaksanakan.
2) Kejelasan
Persyaratan teknis dan administratif pelayanan
3) Kepastian Waktu
Pelaksanaan pelayanan Publik dapat diselesaikan dalam
kurun waktu yang telah ditentukan.
4) Akurasi
Produk pelayanan Publik diterima dengan benar, tepat,
dan sah.
5) Keamanan
Proses dan produk pelayanan Publik memberikan rasa
aman dan kepastian hukum.
6) Tanggung jawab
Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat
yang ditunjuk bertanggungjawab atas penyelenggaraan
pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan dalam
pelaksanaan pelayanan publik.

K. Matrik Rancangan
Unit Kerja : UPTD Puskesmas Sukajadi
Identifikasi Isu :
1. Kurangnya kepatuhan cuci tangan petugas kesehatan di
puskesmas sukajadi
2. Belum optimalnya pengisian informed consent di Puskesmas
Sukajadi
3. Belum lengkapnya pengisian catatan keperawatan di
Puskesmas Sukajadi
4. Belum optimalnya penggunaan masker sebagai APD di
Puskesmas Sukajadi
5. Kurangnya promosi kesehatan dalam upaya peningkatan
kesehatan masyarakat terhadap wabah atau Kejadian Luar
Biasa (KLB) di wilayah kerja Puskesmas Sukajadi

Isu yang diangkat :


Kurangnya promosi kesehatan dalam upaya peningkatan kesehatan
masyarakat terhadap wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) di
wilayah kerja Puskesmas Sukajadi
Gagasan Pemecahan Isu :
1. Melakukan konsultasi dengan Kepala Puskesmas Sukajadi.
2. Melakukan identifikasi dan pengumpulan data tentang wabah
atau Kejadian Luar Biasa (KLB) di wilayah kerja Puskesmas
Sukajadi.
3. Berkoordinasi dan berkolaborasi dengan pemegang program
promkes untuk pelaksanaan kegiatan.
4. Membuat video penyuluhan tentang wabah atau Kejadian Luar
Biasa (KLB) dan informasi kesehatan lainnya.
5. Membuat leaflet tentang wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB)
dan informasi kesehatan lainnya
6. Memberikan penyuluhan tentang wabah atau Kejadian Luar
Biasa (KLB) dan informasi kesehatan lainnya.
7. Melakukan evaluasi dan dokumentasi kegiatan.

Anda mungkin juga menyukai