Anda di halaman 1dari 15

Model Biaya Produksi Biodiesel .......

(Meilita Tryana S dkk)

MODEL BIAYA PRODUKSI BIODIESEL BERBASIS MINYAK SAWIT

A Production Cost Modelling of Palm Oil Base Biodiesel

Meilita Tryana Sembiring*, Sukardi, Ani Suryani, dan Muhammad Romli


Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Kampus IPB Darmaga, Jl. Raya Darmaga Bogor 16002
*e-mail: meilita_tryana@yahoo.co.id

Diterima: 9 Februari 2015, revisi akhir: 5 Juni 2015 dan disetujui untuk diterbitkan: 12 Juni 2015

ABSTRAK

Biodiesel adalah sumber energi terbarukan di Indonesia yang diatur penggunaannya oleh
pemerintah dalam bentuk kebijakan mandatori pencampuran biodiesel dengan solar (biosolar).
Produksi biodiesel di Indonesia tidak berkembang (kebutuhan 3.4 juta kiloliter namun total
produksi nasional hanya 1.703 kiloliter). Hal tersebut disebabkan harga jual (mengacu Mean of
Platts Singapore) yang selalu lebih rendah dibandingkan biaya pokok produksi. Produksi
biodiesel dipengaruhi oleh bahan baku dan teknologi proses, sehingga perlu dilakukan
pemodelan produksi biodiesel sebagai landasan dalam menentukan kebijakan pendukung
harga jual biodiesel. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi bahan baku, teknologi proses,
dan memodelkan struktur biaya produksi biodiesel berbasis minyak sawit. Identifikasi bahan
baku dilakukan dengan studi literatur dan survei lapangan ke produsen biodiesel. Identifikasi
teknologi proses dilakukan dengan survei lapangan dan perhitungan neraca massa dengan
teknologi Grand Inizio untuk mendapatkan jumlah rendemen dari masing-masing bahan baku.
Selanjutnya kajian biaya produksi dilakukan berdasarkan spesifikasi bahan baku dan teknologi
proses dengan pendekatan heuristik. Jenis dan spesifikasi minyak sawit yang banyak
digunakan produsen di Indonesia adalah Crude Palm Oil (CPO ) ALB <5%, Refined Palm Oil
(RPO) ALB<5%, Refined Oil ALB<1%, Palm Fatty Acid Distillated (PFAD) ALB 90%. Teknologi
proses yang digunakan adalah transesterifikasi untuk kadar ALB<1% dan esterifikasi-
transesterifikasi untuk kadar ALB<5%. Rendemen yang dihasilkan untuk 1000 kg bahan baku
adalah CPO 1051.75 kg, RPO dan PFAD 975.94 kg, Refined Oil 973.81 kg dengan pendekatan
teknologi Grand Inizio. Model biaya produksi merepresentasikan total biaya produksi yang
dipengaruhi oleh biaya Inside Battery Limit, Outside Battery Limit, biaya umum dan nilai tambah
gliserol.

Kata Kunci: Biodiesel, asam lemak bebas, pemodelan, minyak sawit, biaya produksi

ABSTRACT

Biodiesel is a renewable energy source in Indonesia of which the use is regulated by the
government in the form of mandatory policy of biodiesel and diesel fuel blending. The production
of biodiesel in Indonesia is not developed (the need is 3.4 million kiloliters but the total national
production is only 1,703 kiloliters). It is because the selling price (referring to Mean of Platts
Singapore) is always lower than the production cost. Biodiesel production is influenced by raw
materials and process technology, so it needs to be conducted biodiesel production modeling as
a basis in determining the supporting policies of biodiesel selling price. The purpose of this study
was to identify the raw materials, process technology, and modeling the production cost
structure of palm oil-based biodiesel. Identification of raw materials was conducted by literature
study and field survey to biodiesel producers. Identification of process technology was
conducted by field survey and mass balance calculation using Grand Inizio technology to get the
number of yield of each raw material. Then, production cost study was based on the
specifications of raw materials and process technology with heuristic approach. Types and
specifications of palm oil widely used by Indonesian producers were Crude Palm Oil (CPO )

23
Jurnal Litbang Industri Vol. 5 No. 1, Juni 2015: 23-36

FFA<5%, Refined Palm Oil (RPO) FFA<5%, Refined Oil FFA<1%, Palm Fatty Acid Distillated
(PFAD) FFA 90%. The technology process used was transesterification for FFA level <1% and
esterification-transesterification for FFA level <5%. The resulting yield for 1000 kg of raw
material is 1051.75 kg CPO, 975.94 kg RPO and PFAD, 973.81 kg Refined Oil with Grand Inizio
technology approach. The production cost model represents the total production cost influenced
by the costs of Inside Battery Limit, Outside Battery Limit, general cost and glycerol value-
added.

Keywords: Biodiesel, free fatty acid, modelling, palm oil, production cost

PENDAHULUAN transportasi penggunaan solar juga banyak


digunakan pada sektor industri dan
Kebutuhan bahan bakar minyak pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD)
nasional semakin meningkat seiring dengan (ESDM, 2013).
peningkatan populasi dan pertumbuhan Kebutuhan biodiesel yang sangat
ekonomi di Indonesia. (Bangun, 2014). prospektif menjadi perhatian pemerintah
Peningkatan kebutuhan minyak nasional dengan menjamin pasar biodiesel. Jaminan
tidak sebanding dengan produksi sehingga pasar biodiesel dalam negeri dilakukan
pemerintah melakukan impor bahan bakar dengan mengeluarkan mandatori bahan
dari luar negeri. Solusi yang dibutuhkan bakar nasional (BBN) yang diatur dalam
dalam mengurangi proporsi bahan bakar Permen ESDM no 25 tahun 2013 dan
adalah eksplorasi sumber energi terbarukan Permen ESDM no. 20 tahun 2014. Semenjak
dengan mengandalkan sumber daya lokal. bulan September tahun 2013, sektor
Salah satu sumber energi terbarukan yang transportasi, industri, komersial dan
berasal dari sumber daya lokal adalah pembangkit listrik diwajibkan memakai
biodiesel berbasis minyak sawit. biodiesel minimal 10% dalam campuran
Biodiesel adalah bahan bakar alternatif solar dan akan terus meningkat menjadi 25%
pengganti solar yang bersumber dari minyak pada Januari 2025.
nabati dan hewani. Bahan bakar nabati ini Pentingnya penggunaan biodiesel tidak
terdiri dari fatty acid methyl ester (FAME) sebanding dengan peningkatan produksi
yang diperoleh melalui reaksi biodiesel di Indonesia. Banyak produsen
transesterifikasi antara minyak/lemak biodiesel menghentikan produksinya
dengan metanol menggunakan katalis dikarenakan harga jual yang tidak dapat
tertentu (Ivanoui et al., 2011; Taufiq-Yap et menutupi biaya produksi (Aprobi, 2014).
al., 2011). Harga jual merupakan faktor penting
Sumber daya lokal yang sangat agar biodiesel dapat bersaing dengan solar
potensial menjadi bahan baku biodiesel di di dalam negeri. Langkah yang ideal dalam
Indonesia berasal dari minyak sawit. Sejak mengatasi permasalahan harga jual adalah
tahun 2006 Indonesia menjadi produsen mengetahui komponen pembentuk biaya
minyak sawit terbesar dunia. Produksi produksi biodiesel dengan pendekatan
minyak sawit di Indonesai akan semakin produksi biodiesel. Pendekatan produksi
meningkat. Berdasarkan publikasi Oil World biodiesel merupakan langkah awal yang
data minyak sawit Indonesia untuk periode dilakukan untuk mendapatkan proses
2013 sampai dengan September 2014 transformasi dalam sistem yang kompleks
sebesar 30 juta ton, ekspor sebesar 20,9 juta karena melibatkan beberapa subsistem
ton dan penggunaan dalam negeri sebesar yang membentuk komponen biaya produksi
9,10 juta ton (Oil World, 2014). (Purnomo, 2004).
Peluang untuk mengembangkan Produksi biodiesel tergolong kepada
biodiesel berbasis minyak sawit cukup besar industri proses karena kegiatan produksi
terutama untuk substitusi solar. Saat ini biodiesel terkait dengan nilai tambah produk
penggunaan solar mencapai 40% dari total yang dihasilkan melalui pencampuran,
penggunaan bahan bakar minyak untuk pembentukan, dan atau perlakuan proses
sektor transportasi. Selain sektor kimia (Haas, 2006). Kompleksitas produksi

24
Model Biaya Produksi Biodiesel .......(Meilita Tryana S dkk)

biodiesel berhubungan dengan bahan baku, perhitungan rendemen menggunakan


suhu reaktor, aliran proses, alkohol, katalis, pendekat an ner aca massa provi der
Asam Lemak Bebas (ALB), pemisahan, teknologi pengolahan biodiesel Grand Inizio.
pemurnian dan daur ulang metanol Teknologi pengolahan Grand Inizio adalah
(Marchetti et al., 2008). teknologi proses biodiesel yang mampu
Sistem pada produksi biodiesel memproses semua bahan baku biodiesel
merupakan sistem rantai pasok yang berdasarkan asam lemak bebas. Selain itu
kompleks, melibatkan banyak aktor dan teknologi ini sangat proposional dalam
p r o se s ya n g r u m i t . Was s on ( 20 0 6) proses scale-up sehingga mempermudah
mengatakan bahwa suatu riset pemodelan perhitungan neraca massa. Berdasarkan hal
sistem harus menentukan batasan tersebut teknologi Grand Inizio dipilih
(boundary) sistem untuk mempermudah sebagai acuan pada penelitian ini untuk
pemahaman suatu sistem yang kompleks. mendapatkan model yang prosional dan
Pemodelan produksi meliputi kajian representatif terhadap sistem nyata produksi
pemodelan subsistem aliran proses biodiesel. Teknologi proses produksi
transformasi bahan baku menjadi produk, biodiesel penting dikaji untuk mendapatkan
p e m o d e l a n st r a t e g i d a n k e b i j a ka n , tahapan proses dan neraca massa masing-
pemodelan aliran informasi, dan pemodelan masing unit operasinya. Masing-masing
biaya produksi (Kumar dan Zander, 2007). bahan baku ditentukan aliran proses
Fokus utama penelitian ini (boundary) berdasarkan kandungan ALB , jumlah bahan
adalah pemodelan biaya produksi pada penolong dan utilitas yang digunakan.
aktor produsen biodiesel. Pemodelan Pemodelan biaya produksi dilakukan
produksi ini terdiri dari 3 aspek yang harus berdasarkan kajian bahan baku dan
dikaji yaitu bahan baku, teknologi proses, teknologi proses produksi biodiesel.
dan biaya produksi. Pendekatan pemodelan adalah teknik
Berdasarkan hal tersebut, tujuan heurustik untuk mendapatkan model
penelitian ini adalah menentukan spesifikasi matematis biaya produksi biodiesel berbasis
bahan baku biodiesel berbasis minyak sawit minyak sawit. Komponen biaya produksi
yang digunakan produsen di Indonesia, terdiri dari biaya Inside Baterey Limited
Kajian teknologi proses berdasarkan tipe (ISB), Outside Baterey Limited (OSBL) dan,
bahan baku yang berbeda, dan pemodelan biaya umum (Carberry et al., 2007).
biaya produksi berdasarkan bahan baku dan Perbedaan variasi bahan baku
teknologi proses produksi biodiesel berbasis menyebabkan perbedaan tahapan proses
minyak sawit. dan aliran proses produksi sehingga terjadi
perbedaan komponen biaya produksi
METODOLOGI PENELITIAN terutama pada biaya ISBL dan OSBL (harga
bahan baku, biaya utilitas, dan biaya bahan
Kajian bahan baku biodiesel berbasis penolong). Struktur penyusun biaya
minyak sawit dilakukan dengan studi literatur produksi disusun berdasarkan kebutuhan
dan survei lapangan. Tujuan kajian ini untuk biaya pendirian pabrik (Carberry et al., 2007,
mendapatkan jenis bahan baku dan Towler dan Sinnot, 2008) yang telah
spesifikasi yang digunakan oleh produsen disesuaikan dengan kebutuhan biaya
biodiesel di Indonesia. Menurut Lee dan proses produksi biodiesel berbahan baku
Ofori-Boateng (2013), keberlanjutan minyak sawit.
produksi biodiesel secara signifikan Teknik heuristik merupakan suatu
d i p e n g a r u h i o l e h b e b e r a p a f a k t o r, metode analisis berbasis pengalaman yang
diantaranya yaitu sumber bahan baku, tipe akan membantu penyelesaian sebuah
bahan baku berdasarkan kandungan Asam masalah, proses belajar, dan penemuan.
Lemak Bebas (ALB), pengotor (impurities) Teknik heuristik adalah metode yang
dan kandungan trigliserida yang dikonversi menjelaskan tata cara berpikir untuk
menjadi biodiesel. Spesifikasi bahan baku menghasilkan suatu keputusan (Eriyatno,
akan menentukan teknologi proses yang 1 9 9 8 ) . Te k n i k h e u r i s t i k m e r u p a k a n
digunakan. pengembangan dari operasi aritmatika dan
Kajian teknologi proses dilakukan logika matematika dengan ciri-ciri adanya
dengan survei lapangan, sedangkan operasi aljabar, adanya perhitungan secara

25
Jurnal Litbang Industri Vol. 5 No. 1, Juni 2015: 23-36

bertahap, mempunyai tahapan bertahap walaupun solusi yang dicapai bukan yang
sehingga dapat dibuat algoritma komputer. optimal. Teknik ini banyak digunakan oleh
Tujuan penggunaan teknik heuristik beberapa peneliti seperti Paudel et al.,
adalah memudahkan para pengambil (1998) untuk penentuan lahan sewa melalui
kebijakan agar proses pengambilan mekanisme negosiasi, Viswanath (2000)
keputusan dapat dilakukan dengan cepat, pada perumusan kontrak pertanian di
menyelesaikan permasalahan dengan jalan Palestina, Jackson (2003) dalam mengkaji
penjaringan intisari permasalahan sehingga restrukturisasi perusahaan melalui
dibuat m odel matem ati kanya, ser ta mekanisme kontribusi karyawan,
menyelesaikan permasalahan yang bersifat Giannoccaro dan Pontrandolfo (2004)
sulit untuk dikuantifikasi. mengkaji teknik ini pada proses koordinasi
Dalam metode heuristik, data dan rantai pasok, dan Yang (2011) yang telah
informasi yang diperoleh dirumuskan dan membuat model risk sharing dalam sistem
direpresentasikan dengan metode yang rantai pasok.
dipilih sehingga dapat diperoleh solusi,

Mulai

Studi literatur dan observasi lapangan

Latar Belakang, Identifikasi


permasalahan dan lingkup kajian
penelitian

Perumusan masalah

Pengumpulan dan pengolahan data melalui studi literatur dan observasi


lapangan ke produsen biodiesel

Kajian bahan baku Kajian teknologi proses Identifikasi komponen


biodiesel berbasis minyak produksi biodiesel pembentuk biaya proses
sawit berbasis minyak sawit produksi biodiesel

Pemodelan biaya produksi


biodiesel model biaya produksi
berbasis minyak sawit

selesai

Gambar 1. Tahapan penelitian pemodelan produksi biodiesel berbasis minyak sawit

Tahapan penelitian ini secara sistematis sesuai dengan topik penelitian, alat bantu
ditampilkan pada gambar 1, Data dikumpul- yang digunakan adalah kuesioner dan alat
kan dalam penelitian ini berupa data primer bantu rekam. Narasumber yang terlibat
dan sekunder. Data primer diperoleh melalui antara lain: produsen biodiesel (Direksi PT.
observasi langsung ke lapangan dan Eterindo, Konsultan Biodiesel PTPN IV,
wawancara langsung dengan pakar yang kepala bagian bidang industri hilir kelapa

26
Model Biaya Produksi Biodiesel .......(Meilita Tryana S dkk)

sawit PT. Musim Mas, staff produksi HASIL DAN PEMBAHASAN


biodiesel PT. Wilmar), pengusaha sawit
(Komisaris PTPN V), Badan Pengkajian dan Biodiesel Berbasis Minyak Sawit
Penerapan Teknologi ( BPPT ) bagian
biodiesel, Pusat Penelitian Kelapa Sawit Biodiesel berbasis minyak sawit
( PPKS ) bagian penelitian biodiesel, merupakan salah satu sumber energi
Kementerian ESDM (bagian bioenergi), terbarukan yang bersumber dari minyak
sekretaris Asosiasi Produsen Biofuel sawit. Peningkatan penggunaan biodiesel
Indonesia (Aprobi), Pertamina (bagian dikarenakan peningkatan impor bahan
pemasaran). Data sekunder diperoleh dari bakar dari luar negeri sehingga biodiesel
kajian pustaka, laporan teknis dari dinas digunakan sebagai bahan bakar pengganti
terkait, lembaga penelitian. Pakar yang (substitusi) solar. Penggunaan minyak sawit
terlibat berasal dari kalangan peneliti sebagai sumber biodiesel oleh Pertamina
akademisi dan praktisi serta pengusaha pada awalnya dimulai dengan pencampuran
biodiesel. Pemilihan lokasi dan pakar 1% dengan solar, produk pencampuran
dilakukan secara pur posive . Lokasi biodiesel dengan solar yang dihasilkan
pengumpulan data dilakukan pada PT Pertamina dikenal dengan sebutan biosolar.
MusimMas, PT Wilmar, PT Eterindo Peningkatan konsumsi produk biosolar
Wahanatama Tbk. dan PTPN IV. semakin meningkatkan pemanfaatan
Penelitian ini dilakukan dengan bi odi ese l sei ri ng den gan per at ur an
menggunakan model matematis. Analisis pemerintah mengenai mandat penggunaan
data pada penelitian ini dilakukan secara bahan bakar nabati (BBN) melalui Peraturan
kuantitatif dengan pendekatan heurisitik Kementerian (Permen) ESDM No 30 Tahun
dengan memperhitungkan variabel-variabel 2008, Permen ESDM No 25 Tahun 2013 dan
pembentuk sub model dalam model P er m e n ES D M N o 2 0 Ta hu n 20 14 .
produksi biodiesel, berupa bahan baku, Kebutuhan dan produksi minyak sawit akan
teknologi proses dan biaya produksi. semakin meningkat dari tahun ke tahun
(Gambar 2).

3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014
Tahun

Gambar 2. Perkembangan penggunaan biodesel oleh pertamina tahun 2009-2014


Sumber : Bangun, 2014

Biodiesel mempunyai sifat kimia dan benzena yang memiliki sifat karsinogenik,
fisika yang serupa dengan solar sehingga sehingga biodiesel merupakan bahan bakar
dapat digunakan langsung untuk mesin yang bersih dan lebih mudah ditangani bila
diesel atau dicampur dengan solar. dibandingkan dengan solar (Ahmad et al.,
Walaupun kandungan kalori biodiesel 2013). Perbedaan antara biodiesel dengan
serupa dengan solar, tetapi karena biodiesel solar terutama adalah pada komposisinya.
mengandung oksigen, maka flash pointnya Perbandingan kualitas biodiesel minyak
lebih tinggi sehingga tidak mudah terbakar sawit dengan solar dapat dilihat pada Tabel
(Lee dan Ofori-Boateng, 2013). Biodiesel 1.
tidak mengandung sulfur dan senyawa

27
Jurnal Litbang Industri Vol. 5 No. 1, Juni 2015: 23-36

Tabel 1 Perbandingan antara biodiesel minyak sawit dan solar


Karakteristik Palm Biodiesel Petroleum Diesel
Sumber Renewable Fosil
Nilai Kalori (MJ/kg) 41.3 46.8
Panas Pembakaran (kJ/kg) 40.135 45.8
Angka Setana 65 53
Titik Nyala (0C) 174.0 98.0
Pour Point (0C) 16.0 15.0
Titik Kabut (0C) 16.0 18.0
Densitas pada suhu 400C (kg/L) 0.855 0.823
Viskositas pada suhu 400C (cST) 4.5 4.0
Kandungan Sulfur (% wt) 0.04 0.10
Karbon Residu (% wt) 0.02 0.14
Sumber: Nagi et al. (2008)

Identifikasi Bahan Baku Indonesia yaitu PT Wilmar, PT Eterindo dan


PT Musimas, dan PTPN IV. Berdasarkan
Proses identifikasi dalam penelitian ini pengamatan diperoleh hasil bahwa bahan
digunakan untuk mendapatkan informasi baku yang digunakan adalah Crude Palm Oil
antara lain: mengenai bahan baku yang (CPO), Refined Palm Oil (RPO), Refined
digunakan oleh produsen biodiesel, Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO),
spesifikasi bahan baku biodiesel berbasis Refined Bleached Deodorized Palm Olein
minyak sawit. Proses identifikasi dilakukan (RBD olein), Refined Bleached Deodorized
dengan survei pakar dan pengamatan pada Palm Stearin (RBD stearin) dan Palm Fatty
beberapa produsen biodiesel. Survei pakar Acid Distillate (PFAD). Karakteristik masing-
dilakukan pada Balai Pengkajian Penerapan masing bahan baku yang digunakan
Teknologi (BPPT ) dan Pusat Penelitian berdasarkan pengamatan dan hasil survey
Ke la pa Saw i t ( PP KS ) . P eng am at an dapat dilihat pada Tabel 2.
dilakukan pada produsen biodiesel di

Tabel 2 Karakteristik bahan baku biodiesel


Bahan Baku Kandungan FFA (%) Pengotor Perusahaan
CPO Max. 5 0.050 ± 0.006 PTPN IV
RPO 3–5 - PT. Wilmar
RBDPO Max. 0.05 - PT. Musim Mas
RBD Olein Max. 0.05 - PT. Musim Mas, PT. Eterindo, PT. Wilmar
RBD Stearin Max. 0.05 - PT. Musim Mas, PT. Eterindo, PT. Wilmar
PFAD 74.6 – 93.9 - PT. Musim Mas, PT. Eterindo, PT. Wilma

CPO merupakan bahan baku biodiesel merupakan minyak yang diperoleh dari
mengandung asam lemak yang terikat ekstraksi daging kelapa sawit dan telah
secara alami dalam struktur sejenis ester melalui proses penghilangan gum
yang disebut trigliserida. Selain itu CPO juga ( degumming ) dan penghilangan warna
mengandung pengotor yang berasal dari (bleaching) sehingga memiliki kandungan
komponen lain yang umumnya harus lilin dan pengotor yang rendah namun
di buang sela ma pro ses pem ur nian . kandungan ALB nya masih tinggi (Morad et
Keberadaan komponen yang membentuk al., 2006; Idoko et al., 2013).
gum dan pengotor lainnya harus dibuang RBDPO merupakan hasil dari
dalam tahap persiapan bahan baku pada pemurnian CPO, yaitu ekstrak dari bagian
proses produksi biodiesel. mesokarp buah kelapa sawit. Proses
RPO atau biasa disebut sebagai pemurnian CPO menghasilkan RBDPO
Degummed Bleached Palm Oil (DBPO), meliputi tahapan degumming, netralisasi

28
Model Biaya Produksi Biodiesel .......(Meilita Tryana S dkk)

(deasidifikasi), bleaching, dan penghilangan RBDP stearin merupakan fraksi dengan


bau ( deodorizing ) (Winarno, 2008) . titik leleh yang tinggi yang diperoleh dari
Kesemua tahapan ini disebut refined proses fraksinasi RBDPO (EAS, 2013).
bleached deodorized (RBD), bahan baku Komponen lemak yang terbesar penyusun
biodiesel diperlukan hanya pada tahapan RBD stearin adalah asam palmitat dan asam
pemisahan gum dan penghilangan oleat.
asam/netralisasi. Proses pengolahan PFAD adalah produk turunan hasil
RBDPO selanjutnya akan menghasilkan samping pada proses deodorisasi minyak
RBDP olein dan RBDP stearin yang kelapa sawit dengan kandungan ALB yang
merupakan hasil fraksinasi dan kristalisasi tinggi (Ira et al., 2013). Menurut Igor et al.,
RBDPO hingga diperoleh produk padat (2011) kandungan ALB ada PFAD sekitar
berupa stearin dan produk cair berupa olein. 93%. PFAD berwarna kuning cerah dan
RBDP olein merupakan fraksi cair yang berbentuk padat pada temperatur ruang
diperoleh melalui proses fraksinasi RBDPO (Chongkhong et al., 2009). Komposisi PFAD
(WFP, 2011; EAS, 2013). RBD olein banyak dapat bervariasi tergantung dari beberapa
digunakan sebagai minyak goreng dan juga faktor, diantaranya yaitu bahan baku dan
persiapan makanan komersial. RBD olein kondisi proses pemurnian minyak (Gunawan
terdiri dari beberapa asam lemak, komponen et al., 2008). Karakteristik masing-masing
terbesar asam lemak penyusun RBD olein bahan baku dapat dapat diihat pada Tabel 3.
adalah asam palmitat dan asam oleat. PFAD banyak dipertimbangkan karena
harganya yang relatif murah.

Tabel 3 Karakteristik CPO, RPO, RBDPO, RBD olein, RBD stearin dan PFAD
RBD
Karakteristis Satuan CPO RPO RBDPO RBD Olein PFAD
Stearin
Elburg
Hayyan et Idoko et al. Moh et al.
Global EAS (2013) EAS (2013)
al. (2013) (2013) (1999)
(2009)
Asam lemak - Asam Asam Asam Asam Asam Oleat Asam
dominan Palmitat Palmitat Palmitat Palmitat Palmitat
FFA (%) 7 + 0.30 3-5 Max. 0.05 Max. 0.3 Max 0.25 74.6-93.9
Bilangan (mg KOH/g) 24.19+0.12 - - 196-222
asam
Bilangan (meq 7.5 + 0.65 32.10+0.05 Max. 0.05 Max. 10 Max 10 -
peroksida 02/Kg)
Bilangan iod (g I2/100 g) - 45.81+2.18 48-56 56-62 21-48 50.3-62.7
Bilangan (mg KOH/g) 198 + 1.70 155.67+0.09 - 190-205 193-205 -
penyabunan
Massa jenis (kg/L) - - - - 0.72-0.89
pada 50°C
Komponen (%) - 7.58+0.07 - - 0.9-4.5
tak
tersabunkan
Titik leleh (°C) - - 36-40 - -
Kadar air (%) 1.03+0.1 0,2 Max. 0.05 Max 0.1 Max 0.15 -
Impurities (%) 0.05+0.006 - - Max 0.1 Max 0.15 -

Teknologi Proses Biodiesel gliserol sebagai produk samping (Meher,


2006; Rahayu, 2009; Paryanto, 2013).
Teknologi yang umumnya digunakan Penentuan teknologi proses didasarkan
secara komersial dalam memproduksi pada kandungan ALB , pengotor dan
biodiesel adalah esterifikasi dan atau trigliserida. Jenis bahan baku tertentu, selain
transesterifikasi dari minyak dengan alkohol mengandung bahan ALB yang tinggi
(metanol) dan bantuan katalis untuk terdapat pengotor dan sisa (residu) yang
menghasilkan biodiesel (fatty acid methyl dapat menghambat proses produksi
eter-FAME) sebagai produk utama dan biodiesel, sehingga beberapa perlakuan

29
Jurnal Litbang Industri Vol. 5 No. 1, Juni 2015: 23-36

pendahuluan diperlukan seperti pem- biodiesel berdasarkan bahan baku terdapat


bersihan serta proses penghilangan gum. pada Gambar 3.
Varian teknologi proses pengolahan

Refined Oil
(FFA<1%) Transesterifikasi Biodiesel

Standar CPO Lurgi, Connemenn


(FFA < 5%)
Crude Stearin Esterifikasi Transesterifikasi Biodiesel
(FFA < 1 %)
PFAD (FFA < Merloni, Inizio, Lian Juan, Axen
90 %)
Esterifikasi Biodiesel

Standar CPO Refinery/ Refined Oil


(FFA , 5 %) (FFA < 1 %) Transesterifikasi
Deacidifikasi
Desmet Balestra
Gambar 3. Varian teknologi pengolahan biodiesel berdasarkan bahan baku
Secara garis besar ketiga varian pada terbentuk akan menyerap zat-zat lendir dan
Gambar 3, selalu terdiri dari 3 kumpulan unit sebagian pigmen.
operasi kimia yaitu: unit proses persiapan
bahan baku meliputi pembersihan bahan Esterifikasi
baku (physical refining), unit reaksi kimia
pembentukan FAME, unit pemurnian produk Esterifikasi merupakan tahap konversi
(Meher, 2006; Melero, 2014). minyak/lemak menjadi metil ester dari asam
lemak menggunakan katalis asam dan
Pretreatment,Bleaching dan Degumming mencampurkan dengan alkohol/metanol.
Tantangan utama dalam memproduksi
Tahapan pert am a dal am proses biodiesel dari bahan baku dengan kualitas
produksi adalah pembersihan bahan baku rendah adalah perlakuan terhadap ALB.
(pretreatment), yaitu pembersihan bahan Keberadaan ALB akan sangat mengganggu
baku dari kotoran ataupun kandungan air, dan menghambat proses transesterifikasi
serta tahapan penghilangan gum karena akan membentuk sabun,
( degumming ) yang disebabkan karena mengurangi hasil produk dan meningkatkan
adanya enzim yang masih aktif dari bahan kesulitan dalam pemisahan produk (Verhe et
baku. Perlakuan pendahuluan dan al., 2011; Lee et al., 2013). Proses yang
p e n gh i l a ng a n g u m b er t u j u a n u n t u k dapat dilakukan adalah dengan menambah-
me nghil angkan kot or an yang dapa t kan katalis tetapi berupa soda caustic untuk
mempengaruhi stabilitas produk minyak memisahkan ALB dengan membentuk
pada akhir proses produksi biodiesel. Tujuan sabun dengan bahan alkali, proses yang
penghilangan gum adalah untuk sering digunakan oleh industri/produsen
menghilangkan phospolipid CPO yang biodiesel adalah penggabungan antara
dapat mengganggu stabilitas produk akhir. esterifikasi dengan katalis asam untuk
Secara konvensional penghilangan gum menurunkan kadar ALB kemudian diikuti
adalah pembentukan flok-flok dari zat-zat dengan transesterifikasi dengan katalis basa
yang bersifat koloidal dalam minyak mentah (Mahlia et al., 2012).
(Syafri et al., 2010). Cara yang sering dilaku-
kan adalah menambahkan H3PO4, H2SO 4, Transesterifikasi
atau HCl. Penambahan senyawa asam ini
dapat menggumpalkan dan mengendapkan Transesterifikasi merupakan tahap
zat-zat seperti protein, fosfatida, dan resin konversi minyak/lemak menjadi metil ester
yang terdapat dalam minyak mentah. Prinsip dari asam lemak struktur trigliserida dengan
penghilangan gum dengan kaustik alkali mencampurkan minyak/lemak dengan
adalah par tikel- partikel sabun yang alcohol / metanol menggunakan katalis basa

30
Model Biaya Produksi Biodiesel .......(Meilita Tryana S dkk)

(Ivanoui et al. 2011; Ahmad et al. 2013). destilasi atau pemisahan menggunakan
Selain biodiesel, reaksi transesterifikasi bahan tambahan silica, sedangkan proses
menghasilkan hasil samping berupa gliserol penyaringan (filtering) menggunakan bahan
(Lee dan Ofori-Boateng 2013). Reaksi eco-sponge untuk menjernihkan produk.
transesterifikasi hanya dapat berjalan Diagram alir dan neraca massa untuk semua
dengan baik apabila bahan baku yang bahan baku diperlihatkan pada gambar 4.
digunakan mempunyai kandungan ALB
yang rendah atau telah melalui tahapan Pemodelan Biaya Produksi Biodiesel
proses esterifikasi untuk menurunkan kadar
ALB. Berdasarkan kajian pada bahan baku
dan teknologi proses, disusun model biaya
Drying, Filtering dan Dry Washing produksi biodiesel berdasarkan submodel
bahan baku, teknologi proses, biaya
Drying , filtering dan dry washing produksi untuk menghasilkan model biaya
merupakan pemurnian biodiesel yang produksi biodiesel berbasis minyak sawit.
dilakukan untuk menghilangkan komponen- Model biaya produksi dikembangkan
komponen yang tidak diinginkan pada menggunakan teknik heuristik mengacu
biodiesel yang dihasilkan dari proses kepada (Carberry et al., 2007).
transesterifikasi. Proses dry washing
dilakukan untuk menghilangkan gliserol, Submodel Bahan Baku
katalis, air, busa, dan garam yang terbawa
dari proses transesterifikasi. Dry washing Beberapa alasan pemakaian bahan
dapat di lakukan dengan udar a, ion baku biodiesel oleh produsen adalah
exchange, partikel resin dan magnesol. teknologi peralatan, ketersediaan bahan
Filtering dilakukan untuk menghilangkan baku, harga bahan baku dan standar
partikel-partikel berukuran kecil yang kualitas yang diminta oleh konsumen.
terkandung dalam biodiesel hasil selama Minyak sawit adalah produk yang memiliki
proses pendahuluan, penghilangan gum, harga yang fluktuatif, dipengaruhi oleh harga
dan pemucatan pada reaksi esterifikasi dan bahan baku, dan nilai tukar rupiah terhadap
transesterifikasi. Tahapan pengeringan dollar. Harga bahan baku total dipengaruhi
(drying) dilakukan untuk menguapkan air oleh harga minyak sawit, harga minyak
dari biodiesel, biodiesel akan berwarna mentah (crude oil), permintaan dan nilai
kuning kemerahan yang mengindikasikan tukar rupiah:
adanya air yang terkandung pada biodiesel.
Metode ini dapat menggunakan destillasi TGrandInizio = f(R, CAPTSA,Methanol,B.Earth,Caustic Soda,
atau settling (Berrios dan Skelton, 2008). MGrandInizio,YGrandInizio)
Hasil yang diharapkan dari proses ini adalah TGrandInizio :Teknologi Grand Inizio
biodiesel dengan tingkat kemurnian 99%. R :Jenis bahan baku ( ALB ,
Pengotor)
Teknologi Grand Inizio CA :Katalis dan bahan penolong
MGrandInizio :Mesin proses Grand Inizio
Te k n o l o g i G r a n d I n i z i o m a m p u YGrandInizio :Rendemen teknologi Grand
mengolah berbagai jenis bahan baku Inizio
tersebut dalam satu proses produksi. Proses
produksi yang diterapkan pada teknologi Sub Model Biaya Produksi
Grand Inizio mempunyai karakteristik
produksi kontinyu. Katalis yang digunakan Komponen biaya produksi didefinisikan
antara lain; katalis asam paratoluene berdasarkan diagram alir produksi biodiesel
sulfonat (PTSA), katalis basa caustic soda menggunakan Teknologi Grand Inizio pada
( N a O H ) . P en gg un aan k at a l is P TS A gambar 4. Komponen biaya produksi
mempunyai keunggulan pada rendahnya diidentifikasi dari teknologi proses produksi
konsentrasi sulfur pada produk biodiesel, biodiesel sebelumnya. Komponen biaya
dibandingkan dengan katalis asam sulfur produksi terdiri dari biaya ISBL, OSBL dan
meskipun reaksi yang dihasilkan lebih cepat biaya umum. Biaya ISBL adalah biaya yang
(BUMN PT X ; Verhe et al., 2011). Proses dihasilkan dari proses utama konversi bahan

31
Jurnal Litbang Industri Vol. 5 No. 1, Juni 2015: 23-36

baku menjadi produk, sedangkan OSBL dimana


adalah biaya yang dihasilkan dari kegiatan Bpi (ISBL) : Biaya produksi FAME per
pendukung proses utama. satuan massa FAME untuk
jenis bahan Baku ke-i
TBPi = BPi (ISBL) + BMFPi (OSBL) + BU – Pfi : Harga bahan baku jenis- I
H (gliserol) Pme : Harga methanol per satuan
massa
Perhitungan biaya produksi lingkup Pctai : Harga katalis asam untuk
ISBL menggunakan teknik heurisitik bahan baku ke-i
dirumuskan sebagai berikut: Pctbi : Harga katalis basa untuk
bahan baku ke-i
Bpi (ISBL) = {(Fi x PFi) + (Mei x PMe) + (Ctai x Pchi : Harga kimia untuk bahan
PCtai) + (Ctb x PCtbi) + (Chi x baku ke-i
PChi) + (OSi x POSi) + (Eli x POSi : Harga bahan penolong lain
PUl) } /yi untuk bahan baku ke-i
Pul : Harga utiliatas
yi : yield untuk bahan baku I

Bahan Baku 1 Bahan Baku 2


Crude Palm Oil, 5% of ALB 1000kg RPO ALB < 5% tanpa degumming,
PFAD FFA 90% of ALB 1000kg

Bleaching Earth, 10kg Degum/Bleach Spent Earth, 12.5 kg

Esterifica on
Methanol + Pretoluene Methanol Dis lated
1) 1000+420kg
Sulfonic Acid 2) 997.5kg+23kg Recovery Methanol
1) 400+20kg
2) 18+5kg
Methyl Ester+Oil
1) 1058.5kg Bahan Baku 3
2) 1000.7kg

Methanol + Caus c Transesterifica on


Soda 1) 1058.5kg+101kg Refined Oil
1) 100+1kg 2) 1000.7kg+208kg 1000kg
2) 200+8kg 3) 1000kg+160kg
3) 150+10kg
Crude Glycerin, 80%
Crude Methyl Ester
1) 12.99kg
1) 1058.56.36kg
2) 123kg
2) 980.4kg
3) 129.84kg
3) 978.27kg

Silica, 10kg Dry Washing Silica Cake 12.5kg

Palm Methyl Ester 99%


Filtering 1) 1051.75kg
2) 975.94kg
3) 973.81kg

:Komponen penyusun biaya produksi dari CPO


:Komponen Penyusun biaya produksi dari PFAD dan RPO
:Komponen Penyusun biaya produksi dari Refined Oil

Gambar 4. Neraca massa dan komponen pembentuk biaya proses produksi biodiesel
dengan teknologi Grand Inizio

32
Model Biaya Produksi Biodiesel .......(Meilita Tryana S dkk)

Tambahan biaya perawatan produk dan ElmBD : Penggunaan listrik untuk


bahan baku (produk and feedstock handling) perawatan biodiesel
dalam OSBL StmBD : Penggunaan steam untuk
perawatan biodiesel.
BMFPi (OSBL) = Fi (Elmfi x PEl + Stmfi x
PSt) + BDi (ElmBD x PEl + StmBD x Pst) BU = TK + ADM + PER + INS + DEP +
PEM + TAX
dimana
BMFPi : Biaya perawatan bahan dimana
baku-i dan produk. BU : Biaya umum
Fi : bahan baku –Ip TK : Biaya tenaga kerja
PEl : Harga listrik ADM : Administrasi umum
Pst : Harga uap PER : Biaya perawatan mesin
Elmfi : Penggunaan listrik untuk INS : Asuransi
perawatan per satuan DEP : Depresiasi
bahan baku ke-i PEM : Pemasaran dan distribusi
Stmfi : Penggunaan steam untuk TAX : Pajak
perawatan persatuan
bahan baku ke-i Berdasarkan rumusan diatas, maka disusun
komponen penyusun biaya produksi yang
dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Struktur penyusun biaya produksi biodiesel


Komponen Biaya Produksi Jenis biaya Perhitungan
• OSBL • Biaya perawatan bahan baku • 15% dari biaya perawatan
dan produk.
• ISBL • Biaya bahan baku. • Berdasarkan harga pasar
• Biaya Utilitas. minyak sawit.
• Biaya bahan penolong • Berdasarkan harga utilitas yag
• Perawatan • Biaya perawatan mesin digunakan
• Asuransi • Biaya asuransi • Berdasarkan harga pasar
• Tenaga Kerja • Biaya tenaga kerja • 2% dari biaya investasi mesin.
• 1% dari total biaya investasi.
• Administrasi umum • Jumlahnya berdasarkan mesin
• Depresiasi dan peralatan serta UMR.
• Pemasaran dan distribusi • 20% dari tenaga kerja operasi.
• Pajak • 10% dari biaya investasi mesin.
• 2% dari total biaya produksi.
• 2% dari total biaya investasi
Sumber: Carberry et al., (2007)

KESIMPULAN DAN SARAN biodiesel ditentukan berdasarkan kadar


pengotor dan FFA dari bahan baku. Bahan
Kesimpulan yang mengandung FFA dan pengotor sangat
tinggi perlu dilakukan perlakuan
Hasil identifikasi bahan baku biodiesel pretreatment, bleaching, degumming, dan
berbasis minyak sawit yang digunakan oleh estrifikasi, proses ini dinamakan esterifikasi-
produsen biodiesel adalan CPO, RPO , transesterifikasi. Bahan yang mengandung
RBDPO, RBD Olein, RBD Stearin, dan FFA dan pengotor sangat sedikit dapat
PFAD. Komponen yang penting diperhatikan langsung dilakukan proses transesterifikasi.
pada bahan baku adalah kadar lemak bebas Teknologi Grand Inizio merupakan teknologi
( FFA), pengotor ( impurities ) dan kadar provider yang dapat mengolah bahan baku
trigliserida yang akan dikonversi menjadi berdasarkan kadar FFA . Berdasarkan
biodiesel. Teknologi proses produksi teknologi dan spesifikasi bahan baku model

33
Jurnal Litbang Industri Vol. 5 No. 1, Juni 2015: 23-36

biaya produksi biodiesel dipengaruhi oleh [EAS] East African Standard. 2013. Draft
komponen ISBL, OSBL, biaya umum dan East African Standard: Palm Olein
nilai tambah hasil samping yaitu gliserol. Spesification [Internet]. diunduh 2014.

Saran [ESDM] Kementerian Energi dan


Sumberdaya Mineral. 2013. Informasi
Perlu adanya perbandingan teknologi t e k ni s b i o d i e s e l . J a ka r t a ( I D ) :
proses lain untuk dijadikan referensi dalam Kementerian Energi dan Sumberdaya
menyusun komponen biaya produksi, serta Mineral.
perlu pengkajian rantai pasok, strategi dan
kebijakan pendukung harga jual biodiesel. Eriyatno. 1998. Ilmu Sistem: Meningkatkan
mutu dan efektifitas manajemen.
UCAPAN TERIMA KASIH Bogor (ID): IPB Press.

Terima kasih penulis ucapkan kepada E l b u r g G l o b a l . 2 0 0 9 . Te c h n i c a l


Prof. Dr. Ir. Sukardi MM, Prof. Dr. Ir. Ani spesifications of RBD palm oil
Suryani DEA, Prof. Dr. Ir. Muhammad Romli [Internet]. [diunduh 2014 Nov 23].
MSc.St selaku pembimbing. Tersedia pada: http://www.elburg
global.nl/vegetable-fats/palm-oil/.
DAFTAR PUSTAKA
Giannoccaro, I., Pontrandolfo, P. 2004.
Ahmad, M., Khan, M. A., Zafar, M., Sultana, Supply chain coordination by revenue
S. 2013. Practical handbook on sharing contracts. International
biodiesel production and properties. Journal of Production Economics.
Boca Raton (US): CRC Press. 89(2): 131-139.

Aprobi. 2014. Kemampuan penyediaan Gunawan, S., Kasim, N. S., Ju, Y. H. 2008.
biodiesel dalam mendukung S e p a r a t i o n a n d p u r i f i ca t i o n o f
mandatori biodiesel dan masalahnya. squalene from soybean oil deodorizer
[Seminar Nasional Kebijakan distillate. Separation and Purification
Mandatory Biodiesel] Bogor ( ID ): Technology. 60(2) : 128–135.
PASPI.
Haas, M. J. 2006. Improving the economic of
Bangun, D. 2014. Important role of palm oil in biodiesel production hrough the use of
food security: food and regulation. low value lipids as feedstocks:
Disampaikan pada International Oil vegetable oil soapstock. Fuel
Palm Conference, 17-19 Juni 2014. Processing Technology. 86(10): 1087-
Dewan Minyak Sawit Indonesia. 1096.

Berrios, M., Skelton, R. L. 2008. Comparison Hayyan, A., Mjalilli, F. S., Hashim, M.A.,
of purification methods for biodiesel. Hayyan, M., Al-Nashet, I. M. 2013.
Chemical Engineering Journal. 144: Conversion of free fatty acid in low
459-465. grade crude palm oil to methyl esters
for biodiesel production using
Carberry, E. 2007. Plant design and ch r om osul f ur i c a ci d. B ul gar i an
economics for chemical engineers. Chemical Communication. 45(3):
Colorado (US): McGraw Hill. 394–399.

C h o n g k h o n g , S . , To n g u r a i , C . , Idoko, O., Bwai, M. D., Emmanuel, S. A.,


Chetpattananondh, P., Bunyakan, C. Th om as, S. A. 2013 . E ffe ct o f
2009. Continuous esterification for bleaching and degumming on the
biodiesel production from palm fatty physicochemical properties and
acid distillate using economical antioxidant activity of palm oil.
process. Renewable Energy. 34 (4): Engineering and Applied Scinces. 2(5)
1059-1063. : 343-345.

34
Model Biaya Produksi Biodiesel .......(Meilita Tryana S dkk)

Igor, N., Susana, L. S., Marly, C., Otávio, L. Meher, L. C., Vidya, S. D., Naik, S. N. 2006.
B., Márcio, F., Marta, A. 2011. Tech nica l aspect s o f bio diese l
Enzymatic biodiesel synthesis using a production by transesterification a
byproduct obtained from palm oil review. Renewable and Sustainable
refining. Enzyme Research. 81(1): 8- Energy Reviews. 10(3): 248–268.
23.
Melero, J. A., Bautista, L. F., Iglesias, J.,
Ira Desri, Rahmi, Neswati. 2013. The Morales, Vazquez, R. S. 2014.
influence of molar ratio of methanol to Production of biodiesel from waste
PFAD and esterification reaction time cooking oil in a continuous packed bed
towards biodiesel characteristics palm reactor with an agglomerated Zr-SBA-
fatty acids distillate produced. Journal 15/bentonite catalyst. Applied
Advance Science Engineering Catalysis B: Environmental. 145(10):
Information Technology. 3(5): 9-13. 197-204.
ISSN: 2088-5334.
Moh, M. H., Yusof, M., Ooi, T. L., Tang, T. S.
Ivanoui, A., SchMeant, A., Peter, F., Rusnac, 1999. Unpublished Report. In: Ping
L . M . , U n g u r e a n , M . 2 0 11 . BTY, Yusof M. 2009. Characteristics
Comparative study on biodiesel and properties of fatty acid distillates.
synthesis from different vegetables Oil Palm Buletin. 59(11): 5-11.
oils. Chemical Bull POLITECHNICAL.
56(70): 94-98. Morad, N. A., Madya, M., Mohd, R. 2006.
Process design in degumming and
Jackson, M. C. 2003. System thinking: bleaching of palm oil. Malaysia
creative holism for managers. England (MY):Centre of Lipids Engineering and
(GB) : Jhon Wiley & Sons. Inc. Applied Science University of
Technology.
Kumar, S., and Zander, M. 2007. Supply
chain cost control using acitivity based Nagi, J., Ahmed, S. K., Nagi, F. 2008. Palm
management. France; Auerbach b i o d i e se l an al t er na t i ve g r ee n
Publication renewable energy for the energy
demands of the future. ICCBT. 6(7):
Lee, K. T., Ofori-Boateng, C. 2013. 79-94.
Sustainability of biofuel production
from oil palm biomass. Singapore Oil World. 2014. Statistic for 17 Oil and Fats.
(SG): Springer Science and Media Oil World Database Dec 2012. Oil
Bussiness. World. Germany (DE): Oil World.

Marchetti, M. J., Miguel, V. U., Errazu, A. F. Paryanto, I., Kismanto, A., Amri, K.,
2008. Heterogeneous esterification of Solikhah, M. S. 2013. Some technical
oil with high amount of free fatty acid. aspects for sustainable biodiesel
Fuel. 86(1): 906-910. production. International Jurnal on
Advanced Science Engineering
Mahlia, T. M. I., Ong, H. C., Masjuki, H. H. Information Technology. 4(2): 49-52.
2012. Techno economics analysis of
biodiesel production from palm. Paudel, K. P., Lohr, L., Martin Jr, N. R. 1998.
Jatropha curcas. and Calophyllum Optimal input cost sharing for tenants:
inophyllum as biofuel. The implication for negotiating efficiency.
Proceedings of 2 nd Annual Agricultural System. 57(1): 1-11.
International Conference Syiah Kuala
University 2012 and 8th IMT-GT Uninet Purnomo, H. 2004. Pengantar teknik
Biosciences Conference. Banda Aceh industri.Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.
(ID).

35
Jurnal Litbang Industri Vol. 5 No. 1, Juni 2015: 23-36

Rahayu, S. K. 2009. Perpajakan Indonesia: Viswanath, P. V. 2000. Diversification and


Konsep dan aspek finansial. moral hazard in Roman Palestine
Yogyakarta (ID): Graha Ilmu. evidence from agricultural contract
law. International Review of Law and
Syafri, H. S. 2010. Teori akutansi. Jakarta Economics. 20(3): 353-369.
(ID): Raja Grafindo Persada.
Wasson, C. S. 2006. System analysis design
Taufiq-Yap, Y. H., Abdullah, N. F., Basri, M. and development concepts. Principles
2011. B iodiesel pr oduction via and Practices. New Jersey (US): Jhon
transesterification of palm oil using Willey & Sons. Inc.
NaOH/Al2O3 Catalists. Sains
Malaysiana. 40(6): 587-594. [ WFP ] World Food Programme. 2011.
Technical specifications for the
Towler, G., Sinnott, R. 2008. Chemical manufacture of palm olein. [Internet].
engineering design. Paris ( IT ): [diunduh 2014 Des 6]. Tersedia pada:
Elsevier. http://documents.wfp.org.

Verhe, R., Echim, C., Greyt, W. D., Stevens, Winarno, F. G. 2008. Kimia pangan dan gizi.
C. 2011. Production of biodiesel via Bogor: M-Brio.
chemical catalytic conversion. In
Handbook of biofuels production: Yang, W. 2011. A multi-objective optimization
Process and Technologies. Rafael J, approach to allocate environment
Campelo J, Clark J Eds. 2011. flows to the artifisially restored wetland
Cambrige (UK): Woodhead of C hin a' s Yel l ow R ive r D el ta .
Publishing. Ecological Modelling. 222 (0): 261-
2 6 7 . D e s 6 . Te r s e d i a p a d a :
http:/www.tbs.go.tz.

36

Anda mungkin juga menyukai