Anda di halaman 1dari 38

“TAKSONOMI SPESIES INVASIF

DI INDONESIA dan
PENGELOLAANNYA”
Spesies Invasif
• Tumbuhan invasif merupakan tumbuhan asing yang masuk ke ekosistem
baru dan berdampak negatif pada ekosistem tersebut.
• Kerusakan ekosistem dapat memicu spesies invasif tumbuh (Joshii et. al.,
2009).

Karateristik spesies invasif


• Tumbuh cepat.
• Reproduksi cepat.
• Kemampuan dispersal tinggi.
• Toleransi besar terhadap berbagai kondisi lingkungan (adaptif).
Habitus : herba, perdu, beberapa pohon
Habitat : daerah terbuka, “terganggu”
• perkembangbiakan dan pertumbuhan sangat cepat, penyebaran
luas, dan beradaptasi secara fisiologis dengan baik pada lingkungan baru.
Contoh
habitat
spesies
invasif
Kerugian akibat Spesies invasif

• Kemampuan jenis invasif beradaptasi dengan cepat, berisiko menurunkan biodiversitas dalam
suatu ekosistem (Buchart, et al., 2010) >> penyebab utama dalam perubahan tutupan lahan.
• Ketika banyak tumbuhan bernilai guna tergantikan oleh tumbuhan invasif, muncul gangguan
terhadap lingkungan, sosial, ekonomi, manusia, dan kesehatan hewan. Selain itu, keberadaan
spesies tumbuhan invasif dapat menurunkan kuantitas dan kualitas air,
• Spesies invasif dalam jangka panjang berkontribusi dalam perubahan iklim dan global warming
di masa depan, seperti yang terjadi di Afrika (Stafford, et al., 2018).
• Dapat menekan pertumbuhan spesies asli dan mengubah kondisi lingkungan menjadi lebih
heterogen, terjadinya penurunan keanekaragaman hayati dan proses regenerasinya, penurunan
produktivitas hutan serta degradasi lingkungan Fei et al. (2009)
Spesies Invasif di Indonesia

• Saat ini diperkirakan terdapat 1936 spesies tumbuhan invasif di


Indonesia yang termasuk dalam 187 famili (Tjitrosoedirdjo, 2005).
• Kehadiran spesies invasif pada kawasan lindung dan kawasan konservasi
telah terjadi di (Kebun Raya Bogor, Taman Nasional Baluran, Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango (Tjitrosoedirdjo, 2005), Cagar Alam
Pulau Sempu (Abywijaya, et al., 2014), Taman Nasional Gunung
Merbabu (Untoro, et al., 2017)
Beberapa Penelitian Spesies Invasif di Indonesia
CA Kamojang TN Bromo Tengger TN Bukit Barisan TN Gunung Taman Buru
(Hidayat, 2012) (Agustian 2013) Selatan Merapi Masigit Kareumbi
(Hermawan, (Sunardi, 2016) (Zulvianita, 2018)
2014)
Ageratum Ricinus communis Ageratum Ageratum Melastostoma
conyzoides conyzoides conyzoides malabathricum
Rubus moluccanus Imperata cylindrica Imperata Rubus Rubus moluccanus
cylindrica moluccanus
Clidemia hirta Acacia decurrens Merremia peltata Chromolaena Clidemia hirta
odorata
Ageratina riparia Tithonia diversifolia Acacia Ageratina riparia
decurrens
Austroeupatorium Austroeupatorium Austroeupatorium
inulifolium inulifolium inulifolium
Lantana camara Lantana camara Lantana camara
BEBERAPA CONTOH
Asteraceae

Austroepatorium inulifolium

(Piyasinghe, 2014)

Ageratina riparia
Asteraceae

Tithonia diversifolia

(Howard, dalam keys.lucidcentral.org)


Asteraceae

Galinsoga parviflora
Ageratum conyzoides

Mikania micrantha
Poaceae
Imperata cylindrica

Eleusine indica

Chimonobambusa quadrangularis
Fabaceae

Acacia decurrens
Fabaceae
• Di Taman Nasional Baluran tumbuh
pohon Vachellia nilotica yang
sebelumnya dikenal dengan nama
akasia duri [Acacia nilotica].
• Tumbuhan ini ditanam sekitar 1960-an
untuk mencegah menjalarnya api ke
kawasan Perhutani.
• Tanpa ada musuh alami, jenis ini
tumbuh subur dan menyebar, menaungi
tumbuhan lain. Mendominasi, bahkan
menginvasi padang penggembalaan
banteng [Bos javanicus] dengan
menekan pertumbuhan rumput dan
pakan yang ada.
• Vachellia nilotica merupakan tumbuhan
Acacia nilotica = Vachellia nilotica asing dari daerah kering India.
Fabaceae

Calliandra calothyrsus Mimosa pigra


Melastoma
malabatricum
Melastomataceae

Lantana camara
(Verbencaeae)

Cyperaceae
Eichhornia crassipes
(Pontederiaceae)

• Eceng gondok [Eichhornia crassipes] diintroduksi dari Brazil pada 1886 untuk memperindah
kolam Kebun Raya Bogor, sebagai tanaman hias dan keingintahuan ahli botani waktu itu. Kini,
spesies ini menjadi salah satu tumbuhan invasif yang merusak fungsi ekologis danau dan
perairan di Indonesia.
• Detritus eceng gondok yang mati akan tenggelam dan terakumulasi di dasar perairan
sehingga menimbulkan pendangkalan, bahkan menjadi media tumbuh bagi tumbuhan invasif
perairan lain. Eceng gondok termasuk 100 gulma paling berbahaya di dunia karena
pertumbuhannya sangat cepat, dapat meningkat dua kali lipat dalam 6-18 hari.
Brugmansia suaveolens
(Solanaceae)
Cyperus
papyrus
(Cyperaceae)
Spesies invasif di CA Gunung Papandayan
Nama spesies Nama daerah Familia INP (%)
Tegala Tepi Cisupabeureum
n Kawah

Ageratina riparia Teklan Asteraceae 55.50 - 58.40

Kirinyuh
Ageratina adenophora Asteraceae 53.71 - 43.20
betina
Rubus mollucanus Murbei Rosaceae 26.50 - -
Austroeupatorium
Kirinyuh Asteraceae 19.33 - -
inulifolium
Imperata cylindrica Alang-alang Poaceae 9.52 - -

Ageratum conyzoides Babadotan Asteraceae 1.33 - -


Ageratina riparia Ageratina adenophora

Habitus : Herba
Asal : Meksiko
Tinggi: 60cm – 100cm
Daun: bergerigi,
panjang ± 7,5 cm,
lebar 2,5 cm.
Bunga majemuk Habitus : Perdu
diameter 0,5-0,6 mm
berwarna putih. Asal : Amerika Tengah
Tinggi : 100-200 cm. Daun: bergerigi, panjang
6–10 cm, lebar 3-6 cm Bunga majemuk
diameter 0,5 cm berwarna putih.
Rubus mollucanus A. inulifolium

Habitus: Perdu
Asal : Australia
Tinggi: 200-300 cm.
Daun: tunggal, panjang
3-6 cm, lebar 2-5 cm. Habitus: Perdu
Perbungaan berupa Asal : Tropical Amerika
tandan majemuk.
Tinggi: 150 m -300 cm.Daun: panjang ± 7-
18 cm, lebar 2,5- 8 cm. Bunga majemuk
diameter 0,2-0,3 cm berwarna putih.
I. cylindrica A. conyzoides

Habitus : Herba
Asal: Amerika
Selatan dan
Tengah
Tinggi: 30 -80 cm
Daun: berseberangan,
Habitus : Herba panjang 2-10 mm, lebar
Asal : Tropikal Asia 0,5-5 cm.
Tinggi: ± 60 -300 cm. Bunga majemuk
Daun: panjang ± 120 cm, lebar 0,4-1,8 cm. berwarna ungu
Perbungaan malai putih panjang 5-20 cm
berdiameter hingga 2,5 cm

BACK
Beberapa upaya pengendalian spesies invasif
telah dilakukan secara mekanik, kimiawi
maupun biologis.

Upaya pencegahan spesies invasif diantaranya


analisis risiko invasif yang dikembangkan oleh
Upaya Tjitrosoedirjo, 2016.

Pengendalian
spesies invasif Analisis risiko merupakan penilaian terhadap
potensi keinvasifan dan fisibilitas pengelolaan
(Pimentel et. al., 2005).

Data keberadaan spesies invasif secara spasial


untuk menentukan lokasi prioritas
pengendalian (Franklin, 2010).
• Risiko spesies asing invasif dianalisis dengan
metode skoring yang merupakan pengembangan
Upaya model analisis pengendalian spesies asing invasif
Pengendalian (Heibert & Stubbendieck, 1993; Virtue, 2010)
spesies • kemudian dimodifikasi oleh Tjitrosoedirjo
(2016) disesuaikan dengan kondisi di
invasif Indonesia.
• Risiko spesies asing invasif ditentukan
berdasarkan indeks tiga komponen, yaitu
• risiko invasif,
• fisibilitas pengelolaan,
• rekomendasi pengendalian.
Analisis Risiko Invasif
Keinvasifan Nilai risiko Risiko
>192 Sangat Tinggi
Nilai Risiko 101 – 192 Tinggi
Dampak
Spesies Invasif 39 – 100 Sedang
13 – 38 Rendah
Metode skoring Potensi < 13 Abaikan
Heibert & Distribusi
Stubbendieck
(1993),
Virtue(2010),
Nilai Fisibilitas
Biaya pengendalian
Tjitrosoedirjo (2016) Fisibilitas
>113 Sangat Rendah
Fisibilitas Distribusi Spesies
Pengelolaan Invasif
56 – 112 Rendah
31 – 55 Medium
Persistensi 14 – 30 Tinggi
Pengendalian <14 Sanggat Tinggi
BACK NEXT
(Tjitrosoedirjo, 2016)
Contoh pertanyaan analisis risiko invasif

1. Bagaimana kemampuan tumbuhan invasif mapan diantara tumbuhan asli yang ada? skor
Amat Semai dengan mudah mapan diantara vegetasi yang rapat atau antara 3
tinggi infestasi gulma lain yang rapat
Tinggi Semai dengan mudah mapan dalam vegetasi yang terbuka atau antara 2
infestasi rata rata saja dari tumbuhan lain yang ada.
Medium Semai mapan ketika sudah ada gangguan moderat pada vegetasi yang ada 1
yang mengurangi banyak kompetisi, seperti pemotongan rumput,
pembersihan pohon, banjir terkendali, kekeringan.
Rendah Semai memerlukan tanah terbuka untuk mapan, meliputi misalnya 0
pembersihan seresah. Ini terjadi ketika gangguan besar terjadi seperti
kultivasi, overgrazing, pembakaran, banjir atau kekeringan lama.
Tidak ?
tahu
(Tjitrosoedirjo, 2016)
Analisis Risiko Invasif
Nilai Risiko Invasif = K × D × PD
Nilai total yang diperoleh pada tabel skoring x 10
• Keinvasifan (K) =
15
Nilai total yang diperoleh pada tabel skoring x 10
• Dampak (D) =
19
• Potensi Distribusi (PD) = Nilai total dari tabel skoring

Fisibilitas Pengelolaan = B × DTI × P


Nilai yang diperoleh pada tabel skoring x 10
• Biaya pengendalian (B) =
15
Nilai yang diperoleh pada tabel skoring x 10
• Distribusi Tumbuhan Invasif (DTI) =
12
Nilai yang diperoleh pada tabel skoring x 10
• Persistensi Pengendalian (P) =
11

BACK NEXT
(Tjitrosoedirjo, 2016)
Nilai Risiko & Kategori Keinvasifan Spesies Invasif di CA Papandayan

No Nama Spesies Risiko Tumbuhan Invasif Nilai Kategori


A. riparia
Keinvasifan Dampak Potensi Indeks Risiko
Distribusi Risiko
• Mampu tumbuh
diantara vegetasi
1 A. riparia 7,33 2,63 8 154,22 Tinggi
lain yang rapat.
2 Sedang
A. adenophora 6 2,63 4 63,12 • Toleran terhadap
3 Sangat naungan.
rendah
I. cylindrica 5,33 2,63 1 14,01 • Vektor penyebaran
4 Sangat berupa angin, air
R. mollucanus 5,33 1,05 2 11,19 rendah
hewan, burung,
5 Sangat manusia.
A. inulifolium 5,33 1,05 2 11,19 rendah
• Potensi distribusi
6 Sangat
67%.
A. conyzoides 5,33 1,57 0,5 4,18 rendah
Nilai Fisibilitas Pengendalian Spesies Invasif di CA Papandayan
No Nama Spesies Fisibilitas Pengendalian Tumbuhan Nilai Kategori
Invasif Fisibilitas Fisibilitas
Biaya Distribusi Persistensi

1 A. riparia 6 6,66 4,54 182,21 Sangat rendah


2 A. adenophora 4,67 5 5,45 127,25 Sangat Rendah
3 I. cylindrica 4 1,67 4,54 30,32 Tinggi
4 R. mollucanus 3,33 3,33 4,54 50,34 Medium
5 A. inulifolium 4 0,83 4,54 15,07 Tinggi
6 A. conyzoides 3,33 0,41 3,63 4,95 Sangat tinggi

A. riparia
• Distribusi 58,52%
• Biaya pengendalian± Rp 8.000.0000/ ha
Rekomendasi Pengelolaan Spesies Invasif di CA Papandayan

No Nama Spesies Risiko Invasif Fisibilitas Rekomendasi


1 A. riparia Tinggi Sangat rendah Kelola spesies invasif
2 A. adenophora Medium Rendah Kelola situs
3 Sangat Tinggi Aksi terbatas
I. cylindrica Rendah
4 Sangat Tinggi Aksi terbatas
R. mollucanus Rendah
5 Sangat Tinggi Aksi terbatas
A. inulifolium Rendah
6 Sangat Sangat tinggi Monitor
BACK
A. conyzoides Rendah
Matriks Rekomendasi Pengelolaan Spesies Invasif

BACK
(Tjitrosoedirjo, 2016)
Prediksi Distribusi Spesies Invasif di CA Papandayan

1,23%

Gambar. Peluang distribusi Gambar. Peta kesesuaian habitat


A. riparia A. riparia
Peluang distribusi A. riparia paling banyak terdapat di Cisupabeureum (Hutan).
BACK Sebesar 94,12 ha atau 1,23 % merupakan daerah yang sesuai sebagai habitat A. riparia
A. riparia merupakan spesies yang harus diprioritaskan untuk pengelolaan spesies
1 di CA Papandayan karena memiliki nilai risiko yang sangat tinggi dan nilai
invasif
fisibilitas yang sangat rendah.

Variabel ketinggian dan kelerengan (slope) merupakan faktor lingkungan yang


2
berkontribusi terbesar terhadap distribusi A. riparia.

Secara spasial bagian tengah kawasan CA Papandayan merupakan daerah yang sesuai
sebagai habitat A. riparia dengan luas daerah sebesar 94,12 ha atau hanya 1,23 %
3luas kawasan.
dari

4
KASUS:
KOMPETISI GULMA DAN ANAKAN POHON DI PLOT
REFORESTASI TBMK
• Dimodelkan dengan persamaan kompetisi Lotka-Volterra modifikasi De Chant
& De Chant (2004).

Keterangan: Subskrip:
x = Populasi anakan pohon 1 = Anakan pohon
y = Populasi gulma 2 = Gulma
ε = laju pertumbuhan i = Waktu inisial
∞ = Waktu akhir

• Parameter analisis → pertumbuhan dan perubahan populasi antara gulma


dan anakan pohon.
• Hasil → dinamika populasi antara gulma dan anakan pohon dalam 3 tahun
berdasarkan simulasi
SIMULASI
DINAMIKA
POPULASI
SIMULASI KOMPETISI GULMA - ANAKAN
POHON
KOMPETISI 1 KOMPETISI 2 KOMPETISI 3

Ageratina riparia Calliandra calothyrsus Eupatorium inulifolium


• Di Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Kepulauan Seribu,
teridentifikasi 23 jenis tumbuhan invasif, diantaranya Abrus
precatorius, Cardiospermum halicacabum, Cassytha filiformis,
Spesies Dioscorea esculenta, Ipomoea pes-tigridis, Ipomoea triloba,
Luffa cylindrica, Melanthera biflora, Mikania micrantha,
invasif Momordica charantia, dan Passiflora foetida.
(tumbuhan • Tumbuhan merambat sangat cepat pertumbuhannya.
merambat) Kelenturan di atas permukaan tanah memungkinkan untuk
mengeksploitasi pohon dan meningkatkan kemampuan
mempertahankan diri sehingga menghambat pertumbuhan
spesies lain. Tumbuhan berambat mampu berfotosintesis pada
intensitas cahaya 0–100% sehingga dapat tumbuh di tempat
terbuka dan juga di bawah naungan.

• Pengelolaan spesies invasif di Suaka Margasatwa Pulau Rambut


dilakukan melalui analisa risiko serta pengelolaan dengan skala
prioritas
Upaya yang telah dilakukan Pemerintah

• Meratifikasi Konvensi Keragaman Hayati dalam UU Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan
Convention on Biological Diversity [CBD].
• Pemerintah Indonesia mendapat dana hibah dari Global Environment Facility [GEF] untuk
membangun legislasi, guna mengimplementasikan uandang-undang tersebut.
• Dengan dana hibah, KLHK mengeluarkan Peraturan Menteri LHK Nomor 94 Tahun 2016 tentang
jenis invasif. Selain itu, beberapa peraturan turunan berupa surat keputusan Dirjen masih proses,
misalnya analisis risiko guna menentukan urutan penanganan tumbuhan asing invasif.
• Beberapa upaya preventif dilakukan, antara lain pada 2017, Bidang Keamanan Hayati Nabati, Pusat
Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati, Badan Karantina Pertanian, Kementerian
Pertanian mengeluarkan buku deskripsi dan visualisasi jenis asing invasif pada kelompok tumbuhan
dan organisme yang berasosiasi dengan tumbuhan yang dilarang dan dicegah masuknya ke
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai